• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENGOBATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PEMERIKSAAN RUTIN (Studi Analitik Di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare–Kediri Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENGOBATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PEMERIKSAAN RUTIN (Studi Analitik Di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare–Kediri Tahun 2010"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENGOBATAN PADA PASIEN

DIABETES MELLITUS DENGAN TINGKAT KEPATUHAN

PEMERIKSAAN RUTIN

(Studi Analitik Di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare–Kediri Tahun 2010)

M. Ikhwan Kosasih* , Binti Salafiah** *) Dosen Akper Pamenang Pare Kediri

**) Perawat RSUD Pare - Kediri

Nowadays, the obedience of patient with diabetes mellitus due to the routine control are still being a problems. Performing routine treatment and checking health status routinely make them bore.

The aim of this research was to know relations between diabetes mellitus patient’s knowledge about medical treatment and the obedience of routine inspection. This study was cross sectional. Samples taken are 60 respondents with convenience sampling techniques. Knowledge about treatment collect using questionnaires and the level of compliance using study documentation. Statistical tests used correlation spearman rank test to find the values associated with 0.05 α level of significance.

From total 60 respondents who have knowledge about treatment of diabetes mellitus less criteria 41 respondents (69%). For level of compliance disobedient category are 53 respondents (89%). There is correlation between diabetes mellitus patient’s knowledge about medical treatment and the level of the obedience of routine inspection (p value = 0, 0330,05).

It can be concluded coefficient correlation is low. So, the order is increase knowledge will increase the obedience of routine inspection.

Keywords: knowledge, compliance, routine inspection

Latar Belakang

Diabetes mellitus atau penyakit yang biasa disebut kencing manis menjadi salah satu penyakit yang banyak menyerang masyarakat baik muda-tua, di kota ataupun di desa. Menurut Miller (dalam. Soehardjono, et al, 2002), Penyakit ini bersifat kronik yang membutuhkan terapi jangka panjang dan seumur hidup. Penyakit ini apabila dibiarkan semakin parah, akan timbul komplikasi-komplikasi yang berat diantaranya jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal dan kerusakan system syaraf (Kshanti : 2008). Namun saat ini kepatuhan pasien diabetes mellitus terhadap pemeriksaan rutin merupakan suatu kendala. Menurut Miller (dalam: Soehardjono,et. al: 2002) Bagi penderita diabetes mellitus menjalani pengobatan dengan tekun dan selalu mengontrol kesehatannya dapat menimbulkan kejenuhan. Sebagaimana suatu penyakit kronis, sering menimbulkan perasaan tidak berdaya pada diri penderitanya. Banyak orang yang tidak mematuhi program yang ditentukan terutama jika program itu

rumit dan dalam jangka waktu lama (Tri Asti I: 2006).

(2)

Menurut Purwanto (1998) perilaku pasien adalah dorongan yang ada dalam diri pasien untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam dirinya. Menurut Green (dalam Notoatmodjo, 2005) bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, keyakinan dan lain-lain) faktor pendukung (ketersediaan lingkungan fisik yaitu sarana prasarana) dan faktor penguat(sikap dan perilaku tenaga kesehatan). Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang adalah kompleksitas dari pengobatan, lamanya penyakit diderita, cara pemberian pelayanan, adanya faktor interpersonal, intra personal dan pengaruh lingkungan. Tetapi pengetahuan merupakan stimulus yang utama untuk menimbulkan kepatuhan (Niven, 2002).

Pemantauan kadar gula darah pasien harus dilaksanakan rutin karena kadar gula darah dapat melonjak sewaktu-waktu. Apabila gula darah tidak terkontrol akan terjadi hiperglikemia (kadar gula darah terlalu tinggi) atau terjadi hipoglikemia (kadar gula darah terlalu rendah). Kedua keadaan inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai komplikasi (Kshanti : 2008). Untuk mengikutsertakan kepatuhan pasien dalam pemeriksaan rutin sebagai kebiasaan hidupnya maka perilaku klien yang tidak mendukung kesehatan dapat diubah menjadi taat dalam pemeriksaan rutin dengan menambah pengetahuan tentang manfaatnya. Perilaku seseorang untuk taat dalam menjalani pemeriksaan rutin salahsatunya berhubungan dengan sejauh mana penyuluhan kesehatan yang diberikan perawat mengenai pengetahuan bagi pasien diabetes mellitus yang bertujuan untuk menunjang perilaku dalam meningkatkan pemahaman tentang pengobatanya sehingga pada gilirannya nanti komplikasi Diabetes dapat dicegah. Maka, jika pasien benar-benar faham akan pemeriksaan rutin terhadap dampak kesehatannya, diharapkan dengan sendirinya timbul kepatuhan dalam diri pasien.

Berdasarkan kondisi inilah peneliti mulai tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan tentang pengobatan pada pasien diabetes mellitus dengan tingkat kepatuhan pemeriksaa rutin di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare–Kediri.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Adakah hubungan pengetahuan

tentang pengobatan pasien diabetes mellitus dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan rutin di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare tahun 2010?”

Tujuan Penelitian

Mengetahui adakah hubungan pengetahuan pada pasien diabetes mellitus tentang pengobatan dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan rutin di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare tahun 2010.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain analitik observasional pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita kencing manis yang berobat di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Pare Tahun 2010, dengan rata-rata kunjungan perbulan sebanyak 360 orang. Sampel penelitian ditetapkan sejumlah 60 responden yang diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling.

Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 3-7 Mei 2010 dengan menggunakan kuesioner penelitian yang disusun sendiri oleh peneliti.

Pengolahan data meliputi proses editing, coding, scoring dan tabulating data, sedangkan presentasi data menggunakan tabel dan diagram. Analisis data dilakukan secara inferensial dengan menggunakan Korelasi Spearman dengan=0,05.

Hasil

Data Umum

A. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

47%

53%

laki-laki perempuan

Diagram 1 Diagram Pie Distribusi Jenis Kelamin Responden Di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare-Kediri

(3)

2%

17%

30% 38%

13%

20-30 31-40 41-50 51-60 >60

Diagram 2 Diagram Pie Distribusi Umur Responden di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare-Kediri Tanggal 03-07 Mei 2010

C. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

27% 3%

42% 28%

SD SMP SMA PT

Diagram 3 Diagram Pie Distribusi Pendidikan Responden Di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare-Kediri Tanggal 03-07 mei 2010

D. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

7%

8% 5% 30%

37% 13%

IRT wiraswasta petani

pensiunan pengajar buruh

Diagram 4 Diagram Pie Distribusi Pekerjaan responden Di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare-Kediri Tanggal 3-7 Mei 2010

Data Khusus

1. Pengetahuan Tentang Pengobatan Pada Pasien Diabetes mellitus

69%

23% 8%

BAIK CUKUP KURANG

Diagram 7 Diagram Pie Pengetahuan Tentang Pengobatan Pada Pasien Diabetes mellitus di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare-Kediri Tanggal 3-7 Mei 2010

2. Tingkat Kepatuhan Pemeriksaan Rutin

3%

8%

89%

PATUH KURANG PATUH TIDAK PATUH

Diagram 8 Diagram Pie Tingkat Kepatuhan Pemeriksaan Rutin di Poli Penyakit Dalam Rsud Pare-Kediri Tanggal 3-7 Mei 2010

3. Hubungan pengetahuan tentang pengobatan pada pasien diabetes mellitus dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan rutin

Tabel 1 Distribusi Silang Pengetahuan Tentang Pengobatan Pada Pasien Diabetes mellitus Dengan Tingkat Kepatuhan Pemeriksaan Rutin di Poli Penyakit Dalam RSUD Pare

Kepatuhan

Pengetahuan

Patuh Kurang Patuh

Tidak

Patuh Total

Baik 3,3%2 0%0 5,0%3 8,3%5

Cukup 0

0% 4 6,7%

10 16,7%

14 23,3%

Kurang 0

0% 1 1,7%

40 66,7%

41 68,4% Total 2

3,3% 5 8,3%

53 88,4%

60 100%

(4)

tidak ada dan pengetahuan baik yang patuh 3 responden. Responden dengan pengetahuan cukup yang patuh tidak ada, pengetahuan cukup yang kurang patuh 4 dan pengetahuan cukup yang tidak patuh 10 responden. Responden dengan pengetahuan kurang yang patuh tidak ada, pengetahuan kurang yang kurang patuh 1 responden dan pengetahuan kurang yang tidak patuh 40 responden. Dari uji korelasi koefisien kontngensi p ( 0,033 ) < α ( 0,05 ) hal ini menunjukan bahwa hipotesis diterima berarti ada hubungan pengetahuan tentang pengobatan pada pasien diabetes mellitus dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan rutin.

Pembahasan

1. Pengetahuan tentang pengobatan diabetes mellitus Dari data penelitian diketahui pengetahuan tentang pengobatan diabetes mellitus dengan kriteria kurang dan kriteria cukup 14 responden (23%), selebihnya sebagian kecil yang termasuk kriteria baik yaitu hanya ada 5 responden (8%).

Dikutip dari Notoatmodjo tahun 2003 Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, kondisi pengetahuan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor pendidikan, metode maupun fasilitas untuk mendapatkan pengetahuan .

Sama halnya disini dari kategori kurang pengetahuan tentang pengobatan diabetes mellitus, berdasarkan hasil penelitian didapatkan hanya 7 orang dari pendidikan SMA tetapi terdapat 21 responden dengan pendidikan SMP dan 13 responden dengan pendidikan SD. Sehingga mayoritas dari responden memiliki tingkat pendidikan lebih rendah yakni SMP, serta pendidikan SD yang cukup banyak yang mana akan mempengaruhi hasil dari menjawab pertanyaan yang diberikan sebab pendidikan memiliki andil yang besar terhadap wawasan dan kemampuan dalam memahami instruksi pengobatan. Karena pendidikan yang lebih tinggi akan meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang akan memudahkan dalam menerima informasi yang bermanfaat.

2. Kepatuhan Pemeriksaan rutin

Dari data penelitian didapatkan sebanyak 53 responden atau 88% termasuk tidak patuh, sebanyak 5 responden (8%) termasuk kurang patuh

hanya sebagian kecil responden yang patuh yakni 2 responden atau 3 % saja. Didapatkan pula sebagian besar responden berumur 51-60 tahun dengan jumlah 38%.

Derajad ketidakpatuhan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain kompleksitas prosedur pengobatan, derajad perubahan gaya hidup, lamanya waktu dimana pasien harus mematuhi nasihat tersebut, apakah penyakit tersebut benar-benar menyakitkan, apakah pengobatan tersebut terlihat berpotensi menyelamatkan hidup, keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien dan bukan profesional kesehatan (Neil Niven alih bahasa Waluyo, 2005). Faktor lain yang mempengaruhi ketidakpatuhan adalah pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, isolasi sosial dan keluarga, keyakinan, sikap dan kepribadian.

Jika didapatkan hasil penelitian sebagian besar responden termasuk tidak patuh terhadap kepatuhan pemeriksaan rutin maka hal ini dapat dipengaruhi oleh karena penyakit diabetes mellitus yang waktu pengobatanya lama dan bersifat kronis sehingga membuat pasien jenuh untuk terus mematuhi instruksi. Faktor lain yang menyebabkan ketidakpatuhan itu adalah usia responden yang mayoritas adalah usila 51-60 tahun, karena pada usia ini untuk mematuhi instruksi pengobatan yang memerlukan derajad perubahan gaya hidup yang dibutuhkan tentu membosankan mereka yang jenuh terhadap lamanya penyakit yang diderita serta adanya prosedur rumah sakit yang mengharuskan menunggu antri lama untuk periksa. Dan ada kemungkinan bahwa mereka masih menganggap pengobatan yang dijalani belum berpotensi menyelamatkan hidup. Juga pengaruh usia dimana usia lanjut seperti didapatkan dari penelitian ini, masih membutuhkan bantuan orang lain untuk mencapai pelayanan kesehatan dan adanya penurunan daya ingat pada lansia membuat lansia mudah untuk melupakan pada instruksi yang diberikan oleh pelayan kesehatan.

3. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan

(5)

pengobatan pada pasien diabetes mellitus dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan rutin di poli penyakit dalam RSUD Pare- Kediri. Correlation coeffisien menunjukan angka + 0,275 artinya hubungan positif antara kedua variabel termasuk kategori rendah.

Menurut Feuer Stein, et al (dalam Niven, 2002), ada beberapa faktor yang dapat mendukung sikap patuh pasien, diantaranya: Pendidikan dimana pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan sepanjang pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif, seperti penggunaan buku dan lain-lain, akomodasi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial seperti dukungan keluarga dan teman-teman, perubahan model terapi, meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa jumlah terbanyak responden memiliki pengetahuan kurang dan tingkat kepatuhan pemeriksaan rutin adalah tidak patuh, menurut peneliti maka dapat diartikan bahwa kepatuhan pasien terhadap pemeriksaan rutin masih dipengaruhi oleh faktor pengetahuan tentang pengobatan diabetes mellitus. Karena pengetahuan akan menimbulkan motivasi dari diri sendiri untuk melakukan sesuai yang di instruksikan atau patuh. Seperti yang didapatkan dari penelitian ini tingkat pendidikan terbanyak responden adalah tingkat pendidikan lebih rendah yakni SMP dan SD sejumlah 41 responden dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi yakni SMA dan PT yang hanya sejumlah 19 responden. Apabila pengaruh pengetahuan tentang pengobatan pada pasien diabetes mellitus dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan rutin memiliki tingkat korelasi positif, maka dapat diartikan adanya peningkatan variabel pengetahuan tentang pengobatan akan diikuti peningkatan dari kepatuhan pemeriksaan rutin. Meskipun tingkat korelasi antara kedua variabel rendah hal ini bisa disebabkan karena terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi diantaranya seperti dukungan keluarga dimana keluarga merupakan orang yang mempunyai intensitas waktu yang paling banyak untuk mengingatkan dan memantau pasien, kejenuhan atas penatalaksanaan, faktor jarak dengan tempat pelayanan kesehatan, faktor kesibukan, tingkat ekonomi, jenis pekerjaan akan mempengaruhi akses untuk mendapatkan pengetahuan dan mencapai pelayanan kesehatan.

Simpulan

1. Pengetahuan tentang pengobatan pada pasien diabetes mellitus dari total 60 responden memiliki pengetahuan tentang pengobatan diabetes mellitus dengan kriteria kurang yaitu sebanyak 41 responden (69%) dan kriteria cukup 14 responden (23%), selebihnya sebagian kecil yang termasuk kriteria baik yaitu hanya ada 5 responden (8%). 2. Tingkat kepatuhan pemeriksaan rutin dari total 60

responden sebagian besar memiliki tingkat kepatuhan kategori tidak patuh yaitu sejumlah 53 responden (89%), dan kategori kurang patuh sejumlah 5 responden (8%) serta sebagian kecil memiliki kategori patuh sejumlah 2 responden (3%).

3. Dari penelitian diperoleh hasil p 0,033 dengan uji signifikansi 0,05. Dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan pengobatan pada pasien diabetes mellitus dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan rutin. Correlation coeffisien menunjukan angka + 0,275 artinya hubungan antara kedua variabel adalah positif dan termasuk kategori rendah. Adanya kenaikan variabel pengetahuan tentang pengobatan pada pasien diabetes mellitus akan diikuti kenaikan variabel kepatuhan pemeriksaan rutin.

Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Disarankan agar perawat di poli penyakit dalam RSUD Pare Kediri lebih meningkatkan pengetahuan pasien diabetes mellitus sehingga pengetahuan pasien semakin meningkat dan mengurangi komplikasi yang lebih parah karena tidak terdeteksi dengan peningkatan konseling serta bekerjasama dengan PKMRS. Perawat dan PKMRS bisa melibatkan mahasiswa praktek, atau bekerjasama dengan institusi pendidikan kesehatan di lingkungan rumah sakit sehingga konseling bisa lebih optimal.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menciptakan metode pembelajaran yang dapat menjadi stimulus bagi mahasiswa untuk membaca buku/majalah/pustaka yang berkaitan dengan penyakit diabetes mellitus, misalnya memberikan tugas penyusunan makalah.

(6)

Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar dapat menyempurnakan penelitian ini dengan menghubungkan antara variabel yang lain misalnya dukungan keluarga, faktor jarak rumah, faktor kesibukan dan lainya.

4. Bagi Pasien

Pasien diharapkan lebih meningkatkan kepatuhan terhadap instruksi yang diberikan petugas kesehatan dan menambah pengetahuan terhadap penyakit yang diderita agar menghindari komplikasi yang lebih parah dengan banyak bertanya pada petugas kesehatan, atau memanfaatkan fasilitas media massa.

5. Bagi masyarakat

Diperlukan upaya yang serius dalam pencegahan penyakit diabetes mellitus sebab diabetes mellitus masih bisa dicegah. Dengan pengubahan pola hidup yang tidak sehat. Sehingga akan menurunkan angka kejadian diabetes mellitus di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Asti, Tri. (2006). Kepatuhan Penderita Penyakit

Kronis.www.Perpustakaan. pom.go.id. (download : 11 Oktober 2009).

Ayu, Ida. K. (2009). Diabetes mellitus dan Gizi.www.gizi net. (download : 30 November 2009).

Ismail. (2009). Penduduk Indonesia Beresiko Diabetes mellitus. www.Republika. co.id. (dowload : 16 November 2009).

Lia. (2009). Teori Kepatuhan.

(http.Bidanlia.Blogspot.com). (download : 30 November 2009).

Newsaud Media. (2009). Prev Diabetes mellitus.www.dexa-medika.com. (download : 16 November 2009).

Nidell. (2009). Prev Diabetes

mellitus.www.jawapos.co.id. (download : 30 November 2009).

Niven, Neil. (2000). Psikologi Kesehatan Pengantar untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain-lain Edisi 2.Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2003).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Rohmawati, Ita. (2009). Faktor Resiko Kerja Stroke Diabetes mellitus. www.thm-main.ac.id. (download : 01 Oktober 2009).

Gambar

Tabel 1 Distribusi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran Bahasa Arab, muhadatsah merupakan salah satu cara agar siswa mampu bercakap-cakap (berbicara) sehari-hari dengan menggunakan Bahasa Arab.. Untuk

[r]

yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013-2015. Penelitian

bahwa dalam rangka mewujudkan akuntabilitas penatausahaan keuangan dalam penanggulangan bencana alam/non alam/sosial di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kendal, maka

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi kenikmatan dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” UPAYA

Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi..

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan media Puzzle pada siswa kelas V SDN I Jatipurwo

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui debit banjir rencana sesuai kala ulang dari perhitungan analisis Hidrograf Satuan Sintesis metode Soil Consenvation