• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis i’lal bil qalbi dalam Kitab Al-Hikam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis i’lal bil qalbi dalam Kitab Al-Hikam"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

2. Mengumpulkan data yang terdapat dalam untaian kata dari kitab al-hikam yang terdapat dalam buku mutu manikam dari kitab Al-Hikam oleh Muhammad bin Ibrahim ibnu ibad An-naqzi Ar-rindy

3. Menganalisis kata yang mengandung proses I‟lal bil qalbi yang terdapat dalam untaian kata dari kitab al-hikam yang terdapat dalam buku mutu manikam dari kitab Al-Hikam oleh Muhammad bin Ibrahim ibnu ibad An-naqzi Ar-rindy

4. Menyusun secara sistematis dan membuatnya dalam bentuk laporan berupa skripsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Terdahulu

Penelitian tentang analisis morfologi yang berhubungan dengan kaidah bahasa telah banyak diteliti oleh pembelajar bahasa Arab. Sebagian besar alasan peneliti tertarik dengan penelitian ini dikarenakan dapat membantu para pembelajar dalam memahami kaidah bahasa yang berhubungan dengan Morfologi Bahasa Arab. Adawiyah Sastra Arab FIB USU (1994) telah melakukan penelitian Studi Komparatif

I‟lal dan Ibdal Dalam Bahasa Arab. Menurutnya Persamaan dan Perbedaan I‟lal dan ibdal dalam Bahasa Arab adalah: Ditinjau dari segi ṣahih dan mu‟talnya, pembentukan

I‟lal dan ibdal sama-sama dapat dibentuk dari fi‟il ṣahih dan mu‟tal, ditinjau dari segi

jamid dan mutasarrifnya, I‟lal dan ibdal sama-sama dibentuk dari fi‟il yang mutasarrif

akan tetapi fi‟il yang jamid tidak dapat dii‟lal maupun diibdal seperti halnya fi‟il

mutasarrif, ditinjau dari segi Mujarrad dan Mazidnya, Sama-sama dapat dibentuk dari

fi‟il mazid, ditinjau dari segi pembentukannya, sama-sama dibentuk dengan mengganti

(2)

Penelitian yang dilakukan oleh Adawiyah memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan penelitian pustaka (library reseach). Sedangkan perbedaannya ialah Adawiyah

membahas tentang studi perbandingan i‟lal dan ibdal sedangkan peneliti membahas tentang i‟lal bil qalbi yang merupakan pembagian dari i‟lal.

Zudha Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Semarang (2014) telah

melakukan penelitian tentang i‟lal bil ibdal dalam kitab ayyuhal walad (Analisis

Morfofonologi). Berdasarkan hasil dari analisis data, Zudha memperoleh kesimpulan

bahwa dalam kitab Ayyuhal Walad ditemukan 93 data kalimah yang mengalami i‟lal bil

ibdal yang terdiri atas 31 fi‟il madhi (verba perfektum), 15 fi‟il mudhori‟ (verba imperfektum), 1 fi‟il amar (verba imperatif), 23 isim mashdar (nomina original), 18 isim fa‟il (nomina agentif), 2 isim maf‟ul (patient-noun), dan 2 isim makan (nomina lokal) dengan proses analisis i‟lal yang berbeda-beda yang terdiri atas 22 kalimah yang mengganti huruf waw dengan huruf alif, 23 kalimah yang mengganti huruf ya‟ dengan huruf alif, 17 kalimah yang mengganti huruf waw dengan huruf ya‟, 13 kalimah yang mengganti huruf waw dengan huruf hamzah, 14 kalimah yang mengganti huruf ya‟ dengan huruf hamzah, 6 kalimah yang mengganti huruf hamzah dengan huruf mad, 3 kalimah yang mengganti huruf waw dengan huruf ta‟, dan 1 kalimah yang mengganti

huruf ya‟ dengan huruf ta‟.

Penelitian yang dilakukan oleh Zudha di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan penelitian pustaka (library reseach), sama-sama meneliti tentang i‟lal dengan mengganti. Sedangkan perbedaannya ialah Zudha lebih jauh membahas tentang

i‟lal dikaitkan dengan perubahan bunyi sebagai akibat pertemuan morfem dengan

morfem yang menghasilkan kata atau pertemuan kata dengan kata yang menghasilkan frasa atau disebut dengan Morfofonologi.

Selanjutnya penelitian yang serupa juga diteliti oleh Munib Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Ampel Surabaya (2015). Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 ayat yang terkandung dalam surat al-Mulk terdapat 28 kata

(3)

Penelitian yang dilakukan oleh Munib di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang i‟lal.Sedangkan

perbedaannya ialah Munib meneliti pada i‟lal secara keseluruhan, baik qalb (mengganti), taskin (sukun), dan hadzf (membuang). Sedangkan peneliti di sini memberi batasan yaitu i‟lal bil qalbi atau i‟lal dengan cara mengganti huruf illat.

2.2. Landasan Teori

Menurut Al-gulayaini (1993:104) i‟lal adalah sebagai berikut :

ا إ

:

/I‟lalu : ḥaẓfu ḥarfu al-illati au qalbuhu au taskinuhu/I‟lal adalah membuang huruf „illat atau menggantinya atau mensukunkan (Al-gulayaini 1993: 104)

ا إ

naqūlu maṡalan: in (bā‟a) aṣluha (baya‟a) faquliba alya`u alifan, au kaqaūlina: inna (ṣā`imu) aṣluha(ṣauwama) faquliba al-wāwu al-hamzata, wakaẓalika al-qaulu bianna

(amana) aṣluha a`mana biqulibatil-hamzatu aṡ-ṡaniyatu alifan… ilal akhar/I‟lal adalah

perubahan dengan mengganti atau menghilangkan atau dengan mensukunkan pada salah

satu huruf „illat yang tiga(alif, waū, dan ya`) dan juga hamzah, contoh : /ba‟a/berasal dari kata /baya‟a/maka diganti ya dengan alif atau seperti /ṣama/ berasal dari kata /ṣawama/maka digantilah wau dengan hamzah, dan آ/amana/berasal dari kata /a`mana/ dengan mengganti hamzah kedua dengan alif… dan seterusnya.

(4)

ا

ا إ

(

,

,

)

أ آ

ج

/al-i‟lalu tagyīru yaţra‟u „alā aḥrufi al-„illati al-ṡalāṡati (waw, alif, ya‟) wamā yulḥaqu

bihā wahuwa al-hamzatu biḥaiṡu yu‟addī haẑā al-tagyīru ilā ḥaẑfi al-ḥarfi au taskīnihi

au qalbihi ḥarfan ākhara min al-arba‟ati ma‟a jiryānihi fī kulli mā sabaqa „alā

qawā‟ida ṡābitatin yujibu murā‟atuha/i‟lal adalah perubahan yang berlaku kepada salah

satu huruf illat (waw, alif, ya‟) dan yang dihubungkan kepadanya hamzah. Dimana perubahan ini membawa kepada pembuangan huruf tersebut, membaris matikan atau menggantinya dengan huruf lain yaitu huruf yang empat dengan aturannya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam kaidah tata bahasa Arab yang wajib dipatuhi.

Dari beberapa pengertian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa i‟lal adalah merubah salah satu huruf illat atau hamzah dengan membuang huruf illat, membaca sukun huruf tersebut atau menggantinya dengan huruf yang lain agar meringankan dalam pengucapannya.

Menurut al-gulayaini (1991: 169) i‟lal terbagi atas tiga, yaitu : i‟lal dengan mengganti huruf illat ( /al-qalbu/), i‟lal dengan membuang huruf illat ( / al-ḥazfu/) dan i‟lal dengan membaca sukun huruf illat ( ا /al-iskānu/).

Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang i‟lal bil qalbi yaitu i‟lal dengan mengganti huruf illat. Ada beberapa pengertian i‟lal bil qalbi menurut para pakar ṣaraf.

Menurut ibrahim (1969) I‟lal bil qalbi ialah :

اا

أ آ

....

(

,

:

)

/quliba aḥadu aḥrufi al-„illati au hamzati harfan akhar min haẓihi al-aḥrufi wa

yusammā haẓa i‟lālan bi al-qalbi… /mengganti salah satu huruf „illat atau hamzah

(5)

أ آ

ا إ

hamzatan/ Al-I‟lalu bi al-qalbi adalah mengganti salah satu huruf illat dengan hamzah atau dengan huruf yang lainnya, seperti pada ء /ihtida`i/, aslinya /ihtida/ karena berasal dari kata /al-hidayati/, maka diganti huruf ya` dengan hamzah.

Dapat disimpulkan bahwa i‟lal bil qalbi ialah mengganti atau merubah huruf illat

atau hamzah dengan huruf waw dan ya‟ diganti alif, huruf waw diganti ya‟, huruf ya‟ diganti waw atau huruf alif yang dii‟lalkan sesuai dengan kaidah tata bahasa Arab.

Menurut ibrahim (1969:6) i‟lal bil hazfi adalah :

ء

/hazfu ḥarfi al-„illati littakhfÎfi au littakhallusi min at-tiqā‟i al-sākinῑna/menghilangkan huruf illat untuk meringankan atau memudahkan dalam pengucapan harakat sukun

Selanjutnya menurut ibrahim (1969:6) i‟lal bil taskuni adalah :

/taskiinu ḥarfi al-„illati ba‟da naqli harkatihi ila as-sakini as-shahiiha qablahu/mensukunkan huruf illat setelah memindahkan harakat kepada sukun pada huruf sahih sebelumnya.

(6)

/Iẓā taḥarrakati alwāwu wa al-yā‟u ba‟da faṭḥatin muttaṣilatin fi kalimatihima ubdilatā alifan miṡlu “ṣāna wa bā‟a” aṣluhuma “ṣawana wa baya‟a”/ Apabila ada waw atau ya‟ berharkah, jatuh sesudah harkah fatah dalam satu kalimah, maka waw atau ya‟ tersebut harus diganti dengan Alif seperti contoh /ṣāna/ asalnya /ṣawana/, dan

ya‟ jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan syarat wau atau ya‟ tersebut berada pada „Ain Fi‟il kalimah bentuk Isim Fail, atau berada pada akhir wa marmiyyun aṣluha maywitun wa marmuyyun/ apabila wau dan ya‟ berkumpul dalam

satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka wau diganti ya‟. Kemudian ya‟ yang pertama di-idgam-kan pada ya‟ yang kedua contoh mayyitun, marmiyyun berasal dari kata maywitun, marmuyyun.

.

(7)

.

/iẓ waqa‟ati al-waw ba‟da kasratin fi ismin au fi‟lin ubdilat yā‟an nahwu radhiya wa

gāzin aṣluhuma radhiwu wa gaziwu/apabila ada wau terletak setelah harkah kasrah dalam kalimah Isim atau kalimah Fi‟il, maka wau tersebut harus diganti ya‟contoh

radhiya, gāzin berasal dari kata radhiwu, gaziwu.

.

āmana,uwāmula, īdim berasal dari kata a‟mana, u‟mul, i‟dim

٧

keduanya pada huruf sebelumnya contoh ajāba, abāna berasal dari kata ajwaba, abyana

.

َ َ

ء

أ ّ

ّ

ّ

ّ

ء

.

/iẓ waqa‟ati al-waw ṭarfan ba‟da dhammin fi ismin mutamakkinin fi al-aṣli ubdilat yā‟an faqulibati al-dhammatu kasratan ba‟da tabdīlin al-wawi ya‟an nahwu “ta‟āṭiyan

wa ta‟addiyan aṣluhuma ta‟āṭuwan wa ta‟adduwan/bila ada wau berada di akhir kalimah jatuh sesudah harkah dhammah didalam asal kalimah Isim yang Mutamakkin

(8)

dhammah diganti kasrah contoh ta‟āṭiyan, ta‟addiyan berasal dari kata ta‟āṭuwan wa

ta‟adduwan

.

ء

/iẓā kānati al-ya‟u sākinatan wa kāna ma qablaha madhmūman ubdilat wāwan. Nahwu yūsiru wa mūsiru aṣluhuma yuysiru wa muysirun/bila terdapat Ya‟ sukun dan

sebelumnya ada huruf yang didhammahkan maka ya‟ tersebut harus diganti wau contoh

yūsiru,mūsiru berasal dari kata yuysiru, muysirun

.

.

َ ّ

ء

ء ء

ء

ج

ء َ ء َ

َ

.

/

iẓā kāna fā‟u ifta‟ala ṣādan au dhādan au ṭā‟an au zā‟an quliba tā‟uhu ṭā‟an

lita‟assuri an-nuṭqi ba‟da haẓihi al-hurūfi wa innamā tuqlabu al-tā‟u bi al-ṭā‟I

liqurbiha min al-tā‟i makhrajan nahwu iṣṭalaha,waidhṭaraba waiṭṭaraba waizzahara aṣluha iṣtalaha wa idhtaraba waiztarada wa iztahara/bila Fa‟ fi‟il kalimah wazan ifta‟ala berupa ṣad, dhad, ṭa‟ atau zha‟ maka huruf ta‟ yang sesudah huruf tersebut diganti dengan ṭa‟ agar mudah dalam pengucapannya contoh iṣṭalaha, idhṭaraba, iṭṭaraba, izzahara berasal dari kata iṣtalaha, idhtaraba, iztarada, iztahara

.

ّ

ا

ا ا

ء

َ

َ ج

َ ء َ

َ

ج

.

/iẓa kana fā‟u ifta‟ala dālan au ẓālan au zāyan : qulibat ta‟uhu dālan li‟usri an-nuṭqi bi at-tā‟i ba‟da haẓihi al-hurūfi wainnama tuqlabu at-tā‟u bi al-daliliqurbiha mina al-tā‟i makhrajan. nahwu “iddara‟a wa iẓẓkara waiẓdajara aṣluha idtara‟a wa iztakara wa iztajara/bila Fa‟ Fi‟il wazan berupa huruf dal, atau ẓal, atau zay, maka huruf ta‟ zaidahyang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti dal, demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya ta‟ dengan dal‟ karena dekatnya makhraj keduanya

(9)

Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah teori Algulayaini (1992),

menurutnya i‟lal bil qalb terbagi atas:

1. Huruf (illat) waw dan ya’ diganti alif

Apabila huruf illat waw dan ya‟ itu sejak semula (aslinya) berharakat, sedang huruf sebelumnya berharakat fathah, maka waw dan ya‟ tadi wajib diganti alif.Contoh :

/da‟a/berasal dari

/da‟awa/.

Akan tetapi apabila huruf waw atau ya‟ tadi berharakat karena hal baru, maka harakatnya tetap. Contoh :

ج

/

jayalin

/berasal

dari

ج

/

jaylun

/.

kemudian huruf hamzah dibuang setelah harakatnya dipindah kepada huruf sebelumnya.

Waw dan ya‟ diganti alif dengan tujuh syarat, yaitu :

a. Apabila waw dan ya‟ itu sebagai ain kalimah, hendaknya huruf sesudahnya sukun atau berharakat, seperti :

/ṭ

awīlun/

b. Apabila waw dan ya‟ itu menempati tempatnya lam kalimah, hendaknya huruf

sesudahnya tidak berupa alif atau ya‟ yang bertasydid. Hendaknya waw atau ya‟

tidak sebagai „ain fi‟il yang mengikuti wazan

/fa‟ila/

dan yang mu‟tal lam, seperti

:

/

hawiya/

c. Tidak berkumpul dua I‟lal, seperti : /hawiya

/berasal dari

/hawaya/maka „ain

fi‟ilnya tidak dii‟lal agar dalam satu kata tidak terjadi dua kali I‟lal.

d. Waw atau ya itu seharusnya bukan selaku „ainnya isim yang mengikuti wazan

ا

/fa‟alāni/(dibaca fathah „ainnya) seperti :

/hayawāni/

e. Waw dan ya‟ itu tidak selaku „ain fi‟il yang sifat musabbahatnya mengikuti wazan

.

Karena kalau sebagai „ain fi‟il tersebut, maka diṣohihkan (tidak dii‟lal) pada

fi‟il tadi, maṣdar dan sifatnya, seperti :

-

-

-

/‟awiru

-ya‟waru -„awaran-a‟waru/

f. Waw itu seharusnya tidak sebagai „ain (kalimah) pada fi‟il yang mengikuti wazan yang menunjukkan makna musyarakah. Apabila demikian halnya, maka tidak wajib

dii‟lal seperti lafal di bawah ini, seperti:

(10)

/

ijtawara al-qaumu yajtawirūna wazdawajū yazdawijūn/kaum itu bertetangga dan saling mengawini

2. Huruf waw diganti ya’

Huruf waw diganti ya‟ di beberapa tempat :

a. Waw sukun dan berada sesudah harakat kasrah, seperti:

/

m

ī

‟ādi/berasal

dari

/miuāda/

b. Waw yang terletak di pinggir (akhir) kata dan sesudah harakat kasrah, seperti :

/

qawiya

/berasal dari

/

qawiwa

/.

c. Waw yang berada setelah ya‟ tasgir (ya‟ yang bermakna mengecilkan), seperti :

ّ ج

/

jurayyin

/berasal dari

ج

/

juraiwun/

d. Waw berada di antara harakat kasrah dan alif pada maṣdar ajwaf yang mu‟tal „ain

fi‟ilnya, seperti :

/qāma/berasal dari

/

qawama

/ (

fi‟ilnya)

/

al-qiyāmu/ berasal dari

/qiwāmun/.

Apabila ṣahih fi‟ilnya maka ṣahih pula maṣdarnya, waw dinyatakan ṣahih pabila tidak berada sesudah alif.

e. Waw itu sebagai „ain (kalimah) yang berada sesudah harakat kasrah dalam jamak yang ṣohih lamnya dan mengikuti wazan /fi‟āli/dalam mufradnya waw

tersebut dii‟lal atau disukunkan, seperti :

/

al-diyāru/berasal dari

/diwārun/(jamak)

/

dawarun

/

berasaldari

/dārun

/(mufrad)Waw dan ya‟ berkumpul, dengan beberapa syarat sebagai berikut:

 Waw atau ya‟ yang pertama adalah huruf asli  Waw atau ya‟ yang pertama berharakat sukun asli

 Kedua huruf tersebut berada dalam satu kata atau yang seperti satu kata

f. Waw diganti ya‟ apabila sebagai lam kalimah dalam jamak yang mengikuti wazan

/fu‟ūlin/, contoh :

-

-

-

/

dalwin-dulūwun-dulūyin-duluyyin

/

(11)

-ṣuyyamin/. Adapun apabila waw dalam jamak yang mengikuti wazan

َ

/fu‟ālin/

maka tidak dii‟lal, seperti :

َ

-

ئ

/nāimin

-nuwwāmin/.

3. Huruf ya’ diganti waw

Huruf ya‟ diganti waw dalam tiga tempat :

a. Apabila ya‟ sukun terletak setelah harakat dhammah dalam bentuk yang tidak jamak dan mengikuti wazan /fa‟li/, contoh :

/

yuisiru

/

-

/

yūsiru/

b. Huruf ya‟ berupa lam fi‟il dan berada sesudah harakat dhammah. Contoh :

/

nahuya

/

-

/

nahuwa/

c. Huruf ya‟ berupa „ain kalimah pada isim di bawah ini :  Isim yang mengikuti wazan

, contoh :

ؽ

 Muannas dari af‟al tafdhil, contoh :

- Wazan

/fa‟lā/dan

/fu‟lā/

yang mu‟tal lam keduanya, maka dapat dirincikan sebagai berikut :

 Apabila yang mengikuti wazan

/fa‟lā

/yang dibaca fathah fa‟nya itu mu‟tal lam, maka dirinci sebagai berikut:

 Apabila mu‟tal wawi maka wawnya tidak diganti baik dalam isim maupun sifat.  Apabila mu‟tal ya‟, maka ditentukan sebagai berikut:

 Ya‟ tidak diganti jika berada dalam sifat

 Ya‟ diganti waw jika dalam isim

 Apabila yang mengikuti wazan

/

fu‟lā/dibaca dhammah fa‟nya itu mu‟tal lam,

maka dapat dirincikan sebagai berikut:

 Apabila mu‟tal ya‟ maka tidak diganti, baik dalam isim maupun ṣifat  Apabila mu‟tal wawi, maka ditentukan sebagai berikut:

 Waw tidak diganti ya‟ apabila dalam isim  Waw diganti ya‟ apabila dalam sifat

4. Huruf alif

(12)

ّ

/kitābin

-kutayyibin

/. Dan apabila huruf alif berada sesudah harakat dhammah maka

alif harus diganti waw dan jika berada setelah harakat kasrah diganti ya‟, contoh :

-

ش

ش

/syāhada

-syūhida/.

Apabila dalam suatu kata alif tersebut sebagai huruf yang ke empat atau lebih maka alif harus diganti ya‟apabila menempati posisi sebagai berikut:

a. Bertemu dengan dhamir tasniyah, contoh

-

/yardhā-yardhiyāni/ b. Bertemu dengan dhamir rafa‟ mutaharrik dalam suatu fi‟il,

c. Bertemu dengan alif tasniyah dalam suatu isim, contoh :

-

/

al-mustasyfā-al-mustasyfiyāni/.

Namun apabila huruf alif tersebut sebagai huruf yang ke tiga, dapat dirincikan sebagai berikut:

a. Apabila berasal dari waw maka dikembalikan kepada waw lagi, b. Apabila berasal dari ya‟ maka harus dikembalikan kepada ya‟ juga.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Referensi

Dokumen terkait