• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Pati Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca linn) Sebagai Bahan Pengisi Tablet Paracetamol 500mg Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Pati Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca linn) Sebagai Bahan Pengisi Tablet Paracetamol 500mg Chapter III V"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini

1. Timbangan Digital Sartorius

2. Oven Memmert

3. Termometer Fischer

4. Alat-alat gelas Pyrex

5. Hot Plate

6. Wadah Stainless 7. Ayakan mesh 12 8. Ayakan Mesh 14

9. Moisture Analyzer Mettler Toledo

10.Hardness tester pharma test

11.Disentegration tester Pharma Test 12.Alu dan lumpang

13.Seperangkat alat FTIR

14.Seperangkat Alat cetak tablet Erweka

15.Dissolution Tester Hanson

16.Alat Uji Waktu Alir 17.Penggaris

18.HPLC Waters

19.Spektofotometer Agilent

20.Seperangkat alat uji waktu alir Copley

(2)

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini - Kulit Pisang Kepok

- Asam Sitrat

- Natrium Metabisulfit

- Acetaminophen Heibei Jiheng

- Lactosum Meggle

- Talcum Venetum Guangxi Longguang

- Mg Stearas PeterGreven

- Aquadem KF

- Amylum Maydis Cheiljedang

3.3 ProsedurPenelitian

3.3.1 Pembuatan Tepung Kulit Pisang

Kulit pisang di pisahkan dari buah pisang, kemudian kulit pisang dicuci hingga bersih. Kulit yang telah dikupas dipotong kecil kecil, kemudian direndam dengan asam sitrat 0,5% selama 10 menit, kemudian diblender hingga menjadi bubur kulit pisang. Selanjutnya bubur diperas dengan kain blacu untuk mendapatkan ekstrak pati dan air. Ekstrak pati yang diperoleh dibiarkan 24 jam dan wadah ditutup dengan plastik sampai membentuk endapan. Pati hasil pengendapan selanjutnya direndam dengan Natrium Metabisulfit 1%, endapan dicuci dengan air 2 kali sampai dihasilkan pati bewarna putih (putih kekuningan). Pati yang diperoleh dikering pada suhu 60ºC selama 24 jam, kemudian dihaluskan dan diayak kemudian ditimbang dan disimpan dalam desikator. Pati kulit pisang yang diperoleh setelah dilakukan pengujian dengan larutan iodine membentuk larutan bewarna biru dianalisa dengan menggunakan Spektokopi FT-IR.

3.3.2 Pembuatan Tablet Paracetamol

Dipanaskan aquadem selama 10 menit, kemudian larutkan sebanyak 10 gram povidon kedalam 20 ml aquadem yang telah dipanaskan, lalu aduk hingga larut

(3)

sempurna. Dimasukkan kedalam wadah stainless Acetaminophen sebanyak 166,667 gram, pati kulit pisang sebanyak 16,667 gram, laktosa sebanyak 1,667 gram dan masukkan larutan povidon sedikit demi sedikit, bilas wadah bekas larutan povidon dengan 8 ml aquadem. Granul yang terbentuk kemudian diayak dengan menggunakan ayakan mesh 12. Dikeringkan kemudian diayak dengan ayakan mesh 14. Ditambahkan talkum sebanyak 1,667 gram dan pati kulit pisang kering sebanyak 1,667 gram, lalu ditambahkan Mg Stearat sebnyak 1,667 gram. Granul yang dihasilkan kemudian dilakukan uji preformulasi tablet dan dicetak dengan mesin pencetak tablet. Diulangi perlakuan yang sama untuk tablet dengan pengisi pati jagung.

3.3.3. Uji Preformulasi Tablet 3.3.3.1 Uji waktu alir

Granul tablet paracetamol ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan kedalam corong pengukur yang tertutup bagian bawahnya. Dibuka penutup corong secara perlahan-lahan dan biarkan granul keluar lewat corong bagian bawah dengan menggunakan alat pencatat waktu (stopwatch), kemudian di catat waktu yang digunakan dan diulangi sebanyak 3 kali.

3.3.3.2. Uji Sudut Diam

Granul tablet paracetamol ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan kedalam corong pengukur yang tertutup bagian bawahnya. Dibuka penutup corong secara perlahan-lahan dan biarkan granul keluar lewat corong bagian bawah. Ditampung granul yang jatuh dengan kertas grafik kemudian diukur tinggi dan diameter kerucut yang terbentuk dan dihitung sudut diamnya. Diulangi percobaan sebanyak 3 kali.

3.3.3.3 Uji Tap Density

Dimasukkan granul kedalam gelas ukur 25 ml lalu diketuk ketuk gelas ukur sebanyak 20 kali. Dicatat pengurangan massa dalam gelas ukur dan dihitung.diulangi percobaan sebanyak 3 kali

(4)

3.3.4 Uji Fisik Tablet

3.3.4.1 Uji Keseragaman Bobot

Tablet ditimbang tablet sebanyak 20 buah kemudian dihitung rata-rata dari 20 tablet tersebut. Ditimbang satu persatu sebanyak 10 kali, kemudian dihitung rata-rata dari 10 tablet tersebut. Ditimbang tablet sebanyak 20 buah kemudian dihitung rata-rata dari 20 tablet tersebut.

3.3.4.2 Uji Kekerasan Tablet

Tablet diletakkan pada alat Hardnes Tester dalam keadaan berdiri, tunggu beberapa menit maka alat akan membaca kekerasan tablet tersebut. Kemudian letakkan tablet pada posisi tidur, tunggu beberapa menit maka alat akan membaca kekerasan dan diameter tablet.

3.3.4.3 Uji Keregasan

Keregasan = x100%

A : Berat Tablet sebelum diputar B : Berat Tablet setelah diputar

Sebanyak 20 tablet ditimbang dan dimasukkan kedalam alat Frabliator tester, tablet diputar dengan Frabliator tester selama 240 detik, kemudian tablet yang telah di putar di timbang kembali.

(5)

3.3.4.4 Uji Waktu Hancur Tablet

Sebanyak 6 buah tablet dimasukkan masing-masing ke dalam basket pada alat Desintegration Tester, tunggu beberapa menit sampai tablet larut sempurna dalam basket.

3.3.4.5 Uji Disolusi

Asp : Absorbansi Sampel Ast : Absorbansi Standart Bst : Berat Standart Bsp : Berat Sample Kst : Konsentrasi Standart

a. Pembuatan Larutan Buffer Phospat pH 5,8

Sebanyak 68.10 gram KH2PO4 ditimbang lalu dimasukkan kedalam beaker 500 ml,

ditambahkan 18 ml NaOH 2N sambil diaduk sampai larut, ditambahkan aquademineralisata sampai 1 L

b. Pembuatan Larutan Standart

(6)

Sebanyak 6 tablet ditimbang satu persatu, lalu catat hasilnya. Kemudian isi tabung disolusi dengan media (Buffer Phospat) masing-masing 900ml, lalu panaskan media hingga suhu 37oC, setelah suhu sesuai masukkan tablet yang telah ditimbang, lalu tekan tombol start pada alat. Setelah selesai ambil sampel dengan menggunaka spuit 50ml lalu pindahkan kedalam beaker 50ml. Dipipet larutan sebanyak 1ml kedalam labu ukur 100ml lalu add dengan buffer phospat pH 5,8 sampai tanda batas, larutan siap dianalisa dengan spektofotometri pada panjang gelombang 243nm.

3.3.4.6 Uji Kadar Paracetamol

AUCsp : Luas area sampel AUCst : Luas area standart

Bst : Bobot standart paracetamol yang ditimbang Bsp : Bobot Sampel

Kbp : Kadar baku pembanding paracetamol

Pengukuran kadar parcetamol dilakukan dengan menggunakan HPLC (High

Pressure Chromatography) dengan panjang gelombang 243 nm, volume injeksi 20

µl flowrate 1,2 ml/menit dan menggunakan fase diam kolom Bondpack C18 (3.9 x 300 mm) serta fase gerak Metanol:aquaabidest (1:3)

a. Pembuatan Pelarut dan Fase gerak

Pelarut : Metanol : Aquabidest (1:3)

Fase gerak : Metanol : Aquabidest (1:3), saring dan bebas gaskan

(7)

b. Pembuatan Larutan Standart

Sebanyak 50 mg baku pembanding sekunder paracetamol ditimbang lalu dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 20 ml pelarut lalu ultrasonic selama 15 menit, setelah 15 menit laruta dibiarkan dingin lalu diaadkan dengan pelarut sampai garis batas, larutan yang telah diadd dipipet sebnyak 1 ml kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml lalu ditambahkan pekarut hingga garis batas, larutan disaring dengan saringan millipore 0,45 µm lalu dimasukkan kedalam botol vial dan diinject kedalam HPLC.

c. Larutan Sampel

Sebanyak 20 tablet paracetamol ditimbang kemudian digerus, kemudian serbuk yang telah digerus ditimbang ±60 mg (setara 60mg x 500/600 = 50 mg paracetamol) dan dimasukkan kedalam labu ukur 100ml, kedalam labu ukur ditambahkan pelarut sebanyak 20ml kemudian dihomogenkan dengan ultrasonic bath selama 15 menit, setelah 15 menit larutan dibiarkan dingin kemudian diaad dengan pelarut, larutan yang telah di add kemudian dipipet 1ml dan dimasukkan kedalam labu ukur 50ml kemudian di add dengan pelarut sampai garis batas, larutan yang telah di add kemudian di saring dengan saringan millipore 0,45 µm lalu dimasukkan kedalam botol vial dan diinject kedalam HPLC.

(8)

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1. Pembuatan Tepung Kulit Pisang

(9)

3.4.2. Pembuatan Tablet Parasetamol dengan Pengisi Pati Kulit Pisang

(10)

3.4.3. Pembuatan Tablet Parasetamol dengan Pengisi Pati Jagung

(11)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Pati

Pati yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil isolasi pati yang diperoleh dari kulit buah pisang kepok (Mussa paradiasica linn) dimana dari 1 kg kulit buah pisang yang digunakan diperoleh 50 g (5%) pati kulit pisang. Pati yang dihasilkan adalah pati kulit pisang berbentuk serbuk agak kasar bewarna putih kekuningan Uji kualitatif dari larutan pati menggunakan pereaksi larutan iodine memberikan larutan warna biru. Dari spectrum hasil analisis spektroskopi FT-IR, pati hasil isolasi memberikan spektrum dengan puncak-puncak vibrasi pada daerah bilangan gelombang 3268,27 cm-1 ; 2917,06 cm-1 ; 1148,95 cm-1 (Gambar 4.1)

Gambar 4.1 Spektrum FT-IR Pati Kulit Pisang

(12)

Gambar 4.2 Spektrum FT-IR Pati Jagung

Spektrum pati kulit pisang yang ditunjukkan dari hasil analisis spektrokopi FT-IR memberi dukungan bahwa pati yang diperoleh memiliki gugus O-H dengan munculnya puncak vibrasi pada daerah bilangan gelombang 3268,27 cm -1

, didukung dengan munculnya gugus C-H stretching pada bilangan 2917,06 cm -1

dan 1148,95 cm-1 yang menunjukkan gugus C-O-C (Gambar 4.1), begitu pula pada spektrum pati jagung (Gambar 4.2) yang memiliki gugus O-H pada daerah bilangan gelombang 3230.04 cm-1, gugus C-H streching pada bilangan 2924.04 cm-1 dan 1149.11 cm-1 yang menunjukkan gugus C-O-C. Hal ini menunjukkan bahwa hasil isolasi yang diperoleh adalah benar pati kulit pisang.

4.2 Tablet Paracetamol

Granul yang telah selesai dicampur dengan menggunakan metode granulasi basah, terlebih dahulu dilakukan uji preformulasi. Uji preformulasi meliputi uji organoleptis, waktu alir,tap density dan sudut diam. Granul dengan pengisi pati kulit pisang menghasilkan granul bewarna kecoklatan dan tidak berbau. Dari uji preformulasi diperoleh hasil seperti tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Uji preformulasi

Bahan Pengisi Uji Preformulasi

Waktu Alir Sudut Diam Tap Density Pati Kulit Pisang 7 detik 24,41 º 18,5 % Pati Jagung 5 detik 29,75 º 11,8 %

(13)

Dari tabel 4.1 dapat dilihat granul dengan pengisi pati kulit pisang dan pati jagung mempunyai waktu alir yang baik yaitu ≤10 detik, dimana pada umumnya serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100g serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤10 detik (Sulaiman,2007). Meksipun memiliki waktu alir yang baik akan tetapi sudut diam pati kulit pisang dan pati jagung berbeda, dimana pati jagung memiliki sudut diam yang lebih besar dibandingkan pati kulit pisang dimana pati kulit pisang memiliki sudut diam dengan kategori sangat baik sedangkan pati jagung memiliki sudut diam kategori baik. Menurut sulaiman 2007 evaluasi baik atau tidaknya serbuk bisa dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.2 Kategori serbuk yang baik

Dari tabel 4.1 juga dapat dilihat tap density pati kulit pisang dan pati jagung berbeda dimana tap density pati jagung lebih kecil bila dibandingkan dengan tap density pati kulit pisang, tetapi tap density kedua pati tersebut dikatakan baik. Menurut Sulaiman 2007 serbuk dikatakan memiliki sifat alir yang baik jika indeks pemampatannya kurang dari 20%. Besarnya nilai tap density pati kulit pisang dikarenakan pati kulit pisang memiliki bentuk partikel yang memanjang atau mendatar seperti pada lampiran 5, dimana suatu zat yang memiliki bentuk partikel yang memanjang atau mendatar cenderung memberikan serbuk dengan porositas tinggi dimana semakin tinggi porositas maka jarak antar patikel semakin besar dan nilai tap density semakin besar pula sedangkan pati jagung memiliki bentuk partikel bulat, dimana bentuk partikel yang bulat memiliki porositas yang lebih rendah sehingga menghasilkan tap density yang rendah (Moechtar,1990)

Uji Sifat Fisik Tablet 4.3.1 Keseragaman Bobot

Hasil keseragaman bobot diperoleh dengan menimbang 20 tablet paracetamol secara bersamaan kemudian dihitung rata-rata dari 20 tablet tersebut, kemudian menimbang bobot tablet satu persatu hingga sepuluh tablet dan dihitung rata rata tablet tersebut. Hasil uji keseragaman bobot 20 tablet dapat dilihat pada tabel 4.3, dan uji bobot sepuluh tablet pada tabel 4.4

Tabel 4.3 Hasil Uji Kesergaman Bobot 20 tablet Sudut Diam Sifat Alir

<25 Sangat Baik

25-30 Baik

30-40 Sedang

>40 Sangat Jelek

Bahan Pengisi Bobot 20 Tablet (g) Bobot rata-rata (mg) Pati Kulit Pisang 11,67456 583,728

Pati Jagung 12,27899 611,395

(14)

Tabel 4.4 Hasil Uji Bobot 10 tablet

Keseragaman bobot tablet dapat menjadi indikator awal keseragaman

kadar/kandungan zat aktif. Dengan asumsi bahwa kita mempunyai campuran massa yang akan dikempa, yang tercampur homogen (merupakan campuran homogen) maka setelah dikempa menjadi tablet, apabila tablet yang dihasilkan memiliki bobot yang seragam dapat dipastikan akan memiliki kadar yang seragam pula (Sulaiman, 2007).

Dari tabel 4.4 tablet dengan pengisi pati jagung menunjukkan

penyimpangan 1,02% dan tablet dengan pengisi pati kulit pisang 1,03%, nilai ini memenuhi persyaratan dimana tidak ada satu tablet yang menyimpang sebesar 10%. Dari hasil pada table 4.4 dapat diketahui tablet dengan bahan pengisi pati kulit pisang merupakan campuran yang homogen.

Pada tabel 4.3 dapat dilihat tablet dengan pengisi pati kulit pisang memiliki bobot yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tablet dengan pengisi pati jagung hal ini dikarenakan pati kulit pisang memiliki nilai porositas yang tinggi dimana apabila nilai porositas serbuk tinggi maka akan menghasilkan bobot tablet yang rendah (Moechtar,1990).

4.3.2 Uji Kekerasan

Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan alat hardnes tester memberikan hasil seperti tabel 4.5

(15)

Tabel 4.5 Hasil Uji Kekerasan

Uji kekerasan tablet didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, Secara umum tablet biasa yang baik mempunyai kekerasan antara 4-10 kg atau 39,226– 98,067 N. Dari tabel 4.5 dapat dilihat tablet dengan pengisi kulit pisang tidak memenuhi persyaratan kekerasan tablet dimana kekerasan tablet dengan pengisi kulit pisang 32,5 N. Hal ini dipengaruhi oleh tap density granul yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Granul dengan tap density besar memiliki kompaktibilitas yang rendah dan akan menghasilkan tablet dengan kekerasan yang rendah.

4.3.3 Uji Keregasan

Pengujian keregasan tablet paracetamol dengan menggunakan alat uji keregasan tablet (friability tester) diperoleh data seperti tablet 4.6

Tabel 4.6 Hasil Uji Keregasan

Bahan Pengisi W1 W2 Keregasan (%) Pati Kulit Pisang 11,637 11,298 2,913 Pati Jagung 12,298 12,189 0,886

Uji keregasan atau kerapuhan tablet berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi akibat abrasi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan semakin besar massa tablet yang hilang. Tablet dianggap baik apabila kerapuhannya tidak lebih dari 1% (Sulaiman,2007). Dari hasil pada tabel 4.6 tablet dengan bahan pengisi Pati kulit pisang memiliki nilai kerapuhan yang tinggi yaitu 2.913%, nilai ini diatas syarat nilai kerapuhan untuk tablet sedangkan dengan pengisi pati jagung diperoleh nilai 0,886%. Dari hasil ini tablet dengan bahan pengisi pati kulit pisang akan rentan rusak selama massa pengemasan dan distribusi, hal ini dipengaruhi oleh nilai tap density granul yang besar sehingga granul susah dimampatkan. Kekerasan tablet juga mempengaruhi keregasan, tablet dengan kekerasan yang rendah akan menghasilkan tablet yang sangat rapuh

(Keregasan Tinggi).

Bahan Pengisi Kekerasan (N)

Pati Kulit Pisang 32,5

Pati Jagung 51,1

(16)

4.3.4 Uji Waktu Hancur Tablet

Hasil pengujian waktu hancur tablet dapat dilihat dalam tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Uji Waktu Hancur

Uji waktu hancur dilakukan agar komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya untuk dilarutkan kedalam tubuh. Waktu yang diperbolehkan untuk

menghancurkan tablet tidak bersalut dan bersalut enterik adalah tidak lebih dari 15 menit (Depkes,1979). Dari tabel 4.6 diperoleh waktu hancur pada tablet dengan pengisi pati kulit pisang 01:36 menit dan 05:43 menit untuk tablet dengan pengisi pati jagung. Ini menadakan pati kulit pisang mempercepat waktu hancur tablet. Waktu hancur tablet dipengaruhi oleh nilai tap density, nilai tap density yang tinggi menunjukkan didalam granul terdapat banyak ronga udara, dengan adanya rongga udara pelarut atau air akan mudah masuk kerongga tersebut dan dengan cepat menghancurkan tablet.

4.3.5 Uji Disolusi

Hasil uji disolusi diperoleh dengan menganalisa larutan hasil uji disolusi dengan alat Spektofotometri. Absorban yang diperoleh dihitung untuk mendapatkan

konsentrasi larutan hasil disolusi. Hasil pemeriksaan dengan Spektrofotometri dapat dilihat pada lampiran 1dan perhitungan disolusi dapat dilihat pada lampiran2. Hasil uji disolusi dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil Uji Disolusi

Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut. Dalam tabel 4.8 dapat dilihat tablet dengan pengisi pati jagung menghasilkan nilai disolusi 97,44% sedangkan dengan pengisi pati kulit pisang 86,73%. Hasil ini memenuhi persyaratan sesuai dengan Farmakope Indonesia dimana dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q) parasetamol C H NO.

Bahan Pengisi Waktu Hancur (menit) Pati Kulit Pisang 01:36

Pati Jagung 05:43

Bahan Pengisi Hasil Uji Disolusi (%) Pati Kulit Pisang 86,73

Pati Jagung 97,44

(17)

4.3.6 Uji Penentuan Kadar

Penentuan Kadar dilakukan dengan metode HPLC (High Presure

Chromatography). Hasil pengujian kadar dapat dilihat pada tabel 4.9 dan Lampiran

3.

Tabel 4.9 Hasil Uji Penentuan Kadar

Menurut farmakope Indonesia Tablet Parasetamol mengandung

parasetamolC H NO₂,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Pada tabel 4.9 dapat dilihat kadar tablet dengan pengisi pati jagung 101.453% dan tablet dengan pengisi pati kulit pisang 99,798% nilai ini memenuhi persyaratan dalam farmakope indonesia.

Bahan Pengisi Kadar (%) Pati Kulit Pisang 99,798

Pati Jagung 101,453

(18)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pemanfaatan Pati Kulit Pisang Kepok sebagai bahan pengisi tablet paracetamol 500 mg maka dapat disimpulkan :

a. Granul dengan bahan pengisi pati kulit pisang memiliki hasil preformulasi yang kurang baik bila dibandingkan dengan granul dengan bahan pengisi pati jagung, dimana nilai tap density granul dengan pengisi kulit pisang sebesar 18,53%, waktu alir 5 detik dan sudut diam 25,01%. Tablet dengan pengisi pati kulit pisang menghasilkan tablet dengan kekerasan yang lebih rendah dan lebih rapuh serta lebih cepat hancur dibandingkan dengan tablet dengan pengisi pati jagung

b. Hasil uji sifat fisik tablet dengan pengisi pati kulit pisang yaitu bobot rata-rata 591,696 ; kekerasan 32,5N ; keregasan 2,913% ; waktu hancur 01:36 menit ; disolusi 86,73% ; kadar 99,798. Sedangkan sifat fisik tablet dengan pengisi pati jagung menghasilkan bobot rata-rata 607,429 ; kekerasan 51,1 N ; keregasan 0,886% ; waktu hancur 05:43 menit : disolusi 97,44% ; kadar 101,453%.

5.2 Saran

a. Perlu dilakukan Reformulasi agar menghasilkan tablet dengan kekerasan yang memenuhi pesyratan dalam Farmakope Indonesia

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pati kulit pisang sebagai pengisi tablet dengan variasi formula yang lebih beragam

Gambar

Gambar 4.1 Spektrum FT-IR Pati Kulit Pisang
Tabel 4.1 Hasil Uji preformulasi
Tabel 4.2 Kategori serbuk yang baik
Tabel 4.6 Hasil Uji Keregasan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu wilayah yang menjadi pengembangan ekowisata adalah

Setelah dilakukan percobaan dengan menggunakan larutan sampel yang berupa campuran Zn(NO3)2 1 N dan Fe(NO3)3 1 N dengan komposisi precursor 1 : 1 dan variasi laju

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode TPS dan TSTS terhadap

menunjukkan bahwa distribusi frekuensi jawaban responden didominasi oleh. pernyataan sangat setuju (34,3%) dan

Teori ini sering dikenal dengan teori dua faktor, yaitu faktor motivasional dengan faktor hygiene atau pemeliharaan. Teori ini dikemukakan oleh Frederick

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar. oleh