• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi Penempatan Thyristor Controlled Series Capacitor (Tcsc) Pada Saluran Transmisi Listrik Sumbagut 150 Kv Menggunakan Metode Fuzzy Logic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi Penempatan Thyristor Controlled Series Capacitor (Tcsc) Pada Saluran Transmisi Listrik Sumbagut 150 Kv Menggunakan Metode Fuzzy Logic"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul

Judul dari proyek ini adalah Kwala Bekala Convention Hall. Berikut ini merupakan penjelasan dari judul proyek tersebut:

Pengertian Convention :

1. Menurut Fred Lawson (1981), convention didefinisikan sebagai pertemuan oleh orang – orang untuk sebuah tujuan atau untuk bertukar pikiran, berupa pendapat dan informasi dari sesuatu perhatian atau permasalahan bersama dari sebuah kelompok. Convention pada umumnya tentang pemberian informasi yang dikemas dalam sebuah topik dan biasanya terdapat pameran atau eksibisi di dalamnya.

2. Menurut Keputusan Dirjen Pariwisata Nomor : Kep-06/U/IV/1992, konvensi adalah suatu kegiatan berupa pertemuan antara sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama atau bertukar informasi tentang hal-hal baru yang menarik untuk dibahas.

Pengertian Hall :

1. Pengertian Hall menurut John M Echols and Hasan shadily (Kamus Bahasa Inggris-Indonesia) adalah Ruangan, Ruang depan, Aula, Balai ruang.

2. Menurut Oxford Advanced Learner Encyclopedic Dictionary, hall adalah ruang atau area yang terletak dibagian depan atau setelah pintu masuk utama sebuah bangunan. Hall merupakan suatu ruang berukuran besar dan luas yang dapat digunakan untuk kegiatan pertemuan, konser atau jamuan makan

Pengertian Kwala Bekala :

1. Kwala Bekala adalah kelurahan di kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera Utara, Indonesia, menurut Wikipedia Kwala Bekala

(2)

yang menarik dibahas untuk kepentingan bersama, serta memungkinkan mengadakan kegiatan lain, seperti, konser atau jamuan makan yang terdapat di Kawasan Kwala Bekala

2.2 Lokasi

Gambar 2.1 Peta Lokasi

(3)

Lokasi perancangan terdapat di Kawasan Kota Baru, termasuk dalam Masterplan Kota Mandiri Bekala di Kwala Bekala, yang merupakan wilayah Kecamatan Medan Johor, Medan, Sumatera Utara.

Kecamatan Medan Johor terletak di ketinggian 6 - 12 m diatas permukaan laut, yang terletak pada :

Lintang Utara : 2º.27’ - 2º.47’ Bujur Timur : 98º.35 - 98º.44

Kecamatan Medan Johor sendiri berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Medan Polonia Sebelah Timur : Kecamatan Medan Amplas Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang Sebelah Barat : Kecamatan Medan Selayang

2.2.1 Deskripsi Kondisi Eksisting

Gambar 2.2 Site Perancangan

(Sumber: olahan sendiri)

(4)

Luas site : ± 1,3 ha Batas Site :

1. Utara : Backbone - Pusat Kreativitas 2. Selatan : Stasiun Kereta Api

3. Timur : Jalan Arteri - Kompleks Pemukiman 4. Barat : Danau - Hotel dan Pasar Kuliner Kontur : Relatif Datar

Bangunan eksisting : Lahan kosong Keistimewaan site :

1. Posisi site sangat strategis yaitu berada di jalan arteri primer 2. Terdapat backbone di sekitar site.

3. Dapat dicapai dengan berbagai moda transportasi darat (bus, mobil, sepeda motor, sepeda, dsb).

4. Terdapat di tepi danau

5. Terdapat beberapa fasilitas kota di sekitar site seperti stasiun Kereta Api serta Terminal.

2.3 Studi Literatur

2.3.1 Studi Literatur Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo) Kawasan Perkotaan Mebidangro berdasar Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang RTRWN merupakan salah satu kawasan strategis nasional yang ditetapkan dari sudut kepentingan ekonomi yang terdiri dari seluruh wilayah Kota Medan, seluruh wilayah Kabupaten Binjai, seluruh wilayah Kabupaten Deli Serdang dan sebagian wilayah Kabupaten Karo dengan luas keseluruhan kurang lebih 302.697 Ha.

Untuk menindaklanjuti rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro, maka ditetapkanlah Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo.

(5)

Sunggal, Kawasan Perkotaan Tanjung Morawa, Kawasan Perkotaan Percut Sei Tuan, Kawasan Perkotaan Pancur Batu, Kawasan Perkotaan Lubuk Pakam, dan Kawasan Perkotaan Galang di Kabupaten Deli Serdang, serta Kawasan Perkotaan Berastagi di Kabupaten Karo, sebagai pusat kegiatan-kegiatan yang menjadi penyeimbang (counter magnet) perkembangan Kota Medan.

Tabel 2.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Mebidangro

Tujuan Kebijakan Strategi

Kawasan

1. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternalyang memadai dan mudah terjangkau dari kawasan permukiman

2. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara terpadu pada pusatpusat kegiatan, simpul-simpul transportasi, serta koridor-koridor jalan arteri

3. Mengembangkan kawasan industri yang tersebar di sepanjang jaringan jalan Lintas Timur Sumatera dan sekitar pelabuhan serta bandar udara sebagai bagian dari Koridor Ekonomi Sumatera dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta fungsi ekosistem

(6)

Pertumbuhan Indonesia- Malaysia-Thailand;

teknologi, pariwisata, energi, dan/atau ekonomi lainnya

5. Mengarahkan pengembangan perkotaan pada arah timur dan barat, dan mengendalikan pengembangan di kawasan pesisir dan perbukitan di bagian selatan Kawasan Perkotaan Mebidangro. 2. Peningkatan

1. Menetapkan pusat kegiatan yang tersebar dan seimbang di Kawasan Perkotaan Mebidangro

2. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternal yang memadai dan didukung oleh jaringan prasarana yang terpadu

3. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas internal yang memadai dari permukiman

4. Mengembangkan lokasi kegiatan sektor informal secara terpadu dengan pusat-pusat kegiatan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan kenyamanan lingkungan

5. Meningkatkan keterkaitan antarpusat kegiatan perkotaan Mebidangro dengan kawasan perkotaan dan perdesaan di sekitarnya

(7)

3. Peningkatan

1. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi perkotaan yang seimbang dan terpadu antara jaringan jalan, jalur pedestrian, jalur sepeda, jalur evakuasi bencana, angkutan massal yang berbasis moda jalan, jaringan jalur kereta api, transportasi laut, dan transportasi udara yang tidak mengganggu keutuhan kawasan lindung dan ekosistem yang bersifat unik atau bernilai konservasi tinggi (high conservation value)

2. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan energi listrik, minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kawasan Perkotaan Mebidangro

3. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi yang mencapai seluruh pusat kegiatan dan permukiman di Kawasan Perkotaan Mebidangro

4. Meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis pengelolaan wilayah sungai secara terpadu

(8)

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kawasan Perkotaan Mebidangro. 4. Peningkatan

1. Mengembangkan lembaga kerja sama antardaerah yang berfungsi untuk melakukan koordinasi, fasilitasi kerja sama, dan kemitraan dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pembangunan Kawasan Perkotaan Mebidangro

2. Meningkatkan integrasi dan sinkronisasi pembangunan antara Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan Mebidangro

3. Meningkatkan promosi investasi di dalam dan luar negeri serta memanfaatkan kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand

(9)

keseimba-2. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup berbasis wilayah sungai dan DAS

3. Merehabilitasi dan merevitalisasi kawasan lindung yang telah mengalami kerusakan fungsi lindung. daya yang meliputi permukiman, pertanian, kelautan dan perikanan, transportasi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara, pariwisata, pertambangan, industri, dan hutan produksi dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan

2. Mengembangkan kegiatan perkotaan yang meliputi permukiman, perdagangan dan jasa, serta industri secara terpadu sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan

3. Menyeimbangkan pengembangan kegiatan dengan penyediaan permukiman serta prasarana dan sarana, untuk mewujudkan pelayanan optimal serta lingkungan yang bersih dan sehat

(10)

5. Mengembangkan kegiatan industri yang memiliki keterkaitan dengan sumber bahan baku di kawasan sekitarnya dan keterkaitan dengan pasar internasional, nasional, dan regional

6. Mempertahankan kegiatan pertanian produktif dan spesifik di perdesaan dengan memperhatikan dampak perkembangan kota dan konservasi air dan tanah

7. Mewajibkan pemerintah daerah menetapkan dan mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan

8. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam tak terbarukan sesuai daya dukung lingkungan secara berkelanjutan dan mengutamakan masyarakat lokal 9. Mengendalikan pemanfaatan kawasan

hutan produksi untuk menjaga fungsi hidrogeologis daerah tangkapan air 10.Memanfaatkan wilayah pesisir serta

perairan pantai untuk kegiatan transportasi, pariwisata, perikanan, dan pertambangan secara terpadu

11.Mengembangkan kegiatan budi daya darat dan laut yang berbasis mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim global

(11)

rangka penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup di Kawasan Perkotaan Mebidangro sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Menyediakan ruang untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara,

2. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara,

3. Mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan pertahanan dan keamanan negara dan kawasan budi daya terbangun di sekitarnya.

(Sumber: Fasilitasi Sinkronisasi Program RTR KSN Perkotaan Medan, Binjai,

Deli Serdang, dan Karo (MEBIDANGRO))

Pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti, di Kota Medan, meliputi: 1. Pusat pemerintahan provinsi

2. Pusat pemerintah kota dan/atau kecamatan

3. Pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional 4. Pusat pelayanan pendidikan tinggi

5. Pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional 6. Pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional 7. Pusat kegiatan industri kreatif

8. Pusat kegiatan industri manufaktur

(12)

11. Pusat pelayanan sistem angkutan umum penumpang dan angkutan barang regional

12. Pusat pelayanan transportasi laut internasional dan nasional 13. Pusat pelayanan transportasi udara internasional dan nasional 14. Pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara

15. Pusat kegiatan pariwisata

16. Pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya.

2.3.2 Sudi Literatur Transit Oriented Development (TOD)

`Transit Oriented Development muncul pertama kali pada tahun 1990-an yang di pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena

urbansprawl yang mengakibatan tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan mengakibatkan kemacetan.

TOD memiliki tujuan menciptakan jaringan pejalan kaki yang nyaman, aman, menyenangkan dan mecukupi bagi pejalan kaki (walkable environment).

(13)

Gambar 2.3 Konsep TOD

(Sumber : Buku Calthrope)

Konsep TOD di awali dengan konsep aktivitas pergerakan manusia, baik dengan moda maupun berjalan dengan radius berkisar antara 400 – 800 m yang diwadahi dengan penempatan-penempatan pusat-pusat aktivitas yang terintegrasi dengan titik-titik transit.

(14)

Defenisi Transit Oriented Development (TOD)

Defenisi Transit Oriented Development menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) adalah :

A mixed-use community within an average 2,000-foot walkingdistance of a transit stop and core commercial area. TODs mix residential, retail, office, open space,

and public uses in a walkable environment, making it convenient for residents and

employees to travel by transit, bicycle, foot, or car

Defenisi lain dari TOD, (Danburry, 2010) :

Transit-oriented development, or TOD, is a type of community development that includes a mixture of housing, office, retail and/or other commercial development

and amenities integrated into a walkable neighborhood and located within a

half-mile of quality public transportation

Struktur Transit Oriented Oriented Development (TOD)

Menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) struktur TOD dan daerah disekitarnya terbagi menjadi area-area sebagai berikut:

1. Fungsi publik (public uses). Area fungsi publik dibutuhkan untuk memberi layanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit pada jangkauan 5 menit berjalan kaki.

2. Pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area komersial sangat penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada jangkauan 5 menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi pasar, keterdekatan dengan titik transit dan tahap pengembangan. Fasilitas yang ada umumnya berupa retail, perkantoran, supermarket, restoran, servis dan hiburan.

(15)

4. Area sekunder (secondary area). Setiap TOD memiliki area sekunder yang berdekatan dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan oleh jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial. jaringan area sekunder harus menyediakan beberapa jalan/akses langsung dan jalur sepeda menuju titik transit dan area komersil dengan seminimal mungkin terbelah oleh jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah dengan fungsi single- family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar, fungsi pembangkit perkantoran dengan intensitas rendah, dan area parkir. 5. Fungsi-fungsi lain , yakni fungsi-fungsi yang secara ekstensi bergantung pada

kendaraan bermotor, truk atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang berada di luar kawasan TOD dan area sekunder.

Variabel Pembentuk Transit Oriented Development (TOD)

Menurut Calthorpe dalam Wijaya (2009) zonasi TOD dibagi kedalam beberapa area (elemen desain TOD), berikut merupakan deskripsi variabel pembentuk TOD menurut Calthorpe:

1. Area Komersial Pusat

Area dengan fungsi campuran ini berfungsi memberi pelayanan pada kegiatan transit seperti fungsi retail, perkantoran skala regional, supermarket, komersial dan hiburan serta hunian pada level lantai atas. Dapat menjadi daya tarik keragaman tujuan pada lokasi.

2. Area Hunian Campuran

Hunian dalam jarak jangkau daerah komersial pusat dan penghentian dengan berjalan kaki, dengan hunian dengan beragam tipe (tunggal, apartemen atau

town house).

3. Fungsi Ruang Publik

Bentuknya dapat berupa taman, plaza, tata hijau, yang melayani sekitar lingkungan. Ruang publik yang didesain dalam bangunan umum atau fasilitas publik disesuaikan dengan kebutuhan.

4. Area Sekunder

(16)

penghubung ke daerah belakang. Penghubung ini dilengkapi dengan jalur pedestrian dan sepeda. Area sekunder ini terdiri dari perumahan berkepadatan rendah, Fasilitas umum serta ruang parkir yang bersifat park and-ride.

5. Fungsi Campuran

Fungsi dalam TOD bersifat beragam dan campuran, yaitu fungsi publik, pusat komersial dan hunian. Dimana bangunan dengan fungsi ragam secara vertikal merupakan type yang disarankan. Konsep TOD yang diutarakan oleh Calthrope tidak terlepas dari sistem pergerakan kota yang berupa kendaraan baik kendaraan umum maupun pribadi serta manusia yang terus bergerak mengikuti pola aktivitasnya, serta bagaimana memanfaatkan suatu lahan kosong yang tidak terpakai menjadi sangat berguna bagi warganya.

Pedestrian di Kawasan TOD

Jalur pedestrian di kawasan TOD merupakan elemen paling vital dalam menentukan kualitas ruang publik. Jalan di kawasan TOD harus dibuat

pedestrian-friendly. Untuk menciptakan ruang jalan yang demikian harus dipikirkan berapa luas yang diperlukan untuk pedestrian untuk menciptakan ruang publik yang aktif, sementara tetap menjaga keseimbangan dengan ruang parkir, jalur bersepeda dan pergerakan kendaraan.

(17)

Gambar 2.4 Dimensi ideal ruang jalan di area TOD

(Sumber : Buku The Next American Metropolis)

Sidewalk secara virtual terbagi atas beberapa zona yaitu; zona tepi yang berbatasan langsung dengan jalur mobil (minimal 1,2 meter untuk kawasan TOD, untuk menyediakan ruang menunggu), zona furnishing yang mengakomodasi perletakan street furniture seperti pohon atau fasilitas transit, zona ‘melintas’ yaitu

jalur yang dapat dilalui tanpa gangguan, dan zona ‘frontage’ yaitu ruang bersih

antara fasad bangunan (tempat pejalan kaki melakukan window shopping, area keluar dan masuk dari dalam bangunan) dan zona ‘melintas’. Lebar sidewalk

(18)

Gambar 2.5 Pembagian zona pada sidewalk

(Sumber : Buku Planning and Designing for Pedestrians)

Lebar zona sidewalk minimal untuk dilalui pejalan kaki adalah 1,5 meter (dapat dialui dua orang sekaligus). Dimensi sidewalk lebar di area komersial dimana aktivitas pedestrian lebih besar dan seating luar sangat direkomendasikan (1,8 meter -2,5 meter). Jalur pedestrian yang nyaman akan mengurangi penggunaan mobil dan menambah efisiensi penggunaan transit.

Gambar 2.6 Lebar sidewalk minimal 1.5 meter

(Sumber : Buku The Next American Metropolis)

(19)

tidak tersedianya tempat sampah membuat jalan jadi kotor dan membuat orang enggan berjalan kaki. Untuk menciptakan sense of community dapat melalui pemilihan desain street furniture yangmencerminkan karakter lokal.

Pepohonan untuk peneduh diperlukan disepanjang jalan. Jarak antara pohon-pohon tersebut tidak boleh lebih dari 9 meter. Jenis pohon dan teknik penanaman harus diseleksi dengan seksama untuk menciptakan kesan meyatu pada ruang jalan, menyediakan naungan yang efektif, dan menghindari kerusakan trotoar. Banyak ruang jalan yang dikenang orang karena deretan pepohonan di sepanjang jalan. Keberadaan pohon penting untuk kenyamanan pejalan kaki karena menyediakan naungan dari cuaca dan mengurangi suhu panas yang dihasilkan permukaan aspal dan menciptakan iklim mikro yang lebih sejuk. Selain itu pepohonan juga memberikan keindahan pada ruang jalan.

Gambar 2.7 Jarak antar pohon di sepanjang jalan

(Sumber : Buku The Next American Metropolis)

(20)

memberikan aksesibilitas visual yang tinggi, ketika tujuan dapat terlihat seseorang akan lebih tertarik untuk berjalan kesana.

Kriteria Konsep TOD Kriteria Konsep TOD :

1. Terdapat jalur pejalan kaki 2. Terdapat titik-titik transit

3. Aktivitas pergerakan manusia berjalan kaki beradius berkisar antara 400 – 800 m.

4. Pejalan kaki memiliki tujuan berjalan (OD) dari titik transit ke fungsi-fungsi komersial

5. Mencapurkan fungsi komersial, pemukiman, ruang terbuka dll, dalam satu kawasan TOD

Kriteria Pola Ruang :

1. Kawasan terbangun yaitu : a. Area Komersil

b. Area Pemukiman c. Area Hotel d. Area Perkantoran e. Area Fasilitas Sosial 2. Kawasan tidak terbangun yaitu:

a. Ruang Terbuka Hijau (RTH) - Taman b. Ruang Terbuka Biru (RTB) - Danau

(21)

2.3.3 Studi Literatur Masterplan Kota Baru

Konsep Dasar Masterplan TOD Kota Baru, Kwala Bekala

Kawasan Kota Baru ini terdapat fungsi-fungsi komersial yang mendukung pertumbuhan kawasan Kota Mandiri Bekala, seperti, Apartemen, Hotel, Pusat Bisnis, Pusat Kreativitas Pemuda, serta Convention Hall. Di sekitar site juga terdapat pemukiman penduduk.

Gambar 2.8 Konsep TOD

(Sumber: olahan sendiri,2016)

(22)

menarik perhatian para pejalan kaki karena terdapat taman-taman1 dan fungsi-fungsi komersial di sepanjang backbone. Di kawasan ini dirancang titik-titik Halte Bus, parkir sepeda, jalur bus, jalur sepeda dan jalur pejalan kaki. Dengan diterapkannya konsep TOD ini, diharapkan dapat mengurangi masyarakat sekitar dari penggunaan transportasi pribadi.

Di kawasan ini juga terdapat ruang terbuka, seperti danau, taman-taman di sepanjang backbone dan taman hutan kota.

Gambar 2.9 Konsep Backbone

(Sumber: olahan sendiri)

1

(23)

Masterplan TOD Kota Baru, Kwala Bekala

Kawasan Kota Baru termasuk didalam Masterplan Kota Mandiri Bekala yang dirancang oleh PT. Propenas Nusa Dua, yang kemudian salah satu kawasan itu dikembangkan, sehingga menjadi Kota Baru, dengan luas 22.7 ha, kawasan ini dirancang dengan menggunakan konsep TOD.

Fungsi yang terdapat di kawasan ini adalah fungsi-fungsi komersial. Fungisnya sebagai berikut, Pusat Kreativitas Pemuda, Hotel Bisnis dan Pasar Kuliner, Eco Bussines Park, Hotel dan Pusat Perbelanjaan, Apartemen dan Rumah Susun, serta terdapat juga Pusat Pasar Lau Chi. Tidak ketinggalan juga, dikawasan tersebut terdapat Stasiun Kereta api dan Terminal Kwala Bekala.

(24)

Gambar.2.10 Masterplan Kota Baru

(25)

2.4 Tinjauan Fungsi

2.4.1 Deskripsi Penggunaan dan Kegiatan

Convention Hall merupakan suatu wadah sarana fisik untuk menampung kegiatan konvensi, pertemuan formal atau non formal dan pameran baik skala regional, nasional maupun internasional. Kegiatan konvensi diawali dengan membentuk suatu kebutuhan untuk menginformasikan penemua-penemuan baru kepada pihak yang berkepentingan berhubungan dengan teknologi dan inovasi-inovasi baru di bidang sains dan sosial, pertigaan situasi politik dunia dan pertemuan antar negara. Kegiatan konvensi bukan hanya sekedar pertemuan biasa namun merupakan gabungan dari kegiatan perjalanan dan rekreasi (wisata konvensi). Dewasa ini kegiatan konvensi berupa pertemuan bisnis, pengenalan penemuan baru, training dan lain-lain, yang pesertanya adalah usahawan atau kelompok dan keluarga. Jenis-jenis/kelompok kegiatan konvensi :

1. Konferensi adalah kegiatan pertemuan secara formal antara suatu kelompok organisasi profesi untuk bertukar fikiran mengenai masalah organisasi, operasional, kenyataan yang terjadi atau informasi-informasi terbaru. Kegiatan pertemuan yang bersifat interaktif, pembicaraab atau pembahasan timbal balik setiap peserta dapat berbicara langsung dari tempat duduknya. Lama kegiatan minimal selama enam jam, dengan pembahasan masalah-masalah besar kemudian dilanjutkan dengan rapat-rapat komisi yang biasanya diadakan lebih dari satu hari, maka akan membutuhkan tempat yang relatif dekat dengan penginapan atau bahkan menyediakan penginapan. Pengaturan interior untuk konferensi yaitu meja diatur menurut pola lingkaran, setengah lingkaran, atau bahkan persegi. Untuk suatu konferensi yang besar dengan jumlah peserta lebih dari 150 orang menggunakan lantai bertrap, sehingga peserta yang duduk di belakang dapat mengikuti kegiatan dengan baik.

(26)

dalam jumlah yang besar apalagi bertaraf internasional. Untuk penyusunan kursinya, biasanya disusun seperti kursi-kursi teater.

3. Forum. Merupakan kegiatan diskusi yang menyanggah sebuah pendapat, dimana pesertanya dari bidang yang berlainan. Disini para peserta bebas untuk berpartisipasi.

4. Seminar. Merupakan kegiatan tatap muka antara orang-orang yang telah memiliki pengalaman untuk melakukan diskusi dan membahas masalah serta membagi pengalaman antar peserta.

5. Simposium. Merupakan kegiatan diskusi untuk membahas suatu persoalan dari berbagai sudut pandang dengan melakukan interaksi tanya jawab dari seorang ahli dalam bidangnya dengan peserta yang terlibat. Diskusi ini kadangkala meminta pendapat dari seorang ahli terlebih dahulu sebelum dilempar kepada peserta, melalui diskusi ini akan menghasilkan perbandingan pandangan paham serta titik-titik pokok dari suatu masalah.

6. Workshop. Merupakan kegiatan untuk membahas suatu masalah secara bersama-sama antar kelompok peserta dan melatih satu sama lain sehingga setiap peserta akan mendapat pengetahuan, keahlian, dan wawasan mengenai hal-hal yang baru.

7. Panel. Merupakan kegiatan tanya jawab atau diskusi antara dua atau lebih kelompok peserta sambil mengeluarkan pendapat masing-masing dan dipimpin oleh seorang moderator.

8. Lecture. Presentasi yang bersifat formal, dibawakan oleh seorang ahli dan diikuti dengan sesi tanya jawab.

9. Institusi/lembaga. Merupakan kegiatan untuk membahas dan mendiskusikan persoalan dari berbagai sudut pandang antara beberapa orang. Kegiatan ini dibuat sebagai pengganti pendidikan formal untuk staff suatu perusahaan. 10. Kolokium. Sebuah program kegiatan dimana peserta menentukan sendiri topik

(27)

11. Lokakarya. Kegiatan pertemuan yang dihadiri oleh sekelompok orang untuk mengadakan penelitian, pembahasan, dan bertukar pendapat mengenai masalah tertentu.

12. Ceremony

Upacara pernikahan, kegiatan peringatan, ataupun ulang tahun 13. Konser/pargelaran seni

Konser musik, pargelaran seni ataupun pertunjukan budaya.

2.4.2 Deskripsi Perilaku

Berdasarkan sifat aktifitas yang dilakukan, perilaku dari pengguna

Convention Hall terbagi atas 2 jenis, yaitu : 1. Bersifat statis

Perilaku pengguna Convention Hall yang lebih bersifat menetap, yang bersifat rutinitas maupun sementara dengan intensitas waktu yang lama. Sebagai contoh pengelola/pemilik dan staff/karyawan.

2. Bersifat dinamis

Pengguna Convention Hall yang cenderung bergerak dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain dalam waktu yang relatif cepat, seperti penyewa Convention Hall.

2.3.3 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang

Jenis ruang dan fasilitas yang tersedia dalam ruangan Convention Centre menurut Fred Lawson (1981; hal. 91) adalah sebagai berikut:

1. Ruang Convensi Utama atau auditorium, berjumlah satu atau dua dengan kapasitas antara 1000 – 3000 tempat duduk.

2. Ruang konvensi sedang atau ballroom berjumlah dua atau tiga buah dengan kapasitas 200 – 500 tempat duduk.

3. Ruang pertemuan berjumlah empat sampai sepuluh buah dengan kapasitas antara 20 – 50 tempat duduk.

4. Exhibition hall.

(28)

6. Monitor televisi dan broadcasting.

7. Pelayanan pers, cenference organizer untuk delegasi. 8. Pelayanan penggandaan, printing, dan penerjemah bahasa. 9. Pelayanan recording, filming, dan publisitas.

10. Pelayanan parkir untuk delegasi (VIP) dan parkir umum.

2.4.4 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang

Menurut Lawson (1901; hal 106-146), kinerja persyaratan ruang untuk elemen – elemen ruang pada konvensi hall adalah sebagai berikut:

Auditorium adalah tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk pertunjukan, seminar dan acara lain di dalamnya yang biasanya menampung peserta yang banyak. Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mendesain auditorium adalah:

1. Jumlah maksimal pengguna yang dapat ditampung.

2. Jenis kegiatan yang fleksibel sesuai dengan teknis ruangan. Misal dapat digunakan untuk acara pertunjukan atau konser, namun di lain waktu dapat digunakan untuk acara seminar, dan lain sebagainya.

3. Pelayanan yang digunakan dalam pre function hall seperti; perjamuan, cofee bar, dan service.

4. Konfigurasi dan hubungan ruang sekitarnya. 5. Aksen dan persyaratan sirkulasi.

6. Bentuk auditorium yang direncanakan. Bentuk auditorium dan hubungannya dengan panggung adalah sebagai berikut:

1. 360Encirclement

(29)

Gambar 2.11 360Encirclement

(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)

2. 135Encirclement

Bentuk tempat duduk dengan bentuk panggung bisa menghasilkan kapasitas kursi yang banyak

Gambar 2.12 135Encirclement

(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)

3. 90Arc

(30)

Gambar 2.13 90Arc

(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)

4. 60Hexagon

Bentuk ini mirip dengan sepatu kuda. Kebanyakan bentuk auditorium pada umumnya seperti ini.

Gambar 2.14 60Hexagon

(31)

5. Rectangle

Gambar 2.15 Rectangle

(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)

6. Fan Shape

Bentuk ini biasa menghasilkan suara dan view yang baik. Biasanya berbentuk sudut sekitar 60. Dengan susunan tempat duduk kontinental

Gambar 2.16 Fan Shape

(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)

7. Penataan tempat duduk auditorium yang direncanakan

(32)

1. Sistem Tradisional

Tempat duduk disusun terbagi menjadi beberapa baris. Terdapat jalur sirkulasi diantara pemisahan tempat duduknya.

Gambar 2.17 Sistem Tradisional

(Sumber : Buku Conference,Convention And Exhibition Facilities)

2. Sistem Kontinental

Sistem tempat duduk yang dapat mengefisiensi ruang sehingga dapat di masuki pengunjung lebih banyak dari sistem tradisional.

Gambar 2.18 Sistem Tradisional

(33)

Eksterior

Tempat-tempat yang memiliki potensi membahayakan pemakai (tangga, entrance bangunan, pintu keluar darurat) diberi penerangan yang baik dan dapat tetap bekerja meskipun dalam kondisi darurat.

Pintu masuk foyer

Pintu masuk foyer harus selebar mungkin hingga pengunjung yang masuk tidak berdesak-desak. Ukuran maksimum lebar 1 daun pintu adalah 80cm. Pintu sebaiknya tembus pandang, terbuat dari kaca dengan bingkai yang tahan cuaca dan api.

Foyer

1. Area foyer merupakan area yang paling banyak dilalui orang, karena itu harus dibuat sesuai dengan kapasitas daya tamung orang yang lalu-lalang disitu dan juga factor kenyamanan berjlan kaki yang tinggi.

2. Lantai foyer harus tahan lama , tahan gores, mudah dalam perawatan, nyaman diinjak, dan tidak licin. Bahan pilihan untuk lantai foyer yaitu batu, ubin, atau berlapis karpet.

3. Dinding tahan gores, mudah dibersihkan, sambungan dinding dan lantai tidak menyerap air. Dinding plester dan panil kayu tidak disarankan.

4. Langit- langit dilapisi penyerap suara untuk mengurangi suara-suara yang timbul dan dapat mengganggu akustik ruang teater.

(34)

Lobby

Demi keamanan, pintu antara lobby dan foyer harus memenuhi panjang dinding antara keduanya. Antara lobby dengan ruangan teater tidak perlu dihubungkan dengan pintu, kecuali jika sistem pertunjukannya tidak memiliki waktu istirahat.

Lobby dan lounge tidak memerlukan pintu penghubung. Lobby harus kedap suara, lantai berlapis karpet, dinding dan langit-langit berlapis bahan penyerap suara. Hal ini untuk meredam serendah mungkin suara timbul dari lobby dan mengganggu akustik ruang teater. Cahaya di lobby harus mampu menciptakan suasana hangat, cukup terang untuk membaca tulisan pada karcis, namun tidak boleh bocor kedalam ruang teater. Ketinggian langit-langit sebaiknya lebih tinggi dari ruangan lainnya untuk menciptakan suasana megah.

Ruang Penitip (Checkroom)

Ruang penitipan sebaiknya dietakkan pada lobby sebelah kanan, agar pengunjung dapat dengan mudah menemukannya. Counter ruang penitip harus cukup lebar untuk mewadahi 5 pegawai per 1000 pengunjung.

Kamar Kecil

Kamar kecil harus memiliki ruang antara: ruang merokok untuk pria dan ruang rias untuk wanita yang dilengkapi 1 meja rias untuk 600 pengunjung wanita. 5 urinal, 3 westafel, dan 2 toilet per 1000 tempat duduk merupakan persyaratan minimal untuk kamar kecil pria. 5 toilet dan 5 westafel per 1000 tempat duduk untuk kamar kecil wanita.

Jika pertunjukan berjalan selama 3 jam lebih, maka arus pengunjung kekamar kecil meningkat 4 kali. Jika kompleks teater memuat juga fungsi-fungsi lai seperti toko, restoran, stasiun radio, dll maka public area dari teater tersebut harus bisa melayani penggunaan fungsi-fungsi tersebut dan sebaliknya.

Auditorium

(35)

2. Suhu dan kelembaban udara 3. Letak dan lebar gang

4. Pencahayaan 5. Dekorasi

6. Kemiringan lantai

7. Tidak adanya gangguan arah pandang dan akustik

Sebaiknya bentuk tempat duduk ergonomis dan sandarannya data. Umumnya tempat duduk yang secara akustik memuaskan nyaman pula untuk diduduki. Penempatan tempat duduk harus baik sehingga memberikan jarak yang cukup untuk pengunjung bisa lewat depan tempat duduk tanpa mempunyai kursi harus berdiri. Jarak antara deret tempat duduk minimal 85cm, diukur dari panggung ke punggung. Jarak minimal atara deret tempat duduk minimal 112,5 cm untuk tempat duduk terisi dan bisa dilewati tanpa mengganggu.

2.4.5 Studi Banding Arsitektur Fungsi Sejenis Bali International Convention Centre

Gambar 2.19 Bali International Convention Centre

(Sumber : http://www.baliconvention.com/)

(36)

utamanya yang berada di antara hotel-hotel mewah dan di antara taman luas di Nusa Dua, berdiri kokoh menghadap luasnya Samudra Hindia. Dalam lingkungan yang magis dan damai, para pemimpin dunia dan delegasi akan merasa tenang dan damai dalam kesibukan diplomatik mereka.

Gambar 2.20 Lokasi Bali International Convention Centre

(Sumber : http://www.baliconvention.com/)

(37)

Gambar 2.21 Site Plan Bali International Convention Centre

(Sumber : http://www.baliconvention.com/)

Fasilitas yang tersedia di Bali International Convention Centre ini adalah :

1. 17 ruang meeting. Hall utama, Mangapura Hall berkapasitas 2.500 theather, 1.200 classroom style.

2. Ruang auditorium berkapasitas 506 kursi.

3. Panggung pertunjukan untuk musik, kesenian, dan teather

4. Pelayanan teknis manajemen konferensi, konvensi, dll untuk setting ruangan, teknisis audiovisual, tim kreatif dan sebagainya.

(38)

Gambar 2.22 Mangapura Hall Bali International Convention Centre

(Sumber : http://www.baliconvention.com/)

Gambar 2.23 Nusantara Room Bali International Convention Centre

(Sumber : http://www.baliconvention.com/)

Gambar 2.24 Lotus Room Bali International Convention Centre

(39)

Gambar 2.25 Outdoor Dining Bali International Convention Centre

(Sumber : http://www.baliconvention.com/)

Gambar 2.26 Outdoor Dining Bali International Convention Centre

(Sumber : http://www.baliconvention.com/)

6. Boanded warehouse

7. Pusat bisnis dan komunikasi : layanan kesekratariatan, terjemahan bahasa lengkap dengan audio translator, layanan telekonferensi

8. Akses broadband internet

(40)

Gambar 2.27 Ground Plan Bali International Convention Centre

(Sumber : http://www.baliconvention.com/)

Gambar 2.28 First Floor Bali International Convention Centre

(Sumber : http://www.baliconvention.com/)

2.5 Elaborasi Tema

(41)

2.5.1 Pengertian Arsitektur Ikonik Tepi Air

Berikut ini adalah pengertian Arsitektur Ikonik Tepi Air Pengertian Arsitektur :

1. Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, arsitektur adalah ilmu dan seni merancang bangunan, kumpulan bangunan dan struktur lain yang fungsional, terstruktur dengan baik serta memiliki nilai-nilai estetika.

2. Menurut Francis DK Ching Arsitektur membentuk suatu tautan yang mempersatukan ruang, bentuk, teknik, dan fungsi.

Pengertian Ikonik :

Ikon dapat berarti simbol, bentuk yang mudah dikenali, bentuk yang terkenal, dan mewakili ‘sesuatu’

Pengertian Tepi Air :

Menurut Ann Breen dan Dick Rigby, tepi air/waterfront merupakan suatu area yang dinamis dari suatu kota, tempat bertemunya daratan dan air. Dimana badan air dapat berupa lautan, sungai, danau, teluk, creek, maupun kanal. Areal dinamis yang dimaksud disini adalah areal atau kawasan yang selalu bergerak, walaupun pada kasus tertentu seperti pada rawa, pergerakan adalah sangat minim.

Jadi, Arsitektur Ikonik Tepi Air dapat didefinisikan sebagai arsitektur yang berfungsi sebagai ‘penanda tempat’ yang berbatasan dengan air. Tujuan ‘arsitektur ikonik’ ini agar mudah diingat oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Ciri-ciri arsitektur ikonik ini adalah :

1. Letak atau lokasi yang strategis, sehingga mudah dilihat/ dikenali oleh lingkungan sekitar

2. Pemilihan bentuk yang cenderung ‘menarik’ sehingga mudah dijadikan ‘tanda’ atau ‘ikon’ dari lingkungan sekitar

3. Serta memiliki unsur kekuatan atau kekokohan bangunan yang tinggi sehingga berumur panjang.

2.4.2 Interpretasi Tema

(42)

‘penanda zaman’ dalam era kebudayaan manusia. Arsitektur ikonik dapat pula berfungsi sebagai penanda tempat (space icon) dari lingkungan sekitarnya, serta mampu untuk berdiri-tegak tahan terhadap umur yang panjang, struktur bangunan yang spesifik dan memiliki nilai estetika yang menawan.

Di era kontemporer banyak bermunculan karya arsitektural yang unik. Keinginan suatu penguasa untuk memiliki bangunan yang menarik dan unik yang dapat menjadi penanda bagi negaranya, sehingga mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh karyakarya arsitektural menciptakan ikonisitasnya sendiri dalam perkembangan arsitektur.

Pada saat sekarang ini, munculnya bangunan ikonik atau arsitektur ikonik tidak dapat lepas dari perkembangan globalisasi ekonomi kapitalis. Kesan mewah, megah dan mahal sudah merupakan istilah yang tidak dapat dihindari dari ‘bangunan ikonik’ atau ‘arsitektur ikonik’ pada saat sekarang ini. Dalam sejarah perkembangan arsitektur dari dahulu hingga saat sekarang, kita dapat belajar untuk melihat dan mengamati keberadaan dari ‘arsitektur ikonik’ yang berada di berbagai belahan dunia. Bangunan ikonik mampu menembus setiap era perkembangan arsitektur dari masa ke masa. Setiap era dalam arsitektur memiliki ikonnya masing-masing dengan latar belakang yang berbeda.

Bangunan ikonik, biasanya berbentuk spektakuler dan unik, memiliki banyak gaya pendekatan desain, seperti, pendeketan gaya metafora ataupun gaya dekonstruksi.

Kawasan tepi air maksudnya adalah kawasan yang berbatasan dengan air. Dimana dalam merancang bangunan tersebut, air merupakan salah satu aspek penting untuk menghasilkan rancangan. Air disini dapat berupa lautan, sungai, danau, teluk, creek, maupun kanal.

(43)

Tabel 2.2 Pendekatan Bentuk

No Pendekatan Bentuk Keterangan

1 Kerang memiliki bentuk cangkang yang melengkung-lengkung pada bagian atas dan bawah yang simetris di kedua sisinya. Kerang adalah salah satu hewan yang hidup di air.

2 Bentuk telur yang simetris juga dapat dijadikan pendekatan bentuk bangunan. Dimana bangunan berbetuk setengah lingkaran, dan setengah lingkaran lagi terefleksikan di air

3 Mata juga dapat direfleksikan di air. Mata adalah satu organ penting bagi manusia. Pedekatan ini membuat bangunan berbentuk setengah lingkaran

4 Kupu-kupu adalah salah satu hewan yang mempunyai sayap yang berbetuk simetris.

(Sumber:olahan sendiri, 2016 )

2.5.3 Keterkaitan Tema dengan Judul

(44)

2.5.4 Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis L'Hemisfèric

Gambar 2.29 L'Hemisfèric

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/City_of_Arts_and_Sciences)

L'Hemisfèric adalah salah satu bangunan tepi air yang memanfaaatkan air dalam bagian desainnya. Salah satu contoh proyek bangunan yang memanfaatkan kolam untuk menghasilkan refleksi bangunan yang berbentuk mata yang utuh.

L'Hemisfèric adalah sebuah planetarium sekaligus bioskop IMAX yang memanfaatkan teknologi terkini untuk gambar dan suara.

Gambar 2.30 L'Hemisfèric

(45)

L'Hemisfèric, sebuah karya arsitektur menawan dalam bentuk mata raksasa yang dapat membuka dan menutup, lengkap dengan 'bola mata' terbuat dari kaca dan baja. Mata raksasa berwarna putih ini didesain seperti habis tenggelam lalu keluar dari kolam air berwarna hijau, menampilkan kontras yang cantik dan anggun.

Gambar 2.31 L'Hemisfèric

(Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/City_of_Arts_and_Sciences)

(46)

National Centre for the Performing Arts

Gambar 2.32 National Centre for the Performing Arts (Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/National_

Centre_for_the_Performing_Arts_(China))

Gambar

Gambar 2.1 Peta Lokasi
Gambar 2.2 Site Perancangan
Gambar 2.3 Konsep TOD
Gambar 2.5 Pembagian zona pada sidewalk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mengatasi permasalahan ini, dimana penulis ingin menunjukkan korelasi antara aktivitas komunikasi pemasaran khusus dengan keberhasilan bisnis suatu perusahaan,

Tanggamus, hasil penelitian menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan petani kopi untuk melakukan tunda jual adalah total produksi, pendapatan rumah

Jadi, hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis kedua yang menyatakan bahwa pengungkapan sukarela berpengaruh lebih besar terhadap biaya modal pada perusahaan

Adapun hakekat tanggung jawab menurut Levinas adalah: tanggung jawab sebagai fakta terberi eksistensial, tanggung jawab non normatif, tanggung jawab bagi orang lain,

Romney Marshall B dan Steinbart John Paul, (2006), Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu, Edisi IX, Jakarta : Salemba Empat.. S.R Soemarso, (2002), Akuntansi Suatu Pengantar,

Jika pada pemikiran Kant dalam Kritik atas rasio murni ditegaskan bahwa kita hanya dapat mengetahui objek sejauh dalam fenomen melalui persepsi inderawi, maka

Dengan langkah-langkah pembatasan tersebut, kiranya kita dapat menemukan batasan pengertian kerja sebagai kegiatan yang dilakukan manusia, sebagai kegiatan khas

Untuk itu penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa atribut kualitas jasa yang ada pada industri maskapai penerbangan untuk membandingkan dan