• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Di Hutan Gunung Sinabung Jalur Pendakian Sigarang-Garang Kabupaten Karo Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Vegetasi Tumbuhan Bawah Di Hutan Gunung Sinabung Jalur Pendakian Sigarang-Garang Kabupaten Karo Sumatera Utara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Pegunungan

Hutan pegunungan adalah hutan yang tumbuh di daerah ketinggian di atas 1.000

meter di atas permukaan air laut. Daerah pegunungan ini sangat dipengaruhi oleh

perubahan iklim. Struktur dan komposisi vegetasi hutan pegunungan

berbeda-beda menurut ketinggiannya. Di Sumatera terdapat banyak gunung, beberapa di

antaranya terbentuk dari penjulangan batu endapan seperti halnya kebanyakan

pegunungan bukit barisan, sedangkan gunung lainnya seperti Gunung Kerinci,

Sinabung, Merapi dan Singgalang adalah hasil dari letusan gunung berapi.

Sifat-sifat lingkungan fisik berubah sepanjang lereng gunung, dan perubahan fauna dan

flora dapat diikuti melalui perubahan tersebut (Damanik et al., 1987).

Indriyanto (2006) menyatakan bahwa menurut ketinggian tempat dari

permukaan laut, hutan hujan tropis dibedakan menjadi tiga zona atau wilayah

sebagai berikut:

1). Zona 1 dinamakan hutan hujan bawah karena terletak pada daerah dengan

ketinggian tempat 0-1.000 m dari permukaan laut.

2). Zona 2 dinamakan hutan hujan tengah karena terletak pada daerah dengan

ketinggian tempat 1.000-3.300 m dari permukaan laut.

3). Zona 3 dinamakan hutan hujan atas karena terletak pada daerah dengan

ketinggian tempat 3.300 -4.100 m dari permukaan laut.

Hutan pada pegunungan sangat dipengaruhi oleh perubahan ketinggian,

pada ketinggian yang berbeda-beda mempunyai iklim yang berbeda-beda pula.

Suhu secara perlahan menurun sejalan dengan ketinggian yang meningkat, hingga

pada gunung yang tinggi. Semakin naik ketinggian maka kondisi lingkungan

semakin ekstrim, pH tanah semakin menurun sehingga proses pembusukan bahan

(2)

tumbuhan. Karena intensitas cahaya matahari yang tinggi tumbuhan menjadi

kerdil, daun tebal dan sempit (Ewusie, 1990).

Hutan pegunungan memiliki zona-zona vegetasi dengan jenis, struktur dan

penampilan yang berbeda. Semakin tinggi suatu tempat, iklim menjadi sejuk dan

lebih lembab. Untuk setiap kenaikan ketinggian sebesar 1000 meter, suhu akan

turun kira-kira 5°C. Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran dan bentuk

tumbuhan di gunung adalah kelembaban, curah hujan dan pengaruh angin. Curah

hujan biasanya lebih tinggi di sisi gunung yang berhadapan dengan arah tiupan

angin di lereng-lereng gunung sampai ketinggian 1.500 mdpl daripada di dataran

rendah di sekitarnya (Mackinnon, et al., 2000).

Seiring dengan naiknya ketinggian suatu permukaan, jenis vegetasi yang

ditemukan juga akan berubah. Komposisi botanik hutan pegunungan bagian atas

lebih menyerupai hutan di daerah iklim sedang. Pada habitat yang berbatu-batu

ditumbuhi vegetasi berbentuk semak-semak rendah atau pohon-pohon konifer

(tumbuhan berdaun jarum) atau jenis vegetasi berbunga. Biasanya vegetasi yang

tumbuh pada ekosistem ini tidak merupakan satu kesatuan, terpencar-pencar oleh

hamparan rumput atau semak (Rifai, 1993).

Menurut Polunin (1997), suatu komunitas hutan dengan keanekaragaman

spesies yang tinggi memiliki struktur yang kompleks, dan ekosistem hutan hujan

tropis cenderung paling kompleks di antara yang ada. Tegakan biasanya terdiri

atas suatu masa pohon, tumbuhan merambat (liana), dan tumbuhan dalam bentuk

lain mencapai ketinggian berkisar dari beberapa sentimeter sampai 60 meter.

Apabila dalam hutan terdapat pohon tumbang, maka tajuk pohon akan

terbuka dan sinar matahari akan menembus sampai ke lantai hutan. Dengan

demikian, tumbuhan yang sebelumnya tidak mampu tumbuh akan tumbuh dengan

baik dan memenuhi lantai hutan yang terkena sinar matahari itu. Beberapa saat

kemudian benih pohon yang tumbang telah berkecambah dan tumbuh menjadi

anakan pohon dan menjadi pohon besar, sehingga tajuknya akan menaungi lagi

daerah tersebut. Sebagai akibat dan konsekuensinya adalah tumbuhan di lantai

hutan menjadi mati dan berkurang jumlahnya karena tidak mendapat sinar

matahari lagi. Pohon yang telah tumbuh menjadi besar akhirnya kembali

(3)

Arus angin ke arah gunung pada siang hari disebabkan oleh panasnya

udara di dataran rendah dan akan menyebabkan pengembangan udara dan naik.

Dengan pengembangan dan naiknya udara sebagai akibat tekanan yang lebih

rendah, maka suhu akan turun. Inilah sebab utama dengan bertambahnya

ketingian, suhu udara makin turun. Laju pemanasan di pegunungan tidak serupa

laju pemanasan di dataran rendah. Pantulan panas dari permukaan bumi lebih kuat

digunung oleh karena tekanan udara yang rendah. Laju penurunan suhu pada

umumnya sekitar 0,6° C setiap penambahan ketinggian sebesar 100 meter, tetapi

hal ini berbeda-beda tergantung kepada tempat, musim, waktu, kandungan uap air

dalam udara dan lain sebagainya (Damanik et al, 1992).

Hutan sekunder muda mudah dikenali dari hutan primer oleh adanya

komposisi spesies dan struktur, namun dalam praktiknya sulit dibedakan antara

hutan sekunder tua dan hutan primer sejati. Terdapat beberapa alasan, bukti-bukti

adanya penebangan pohon segera lenyap pada iklim lembab panas, dan usia

pohon tropis jarang dapat ditentukan dapat ditentukan secara langsung dengan

menghitung cincin-cincin pertumbuhannya. Hutan sekunder terkadang

menunjukkan bukti adanya penghunian oleh manusia, namun derajat

gangguannya dapat bervariasi dari tebang habis sampai pengambilan secara

efektif pohon-pohon hanya satu saja atau beberapa spesies (Polunin, 1997).

Keragaman yang besar dalam ketinggian pohon tercermin pada perlapisan

tajuknya yang menjadi tiga atau ada kalanya dua lapis, selain dari lapisan semak

dan terna. Keadaan ini khas bagi struktur hutan hujan tropika dan berbeda sekali

dengan hutan iklim sedang. Walaupun belukar teduhan hutan hujan itu terdiri dari

semak, tumbuhan terna, kecambah dan pohon muda, tetapi hutan yang tak

terganggu itu sendiri masih dapat ditembus secara wajar. Pada tempat yang tidak

ada jatuhan pohon atau jatuhan cabangnya, tidaklah sukar bagi seseorang untuk

berjalan di dalam hutan hujan dewasa itu. Keadaan ini disebabkan oleh flora

teduhannya yang berupa terna tersebar secara jarang, dengan kerapatan terna

teduhan yang jauh lebih rendah daripada hutan iklim sedang, dan tanahnya

tertutup tipis dengan guguran daun. Celah yang terbentuk oleh tajuk pepohonan

membuat tanah hutan agak remang-remang, dengan bercak cahaya matahari

(4)

Sejauh ini penelitian tumbuhan di hutan pegunungan telah banyak

dilakukan terutama penelitian di bidang ekologi dan taksonomi. Banyaknya

penelitian yang dilakukan dikarenakan topik ini menarik untuk diteliti. Di

Sumatera sendiri penelitian sejenis telah dilakukan hampir di seluruh dataran

tinggi dan pegunungan, termasuk Gunung Sinabung.

2.2 Vegetasi Bawah

Di bagian-bagian hutan yang lapisan pohon-pohonnya tidak begitu lebat sehingga

cukup cahaya yang dapat menembus ke lantai hutan, mungkin di dalam hutan

dapat berkembang vegetasi tanah berwarna hijau yang cukup, yang seperti

pohon-pohon dominan, tidak bergantung pada bantuan dari luar. Vegetasi yang rendah

demikian itu dalam keadaan lembab cenderung bersifat seperti terna, dengan

paku-pakuan dan paku lumut (Selaginella sp.) yang kadang-kadang menyolok, sedang pada gigir-gigir yang kering dapat sebagian besar terdiri atas tumbuhan

berkayu (Polunin 1994).

Tumbuhan lapis bawah merupakan tumbuhan yang menutupi lantai hutan

yang berupa tumbuhan setrata semak, herba, dan beberapa jenis tumbuhan

penutup tanah yang lain. Tumbuhan semak adalah tumbuhan yang tidak seberapa

besar, batang berkayu, dan bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau

terkadang berada di dalam tanah. Tumbuhan herba adalah tumbuhan yang tidak

seberapa besar dan berbatang basah yang tumbuh pada permukaan tanah

(Tjitrosoepomo, 1994).

Tumbuhan bawah adalah komunitas tumbuhan penyusun stratifikasi

bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya berupa rumput, herba,

semak atau perdu rendah. Jenis-jenis vegetasi ini ada yang bersifat annual, binneal

atau perennial dengan bentuk hidup soliter, berumpun, tegak, menjalar atau

memanjat. Secara taksonomi vegetasi bawah umumnya dari anggota suku-suku

Poaceae, Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, paku-pakuan dan lain-lain. Vegetasi ini banyak terdapat di tempat-tempat terbuka, tepi jalan, tebing sungai, lantai

hutan, lahan pertanian dan perkebunan (Aththorick, 2005).

Faktor pembatas di hutan hujan tropis adalah cahaya, dan itupun hanya

(5)

dan semak yang ada dalam hutan adalah spesies-spesies yang telah beradaptasi

secara baik untuk tumbuh di bawah naungan pohon (Indriyanto, 2006). Pada

umumnya tumbuhan lantai hutan hidup mengelompok ataupun menyebar pada

habitat yang lembab dan memiliki ketersediaan air yang cukup. Beberapa spesies

rumput-rumputan pada musim kemarau akan membentuk umbi yang tersimpan di

dalam tanah, dan akan membentuk tunas pada musim hujan ketika kebutuhan

akan air untuk melakukan pertumbuhan tercukupi (Wijayanti, 2011).

Menurut Damanik et al. (1984), kelimpahan dari vegetasi bawah di hutan pegunungan berbeda seiring bertambahnya ketinggian. Hal ini dipengaruhi oleh

perubahan struktur pohon pembentuk tajuk yang semakin ke atas akan semakin

pendek, tajuk rata, batang dan cabang berlekuk, daun tebal dan kecil. Selain itu

dengan bertambahnya ketinggian, terjadi perubahan suhu yang drastis pula. Arus

angin yang menuju ke arah pegunungan menyebabkan terjadinya pengembunan

sehingga suhu di pegunungan akan turun.

2.2.1 Semak

Semak merupakan salah satu jenis vegetasi yang termasuk ke dalam kelompok

tumbuhan bawah. Menurut Haris (1979) dalam Pitra (2008), semak merupakan tumbuhan berkayu yang memiliki beberapa cabang yang muncul dekat dengan

permukaan tanah. Semak memiliki tingkatan dalam ketinggian, luas penyebaran,

kekokohan dan karakter bunga, semua bagian yang terpengaruh atau mungkin

mempengaruhi teknik pengguran daun. Pertumbuhan yang lambat dari tumbuhan

yang selalu hijau membutuhkan sedikit atau tidak ada pengguguran untuk

membentuk tunas di permukaan atas. Banyak semak yang selalu hijau tidak

membutuhkan pengguguran/pemangkasan. Semak yang pertumbuhannya cepat

ada yang selalu hijau dan ada yang berganti daun membutuhkan

perontokan/pemangkasan yang cukup atau bersinambung untuk pertumbuhan.

Tegakan hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau.

Keanekaragaman spesies tumbuhan dan binatang yang ada di hutan hujan tropis

sangat tinggi. Jumlah spesies pohon yang ditemukan dalam hutan hujan tropis

(6)

Misalnya, hutan hujan tropis di Amazonia mengandung spesies pohon dan semak

sebanyak 240 spesies (Indriyanto, 2006).

Semak biasanya lebih kecil dari pohon, tetapi memiliki penampakan

bentuk yang khas dari susunan cabang-cabangnya. Kebanyakan semak memiliki

tunas yang banyak di pangkal dan di sepanjang dahan-dahannya. Tunas baru yang

muncul dari pangkal akan menggantikan dahan yang sudah tua dan mati, dan juga

berperan dalam menjaga semak yang masih muda. Semak yang sudah dewasa

biasanya menghasilkan sedikit atau tidak ada tunas baru pada pangkalnya yang

akan menggantikan batang jika pucuknya terpotong atau terbuka terhadap cahaya

matahari (Haris, 1979).

2.2.2 Tumbuhan Herba

Menurut Polunin (1994), vegetasi herba dalam hutan hujan tropika kurang

beraneka ragam dibandingkan dengan vegetasi pohon pada kondisi yang relatif

terbuka, sehingga besar kemungkinannya membentuk satu suku saja. Ini berbeda

dengan herba di lereng-lereng yang lebih terjal dengan penetrasi cahaya yang

lebih banyak menyebabkan keanekaragaman herba lebih melimpah, tetapi tetap

saja jauh lebih kecil daripada jenis pohon-pohonnya.

Pada suatu komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya yang sampai pada

lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena terhalang oleh

lapisan tajuk yang ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah yang

tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat cahaya matahari. Jika penetrasi

cahaya tidak cukup maka herba tidak dapat berkembang dengan baik, sehingga

tumbuhan ini lebih subur di tempat bukaan hutan atau tempat terbuka lain yang

tanahnya lebih banyak mendapat cahaya. Dengan demikian vegetasi herba pada

hutan hujan dataran rendah ditemukan pada hutan yang terbuka, dekat

aliran-aliran air, dan tempat-tempat yang terbuka tetapi sempit (seperti jalan-jalan

setapak, sungai-sungai) dengan penyinaran yang cukup baik, sedangkan pada

bagian dalam hutan hujan vegetasi herba yang berwarna hijau ditemukan jauh

(7)

2.2.3 Paku-pakuan

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai

kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian

pokoknya, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku

belum dihasilkan biji. Warga tumbuhan paku amat heterogen, baik ditinjau dari

segi habitus maupun cara hidupnya, lebih-lebih bila diperhitungkan pula

paku-paku yang telah punah. Ada jenis-jenis paku-paku yang sangat kecil dengan daun yang

kecil-kecil pula dengan struktur yang masih sangat sederhana, ada pula yang besar

dengan daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 m atau lebih dengan

struktur yang rumit (Tjitrosoepomo, 1994).

Menurut Arini & Kinho (2012), tumbuhan paku merupakan salah satu

golongan tumbuhan yang hampir dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia.

bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak dimanfaatkan antara lain sebagai

tanaman hias, sayuran dan bahan obat-obatan. Namun secara tidak langsung,

kehadiran tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam memelihara

ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah

terhadap erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan.

2.3 Peranan Tumbuhan Bawah

Kehadiran tumbuhan bawah dalam suatu kawasan hutan mempunyai peranan

yang sangat penting. Menurut Arief (2001), tumbuhan bawah, serasah dan

tumbuhan lainnya sangat menentukan permeabilitas tanah dalam menyerap air

yang jatuh dari tajuk pohon serta akan mencegah laju aliran air permukaan

sehingga terserap oleh tanah. Mackinnon et al. (2000) menambahkan di lain pihak warna mencolok atau keperak-perakan pada tumbuhan bawah dalam hutan akan

memantulkan cahaya merah kembali kepada jaringan-jaringan yang mengandung

klorofil, merupakan suatu adaptasi untuk meningkatkan jumlah cahaya yang

berguna untuk fotosintesis di dalam hutan yang sangat gelap.

Tumbuhan bawah selain memberi manfaat terhadap ekosistem juga

mempunyai manfaat bagi manusia, terutama bila kepentingan terhadap tumbuhan

bersifat subjektif antara lain, bahan obat tradisional, bahan makan dan sayuran,

(8)

Yakub, 1995). Jelas bahwa tumbuhan bawah mempunyai banyak manfaat dan

perlu untuk dilestarikan.

2.4 Faktor Fisik Hutan Pegunungan

Vegetasi pada banyak tempat umumnya sangat dipengaruhi oleh iklim di

habitatnya. Secara sederhana faktor iklim, yaitu suhu dan kelembaban adalah

faktor utama yang mengontrol distribusi vegetasi. Tumbuh-tumbuhan memiliki

variasi kelembaban yang sangat beragam dalam siklus hidupnya, dan

pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah. Cahaya juga merupakan

salah satu pembatas yang menentukan penyebaran tumbuhan, yang sangat penting

untuk fotosintesis. Tumbuhan secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok

yaitu spesies yang toleran dan spesies yang tidak toleran terhadap naungan.

Spesies yang toleran terhadap naungan mempunyai laju fotosintesis yang rendah

sedangkan spesies yang tidak toleran terhadap naungan mempunyai laju

fotosintesis yang tinggi sehingga pertumbuhannya juga cepat (Suin, 2003).

Perbedaan fisik dan biologi antara hutan dataran rendah yang lembab dan

panas dengan habitat pegunungan yang terbuka menentukan jenis-jenis yang

terdapat di sana (Mckinnon et al., 2000). Damanik et al. (1987) menambahkan bahwa curah hujan di atas lereng gunung sampai ketinggian 2.000 meter

umumnya lebih banyak daripada dataran rendah di sekitarnya. Curah hujan

biasanya lebih tinggi di sisi gunung yang berhadapan dengan arah tiupan angin

dan di lereng-lereng gunung sampai ketinggian 1.500 meter daripada di dataran

rendah lainnya.

Menurut Suin (2003), struktur dan nutrien yang dikandung tanah sangat

penting, terutama untuk tumbuhan. Struktur dan nutrien yang dikandung tanah

mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan dan dapat mempengaruhi susunan

vegetasi alam. Keadaan pH tanah juga merupakan faktor yang tidak kalah penting

dalam menentukan penyebaran tumbuhan. Beberapa tumbuhan membutuhkan pH

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Penulisan Ilmiah ini, dibahas tentang pembuatan serch engine yang dapat membantu user dalam mencari informasi, setiap orang dapat memasukkan query mereka sendiri dan

Hendro Gunawan, MA

Modul interaktif ini bersifat edutainment dengan tampilan yang penuh warna disertai audio untuk pembacaan materi dan mahasiswa dapat berinteraktif dengan menjawab soal yang

Karena fasilitas yang ditawarkannya kini berbagai pihak banyak yang mengembangkan system ini, Dimana sistem seperti ini dapat menguntungkan pihak konsumen untuk

According Bitar (2003), a firm needs three generic dynamics capability to generate multiple capabilities or competences in turbulent environment, such as: absorptive capacity,

Terdapat perbedaan kualitas hidup pasien skizofrenia sebelum dan sesudah dilakukan intervensi ketepatan minum obat di ruang rawat inap RS Jiwa Grhasia Pemda DIY

DOS merupakan kumpulan dari beberapa perintah dalam komputer yang berperan untuk mendukung dan menyatukan kerja perangkat keras dengan perangkat lumak dalam satu sistem

Hal tersebut menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan antara tingkat obesitas terhadap skor fungsi seksual pada wanita usia subur di Kota