• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisah Penciptaan Adam Antara Mitos Dan Realita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kisah Penciptaan Adam Antara Mitos Dan Realita"

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

Nama buku : Abi Âdam Qishatu al Khalîqah baina al Ustûrah wa al Haqîqah

Judul terjemah : Kisah Penciptaan Adam Antara Mitos Dan Realita

Penulis : Dr Abdul Shabur Syahin

Penerjemah : Yessi HM Basyaruddin, Lc (KUWAIS) Penerbit : Maktabah as Syabâb

(2)

Pembukaan

Dulu, di masa lalu sebelum terciptanya waktu, hanya ada Allah dan belum ada satupun mahluk di sampingNya. Kemudian pada waktu itu Allah ingin menciptakan mahluk hidup dan alam semesta. Allah-pun berkata: Jadilah, maka segala sesuatu yang Allah kehendaki baik waktu, tempat, langit, bumi, bintang, planet, binatang dan segala sesuatu yang belum kita ketahui, tercipta atas kehendak-Nya.

Pada sebuah kesempatan, Allah mempunyai keinginan untuk menciptaan mahluk hidup yang berakal dan dapat mengetahui segala sesuatu (termasuk dirinya). Maka akhirnya Ia menciptakan manusia.

Sepertinya, hal tersebut merupakan sebuah gambaran yang dimaksud dalam hadis al Qudsi yang telah kita hapal semenjak kecil. Ketika itu Allah berbicara tentang diri-Nya: (Aku adalah harta terpendam. Ketika aku ingin dikenal, akhirnya akupun menciptakan mahluk hidup. Maka merekapun mengenalku).

Waktu dan tempat telah diciptakan untuk membatasi esensi segala sesuatu. Dan keduanya telah Allah posisikan pada dua tempat; alam materi dan immateri. Apabila dunia immateri telah bersembunyi dibelakang perputaran zaman dan tempat sehingga tidak ada satupun yang dapat mengetahuinya kecuali penciptanya, maka sebaliknya, dalam dunia materi kita dapat menyingkapkan rahasia dan keistimewaan dimasa lalu dimana semuanya berasal dari sebuah bentuk relatifitas.

(3)

kita dalam melihat hakikat keberadaan Allah dalam memperlihatkan kekuasaan-Nya. Dalam al Quran disebutkan: “Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa). Menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”1

Dari pemaparan diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ketika Allah telah menutupi diri-Nya dari mata kasat manusia, maka kita dapat mengetahuinya melalui berbagai bentuk ciptaannya. Sehingga secara tidak langsung ciptaan-Nya tersebut telah membawa kita untuk lebih mengenalnya.

Adapun rahmat Allah, sebagai manusia kita tidak dapat menelusurinya. Karena hal tersebut berada dalam wilayah sifat Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Dan sepertinya, memang itulah yang dimaksud dalam Hadits: “Allah memiliki rahmat sebanyak seratus bagian. Kemudian Allah memegang sembilan puluh sembilan bagian yang dimilikinya. Dan Ia hanya menurunkan satu bagian saja keatas bumi. Dari satu bagian tersebut manusia saling meberikan kasih sayang. Sehingga, seekor kuda-pun enggan untuk mengangkat kakinya, karena takut menginjak anaknya.”

Segala sesuatu yang melintas dalam kehidupan manusia, termasuk berbagai peristiwa, waktu yang terus berlalu dan tempat dimana manusia tinggal merupakan bagian dari rahmat Allah. Dengan itu, diharapkan manusia dapat melihat ciptaan Tuhan yang maha agung dalam jasadnya sehingga hal tersebut dapat menumbuhkan dan memperdalam keyakinan tentang keberadaan Tuhan. Disamping, agar mereka mempunyai keinginan untuk menelusuri proses awal penciptaan, penyempurnaan, dan kemudian pemberian ruh yang maha tinggi.

(4)

Sehingga dengan keistimewaan tersebut manusia dapat membedakan dirinya dari seluruh mahluk yang ada dalam kehidupan di bumi ini.

Terkadang, kita salah dalam melihat kehidupan ini. sehingga, kita beranggapan bahwa kita-lah satu-satunya ciptaan Tuhan, tanpa melihat keberadaan makhluk Tuhan yang lain seperti: burung, binatang, serangga dan berbagai macam ciptaan Tuhan yang hidup dilaut. Kita menganggap semuanya itu hanya hewan yang bergerak dan terus akan bergerak sampai manusia memburunya untuk di manfaatkan, atau mungkin ciptaan-ciptaan Tuhan tersebut akan mati dengan sendirinya dan kemudian binasa.

Disini kita dapat melihat arogansi manusia diatas bumi yang selalu ingin menjadikan dirinya sebagai pemimpin dari seluruh ciptaan Allah dibumi. Padahal, Allah berfirman: “Dan aku tundukkan semua yang ada dilangit dan di bumi untukmu. Sesungguhnya dalam hal tersebut merupakan tanda-tanda bagi orang yang berfikir.”

Sebenarnya, al Quran tidak mendorong manusia untuk masuk kedalam wilayah superioritas yang telah memenjarakan pemahaman mereka dalam egonya sendiri. Karena pada dasarnya al Quran telah membukakan sarana yang sangat luas didepan penglihatan manusia. Sehingga dengan saranan tersebut, manusia dapat melihat ciptaan Tuhan yang lain sebagaimana mereka dapat melihat dirinya sendiri. Allah berfirman: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami apakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.”2

(5)

Oleh karena itu, semua binatang baik yang kecil maupun yang besar merupakan mahluk yang juga diciptakan Allah. Dan semuanya harus mengikuti sunnah Allah. Bahkan, untuk itu Allah telah mengajarkan kepada mereka segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk hidup, bertahan dimuka bumi dan berkooperasi dengan hewan-hewan lainnya. Dalam menyoroti hal ini al Quran mengatakan: “Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) shalat dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”3

Ayat tersebut ditujukan untuk kehidupan burung, serangga dan hewan-hewan lain yang secara keseluruhan merupakan ciptaan Allah dan telah diberikan kehidupan masing-masing. Mereka juga mempunyai ilmu, cara shalat dan bertasbih. Sebenarnya, hal tersebut telah ditegaskan dalam firman Allah yang berbunyi: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu-pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”4

Secara umum, kita telah mengetahui bahwa keberadaan hewan dan burung telah didahului oleh keberadaan manusia diatas bumi. Dan untuk itu, cukuplah isyarat al Quran yang menceritakan tentang burung gagak yang mengajarkan kepada anak adam yang membunuh, metode untuk menyembunyikan proses pembusukan jasad saudaranya. Akan tetapi, keberadaan mahkluk tersebut tidak mendapatkan perhatian manusia.

(6)

Karena dalam pandangan manusia mereka tidak berarti apa-apa.

Sehingga, lahirnya ciptaan tuhan yang bernama manusia akan menimbulkan kesulitan yang sangat besar dalam kehidupan. Karena keberadaannya akan menimbulkan berbagai pendapat dan ijtihad. Dimulai dari lahirnya kisah israiliyyat5 yang telah menyebar secara luas dan terlempar kedataran pemikiran. Sehingga tidak jarang kita mendapatkan sebagian besar mufasir yang mempergunakan kisah-kisah tersebut secara harfiah tanpa berusaha mempergunakan nalarnya untuk mencari apa kandungan yang ada dibalik kisah tersebut. Atau berusaha mengcounter beberapa legenda dan dongeng yang dibuat-buat.

Oleh karena itu untuk pembaca, sebaiknya Anda mengambil esensi yang terdapat dalam kisah tersebut sebagaimana yang kita dapat dari para pendahulu kita dan dan beberapa kisah yang diriwayatkan oleh pemilik kitab Qishas al Anbiya yang diberi judul “al-Ara’is”6.

Para mufassir yang mempergunakan berbagai lafadz yang beragam akan tetapi menuju pada makna yang sama mengatakan bahwa ketika Allah hendak menciptakan Adam AS, Allah memberikan wahyu ke bumi: “Sesungguhnya aku menciptakan makhluk yang berasal dari unsurmu. Sebagian mereka ada yang taat kepadaku dan sebagian lain berbuat maksiat kepadaku. Maka, barang siapa yang taat kepadaku aku akan memasukkan mereka kedalam surga dan barang siapa yang berbuat maksiat kepadaku maka ia akan masuk neraka.” Kemudian Allah mengutus jibril AS untuk datang ke bumi dan mengambil debu

5 Kisah Israiliyyat adalah: Legenda tentang sejarah yang

berkaitan dengan keagamaan, berisi kebenaran dan kebohongan yang dikisahkan oleh kaum Yahudi.

(7)

yang ada disana. Ketika malaikat jibril mencoba untuk melakukan kewajibannya, bumi berkata: ‘Aku berlindung atas nama Allah yang telah mengutusmu. Janganlah engkau mengambil sesuatu dariku, karena dengan mengambil debu dariku engkau akan menjadikan bumi sebagai bagian dari api neraka. Akhirnya, jibrilpun kembali kepada Tuhannya dan tidak mengambil apapun dari bumi. Ia mengadu kepada Tuhannya: ‘Wahai Tuhanku, ia meminta perlindungan kepadamu, maka aku tidak mau datang lagi kepadanya.’

Kemudian Allah memerintahkan malaikat Mikail AS. Ia pun datang ke bumi. Untuk kedua kalinya bumi meminta perlindungan dari Allah agar Mikail tidak mengambil sesuatu apapun darinya. Sehingga pada akhirnya Mikail-pun kembali kepada Tuhannya dan tidak mengambil apapun dari bumi.

Akhirnya, Allah memerintahkan malaikat maut untuk mendatangi bumi. Pada saat itu, kembali bumi meminta perlindungan dari Allah agar malaikat maut tidak mengambil sesuatu apapun darinya. Kemudian malaikat maut berkata: ‘Aku juga berlindung kepada Allah agar aku tidak meninggalkan perintah-Nya. Dan akhirnya malaikat maut berhasil mengambil unsur-unsur tersebut dari keempat sisinya yang berlainan. Dari permukaannnya yang paling tinggi, tanah berlumpur, tanah biasa, bagian tanah yang merah, hitam, dan putih.

(8)

Kemudian malaikat maut naik kembali menghadap Allah. Ketika itu, Allah memerintahkannya untuk mengolah unsur-unsur bumi yang telah diambilnya tersebut untuk dijadikan tanah sampai meragi. Kemudian malaikat mencampurkannya dengan air yang pahit, manis dan asin sehingga menjadi sebuah adonan tanah liat dan kembali meragikannya. Hal tersebut mempunyai imbas pada sisi moralitas manusia yang sangat berbeda antara satu dengan yang lain.

Kemudian para malaikat meninggalkan adonan tersebut selama empat puluh tahun sampai menjadi tanah yang sangat lengket dan lentur. Setelah empat puluh tahun berlalu, para malaikat kembali meninggalkan adonan tersebut selama empat puluh tahun lagi, sampai menjadi tembikar.7 Setelah itu, barulah para malaikat meracik adonan tadi menjadi sebentuk jasad. Kemudian para malaikat tersebut meninggalkannya kembali selama empat puluh tahun. Allah berfirman: (Hal Atâ ‘Ala al Insâni Hînun Min ad Dahri Lam Yakun Syai’an Madzkûrâ = ائيششش نكي مل رهدششلا نم نيح ناششسانا ىل ىت ششه اروكذم)

Artinya: “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut.”8

Ibnu Abbas berkata: “Manusia adalah Adam, dan telah dibentuk selama empat puluh tahun. Tadinya, Adam hanyalah sebuah jasad yang terpampang didepan pintu surga. Dalam kitab shahih Tirmidzi dari perkataan Rasulullah SAW dalam menafsirkan awal surat al Baqarah bahwasanya Allah telah menciptakan Adam dengan kekuasaannya dengan mempergunakan segenggam tanah yang diambil dari bumi. Kemudian Ia

7 Tanah tembikar adalah tanah yang kering dimana ketika

tanganmu memukulnya tanganmu akan sakit karena kerasnya.

(9)

melemparkannya kedepan pintu surga, sehingga setiap malaikat yang melewati pintu tersebut akan melihatnya. Mereka terkejut dan merasa terkesan dengan bentuk dan tinggi perawakan makhluk tersebut. Karena pada dasarnya mereka tidak pernah melihat bentuk seperti itu sebelumnya.

Kemudian iblis lewat dan melihatnya. Ia berkata: “Karena satu hal kamu diciptakan. Kemudian ia memukul makhluk tersebut dengan tangannya. Ternyata ia mendapatkan makhluk tersebut kosong. akhirnya iblis masuk kedalam tubuh makhluk tersebut dan keluar lewat duburnya. Iblis berkata kepada para malaikat: “ini adalah makhluk yang masih kosong dan belum sempurna sehingga kita tidak dapat menyentuhnya.”

Berdasarkan semuanya itu, kita dapat melihat hampir setiap kitab-kitab tafsir merujuk pada satu sumber rujukan. Oleh karena itu, tidak jarang kita mendapatkan riwayat yang dengan mudahnya mengatakan bahwa penciptaan Adam diselesaikan dengan sempurna di langit, malaikat maut-lah yang berhasil mengambil debu dari bumi, mencampurkan unsur-unsurnya dan akhirnya mempersiapkannya untuk melalui proses peragian. Ketika Allah menciptakan dan kemudian menempatkannya dipintu surga. Dan akhirnya kisah seputar skenario yang menceritakan tentang proses penciptaan Adam dahulu tersebut terus berlangsung.

Kisah tersebut menceritakan bagaimana debu diambil dari berbagai unsur warna bumi. Bumi mempunyai lapisan-lapisan tanah yang beragam. Yang lebih menakjubkan, kisah tersebut mengatakan bahwa pencampuran unsur-unsur tersebut sedikit banyak telah berimbas pada keragaman moralitas umat manusia dan begitulah seterusnya...

(10)

darimana datangnya ide pemikiran yang mendorong para pembuat cerita itu untuk mengambil legenda bani Israil?!!

Dan bagaimana mungkin nalar manusia dapat menerima semuanya itu dengan semudah itu? Sehingga jarak yang terbangun antara Allah dengan malaikat dan iblis sampai datangnya Adam hanya dibedakan oleh jarak yang sangat tipis?

Dalam pandangan ilmu pengetahuan kontemporer, permasalahan tersebut merupakan kasus yang banyak mengandung resiko. Hal tersebut diakibatkan oleh bentrokan antara data dan informasi yang datang dari kisah-kisah dimasa lalu dengan data atau hasil analisa yang didapatkan pada masa sekarang. Sehingga, diakui ataupun tidak, hal tersebut telah menyibukkan logika nalar manusia hampir sepanjang empat abad atau bahkan lebih, sebagai bentuk usaha dalam memahami teks keagamaan yang terdapat dalam al Quran. Karena, sebagaimana kita ketahui bersama al Quran merupakan teks yang mengandung bukti-bukti absolut. Didalamnya, kita akan mendapatkan kisah sejati yang menceritakan proses penciptaan makhluk hidup, khususnya manusia.

Tidak hanya itu, usaha tersebut juga dilakukan untuk menyatukan antara data yang telah digambarkan oleh al Quran dengan orientasi ilmiah dalam menggambarkan kehidupan manusia yang hidup diatas permukaan bumi ini.

(11)

Islam untuk mempercayai semua rahasia Tuhan yang ada dibalik keajaiban al Quran, yang terkadang tersembunyi dan tidak terlihat oleh mata kasat manusia. Sampai kemudian Allah mengizinkan mereka untuk menyingkap sebagian rahasianya tersebut. Sehingga lahirlah berrbagai ide dan pemikiran seputar permasalahan tersebut. Dan sebenarnya itulah harapan yang tersirat dibalik penulisan buku ini.

Sebenarnya, usaha ini bukanlah satu-satunya cara menuju arah tersebut. Kisah ini telah menyita waktu para filosof dan ulama dari berbagai generasi dan miliu yang berbeda. Dan sudah cukup rasanya apabila kita melepaskan pandangan pada pemikiran Ibnu Thufail dalam kisahnya yang terkenal “Hay bin Yaqdhan”. Sebagaimana kita dapat melihat ide pemikiran ilmuwan kontemporer Charles Darwin yang menyoroti timbulnya berbagai makhluk hidup.

Permasalahan pertama yang diketengahkan oleh Ibnu Thufail adalah proses penciptaan makhluk hidup. Tepatnya, bagaimana awal munculnya manusia pertama diatas bumi ini. Ahmad Amin berkomentar tentang Ibnu Thufail: “Sebenarnya, Ibnu Thufail tidak mengetahui secara pasti ide pemikiran Charles Darwin yang berpendapat bahwa setiap makhluk hidup pasti mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan sebenarnya manusia adalah bagian dari rangkaian tersebut yang telah didahului oleh makhluk hidup yang diciptakan sebelumnya. Dan akhirnya sampailah pada lahirnya manusia itu sendiri.

(12)

paling stabil. Karena, disamping wilayah tersebut merupakan tempat awal terpancarnya matahari sehingga seluruh bagian kepulauan ini akan tersinari oleh hangatnya sinar mentari, selama bertahun-tahun wilayah ini juga dikenal dengan tanahnya yang subur. Sehingga sebagian para filosof beranggapan bahwa daerah seperti ini dapat melahirkan segala sesuatu secara alami.

Akan tetapi, Ibnu Thufail berpendapat lain. Ia beranggapan bahwa Hay Bin Yaqdhan tidak lahir dengan sendirinya, tapi ia memiliki ayah dan ibu. Dalam versinya, ibu Hay Bin Yaqdhan adalah saudara perempuan raja. Karena merasa takut dengan sang raja (saudaranya) maka ia-pun melemparkan anaknya tersebut ketengah lautan. Akhirnya Hay Bin Yaqdhan terseret arus dan akhirnya terdampar disebuah pulau dan ditemukan oleh kijang betina yang kehilangan anaknya. Maka, kijang tersebut merasa kasihan terhadap nasib bayi tersebut. Akhirnya ia mengambilnya, memberinya makan dengan sabar, dan menyusuinya sampai akhirnya Hay Bin Yaqdhan menjadi dewasa.

Maka kedua point yang disodorkan oleh Ibnu Thufail tersebut tidak jauh berbeda dengan para pemikir sebelumnya. Sebagian mereka mengatakan bahwa proses melahirkan secara alami dapat terjadi apabila kondisi lingkungannya memungkinkan hal tersebut, dengan adanya tempat yang subur dan lain sebagainya. Akan tetapi sebagian pendapat mengatakan bahwa manusia tidak mungkin akan lahir kecuali dari jenisnya lagi yaitu, manusia.”

(13)

kandungnya sendiri. Dalam hal ini ia masih terus bersama dengan kijang tadi. Terkadang, ia memperdengarkan suaranya dan ia juga menceritakan apa yang didengarnya seperti suara burung dan hewan-hewan lain. Ia menceritakan semuanya dengan bersemangat, penuh harap untuk dapat mempelajarinya dan terkadang ia-pun merasa tidak puas dan mengkritiknya.

Ketika Hay Bin Yaqdhan mulai belajar untuk mengikuti suara-suara yang sangat beragam tersebut, maka secara tidak langsung keduanya telah saling membantu dan membentuk sesuatu yang baru. Dan dari situlah manusia belajar untuk mengikuti suara dan gerak gerik hewan-hewan dan burung. Dan begitulah seterusnya....

Dari ringkasan kisah diatas kita dapat menyimpulkan ide pemikiran Ibnu Thufail sebagai berikut:

 Ibnu Thufail mengakui kemungkinan penciptaan manusia dari tanah yang keras (dibakar). Hal tersebut sesuai dengan firman Allah tentang proses penciptaan manusia. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”9

 Pengakuannya bahwa Hay Bin Yaqdhan lahir dari kedua orang tua sempurna merupakan penolakan terhadap proses penciptaan manusia pertama. Masih dalam point yang sama, ia juga menegaskan bahwa bahasa berasal dari hasil interaksi manusia dengan suara alam, hewan atau burung. Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan pendapat kebanyakan ahli etimologi.

Sebenarnya, tidak ada yang baru dalam ide pemikiran Ibnu Thufail. Kelebihannya hanyalah dalam menyajikan kisah seekor kijang dan hubungannya yang begitu dekat dengan seorang anak kecil bernama Hay Bin Yaqdhan!!

(14)

Padahal, kisah tersebut juga bisa kita dapatkan pada dunia pemikiran Barat dalam kisah ‘Robinson Cruz’ yang telah terseret ombak dan akhirnya terdampar disebuah pulau terpencil. Disana, ia berusaha untuk berinteraksi dengan lingkungan barunya sesuai dengan kebutuhan dan keperluannya. Dan sebenarnya Hay Bin Yaqdhan dan Robinson adalah dua makhluk Tuhan yang mempunyai nasib yang sama.

*****

Sumber utama yang akan selalu kita pergunakan dalam mempelajari proses penciptaan makhluk hidup adalah ayat-ayat al Quran. Karena, disamping sebagai sumber pertama dalam agama, al Quran juga merupakan sumber yang terpercaya kebenarannya. Dan memang dalam wilayah ini kita harus bersandar pada teks tersebut. Setelah itu, barulah kita sedikit meminta bantuan hadits Rasulullah SAW yang berfungsi untuk memperjelas makna yang terdapat dalam al Quran.

Disamping al Quran, dalam mempelajari dan menganalisa kisah ini kita juga harus mengikut sertakan beberapa unsur dasar yang sangat penting dalam mendukung kesempurnaan kisah tersebut. Diantaranya:

 Bumi: Karena kehidupan Adam, kematian dan semua peristiwa yang terjadi dalam hidupnya dilaluinya diatas permukaan bumi. Hal tersebut sebagai bukti nyata dari apa yang telah Allah jelaskan dalam berbagai ayat al Quran seperti firman Allah: “Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya.”10 Dalam ayat lain Allah berfirman: “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami

(15)

akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.”11

 Unsur tanah: Karena Allah telah menciptakan manusia

dari tanah yang berasal dari bumi dan semua unsur yang ada didalamnya. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara yang kafir atau mukmin, laki-laki atau perempuan. Hal tersebut banyak disinggung dalam berbagai ayat seperti firman Allah: “Sesungguhnya kami menciptakan kalian dari tanah.” Atau dalam ayat lain: “Apakah kamu akan berbuat kufur dengan dzat yang telah menciptakan kamu dari tanah?” Dalam firmannya yang lain Allah berfirman: “Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.”

 Unsur kemanusiaan: Adanya sebuah realitas sebagai awal penciptaan manusia. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah dalam al Quran ketika berbicara kepada para malaikat, Ia berkata: (Innî Khâliqun Basyaran Min Thîn = نيط نم ارشب قلاخ اا)

Artinya: “Sesungguhnya Aku menciptakan al Basyar di bumi.” Dalam hal ini, kita menganggap bahwa al Basyar adalah wujud awal sebelum terciptanya al-insân, sebagai hasil sebuah proses penciptaan dari tanah.

 Unsur ketuhanan: Karena manusia telah diberikan keistimewaan dengan mendapatkan tiupan ruh dari Allah untuk manusia. Allah berfirman: “Dan aku telah meniupkan ruh-Ku kedalamnya.” Sebagai gantinya, Allah meminta manusia untuk berbuat ihlas dalam melaksanakan segala macam bentuk ritualitas peribadatan. Allah

(16)

berfirman: “tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembahku.” Atau dalam ayatnya yang lain: “Dan jadilah kalian generasi rabbani.” Dan perlu diketahui bahwa berbagai bentuk peribadatan dan peng-esaan Tuhan tersebut tidak akan pernah mempunyai akhir.

Inilah yang dapat kita ringkas mengenai hakikat keberadaan manusia sekaligus, pendevinisiannya dilihat dari sisi keberadaan dan ketinggian kedudukannya disisi Allah. Oleh karena itu, kita dapat menyebut manusia sebagai: makhluk bumi yang berasal dari tanah dan telah melalui proses menjadi al Basyar dan kemudian menjadi generasi rabbani.

Adapun sebagian kalangan yang mendevinisikan manusia sebagai bagian dari hewan yang dapat berbicara, maka hal tersebut dikarenakan manusia juga makhluk ciptaan Tuhan yang hidup berdampingan di bumi seperti layaknya ciptaan Tuhan yang lain. Akan tetapi ia mempunyai berbagai kelebihan dan keistimewaan.

Apabila para pemikir yang menganalisa permasalahan ini bersepakat untuk mempergunakan sumber-sumber diatas, saya yakin, sekalipun perbedaan pendapat tetap ada, akan tetapi perbedaan tersebut bukan pada wilayah yang terlalu krusial. Dan apabila masih terdapat permasalahan-permasalahan lain yang belum disoroti oleh para ulama terdahulu, hendaknya kita mulai menyorotinya dan mengeluarkan hasil penelitiannya secara pasti. Saya harap, para pembaca dapat menerima semua ide pemikiran yang ada dalam buku ini.

(17)

kisah ini harus dapat dinikmati oleh para pembaca. Ustadz Dr Muhammad Haitsam al Khayyath —anggota perkumpulan bahasa Arab di dunia Arab— telah menghadiahkan sebuah buku kepada saya yang berjudul “Adam AS”. Buku tersebut merupakan salah satu karya Ustadz Basyir al Turki salah seorang pemikir yang berasal dari Tunisia.

Pada waktu itu, Dr Haitsam telah menghadiri sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Raja Hasan dengan pembicara saya sendiri. Seminar yang diselenggarakan pada Ramadhan 1417 H tersebut mengambil tema: “Menganalisa kisah kekhalifahan.”

Dr Haitsam mengatakan bahwa dirinya pernah melihat sebuah buku milik salah seorang pemikir Tunis yang membahas tema yang sama. Ia telah mendapatkan lembaran buku tersebut dari salah seorang kawannya dan kemudian meng-copynya. Akhirnya, copy-an tersebut ia kirimkan kepada saya. Dan ketika saya menerima kiriman tersebut terbersit dalam benak saya bahwa ilmu pengetahuan tidak ubahnya seperti seutas tali yang mengikat sebuah keluarga. Dr Haitsam telah mendapatkan tali tersebut dan menghadiahkannya kepada saya. Dan pada waktu itu, memang saya sedang membutuhkan materi tersebut untuk dipelajari kembali.

(18)

Dalam penulisan bukunya, ustadz al Turkiy telah menganalogikan proses terciptanya Adam dengan pendapatnya mengenai wilayah al Mahdiyyah, sebuah kota di wilayah pantai timur tunis. Tempat tersebut merupakan pusat daratan yang sangat luas. Kedalaman laut di bagian timur wilayah tersebut tidak mencapai seratus meter dengan panjang seratus lima puluh kilo meter. Dan pada wilayah baratnya ketinggian tanahnya tidak mencapai dua ratus meter dengan jarak seratus kilo meter. Penulis telah menyebutkan ciri-ciri daerah tersebut secara terperinci. Ia mengklaim tempat tersebut sebagai tempat awal kehidupan manusia semenjak berjuta-juta tahun yang lalu.12

Setelah makhluk Allah yang bernama al Basyar punah dari kehidupan dibumi, maka Allah mulai menciptakan Adam di surga. Dan kemudian ia turun kebumi dengan membawa tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang. Hal tersebut merupakan maksud dari firman Allah: “Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur'an yang agung.”13

Yang akan kita perhatikan disini adalah, penulis telah memberikan titik pemisah antara arti al Basyar dengan al-insân. Sehingga menurutnya, adam tercipta setelah punahnya bangsa al Basyar. Maka didalam bukunya tersebut penulis mencoba memberikan berbagai argumen yang menguatkan pendapatnya sehingga dapat dipercaya.

Pada halaman enam puluh tiga ia menerangkan empat gerakan terpenting dalam kehidupan manusia. Ke-empat gerakan tersebut adalah:

1. Semenjak empat milyar atau bermilyar-milyar tahun yang lalu, yaitu pada masa hidupnya al Basyar pertama yang

(19)

dinamakan dengan manusia dari selatan Australopethecus. Makhluk tersebut memiliki keistimewaan karena mereka merupakan makhluk yang menemukan alat-alat dari batu untuk pertama kalinya. Tepatnya, ketika mereka dapat menggerakkan ibu jarinya untuk dihadapkan pada ke-empat jarinya yang lain. Dan hal tersebut berbeda sekali dengan hewan-hewan yang ada pada waktu itu. Sehingga dengan alat-alat tersebut mereka dapat berburu untuk memenuhi semua kebutuhannya.

2. Semenjak satu milyar sampai seratus lima puluh ribu tahun yang lalu, telah hidup generasi pithecanthropus atau manusia kera. Ia disebut sebagai manusia yang berdiri tegak. Dan diasumsikan bahwa manusia inilah yang telah menemukan api untuk pertama kalinya.

3. Semenjak seratus lima puluh sampai empat puluh ribu tahun yang lalu, telah hidup semacam manusia Neanderthals. Yaitu semacam manusia yang berbulu. Dan pada akhirnya jadilah adam yang telah diajarkan oleh Allah dengan berbagai nama-nama, sehingga ia dapat mengetahui segala sesuatu dan dapat berbicara. Hal tersebut merupakan awal terciptanya sebuah kebudayaan, yang telah Allah berikan kepada setiap makhluknya sebagai suatu fitrah. Dan menjadikannya sebagai warisan yang akan ada selamanya.

4. Semenjak empat ribu tahun yang lalu sampai sekarang telah hidup manusia yang dinamakan sebagai Homo sapiens, atau manusia yang telah menunjukkan manusia cara-cara menulis.

(20)

bertentangan dengan buku yang ada ditangan anda ini. Karena saya berpendapat bahwa manusia berasal dari satu sumber. Tepatnya, semenjak Allah berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan makhluk dari tanah.” Sampai zaman kita sekarang ini.

Dengan berlalunya waktu, al Basyar telah mendapatkan penyempurnaan dan mendapatkan tiupan ruh dari Allah SWT. Hal tersebut terjadi secara berfase. Dan hal tersebutlah yang justru menjadi perbincangan dan perdebatan berbagai generasi. Tepatnya, dari fase hidupnya al Basyar sampai lahirnya al Adam sebagai insan pertama di bumi, yang telah Allah pilih menjadi Nabi. Oleh karena itu, Adam merupakan ayah al-insân dan bukan al Basyar, sebagaimana akan kita terangkan didepan nanti.

Adapun pembagian fase dan penciptaannya telah menjadi perdebatan kaum akademisi, golongan-golongan mereka dan setiap pendapat tersebut mempunyai bukti dan tujuan tertentu.

Tulisan tadi adalah coretan ringkas dari tulisan ustadz Basyir al Turki yang secara khusus mengupas kisah Adam. Adapun pembahasan-pembahasan lain dalam bukunya tersebut menerangkan tentang kota Mahdiyyah sebagai kota yang pernah menjadi tempat awal hidupnya makhluk Tuhan.

*****

(21)

berbahaya ketika seseorang berusaha untuk membaca satu teks tertentu dan tidak memahaminya secara benar dan mendalam.

Maka, yang harus selalu kita ingat adalah: sebuah tujuan bagaimana supaya kita selalu sampai pada titik yang benar dan rasional, insya Allah.

Apabila pembahasan buku ini telah memakan waktu selama dua puluh lima tahun bahkan lebih. Maka, membaca buku ini dalam kurun waktu beberapa jam saja tidak akan cukup untuk mencoba berdialog dengan sejarah tersebut. Semuanya ini kita lakukan dengan tujuan agar kita dapat keluar dari krisis nalar dan kebudayaan yang telah dilingkarkan oleh legenda-legenda Israiliyyat.

Analisa ini didasarkan pada ayat-ayat al Quran yang telah diturunkan.

Analisa ini tidak keluar sedikitpun dari kandungan makna al Quran.

Analisa ini pada dasarnya tidak bertentangan dengan sunnah yang dibawa oleh Nabi SAW, baik secara tekstual maupun pentakwilannya.

Tujuan dari analisa dan penulisan buku ini adalah untuk menyadarkan dan membawa kembali nalar muslim dari pengaruh legenda-legenda Israiliyyat yang sangat menyimpang dan menafikan adanya akal, ilmu pengetahuan dan cahaya agama.

Maka: “Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (al-Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri.”14

(22)

Dan: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.”15 Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

4 Ramadhan 1418 H 2 Januari 1998 M

I. Kisah Adam; Antara Nalar Manusia dan Teks al Quran Bagian Pertama

Proses Penciptaan dan Kisah-kisah Israiliyyat

Kisah dibalik proses penciptaan makhluk hidup yang telah diceritakan dalam al Quran penuh dengan berbagai rahasia misterius, dan berbagai pengertian yang terus muncul ke permukaan. Untuk itu, para mufassir dan penulis telah menyorotinya dari berbagai sudut yang berlainan. Usaha mereka sama dengan apa yang dilakukan oleh para ulama terdahulu. Para ulama dimasa lalu tersebut secara bahu membahu bekerjasama untuk saling mengisi antara satu sama lainnya.

Dan ketika kita sampai pada zaman modern dengan berbagai informasi dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya seperti terciptanya ilmu Geologi, Antropologi, Biologi dan sebagainya, yang secara tidak langsung telah merubah berbagai pemahaman yang pernah ada sekaligus mengharuskan

(23)

para ilmuan yang akan menulis permasalahan dan kisah-kisah tersebut untuk mengambil hasil analisa dan berbagai teori kontemporer. Sehingga hasil penelitian mereka tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan kontemporer. Faktor-faktor tersebut harus tetap dilakukan sekalipun para penulis tersebut termasuk kedalam kalangan orang baru dalam dunia ini.

Kisah tersebut —sebagaimana disebutkan dalam al Quran— memungkinkan tumbuhnya berbagai pentakwilan. Bahkan, kita akan menemukan banyak isyarat dan pemahaman yang menunjuk pada sejarah dan waktu. Disini kita akan mempergunakan terma “sejarah” yang dipergunakan secara umum, sehingga mencakup segala sesuatu yang berhubungan dengan masa lalu, terbatas ataupun tidak terbatas. Tegasnya, dalam ruang lingkup sejarah atau pra sejarah, dimana ketika itu Allah memerintahkan untuk menjadikan semua ciptaannya dengan perkataan “Jadilah!” maka semuanya tercipta.

Pendapat para pendahulu kita terhadap kisah-kisah ini banyak dipengaruhi oleh legenda Israiliyyat yang termaktub seiring dengan perjalanan proses pembentukan makhluk hidup. Proses tersebut membutuhkan waktu selama tiga ribu tahun yang telah melalui dua puluh generasi antara Adam dan Ibrahim. Dan rangkaian generasi dimasa lalu ini terbagi kedalam dua golongan, yaitu:

 Antara Adam dan Nuh, melalui sepuluh generasi

(24)

merupakan ayah kedua bagi keturunannya tersebut, dilihat dari putranya yang tiga: Sâm, Hâm dan Yâputs.16

Dan apabila kita melihat sisi lain, seperti umur Adam misalnya, sebagian pendapata ada yang mengatakan bahwa umur Adam dimasa lalu mencapai sembilan generasi. Tepatnya, satu generasi sebelum keberadaan Nuh.

Kita tidak ingin untuk memperdebatkan dan mengkritik apa yang telah dihasilkan oleh para peneliti di masa lalu. Karena hal tersebut juga merupakan legenda berharga dan kita tidak berhak untuk membenarkan atau menyalahkannya, baik dalam penyebutan nama ataupun jumlah tahun. Sekalipun, kita lebih condong untuk menganggap hal tersebut sebagai perkara yang non sense dan tidak dapat dipercaya.

Akan tetapi, aliran pemikiran tersebut telah menganggap bahwa ide pemikirannya dapat diterima kalangan umum. Sehingga mereka terus mengulang hal tersebut tanpa melalui proses dialog dan perbaikan. Atau berhenti sejenak untuk merenungkannya.

Hal tersebut sama persis seperti yang kita baca dalam siroh Ibnu Hisyam yang menyebutkan silsilah keturunan nabi Muhammad SAW yang sampai kepada nabi Adam AS. Buku tersebut menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan generasi ke-50 pasca Adam. Tegasnya, perjalanan waktu dari Adam kepada nabi Muhammad dan zaman yang kita lalui sekarang tidak lebih dari tujuh ribu tahun. Secara tidak langsung pendapat tersebut telah mengatakan bahwa itulah waktu yang telah dilalui oleh bangsa manusia. Padahal, semuanya tidak sesuai dengan analisa ilmiah yang mengasumsikan bahwa waktu yang dilalui tidak sejauh pendapat tersebut. Bahkan, para pemikir sekarang tidak memastikan hitungan waktu tersebut.

(25)

Sebagai balance, kita akan mengutip pendapat Syaikh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid tentang pendapat Ibnu Hisyam dalam pendapatnya tentang nasab Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari ‘Urwah bin Zubair ia berkata: “Kita tidak dapat memastikan fase antara Adnan dan Ismail.”

Dan diriwayatkan dari Umar RA, ia berkata: “Kita hanya dapat membaca nasab manusia sampai Adnan. Adapun setelah itu, kita tidak dapat mengetahuinya.” Hal tersebut telah mendapatkan pembenaran dari Rasulullah SAW. Ketika mereka mengutip hadits tentang penasaban, Rasulullah-pun berkata: “Orang-orang yang menasab-nasabkankan adalah orang-orang yang berbohong.” Ia mengucapkan kalimat tersebut kurang lebih sebanyak dua atau tiga kali.

Imam Malik dan beberapa ulama lain sangat tidak menyukai orang-orang yang menasab-nasabkan dirinya pada Adam. Karena semuanya merupakan persangkaan yang tidak mungkin dapat dipercaya.17

Dan sejenak kita akan memalingkan pandangan pada riwayat Ibnu Abbas: “Di antara Adnan dan Ismail terdapat tiga puluh keturunan yang tidak dapat kita ketahui.” Tegasnya tiga puluh generasi yang menghabiskan waktu sekurangnya tiga ribu tahun.

Apabila kita kembali pada hitungan sejarah untuk menghitung waktu yang telah dilalui manusia dari masa Ibrahim sampai saat ini, maka semuanya memakan waktu hampir empat ribu tahun. Padahal jumlah yang telah disebutkan jauh berbeda dari hitungan para spekulator sejarah. Hal tersebut menjadi alasan mengapa kita tidak terlalu mempermasalahkan waktu atau banyak merujuk pada sumber-sumber mereka dalam penulisan.

(26)

Bagian kedua Perspektif Ilmiah

Dalam permasalahan yang sedang kita hadapi sekarang ini, perspektif ilmiah akan menempatkan kita pada sebuah pendapat yang bersebrangan dengan pandangan keagamaan. Perspektif ilmiah mengasumsikan bahwa kehidupan manusia telah dimulai semenjak ratusan ribu bahkan, ratusan juta tahun yang lalu. Dalam Ensiklopedia Ilmu Pengetahuan halaman 417-418, terdapat nama-nama fase kehidupan geologi dan penggambaran yang sangat jauh mengenai masa tersebut. Yaitu perjalanan waktu yang telah dilalui oleh planet bumi dan dibagi kedalam beberapa periode, sesuai dengan unsur yang menopangnya sebagaimana yang disebutkan oleh kaum akademisi:

Periode Paleozoic (Klasik)

 Periode Precambrian 71.125.000.000 tahun lalu  Periode Cambrian 500.000.000 tahun lalu

 Periode Ordovician 375.000.000 tahun lalu

 Periode Silurian 335.000.000 tahun lalu

 Periode Devonian 300.000.000 tahun lalu

 Periode Carboniverous 250.000.000 tahun lalu  Periode Permian 205.000.000 tahun lalu

Periode Mesozoic (Pertengahan)

 Periode Triassic 170.000.000 tahun lalu

 Periode Jurrasic 135.000.000 tahun lalu  Periode Cretaceous 95.000.000 tahun lalu

Periode Cenozoic (Modern)

(27)

 Periode Eocene 50.000.000 tahun lalu

 Periode Oligocene 42.000.000 tahun lalu

 Periode Miocene 25.000.000 tahun lalu  Periode Pliocene 8.000.000 tahun lalu

 Periode Pleistocene 500.000 tahun lalu

Di setiap periode tersebut keberadaan manusia diasumsikan masih belum diketahui secara pasti. Dan mungkin keberadaannya dapat kita gambarkan dalam bentuk makhluk yang fitri (masih belum sempurna), sebagaimana bentuk hewan yang mampu menghasilkan daya instingnya melalui berbagai indera yang tidak terhitung.18

Periode Kehidupan Terakhir

Fase terakhir proses penciptaan manusia telah mencatat sebuah sejarah dan berbagai prediksi. Pada masa tersebut, telah terlihat hidupnya tumbuh-tumbuhan. Fase tersebut dinamakan dengan fase homo sapiens atau manusia yang berakal.

Sesuai dengan berbagai data yang telah kita dapatkan tentang perjalanan umat manusia selama puluhan milyar tahun. Periode klasik telah dimulai semenjak Precambrian. Tepatnya, semenjak tujuh puluh satu milyar dua puluh lima juta tahun yang lalu. Dalam pandangan para saintis, masa tersebut merupakan periode sejarah yang paling lama.

Zaman pertengahan dimulai dari periode Triassic semenjak seratus tujuh puluh juta tahun yang lalu.

Zaman modern dimulai pada permulaan periode Paleocene semenjak delapan puluh juta tahu yang lalu. Kemudian setelahnya datang kehidupan periode Pleistocene dan diperkirakan permulaannya semenjak lima ratus ribu tahun.

(28)

Semuanya sesuai dengan apa yang tertulis dalam ensiklopedia ilmu pengetahuan.

Apabila kita merujuk pada buku “Gambaran kehidupan pra sejarah.” Milik dua penulis: Ustadz DR Zaghlul an Najjar dan ustadz Ahmad Dawud yang kita dapatkan pada halaman: 147, maka buku tersebut mengatakan bahwa zaman es pada periode Pleistocene menghabiskan waktu selama enam ratus ribu tahun dan kemudian terbagi dalam tiga fase. Adapun rinciannya sebagai berikut: fase pertama: seratus ribu tahun, fase kedua: tiga ratus ribu tahun, dan fase ketiga: dua ratus ribu tahun. Antara satu fase dengan yang lainnya terpisah oleh zaman yang disebut dengan zaman mencairnya es.

Dan ketika gumpalan-gumpalan es mencair di bagian atas bumi, maka wilayah bumi telah tertutupi oleh tumbuh-tumbuhan yang berbentuk seperti tutup besar berwarna hijau. Dan begitulah...fase tersebut telah menyaksikan hidupnya tumbuh-tumbuhan dan hutan-hutan, sebagaimana alam pada masa itu telah memperlihatkan munculnya kehidupan hewan-hewan laut yang tidak mempunyai tulang belakang dan tersebarnya siput darat.

Selain itu, pada waktu yang sama, ikut bermunculan hewan yang bertulang belakang seperti hewan mamalia, serigala kutub dan tersebarnya sapi laut di beberapa wilayah perairan, berbagai binatang buas yang tersebar dihutan-hutan, beruang di gua-gua, dan berbagai macam hewan yang telah punah. Bahkan, pada masa ini juga muncul gajah yang mempunyai badan yang sangat besar dan disebut dengan Mammoth dan hewan-hewan purba seperti Megatherium, Glyptodon dan Dinosaurus.

(29)

hewan lain yang muncul pada periode Pliocene tepatnya, semenjak sembilan puluh juta tahun yang lalu. Dan pada fase selanjutnya yaitu periode Miocene semenjak dua puluh lima juta tahun yang lalu. Pada masa tersebut kita dapat melihat berbagai jenis burung seperti burung Undan, Penguin, burung air, badak, kijang, sebagian jenis anjing, beruang, kera, simpanse dan beberapa binatang buas, seperti: macan tutul yang mempunyai taring.

Bahkan, sebagian para peneliti yang berasal dari uni sovyet menemukan ikan yang terkurung mati didalam perut bumi. Ikan tersebut ditemukan di kota Khorkuf. Para ilmuan tersebut memprediksikan umurnya sekitar tiga puluh juta tahun. Dan yang lebih menakjubkan lagi, ternyata kulit ikan tersebut masih terawat dengan baik dan sisiknya masih terlihat bercahaya. Mereka menemukannya di tengah terowongan kereta api. Sebelum akhirnya dipindahkan ke museum ilmiah milik universitas Kharkuf.

Berbagai peristiwa itu telah mengawali munculnya manusia di bumi. Sisa-sisa peninggalan zaman tersebut masih dapat kita temukan pada bebatuan dimasa lalu, dasar laut dan bukit-bukit pasir. Kemudian, pada halaman: 148 penulis buku “Gambaran kehidupan pra sejarah” mengatakan:

“Kira-kira belum genap satu juta tahun yang lalu, telah ditemukan beberapa sisa makhluk hidup yang mempunyai bentuk serupa dengan bentuk manusia. Seperti manusia Australopethecus dan potongan bagian tubuh lainnya ditemukan di wilayah Afrika. Sepertinya, penemuan-penemuan serupa masih banyak tersebar pada periode Pleistocene pertengahan disepanjang lorong masa lalu.

(30)

Heidelberg sebagai bentuk manusia zaman pertengahan antara manusia yang dapat berbicara dan binatang yang bisa berteriak. Adapun manusia Neanderthals dapat dikatakan sebagai ciptaan Tuhan yang pertama kali mempunyai ide tentang bahasa yang dapat diucapkan.19

Berbagai bentuk manusia tersebut pada kenyataannya merupakan satu bentuk manusia yang berpindah dari satu fase ke fase yang lain. Semuanya terjadi sebagai bentuk proses penyempurnaan makhluk hidup. Sehingga setiap berlalunya satu masa penyempurnaan, maka berubahlah ciri-cirinya. Kemudian para ilmuan dibidang geologi dan antropologi mencoba untuk memberikan nama bagi makhluk-makhluk yang ada pada tiap fase tersebut. Dan kita yang berada pada era modern hanya mampu menemukan sedikit sisa-sisa fosil tersebut, itupun sangat jarang. Sehingga berbagai data yang kita kumpulkan untuk memberikan gambaran yang mendekati bentuk manusia pertama sangat jauh dari kesempurnaan.

Manusia pertama yang diasumsikan mempunyai keistimewaan anatomik seperti manusia modern, baik dilihat dari sisi sifat, kecerdasan dan kemampuan dalam mengekspresikan keinginannya adalah manusia yang sisa-sisa fosilnya ditemukan untuk pertama kalinya di selatan perancis, lengkap dengan gambar-gambar binatang yang mereka buru. Gambar tersebut menempel diatas dinding beberapa gua. Hal tersebut secara tidak langsung dapat menjelaskan kepada kita bahwa mereka memiliki kecerdasan seperti halnya manusia modern.

Kembali membicarakan bentuk manusia Cro-Magnon berarti kita harus kembali untuk melihat ke tiga puluh atau tiga puluh lima juta tahun yang lalu. Padahal, masa

(31)

tersebut termasuk kedalam bagian tertua dalam catatan sejarah manusia.

Sisa-sisa fosil yang kita temukan dalam beberapa kurun waktu tersebut membuktikan bahwa manusia-manusia tersebut telah hidup semenjak sebelum sejuta tahun yang lalu. Mereka mampu bertahan hidup sampai tiga puluh lima ribu tahun.

Kemudian, surat kabar “al Wafd” yang terbit pada 6/10/1996 menyebutkan bahwa manusia pertama hidup di gua-gua yang berada di sebuah gunung yang bernama jabal Thâriq. Peristiwa tersebut terjadi kira-kira tiga puluh ribu tahun yang lalu.

Akan tetapi, setelah ditemukannya beberapa fosil manusia, para ilmuan berpendapat bahwa manusia telah ada sebelum makhluk-makhluk tersebut. Sampai saat ini, bukti-bukti sejarah yang menelusuri tentang awal terciptanya mansia dan bagaimana proses penciptaannya masih kita dapatkan dipermukaan bumi ini. Dan manusia tidak akan sampai pada nilai kebenaran kecuali dengan melakukan berbagai analisa secara kontinyu. Karena didalamnya kita dapat melakukan berbagai penelitian dan pencarian bukti-bukti sejarah. Dan hal tersebut telah diperintahkan dalam dua ayat al Quran yang pertama berbunyi: “Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya.”20 Dan yang kedua dikatakan: “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin.”21

Berbagai data yang berhasil kita dapat dan kumpulkan tidak lain merupakan informasi sejarah yang didapat dari berbagai penelitian sepanjang perjalanan kehidupan di muka

(32)

bumi. penelitian tersebut kita lalui dengan mempergunakan metode analisa yang benar, sehingga dapat mengarahkan manusia untuk mengetahui darimana mereka berasal dan dimana mereka berada sepanjang waktu tersebut.

Kita tidak meragukan bahwa masa-masa yang telah kita lalui tersebut merupakan masa menuju terbentuknya manusia secara utuh “Dalam sebaik-baiknya ciptaan”22 Artinya, penciptaan manusia merupakan sebuah rencana yang telah ada semenjak awal, sebelum rencana penciptaan bumi. tepatnya, sebelum beberapa milyar tahun yang lalu.

Berbagai peristiwa yang ada di bumi dan telah berlaku selama berabad-abad yang lalu tidak dapat disingkapkan oleh akal manusia. Dan hal tersebut telah menjadi bagian dari rencana Allah. Tidak sedikit para ilmuan yang mencoba untuk mengeluarkan pendapat dalam menentukan awal dimulainya penciptaan tersebut. Akan tetapi, semuanya masih berputar pada dataran asumsi. Jadi, tidak ada yang absolut dalam penentuan ini. Semuanya hanya pendapat yang nisbi dan membuka kemungkinan salah. Sehingga sampai sekarang, kita tidak dapat menentukan secara pasti, kapan peristiwa tersebut berawal dan kapan berakhir?

Salah satu bukti bahwa pendapat ilmiah yang tertulis dalam berbagai buku yang menyoroti tentang manusia dan keberadaannya semenjak sebelum jutaan tahun yang lalu adalah kebenaran nisbi adalah adanya pengakuan dari salah seorang ilmuan antropologi yang mengatakan bahwa keberadaan manusia telah ada jauh sebelum waktu yang telah kita tentukan —hitungan tahun dan masa yang dilalui disesuaikan dengan buku antropologi kebudayaan dunia dan dari buku “Gambaran kehidupan pra sejarah”—.

(33)

Sebenarnya, hal tersebut tidak terlalu mengejutkan. Karena pada dasarnya, kita telah mengetahui bahwa segala kebenaran yang berasal dari ilmu pengetahuan kontemporer terutama dalam permasalahan tersebut adalah perkara nisbi.

Surat kabar “Al Ahraam” yang terbit pada hari rabu pagi tanggal 8/11/1972 mengabarkan bahwa profesor Richard Leaky salah seorang ilmuan antropologi23 yang berada di Kenya mengumumkan bahwa dirinya telah menemukan potongan tengkorak yang diprediksikan hidup pada dua juta setengah tahun yang lalu. Tengkorak tersebut diasumsikan sebagai tengkorak tertua diantara bentuk manusia sezamannya.

Ilmuan tersebut mengatakan: “Untuk menemukan sebuah fosil yang diasumsikan sebagai fosil manusia tertua — setidaknya sampai saat ini— memakan waktu sekitar satu setengah juta tahun. Tidak hanya itu, kita juga menemukan tengkorak dan tulang lengan manusia yang berasal dari masa yang sama. Sisa-sisa peninggalan bersejarah tersebut ditemukan pada sebuah gunung batu di sebuah wilayah padang pasir, utara laut Rudolf, Kenya.

Ilmuan tersebut juga berkata: “Penemuan ini juga dapat mengubah pendapat para ilmuan lain tentang perkembangan penciptaan manusia pra sejarah. Bagaimana dan kapan?”

Profesor Richard Leaky yang merupakan direktur museum nasional di Kenya telah mengemukakan penemuannya tersebut di universitas Geograpi Nasional yang berada di Washington. Ia berkata: “Teori evolusi modern —yang dipelopori oleh teori Darwin— mengatakan bahwa manusia mengalami proses evolusi dari satu makhluk yang diciptakan pertama kali. Makhluk tersebut memiliki struktur tubuh yang serupa dengan kera. Akan tetapi, makhluk yang berhasil ditemukan pertama kali mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: dapat berdiri

(34)

tegak dengan kedua kakinya, bermulut lebar dan dianggap sebagai makhluk yang hidup sekitar satu juta tahun yang lalu.”

Dengan adanya penemuan baru tersebut —makhluk yang mempunyai kaki— secara langsung telah membuktikan bahwa makhluk tersebut bukan bagian dari kera. Akan tetapi keduanya hidup dalam satu masa. Tepatnya, semenjak lebih dari dua setengah juta tahun yang lalu.

Hal tersebut dapat menyingkirkan pendapat yang mengatakan bahwa manusia berasal dari golongan kera. Karena penemuan ini menguatkan data bahwa manusia mempunyai keturunan tersendiri.

Universitas geografi berusaha untuk menanggapi pernyataan tersebut sebagai berikut: “Teori Leaky berdasarkan pada ide bahwa manusia pertama, yang dinamai dengan Australopethecus dan diasumsikan sebagai makhluk yang mengkonsumsi tumbuh-tumbuhan sebagai makanannya, telah sampai pada tingkat evolusi tertentu. Mereka dapat mempergunakan daging sebagai bahan makanannya dan membuat alat-alat dari batu untuk mempertahankan hidupnya.”

Dalam pernyataanya, Leaky kembali menekankan bahwa dengan ditemukannya berbagai tulang tersebut ia dapat merekonstruksi rangkaian tengkorak tersebut secara utuh. Sekalipun, ia mengakui bahwa tengkorak yang ditemukannya tersebut tidak serupa dengan tengkorak manusia yang hidup pada zaman sekarang. Dan memang tengkorak tersebut juga berbeda dari bentuk tengkorak manusia pertama. Oleh karena itu, penemuan tersebut semakin membuktikan bahwa validitas teori-teori evolusi yang sekarang berkembang sudah tidak layak untuk dipergunakan.

(35)

pendapat-pendapat yang tengah berkembang, termasuk teori Darwin. Tidak hanya itu, antara pendapat leaky dengan Darwin dalam menggambarkan bentuk manusia pertama juga terdapat perbedaan yang sangat jauh, diantaranya: ketika darwin mengatakan bahwa semenjak satu juta tahun yang lalu, sebelum manusia dapat berjalan tegak, manusia berjalan dengan mempergunakan empat kakinya. Sementara Leaky mengatakan bahwa manusia telah berjalan secara tegak semenjak dua setengah juta tahun yang lalu dan memang seperti itulah keadaannya semenjak awal penciptaan.

Apabila kita kembali melihat pemikiran Sayyid Ahmad al Kailani dalam bukunya: “Teori Darwin antara yang mempertahankan dan menolak” Tepatnya, pada halaman 21 mengatakan bahwa profesor Johans, seorang ilmuan Swis, dalam keterangan yang disampaikannya pada bulan maret 1956 sangat menolak teori Darwin. Dalam keterangannnya ia menyatakan: ‘Tidak ada satupun bukti yang menguatkan bahwa manusia berasal dari jenis kera. Malah, berbagai eksperimen yang telah dilalui oleh manusia selama puluhan juta tahun yang lalu membuktikan bahwa mereka hidup dengan bentuk dan cara tersendiri. Oleh karena itu, pendapat tersebut sangat sulit untuk diterima.”

Sebagai tambahan, buku tersebut kembali menyodorkan data sebagai berikut: “Struktur tubuh yang telah dipelajari dan dianalisa secara seksama telah menguatkan pendapat ini. Dan pada akhirnya, profesor Johans memberikan batubara yang didalamnya terdapat sepotong rahang manusia yang berasal dari puluhan juta tahun yang lalu kepada museum alami di kota Pall. Penemuan tersebut merupakan hasil sejarah yang dapat mempertemukan kita dengan struktur tubuh anak adam.”

(36)

bernaung di universitas Kolombo mengatakan bahwa teori Darwin adalah sebuah teori yang tidak dapat diakui validitas datanya secara ilmiah. Karena ia tidak meyandarkan hasil analisanya pada sebuah bukti yang ilmiah dan otentik.

Dr Robert mengatakan bahwa sebenarnya seluruh isi bumi ini diciptakan dalam berbagai bentuk dan warna. Dan semuanya terpisah antara satu dengan yang lainnya. Diantara mereka ada bangsa manusia yang berjalan dengan kedua kakinya, hewan yang berjalan dengan ke-empat kakinya atau hewan melata yang berjalan dengan mempergunakan perutnya.

Apabila Darwinian telah berpendapat bahwa kera telah diciptakan dengan bentuknya tersendiri dan berbeda dari makhluk-makhluk sebelumnya, maka apa yang menyebabkan para Darwinian berpendapat bahwa manusia berasal dari hewan tersebut? Padahal, dalam pandangan yang lebih rasional kita dapat mengatakan bahwa berjalan dengan mempergunakan empat kaki seperti kera atau berjalan secara tegak seperti manusia merupakan sebuah kemampuan yang bisa saja dimiliki oleh setiap makhluk Tuhan yang bergerak. Karena Allah telah memberikan kepada tiap-tiap ciptaannya habitat dan kemampuan masing-masing.

(37)

dengan empat kaki: Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”24

Oleh karena itu, sekarang ini kita tengah berada ditengah kumpulan teori yang saling berlawanan. Dan semua teori tersebut memfokuskan bahasannya pada sejarah awal keberadaan manusia sekaligus sumber darimana dia berasal. Semuanya itu dapat membuktikan bahwa berbagai pendapat dan ide-ide yang berkembang mempunyai nilai kebenaran yang bersifat relatif. Tiap-tiap pendapat tersebut mempunyai argumen yang menggambarkan waktu dan proses penciptaan sendiri-sendiri. Kita yakin, bahwa dalam sekian banyak pendapat tersebut terdapat satu nilai kebenaran yang hakiki. Dan begitupula sebaliknya, didalamnya juga kita bisa mendapatkan ilusi yang hanya akan mengantarkan manusia pada pintu kesesatan.

Hal itu dapat dijadikan sebagai bukti relatifitas berbagai ide pemikiran tersebut dalam mencapai sebuah hakikat kebenaran yang masih terus hangat diperdebatkan sampai sekarang. Tepatnya, semenjak satu atau sepuluh juta tahun yang lalu.

Sebuah berita terakhir yang dilansir oleh surat kabar “al Ahraam” sekitar bulan juni 1996 yang berbicara seputar analisa terakhir yang dilakukan para peneliti di Inggris merupakan salah satu upaya dalam menumbangkan teori Darwin yang mengatakan bahwa manusia berasal dari jenis kera. Tepatnya, berasal dari keturunan kera pada zaman purba. Para ilmuwan Inggris sepakat untuk menolak pendapat bahwa pada zaman dahulu manusia berjalan dengan mempergunakan kedua tangan dan kakinya, sama sepertihalnya simpanse.

Para ilmuan yang bernaung di universitas Lipervool Inggris berpendapat bahwa pendapat yang paling benar adalah

(38)

bahwa manusia pertama berjalan dengan tegak, sama seperti manusia yang kita lihat sekarang ini. Mereka kembali menjelaskan: ‘Seandainya mereka berjalan dengan bungkuk sebagimana yang dikatakan oleh sebagian teori, maka selamanya kita tidak mungkin melihat mereka berjalan dengan badan lurus dan tegak seperti sekarang ini.

Para ilmuan tersebut menyandarkan argumen mereka pada ukuran manusia dimasa lalu yang mereka ambil dari beberapa fosil yang mempunyai struktur tubuh hampir sama dengan bentuk manusia. fosil tersebut mereka namakan dengan Lusy. Lusy sendiri ditemukan untuk pertama kali di Ethiopia, ia dianggap berasal dari tiga juta tahun yang lalu. Untuk memperkuat pendapat ini, para analis tersebut mulai mempergunakan tekhnologi robot untuk memperagakan gerakan Lusy.

Dari eksperimen yang telah mereka jalani, para ilmuan dapat menyimpulkan bahwa Lusy —Fosil manusia perempuan— tidak mengalami perubahan bentuk dan ia masih terus dapat berjalan dengan tegak. Dr Robin salah satu analis mengatakan bahwa hal tersebut membuktikan bahwa teori ilmiah yang selama ini menyoroti permasalahan asal penciptaan manusia pertama dan mengatakan bahwa mereka berpostur bungkuk masih memerlukan kajian ulang kembali. Selain itu, hal tersebut juga menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa dari dahulu, manusia telah berjalan tegak dan memang hal tersebut merupakan tuntutan kebutuhan mereka.

(39)

hal tersebut? Karena posisi membungkuk tidak membantu makhluk manapun untuk bernafas secara sehat. Bahkan, akan mengarahkannya pada stress dan tegang.

Dr Robin mengatakan bahwa setelah lima puluh langkah berjalan membungkuk, simpanse-simpanse tersebut akan berusaha untuk berlari. Hal tersebut berbeda dengan manusia yang masih mampu bertahan meskipun berjalan sampai dua ratus kilometer. Dan manusia tidak akan mungkin melakukan semuanya itu dalam keadaan membungkuk.

Sepertinya, pendapat terakhir sesuai dengan pendapat Dr Leaky dengan penemuan sisa-sisa tengkoraknya di Kenya. Sebenarnya, fokus pembahasan mereka bukan pada fase keberadaan fosil-fosil tersebut, akan tetapi, kemampuan mereka dalam berjalan tegak, tunduk atau bengkok yang akan membedakan antara jenis manusia dan kera. Hasil analisa tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai strategi ilmiah kontemporer dalam mementahkan dan mengcounter balik teori Darwin.

Sampai saat ini, seluruh usaha ilmiah masih terus dilakukan untuk mengumpulkan bukti penolakan terhadap teori Darwin. Dan apa yang telah kita bahas diatas hanyalah beberapa poin yang berasal dari usaha para ilmuan untuk menolak beberapa aliran pemikiran yang tidak benar. Oleh karena itu, diakui ataupun tidak sampai sekarang kita dapat mengatakan bahwa teori Darwin telah melahirkan pro dan kontra. Dalam dunia analisa yang menyoroti asal kejadian manusia, teori tersebut hanya merupakan makalah singkat yang tidak ada apa-apanya. Sekalipun, pendapat tersebut banyak menampilkan analisa biologi dan ilmu anatomi tubuh.

(40)

sejarah. Usaha-usaha tersebut difokuskan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang kerap muncul dalam benak kita, seperti: Kapan permulaan kehidupan manusia diatas bumi, dan dalam bentuk seperti apa manusia dilahirkan pertama kali?

Oleh karena itu, teori evolusi makhluk hidup sudah tidak layak untuk dipergunakan. Dalam pembicaraan kali ini, kita mengatakan bahwa ini adalah sebuah ide pemikiran (al Fikrah) dan tidak menyebutnya dengan teori (an Nadhariyyah) sekalipun, manusia telah mempergunakan terma tersebut selama kurun waktu yang cukup lama. Dan pada akhirnya ide tersebut bersama dengan ide-ide pemikiran lain yang berhubungan dengan proses penciptaan, gugur terlindas oleh pendapat bahwa semenjak zaman dahulu manusia telah hidup secara indevenden, sebagaimana yang telah dipaparkan oleh agama dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, manusia memang mempunyai bentuk tersendiri semenjak awal, dan begitupula dengan kera yang semenjak awal mempunyai bentuk seperti yang kita lihat sekarang. Atau seperti ikan yang hidup dan mempunyai habitat hidup didalam air. Dan semuanya tidak akan terjadi kecuali atas kehendak Allah SWT secara mutlak dan kekuasaan-Nya dalam menciptakan makhluk hidup.25

Dari sini terlempar sebuah pertanyaan yang harus kita kedepankan secepatnya. Karena pertanyaan ini sangat berpengaruh terhadap pembahasan kita kali ini. Pertanyaan tersebut adalah: Apakah keberadaan makhluk yang bernama al Basyar merupakan proyek tersendiri yang Allah khususkan

25 Kita dapat mengembalikan landasan ide pemikiran tersebut

(41)

penciptaannya, sehingga semuanya akan berlangsung atas kehendak-Nya? Dan keberadaannya yang sangat panjang terus dibawah kendali kehendak tersebut? Atau, keberadaan manusia merupakan bagian dari beberapa proyek yang memang telah direncakan Allah SWT sepanjang waktu yang terus bergulir dan Adam adalah salah satu hasil proyek tersebut? Perkara-perkara tersebut merupakan permasalaahan yang akan kita coba pecahkan dalam pembicaraan kita nanti.

Akan tetapi dalam hal ini kita akan mengetengahkan sebuah ide yang terus bermain dalam benak kita. Dan kita mengambilnya ide tersebut dari berbagai ilmu pengetahuan dan informasi yang berasal antara tujuh Ribu tahun sampai sepuluh juta tahun yang lalu. Secara globalnya kita hanya ingin mengatakan: “Sang maha pencipta telah menciptakan alam semesta ini ketika Ia berkata: ‘Jadilah.’ Maka jadilah seperti yang diinginkannya.”

Benar, semua yang telah terjadi tidak dapat kita rubah dan hal yang akan terjadi pasti akan terjadi. Oleh karena itu, ada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Ada dunia dengan seluruh isinya dan ada akhirat dengan surga, neraka, keabadian yang dijanjikannya dan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia tersebut seperti hari pembangkitan, dihidupkannya manusia kembali dan dihitng semua amal perbuatannya.

(42)

mempunyai batas penglihatan sesuai dengan yang dikendaki-Nya.

Dan Allah telah menciptakan manusia untuk dijadikan pemimpin alam semesta yang sangat luas ini. Mereka semakin bertambah, melakukan perluasan dan terus memenuhi dataran bumi tanpa dapat diberhentikan. Mereka tumbuh dan bergerak sangat cepat secepat kilatan cahaya.

Kemudian Allah memberikan batas akhir untuk dunia ini sebagaimana ia memberi awal untuknya. Dan, ketika batas akhir tersebut telah sampai, maka semua unsur yang terdapat didalamnya akan mengalami perubahan sebagaimana firman Allah yang berbunyi: “Apabila matahari digulung dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan. dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh), apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya.”26 Dalam ayat lain Allah berfirman: “Suatu hari, ketika bumi digantikan oleh bumi lain, selain bumi dan langit.”27

Apakah dapat dinilai rasional ketika makhluk tersebut Allah ciptakan hanya untuk mengisi kehidupan ini dalam kurun waktu tidak lebih dari sepuluh ribu tahun?! Atau dalam hitungan Allah, tidak lebih dari sepuluh hari? Hal tersebut berdasarkan firman Allah: “Satu hari disisi Tuhanmu seperti seribu tahun dalam perhitunganmu.”

Baiklah, seandainya manusia diberikan waktu yang lebih panjang sampai satu atau sepuluh juta tahun. Maka, hal tersebut tidak beda dengan beberapa ribu hari dalam hitungan Allah. Maka semuanya kita kembaikan kepada Allah,

(43)

karena Allah adalah Dzat yang maha berkuasa dan maha besar.

Karena kebesaran Allah, seluruh ciptaannya tertunduk untk mensucikan nama-nama-Nya. Jasad dan arwah menundukkan kepala mereka dan tersungkur sujud dihadapan-Nya. Al Quran mengatakan: “Pada hari itu, manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.”28

Oleh karena itu, batas akhir usia dunia yang telah diberikan-Nya tidak dapat diketahui oleh siapapun kecuali diri-Nya. Pada waktu itu, seluruh alam digoncangkan. Allah berfirman: “Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi).”29 Dan dalam hal ini kita cukup menukil firman Allah: “Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).”30

Al-insân; Antara Ilmu Pengetahuan Dan al Quran

Sekali kali kita akan mengulang, sekalipun kita tidak menyukai sebuah pengulangan:

Kita harus mengakui bahwa pada waktu-waktu tertentu bukti-bukti ilmiah tidak selamanya menjadi pembawa kebenaran yang absolut. Karena semuanya itu bersifat nisbi dan akal yang dipergunakan sebagai sarana untuk mencapai keputusan akhir tersebut masih terkontaminasi oleh lingkungan dimana pemikir itu tinggal, waktu dimana ia

28 QS. Thaha: 108

(44)

hidup, kecakapan diri, bukti-bukti yang ada dan faktor-faktor lainnya.

Al Quran merupakan wahyu ilahi terakhir yang telah memberikan tugas dan amanat kepada seluruh ciptaann-Nya baik yang berada di bumi, diatas langit yang paling tinggi ataupun didasar bumi yang paling rendah. Kita juga yakin bahwasanya nalar manusia mampu memberikan konklusi akhir untuk menilai obyek yang tertulis dalam al Quran. Akan tetapi, setiap generasi mempunyai pemahaman yang berbeda dalam membaca apa yang tertulis dalam wahyu suci tersebut. Sehingga sampai sekarang, apa yang mereka sebut sebagai ide pemikiran keagamaan (al Fikr al Dîni) selalu bertabrakan dengan dunia ilmu pengetahuan. Dan belum ditemukan satu-pun cara untuk mempertemukan keduanya.

Semenjak awal kita telah mengatakan bahwa mustahil rasanya apabila tidak ada korelasi antara al Quran dengan ilmu pengetahuan. Kita yakin, bentrokan tersebut terjadi karena ilmu pengetahuan tersebut belum dapat menyingkapkan hakikat kebenaran suatu permasalahan secara sempurna. Bahkan, masih berputar pada wilayah asumsi belaka. Atau, hal tersebut terjadi karena adanya kelemahan dalam metode berfikir.

(45)

Perbedaan apakah yang mendasari kedua pemikiran tersebut? Apakah ada suatu cara yang dapat menyatukan kedua pendapat diatas?

Kita berpendapat bahwa penyatuan tersebut bisa saja terjadi apabila ada sebuah kesadaran dalam membaca teks wahyu keagamaan. Sebuah pemahaman yang harusnya tidak terikat oleh pemahaman golongan tertentu. Karena, pemahaman golongan-lah yang biasanya mewarnai dunia penafsiran secara keseluruhan. Setelah terbebas dari ikatan tersebut, barulah kita berbicara tentang susunan hukum yang terdapat dalam al Quran. Tentunya, selama disana masih terdapat pintu kemungkinan untuk mempertemukan dan menyatukan antara al Quran dam ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, kita akan mengambil beberapa teks al Quran yang menyoroti keberadaan manusia dan proses penciptaannya. Dimulai dari ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga, dengan wahyu ini kita bisa mencapai hakikat kebenaran yang termaktub dalam al Quran.

Akan tetapi, sebelum memasuki inti permasalahan kita akan mengetengahkan berbagai penemuan fosil dan berbagai keajaiban lain yang menjadi rujukan dalam dunia pemikiran Arab dan sekaligus menjadi unsur terpenting dalam analisa i

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas skripsi ini, penulis merancang sebuah sistem pendinginan udara masuk compressor atau TIC (turbine inlet cooling) pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas dengan

Pada bab kedua menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai Teori Kebijakan Program UPK MP, Syarat Penerima SPP,

Metode yang digunakan adalah: (i) pengamatan terhadap curah hujan, suhu udara, dan kedalaman muka air tanah untuk periode 1 April 2009 sampai 11 Mei 2010 digunakan untuk

2). Mendapatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh NAA dan BAP yang optimum untuk pertumbuhan tunas pisang cavendish melalui kultur in vitro. Mendapatkan kombinasi terbaik dari

Keempat tentang alur proses pengiriman / rujukan pecandu narkoba dari Kabupaten Bulungan ke Balai Besar Rehabilitasi LIDO Badan Narkotika Nasional dan ke Kabupaten Bulungan

Hal tersebut dapat disebabkan dengan fungsi mulsa yang mampu mempertahankan kelembaban dan suhu tanah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman terlihat pada hasil

COBIT didesign terdiri dari 34 high level control objectives yang menggambarkan proses TI yang terdiri dari 4 domain yaitu: (Ron Webber,2000). 1) Planning &