TINJAUAN PUSTAKA
Sungai
Sungai merupakan badan air bergerak dari tempat yang tinggi ketempat yang
lebih rendah melalui permukaan atau bawah tanah. Sungai dapat dibedakan menjadi
hulu, hilir dan muara. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang
dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta
mempunyai populasi biota yang sedikit. Sungai bagian hilir umumnya lebih lebar,
tebingnya curam atau landai, badan air dalam, keruh, aliran air lambat dan biota
populasi didalamnya banyak. Muara adalah bagian sungai yang berbatasan dengan
laut dan danau, mempunyai tebing landai dan dangkal, badan air dalam, keruh serta
mengalir lambat (Kordi dan Andi, 2010).
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, menyatakan bahwa sungai
merupakan bentuk alur air permukaan yang harus dikelola secara menyeluruh,
terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumber
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sungai
harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya,
dan dikendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya. Sungai harus
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya, dalam rangka mewujudkan
kemanfaatan sungai serta mengendalikan kerusakan sungai, perlu ditetapkan garis
sempadan sungai, yaitu garis batas perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini
selanjutnya akan menjadi acuan pokok dalam kegiatan pemanfaatan dan
perlindungan sungai serta sebagai batas permukiman di wilayah sepanjang sungai
Sungai Batang Gadis
Sungai-sungai di Kabupaten Mandailing Natal beraliran pendek, terjal, dan
sempit, sehingga sulit untuk digunakan sebagai sarana transportasi. Sungai Batang
Gadis sebagian dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik (hydromini) dan untuk
irigasi. Alur sungai senantiasa bergerak secara horisontal dan jalur sungai
berpindah-pindah (bergerak) secara terus-menerus.
Sungai Batang gadis merupakan daerah aliran sungai. Wilayah Mandailing
Natal terdapat 6 (enam) DAS, yaitu: DAS Batang Gadis, DAS Batang Batahan, DAS
Batang Natal, DAS Batang Tabuyung, DAS Batang Bintuas, DAS Batang Toru.
DAS yang terbesar adalah DAS Batang Gadis dengan luas 369.963 Ha atau sekitar
55,88% dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Keenam DAS bermuara ke
Pantai Barat (Samudera Indonesia).
Sungai Batang Gadis merupakan sungai utama terpanjang dan terbesar di
Kabupaten Mandailing Natal. Dimana hampir menjelajahi seluruh kabupaten ini.
Mulai dari hulunya di Ulu Pakantan Muara Sipongi, melewati beberapa kecamatan
dan akhirnya bermuara di Kecamatan Muara Batang Gadis. Sungai ini sangat
berpengaruh untuk roda kehidupan masyarakat Mandailing Natal, untuk mengairi
sawah-sawah yang luas , mata pencaharian utama penduduk, dll (Midora
dan Anggraeni, 2006).
Wisata Sungai
UU No 9 tahun 1990 (Menteri Dalam Negeri, 1990), beberapa istilah yang
berhubungan dengan kegiatan pariwisata antara lain :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait di
bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata.
5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata,
usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
6. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
7. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Menurut Kelly (1996) dalam Sulaksmi (2007) menyatakan bahwa bentuk
wisata antara lain : ekowisata (ecotourism), wisata alam (nature tourism), wisata
petualangan (adventure tourism), wisata berdasarkan waktu (gateway and stay) dan
wisata Budaya (cultural tourism).
Pariwisata di Indonesia dimulai pada awal tahun enam puluhan. Istilah ini
semakin menjadi pembicaraan, terutama setelah Presiden Suharto menyampaikan
kata sambutan dalam pertemuan ramah tamah dengan para peserta seminar dan rapat
kerja kepariwisataan tanggal 27 Nopember 1982 di istana negara (Pendit, 1994).
Untuk menyamakan pemahaman mengenai istilah-istilah dan pengertian pariwisata,
di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun
sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya
tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Wisata adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (Kartawan, 2004).
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli
daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi
pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi negara.
Pembangunan ekonomi, majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung
kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan
peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata
akan berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam
yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di
Indonesia (Meta, 2002).
Konsep pemanfaatan, wisata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
yaitu (Fandeli, 2000., META, 2002 dalam Yulianda, 2007) :
a. Wisata alam (nature tourism), merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada
pengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.
b. Wisata budaya (cultural tourism), merupakan wisata dengan kekayaan budaya
sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan.
c. Ekowisata (Ecotourism,), merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk
menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan
Menurut Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa potensi kawasan
ekowisata di Indonesia sangat besar. Objek tersebut tersebar di darat (dalam kawasan
hutan konservasi) maupun di laut (dalam bentuk taman nasional laut). Potensi
ekowisata terdiri dari beberapa elemen penawaran wisata yang sering disebut sebagai
triple A yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas dan amenitas. Atraksi dapat dibagi
menjadi tiga yakni alam, budaya dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan
alam seperti danau Kelimutu atau Gunung Bromo.
Atrakasi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti Candi Prambanan, adat
istiadat masyarkat seperti: Pasar Terapung di Kalimantan. Aksesiblitas mencakup
infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan ”dari”, ”ke” dan ”selama
di” daerah tujuan wisata (Inskeep, 1994). Amenitas adalah infrastruktur yang
sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian
dari kebutuhan wisatawan seperti, bank, telekomunikasi, buku panduan wisata dan
seni pertunjukan.
Menurut Razzak dan Surianti (2011) menyatakan bahwa untuk membedakan
pengcrtian antara wisata, wisatawan, pariwisata, keparirwisataan, usaha pariwisata
obyek dan daya tarik wisata, serta kawasan wisata, studi ini akan menggunakan
definisi yang ditetapkan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (pasal 1), yaitu:
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah,
dan Pemerintah Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
7. Kawasan pariwisata Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek,
seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
8. Wisata kesehatan adalah perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan tertentuj
untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal
demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani, dengan
mengunjungi tempat peristirahatan, seperti mata air panas yang mengandung
mineralyang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara
menyehatkanatau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan
Potensi, Objek dan Daya Tarik Wisata
Menurut Undang-undang (UU) Nomor 9 tahun 1990, wisata adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta
bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Potensi wisata
adalah mengenai kandungan gejala alam dari suatu kawasan yang dapat dijadikan
sebagai obyek dan daya tarik suatu perjalanan wisata.
Potensi wisata yang dikemukaan Yoeti (1997) yaitu objek pariwisata yang
dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Obyek tersebut dapat berupa:
1. Berasal dari alam, dapat dilihat dan disaksikan secara bebas (pada tempat-tempat
tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya, dan lain-lain)
seperti: iklim, pemandangan, vegetasi hutan, flora dan fauna, sumber kesehatan.
2. Merupakan hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan, dan
dipelajari seperti: monumen dan peninggalan masa lalu, tempat-tempat budaya,
dan perayaan-perayaan tradisional.
UU No. 9 tahun 1990 menyatakan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata yang terdiri atas:
a) Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna.
b) Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata
tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan.
Cooper et al. (1998) menyatakan bahwa terdapat beberapa komponen objek
1. Atraksi wisata alam, buatan (hasil karya manusia) atau kegiatan yang merupakan
alasan utama kunjungan.
2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan
wisata.
3. Akomodasi, makanan, dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik,
tetapi juga dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada
lingkungan setempat.
4. Aksesibilitas (jalan dan transportasi) merupakan salah satu faktor kesuksesan
daerah tujuan wisata.
5. Faktor-faktor pendukung seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan
koordinasi.
Atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui suatu
pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk wisatawan. Atraksi wisata
dibedakan dengan obyek wisata, karena atraksi wisata untuk menyaksikan harus
dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan obyek wisata dapat dilihat tanpa
dipersiapkan terlebih dahulu, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi,
monument, dan lain-lain (Yoeti, 1997).
Parameter Kualitas Air
Pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas
air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi. Kepedulian tentang keadaan
lingkungan hidup, kualitas air menjadi bagian yang penting dalam isu pengembangan
sumberdaya air. Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik, kimia dan biologi
yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia, pertanian,
dengan kuantitas air, karakteristik fisik terpenting yang dapat mempengaruhi kualitas
air. Dengan demikian, berpengaruh pula pada ketersediaan untuk berbagai
pemanfaatan seperti tersebut diatas (Asdak, 2002).
1. Suhu
Suhu atau temperatur suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang
(Latitude), ketinggian dari permukaan laut (Altitude), waktu (hari), sirkulasi udara,
penutupan awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh
terhadap proses fisika, kimia, biologi badan air. Suhu juga sangat berperan
mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu
juga meneyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2,
CH4
Pengukuran suhu air merupakan hal yang mutlak dilakukan, hal ini
disebabkan karena kelarutan dari berbagai jenis gas dalam air serta semua aktivitas
biologi-fisiologis di dalam ekosistem air sangat dipengaruhi oleh suhu (Barus,
2004).
( Haslam, 1995 dalam Effendi 2003).
2. Arus
Menurut Barus (2004) Arus air adalah faktor yang mempunyai peranan
sangat penting baik pada perairan lotik maupun perairan lentik. Hal ini berhubungan
dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam
air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air yang pada perairan
lotik umumnya bersifat turbulen, yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehigga
air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan tersebut. Selain itu dikenal arur
3. pH
Derajat lebih dikenal dengan pH. pH (puissance negative de H), yaitu
logaritma dari kepekaan ion-ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan.
Derajat keasaman atau pH air menunujukan aktivitas ion hydrogen dalam larutan
tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hydrogen (dalam mol/liter) pada
suhu tertentu ( Kordi dan Andi, 2010).
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan,
didefenisikan sebagai logaritma dari resifprokal aktivitas ion hidrogen dan secara
matematis dinyatakan sebagai pH= log l/H- dimana H- adalah banyaknya ion
hydrogen dalam mol/liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan
ion Hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa
(Barus, 2004).
4. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen dapat menjadi faktor pembatas dalam penentuan kehadiran mahluk
hidup dalam suatu badan air. Dalam air deras, biasanya oksigen tidak menjadi faktor
pembatas. Dalam sungai yang jernih dan deras kepekaan oksigen mencapai
kejenuhan. Jika air berjalan lambat atau ada pencemar maka oksigen yang terlarut
mungkin dibawah kejenuhan, sehingga oksigen kembali menjadi faktor pembatas ,
kepekaan oksigen terlarut bergantung kepada: suhu, kehadiran tanaman fotosintesis,
tingkat penetrasi cahaya yang tergantung kepada kedalaman dan kekeruhan dalam
air, tingkat kederasan aliran air, jumlah bahan organik yang diuraikan dalam air
seperti sampah, ganggang mati atu limbah industri (Sastrawijaya, 2000).
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas. Dibandingkan
dengan kadar oksigen di udara yang mempunyai konsentrasi sebanyak 21% volum
air hanya mampu menyerap oksigen sebnayak 1% volume saja. Sumber utama
oksigen terlarut dalam air adalah difusi oksigen dari udara melalui kontak antara
permukaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis, selanjutnya air kehilangan
oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfir dan melalui kegiatan respirasi
dari semua organisme air ( Barus, 2004).
5. Biochemical Oxygen Demand (BOD
Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) menyatakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik yang
diukur pada temperatur 20
5)
o
6. Kecerahan
C (Forstner, 1990). Dalam proses oksidasi secara
biologis ini tentu saja dibutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan
oksidasi secara kimiawi. Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah
senyawa organic yang akan diuraikan, tersedianya mikroorganisme aerob yang
mampu menguraikan senyawa organik tersebut dan tersedianya sejumlah oksigen
yang dibutuhkna dalam proses penguraian (Barus, 2004).
Penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah berdasarkan batas
pandangan ke dalam air untuk melihat warna putih yang berada dalam air. Semakin
keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan, sebaliknya kalau air
jernih akan jauh batas pandangan tersebut. Keping Secchi berupa suatu kepingan
yang berwarna hitam-putih, yang dibenamkan ke dalam air. Keping itu berupa suatu
piringan yang diameternya sekitar 25 cm. piringan ini dapart dibuat dari plat logam
meletakkan tali dan logam pemberatnya. Tali inilah yang berfungsi sebagai penentu
kedalaman (Suin, 2002).
7. Colifaecal
Organisme indikator yang biasa digunakan adalah bakteri coliform. Coliform
didefenisikan sebagai bakteri aerobik atau anerobik fakultatif, Gram negative, tidak
membentuk endospora, berbentuk batang, memfermentasikan laktosa membentuk
gas setelah ditumbuhkan di Lactose broth selama 48 jam pada suhu 35o
Berbagai metode untuk mengidentifikasi bakteri patogen di perairan telah
banyak dikembangkan. Akan tetapi, penentuan semua jenis bakteri patogen ini
membutuhkan waktu dan biaya yang besar, sehingga penentuan grup bakteri
colifaecal dianggap sudah cukup baik dalam menilai tingkat higienitas perairan.
Escherichia coli adalah salah satu bakteri coliform total yang ditemukan dalam tinja
manusia, selain Escherichia coli, bakteri patogen juga terdapat dalam tinja
manusia. Keberadaan Escherichia coli di perairan secara berlimpah menggambarkan
bahwa perairan tersebut tercemar oleh kotoran manusia, yang mungkin juga disertai
dengan cemaran bakteri patogen (Effendi, 2003).
C. air yang
layak untuk diminum seharusnya sama sekali tidak mengandung coliform (nol
coliform per 100 ml) (Puspaningrum, 2008).
Pengaruh Aktivitas Wisata
Dampak negatif dari kegiatan wisata terjadi apabila tingkat penggunaan lebih
besar daripada kemampuan lingkungan untuk mengatasi hal tersebut. Aktivitas yang
dilakukan oleh pelaku wisata, produk perencanaan dan sistem pengelolaan wisata
serta kondisi sarana dan prasarana dapat mempengaruhi terjadinya intensitas dampak
Menurut Harthayasa (2002) pada umumnya wisatawan melakukan kegiatan
wisata tergantung dengan kondisi atraksi dari obyek wisatanya. Memberdayakan
obyek wisata tidak banyak membutuhkan dana, karena tinggal melakukan
pendekatan dan koordinasi dengan masyarakat setempat. Masalah cukup berat adalah
memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat bahwa keikutsertaan
dan peran serta langsung dari mereka akan punya andil dan besar dalam
meningkatkan kepariwisataan secara makro maupun kehidupan atau kesejahteraan
masyarakat sendiri secara mikro.
Menurut Ridwan (2012) dalam Aria (2014) Pengembangan pariwisata dapat
menimbulkan kerusakan besar pada ekosistem. Kerusakan dan masalah ekosistem
yang ditimbulkan dapat berupa sedimentasi. Bangunan yang dibuat kadang-kadang
menghalangi arus sungai dan drainase serta pencemaran langsung yang disebabkan
oleh limbah hotel dan restoran. Masalah lingkungan terbesar bagi bangunan dan
fasilitas pariwisata adalah penggunaan energi dan pembuangan limbah. Sampah
padat yang dihasilkan dari pembangunan dan konstruksi sarana akomodasi menjadi
limbah beracun yang mencemari air, udara dan tanah.
Contoh objek wisata yang menarik untuk dikembangkan adalah objek wisata
sungai. Hal ini menarik tergantung pada pengelolannya, misalkan dikelola sebagai
paket-paket wisata air, rekreasi air maupun arena arung jeram. Tingkat kebersihan
ataupun lingkungan sekitarnya adalah hal yang penting dan selalu terjaga
(Harthayasa, 2002).
Analisis kesesuaian wisata merupakan analisis yang dimaksudkan untuk
mengetahui kesesuian wisata pada suatu kawasan dalam penggunaan lahan pada
kawasan tersebut. Analisis ini juga digunakan dalam potensi wisata Sungai Aek
Godang. Kesesuain wisata ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesesuain wisata
sungai di Aek Godang Kota Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal .
Menurut Yulianda (2007) dalam Azis dkk (2012) menyatakan bahwa setiap
parameter memiliki bobot dan skor, dimana pemberian bobot berdasarkan tingkat
kepentingan suatu parameter terhadap perencanaan kawasan wisata. bobot yang
diberikan adalah 5 (lima), 3 (tiga), dan 1 (satu). Kriteria untuk masing-masing
pembobotan adalah sebagai berikut :
1. Pemberian bobot 5: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter
sangat diperlukan atau parameter kunci.
2. Pemberian bobot 3: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter
sedikit diperlukan atau parameter yang cukup penting.
3. Pemberian bobot 1: hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa unsur parameter
dalam unsur penilaian tidak begitu diperlukan tetapi harus selalu ada atau
parameter ini tidak penting.
Menurut Yulianda (2007) menyatakan bahwa setiap kegiatan wisata
memiliki persyaratan-persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan
kawasan objek wisata yang akan dikembangkan. Masing-masing jenis kegiatan
wisata memiliki parameter kesesuaian yang berbeda-beda antara kegiatan wisata
yang satu dengan jenis kegiatan wisata yang lainnya. Parameter kegiatan tersebut
disusun dalam kelas kesesuaian untuk masing-masing jenis kegiatan wisata.
Daya dukung alam diartikan sebagai kemampuan alam untuk mendukung
kehidupan untuk manusia. Berkurangnya daya dukung alam akan berakibatkan pula
terhadap kemampuan alam untuk mendukung kehidupan manusia. Oleh karena itu
daya dukung alam harus di jaga agar tetap dapat memberikan dukungannya bagi
kehidupan manusia. Daya dukung alam perlu dijaga karena daya dukung alam dapat
berkurang atau menyusut sejalan dengan berputarnya waktu dan pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kemajuan industry (Wardhana, 2004).
Daya dukung lingkungan tergantung pada kebutuhan dan nilai yang
didfinisikan sendiri oleh masyarakat . Penentuan daya dukung juga tergantung pada
berbagai penilaian mengenai tingkat daya tamping pada berbagai penilaian mengenai
tingkat daya tampung kawasan yang rusak akibat wisatawan. Ketika tingkat daya
tamping ekowisata dibuat, metode untuk mengkontrol pengunjung perlu
diimplementasikan yang mencangkup kemampuan untuk mendukung jumlah
pengunjung, menjaga jumlah konstan pengunjung (Khair, 2006).