• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengadaan dan Pengembangan Nuklir Oleh Korea Utara Dalam Perspektif Hukum Internasional Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengadaan dan Pengembangan Nuklir Oleh Korea Utara Dalam Perspektif Hukum Internasional Chapter III V"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENGADAAN DAN PENGEMBANGAN NUKLIR KOREA UTARA RELEVANSI RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB TERKAIT UJI

COBA NUKLIR

A. Kebijakan Pemerintahan Kim Jong Un dalam Ketenaganukliran Korea Utara

Pada masa pemerintahan Kim Jong Un, terdapat kebijakan nuklir yang diatur di bawah kekuasaannya meskipun tidak terlalu banyak yang dapat dijelaskan mengenai kebijakan nuklir di bawah pemerintahan Kim Jong Un karena waktu pemerintahannya yang masih sangat singkat. Kim Jong Un mengeluarkan beberapa kebijakan tentang nuklir, namun hingga kini belum terdapat kebijakan yang sangat spesifik terkait dengan keikutsertaan Korea Utara dalam rezim Nuclear Non-proliferation Treaty, yang selanjutnya disebut NPT. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, (NPT) adalah sebuah perjanjian internasional yang mengatur mengenai penggunaan senjata nuklir di dunia.

(2)

keseluruhan (disamarment) yang dimulai dari penurunan ketegangan internasional serta rasa saling percaya satu sama lain.65

Kim Jong Un nampaknya menyadari bahwa terdapat banyak pihak yang meragukannya. Oleh karena itu, Kim Jong Un memilih untuk mengunci posisinya sebagai jenderal tertinggi angkatan bersenjata terlebih dahulu, dibandingkan menjadi pemimpin partai buruh atau ketua komisi pertahanan nasional. Dengan menguasai militer, Kim Jong Un memastikan bahwa dirinya akan mewarisi alat kontrol terpenting yang dimiliki negara juga kebijakan “military first” Kim Jong Il.

Salah satu cara untuk mewujudkan hal ini adalah dengan tidak menggunakan nuklir. Setelah meninggalnya Kim Jong Il pada akhir tahun 2011, Kim Jong Un diangkat untuk menggantikan posisi ayahnya menjadi Presiden Korea Utara. Meski masyarakat Korea Utara telah bersumpah untuk setia pada Kim Jong Un, banyak pihak meragukan kemampuannya untuk memimpin Korea Utara. Hal ini disebabkan karena tidak seperti Kim Jong Il yang telah memerintah sebelum Kim Il Sung wafat, Kim Jong Un diangkat secara mendadak dan belum memiliki pengalaman sama sekali dalam mengatur negara.

66

65

United Nations, The Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) (online), http://www.un.org/en/conf/npt/2010/npttext.shtml diakses pada 29 April 2017

66

S.H, Choe, ‘Kim Jong-un Named Leader of North Korean Army’, The New York Times,

p. A9.

(3)

" Our party will make no slightest vacillation and concession in implementing the

instructions and policies he laid out politicians around the world, including the

puppet forces in South Korea, that they should not expect any changes from in his

lifetime and... will allow no change in this process ...We declare solemnly and

confidently that foolish us"67

Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar atau salah. Akhir Februari 2012, Kim Jong Un mengambil langkah yang dapat dikatakan tidak terlalu agresif. Langkah tersebut adalah menyetujui untuk menangguhkan tes senjata nuklir dan program pengayaan uranium yang dimiliki Korea Utara, serta mengizinkan pemeriksa internasional untuk memeriksa bagian utama mesin nuklir mereka. Tidak hanya itu, Kim Jong Un juga menyetujui untuk melakukan moratorium terhadap uji coba misil jarak jauh Korea Utara. Sebagai konsesinya Kim Jong Un menuntut sekitar dua ratus ribu ton bantuan makanan dari Amerika Serikat untuk Korea Utara. Adanya persetujuan ini sempat mengundang optimisme karena selama bertahun-tahun Korea Utara telah mengembangkan nuklirnya tanpa pengawasan. Selain itu, ini menunjukkan bahwa pemimpin baru Korea Utara setidaknya memiliki kemauan untuk mempertimbangkan negosiasi dan menjalin hubungan dengan Amerika Serikat.68

Namun tidak sampai sebulan persetujuan ini dicapai, Korea Utara kembali ke pola perilaku agresif yang dimilikinya dengan mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan satelit untuk mengorbit ke luar angkasa untuk memperingati 100 tahun Kim Il Sung. Pernyataan ini tentu saja menghilangkan optimisme yang

67

L.Williamson, Will North Korea change under Kim Jong-un? (online), 19 Januari 2012,

BBC News Asia (online), http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-16607156> diakses pada 28 April 2017

68

(4)

sempat dimiliki sebelumnya. Dengan meluncurkan satelit ini, Korea Utara tidak mengindahkan Resolusi Dewan Keamanan PBB yang berisi permintaan agar Korea Utara berhenti meluncurkan roket yang menggunakan misil dengan jangkauan antar benua.69

Roket yang digunakan untuk meluncurkan satelit luar angkasa ini adalah tipe yang sama digunakan untuk meluncurkan senjata nuklir, karena kejadian tersebut membuat kembali ketegangan yang sempat mereda antara Korea Utara dan negara-negara yang terlibat khususnya Korea Selatan dan Amerika Serikat. Meskipun Korea Utara menyatakan bahwa roket tersebut digunakan hanya untuk mengangkut satelit cuaca, tetapi Amerika Serikat dan Korea Selatan mengatakan peluncuran tersebut adalah uji-coba misil balistik.

70

Presiden Amerika Barrack Obama pada saat itu telah menghimbau melalu media bahwa tindakan tersebut bukan sesuatu yang seharusnya dilakukan dan hanya akan memperparah isolasi Korea Utara dalam lingkungan internasional, namun Kim Jong Un tidak terlihat akan merubah keputusannya. Perkembangan terakhir dari kasus ini terjadi akhir Maret 2012 ketika militer Korea Utara mulai memindahkan roket peluncur tersebut ke launching pad menggunakan kereta dan mengisinya dengan bahan bakar, seakan tidak mengindahkan segala himbauan yang diterima. Bahkan Korea utara mengundang 21 jurnalis dari berbagai negara untuk meliput uji coba roket yang akan dilakukan pemerintah Korea Utara. Roket yang mengangkut satelit Kwang-Myong-Song akan diluncurkan sekitar tanggal 12

69

S.L Meyers and S.H Choe, ‘North Korea Says It Will Launch Satellite Into Orbit’ The New York Times, p.A8.

70

(5)

sampai 16 April, melalui roket jarak jauh Unha 3 dari Stasiun Satelit Sohae di wilayah Cholsan, Provinsi Phyongan.71

B. Motif-Motif Yang Melatarbelakangi Pengadaan dan Pengembangan Nuklir Korea Utara

Korea Utara sampai saat ini berusaha mengembangkan nuklir disebabkan oleh beberapa faktor. Terdapat beberapa kemungkinan skenario pengembangan nuklir Korea Utara. Pertama, Pyongyang berusaha berkomunikasi dengan Korea Selatan yang selama ini merasakan sikap permusuhan dari Korea Utara. Kedua, Korea Utara menginginkan perhatian Washington. Ketiga, pemerintahan Korea Utara bermaksud untuk memperkuat legitimasi politik pengganti Kim Jong Il, terhadap Kim Jong Un. Keempat, Pyongyang bermaksud mengembangkan gudang senjata nuklir untuk digunakan melawan Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat.72

Produksi Plutonium

Berikut adalah tabel pengelolaan plutonium dan parameter uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara:

Tabel 2.1. Pengelolaan Plutonium Korea Utara

Pengelolaan Plutonium

Metrotvnews, Korut Undang 21 Jurnalis Liput Uji Coba Roket, 8 April 2012 (online), Liput-Uji-Coba-Roket/6> diakses pada 28 April 2017

72

(6)

2005

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selama dua dekade terakhir Korea Utara memiliki kesempatan untuk melakukan ekstrasi bahan bakar yang mengandung hingga 69 kilogram plutonium.

Tabel 2.2 Parameter Uji Coba Nuklir Korea Utara Tanggal Uji Coba Nuklir Perkiraan Hasil

9 Oktober 2006 25 Mei 2009

0,5-0,8 Kiloton 2,0-4,0 Kiloton Sumber : Asian Prespective, Vol. 33, No. 4, 2009, hlm 153

Tabel di atas menegaskan bahwa uji coba nuklir Korea Utara yang kedua lebih sukses daripada sebelumnya. Jika jumlah plutonium yang digunakan sama seperti uji coba pertama, maka dipastikan Korea Utara memiliki tekonologi yang lebih maju. Lebih dari militerisme secara umum, program nuklir Korea Utara dianggap sebagai suatu upaya untuk kelangsungan bangsa. Dengan memainkan kartu nuklir, Korea Utara terhubung langsung dengan AS untuk mendapatkan semacam jaminan untuk kelangsungannya.

Program nuklir Korea Utara menelan keuangan negara habis-habisan muncul sebagai manifestasi dua doktrin yang menuntun tindakan para perwira militer dan menentukan postur politik Korea Utara sejak akhir 1990-an.73

73

International Risk, “North Korea’s Nuclear Test: The Logic Behind the Leadership’s Action and Likely Future Development”, 12 Oktober 2006.

(7)

mengenai pentingnya membangun negara yang kuat dan sejahtera dan kedua, ”Songun Chongchi” atau keutamaan militer.74

Terdapat beberapa kemungkinan skenario lain untuk menjelaskan motif pengembangan nuklir Korea Utara.

Menurut pendekatan domestic politics model, nuklir menjadi alat politik bagi elit yang mencoba mempengaruhi kebijakan negara. Dalam kasus Korea Utara, militer memegang kendali atas pembuatan keputusan nasional. Di bawah pemerintahan Kim Jong Il, Korean People’s Army (KPA) secara pasti menjadi pemain kunci dalam struktur kekuatan Korea Utara.

KPA jauh lebih kuat secara politis dari pada partai komunis Korea Utara yang dikenal sebagai Korean Workers Party. Dominasi Kim Jong Il juga datang dari kedudukannya sebagai pimpinan badan militer National Defense Commission, dimana posisinya sebagai presiden dan ketua partai komunis. Betapa pun kerugian yang dialami Korea Utara ketika secara terbuka mendeklarasikan diri sebagai negara bersenjata nuklir, ada strategi yang logis di balik deklarasi Korea Utara sebagai negara berkekuatan senjata nuklir.

Korea Utara percaya bahwa tindakan yang mereka lakukan akan memberikan keuntungan strategis, simbolis, dan teknologi yang dibutuhkan dalam jangka panjang untuk mewujudkan Korea Utara yang kuat dan makmur. Sesuai dengan definisi strategi nuklir sebagai pemanfaatan senjata nuklir untuk meraih kepentingan politik internasional, nuklir bagi Korea Utara dapat menjadi alat penting dalam perundingan internasional.

75

74

Scott D. Sagan, “Why Do Stated Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of A Bomb”, International Security, Vol. 21, No. 3 (Winter, 1996-1997), hlm. 497.

75

Ibid. hlm 498.

(8)

pengembangan senjata nuklir tanpa mempertimbangkan keuntungan yang akan didapatkan. Kedua, program nuklir hanyalah sebagai alat untuk mempertahankan rezim. Sedangkan menurut pendapat lain, Korea Utara memiliki tiga motif dalam mengembangkan nuklir.

Motif pertama adalah regime survival Sekalipun perang Korea telah berakhir lebih dari lima dasawarsa lalu (1953), perang Korea secara teknis belum berakhir karena situasi perang Korea mereda setelah ditandatanganinya perjanjian gencatan senjata dan bukannya sebuah perjanjian damai. Korea Utara masih merasa terancam dengan penempatan 27 ribu tentara AS di Korea Selatan, ditambah 47 ribu tentara AS lainnya di Jepang. Korea Utara tidak akan melupakan bagaimana Cina pada dekade 1950-an mengalami tiga kali ancaman serangan nuklir dari Amerika Serikat. Ancaman serangan nuklir pertama dialami Cina karena bantuan militer Cina pada Korea Utara saat perang Korea. Dua ancaman lainnya dialami Cina berkaitan dengan konflik Cina-Taiwan tahun 1955 dan 1958.76

76

Francis Fukuyama & Kongdan Oh, The US-Security After The Cold War,

National Defense research Institute, prepared for the Under Secretary of Defense for policy 1993, hlm. 26-28.

(9)

Motif ketiga program senjata nuklir Korea Utara adalah untuk mengangkat status politik Korut di mata dunia. Korea Utara selalu ingin bernegosiasi langsung dengan AS dan bukannya Korea Selatan, yang dianggap hanya negara boneka bentukan AS. Dengan bernegosiasi langsung dengan AS, Korut memberikan sinyal pada dunia bahwa dirinya merupakan lawan yang sepadan dengan AS.

Gabungan dalam militer, ekonomi dan politik ini membuat Korea Utara sangat unik. Biasanya negara-negara mengembangkan senjata nuklir dengan sangat rahasia untuk menghindari intervensi luar. Namun rezim Korea Utara melakukan hal yang sebaliknya dengan mengakui secara terang-terangan keinginan mereka untuk menjadi negara nuklir.

Terdapat pula empat hipotesis mengenai pengembangan senjata nuklir Korea Utara.77

Ancaman AS yang dirasakan Korea Utara adalah penempatan pasukan AS di Korea Selatan dan jaminan payung nuklir AS di Korea Selatan sehingga berubahnya kedua hal tersebut dapat menyebabkan berakhirnya aliansi AS-Korea Selatan. Hal tersebut cenderung tidak akan terjadi dikarenakan Korea Selatan merasa bahwa denuklirisasi Korea Utara harus didahului dengan melakukan

disarmament di Semenanjung Korea. Kedua adalah hipotesis tujuan diplomatik, Pertama adalah hipotesis yang menyatakan pengembangan nuklir ini dimaksudkan sebagai pertahanan militer, dimana senjata nuklir bisa digunakan sebagai sistem penangkal serangan AS dan mengimbangi kekuatan militer Korea Selatan. Pandangan ini diterima oleh banyak penganut liberal Korea Selatan. Berdasarkan hipotesis ini maka untuk mewujudkan denuklirisasi Korea Utara, dihilangkannya ancaman AS melawan Korea Utara merupakan syarat utama.

77

(10)

yang menyatakan bahwa senjata nuklir digunakan sebagai alat penawar untuk mencapai normalisasi hubungan AS-Korea Utara serta menerima bantuan ekonomi. Jika Korea Utara mendapatkan jaminan keamanan dan pemulihan ekonomi, maka negara tersebut akan menghentikan program nuklirnya. Ketiga, hipotesis tujuan politik yang menyatakan bahwa Kim Jong Il menggunakan senjata nuklir untuk meningkatkan prestise politiknya.

Meskipun Kim Jong Il mewarisi jabatan ayahnya, dia tidak mewarisi legitimasi politiknya. Selain itu, di bawah kepemimpinannya, perekonomian Korea Utara berada di ambang kehancuran. Berdasarkan penelitian ini, Kim Jong Il terdesak melakukan pengembangan nuklir dan rudal jarak jauhnya untuk meningkatkan legitimasi politiknya. Keempat adalah strategi militer ofensif yang menyatakan bahwa senjata nuklir adalah sebuah alat yang menyatukan kedua Korea yang digunakan untuk melawan intervensi militer AS. Jika Korea Utara terancam menggunakan senjata nuklir dalam melawan Korea Selatan, Jepang dan pangkalan militer AS di Guam, maka akan sulit bagi AS untuk mengintervensi secara efektif. Dengan skenario ini maka Korea Utara dapat mengalahkan Korea Selatan dan menyatukannya menjadi satu negara.

Untuk memahami pengembangan nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara, harus dilihat juga struktur politik domestiknya. Hubungan eksternal ataupun kebijakan luar negeri yang dilakukan Korea Utara tidak terlepas dari ideologi

(11)

world.”78

78

C.S Eliot Kang, hlm. 294

Ideologi ini menegaskan ketidakmampuan Pyongyang untuk mempertimbangkan secara mendasar kepentingan nasional jangka panjangnya.

Juche juga merupakan ideologi nasionalis terpenting di Korea Utara yang menggantikan Marxisme-Leninisme. Bukan hanya sebagai dasar kebijakan luar negeri, Juche juga telah menjadi inti paham sosialisme Korea Utara. Juche

didefinisikan sebagai bentuk dari sosialisme nasionalis khas Korea Utara yang berjuang untuk mencapai kemerdekaan dan self-reliance dibidang politik, ekonomi dan keamanan. Kepemimpinan Korea Utara percaya bahwa Juche

merupakan hal penting bagi hubungan eksternal dan pembenaran seluruh tindakan yang dilakukan Korea Utara.

(12)

C. Tanggapan Beberapa Negara Terhadap Pengadaan dan Pengembangan Nuklir Korea Utara

a. Respon Jepang Terhadap Pengembangan Senjata Nuklir Korea Utara

Dalam mengantisipasi perkembangan situasi keamanan pasca Perang Dingin, tanggal 28 November 1995 dikeluarkanlah NDPO (National Defense Program Outline). Pertahanan yang baru ini menyebutkan bahwa walaupun kemungkinan Perang Dunia telah berkurang dengan berakhirnya Perang Dingin, tetapi faktor-faktor penyebab keadaan yang tidak menentu dan tidak dapat diprediksikan seperti sengketa teritorial, konfrontasi agama dan etnis, dan proliferasi senjata penghancur massal (termasuk didalamnya senjata nuklir dan rudal) masih tetap ada dan cenderung meningkat. Di sekitar wilayah Jepang juga masih terdapat ancaman bagi keamanan wilayah Jepang seperti ketegangan yang masih berlanjut disemenanjung Korea antara Korea Utara dan Korea Selatan.79

NDPO ini memiliki tiga peran80

Ketika suatu negara melakukan aksi militer ilegal terhadap Jepang yang dapat mengarah pada agresi tidak langsung, tindakan pencegahan harus segera diambil untuk menghadapinya dan mengendalikan keadaan sedini mungkin.

Pertama, bagi pertahanan nasional untuk menangkal agresi terhadap Jepang bersamaan dengan pengaturan keamanan Jepang-AS maka perlu dimiliki suatu kapabilitas pertahanan dengan skala yang cukup dan memiliki fungsi yang diperlukan bagi pertahanan, konsisten dengan karakteristik geografi Jepang, dan memperhitungkan kapabilitas militer negara-negaratetangga.

79

Defense of Japan 1998, Japan Defense Agency, (Tokyo: Japan Defense Agency, 1998), hlm. 321, Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

80

(13)

Jepang harus memiliki struktur pertahanan yang dapat segera merespon berbagai tipe dan skala agresi dengan mengintegrasikan fungsi-fungsi pertahanannya dan mempertahankan serta meningkatkan kredibilitas pengaturan keamanan Jepang-Amerika Serikat.

Peran kedua adalah merespon terhadap bencana skala besar dan berbagai situasi lain termasuk dalam menghadapi tindakan teroris dan situasi lain yang memerlukan tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa dan harta manusia. Jika situasi ini terjadi di sekitar wilayah Jepang dan memiliki pengaruh penting bagi perdamaian dan keamanan nasionalnya, maka Jepang akan bertindak sesuai hukum dan bekerja sama dengan PBB serta melaksanakan pengaturan keamanan Jepang-Amerika Serikat.

Peran ketiga adalah melakukan sumbangan pada pembentukanlingkungan keamanan yang lebih stabil lewat partisipasi dalam kegiatan penyelamatan bencana internasional, mempromosikan pertukaran dan dialog keamanan serta ikut serta dalam usaha mencegah proliferasi senjata pemusnah massal dan rudal serta pengendalian senjata konvensional.

Pada Februari 1995 Departemen Pertahanan AS mengeluarkan dokumen yang berjudul United States Security Strategy for the East Asia-Pacific Region. Dokumen ini secara menyeluruh menjelaskan tentang strategi pemerintahan Clinton terhadap masalah keamanan di kawasan Asia Pasifik dan mengklarifikasi kebijakan dasar yang ada dalam Joint Declaration.81

81

Defense of Japan 2004, (Tokyo: Japan Defense Agency, 2004), hlm. 132. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

(14)

konfirmasi kebijakan AS untuk mengurangi jumlah pasukannya dari 135.000 menjadi 100.000 personil militernya (termasuk 37.500 yang ada di Korea Selatan dan 59.000 di Jepang) di kawasan Asia Pasifik sejak 1992. Dalam Joint Declaration ini juga menjelaskan tentang penekanan hubungan keamanan Jepang–AS adalah hubungan aliansi bilateral yang terpenting dan tetap menjadi landasan bagi strategi keamanan di Asia pasca Perang Dingin.

Pada sisi lain kedua negara juga mengkonfirmasikan bahwa mereka akan mempertahankan kerangka kerja dasar tentang pembagian peranan yang telah disetujui dalam perjanjian keamanan Jepang-AS. Joint Declaration juga menandai dimulainya proses tiga tahun untuk merevisi Guidelines 1978 dan menuju pada pembentukan Undang-Undang Guidelines82

Perubahan keadaan pasca Perang Dingin juga menuntut redefinisi kerjasama keamanan Jepang-AS. Runtuhnya Uni Soviet mengurangi alasan bagi AS untuk banyak terlibat di Asia Timur. Untuk itu AS menuntut pembagian . Pada akhirnya Joint Declaration ini menuju pada dikeluarkannya revisi Guidelines 1978 yang menekankan pada situasi di daerah sekitar Jepang yang berpengaruh terhadap perdamaian dan keamanan Jepang.

Penandatanganan Japan-U.S Defense Guidelines tahun 1997 merupakan kelanjutan dari pola hubungan strategis di Asia yang telah ada selama lebih dari 50 tahun. Ada dua elemen yang mempengaruhi dikeluarkannya revisi Guidelines

ini, yaitu komitmen Jepang terhadap hubungan kerjasama keamanan yang selalu dibatasi muncul menjadi lebih spesifik dan perubahan lingkungan strategis baik regional maupun internasional.

82

(15)

tanggung jawab yang lebih adil dengan Jepang dalam pengaturan keamanan bersama. Keadaan kawasan Asia Timur sendiri masih tidak menentu sebagai akibat dari adanya konflik-konflik ketegangan di Semenanjung Korea, Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan sehingga masih jadi pertimbangan bagi redefinisi ini. Pada perkembangan selanjutnya, krisis di Semenanjung Korea tahun 1994 (dengan adanya pengumuman pengunduran diri Korea Utara dari International Atomic Energy Agency/IAEA) menjadi salah satu pendorong redefinisi pedoman kerjasama pertahanan bilateral tersebut.83

Korea Utara yang tidak lagi berada dalam kendali NPT dan IAEA akan sangat berbahaya bagi kestabilan di Semenanjung Korea. Senjata nuklir yang selama ini dicurigai telah dikembangkan dan disebarkan dengan bebas oleh Korea Utara. Hal ini juga dapat memperburuk hubungan antara kedua Korea yang akhirnya dapat mengganggu keamanan kawasan. Krisis ini memang dapat diatasi lewat pembicaraan antara AS dan Korea Utara. Namun terjadinya krisis ini membuat Jepang dan AS menyadari bahwa SDF Jepang tidak memiliki wewenang

Potensi konflik regional serta proliferasi senjata pemusnah massal dan sistem pengangkutnya merupakan hal yang dirasakan Jepang sebagai ancaman yang besar pada pasca Perang Dingin. Kedua hal ini terjadi di Semenanjung Korea yang merupakan tetangga Jepang. Dari ketiga kawasan yang memiliki konflik di Asia Timur, Semenanjung Korea menjadi salah satu perhatian keamanan Jepang dan kerjasama pertahanan Jepang-AS. Ketika Korea Utara menyatakan akan mengundurkan diri dari NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty) kemudian juga dari IAEA, ketegangan di Semenanjung Korea meningkat.

83

(16)

untuk membantu menegakkan sanksi PBB terhadap Korea Utara atau mendukung pasukan AS yang dapat terlibat dalam konflik.

Redefinisi diperlukan untuk menghadapi keadaan semacam ini dengan lebih efektif. Pedoman kerjasama Jepang-AS tahun 1978 sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan pasca Perang Dingin. Redefinisi ini pun sejalan dengan diperluasnya kerjasama keamanan seperti tercantum dalam NDPO 1995. Melalui revisi Guidelines 1978, AS meminta Jepang untuk memainkan peran yang lebih aktif lagi dalam aliansi untuk menjaga stabilitas regional serta membuat aliansi lebih layak untuk didukung dan dipertahankan.84

Deklarasi bersama tahun 1996 yang merupakan hasil pertemuan Clinton dan Hashimoto menyebutkan bahwa di Semenanjung Korea ketegangan masih terjadi. Masih terdapat konsentrasi besar kekuatan militer termasuk senjata nuklir. Disebutkan juga bahwa sengketa teritorial yang belum selesai, potensi konflik regional, dan proliferasi senjata pemusnah massal dan sistem pengangkutnya semua merupakan sumber instabilitas, padahal stabilitas di Semenanjung Korea sangat penting bagi Jepang-AS.

Revisi pedoman ini dimulai bulan Juni 1996 setelah pertemuan Presiden Clinton dan PM Hashimoto bulan Februari 1996 dan selesai bulan Juni 1997 yang selanjutnya sah dikeluarkan tanggal 23 September 1997.

85

84

East Asian Strategic Review 1997-1998, (Tokyo: The National Institute for Defense Studies, dikutip dari 1998), hlm. 51. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

85

Defense of Japan 1998, Op. Cit. hlm. 320 dan 322, Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

(17)

Dalam deklarasi tersebut dikatakan pula perlunya kajian kerjasama bilateral dalam menghadapi situasi yang mungkin timbul di area sekitar Jepang. Operasionalitas kerjasama juga penting sehingga perlu ditingkatkan melalui pertukaran teknologi dan peralatan. Proliferasi senjata pemusnah massal dan sistem pengangkutnya pun mempunyai implikasi penting bagi keamanan mereka bersama sehingga mereka akan bekerja sama untuk mencegah proliferasi dan terus bekerja sama dalam kajian pertahanan rudal balistik (ballistic missile defense).86

New Defense Guidelines 1997 memiliki sasaran menciptakan landasan yang solid untuk kerjasama Jepang-AS yang lebih efektif dan berkemampuan serta untuk menciptakan suatu kerangka berpikir umum dan arah kebijakan bagi peran dan misi kedua negara baik dalam keadaan normal dan tidak menentu. Dokumen New Defense Guidelines ini memperlihatkan terobosan kesediaan Jepang untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar atas keamanannya sendiri dan untuk membantu menjamin perdamaian kawasan. Pedoman lama hanya menyebutkan studi bersama bila terjadi keadaan yang tidak menentu,87

Dalam New Defense Guidelines tersebut, Jepang bertugas untuk mengadakan suplai dan transportasi materi untuk pasukan militer AS yang terlibat dalam situasi konflik. Sedangkan dalam Acquisition and Cross-Servising Agreement/ACSA di awal 1996 Jepang hanya diperkenankan untuk memberi

sedangkan

New Defense Guidelines mengemukakan perencanaan bersama dalam keadaan tidak menentu. Artinya, Jepang lebih aktif melakukan suatu tindakan terhadap suatu situasi dan tidak hanya mempelajari situasi tersebut.

86

Ibid. hlm. 321-322.

87

(18)

dukungan seperti itu selama latihan bersama dalam masa damai, untuk misi perdamaian PBB, dan operasi penyelamatan kemanusiaan.

Terdapat tiga tipe kerjasama keamanan dalam New Defense Guidelines88

AS akan menyediakan data intelijen yang diperlukan bagi Jepang dan penggunaan kekuatannya untuk menambah kekuatan penyerang (additionalstrike power). New Defense Guidelines juga membicarakan mengenai kerjasama untuk menangani isu-isu regional dan global. Di tingkat regional, Jepang dan AS sepakat bekerja sama untuk meningkatkan lingkungan keamanan yang damai dan tersebut yaitu, kerjasama dalam situasi normal, tindakan respon jika terjadi serangan bersenjata terhadap Jepang, dan kerjasama dalam situasi yang terjadi di area sekitar Jepang dan memiliki pengaruh penting bagi perdamaian dan keamanan Jepang. Dalam kerjasama pada keadaan normal, Jepang dan AS akan bekerja sama dalam berbagai bidang yaitu dengan memberi informasi dan data intelijen serta mengadakan konsultasi kebijakan pertahanan, mengadakan berbagai kerjasama keamanan, serta mengadakan berbagai program bilateral.

Dalam tindakan respon terhadap serangan bersenjata terhadap Jepang, maka Jepang terutama bertanggung jawab untuk bertindak dan mengatasi serangan tersebut secepatnya dan AS juga ikut serta memberikan dukungan yang diperlukan. SDF melakukan operasi defensif di wilayah teritorial Jepang serta wilayah air dan udara sekitarnya, sedangkan angkatan bersenjata AS melakukan operasi yang mendukung kapabilitas SDF. AS akan melakukan reinforcement bila saatnya tiba. Bila serangan tersebut berupa serangan rudal balistik, maka angkatan bersenjata AS dan SDF akan saling bekerja sama dan berkoordinasi.

88

(19)

stabil di Asia Pasifik. Beberapa isu yang menjadi perhatian kedua negara adalah menyangkut Cina, Rusia dan konflik di Semenanjung Korea. Dengan pertimbangan masih adanya potential hot spots di beberapa tempat di kawasan Asia Pasifik, maka Jepang dan AS sepakat untuk terlibat dalam dialog-dialog keamanan Asia Pasifik baik melalui Asean Regional Forum (ARF) maupun dalam dialog bilateral dengan negara-negara lainnya.

Memasuki milenium kedua, ketika politik luar negeri pemerintahan Bush menahan ketegangan pada berbagai hubungan internasional AS, aliansi Jepang-AS menjadi semakin kuat. Salah satu pilar yang membuat aliansi tersebut semakin kuat adalah dikirimnya pasukan Jepang ke Irak. Pilar kedua adalah pengembangan bersama sistem pertahanan anti rudal. Jepang dan AS juga akan bekerja sama dalam penanganan isu-isu global. Salah satu usaha diplomasi Jepang terhadap Korea Utara yang telah diadakan pada tanggal 17 September 2002 dan merupakan bagian dari proses CBM sebagai usaha Jepang untuk menciptakan saling percaya, saling pengertian dalam masalah pertahanan dan keamanan masing-masing negara. Pada awalnya, deklarasi Pyongyang bertujuan untuk:

1. Mengajak Korea Utara untuk bertindak secara tegas sebagai anggota komunitas internasional yang peduli mengenai isu-isu keamanan seperti misil dan senjata nuklir serta menyelesaikan dialog antara Amerika Serikat, Korea Selatan dan negara-negara lainnya yang berkeinginan untuk mengurangi ketegangan yang ada di semenanjung Korea.

(20)

Koizumi dan berjanji akan mencegah terjadinya hal seperti itu lagi dimasa yang akan datang.

3. Dalam keamanan, Kim Jong II menginformasikan pentingnya mempromosikan dialog antara negara-negara yang terlibat dan ia berjanji akan mematuhi perjanjian internasional yang berhubungan dengan masalah nuklir Korea Utara.89

Jepang mampu melihat situasi Korea Utara berdasarkan sudut pandangnya yakni kelemahan Korea Utara di bidang ekonomi serta kekuatan militer. Dengan kekuatan ekonomi yang dimiliki Jepang serta kelemahan militer negaranya, sama dengan usaha lain yang telah dilakukan. Deklarasi Pyongyang diharapkan dapat membawa ke arah usaha normalisasi hubungan kedua negara dengan menyadari kekurangan dan kelebihan serta kesalahan masing-masing pihak yang terjadi di masa lalu.

Akan tetapi, niat baik Jepang tidak dibarengi oleh keinginan yang baik pula dari Korea Utara. Hal ini disebabkan karena kedekatan Jepang dengan Amerika Serikat. Pyongyang tidak melihat adanya kemajuan dalam permasalahan ini sama dengan usaha Korea Selatan untuk menerapkan sunshine policy,

disebabkan oleh sikap Amerika Serikat yang terus keras terhadap Korea Utara. Sehingga Korea Utara pun memutuskan untuk keluar dari NPT dan melanjutkan kembali program nuklirnya.

Pada November 2003, Pertemuan Jepang-AS diadakan di Tokyo yang dihadiri Menteri Negara Pertahanan, Shigeru Ishiba dan Sekretaris Pertahanan AS, Donald Rumsfeld. Pada pertemuan tersebut, kedua tokoh mendiskusikan

89

Japan-North Korea Relation

(21)

masalah-masalah penting, seperti kerjasama pertahanan Jepang-AS, rekonstruksi Irak, dan masalah nuklir Korea Utara. Direktur Jenderal Ishiba dan Sekretaris Rumsfeld setuju bahwa kedua negara perlu meningkatkan kerjasama tidak hanya di kawasan tetapi juga pada masalah keamanan global.

b. Respon Korea Selatan Terhadap Pengembangan Senjata Nuklir Korea Utara

Korea Selatan dalam merespon ancaman nuklir Korea Utara, Korea Selatan melakukan dua sikap. Pertama, meminta jaminan payung nuklir dari AS dengan mempererat kerangka kerja aliansi AS dan Korea Selatan. Kedua, meningkatkan kapabilitas pertahanan konvensional. Namun setiap tahun, ketika Korea Selatan merasa bahwa program nuklir Korea Utara mengalami kemajuan, maka Korea Selatan perlahan-lahan mulai memperhitungkan untuk mengembangkan program misil dan nuklir.

Korea Selatan memulai program misil dan nuklirnya pada tahun 1970an. Pada tahun 1978 Agency for Defence Development90

Sepanjang tahun 1980-an dan 1990-an, Korea Selatan terus mengembangkan misil balistik dengan menguji coba Hyon MU NHK-A beberapa

Korea Selatan telah berhasil mengubah misil Nike-Hercules menjadi misil balistik dengan jangkauan 150-250 km. Program pengembangan misil Korea Selatan ini memicu Washington mengeluarkan memorandum 1979 yang membatasi jangkauan misil Seoul mencapai 180 km.

90

(22)

kali. Sejak tahun 1995, Korea Selatan berusaha melepaskan diri dari memorandum yang dikeluarkan oleh AS dan berniat untuk bergabung dengan

Missile Technology Control Regime (MTCR) agar AS membatalkan memorandum tersebut. Selain itu, pemerintahan Kim Dae Jung (1998-2002) adalah pemerintahan yang secara resmi mengadopsi Revolution in MilitaryAffairs

(RMA)91

1. penciptaan kemampuan angkatan bersenjata yang sangat kuat .

Pada bulan April 1998, setelah pelantikannya, pemerintahan Kim Dae Jung mendirikan Committee for the Promotion of Defense Reform dan menngeluarkan Five-Year Defense Reform Plan sesuai dengan Basic Defense Policy Report. Komite tersebut akan mengidentifikasi tiga tujuan:

2. perluasan teknologi informasi senjata militer

3. pembangunan angkatan bersenjata yang rasional, efektif, dan ekonomis. Untuk mewujudkannya, Kim Dae Jung memprakarsai tiga hal. Pertama, mendorong reformasi organisasi dengan menciptakan sistem komando nasional di bidang transportasi, biokimia, dan ketahanan nuklir. Kedua, perhatian difokuskan pada aplikasi teknologi informasi terkini di sektor pertahanan. Dan yang terakhir, Pemerintahan Kim Dae Jung mulai mempercepat akuisisi aset pertahanan yang berhubungan erat dengan kapabilitas serangan dan kemampuan perang.92

Pada bulan Januari 2001, memorandum 1979 pun dibatalkan oleh AS dan Korea Selatan bergabung dengan MTCR pada bulan Maret 2001. Dengan bergabungnya Korea Selatan di MCTR maka Korea Selatan diizinkan untuk

91

Chung-in Moon and Sangkeun Lee, “Military Spending and The Arms Race on The Korean Peninsula,Asian Perspective, Vol. 33, No. 4, 2009, hlm. 90. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

92

(23)

meningkatkan jangkauan misil balistiknya hingga 300 km dan berat 500 kg. Pada akhir 2001, Korea Selatan berhasil melakukan uji coba misil yang dapat menjangkau sebagian besar wilayah Korea Utara. Untuk ketahanan misil, Korea Selatan memiliki ratusan Nike Hercules dengan jangkauan 180 km yang telah ditempatkan di Korea Selatan sejak tahun 1965 sebagai penangkalan terhadap serangan udara. Korea Selatan ingin mengganti misil Nike yang ada dengan misil PAC-3, dan AS berusaha membujuk Korea Selatan untuk turut mengembangkan

Balistic Missile Defence (BMD).

Perluasan jangkauan misil dan pengembangan kapabilitas satelit Korea Selatan merupakan hal yang misterius. Tersingkapnya penelitian nuklir rahasia Korea Selatan telah mengakibatkan negara-negara sekitarnya meningkatkan kewaspadaan. Pada bulan Agustus 2001, di bawah tekanan IAEA, Korea Selatan menutup penelitian nuklir rahasianya. Diketahui bahwa Korea Selatan telah melakukan pengayaan uranium dari tahun 1979-1981, memisahkan sejumlah kecil plutonium pada tahun 1982 dan melakukan eksperimen dengan uranium pada tahun 2000.

Para ilmuwan Korea Atomic Energy Research Institute (KAERI)93

93

KAPERI merupakan suatu organisasi yang secara aktif mempromosikan kerjasama internasional dengan organisasi internasional dan lembaga penelitian diseluruh dunia unuk pengembangan dan kemajuan teknologi nuklir, diakses dari www.kaeri.re.kr-sub-sub0503

(24)

rezim non-proliferasi dipertanyakan dan menimbulkan kekhawatiran komunitas internasional.

Kapabilitas nuklir dan misil Korea Selatan ini telah mengakibatkan semakin tidak menentunya Six Party Talks dan situasi keamanan Asia Timur semakin kompleks.94

94

Gu Guoliang, “Missile Proliferation and Missile Defence in North-East Asia,” North-East Asia Security, (Disarmament Forum, 2005), hlm. 38. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

Hal ini bisa dikatakan sebagai suatu aksi-reaksi yang terjadi terhadap kapabilitas nuklir Korea Utara. Situasi di Korea Utara membuat Korea Selatan berupaya untuk bersikap waspada akan adanya ancaman keamanan dari Korea Utara. Opini publik yang muncul di Korea Selatan sepanjang tahun 2002 menyatakan bahwa Korea Utara merupakan ancaman militer langsung bagi Korea Selatan. Namun di sisi lain, Korea Selatan memandang tindakan uji coba nuklir Korea Utara merupakan sebuah tindakan defensif, dan bukan merupakan ancaman agresif.

(25)

Dalam hal ini, indikator yang digunakan untuk menyelesaikan masalah nuklir Korea Utara di Semenanjung Korea berupa proses Confidence Building Measures (CBM). CBM ini dilakukan dalam berbagai bentuk, yang salah satunya berupa sunshine policy yakni tanpa mengisolasi tapi dengan pengiriman bantuan ekonomi bagi kelangsungan rezim Korea Utara dilakukan oleh Korea Selatan dan negara-negara sekitar semenanjung termasuk Jepang serta mempertemukan kembali kedua keluarga yang terpisah akibat perang Korea95

Krisis nuklir kedua yang terjadi hanya dua bulan setelah pemilihan presiden Korea Selatan berlangsung, membuat Presiden Roh Moo Hyun mendapat ujian berat dalam melanjutkan sunshine policy. Untuk mengatasi krisis nuklir kedua ini, pemerintahan Roh Moo Hyun menganut tiga prinsip yaitu tidak bertoleransi terhadap senjata nuklir Korea Utara, menggunakan cara-cara damai dan diplomatik, serta bersikap proaktif. Tiga prinsip ini sering diperdebatkan karena Korea Utara telah berusaha menciptakan bom nuklir, uji coba pelucuran rudal balistik, dan melaksanakan uji coba nuklir di bawah tanah. Namun pemerintahan Roh Moo Hyun memainkan peran krusial dalam mengendalikan resolusi diplomatik yang damai. Presiden Roh Moo Hyun menggambarkan pendekatannya kepada Korea Utara sebagai “policy of peace and prosperity”

yang menekankan pada elemen-elemen dari keberlanjutan sunshine policy

. Pada awalnya,

sunshine policy bertujuan untuk mengurangi secara berangsur-angsur ketegangan yang ada di semenanjung.

96

95

East Asian Strategic Review 2003, (Tokyo: The National Institute for Defense Studies, 2000), hlm. 125. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

.

96

(26)

Meskipun terbatas, Korea Selatan melakukan diplomasi proaktif, dan melaksanakan agenda-agenda baru seperti rezim perdamaian di Semenanjung Korea, dan kerjasama keamanan multilateral di Asia Timur. Korea Selatan juga merupakan pendukung Six Party Talks paling setia yang percaya bahwa meskipun produk krisis, namun Six Party Talks dapat membuka kesempatan bagi perdamaian dan keamanan.97

Lee Myung-bak sebagai pengganti Roh Moo Hyun mewarisi tugas denuklirisasi Korea Utara yang belum selesai. Pemerintahan Lee melakukan dua pendekatan terhadap Korea Utara. Pertama, mengusulkan“De-nuke, Open 3.000,” yaitu jika Korea Utara melakukan denuklirisasi, Korea Selatan akan menaikkan pendapatan perkapita-nya hingga tiga ribu dollar selama sepuluh tahun untuk memfasilitasi reformasi di Korea Utara. Kedua, pemerintahan Lee akan tetap bergantung pada Six Party Talks sebagai jalan diplomatik untuk memecahkan masalah nuklir Korea Utara.

Struktur Six Party Talks tidak menempatkan Korea Selatan sebagai pemimpin. Korea Utara dan AS merupakan dua aktor utama, dengan Cina sebagai mediator kuncinya. Bagaimanapun, Korea Selatan pada masa Roh Moo Hyun tampil cukup mengesankan sebagai fasilitator proses Six Party Talks.

98

Namun Korea Utara menolak usulan ”De-Nuke, Open 3.000” karena merasa bahwa Korea Selatan telah berusaha menghancurkan rezim dengan permintaan reformasinya. Pada Six Party Talks, pemerintahan Lee juga tidak

Far Eastern Studies: Kyungnam university, Seoul, Korea. Vol. 27 no. 3, 2003. hlm. 63. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

97

Chung-in Moon, “Diplomacy of Defiance and Facilitation: The Six Party Talks and The Roh Moo Hyun Government,”Asian Perspective, Vol. 32, No. 4, 2008, hlm. 102. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

98

(27)

melakukan tindakan proaktif, Korea Selatan hanya mengikuti secara pasif segala tindakan AS. Lebih jauh lagi, pemerintahan Lee tidak menunjukkan ketertarikannya dalam menciptakan rezim perdamaian di Semenanjung Korea dan rezim kerjasama keamanan multilateral di Asia Timur. Prioritas diberikan kepada aliansi Korea Selatan-AS dan koordinasi trilateral Korea Selatan-AS-Jepang.

c. Respon Cina Terhadap Pengembangan Senjata Nuklir Korea Utara

Sejak tahun 2002 ketika krisis nuklir Semenanjung Korea terjadi kembali, Cina sangat memperhatikan program nuklir dan misil Korea Utara. Cina mendukung Semenanjung Korea yang tanpa nuklir. Dikarenakan Cina memerlukan lingkungan yang stabil untuk bisa berkonsentrasi dalam pembangunan ekonominya. Cina khawatir bahwa program nuklir Korea Utara akan mengakibatkan efek domino dan memberikan pembenaran bagi Jepang untuk mengembangkan kapabilitas nuklir dan misilnya. Cina telah berperan besar dalam Six Party Talks dan berusaha keras untuk membujuk Korea Utara untuk menghentikan program nuklirnya. Cina telah bekerjasama dengan komunitas internasional untuk menghadang proliferasi misil ataupun nuklir di Asia Timur.99

Namun karena sulitnya Korea Utara untuk dibujuk agar menghentikan program nuklirnya, maka Cina melakukan modernisasi pertahanan nasionalnya. Pola amity Cina dan Korea Utara tidak lagi sedekat pada masa Perang Dingin. Cina dan Korea Utara sedang mengalami hubungan yang penuh ketegangan dalam beberapa tahun belakangan. Untuk menghadapi Korea Utara, Cina melakukan dua pendekatan. Pertama, Cina berusaha keras untuk menghentikan program nuklir

99

(28)

dan rudal jarak jauh yang dikembangkan Korea Utara karena program tersebut telah memberikan ancaman besar bagi beberapa kepentingan Cina seperti stabilitas regional dan program modernisasi ekonominya. Kedua, Cina terus mendukung Korea Utara secara ekonomi maupun diplomatik karena Cina juga tidak menginginkan kehancuran Korea Utara.100

Pada bulan Maret 2002, Cina mengalokasikan anggaran militer sekitar dua puluh milyar yang berarti meningkat sekitar tiga puluh juta atau 17,6% melebihi anggaran tahun sebelumnya.

Korea Utara telah memberikan Cina masalah besar dengan uji coba senjata serta program akuisisi senjata. Peluncuran rudal jarak jauh Korea Utara yang melewati wilayah udara Jepang pada tahun 1998 telah membuat Jepang memutuskan untuk bergabung dengan AS dalam penelitian sistem pertahanan nuklir regional dan memberikan pembenaran bagi Jepang untuk mengubah kebijakan pertahanan Jepang. Peristiwa ini jelas membuat Cina semakin waspada dan memperingatkan Korea Utara untuk tidak lagi melakukan uji coba rudalnya.

101

100

Gregory J. Moore, “How North Korea Threatens China’s Interests: Understanding Chinese ‘duplicity’ on the North Korean Nuclear Issue”,International Relations of the Asia Pacific, Volume 8, 2008, hlm. 2-3. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

101

Charles E. Morrison, Asia Pacific Security Outlook 2003, (Tokyo: Japan Center for International Exchange, Inc., 2003), hlm. 49. Volume 8, 2008, hlm. 2-3. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

(29)

Ancaman nuklir Korea Utara juga membuat Cina melanjutkan pengembangan serta memperluas gudang senjata nuklir yang dimilikinya. Cina berusaha meningkatkan teknologi persenjataan serta melakukan akselerasi program nuklirnya dalam merespon penempatan BMD oleh AS ataupun uji coba nuklir Korea Utara. Namun pengembangan seperti itu menyebabkan beberapa masalah. Dikhawatirkan bahwa segala jenis proliferasi oleh satu negara akan berakibat buruk bagi kawasan sekitarnya. Oleh sebab itu, meskipun Cina bersikeras agar Semenanjung Korea menjadi kawasan bebas nuklir, Cina juga tidak mendukung sanksi ataupun aksi militer melawan Korea Utara.

Cina percaya bahwa diskusi dan negosiasi dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan program nuklir dan rudal Korea Utara. Akan tetapi, ketika pada tahun 2006 Korea Utara melakukan uji coba senjata nuklirnya, Cina berada di posisi yang sulit. Cina akhirnya melakukan tindakan keras terhadap Korea Utara dengan menghentikan bantuan suplai minyaknya pada Korea Utara. Cina menganggap Korea Utara tidak lagi menghiraukan peringatan Cina sehingga sanksi yang dikeluarkan merupakan harga yang harus dibayar Korea Utara. Cina juga menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap uji coba nuklir Korea Utara dengan mengeluarkan resolusi PBB. Sebagai sanksi, Dewan Keamanan PBB melarang penjualan peralatan militer serta barang-barang yang berhubungan dengan rudal dari dan menuju Korea Utara.

(30)

membelanjakannya secara stabil. Pembelanjaan militer Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura beturut-turut adalah sebesar 28, 10, dan 5 persen. Total peningkatan sub kawasan menjadi sekitar 9 persen sepanjang tahun 2007. Negara-negara yang mengalami peningkatan pembelanjaan paling banyak di tahun 2007 adalah Thailand dan Taiwan yaitu 32 dan 28 persen. Sepanjang tahun 2003-2007, Cina memiliki pembelanjaan yang paling tinggi102

Kedua, program pengembangan senjata nuklir tersebut dapat membahayakan hubungan Cina dengan komunitas internasional yang selama ini telah diperbaiki dengan susah payah oleh Cina. Aksi militer internasional atau sanksi yang mungkin akan dilakukan dalam melawan Korea Utara akan membuat

yang bertujuan untuk meningkatkan gaji personil militer, investasi jangka panjang utnuk perubahan

People’s Liberation Army (PLA) menjadi angkatan bersenjata yang memiliki teknologi tinggi dan pembangunan kapabilitas militer untuk potensi perang terhadap Taiwan.

Berbagai pembicaraan dalam Six Party Talks pada awal 2007 tampak mengalami kemajuan namun bukan tidak mungkin jika Korea Utara bersikeras untuk melakukan uji coba lagi, Jika itu terjadi maka AS ataupun Jepang akan meluncurkan serangan preemptive terhadap fasilitas nuklir Korea Utara. Hal ini akan mengakibatkan Korea Utara mengadakan serangan artileri terhadap Korea Selatan yang mengarah pada situasi perang di Semenanjung Korea. Skenario terburuk yang dipikirkan oleh Cina ini mungkin saja terjadi. Oleh sebab itu Cina tidak menginginkan adanya perang di wilayah semenanjung karena hal tersebut dapat mendorong pasukan AS maupun Korea Selatan ke perbatasan Cina.

102

(31)

Cina berada di posisi yang sulit, dimana Cina harus memilih untuk mendukung sekutu lamanya, negara tetangga, ataupun komunitas internasional. Cina sejak lama telah berusaha memulihkan anggapan internasional yang buruk pada peristiwa Tiananmen tahun 1989. Oleh karena itu Cina tidak ingin kembali berada dalam posisi yang mungkin akan memberikan dampak buruk bagi situasi politik dan ekonomi yang sudah dibangunnya, terutama dengan tiga partner perdagangan terpenting Cina yaitu AS, Jepang dan Korea Selatan.

Ketiga, aktivitas Korea Utara dapat mendorong adanya pengaturan perimbangan kekuatan di kawasan Asia Timur dimana Jepang, Korea Selatan, dan bahkan Taiwan mungkin akan berpikir untuk turut mengembangkan senjata nuklir atau paling tidak mempererat kerjasama mereka dengan AS, seperti partisipasi mereka dalam BMD. Cina khawatir bila nuklir Korea Utara akan mendatangkan tekanan lebih besar pagi pemerintahan Jepang untuk mempersenjatai ataupun berusaha menjadi negara nuklir. Keempat, program nuklir Korea Utara akan membuat Cina berada dalam situasi yang tidak menentu dalam membangun hubungan dengan negara tetangga.

(32)

Perdagangan memerlukan stabilitas, terutama ketika tiga partner terpenting Cina yaitu AS, Jepang dan Korea Selatan turut terlibat pada konflik di Semenanjung Korea, maka meskipun Cina tidak mendukung Korea Utara dan berusaha bersikap netral, namun konflik yang terjadi pasti akan berdampak besar bagi perdagangan regional dan perekonomian Cina.

d. Respon Amerika Serikat Terhadap Pengembangan Senjata Nuklir Korea Utara

Berikut ini adalah persepsi AS pada masa pemerintahan Bush terhadap Korea Utara. Pertama, ketidaksukaan AS terhadap rezim Korea Utara jelas membuat Bush benar-benar tidak percaya terhadap Korea dan pemimpinnya. Bush menganggap Korea Utara sebagai salah satu poros setan dan sebuah rezim yang memiliki senjata pemusnah masal. Kedua, aliansi AS dengan Korea Selatan haruslah dipelihara sebagai alat untuk menangkal Korea Utara dan menciptakan perdamaian di Semenanjung Korea103. Persepsi yang ketiga adalah pemerintahan Clinton telah bersikap naif dalam mengadakan kesepakatan 1994 yang Bush anggap sebagai aksi suap terhadap Korea Utara. Persepsi tersebut menghasilkan tiga elemen utama104

1. Pejabat resmi pemerintahan menyatakan akan mengakhiri Agreed Framework. Hal ini dikarenakan pembangunan KEDO justru membenarkan Korea Utara untuk menghidupkan kembali fasilitas nuklir Yongbyon. Pada tahun 2003, pemerintahan Bush menekan para anggota

kebijakan pemerintahan Bush, yaitu:

103

Op. Cit., hlm. 74. Hosup Kim, Masayuki Tadokoro, and Brian Bridges.

104

(33)

KEDO untuk menghentikan konstruksi reaktor nuklir air ringan yang dijanjikan kepada Korea Utara.

2. Tidak ada negosiasi dengan Korea Utara sampai negara tersebut menghentikan program nuklirnya. Hingga bulan Januari 2003, pemerintah AS menolak untuk melakukan negosiasi untuk menghasilkan perjanjian baru dengan Korea Utara mengenai program nuklir rahasianya.

3. Membentuk koalisi internasional untuk menekan Korea Utara agar menghentikan program nuklirnya. Jepang dan Korea Selatan telah menyatakan kesediannya untuk menjatuhkan tekanan ekonomi jika Korea Utara melakukan provokasi nuklir yang lebih jauh.

4. Merencanakan sanksi ekonomi dan larangan militer bagi Korea Utara. Pemerintah Bush melaporkan telah membuat rancangan sanksi ekonomi, termasuk memotong aliran bantuan keuangan dari Jepang dan sumber lainnya. Selain itu pemerintah Bush juga melarang pengiriman senjata dari Korea Utara menuju Timur Tengah dan Asia Selatan. Taiwan menahan sebuah kapal Korea Utara pada bulan Agustus 2003 dan memindahkan bahan-bahan kimia yang dapat digunakan untuk senjata pemusnah masal. 5. Memperingati Korea Utara agar tidak mengolah plutonium untuk senjata

nuklir jika tidak mau diserang oleh AS.

(34)

luar negeri yang berkaitan erat dengan Menteri Luar Negeri Powell, menganggap bahwa negosiasi harus dilakukan dahulu sebelum kemudian mengadopsi kebijakan yang lebih keras terhadap Korea Utara.105

Perdana Menteri Jepang Koizumi sangat mendukung kampanye anti terorisme sejak penyerangan 11 September, namun Jepang juga khawatir oleh pendekatan Bush yang mendeskripsikan Korea Utara sebagai “axis of evil”. Jepang tidak ingin menyudutkan Korea Utara yang kemudian membuat Korea

Kedua, perang melawan terorisme dan situasi di Irak tak diragukan lagi telah menimpulkan dampak bagi perkembangan aksi AS dalam krisis nuklir ini. AS percaya bahwa kesuksesan militer AS di Irak sepanjang Maret dan April 2002 telah meningkatkan perhatian Korea Utara dan menjadi salah satu kunci pendorong Korea Utara untuk mau melakukan negosiasi. Namun efek keuntungan dari perang Irak ini tidak berlangsung lama karena AS kemudian mengalami kesulitan dalam melakukan rekonstruksi di Irak. Irak justru kemudian menjadi penghalang bagi AS untuk melakukan segala jenis aksi militer di Semenanjung Korea.

Ketiga, kebijakan pemerintahan AS telah dipengaruhi oleh keinginan untuk membentuk koalisi guna menekan Korea Utara, dimana pemerintahan Bush memiliki masalah dengan para pemain kuncinya. Walaupun seluruh negara Asia Timur percaya bahwa Semenanjung Korea harus dibebaskan dari senjata nuklir, namun terdapat beberapa pandangan berbeda dalam mencapainya. Ketidaknyamanan terhadap pemerintahan Bush telah membuat Korea Selatan dan Jepang enggan melakukan aksi keras terhadap Korea Utara.

105

(35)

Utara menggunakan kekuatan militer untuk keluar dari ketersudutannya itu. Koizumi pada pertemuannya dengan Bush pada tahun 2003 menyatakan bahwa pemberian sanksi kepada Korea Utara tidak ada dalam agenda Jepang.

Cina pada akhirnya menjadi aktor kunci bagi kesuksesan implementasi kebijakan AS. Cina memiliki kepentingan keamanan dan ekonomi di Semenanjung Korea, Cina juga memiliki kesepakatan pertahanan dengan Korea Utara dan menyediakan Korea Utara makanan serta minyak. Namun Cina tidak setuju dengan AS yang ingin menggunakan keuatan militer guna menghentikan program nuklir Korea Utara. Cina tidak menginginkan kehancuran Korea Utara yang kemudian akan menimbulkan arus pengungsian di perbatasan Cina. Oleh sebab itu Cina hanya mau membantu AS dengan membujuk Korea Utara agar mau terlibat dalam pembicaraan trilateral maupun Six Party Talks.

Namun, Cina tetap tidak ingin memperluas sanksi ekonomi yang dijatuhkan terhadap Korea Utara. Pemerintahan Bush telah bersikap lebih dingin terhadap Korea Utara dibandingkan Pemerintahan Clinton. Meskipun kebijakan pemerintahan Bush diikuti dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Powell bahwa AS siap untuk kembali bernegosiasi dengan Korea Utara kapan pun serta dimanapun, Korea Utara mungkin merasa bingung dengan niat AS yang sebenarnya. Pada satu sisi AS menyatakan akan bernegosiasi namun pada sisi lainnya AS menyebut Korea Utara sebagai poros setan. Selain itu AS juga mengeluarkan dokrtin strategis baru bahwa AS akan melakukan serangan

preemptive untuk melawan negara-negara yang “membangkang”.

(36)

memberikan ketidakjelasan dalam kemungkinan adanya penyerangan instalasi nuklir.106 Kesimpulan yang diambil dari pihak AS bahwa tujuan dari program nuklir Korea Utara adalah sebagai alat penawaran yang ingin ditukar dengan bantuan ekonomi dari AS. Namun begitu, pemerintahan Bush menolak diskusi lebih jauh dengan Korea Utara dan akhirnya menghentikan suplai minyaknya. Korea Utara pun bereaksi dengan mengundurkan diri dari IAEA dan menolak pengawasan internasional.107

D. Resolusi Dewan Keamanan PBB Terkait Ujicoba Nuklir Korea Utara 12 Pebruari 2013

Sikap Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya di Kawasan Asia Timur dengan meminta PBB untuk segera menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara. Amerika Serikat dan sekutunya melihat bahwa Korea Utara secara nyata telah melanggar pada Bab Tujuh Piagam PBB antara lain yang mengatur perihal

“danger tointernational peace” dan “treat to the peace”. Secara konseptual ada perbedaan hukum antara “bahaya” dan “ancaman”. Ancaman sering digunakan sebagai alat hukum untuk memfasilitasi penerapan langkah-langkah di bawah Bab VII Piagam PBB. Fungsi dari label “bahaya” secara hukum tidak memenuhi syarat untuk dilaksanakan.108

106

G.J Moore, “America’s Failed North Korea Nuclear Policy: A New Approach,

Asian Perspective, No. 32, 2008, hlm. 19. Volume 8, 2008, hlm. 2-3. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

107

Gilbert Rozman, “The North Korean Nuclear Crisis and U.S. Strategy in Northeast Asia,Asian Survey, No. 47, 2007, hlm 619. Volume 8, 2008, hlm. 2-3. Dikutip dari Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010, http://universitasindonesia-lib-file-13272.org

108

N.D. White. “Keeping the peace : The United Nations and the maintenance of International

(37)

Terdapat perbedaan antara potensi ancaman terhadap perdamaian yang sesuai dengan “bahaya” yang terdapat dalam Bab VI dan ancaman aktual atau yang nyata di dalam pasal 39 Bab VII adalah “instrumen yang sangat tajam” yang memungkinkan PBB untuk melakukan perang jika perlu.109

109

Ibid., hlm. 38

Treat to the peace

merupakan yang paling serius dan satu-satunya yang diakui sebagai hal yang mewakili secara tersirat yang bisa mendapatkan sanksi berdasarkan Pasal 39. Piagam PBB memuat aturan-aturan perincian yang menentukan kompetensi yang luas dari PBB, terutama kompetensi dari Dewan Keamanan, tentang hal penyelesaian pertentangan-pertentangan dan kewajiban-kewajiban yang sesuai darianggota PBB.

Dalam Piagam PBB, para anggota tidak hanya tidak mengakui hak untuk berperang dan untuk mengambil tindakan-tindakan dengan kekuatan bersenjata saja melainkan juga tidak mengakui hak untuk mengancam dengan perang dan tindak semacam itu. Usaha memperkuat PBB tergantung kepada efektif tidaknya Dewan Keamanan sebagai penanggungjawab utama pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional dan yang keputusan-keputusannya harus dapat dilaksanakan oleh seluruh Negara anggota. Karenanya, usaha memperkuat peranan Dewan Keamanan dan pelaksanaanya keputusan-keputusannya yang efektif merupakan faktor-faktor penentu bagi seluruh struktur PBB dalam melaksanakan tanggungjawabnya terhadap perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan Piagam.

(38)

meloloskan Resolusi 2094 termasuk sekutu Korea Utara, China,110

Pokok-pokok dari sanksi, menurut siaran pers PBB yaitu

yang mengutuk tindakan Korea Utara dan memberlakukan serangkaian sanksi dalam menghalangi upaya untuk lebih mengembangkan kemampuan senjata nuklir negara itu.

111

a. Mengutuk dengan keras kegiatan nuklir KoreaUtara yang sedang berlangsung,termasuk program pengayaan uraniumnya, dan menegaskan kembali kewajiban kepada Korea Utara untuk meninggalkan semua program nuklir yang ada, senjata pemusnah massal lainnya, dan rudal balistik.

:

b. Memberlakukan sanksi keuangan baru untuk memblokir transaksi keuangan yang mendukung aktivitas ilegal Korea Utara, menindak transfer tunai massal, danselanjutnya membatasi hubungan dengan sektor keuangan Korea Utara, jika ada hubungan kepada aktivitas gelap Korea Utara.

c. Memperkuat otoritas negara untuk memeriksa kargo yang mencurigakan dan menolak akses pelabuhan serta penerbangan terhadap pengiriman terkait Korea Utara sesuai ketentuan hukum.

d. Memungkinkan penegakan lebih kuat dari sanksi-sanksi yang sudah dijatuhkan oleh Negara Negara Anggota PBB.

110

“AS Diancam Serangan Nuklir Korut” sebagaiamana dimuat dalam http://internasional.kompas.com/read/2013/03/08/02465447/AS.Diancam.Serangan.Nuklir.Korut

111

(39)

Sanksi keuangan :

1) Mengharuskan negara-negara untuk membekukan atau memblokir setiap transaksi keuangan atau jasa keuangan yang dapat berkontribusi pada program ilegal Korea Utara atau pelanggaran resolusi Dewan Keamanan. 2) Mendesak negara-negara untuk melarang pembukaan cabang bank Korea

Utara di wilayah mereka jika ada hubungan dengan program-program ilegal Korea Utara atau pelanggaran resolusi Dewan Keamanan.

3) Mendesak negara-negara untuk melarang lembaga keuangan mereka membuka kantor di Korea Utara jika ada hubungan dengan program ilegal Korea Utara atau pelanggaran resolusi Dewan Keamanan.

4) Menentukan bahwa sanksi keuangan berlaku untuk transfer tunai massal, termasuk melalui kurir uang tunai (cara yang umum digunakan Korea Utara untuk memindahkan dana gelap).

5) Mengharuskan negara-negara untuk tidak memberikan dukungan keuangan publik untuk perdagangan dengan Korea Utara (seperti kredit, ekspor atau asuransi) jika ada hubungan dengan program ilegal Korea Utara atau pelanggaran resolusi Dewan Keamanan.

6) Mendesak negara-negara untuk melaksanakan panduan dari Satuan Aksi Finansial (organisasi multilateral) yang melibatkan pendanaan proliferasi. Larangan :

(40)

2) Mengharuskan negara-negara untuk menolak akses pelabuhan untuk setiap kapal Korea Utara yang menolak untuk diperiksa atau kapal lain yang menolak inspeksi yang diizinkan oleh negara bendera kapal itu.

3) Menyerukan kepada negara-negara untuk menolak izin bagi pesawat apa pun untuk lepas landas, mendarat atau terbang di atas di wilayah mereka jika pesawat tersebut diduga mengangkut barang terlarang.

4) Mendorong negara-negara untuk memberikan informasi kepada Komite Sanksi Korea Utara Dewan Keamanan mengenai aktivitas oleh pesawat atau kapal Korea Utara untuk menghindari sanksi (seperti pemberian nama ulang atau pendaftaran ulang).

Langkah-langkah lain :

1) Menentukan bahwa sanksi yang sudah ada melarang penjualan melalui perantara atas barang terlarang (seperti senjata konvensional, barang-barang terkait nuklir dan rudal balistik).

2) Memperluas lingkup pembekuan aset yang ada untuk mencakup anak perusahaan dan perusahaan depan akan entitas yang telah ditunjuk untuk sanksi yang ditargetkan.

3) Mengharuskan negara-negara untuk melarang perjalanan dari individu manapun yang bertekad untuk bekerja untuk individu atau badan yang ditunjuk atau yang melanggar sanksi yang ada. Jika orang tersebut adalah warga Korea Utara, maka negara-negara diwajibkan untuk mengusir orang tersebut kembali ke Korea Utara.

(41)

program nuklir atau rudal balistik Korea Utara, terlibat dalam kegiatan lain yang dilarang oleh resolusi Dewan Keamanan atau menghindari sanksi. 5) Mengarahkan Komite Sanksi untuk memperbarui setiap tahunnya daftar

teknologi nuklir dan rudal balistik yang dilarang untuk ditransfer ke atau dari Korea Utara.

6) Menyerukan dan memberi kewenangan kepada negara-negara untuk mencegah transfer benda apa pun ke atau dari Korea Utara yang dapat berkontribusi terhadap program nuklir atau rudal balistik Korea Utara atau pelanggaran lain dari resolusi Dewan Keamanan.

7) Menentukan bahwa barang mewah dilarang untuk transfer ke Korea Utara, termasuk beberapa jenis perhiasan dan batu mulia, kapal pesiar, mobil mewah, dan mobil balap.

Penerapan sanksi :

1) Menyerukan negara-negara untuk melaporkan kepada Dewan Keamanan dalam waktu 90 hari mengenai langkah yang diambil untuk menerapkan sanksi-sanksi tersebut dan memberikan informasi mengenai pelanggaran sanksi.

2) Mengarahkan Komite Sanksi untuk menanggapi pelanggaran sanksi dengan memberlakukan sanksi yang ditargetkan pada individu dan entitas yang bertanggung jawab atas pelanggaran tersebut.

(42)

Jalur politik :

1) Mengulangi komitmen Dewan Keamanan untuk solusi diplomatik, menyambut upaya oleh negara-negara lain untuk memfasilitasi solusi tersebut melalui dialog, dan menegaskan kembali dukungan untuk Perundingan Enam Pihak.

2) Menegaskan bahwa Dewan Keamanan akan memantau tindakan Korea Utara secara berkelanjutan dan akan menyesuaikan langkah-langkah yang sesuai.

3) Mengungkapkan tekad Dewan untuk mengambil “langkah-langkah lanjut yang signifikan” jika terjadi lagi peluncuran atau uji coba nuklir oleh Korea Utara. Isi Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2094 ini memiliki empat lampiran teknis yang berisi tentang penunjukan sanksi terhadap individu, entitas, dan benda yaitu berupa :

I. Teknologi nuklir, rudal balistik, dan senjata kimia yang akan dilarang untuk ditransfer ke dan dari Korea Utara.

II. Perusahaan-perusahaan Korea Utara yang akan dikenakan pembekuan aset dan dilarang melakukan bisnis lebih lanjut secara internasional.

III. Individu yang akan dikenakan larangan perjalanan dan pembekuan aset. IV. Daftar barang mewah tertentu yang termasuk dalam larangan transfer ke

(43)

Korea Utara merespon Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2094 tersebut dengan menghentikan segala kegiatan industri di Kaesong112 dan mengancam akan melakukan serangan dan akan menggunakan senjata nuklir serta akan mengaktifkan kembali reaktor nuklirnya dan menginstruksikan siaga perang kepada pasukan unit unit artileri dan pasukan rudal strategisnya seraya menekankan kesiapan pasukan Korea Utara untuk menyerang Amerika Serikat dengan retribusi program perang nuklir dan perang biokimia. Korea Utara menyatakan akan menampilkan kesiapan militer dan tekad rakyatnya dalam menjaga kedaulatan serta kehormatan tingkat tinggi negara tersebut dalam aksi-aksi militer.

112

(44)

BAB IV

UPAYA PENYELESAIAN MASALAH PENGADAAN DAN PENGEMBANGAN NUKLIR KOREA UTARA RELEVANSI DENGAN

KEWENANGAN IAEA

A. Tugas Dan Kewenangan IAEA

IAEA adalah bagian dari organisasi dibawah naungan PBB yang aktif dalam memberikan laporan secara berkala di United Nations General-Assembly

(Majelis Umum PBB) dan United Nations Security Council (Dewan Keamanan PBB). Tujuan dari IAEA ini adalah untuk memperluas kostribusi sosial energi atom untuk tujuan damai. Pembentukan IAEA diusulkan oleh Presiden Aerika Serikat Dwight Eisenhower pada tahun 1953 dan disahkan pada 25 Juli 1957, markas IAEA berada di Wina, Austria. 144 negara anggota IAEA sepakat untuk menciptakan keamanan untuk memastikan tidak ada pengguanaan material lain dalam penggunaan militer.113

Organisasi ini dipimpin oleh Direktur Jenderal dan enam Deputy Direktur jenderal yang membawahi departemen. Badan pengambil keputusannya adalah Dewan Gubernur atau Board of Governors yang terdiri dari 35 orang dan General Converance dari seluruh anggota IAEA. Struktur organisasi IAEA di PBB, merupakan “ Specialized Agency” dari PBB, namun IAEA tidak berada dibawah pengawasan secara langsung oleh PBB, Pembentukan IAEA ini adalah bentuk

Sekretariat IAEA terdiri dari 2100 ahli multi-disiplin dan staf dari 90 negara.

113

(45)

respon terhadap kekhawatiran dan harapan yang tinggi terhadap penemuan energi nuklir.

Hal ini berkaitan dengan peran dan fungsi nuklir yang dinilai sangat kontroversial karena dapat menjadi senjata pemusnah massal yang sangat mematikan namun juga dapat menjadi piranti yang bermanfaat bagi kemakmuran manusia. Berdasarkan pendekatan institusionalis, adanya struktur dan tujuan dalam suatu organisasi internasional akan menunjukkan fungsi dari organisasi itu sendiri.114

1. Keselamatan dan Keamanan (Safety and Security)

Seperti hal nya IAEA yang dibentuk berdasarkan tiga pilar yaitu

2. Ilmu dan Teknologi ( Science and Technology)

3. Pengamanan dan Verifikasi (Safeguards adn Verification)

Sedangkan dalam mencapai tiga pilar tersebut, IAEA memiliki tiga misi atau fungsi pokok diantaranya adalah

1. Pemeriksaan (inspection) fasilitas energi nuklir negara anggota yang secara nyatadigunakan untuk tujuan damai.

2. Menetapkan ketentuan dan standar-standar tertentu untuk menjamin fasilitas energi nuklir seluruh negara anggota dalam keadaan stabil.

3. Berperan sebagai pusat jaringan bagi seluruh ilmuwan dalam mencari dan menerapkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Misi IAEA berpedoman pada kepentingan dan kebutuhan negara-negara anggota, rencana strategis dan visi yang terkandung dalam IAEA. Pembangunan teknologi nuklir yang diperbolehkan dalam hukum internasional adalah pengembangan teknologi nuklir yang memperhatikan aspek-aspek berikut :

114

(46)

1. Peran IAEA sebagai organisasi internasional yang mengawasi pengembangan teknologi nuklir agar tetap dikembangkan untuk tujuan damai dan tidak dibeolkkan kearah pengembangan senjata nuklir.

2. Treaty on The Non-Profileration of Nuclear Weapons (NPT) merupakan perjanjian internasional yang mengatur mengenai larangan penyebaran senjata nuklir. Perjanjian ini memiliki tiga prinsip utama, yaitu nonproliferasi, pelucutan dan hak untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.

3. Safeguards adalah sebuah sistem yang berisi pengaturan lebih luas mengenai tindakan teknis dimana sekretariat IAEA memverifikasi kelengkapan dan kebenaran dari pengumuman yang dibuat oleh negara yang mengenai materi dan aktivitas nuklir.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa IAEA dibentuk atas kesadaran oleh negara-negara atas fungsional yang dimiliki oleh teknologi nuklir. Pendekatan institusionalis dapat menanggapi adanya eksistensi organisasi IAEA ini dengan melihat adanya kesadaran negara-negara untuk membentuk badan internasional ini dibawah kesepakatan bersama di Wina, Austria. Pembentukan IAEA juga didukung dengan pembentukan aturan-aturan dan tujuan yang nantinya memerankan fungsi organisasi IAEA ini.

(47)

pengembangan teknologi nuklir yang berbasis atas perdamaian. NPT ini lah yang dilihat lebih efektif untuk mengatur perilaku negara-negara anggotanya.115

B. Instrumen Instrumen Hukum Internasional Terkait Keamanan IAEA IAEA memiliki instrumen hukum yang mengatur beberapa hal terkait dengan ketenaganukliran yang di atur didalamnya berikut merupakan instrumen-instrumen hukum yang terkait keamanan IAEA yang mengikat dan tidak mengikat serta instrumen internasional dan regional yang mengikat lainnya yang telah diadopsi di bawah PBB atau yang lainnya.

Instrumen Terkait Keamanan IAEA yang Mengikat Adalah

a) Konvensi tentang Perlindungan Fisik Bahan Nuklir dan Amandemennya

(Convention on The Physical Protection of Nuclear Material)

tanggal 8 Februari 1987. Hal tersebut menetapkan tindakan yang berkaitan dengan pencegahan, deteksi dan penghukuman terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan bahan nuklir dalam transportasi internasional. Pada tanggal 8 Juli 2005, negara-negara yang berihak pada CPPNM mengadopsi konsensus sebagai setelah diratifikasi oleh dua pertiga negara pihak konvensi. Konvensi dan amandemennya adalah satu-satunya instrumen internasional yang mengikat secara hukum di bidang perlindungan fisik bahan nuklir.116

memperbaiki perlindungan fisik bahan dan fasilitas nuklir. Sedangkan kewajiban

115

http://www.iaea.org/About/about-iaea.html diakses pada 1 5 Desember 2017

116

(48)

untuk perlindungan fisik di bawah CPPNM mencakup materi nuklir selama transportasi internasional, amandemen CPPNM membuat mengikat secara hukum bagi negara-negara yang berpihak untuk melindungi fasilitas dan bahan nuklir dalam penggunaan, penyimpanan dan transportasi dalam negeri yang damai. Ini juga menyediakan kerjasama yang diperluas di antara negara-negara mengenai langkah-langkah yang cepat untuk menemukan dan memulihkan bahan nuklir yang dicuri atau diselundupkan, mengurangi konsekuensi radiologis dari sabotase, dan mencegah dan memerangi pelanggaran.

Pelaksanaan oleh negara-negara yang berpihak pada ketentuan amandemen sangat penting untuk keamanan nuklir dan memiliki dampak besar dalam mengurangi kerentanan negara-negara yang berpihak terhadap terorisme nuklir. melakukannya untuk mematuhi CPPNM sesegera mungkin. Dewan Gubernur dan Konferensi Umum IAEA telah mendorong semua negara berpihak untuk meratifikasi amandemen dan bertindak sesuai dengan tujuan dan tujuannya.117

a) Konvensi tentang Pemberitahuan Awal tentang Kecelakaan Nuklir

memberikan informasi yang relevan tentang kecelakaan nuklir dengan cepat agar konsekuensi radiologis lintas batas dapat diminimalkan. Negara-negara berpihak menyatakan bahwa, jika terjadi kecelakaan nuklir yang mungkin memiliki konsekuensi radiologis lintas batas, mereka akan memberi tahu negara-negara yang mungkin terkena dampak dan IAEA, dan memberikan informasi yang relevan mengenai perkembangan kecelakaan tersebut. IAEA pada gilirannya

117

(49)

segera menginformasikan kepada negara-negara yang berpihak, negara-negara anggota, negara-negara lain yang mungkin terkena dampak secara fisik dan organisasi internasional yang relevan dari pemberitahuan yang diterima dan segera memberikan informasi lain berdasarkan permintaan.

b) Konvensi Bantuan untuk Kasus Kecelakaan Nuklir atau Darurat Radiologis

antara negara-negara yang berpihak dan dengan IAEA untuk memfasilitasi bantuan dan dukungan segera jika terjadi kecelakaan nuklir atau keadaan darurat radiologis. IAEA berfungsi sebagai focal point untuk kerjasama tersebut dengan memfasilitasi penyediaan bantuan melalui penyaluran informasi, upaya pendukung, dan penyediaan layanan yang tersedia. 118

Konvensi Keselamatan Nuklir dilaksanakan dari tanggal 27 Maret sampai 7 April 2017 di Markas Besar IAEA, di Wina, Austria. Direktur Jenderal IAEA,

Bapak Yukiya Amano, membuat sebua

Pertemuan Review Ketujuh, Ramzi Jammal, memberika menyampaikan sebua menyampaikan sambutan penutup pada tertulis dibawah merupakan uraian dari instrumen-instrumen hukum yang tidak dapat dijelaskan satu persatu, berikut pemaparannya.

c) Perjanjian Perlindungan antara Badan dan Negara yang Diperlukan dalam Sambungan dengan Perjanjian mengenai Non-Proliferasi Senjata Nuklir

118

Gambar

Tabel 2.1. Pengelolaan Plutonium Korea Utara
Tabel di atas menegaskan bahwa uji coba nuklir Korea Utara yang kedua

Referensi

Dokumen terkait

¾ Sebagai contoh kompilator lintas tunggal sederhana adalah kompilator yang digunakan untuk menerjemahkan suatu ekspresi matematika yang ditulis dalam notasi infix menjadi

Perangkat repeater GSM memerlukan sebuah antena yang memiliki gain besar terutama pada antena penerima, salah satu antena yang memiliki karakteristik gain besar adalah antena

Makalah ini akan membahas penggunaan berbagai polimer sintetis yang digunakan di alas kaki terutama di industri sepatu baik untuk bagian atas maupun bagian bawah

A Supaya setiap tindakan yang dibuat tidak menyusahkan diri sendiri dan orang lain. B Supaya kita

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB pada guru di TK Fastrack FunSchool Yogyakarta, mengetahui pengaruh komitmen

Karyawan yang memiliki prestasi kerja tinggi akan selalu sadar secara penuh mengenai tanggung jawabnya dan berusaha melaksanakan segala tugas yang diberikan kepadanya dengan

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan variabel independen (kompensasi) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di koperasi BMT

Eksistensi kesenian Wayang Krucil tidak dapat bertahan lebih lama dan mulai mengalami kelunturan hingga saat ini. Hal ini dimulai ketika kesenian Wayang Krucil