• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SALAH SATU PROGRAM DIPLOMA KEBIDANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DI SALAH SATU PROGRAM DIPLOMA KEBIDANAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmu Kesehatan,9 (1);Maret 2017

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

DI SALAH SATU PROGRAM DIPLOMA KEBIDANAN

Siti Syamsiah1,Okta Zenita Siti Fatimah2

1,2

Program Studi D3 Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin

Alamat korespondensi:

Prodi D3 Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23 - 25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550.

ABSTRAK

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar prestasi belajar mahasiswa DIII kebidanan semester V di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini menggunakan alat untuk mengumpulkan data menggunakan kuesioner terstruktur dengan pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel pertanyaan yaitu motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa DIII kebidanan semester V di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa mahasiswa DIII kebidanan semester V di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Tahun 2013/2014. sebanyak 162 orang. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling berjumlah 116 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel yaitu variabel motivasi belajar (p = 0,003), sikap belajar (p = 0,001), dan lingkungan belajar (p = 0,005). Dari hasil tersebut bahwa pengetahuan motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar, memiliki hubungan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Kesimpulan dari penelitian ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana meningkatkan prestasi belajar sehingga mahasiswa dapat memperoleh prestasi belajar yang memuaskan.

Kata Kunci : Motivasi Belajar, Sikap Belajar, Lingkungan Belajar, Prestasi Belajar

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran . prestasi belajar pada hakekatnya merupakan cermin dari usaha belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa mendapat pengajaran dalam waktu tertentu. Semakin baik usaha belajar semakin baik pula prestasi yang dicapai. Dengan kata lain, prestasi siswa merupakan cerminan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.1

Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran . prestasi belajar pada hakekatnya merupakan cermin dari usaha belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa mendapat pengajaran dalam waktu tertentu. Semakin baik usaha belajar semakin baik pula prestasi yang dicapai. Dengan kata lain, prestasi siswa merupakan cerminan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.1

(2)

Di Asia berdasarkan data yang diperoleh Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organitation (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di beberapa negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia mencapai peringkat 10 dari 14 negara.3

Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.3

Belajar menurut Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology: A Realictic Approach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkay, yaiu Learning is the development of new associations as a result of a experience. Beranjak dari deinifinisi yang dikemukakannya itu selanjutnya ia menjelaskan bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal (a purely internal event). Jadi yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru (new associations). 4

Menurut Amelia Ranu dalam Jurnalnya mengatakan bahwa berhasil tidaknya seseorang dalam belajar dapat dilihat dengan cara melakukan evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.5

Menurut Sugiharto, dkk (2007) dalam jurnal pendidikan tehnik elektronika volume 2 edisi ke 2 tahun 2013 mengatakan motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting untuk pencapaian prestasi belajar peserta didik. Dan menurut hasil penelitian Merry Ermawati (2010), terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi belajar dan sikap belajar terhadap prestasi belajar.6

Menurut Irwanto (1997), motivasi adalah penggerak prilaku. motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang. Sedangkan sikap menurut Sarlito Wirawan (1997), sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.7

Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arief Dwi Purwanto (2013) dalam jurnalnya tentang prestasi belajar PPKn mahasiswa angkatan 2008/2009 yang menyimpulkan bahwa lingkungan belajar memberikan pengaruh sebesar 7,3% terhadap prestasi belajar. Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran sekolah. Dalam beberapa aspek lingkungan dibagi menjadi 3:

1. Lingkungan keluarga, dorongan dan motivasi orang tua akan membantu anak dalam kegiatan belajarnya.

2. Lingkungan sekolah, lingkungan kelas dan kesiapan guru yang tidak kondusif akan berdampak pada kegiatan belajar.

3. Lingkungan masyarakat, seperti pergaulan, pola hidup lingkungan akan mempengaruhi kegiatan belajar mahasiswa.

Ketiga aspek lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap mahasiswa dalam proses pembelajaran serta prestasi belajar yang akan didapatkannya.9

Berdasarkan data mahasiswa yang didapat melalui BAAK, prestasi belajar mahasiswa DIII Kebidanan STIKes Medistra Indonesia angkatan ke VII angkatan ke-7 tahun angkatan 2008-2011 yang mempunyai jumlah lulusan 109

orang, nilai IPK yang didapatkan oleh mahasiswanya adalah : nilai A (≥3,51) sejumlah 8 orang (7,33%), nilai B (2,75

-3,50) sebanyak 81 (74,31%) orang, dan nilai C (≥2) 20 orang (18,34%). Lalu pada angkatan ke-8 tahun 2009-2012

dengan jumlah lulusan 114 orang nilai IPK yang didapat adalah nilai A (≥3,51) sejumlah 13 (11,40%) orang, nilai B

(2,75-3,50) sebanyak 72 orang (63,15%), dan nilai C (≥2) sejumlah 29 orang (25,43%).8

Rendahnya angka kompetensi mahasiswa, membuat pihak akdemik menekan angka kelulusan mahasiswa untuk teori nilai batas lulus dari 2,00 (60) menjadi 2,50 (65), sedangkan praktek dari 2,60 (66) menjadi 3,00 (7), dan untuk

pembulatan nilai konversi pecahan menjadi <1,00 dengan kategori “E”, 1,00 – 2,40 dengan kategori “D”, 2,50 – 3.00

dengan kategori “C”, 3,10 –3,56 dengan kategori “B”, dan 3,58 –4,00 dengan kategori “A”. 10

Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa DIII kebidanan semester V di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Tahun 2013

METODE

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik cross sectional. Desain studi survey analitik cross sectional ctional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).10

(3)

Jurnal Ilmu Kesehatan,9 (1);Maret 2017

yang bersamaan. Data yang menyangkut variabel bebas (variabel resiko) dan variabel terikat (variabel akibat), akan dikumpulkan dalam waktu yang sama.Alasan pemilihan desain studi cross sectional karena mudah dilakukan, lebih ekonomis, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.10

Hal ini dilakukan hubungan motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa DIII kebidanan semester V di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan alat untuk mengumpulkan data menggunakan kuesioner terstruktur dengan pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan memberikan jawaban lain.10

Teknik kuesioner merupakan suatu pengumpulan data yang diberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Tujuan mengadakan kuesioner ini adalah untuk memperoleh informasi yang relevan. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok pertanyaan yaitu motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa DIII kebidanan semester V di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Tahun 2013.11

Sebelum melakukan penelitian dikumpulkan data dengan cara menggunakan data primer yang didapat dari di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia dengan cara meminta izin untuk melakukan penelitian dari institusi pendidikan Prodi Kebidanan D IV STIKIM, kemudian disetujui oleh Ketua di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia untuk melakukan penelitian. Setelah itu izin meminta data kelas dan jumlah mahasiswa semester V.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia. Didapat data dengan jumlah 3 ruang kelas dan jumlah mahasiswa semester V sebanyak 162 mahasiswa. Karena membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit, penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel dan membutuhkan 116 responden mahasiswa semester V yang akan dijadikan sampel

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga mewakili karkteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi.9 Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester V Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 162maha siswa.

Menurut Sulistyaningsih, sampel adalah comotan atau mengambil sebagian dari yang banyak (study population),yang dicuplik dari populasi, yang akan diamati dan diukur peneliti.9 Teknik pengambilan sampel dilakukan dalam penelitian ini adalah secara secara acak (probability sampling) tanpa memperhatikan strata yang ada, setiap subjek/unit dari populasi memiliki peluang yang sama dan independent (tidak tergantung) untuk dipilh kedalam sampel.9 Mahasiswa semester V Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

Koesioner yang telah disusun sebelumnya dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia terlebih dahulu pada responden dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah instrument sudah cukup valid atau reliable untuk digunakan. Setelah kuesioner disetujui oleh pembimbing ,peneliti mulai mengumpulkan data dengan menjelaskan tujuan penelitian kepada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia kemudian melakukan inform consent

Dengan demikian, maka peneliti mengambil sampel dari seluruh mahasiswa semester V tahun 2013 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 116 orang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang merupakan suatu bentuk instrument pengumpul data yang sangat fleksibel, terperinci, lengkap, dan relatif mudah digunakan. Kuesioner berisikan pertanyaan pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian, dan harus diisi oleh masing-masing responden. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode angket, yaitu responden mengisi sendiri kuesioner yang ada.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia semester tahun 2013, berada di tempat, bersedia menjadi responden. Kriteria ekslusi adalah anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampe, Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :1) Responden tidak berada di tempat, 2) Responden tidak mendapatkan nomor undian. Kriteria noninklusi dalam penelitian ini adalah yang tidak termasuk dalam populasi penelitian. Yaitu mahasiswa DIII Kebidanan tingkat I dan III di STIKes Medistra Indonesia Bekasi.

Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase masing-masing variabel, selanjutnya data ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi.

Analisis Bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji statistik chi aquare . Dengan batas kemaknaan (α=0,05) atau confident Interval (CI) = 95% diolah dengan komputer menggunakan program SPSS.8

Menurut Notoatmodjo, penyajian data dengan narasi (kalimat) atau memberikan keterangan secara tulisan. Pengumpulan data dalam bentuk tertulis mulai dari pengambilan sampel, pelaksanan pengumpulan data dan sampai hasil analisis yang adalah master table dan table distribusi frekuensi. Dimana data disusun dalam baris dan kolom dengan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran.

(4)

Analisa Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase masing-masing variabel, selanjutnya data ditampilkan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis Bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji statistik chi aquare . Dengan batas

kemaknaan (α=0,05) atau confident Interval (CI) = 95% diolah dengan komputer menggunakan program SPSS.8

Menurut Notoatmodjo, penyajian data dengan narasi (kalimat) atau memberikan keterangan secara tulisan. Pengumpulan data dalam bentuk tertulis mulai dari pengambilan sampel, pelaksanan pengumpulan data dan sampai hasil analisis yang berupa informasi dari pengumpulan data tersebut. Penyajian data secara tabular yaitu memberikan keterangan berbentuk angka.

Jenis yang digunakan Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah master table dan table distribusi frekuensi.Dimana data disusun dalam baris dan kolom dengan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran.

Menurut Sulistiyaningsih, dalam melakukan penelitian persetujuan dari responden amatlah penting yang biasa disebut dengan etika penelitian yaitu semacam persetujuan dan komite etik penelitian di suatu institusi bahwa penelitian yang akan dilakukan ini tidak membahayakan responden penelitian

1. Rekomedasi yang diajukan ke STIKIM 2. Lembar pengambilan

3. Tanpa nama, yang bertujuan untuk menjaga kerahasian identitas responden dalam proses pengambilan data 4. Rahasia, kerahasiswan identitas responden

5. Keikhlasan, tidak adanya unsur paksaan dari pihak manapun untuk menjadi responden

HASIL

Penelitian ini meneliti tentang adanya hubungan motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa semester 5 D III Kebidanan STIKes Medistra Indonesia Bekasi. Tahun 2013. Data yang terkumpul dari hasil penyebaran kusioner selanjutnya dilakukan pngeditann dan pengkodeaan sesuai dengan kode yang disepakati. Setelah data dikumpulkan keseluruhan kemudian dioalah secara komputerisasi kemudian didapatkan sebagai berikut:

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi berdasarkan Motovasi Belajar, Sikap Belajar dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Semester 5 D III Kebidanan STIKes Medistra Indonesia Bekasi Tahun 2013

Variabel Jumlah (f) Persentase (%)

Prestasi Belajar

Tinggi 43 62,9

Rendah 73 37,1

Motivasi Belajar

Tinggi 87 75,0

Rendah 29 25,0

Sikap Belajar

Positif 69 40,5

Negatif 47 59,5

Lingkungan Belajar

Mendukung 53 45,7

Tidak Mendukung 63 54,3

Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil yaitu sebagian responden yang memiliki prestasi belajar tinggi adalah 3 orang (62,9%) dan ada 73 orang (37,1%) yang memiliki prestasi belajar rendah. Sebagian responden yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah 87 orang (75,0%) dan ada 29 orang (25%) yang motivasi beljarnya rendah. Sebagian responden yang memiliki sikap belajar positif adalah 69 orang (40,5%) dan ada 47 orang (59,5%) yang memiliki sikap belajar negative.

(5)

Jurnal Ilmu Kesehatan,9 (1);Maret 2017

Tabel 2.

Hubungan motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa DIII kebidanan semester V di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia Tahun 2013

Variabel

Prestasi Belajar

Total OR P Value

Tinggi Rendah

F % F % f %

Motivasi Belajar : Tinggi 39 33,6 48 41,4 87 75,0

5,07 0,003 Rendah 4 3,4 25 21,6 29 25,0

Sikap Belajar :

Positif 34 29,3 35 30,2 69 59,5 4,10 0,001 Negatif 9 7,8 38 32,7 47 40,5

Lingkungan Belajar:

Mendukung 27 23,3 26 22,4 53 45,7 3,05 0,005 Tidak Mendukung 16 13,8 47 40,5 63 54,3

Hasil olah data komputerisasi

Berdasarkan tabel 2 tentang hubungan sikap belajar dengan prestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 38 orang (32,7%) dari 47 mahasiswa yang memiliki sikap belajar negative dengan prestasi belajar rendah, sedangkan 35 orang (30,2%) dari 69 mahasiswa yang memiliki sikap belajar positif dengan prestasi belajar rendah. Setelah diuji statistik dengan menggunakan chi square didapat nilai P value = 0,001 (p value < α 0,05) menunjukkan bahwa penelitian ini H0 ditolak berarti ada hubungan antara antara sikap belajar dengan prestasi belajar mahasiswa semester V di STIKes Medistra Indonesia tahun 2013.

Dengan nilai OR = 4,102 artinya bahwa mahasiswa STIKes Medistra Indonesia dengan sikap belajar positive beresiko 4 kali memiliki prestasi belajar rendah Berdasarkan tabel 2 tentang hubungan lingkungan belajar denganprestasi belajar diperoleh bahwa ada sebanyak 47 orang (40,5%) dari 63 msiswa yang lingkungan belajarnya tidak mendukung dengan prestasi belajar rendah, sedangkan 26 orang (22,4%) dari 53 siswa yang lingkungan belajarnya mendukung dengan prestasi belajar rendah.

Setelah diuji statistik dengan menggunakan chi square didapat nilai P value = 0,005 (p value < α 0,05) menunjukkan bahwa penelitian ini H0 ditolak berarti ada hubungan antara antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa semester V di STIKes Medistra Indonesia tahun 2013. Dengan nilai OR = 3,050 artinya mahasiswa STIKes Medistra Indonesia dengan lingkungan belajar mendukung beresiko 5 kali memiliki prestasi belajar rendah dari lingkungan belajar tidak mendukung.

Diskusi

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu tidak semua faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa di STIKes Medistra Indonesia ini diteliti dalam penelitian ini, kemudian dalam melakukan penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dari berbagai segi baik dalam keterbatasan pengetahuan dan pengalaman sehingga dalam pembuatan instrumen, pengumpulan data, pengolahan data dan pembahasannya jauh dari sempurna.

Dalam mengolah data primer, peneliti belum menemukan standar baku untuk instrument variabel tersebut, sehingga hanya mengaplikasikannya teori yang digunakan dan kerangka instrumen yang sudah ada. Dan data sekunder yang didapat dari bidang akademik kemahasiswaan yang memberikan nilai yang dibutuhkan dari sumber tempat penelitian ini berlangsung.

Dari hasil penelitian yang dilakukan kemungkinan bisa terjadi bias informasi. Bias informasi adalah kesalahan yang terjadi bila informasi yang didapatkan tidak valid. Dalam penelitian ini kemungkinan bias informasi dapat terjadi karena data sekunder yang diperoleh dari bagian akademik. Dari hasil penelitian dapat diketahui secara umum bahwa secara statistik. ada hubungan antara motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa semester 5 di STIKes Medistra Indonesia tahun 2013.

(6)

Motivasi menurut Syamsu dalam Saefullah, motivasi berasal dari kata motif yang berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertidak melakukan suatu kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan.10 Menurut Saefullah, motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :

1. Cita –cita atau aspirasi: yaitu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Aspirasi ini bisa bersifat positif dan negative.

2. Kemampuan Belajar: Dalam kemampuan belajar, taraf perkembangan berpikir siswa menjadi ukuran.

3. Kondisi siswa: kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berhubungan dengan kondisi fisik dan psikologis. Kondisi tersebut dapat mengurangi, bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa.

4. Kondisi lingkungan: kondisi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan tersebut sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa.

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar: yaitu unsur-unsur yang keberadaanya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, lemah dan bahkan hilang sama sekali khususnya kondisi yang sifatnya kondisional.

6. Upaya guru membelajarkan siswa, guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi sampai dengan mengevaluasi hasi belajar siswa. Ciri-ciri motivasi yang ada dalam diri seseorang adalah: a) Tekun menghadapi tugas dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum

selesai

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa. c) Menunjukan minat terhdap bermacam-macam.10

Menurut Abin Syamsudin (2002) dalam jurnal penelitian dan pendidikan oleh Ghullam dan Lisa tahun 2011, yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya dalam tahap-tahap tertentu. Indikator motivasi belajar antara lain.

1) Durasi kegiatan. Aspek ini mengacu kepada seberapa lama suatu kegiatan belajar dilakukan. Semakin lama orang melakukan kegiatan belajarnya ini mengandung arti semakin kuat motivasi belajarnya.

2) Frekuensi kegiatan. Aspek ini mengacu kepada sering tidaknya kegiatan belajar dilakukan. Orang yang mempunya motivasi belajar tinggi akan ditandai oleh sering tidaknya kegiatan belajar dilakukan. Orang yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan ditandai oleh serng tidaknya kegiatan belajar dilakukan.

3) Presistensinya pada tujuan kegiatan. Aspek ini mengacu kepada ketepatan dan kelekatan kegiatan belajar dilakukan. Ini artinya apa yang siswa pelajari sesuai dengan tuntutan kurikulum atau pembelajaran yang diselenggarakan guru. Dengan kata lain siswa mempelajari apa yang seharunya dipelajari.

4) Ketabahan, ketekunan dan kemampuannya dalan menghadapi kegiatna dan kesulitan untuk mencapai tujuan. Kemampuan menghadapi rintangan dan kesulitan dalam kegiatan belajar. Aspek ini mengacu kepada sejauh mana ia sanggup menghadapi dan menyelesaikan tantangan, hambatan dan rintangan dalam suatu pembelajaran. Misalnya, individu sanggup mencari buku sumber ke tempat lain ketika tidak ada di sekolah atau di guru.

5) Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan. Aspek ini mengacu kepada pengorbanan yang individu lakukan dalam belajarnya. Misalnya ia sanggup mengorbankan waktu luangnya hanya untuk belajar, individu mengeluarkan uang hanya untuk membeli buku pelajaran, dan lain-lain.

6) Tingkatan aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Aspek ini mengacu kepada seberapa kuat dorongan belajarnya terutama dalam rangka pencapaian cita-cita belajar. Dengan adanya dorongan ini individu cenderung untuk selalu menyuguhkan yang terbaik dalam belajarnya.

7) Tingkat kualifikasi prestasi. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan. Berdasarkan hal tersebut dapat disintesiskan bahwa motivasi belajar seseorang dapat dipengaruhi dari durasi dan frekuensi mahasiswa tersebut dalam belajar, serta ketekunan siswa itu sendiri sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.

Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar, Berdasarkan hasil penelitian awal oleh Asti Wahyuningsih di SMA Pelita Nusantara I Semarang. Motivasi merupakan hal yang dibutuhkan dalam kegiatan mengajar. Dengan adanya motivasi maka prestasi belajar akan optimal. Semakin tepat motivasi yang diberikan guru maka kegiatan belajar mengajar akan semakin berhasil. Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar peserta didik

Menurut Sudirman, 2006, motivasi berfungsi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi, menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai dan meyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan-perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.

(7)

Jurnal Ilmu Kesehatan,9 (1);Maret 2017

Hasil sintesis motivasi belajar terhadap prestasi belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari faktor internal seperti kesehatan badan dan panca indra, faktor psikologis seperti motivasi dan sikap mahasiswa tersebut dan faktor eksternal seperti dukungan orang tua, lingkungan, sekolah, metode dosen yang mengajar bahkan sampai masyarakat. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa terutama klinik yang erat kaitannya dengan pelaksanaan dan pemberian tindakan kepada pasien dan masyarakat. Adapun indikatornya durasi kegiatan, frekuensi kegiatan, dan tanggung jawab.

Peneliti berpendapat bahwa di STIKes Medistra Indonesia didapatkan banyak mahasiswa yang cenderung memiliki motivasi belajar yang kurang, sehingga banyak mahasiswa yang memiliki prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari faktor internal seperti kesehatan badan dan panca indra, faktor psikologis seperti motivasi dan sikap mahasiswa tersebut dan faktor eksternal seperti dukungan orang tua, lingkungan, sekolah, metode dosen yang mengajar bahkan samapai masyarakat. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa terutama klinik yang erat kaitannya dengan pelaksanaan dan pemberian tindakan kepada pasien dan masyarakat

Hubungan Sikap Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester V di STIKes Medistra Indonesia Tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian responden yang memiliki sikap belajar positif dan prestasi belajar tinggi adalah 34 orang (29,3%) dan ada 35 orang (30,2%) yang sikap belajar positif dan prestasi belajar rendah. Sedangkan responden yang memiliki sikap belajar negative dan prestasi belajar tinggi adalah 9 orang (7,8%) dan ada 38 orang (32,7%) yang sikap belajar negative dan prestasi belajar rendah. Sikap belajar mahasiswa berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa (p = 0,0001 < 0,05).

Menurut Nasution dalam jurnal Tarmizi, sikap bejar dapat diartikan sebagai kecenderungan perilaku ketika ia mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Secara garis besar sikap dibedakan atas dua macam yaitu sikap positif dan sikap negative. Sikap positif adalah sikap yang menyetujui menerima atau menyenangi. Sebaliknya, sikap negative adalah sikap tidak menyetujui, menolak atau tidak menyenangi. Apabila seseorang bersikap negative terhadap pendidikan, maka oranng tersebut misalnya tidak mau menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih atas misalnya hanya tamat SMP saja. 12

Konsep sikap belajar menurut Brown dan Holtzman dalam jurnal Tarmizi, 2009 dibagi menjadi 2 komponen : 1) Teacher Approval (TA) : berhubungan dengan pandangan siswa terhadap guru, tingkah laku mereka di kelas, dan

cara mengajar.

2) Education Acceptance (AE) : terdiri atas penerimaan dan penolakan siswa terhadap tujuan yang akan dicapai, materi yang disajikan, praktik, tugas, dan persyaratan yang ditetapkan disekolah Sikap belajar sangat bergantung pada guru sebagai pemimpin dalam proses belajar mengajar. Sikap belajar bukan sekedar sikap yang ditunjukan pada guru, tapi juga kepada tujuan yang akan dicapai. Sikap belajar siswa berwujud senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut. Sikap belajar akam mempengaruh proses dan hasil dari belajarnya. Yang menimbulkan rasa sengan akan menimbulkan rasa ingin mengulang (law effect).12 Sikap belajar sangat bergantung pada guru sebagai pemimpin dalam proses belajar mengajar. Sikap belajar bukan sekedar sikap yang ditunjukan pada guru, tapi juga kepada tujuan yang akan dicapai. Sikap belajar siswa berwujud senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka terhadap hal-hal tersebut.

Sikap belajar akam mempengaruh proses dan hasil dari belajarnya.Yang menimbulkan rasa sengan akan menimbulkan rasa ingin mengulang (law effect). Menurut Sabri dalam Jurnal Tarmizi, 2009. Ada sesuatu yang melatarbelkangi mengapa siswa mengambil sikap.

Hal ini berkaitan erat dengan fungsi, sebagai berikut:

1) Sikap sebagai instrumen atau alat untuk mencapai tujuan (instrumental function). Seseorang mengambil sikap tertentu terhadap objek atas dasar pemikiran sampai sejauh mana objek sikap tersebut dapat digunakan sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kalau objek itu mendukung dalam pencapaian tujuan, maka orang akan mempunyai sikap yang positif terhadap objek yang bersangkutan, demikian pula sebaliknya. Fungsi ini juga sering disebut sebagai fungsi penyesuaian (adjustment), karena dengan mengambil sikap tertentu seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.

2) Sikap sebagai pertahanan ego. Kadang-kadang orang mengambil sikap tertentu terhadap sesuatu objek karena untuk mempertahankan ego atau akunya. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu terhadap objek demi pertahanan egonya. Misalnya orang tua mengambil sikap begitu keras (walaupun sikap itu sebetulnya tidak benar), hal tersebut mungkin karena dengan sikap keadaan ego atau aku-nya dapat dipertahankan.

(8)

4) Sikap sebagai fungsi pengetahuan. Ini berarti bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap sesuatu objek akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut. Apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka hal itu akan berpengaruh pada sikap orang itu terhadap objek tersebut. 12

Siswa mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan. Hal yang menjadi objek sikap dapat bermacam-macam. Sekalipun demikian, orang hanya dapat mempunyai sikap terhadap hal-hal yang diketahuinya.

Jadi harus ada sekedar informasi pada seseorang untuk dapat bersikap terhadap suatu objek. Informasi merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Dari informasi yang didapatkan itu akan menimbulkan berbagai macam perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek.12

Menurut Sabri dalam jurnal Tarmizi, 2009 mengatakan sikap belajar mempengaruhi intensitas seseorang dalam belajar. Bila sikap belajar positif, maka kegiatan intensitas belajar yang lebih tinggi. Bila sikap belajar negatif, maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Sikap belajar yang positif dapat disamakan dengan minat, minat akan memperlancar proses belajar siswa. Karena belajar akan terjadi secara optimal dalam diri siswa apabila ia memiliki minat untuk mempelajari sesuatu. Siswa yang sikap belajarnya positif akan belajar dengan aktif. Cara mengembangkan sikap belajar positif antara lain:

1) Bangkitkan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebaganya. 2) Hubungkan dengan pengalaman lampau.

3) Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

4) Gunakan berbagai metode mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, demonstrasi, dll12

Hubungan sikap belajar terhadap prestasi belajar Menurut Isqaki Noorfaisal dalam penelitianya dalam

penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Sikap Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II di SMA Don

Bosco, Semarang” pada tahun 1994, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara sikap belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas II SMA di Don Bosco. Kekuatan hubungan tersebut ditunjukkan melalui koefisien korelasi sebesar 0,1612 dan nilai koefisien determinasi sebesar 0,607 atau variasi prestasi belajar matematika 60,7% dapat dijelaskan oleh variable sikap belajar.13 Dari uraian tersebut dapat diasumsikan bahwa sikap belajar mempunyai hubungan yang erat terhadap prestasi belajar.\

Sintesis sikap belajar terhadap prestasi belajar yaitu Sikap belajar seseorang juga dapat dipengaruhi oleh bagaimana guru sebagai pemimpin dalam proses belajar mengajar, serta bagaimana siswa tersebut bersikap baik positif ataupun negatif akan berdampak pada insensitas belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil akhir atau prestasi belajarnya. Adapun indikatornya ketekunan belajar, kerajinan dan kedisiplinan.

Peneliti berpendapat bahwa di STIKes Medistra Indonesia didaptkan bahwa sikap belajar mahasiswa cenderung bersikap negative sehingga mengakibatkan mahasiswa cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah, namun mahasiswa yang memiliki sikap positif belum tentu mempunya prestasi belajar yang tinggi. Sikap belajar yang positif jika dimiliki oleh mahasiswa akan membantu mahasiswa tersebut memiliki prestasi belajar yang tinggi. Sikap belajar seseorang juga dapat dipengaruhi oleh bagaimana guru sebagai pemimpin dalam proses belajar mengajar, serta bagaimana siswa tersebut bersikap baik positif ataupun negatif akan berdampak pada insensitas belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil akhir atau prestasi belajarnya

Hubungan Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Semester V STIKes Medistra Indonesia Tahun 2013

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian responden yang memiliki lingkungan belajar mendukung dan prestasi belajar tinggi dalah 27 orang (23,3%) dan ada 26 orang (22,4%) yang lingkungan belajar mendukung dan prestasi belajar rendah.

Sedangkan responden yang memiliki lingkungan belajar tidak mendukung dan prestasi belajar tinggi adalah 16 orang (13,8%) dan ada 47 orang (40,5%) yang lingkungan belajar tidak mendukung dan prestasi belajar rendah. Responden dengan lingkungan belajar tidak mendukung cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah dan responden dengan lingkungan belajar mendukung umumnya memiliki prestasi belajar tinggi, walaupun ada lingkungan belajar mendukung yang memiliki prestasi belajar yang rendah.. Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar (p = 0,005 < 0,05).

Menurut Suryabrata lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berbeda di luar individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya, baik disadari maupun tidak disadari, baik langsung maupun tidak langsung.14 Aspek-aspek lingkungan belajar mahasiswa antara lain:

1) Lingkungan Keluarga, menurut Husan Langgunggung keluarga adalah unit pertama dan institusi pertama dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan yang terjadi di dalamnya sebagian besar bersifat hubungan-hubungan langsung. Beberapa aspek yang ikut berpengaruh yaitu:

(9)

masalah-Jurnal Ilmu Kesehatan,9 (1);Maret 2017 masalah yang dihadapi anak di sekolah.

b) Suasana rumah: hubungan anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku dan tegang dalam keluarga yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar.

c) Kemampuan ekonomi keluarga: bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai sudah barang tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secra memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua murid, maka murid yang bersangkutan akan menanggung resiko yang tidak diharapkan.

d) Latar belakang kebudayaan: tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar.

Anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasan yang baik, agar mendorong anak untuk belajar. 2) Lingkungan guru, diantaranya yaitu:

a) Interaksi guru dan murid: guru yang

kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancer, dan menyebabkan anak didik merasa ada distansi (jarak) dengan guru.

b) Hubungan antar murid: guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat.

c) Cara penyajian bahan pelajaran: guru yang hanya bias mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi siswa belajar.

3) Lingkungan masyarakat, diantaranya antara lain:

a) Teman bergaul: pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak, namun teman bergaul yang memiliki perilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular kepada anak lain.

b) Pola hidup lingkungan: jika anak berada di kondisi masyarakat kumuh yang serba kekurnagan, dan anak-anak pengguran akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena akan mengalami kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi.

c) Kegiatan dalam masyarakat: kegiatan yang dilakukan secara berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar.

d) Mass media: sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar, misalnya bioskop, radio, tv, video, novel, dll. Banyak anak yang terlalu lama menonton akan lupa akan tugasnya.15

Hubungan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar, Dalam Jurnal Citizenship, dalam penelitian di Universitas Ahmad Dahlan mendapatkan lingkungan belajar memberikan pengaruh sebesar 7,3% terhadap prestasi belajar mahasiswa PPKn angkatan 2008/2009. Hasil lain dalam skripsi Mushikallah , 2005 menunjukkan bahwa lingkungan belajar member pengaruh positing terhadap prestasi belajar PAI siswi di Mi Nurul Yaqin, Semarang. Hal ini menandakan bahwa lingkungan belajar yang kondusif untuk belajar akan memudahkan dalam menyerap ilmu dan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

Hasil penelitian sejalan Mustofa Setyo Ariwibowo, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa PPKN Angkatan 2008/2009 Universitas Ahmad Dahlan Semester Ganjil Tahun 2010/2011”, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar matematika siswa Mahasiswa PPKN Angkatan 2008/2009 Universitas Ahmad Dahlan.16

Sintesis lingkungan belajar terhadap prestasi belajar yaitu, Lingkungan belajar seseorang juga dapat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan tempat anak tersebut belajar, lingkungan keluarga yang mendukung, lingkungan sekolah yang kondusif dan lingkungan masyarakat yang nyaman akan membantu pada insensitas belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil akhir atau prestasi belajarnya. Adapun indikatornya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Peneliti berpendapat bahwa mahasiswa di STIKes Medistra Indonesia banyak memiliki lingkungan belajar yang tidak mendukung sehingga sangat berpengaruh terhadap proses belajar mahasiswa baik lingkungan belajar yang berasal dari keluarga, sekolah taupun masyarakat. Sehingga, mahasiswa yang memiliki lingkungan belajar yang tidak mendukung akan cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah.

Konklusi

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut penelitian yang dilakukan yaitu:

1) Motivasi Belajar. Menurut Irwanti dalam Saefullah, motivasi adalah penggerak prilaku. Motivasi belajar adalah pendoronng seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar.

(10)

3) Lingkungan Belajar. Lingkungan belajar adalah semua yang tampak di sekeliling mahasiswa dan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan telah sesuai dengan tujuan khusus yaitu mengetahui hubungan motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar pada mahasiswa semester V di STIKes Medistra Indonesia tahun 2013, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagi berikut: sebagian responden yang memiliki prestasi belajar rendah adalah 73 orang (62,9%), sebagian responden yang memiliki memiliki motivasi belajar tinggi adalah 87 orang (75,0%), sebagian responden yang memiliki sikap belajar positif adalah sebanyak 69 (59,5%), sebagian responden yang memiliki lingkungan belajar tidak mendukung sebanyak 63 orang (54,3%). Sedangkan dari Dalam analisa bivariat diperoleh motivasi belajar didapatkan p.value = 0,003 (p <0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa STIKes Medistra Indonesia yang motivasi belajarnya tinggi beresiko 5 kali memiliki prestasi belajar yang rendah.

Motivasi belajar mahasiswa dapat mempengaruhi mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Motivasi yang baik dalam mengikuti setiap proses pembelajaran t yang ada akan menimbulkan prestasi belajar yang baik. Dari variabel sikap belajar didapatkan p.value = 0,0001 (p <0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa STIKes Medistra Indonesia yang memiliki sikap belajar yang positif beresiko 4 kali memiliki prestasi belajar rendah.

Sikap belajar mahasiswa yang cenderung malas-malasan untuk dalam belajar dapat mempengaruhi hasil akhir prestasi belajar mahasiswa, diharapkan agar setiap mahasiswa menggali kembali potensi belajarnya dan mempunya sikap yang lebih positif lagi dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas ataupun praktek mandiri. Dan dari hasil uji statistik variabel lingkungan belajar diperoleh p.value = 0,005 (p <0,005), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa STIKes Medistra Indonesia yang lingkungan belajarnya mendukung beresiko 3 kali memiliki prestasi belajar rendah. Lingkungan belajar memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Maka dari itu diharapkan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat mampu menjaga dan mengoptimalkan agara lingkungan belajar selalu kondusif. keluarga diharapkan memberikan perhatian khusus terhadap hal-hal yang dapat mempengaruhi aktifitas belajar seperti menonton televisi, bermain dsb.

Lingkungan sekolah pun perlu dijaga agar siswa merasa nyaman dan belajar tanpa tekanan atau paksaan. Masyarakat juga diharapkan mampu memberikan contoh dan pengaruh yang baik kepada siswa. Jadi dari ketiga variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar, sikap belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa semester V di STIKes Medistra Indonesia Tahun 2013.

Diharapkan agar pihak kampus dapat lebih memotivasi mahasiswa dengan mengadakan bimbingan konseling kepada mahasiswa yang terlihat memiliki motivasi dan sikap belajar yang kurang terhadap proses pembelajaran sejak awal, dan berusaha mengkondisikan suasana belajar yang nyaman bagi para mahasiswa baik di dalam keluar, lingkungan kampus, maupun lingkungan sekitar kampus.

Dari hasil penelitian ini diharapkan agar mahasiswa lebih termotivasi dalam belajar sehingga memiliki sikap belajar yang tinggi dalam setiap kegiatan perkuliahan, serta penyesuain terhadap lingkungan belajar mereka sehingga menghailkan lingkungan belajar yang kondusif dan nyaman untuk proses pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

1. Prihatiningtyas (2013), Menganalisis hasil ujian nasional pada tingkat SMA baik RSBI maupun bukan RSBI, untuk program IPA dan IPS, (Universitas Dipenogoro)

2. Berita1, Kualitas Pendidikan di Indonesia, (http://beritasatu.com. Diakses 17 Desember 2013) 3. Kopertis, Berita Edukasi 20 Oktober 2012, (http://kopertis12.co.id. Diakses 22 Juni 2014) 4. Syafriani, Jurnal seks pranikah (Universitas Padjajaran)

5. Purwanto, 2004, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Pustaka Pelajar.

6. Amelia Ranu, Jurnal Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belaja.

7. Arief D P, Jurnal pendidikan tehnik elektronika volume 2 edisi ke 2 tahun 2013

8. Saefullah, 2012, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Setia.

9. Siregar E, 2010, Teori Belajar dan Perkembanganny, Jakarta: Gahlia Indonesia

(11)

Jurnal Ilmu Kesehatan,9 (1);Maret 2017

11. Notoatmodjo, 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

12. Margona A, 2003, Metode Pendidikan Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

13. Saefullah, 2012, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Setia.

14. Jurnal Pendidikan Teknik Elektronika, 2013, Vol 2 Edisi ke 2

15. Tarmizi, Skripsi, Hubungan Sikap Belajar Terhadap Prestasi Belajar (Universitas Padjajaran)

16. Jurnal Pendidikan Teknik Elektronika, 2013, Vol 2 Edisi ke 2

17. LingkunganBelajar(http://library.walisongo.ac.id. Diakses 8 Desember 2013)

18. Notoatmodjo, S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta; 2007

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Motovasi Belajar, Sikap Belajar dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi
Tabel 2.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan aerasi dengan sistem tray aerator yang dilanjutkan proses filtrasi menggunakan media filter arang tempurung kelapa dan ijuk dengan variasi

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana prosedur pengajuan perkara councorsus (perbarengan) di Pengadilan Agama Jember ;

Kelompok makanan jajanan pada butir (a) dilakukan pembinaan dengan melengkapi fasilitas dan sarana pedagang makanan jajanan. Pembentukan sentra pedagang makanan jajanan di

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Segmentasi Citra pada Video dengan Metode Level Set Berbasis Pemrograman Paralel GPU CUDA” merupakan hasil

Biaya Pengganti Baru (Replacement Cost New) atas properti pembanding dapat dilakukan dengan akurat. Prosedur perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode

Ketegangan berlanjut ketika kedua belah pihak mengirim tentara di perbatasan kedua negara. Insiden tembak menembakpun terjadi pada tanggal 17 September 1980. Selanjutnya

Selain emosi yang dirasakan selama menjadi ibu asuh, muncul. pula dampak psikologis seperti kematangan emosi dimana

Linklater (1998) mencoba menjelaskan akan adanya upaya negara untuk melakukan pemisahan antar individu melalui batas-batas negara, warganegara domestik,