• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SUPER PETROGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGIMOUTONG DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIAPEMBELAJARAN BIOLOGI | Hijrah | EJIP BIOL 9370 30588 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SUPER PETROGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGIMOUTONG DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIAPEMBELAJARAN BIOLOGI | Hijrah | EJIP BIOL 9370 30588 1 SM"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SUPER PETROGANIK

TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BANDENG (

Chanos chanos

) DI DESA

DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI

MOUTONG DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN BIOLOGI

ORGANIC FERTILISER APPLICATION INFLUENCE SUPER PETROGANIK FOR GROWTH TO FISH OUT BANDENG(Chanos chanos) AT DOLAGO'S VILLAGE PARIGI'S DISTRICT REGENCY SOUTH PARIGI MOUTONG AND ITS

DEVELOPMENT AS BIOLOGICAL LEARNING MEDIA

Hijrah1, Achmad Ramadhan2, Dewi Tureni2

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UNTAD

2Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang pengaruh pemberian pupuk organik super petroganik terhadap pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos). Sampel yang digunakan adalah ikan bandeng yang diperoleh dari kelondongan petani tambak di Desa Dolago, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan dengan dosis pupuk yang berbeda, (P1) tanpa pemberian pupuk di peroleh rata-rata

pertumbuhan mutlak 1.007 gram dan panjang 82 cm, (P2) dengan pemberian pupuk 1 kg di peroleh

rata-rata pertumbuhan mutlak 1.343 gram dan panjang 127 cm, (P3) dengan pemberian pupuk 2 kg

di peroleh rata-rata 1.615 gram dan panjang 171 cm, (P4) dengan pemberian pupuk 3 kg di peroleh

rata-rata pertumbuhan mutlak 1.983 dan panjang 195 cm dengan pengulangan sebanyak 4 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk organik super petroganik berpengaruh sangat baik terhadap pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanos). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pertumbuhan mutlak ikan bandeng tertinggi selama penelitian pada perlakuan P4 dengan pemberian dosis 3 kg pupuk organik super petroganik. Hasil penilaian oleh tim validasi ahli desain 92%, ahli isi 92% dan ahli media 84,28%, serta uji kelayakan oleh mahasiswa yaitu 78%. Hal ini menunjukkan bahwa Poster layak digunakan sebagai media pembelajaran Biologi.

(2)
(3)

A. PENDAHULUAN

Budidaya ikan di tambak bukanlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia, terutama penduduk yang bermukim di sekitar perairan umum (air tawar) dan pesisir pantai. Bangsa Indonesia telah mengenal budi daya ikan sejak zaman Hindu, sekitar 700 tahun lalu. Usaha ini berkembang pesat hampir di seluruh Indonesia dengan memanfaatkan perairan payau atau pasang surut (Nontji, 1987). Sebagai ikan budidaya, bandeng memiliki keunggulan dibanding ikan-ikan lainnya, yaitu teknik pembenihannya telah dikuasai sehingga pasokan benih tidak tergantung dari alam, teknologi budidaya relatif murah, bersifat herbivorous dan tanggap terhadap pakan buatan, formulasi pakan buatan untuk ikan bandeng relatif mudah, bersifat euryhaline yaitu toleran terhadap perubahan salinitas yang tinggi, tidak bersifat kanibal dan mampu hidup dalam kondisi berjejal, dapat dibudidayakan secara polikultur dengan spesies lainnya seperti baronang. Meskipun dagingnya bertulang, tetapi rasanya lezat dan di beberapa daerah memiliki tingkat preferensi konsumsi yang tinggi, dan dapat digunakan sebagai umpan bagi industri penangkapan Tuna dan Cakalang. Tipikal (ukuran)

bandeng yang diproduksi disesuaikan

dengan kebutuhan. Ikan bandeng merupakan salah satu komoditas perikanan yang disukai oleh masyarakat, karena daging bandeng mempunyai rasa yang lezat dengan harga yang cukup terjangkau dan banyak dipelihara di tambak serta kerapkali digunakan untuk umpan pancing ikan Cakalang dan ikan Tuna. Saat ini kebutuhan akan ikan bandeng masyarakat kian meningkat dan persyaratan hidupnya tidak menuntut kriteria kelayakan tertentu mengingat bandeng toleran terhadap perubahan mutu lingkungan serta tahan terhadap serangan penyakit (Kordi, 2001).

Ikan Bandeng banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena mempunyai nilai gizi yang tinggi dan rasa yang lezat. Kandungan gizi ikan bandeng per 100 gram yaitu 129 kkal energi, 20 gram protein, 4,8 gram lemak, 150 gram fosfor, 20 gram kalsium, 2 mg zat besi, 150 SI vitamin A, 0,05 gram vitamin B1 dan 74 gram air (Saparinto, 2006).

Ikan bandeng termasuk ikan rendah kolesterol, mengkonsumsi ikan bandeng merupakan salah satu cara diet tepat sebagai

penangkal penyakit jantung koroner.

(4)

keping-keping darah sehingga mengurangi risiko terkena arteriosklerosis dan mencegah jantung koroner. Asam lemak bandeng ini juga bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Mampu meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan dalam pertumbuhan otak pada janin serta pendewasaan sistem saraf (Prahasta & Masturi 2009).

Dalam budi daya ikan bandeng, faktor tanah harus mendapat pertimbangan karena tekstur tanah memiliki peranan sangat penting dalam pemilihan lokasi sebab berkaitan erat dengan kualitas tanah. Semakin padat tekstur tanah, semakin baik dijadikan tambak. Bila tambak dibangun di atas tanah yang kedap air, tambak tidak mudah bocor sehingga ikan yang dipelihara tidak lolos keluar dan tidak dimangsa oleh predator. Kekedapan tambak erat kaitannya dengan keadaan fisik tanah. Tanah yang baik kaya akan unsur hara dan mudah di tumbuhi klekap dan lumut karena ikan bandeng dikenal sebagai pemakan klekap (tahi air)

(Tseng dan Chen, 1988). Untuk

meningkatkan keuntungan yang diterima para pembudidaya ikan bandeng yaitu melalui pemupukan saat persiapan tambak yang bermanfaat sebagai sumber nutrient untuk

merangsang pertumbuhan fitoplankton.

Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan

produksi ikan, tapi ikan sendiri tidak memanfaatkan pupuk secara langsung. Sebagai ikan herbivora, bandeng dikenal sebagai pemakan klekap yang tumbuh di tambak (Chen, 1972). Namun karena padat penebaran yang tinggi maka keberadaan pakan alami seperti klekap tidak mencukupi. Pupuk yang diberikan ditujukan untuk memasok unsur hara yang sangat diperlukan seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Pemberian nutrisi yang baik sangat penting untuk kesuksesan dan kelangsungan industri aquakultur terkait ekonomi, kesehatan ikan, kualitas produk dan upaya meminimalisir polusi lingkungan (Handajani dan Widodo

dalamLaapo dkk, 2013).

Pakan alami merupakan solusi yang tepat dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan bandeng. Menurut para ahli perikanan, penggunaan pakan alami dianggap

lebih memungkinkan, karena dapat

menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan pakan buatan. Hal ini diduga disebabkan oleh kandungan gizi dari pakan alami yang lebih baik dan tidak menimbulkan masalah penurunan kualitas air (Mudjiman, 1991).

(5)

menjadi lebih praktis digunakan, bahan bakunya terdiri dari pupuk kandang yaitu kotoran sapi, kotoran ayam, kotoran kambing, limbah pabrik gula (blo-thong), limbah pabrik sawit (tandan kosong), mixtro, suplemen, dan filler (kapur/tanah liat).

Kemudian bahan tersebut dihaluskan

sehingga berbentuk butiran debu dengan cara di crusher dengan mesin crusher atau dengan cara manual dicangkul dan diayak/disaring. Bahan yang telah halus ditimbang sesuai dengan formula yang telah di tetapkan. Setelah dilakukan penimbangan bahan di campur dengan mixtro, suplemen dan air lalu di pan granulator. Bahan yang telah tercampur akan membentuk granule/butiran. Hasil granule bahan kemudian didiamkan selama 2-3 hari untuk menurunkan kadar air yang terdapat dalam hasil granule, setelah

setengah kering kemudian dilakukan

pengeringan. Pengeringan dilakukan pada

mesin dryer dengan kapasitas 7–10 ton

perhari. Dari mesin dryer dilakukan

pengayakan pada mesin screen sehingga granule yang diayak bisa sama besarnya dan kemudian di packing dengan karung 20 Kg (Wirya, 2015).

Kegunaan pupuk organik super petroganik yaitu menggemburkan dan menyuburkan tanah, meningkatkan daya simpan dan daya serap air, memperkaya hara

makro dan mikro, sesuai untuk semua jenis tanah dan tanaman. Serta keunggulannya memiliki C-organik tinggi min 15%, N/C Ratio 15-25, PH 4-9, kadar air rendah sehingga lebih efisien dalam pengangkutan

dan penyimpanan, berbentuk granule

sehingga muda didalam aplikasi, aman dan rama lingkungan, bebas dari biji bijian gulma. Dilihat dari kegunaan dan keunggulannya pupuk organik super petroganik ini sangat baik digunakan untuk budidaya tambak ikan bandeng (Wirya, 2015).

Salah satu keunggulan utama

Petroganik adalah pada kandungan C-organik dan unsur haranya yang tinggi. Bahan baku yang dipergunakan berasal dari kotoran ternak, baik ayam maupun sapi, yang selama ini memang dikenal memiliki kandungan C-organik paling tinggi. Hasil penelitian ilmiah membuktikan, kotoran ternak terutama unggas juga memiliki kandungan hara Nitrogen, Phospor, dan kalium yang lebih tinggi dibandingkan berbagai bahan organik lainnya (Wirya, 2015).

(6)

diedarkan di pasaran. Melalui riset dan penelitian panjang, telah didapat teknologi pengeringan butiran petroganik yang efektif

menghasilan pupuk Petroganik yang

memenuhi kadar air sesuai standar SK. Mentan No. 28/2009, dan mudah larut dalam air. Yang lebih penting, proses ini telah distandarisasi sebagai proses pengeringan baku pada semua pabrik Petroganik, dan selalu dilakukan pemantauan ketat dan terus menerus untuk menjaga kualitas pupuk Petroganik (Wirya, 2015).

Keunggulan lain yang membuat Petroganik berbeda dengan pupuk organik lain adalah adanya formula khusus yang disebut Mixtro. Formula ‘rahasia’ berbentuk cairan ini merupakan produk suplemen yang digunakan untuk memperkaya kandungan hara dalam Petroganik. Mixtro mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap yang sangat dibutuhkan tanaman, yaitu: N, P, K, Cu, dan Zn. Mixtro tidak mengandung mikroba sehingga tidak rusak ketika dipanaskan dalam proses produksi Petroganik. Selain mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, mixtro juga dapat

membantu perkembangbiakan populasi

mikroba berguna yang ada dalam tanah (Wirya, 2015).

Selain keunggulan dalam spesifikasi produk, Petroganik juga unggul melalui

penempatan unit produksi yang tersebar di beberapa daerah. Hal ini membuat pabrik Petroganik lebih dekat pada sumber bahan baku, sekaligus dekat dengan para petani

pemakai Petroganik. Dengan model

kemitraan dengan para investor sampai dengan saat ini tercatat telah beroperasi 178 unit produksi di seluruh Indonesia, dengan total produksi mencapai 307.986 ton. Untuk mendukung pemasaran Petroganik telah tersedia 218 gudang penyangga dengan total kapasitas 650.575 ton (Wirya, 2015).

Pemakaian Petroganik terbukti

mampu meningkatkan produksi tanaman milik para petani. Para petani sudah membuktikan bahwa penggunaan Petroganik

disertai pupuk anorganik mampu

meningkatkan produksi tanamannya. Data hasil panen Demplot yang dikumpulkan dari beberapa daerah menunjukkan kenaikan produksi beberapa jenis tanaman yang mempergunakan Petroganik dalam paket

pemupukannya. Pada tanaman padi,

(7)

ose, petani sekitar 1,73 ton ose, sehingga ada selisih 0,56 ton ose (24,48%) (Wirya, 2015).

Hasil observasi di lokasi penelitian sebagian besar masyarakat Desa Dolago memanfaatkan tambak sebagai ujung tombak penopang ekonomi keluarga. Karena, tambak merupakan salah satu kegiatan usaha yang cukup menjanjikan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi. Dalam pemanfaatan lahan tambak para petani di Desa Dolago menggunakan pupuk anorganik atau pupuk kimia seperti Urea, ZA, TSP, dan lain-lain.

Pupuk anorganik memiliki beberapa

kelebihan, di antaranya mampu memberikan efek lebih cepat dan memiliki bentuk fisik yang lebih praktis dan menarik. Hal tersebut membuat banyak petambak menggunakannya. Namun seiring berjalannya waktu di sadari bahwa penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat merusak tanah atau lahan

tambak sehingga berdampak pada

menurunnya hasil panen. Penggunaan pupuk anorganik secara berkelanjutan berdampak langsung pada pertumbuhan ikan bandeng hal

ini di sebabkan pupuk anorganik

menyisahkan residu kimia yang berbahaya pada tanah tambak sehingga menyebabkan lambatnya pertumbuhan ikan bandeng dan menyebabkan bau lumpur pada daging ikan bandeng.

Berdasaran uraian di atas peneliti melakukan penelitian pengaruh pemberian pupuk organik super petroganik terhadap pertumbuhan ikan bandeng di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong dan pengembangannya sebagai media pembelajaran Biologi berupa poster. Yakni, sebagai bahan informasi bagi para

petani tambak untuk meningkatkan

produktivitas lahan tambak dengan

pemberian pupuk organik super petroganik sebagai pemasok unsur hara yang di perlukan bagi pertumbuhan ikan bandeng yaitu pakan alami berupa lumut, klekap dan juga dapat menambah nafsu makan ikan dan menjaga kecerahan air untuk meningkatkan hasil panen. Meskipun efek penggunaannya lebih lambat, pupuk organik super petroganik lebih ramah lingkungan dan dapat menanggulangi kerusakan tanah.

B. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu dengan

(8)

masa sekarang dengan masa sebelumnya (Mardalis, 2008).

b. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian yang dilaksanakan adalah memberikan perlakuan dengan pupuk organik super petroganik dengan 4 perlakuan dan 4 kali pengulangan dengan demikian terdapat 16 unit percobaan. Adapun rancangan penelitian sebagai berikut:

Perlakuan 1 = tidak diberi perlakuan (0 kg)

Perlakuan 2 = pemberian pupuk organik super petroganik (1 kg)

Perlakuan 3 = pemberian pupuk organik super petroganik (2 kg)

Perlakuan 4 = pemberian pupuk organik super petroganik (3 kg)

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis varian (ANAVA) dengan taraf nyata 5%. Bila hasil Fhitung

menunjukkan perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (beda nyata terkecil) (Hanafiah , 1994 dalam

sofiah, 2005).

c. Waktu dan Tempat

Penelitian telah dilaksanakan di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten

Parigi Mautong pada bulan

November-Desember 2016

d. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menyediakan 16 tambak sebagai

tempat pemeliharaan ikan terkontrol,

timbangan digital, jaring/jala untuk

menangkap sampel ikan bandeng,

thermometer untuk mengukur suhu

lingkungan sekitar tambak, DO meter untuk mengukur oksigen terlalut dalam air tambak, tali rapia enam warna utuk menandai ikan, hekter untuk menghekter tali rapia pada ekor ikan bandeng, mistar untuk mengukur panjang ikan, kamera untuk dokumentasi dan baskom kecil untuk wadah ikan yang akan di timbang.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu pupuk organik super petroganik dan ikan bandeng sebanyak 160 ekor.

e. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah ikan bandeng yang dipelihara di kelondongan ikan Petani tambak di Desa Dolago Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong.

(9)

f. Prosedur kerja

Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah: Prosedur kerja pada penelitian ini yaitu : 1) Menyediakan 16 tambak yang terkontrol

masing-masing di keringkan selama tiga hari terlebih dahulu.

2) Memberikan pupuk organik super petroganik ke dalam tambak Kemudian di biarkan tiga hari.

3) Mengisi air ke dalam tambak yang telah di keringkan.

4) Memasukkan ikan bandeng (Chanos

chanos) yang berukuran 12 cm dan berat 80 gram sebanyak 10 ekor di setiap tambak.

5) Menangkap ikan bandeng yang telah

dipelihara selama 2 minggu

menggunakan jaring/jala yang ingin di jadikan sampel.

6) Melakukan penimbangan dan

pengukuran ikan bandeng 2 minggu sekali selama 2 bulan serta mengukur para meter kondisi lingkungan di sekitar tambak setiap dua minggu sekali.

7) Memberikan pupuk susulan pada setiap tambak terkontrol dengan konsentrasi yang di tentukan setelah dua minngu pemeliharan.

8) Mencatat setiap hasil pengukuran kedalam tabele hasil penelitian.

C. ANALISIS DATA

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) (Gomez dan Gomez, 1995).

Persentasi kelayakan media

pembelajaran di hitung menurut cara Arikunto (2006) sebagai berikut:

Rumus I

Rata-rata = x 100 %

Tabel 1. Persentase penentuan kelayakan media pembelajaran

(Sumber : Arikunto, 2006)

rumus II, untuk masing-masing individu

% Resp.ke-i= x100 %

Selanjutnya dihitung % kelayakan buku saku, berdasarkan rumus sebagai berikut :

rumus III

%Kelayakan= x 100 %

D. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian

(10)

organik super petrognik berpengaruh

terhadap pertumbuhan ikan bandeng.

Menghasilkan rata-rata pertumbuhan selama penelitian yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 2. Rata-rata Pertumbuhan Mutlak Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Pada tabel 2 yaitu jumlah rata-rata pertumbuhan mutlak ikan bandeng dari semua perlakuan dengan 4 perlakuan sebanyak 4 kali pengulangan. Pada perlakuan (P1) dengan 4 kali pengulangan tidak diberikan pupuk organik super petroganik yaitu di peroleh rata-rata hasil bobot mutlak 1.007 gram dan panjang mutlak 82 cm. Pada perlakuan (P2) dengan 4 kali pengulangan dengan pemberian pupuk organik super petroganik sebanyak 1 kg diperoleh rata-rata pertumbuhan mutlak yaitu bobot mutlak 1.343 gram dan panjang mutlak 127 cm. Pada perlakuan (P3) dengan 4 kali pengulangan dengan pemberian pupuk organik super petroganik sebanyak 2 kg di peroleh rata-rata

pertumbuhan ikan bandeng yaitu bobot mutlak 1.615 gram dan panjang mutlak 171 cm. Pada perlakuan (P4) dengan 4 kali pengulangan dengan pemberian pupuk organik super petroganik sebanyak 3 kg di peroleh rata-rata pertumbuhan mutlak ikan bandeng yaitu bobot mutlak 1.983 gram dan panjang mutlak 165 cm.

Gambar 1. Jumlah Rata-rata Bobot Mutlak Ikan Bandeng

Gambar4.2 Jumlah Rata-rata Panjang Mutlak Ikan Bandeng

(11)

Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk

Organik Super Petroganik

Terhadap Hasil Pertumbuhan Mutlak Ikan Bandeng

Hasil analisis sidik ragam pengaruh pemberian pupuk organik super petroganik terhadap pertumbuhan ikan bandeng pada Tabel 3 menunjukan bahwa nilai F hitung F tabel ( dengan db galat 12, maka diperoleh nilai F hitung yaitu 4,032 lebih besar dari nilai F tabel 5% yaitu 3,26. Berdasarkan kreteria pengujian hipotesis dan sesuai hasil analisis maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh nyata dari perlakuan pemberian pupuk organik super petroganik berbagai dosis terhadap pertumbuhan ikan bandeng, berarti Hipotesis (H1) diterima dan Hipotesis

(H0) ditolak. Kemudian dilanjutkan dengan

uji beda nyata terkecil (BNT) untuk mengetahui pertumbuhan mutlak yang efektif , dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4 Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)

Pengaruh Pemberian Pupuk

Organik Super Petroganik

Terhadap Pertumbuhan Ikan

Bandeng

keterangan *: Berbeda nyata/signifikan Hasil uji beda nyata terkecil pada tabel 4.3 menunjukan nilai pada kolom selisih memiliki nilai lebih besar dari pada nilai BNT pada taraf 5% yaitu sebesar 2,179. Tanda (*) yang berarti selisih antara kosentrasi satu dengan kosentrasi yang lain berbeda nyata atau signifikan. Hasil uji BNT yang menunjukan perlakuan pemberian pupuk organik super petroganik yang efektif berpengaruh pada pertumbuhan mutlak ikan bandeng adalah perlakuan (P4).

Kualitas air

(12)

terlarut (DO), pH dan salinitas. Parameter kualitas air yang diamati selama penelitian meliputi suhu, pH, salinitas dan oksigen terlarut (DO). Parameter tersebut di gunakan sebagai parameter kunci dalam kualitas media yang harus di usahakan optimal, paling tidak nilainya masih dapat di toleransi ikan bandeng.

Tabel 5 Hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan

Berdasarkan hasil pengukuran,

parameter kualitas air selama penelitian menunjukan nilai kisaran yang masih dalam batas-batas toleransi yang baik untuk mendungkung pertumbuhan ikan bandeng.

Pengamatan suhu selama penelitian

menunjukan kisaran antara 26-31,67 0C. hal

ini sesuai dengan pendapat Mulyanto (1992) bahwa suhu 20-29 0C dapat mendungkung

pertumbuhan ikan bandeng. Kisaran suhu 26-30,6 0C merupakan kisaran optimum bagi

ikan karena pada kisaran tersebut

metabolisme ikan dapat berlangsung dengan

baik, sehingga pertumbuhan ikan

berlangsung dengan baik pula.

Hasil pengukuran pH air selama

penelitian berkisaran antara 7,0-8,0

berdasarkan data tersebut dapat di katakan pH air selama penelitian adalah pH optimal

untuk menunjang pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan bandeng. Kondisi ini sangat mendungkung karena pH optimal untuk ikan bandeng. Suhu dan pH merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi dan menetukan kecepatan reaksi metabolisme dalam konsumsi pakan. Jika nilai ph air

rendah dapat menyebabkan terjadinya

penggumpalan lendir pada insang dan ikan akan mati lemas sehingga energi untuk mempertahankan tubuh lebih besar dari pada pertumbuhan (Zonneeveldet all.,1991).

(13)

sampai mencapai titik maksimal lewat tengah hari sekitar pukul 14:00. Pada malam hari, saat tidak terjadi foto sintesis pernafasan organisme di dalam tambak memerlukan oksigen, sehingga menyebabkan penurunan oksigen terlarut.

Kisaran salinitas selama penelitian relatif stabil yaitu kisaran 15-30. Menurut (Panikkan dalam Gopalakrisnha, 1972) ikan bandeng dapat tumbuh baik pada salinitas 5-40 ppt bahkan dapat mentoleri 60 ppt.

Pembahasan

Desa Dolago terletak di Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong

Provinsi Sulawesi Tengah. Mayoritas

masyarakat Desa Dolago bermata pencarian sebagai petani tambak. Kebanyakan petani pembudidaya ikan bandeng saat ini dalam melakukan budidaya mengacu pada sistem lama yang ternyata tidak ramah lingkungan, mereka masih berorientasi pada produksi panen tinggi/melimpah dengan cara yang

mudah, yaitu dengan memperbanyak

pemberian pupuk anorganik (urea,dll)

sebagai pemicu tumbuhnya klekap dan plankton untuk pakan alami ikan bandeng. Hal ini karena mereka saat ini belum

memikirkan efek yang akan terjadi

dikemudian hari (dalam kurun waktu tertentu) tanah menjadi tidak subur lagi akibat penumpukan kadar Nitrogen di dalam tanah

yang terakumulasi tersebut tidak dapat terurai secara alamiah dalam tanah, dan akan menumpuk sebagai racun berupa Nitrit (NO2) dan Amoniak (NH3). Kebanyakan petani melihat kondisi tersebut bukannya berhenti atau merubah sistem tersebut akan tetapi semakin memperbanyak pemberian pupuk

anorganik (urea), sehingga bukannya

produksi melimpah seperti yang diharapkan tetapi justru tanah menjadi tandus (tidak subur) sehingga pakan alami berupa plankton serta kelekap akan sulit tumbuh. Akibatnya pertumbuhan ikan bandeng akan lambat. Pemberian pupuk anorganik over dosis ini

dapat menimbulkan penyakit/keracunan,

sehingga produksi akan menurun dan bahkan tidak akan pernah panen lagi seperti yang diharapkan.

Apabila dipandang dari sudut

ekonomi, tentunya akan semakin banyak biaya produksi yang terbuang untuk pembelian pupuk anorganik. Bahkan semakin sulit dicari dan harganya pun melonjak semakin mahal.

(14)

budidaya, yaitu tidak memakai pupuk anorganik secara berlebihan (bahkan sama sekali tidak perlu memakai pupuk anorganik), tetapi dengan menggunakan pupuk organik secara terkontrol serta melakukan pengolahan lahan tambak secara baik dan benar. Menurut Mintarjo, dkk (1984), bahan organik tanah setelah diuraikan bakteri menjadi ion-ion

netrat dan NH4T dapat langsung

dimanfaatkan untuk pakan alami. Manfaat penggunaan pupuk organik bila ditinjau dari segi ekonomis tentunya lebih murah dan lebih efisien bila dibandingkan dengan biaya pembelian pupuk urea. Selain itu, untuk tahap

budidaya selanjutnya dapat dilakukan

pengurangan dosis pupuk organik (lebih hemat) karena efek terhadap kesuburan lahan tambak masih terus berlangsung.

Teknik budidaya bandeng untuk memacu pertumbuhan dan mempersingkat masa panen sebenarnya cukup sederhana, namun dalam pembahasan ini satu hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak adanya pemakaian bahan kimia dan pupuk anorganik. Pemupukan bertujuan memasok unsur hara pada tanah tambak untuk pertumbuhan pakan alami ikan bandeng berupa klekap dan plankton. Menurut Martosudarmo, dkk (1984) ikan bandeng merupakan ikan akuatik pemakan pakan alami yang biasa tumbuh di tambak. Antara lain plankton, klekap

(kumpulan jasad renik yang hidup pada permukaan dasar tambak), alga hijau seperti lumut sutra, lumut perut ayam. Analisis lambung ikan bandeng banyak memakan jasad renik dasar (Poernomo, 1976).

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh pemberian pupuk organik super petroganik terhadap pertumbuhan ikan bandeng selama 2 bulan dengan 4 percobaan dan 4 kali ulangan pada tambak berukuran 3×6 m2 setiap tambaknya dengan

masing-masing berisi 10 ekor ikan bandeng berukuran 12 cm dengan bobot 80 gram, menunjukkan bahwa pupuk organik super petroganik berpengaruh sangat baik pada pertumbuhan mutlak ikan bandeng. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pertumbuhan mutlak ikan bandeng tertinggi selama penelitian pada perlakuan 4 dengan pemberian 3 kg pupuk organik super petroganik yakni bobot mutlak 1.983,725 gram dan panjang mutlak 195 cm. Kemudian diikuti berturut-turut oleh perlakuan 3 dengan pemberian 2 kg pupuk organik super petroganik bobot mutlak sebesar 1.615,025 gr dan panjang mutlak 171 cm. Serta perlakuan 2 dengan pemberian 1 kg pupuk organik super petroganik bobot mutlak sebesar 1.343,5 dan panjang mutlak 127 cm, sedangkan perlakuan 1 sebagai control yang

(15)

petroganik adalah pertumbuhan mutlak terendah yakni bobot mutlak 1.007 gram dan panjang mutlak 82,25 cm.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pemberian pupuk organik super petroganik terhadap pertumbuhan ikan bandeng pada Tabel 2 menunjukan bahwa nilai F hitung F tabel ( dengan dB galat 12, maka diperoleh hasil F hitung yaitu 4,032 lebih besar dari F tabel 5% yaitu 3,26. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis dan sesuai hasil analisis maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh nyata dari perlakuan pemberian pupuk organik super petroganik terhadap pertumbuhan ikan bandeng dengan dosis yang berbeda, berarti H1 diterima dan H0

ditolak. Berdasarkan hasil uji beda nyata terkecil pada tabel 4.3 menunjukan nilai pada kolom selisih memiliki nilai lebih besar dari pada nilai BNT pada taraf 5% yaitu sebesar 2,179. Tanda (*) yang berarti selisih antara kosentrasi satu dengan yang kosentrasi lain berbeda nyata atau signifikan. Dari hasil uji BNT yang menunjukan perlakuan pemberian pupuk organik super petroganik yang efektif berpengaruh pada pertumbuhan ikan bandeng

adalah perlakuan (P4). Dimana pada

perlakuan (P4) ini, menghasilkan

pertumbuhan mutlak ikan bandeng tertinggi. Dari penjelasan di atas pemberian pupuk organik super petroganik berpengaruh

terhadap pertumbuhan ikan bandeng yang dapat di lihat dari nilai rata-rata pertumbuhan mutlak berdasarkan pengukuran setiap periode pengamatan (14 hari), menunjukan

bahwa ikan bandeng mengalami

pertumbuhan. Bobot rata-rata ikan bandeng mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan yang pertumbuhannya dapat di lihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Hasil Pengukuran pertumbuhan ikan bandeng setiap periode 14 hari

(16)

petroganik merupakan pertumbuhan mutlak terendah hal ini di duga karena belum terpenuhinya kebutuhan ikan dalam pakan untuk menunjang pertumbuhan. hal ini sejalan dengan pernyataan Weartherley (1972) bahwa ketersediaan makanan yang cukup dan kualitas air yang menunjang sangat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan bandeng. Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pertumbuhan berat dan panjang ikan bandeng yang diberikan pupuk organik super petroganik lebih tinggi

dibandingkan pada pertumbuhan ikan

bandeng tanpa pemberian pupuk organik super petroganik. Hal ini berarti pupuk organik super petroganik berpengaruh nyata dapat meningkatkan pertumbuhan ikan bandeng, karena dapat menyediakan pakan alami yang akan memacu pertumbuhan hal ini sejalan dengan pendapat Prihmantoro (2000) bahwa pemberian pupuk organik

berpengaruh terutama dalam hal

memperbaiki srtuktur tanah dan penambahan kandungan unsur hara yang dapat membantu pertumbuhan pakan alami ikan. Disamping

itu pemberian pupuk organik super

petroganik dapat menguraikan senyawa yang

komplek menjadi senyawa sederhana,

sehingga meningkatkan kualitas air

(Soedibya dan Seregar, 2007). Menurut Syarief (1989) pupuk dapat meningkatkan

kadar bahan nutrient zat hara yang diperlukan untuk pertumbuhan plankton.

Implementasi Dalam Bentuk Sumber Belajar

Belajar merupakan kebutuhan setiap manusia terutama pelajar. Belajar yang menyenangkan biasanya didukung oleh berbagai faktor diantaranya ialah informasi yang menarik. Menariknya suatu informasi didapatkan melalui pengembangan bahan

pengajaran yang dilandasi penelitian

berdasarkan fakta yang ada dilingkungan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk itu diperlukan sumber belajar yang baik dalam proses transformasi ilmu pengetahuan. Sumber belajar memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Sumber belajar juga mampu memotivasi siswa dalam mencari ilmu, memberikan pengalaman dalam rangka

pemecahan permasalahan serta

mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Salah satu klasifikasi sumber belajar menurut Nana (1989) yaitu sumber belajar tercetak berupa poster yang sedang berkembang saat ini.

(17)

petroganik terhadap pertumbuhan ikan

bandeng yang dapat menghasilkan

pertumbuhan yang lebih baik. Setelah data

diperoleh, proses selanjutnya adalah

mendesain sumber belajar berupa poster. Setelah itu, dilakukan validasi oleh tim ahli, yaitu ahli isi, ahli desain dan ahli media untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari poster tersebut dan selanjutnya diperbaiki. Berdasarkan hasil penilaian poster yang dilakukan mulai dari tim ahli isi, menunjukan bahwa sumber belajar berupa poster tersebut layak digunakan sebagai sumber belajar dan dapat menunjang proses pembelajaran dengan persentase 92%. Hasil penilaian poster yang dilakukan oleh tim ahli desain, menyatakan bahwa sumber belajar berupa poster tersebut layak digunakan sebagai sumber belajar dan dapat menunjang proses pembelajaran dengan persentase 92%. Dan hasil penelaian yang dilakukan oleh tim ahli media, menunjukan bahwa sumber belajar berupa poster tersebut layak digunakan sebagai sumber belajar dan dapat menunjang proses pembelajaran dengan persentase 84,28%.

Setelah penilaian dari semua tim ahli, kemudian desain media pembelajaran yang telah dinilai dan diperbaiki diujicobakan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi sebanyak 29 orang melalui kelompok

besar 20 orang dan kelompok kecil 9 orang. Berdasarkan hasil penilaian poster yang dilakukan oleh mahasiswa menyatakan bahwa sumber belajar berupa poster tersebut layak digunakan sebagai sumber belajar dan dapat menunjang proses pembelajaran dengan persentase 78%.

Persentase kelayakan yang didapatkan diharapkan mampu memenuhi peran sumber belajar dalam proses pembelajaran bagi peserta didik seperti yang diungkapkan Suhardi (2012) yaitu (1) membangkitkan produktivitas pembelajaran dengan cara mempercepat laju belajar dan menggunakan waktu secara lebih baik, mengembangkan gairah belajar, memberikan kegiatan lebih ke arah individual dan memberikan kesempatan

untuk berkembang sesuai dengan

kemampuannya. (2) memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran dengan cara perencanaan secara lebih sistematik dan pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian berdasarkan fakta yang ada dilingkungan. (3) Lebih memantapkan pengajaran dengan cara meningkatkan kemampuan dengan fasilitas berbagai media komunikasi.

E. KESIMPULAN

(18)

1) Pemberian pupuk organik super

petroganik berpengaruh terhadap

pertumbuhan ikan bandeng. Pertumbuhan mutlak ikan bandeng tertinggi pada perlakuan P4 kosentrasi pupuk organik super petroganik 3 kg.

2) Hasil penelitian mengenai pemberian pupuk organik super petroganik terhadap

pertumbuhan ikan bandeng layak

digunakan sebagai media pembelajaran berupa poster.

F. SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat beberapa saran, yaitu :

1) Di harapkan kepada masyarakat

khususnya petani tambak agar

menggunakan pupuk organik super petroganik untuk pemupukan lahan tambak sebagai media pemeliharaan ikan bandeng. Selain ramah lingkungan pupuk organik super petroganik juga dapat memperbaiki struktur tanah.

2) Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pupuk organik super petroganik untuk pertumbuhan ikan bandeng dengan jumlah dosis pupuk yang berbeda untuk melihat pengaruh pertumbuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi V. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Chen, T. P. (1972). Coastal Aquaculture in The Indo-Pasifik Region. London: Fishing News (Book) Ltd.

Fitra, M. (2008). Tingkat Pemberian Pellet Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan

Ikan Mas (Cyprinuscarpio).

Skripsi. Program Studi Budidaya

Perairan, Jurusan Peternakan,

Fakultas Pertanian Universitas

Tadulako.

Gomez, A. K. dan Gomez, A. A. (1995).

Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Hardjodinomo, Soekirno. (1982). Ilmu

Memupuk, Cet III. Bandung: Bina Cipta Ismail. (1994). Kajian usaha bandeng pada tambak di Kamal. Jakarta Utara Prosiding Seminar perikanan. Hal 192-193

Kordi, K. M. G. H. (2001). Pakan Buatan, Alternatif Budi Daya Ikan di Laut.

Makalah pada diskusi yang

dilaksanakan oleh Senat Mahasiswa

Fakultas Perikanan dan

Kelautan, Universitas Muslim

Indonesia, 16 September 2001, di

Makassar.

Laapo, A.D., Sulistiwati, Rosyda, E. (2013).

Rencana Strategis dan Modal

Pengelolahan Ikan Bandeng yang Terintegrasi dengan Limbah Rumput

Laut Kabupaten Morowali. Laporan

Akhir Penelitian Strategi Nasional. Univesitas Tadulako.

Mardalis. (2008). “Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal)”. Bandung.

(19)

Martosudarmo, B., Sudarmini dan B.S.

Ranoemihardjo. (1984). Biologi

Bandeng (Chanos chanos). Balai Budidaya Air Payau. Jepara. Marsono, P. L. (2003). Petunjuk Penggunaan

Pupuk. Jakarta : Penebar Swadaya Mudjiman, A. (1989).Makanan Ikan. Jakarta:

PT. Penebar Swadaya.

Mudjiman, A. (1991).Budi Daya Bandeng di Tambak. Jakarta ; PT. Penebar Swadaya.

Mulyanto. (1992). Lingkungan Hidup Untuk

Ikan . Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan . Jakarta . 138 hal. Mintardjo, K., A Sunaryanto, Utaminingsih

dan Hermiyaningsih. (1984).

Persaratan Tanah dan Air. Direktorat

Jendral Perikanan. Direktorat

Pertanian.

Murtidjo, B. A. (2002). Budidaya dan

Pembenihan Bandeng. Kanisius .Yogyakarta.

Murtidjo, B. A. (2002). Bandeng .kanisius. Yogyakarta.

Nana, S. (1989). Teknologi Pengajaran. Bandung . Sinar Baru

Nontji, A . (1987). Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Nurdjana, M. L. dan Jaya. (1996). Budi Daya Laut: Raksasa yang Sedang Tidur

dalam Herunadi et. al., Kumpulan Makalah Seminar Maritim Indonesia 1996.Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi bekerjasama dengan Dewan

Pertahanan Keamanan Nasional,

Jakarta.

Pantjara , B., A. Hanafidan A. Mustafa. (1998). Pemanfaatan Tambak Gambut

Payau untuk Pendederan Benih Udang dan Nener Bandeng.Dalam Sudradjatet. al., 1998, Prosiding Seminar Teknologi Perikanan Pantai, Bali: 234-243.

Purnowati, I., Hidyati, D., dan Suparinto, C.

(2007). Ragam Olahan Bandeng.

Kanisius.Yogyakarta.

Poernomo, A. (1976). Notes dan Food dan Food And Feeding Habits Of Milkfish (Chanos chanos) from the Sea. Internat Milksih Workshop Conf,

Tigbauan, IIoilo.

Prahasta A & H Masturi. (2009). Agribisnis Bandeng. Bandung: Pustaka Grafika

Prihmantoro. (2000). Polikultur Ikan

Bandeng (Chanos chanos) dan rumput laut di tambak . Jurnal Perikanan UGM ( GMU J Fish. SCI). 2(1) :19-24

Pranata, A.S. (2010). Hasil Panen Dengan Pupuk Organik. Jakarta: Agromedia Pustaka

Pamungkas, N.A. (2011). Perkembangan

Kelimpahan Fitoplankton Dengan Pemberian Pupuk Organik Cair. Tesis Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Tidak Diterbitkan Rachmansyah. (2004).Analisis Daya Dukung

Lingkungan Perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan Bagi Pengembangan Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung. IPB. Bogor

Saanin. H. (1984). Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Jilid 1 dan II. Bandung: Bina Cipta.

Sutejo, M.M. (1999). Pupuk dan Cara

(20)

Sudradjat, A. (2008).Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suhardi. (2012). Pengembangan Sumber

Belajar Biologi . Yogyakarta: UNY Press

Spikadhara, E., Subekti, S., and Amir, M.A. (2012). “Pemberian Pakan Tambahan (Suplemen Feed) dari Kombinasi Tepung Cacing Tanah (Lumbricum Rubellus) dan Tepung Pirulina Platesis Terhadap Pertumbuhan dan Retensi

Protein Benih Ikan Bandeng

(Chanoschanos)”. Jurnal Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Surabaya.(7): 17-20,

Syarief, E. S. (1989). Kesuburan Dan

Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. 197 hal.

Soedibya, P.H.T dan A.S. Siregar, (2007),

Evaluasi Penggunaan Pupuk

Biostimulan Sebagai Upaya

Pengkayaan Pakan Alami Dan Percepatan Tumbuh Ikan Bandeng. in Hatchery Pond. J. Ichthyos. 7(1) 37-44

Tseng, W.Y. and Chen S.K. Ho. (1988). The

Biology and Culture of Red Grouper. Koaksing: Chien Cheng Publiher.

Wirya, M. (2015). Rahasia Keunggulan

Pupuk Super Petroganik. [Online] TersediaDi

http://cs@tabloidsahabatpetani.com. Diakses Pada [14 Oktober 2016].

Weatherlay, A. H. (1972). Growth and

Ecology of fish population. Academic Press. London

Zonneveld, N., E. A. Huisman dan J.H. Boon.

(1991). Prinsip-prinsip budidaya

Gambar

Tabel 1. Persentase penentuan kelayakan
Gambar 1. Jumlah Rata-rata Bobot Mutlak
tabel4.3
Tabel 5 Hasil pengukuran kualitas air selama
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Miqdad A Kunadi tentang Hubungan antara Beban Kerja dan Self-Efficacy dengan Stres kerja pada Dosen Universitas X

Ekstrak Sabut Kelapa (Cocos nucifera) Sebagai Biomordan pada Bahan Tekstil Dengan Pewarna Alami Daun Jati (Tectona grandis L.f).. Ruli Aji Priambudi*, Kendi Timothy Tarigan, dan

Hasil belajar siswa sebelum tindakan (skor dasar) dengan nilai rata-rata 58,54 kemudian mengalami peningkatan pada siklus I setelah penerapan model inkuiri dengan

Kesimpulan yang didapat melalui penelitian ini adalah munculnya kebijakan daerah yang masih dapat bilang terbilang baru di Indonesia ini dilatarbelakangi oleh

pada mata kuliah bidang PIO diharapkan melalui teknologi ini dapat membatu mahasiswa memahami lebih dalam dunia industri dan organisasi, antara lain : menjadikan

Hal ini terjadi karena ekstrak ampas teh mengandung tanin terkondensasi, yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan protein bungkil biji kapuk, sehingga

sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran, kemitraan, dan sumber- sumber yang ada. 4) Aksi, yaitu mempertahankan kekompakan kegiatan aksi dan semua mitra merupakan hal yang mendasar

Tabel tabulasi silang Fase Enhancing the profitability of existing customer dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Intan Medika Lamongan 2019....................... IR