• Tidak ada hasil yang ditemukan

S KIM 1201752 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S KIM 1201752 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penilaian merupakan salah satu dari tiga pilar utama dalam kegiatan

pembelajaran (perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian). Mc. Millan (dalam

Firman, 2013, hlm. 1) mengartikan penilaian sebagai proses pengumpulan dan

pengolahan informasi dalam rangka pembuatan keputusan. Penilaian dalam proses

atau kegiatan pembelajaran merupakan upaya untuk mengumpulkan informasi

dalam berbagai teknik. Salah satu informasi yang dapat dikumpulkan melalui

proses penilaian adalah informasi mengenai miskonsepsi yang dialami siswa.

Qureshi (2013, hlm. 2) dalam jurnalnya mendefinisikan miskonsepsi

sebagai konsep yang berbeda dari sudut pandang ilmiah. Tüysüz (2009, hlm. 626)

menyebutkan bahwa hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan

bahwa dalam pembelajaran kelas sains siswa membawa gagasan dan penjelasan

tertentu terhadap fenomena alam yang tidak konsisten dengan gagasan yang

diterima oleh komunitas sains atau biasa disebut dengan miskonsepsi.

Miskonsepsi atau konsep alternatif yang terjadi pada siswa jika tidak ditangani

akan menjadi terintegrasi ke dalam struktur kognitif siswa dan mengganggu

proses pembelajaran berikutnya, akibatnya siswa akan mengalami kesulitan

mengintegrasikan setiap informasi baru dalam struktur kognitif mereka, sehingga

menimbulkan pemahaman konsep baru yang tidak sesuai dengan semestinya

(Treagust, 2006, hlm. 1).

Identifikasi miskonsepsi yang dialami siswa dapat dilakukan dengan

beberapa teknik, yaitu peta konsep, wawancara, dan tes diagnostik. Tes diagnostik

yang digunakan adalah tes diagnostik bentuk pilihan ganda two-tier (Tüysüz,

2009, hlm. 626). Selain itu, identifikasi miskonsepsi dapat juga menggunakan tes

yang di dalamnya terdapat diagram submikroskopis (Devetak dkk., 2004, hlm.

800). Tes diagnostik adalah suatu tes yang dipergunakan untuk menentukan

secara tepat kelemahan-kelemahan yang dihadapi murid pada suatu mata pelajaran

(2)

two-tier adalah salah satu tes diagnostik yang berbentuk pilihan ganda dua tingkat,

tingkat atau tier pertama memuat pilihan jawaban dari stem atau kalimat yang

belum lengkap dan tier kedua berupa pilihan alasan yang berhubungan dengan

jawaban pada tier pertama. Dari beberapa teknik identifikasi miskonsepsi yang

telah disebutkan, teknik yang paling sering digunakan untuk mengidentifikasi

miskonsepsi siswa menurut Peterson, Treagust dan Kabapinar (dalam Nyachwaya

dkk., 2011, hlm. 124) adalah tes diagnostik pilihan ganda two-tier. Teknik ini

dinilai lebih efisien karena dapat menilai sampel dalam jumlah yang besar pada

satu waktu.

Penelitian mengenai pengembangan tes diagnostik pilihan ganda two-tier

telah dilakukan pada beberapa materi kimia, yaitu pada materi ikatan kovalen

(Goh, dkk, 1992), energi ionisasi (Tan dkk., 2005), reaksi kimia (Chandrasegaran

dkk., 2007), pemisahan materi (Tüysüz, 2009), asam-basa (Bayrak, 2013),

geometri molekul (Adhiya, 2014), klasifikasi materi (Kurnia 2014), dan hidrolisis

garam (Nurpertiwi, 2014). Selain tes diagnostik pilihan ganda two-tier yang

berbentuk narasi atau teks, telah dikembangkan pula tes diagnostik pilihan ganda

two-tier yang berbasis piktorial, yaitu pada materi asam-basa (Dewi, 2015), gaya

antarmolekul (Ismayanti, 2015), dan larutan elektrolit dan nonelektrolit (Rofifah,

2015). Tes yang berbasis piktorial memiliki keunggulan lebih dibandingkan

dengan tes berupa narasi. Strernberg (dalam Edens dan Potter, 2001, hlm. 218)

menyatakan bahwa merepresentasikan konsep sains secara visual melalui gambar

yang dilengkapi dengan teks adalah proses elaboratif yang mencakup multipel

representasi yang mempengaruhi kedalaman konsep.

Demircioğlu, dkk. (2013, hlm. 185) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa

telah banyak penelitian yang menunjukkan sebagian besar siswa mengalami

kesulitan dalam memahami konsep kimia dan mengalami miskonsepsi. Salah satu

materi kimia yang dianggap cukup sulit dipahami siswa adalah materi gaya

antarmolekul. Gaya antarmolekul termasuk ke dalam konsep dasar kimia sehingga

materi ini menjadi materi dasar atau prasyarat yang harus dipahami sebelum

melanjutkan ke materi selanjutnya. Untuk memahami gaya antarmolekul, siswa

(3)

seperti atom, molekul, dan ion. Pemahaman mengenai gaya antarmolekul dapat

membantu dalam memprediksi sejumlah sifat fisik senyawa, seperti titik didih

relatif, dan perubahan keadaan materi (Schmidt, dkk., 2009, hlm. 265). Salah satu

contoh fenomena yang dapat dijelaskan melalui materi gaya antarmolekul adalah

mengenai titik didih air. Air dapat mendidih di suhu yang cukup tinggi (100 oC, 1

atm) padahal ukuran molekul air sangat kecil jika dibandingkan dengan molekul

lainnya.

Berbagai hasil penelitian menyebutkan bahwa miskonsepsi yang dialami

siswa sering terjadi pada representasi submikroskopis karena sifatnya yang

abstrak. Siswa tidak dapat menarik hubungan antara hal yang diamati

menggunakan panca indera (representasi makroskopis) dengan perilaku

partikel-partikel setiap zat dalam tingkat molekuler (representasi submikroskopis). Hal ini

dapat disebabkan kurangnya pengetahuan konseptual dan kemampuan

visual-spasial siswa. Selain berasal dari siswa, miskonsepsi dapat terjadi karena guru

yang tidak dapat menerapkan multipel representasi dengan mempertautkan satu

level dengan level lainnya. Akibatnya, siswa seringkali tidak dapat memahami

keterkaitan antara tiga level representasi meskipun mereka mungkin mengetahui

kimia pada tiga level tersebut dan pada akhirnya akan mengalami

miskonsepsi.(Chandrasegaran dkk., 2007, hlm. 294).

Ismayanti pada tahun 2015 telah melakukan penelitian mengenai

pengembangan tes diagnostik pilihan ganda two-tier berbasis piktorial pada materi

gaya antarmolekul. Penelitian tersebut menghasilkan delapan butir soal yang telah

valid dan reliabel yang ditunjukkan dengan nilai CVR, yaitu sebesar 1 untuk

setiap soal dan dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,755. Tes yang

dikembangkan Ismayanti dinamakan tes DIRGA (diagnostik pilihan ganda

tier berbasis piktorial gaya antarmolekul). Tes ini berbentuk pilihan berganda

two-tier berbasis piktorial dengan two-tier pertama terdiri dari empat pilihan jawaban dan

tier kedua terdiri dari empat pilihan alasan. Piktorial dalam tes ini terdapat pada

stem atau tier pertama sementara pilihan alasan pada tier kedua berupa

narasi/teks. Tes yang dikembangkan mencakup 8 konsep yaitu, konsep gaya

(4)

wujud senyawa, kekuatan ikatan hidrogen, gaya London, jenis gaya antarmolekul,

ikatan hidrogen pada molekul air, dan hubungan gaya antarmolekul dengan titik

didih. Analisis miskonsepsi merujuk pada kunci determinasi yang disusun

berdasarkan pola respon siswa.

Ismayanti (2015) hanya menguji coba terbatas tes diagnostik pilihan ganda

two-tier berbasis piktorial pada materi gaya antarmolekul yang dikembangkannya

pada 40 siswa di salah satu Madrasah Aliyah di Kota Majalengka, miskonsepsi

yang teridentifikasi hanya mewakili cakupan wilayah yang sempit dan tidak

menutup kemungkinan adanya perbedaan miskonsepsi yang teridentifikasi di

sekolah lain atau di wilayah lain. Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian

lanjutan untuk mengimplementasikan instrumen tes diagnostik pilihan ganda

two-tier yang telah dikembangkan ini secara lebih luas. Hal ini bertujuan untuk

memperoleh profil atau gambaran mengenai miskonsepsi siswa pada materi gaya

antarmolekul yang lebih variatif. Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan

sebuah penelitian lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan Ismayanti (2015),

penelitian lanjutan tersebut yaitu mengenai profil miskonsepsi siswa pada materi

gaya antarmolekul di suatu daerah menggunakan instrumen tes diagnostik yang

telah dikembangkan oleh Ismayanti (2015).

Penelitian mengenai profil miskonsepsi sebelumnya telah beberapa kali

dilakukan pada materi yang berbeda, yaitu pada materi hidrokarbon (Rahmawati,

2014), asam-basa (Nabila, 2015), dan larutan penyangga (Hasanah, 2015). Agar

hasil penelitian mengenai profil miskonsepsi ini dapat digeneralisasikan, maka

partisipan yang dibutuhkan dalam penelitian ini harus dalam jumlah yang besar

dan lokasi penelitian yang dipilih harus dalam cakupan wilayah yang luas. Lokasi

penelitian yang dipilih adalah Rayon H di Kota Bandung, Jawa Barat. Sistem

rayonisasi di Kota Bandung untuk wilayah sekolah baik SD, SMP, ataupun SMA

negeri mulai diterapkan di Kota Bandung pada tahun 2014. Terdapat delapan

rayon untuk tingkat SMA, setiap rayonnya mencakup beberapa kecamatan. Rayon

H sendiri mencakup sembilan kecamatan. Dari rayon H, akan dipilih tiga SMA

(5)

Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (2014), siswa-siswi dari tiga

sekolah dengan tingkatan yang berbeda mengalami miskonsepsi yang berbeda.

Maka pada penelitian yang akan dilakukan, miskonsepsi dianalisis secara

keseluruhan dari semua sampel, kemudian dilakukan analisis perbedaan

miskonsepsi yang dialami siswa di sekolah kategori tinggi, sedang dan rendah.

Selain dari kategori tingkatan sekolah, perbedaan miskonsepsi yang dialami

siswa juga dianalisis berdasarkan perbedaan gender. Barke dan Engida (dalam

Devetak dan Glazar, 2009, hlm. 1564) menyatakan bahwa perempuan memiliki

kemampuan visualisasi yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan penelitian Devetak (dalam Yezierski dan Birk, 2006, hlm. 954)

perempuan memiliki kemampuan membaca dan menggambarkan level

submikroskopik suatu konsep kimia serta kemampuan spasial yang lebih rendah

dibandingkan laki-laki. Sedangkan Sears, dkk. (1985) dalam bukunya menyatakan

bahwa perempuan memiliki kemampuan verbal yang lebih baik dibandingkan

dengan laki-laki. Miskonsepsi-miskonsepsi yang teridentifikasi pada materi gaya

antarmolekul selanjutnya dapat dipetakan dalam berbagai variasi, sehingga dapat

diketahui profil miskonsepsinya.

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, maka penulis mengajukan

judul penelitian “Profil Miskonsepsi Siswa SMA di Kota Bandung pada Materi

Gaya Antarmolekul Menggunakan Tes Diagnostik Berbasis Piktorial”. Penelitian

ini sangat diperlukan agar dapat mengetahui miskonsepsi siswa pada materi gaya

antarmolekul secara lebih luas sehingga dapat dilakukan upaya-upaya untuk

menghindari terjadinya miskonsepsi pada siswa di masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah

untuk penelitian ini adalah “Bagaimana profil miskonsepsi siswa SMA kelas XI

di Rayon H Kota Bandung pada materi gaya antarmolekul menggunakan tes

diagnostik pilihan ganda two-tier berbasis piktorial?”. Secara rinci rumusan

masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, sebagai

(6)

1. Miskonsepsi apa saja yang dialami siswa SMA kelas XI di Rayon H Kota

Bandung pada materi gaya antarmolekul menggunakan tes diagnostik pilihan

ganda two-tier berbasis piktorial?

2. Apakah terdapat perbedaan miskonsepsi siswa SMA kelas XI yang

teridentifikasi menggunakan tes diagnostik pilihan ganda two-tier berbasis

piktorial pada materi gaya antarmolekul di sekolah tinggi, sedang dan rendah di

Rayon H Kota Bandung?

3. Apakah terdapat perbedaan miskonsepsi siswa SMA kelas XI di Rayon H Kota

Bandung pada materi gaya antarmolekul menggunakan tes diagnostik pilihan

ganda two-tier berbasis piktorial berdasarkan perbedaan gender?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih terarah. Pembatasan

masalah pada penelitian ini diantaranya:

1. Konsep yang akan diidentifikasi miskonsepsinya adalah mengenai definisi

gaya antarmolekul, ikatan hidrogen, hubungan gaya antarmolekul dengan

perubahan wujud senyawa, kekuatan ikatan hidrogen, gaya London, jenis

gaya antarmolekul, ikatan hidrogen pada molekul air, dan hubungan gaya

antarmolekul dengan titik didih.

2. Tes diagnostik yang digunakan adalah tes diagnostik pilihan ganda two-tier

berbasis piktorial yang telah dikembangkan oleh Ismayanti (2015). Tes ini

terdiri dari 8 butir soal yang telah valid dan reliabel.

3. Bentuk piktorial pada tes hanya terdapat pada tier pertama.

4. Rayon atau wilayah di Kota Bandung yang digunakan sebagai tempat

penelitian adalah Rayon H yang mencakup sembilan kecamatan dengan lima

SMA negeri di dalamnya dan dipilih tiga SMA yang mewakili tiga kategori

yang berbeda.

5. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI yang telah

mempelajari materi gaya antarmolekul pada semester 1 kelas X di sekolah

kategori tinggi, sedang dan rendah di rayon H Kota Bandung yang dipilih

(7)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian yang telah

dipaparkan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui profil miskonsepsi siswa SMA kelas XI di rayon H Kota Bandung

pada materi gaya antarmolekul.

E. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, manfaat yang diperoleh adalah

sebagai berikut:

1. Bagi guru

a. Guru memiliki informasi miskonsepsi secara lebih spesifik pada materi

gaya antarmolekul untuk dirujuk dalam membuat strategi pembelajaran

yang dapat menghindari timbulnya miskonsepsi.

b. Guru memiliki alternatif melakukan penilaian hasil belajar untuk

menganalisis miskonsepsi siswa.

2. Bagi siswa

a. Siswa dapat mengetahui miskonsepsi-miskonsepsi yang dialami pada

materi gaya antarmolekul.

b. Melatih siswa untuk tidak terbiasa menebak jawaban jika menghadapi soal

berbentuk pilihan ganda.yang dirasa sulit untuk menentukan jawabannya.

3. Bagi peneliti lain dapat dijadikan sumber informasi untuk melakukan

penelitian mengenai pengembangan instrumen tes diagnostik atau profil

miskonsepsi terhadap materi lain kimia lainnya.

F. Definisi Istilah

1. Profil adalah grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal

khusus (KBBI).

2. Miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang dibangun dari pengalamannya

(8)

3. Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran

dan penilaian (Sudijono, 2011, hlm. 66).

4. Tes diagnostik adalah suatu tes yang dipergunakan untuk menentukan secara

tepat kelemahan-kelemahan yang dihadapi murid pada suatu mata pelajaran

tertentu (Suharno, 1984, hlm. 28).

5. Tes diagnostik pilihan ganda two-tier merupakan bentuk tes pilihan ganda

yang dikombinasikan dengan pilihan jawaban dan alasan tertutup. Pada

model ini, setiap butir soal terdiri dari dua tingkat soal dengan pilihan pada

tier pertama untuk menentukan pengetahuan faktual atau konseptual dan

pilihan pada tier kedua digunakan untuk mengetahui alasan dibalik pilihan

tier pertama. (Treagust, 2006, hlm. 3).

6. Piktorial berasal dari kata “picture” yang dapat diartikan sebagai segala

sesuatu yang dituangkan dalam bentuk gambar (Tavassoli dkk., 2013, hlm.

553).

7. Tes piktorial adalah tes yang melibatkan gambar atau representasi yang

dibuat dengan makna tertentu untuk menggambarkan orang, sesuatu, dan

tempat (Abadzivor, 2006, hlm. 9).

8. Gaya antarmolekul (atau disebut juga nonbonding force) adalah gaya

tarik-menarik elektrostatik antara molekul sebagai hasil dari muatan parsial

(Silberberg, M.S., 2007, hlm. 358).

G. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu

Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV

Temuan Dan Pembahasan, dan Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi.

Bab I terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian,

pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan

struktur organisasi skripsi. Bab II memuat tentang kajian pustaka yang terdiri dari

tes, tes diagnostik, tes diagnostik pilihan ganda two-tier, miskonsepsi,

penggunaan piktorial sebagai alat visualisasi, profil miskonsepsi, kajian penelitian

(9)

lingkup materi gaya antarmolekul dan kajian miskonsepsi pada materi gaya

antarmolekul. Bab III terdiri dari metode penelitian, partisipan dan tempat

penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data

dan teknik pengolahan data. Bab IV yaitu temuan dan pembahasan yang

mencakup miskonsepsi siswa SMA kelas XI pada materi gaya antarmolekul;

perbedaan miskonsepsi siswa kelas XI pada materi gaya antarmolekul di sekolah

kategori tinggi, sedang, dan rendah di Rayon H Kota Bandung; perbedaan

miskonsepsi siswa kelas XI pada materi gaya antarmolekul berdasarkan gender.

Bab V terdiri dari simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, implikasi

Referensi

Dokumen terkait

Daerah ini dipilih karena kelurahan yang memiliki jumlah perempuan migran tertinggi di Kota Palembang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2015). Teknik pengumpulan data

Kebangkitan realita Arab dari segi sebab turunnya wahyu dengan peran sebagai buku catatan interpretatif terhadap Al- Qur’an dan lokasi dimulainya dakwah di jazirah Arab sebagai

Mata Pelajaran Nilai Rata-rata Rapor.. Nilai Ujian

Bila anda memilih tidak menginstal Connection Kit, maka untuk menjalankan koneksi PPP dengan Melsa-i-net harus menyiapkan MacTCP dan MacPPP (jika menggunakan MacTCP dan MacPPP)

Bagi guru dan lembaga pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan pengetahuan dalam penggunaan pembelajaran yang tepat untuk proses

terdapat pada sebagian scene yang terdapat dalam film Maya Raya Daya. Selain itu, peneliti juga berusaha memahamai kemudian mendeskripsikan. Diskriminasi Gender yang ada pada

Deflasi ini terjadi terutama karena adanya turunnya harga yang mengakibatkan turunnya indeks pada kelompok bahan makanan 1.54 persen dan kelompok transportasi, komunikasi

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dianalisa bahwa konflik penambang dengan pihak aparat merupakan bentuk Kekerasan langsung (direct violent) adalah suatu