KODE TUTUR VERBAL PENUTUR ASING
DALAM RANAH SOSIAL
MASYARAKAT DWIBAHASAWAN
TESIS
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan
oleh
Agestia Putri Nusantari 0202513015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “Kode Tutur Verbal Penutur Asing dalam Ranah
Sosial Masyarakat Dwibahasawan” karya, nama : Agestia Putri Nusantari
NIM : 0202513015
program studi : Pendidikan Bahasa Indonesia
telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke Panitia Ujian Tesis.
Semarang, 13 Juni 2016
Pembimbing I, Pembimbing II,
ii
PENGESAHAN UJIAN TESIS
Tesis dengan judul “Kode Tutur Verbal Penutur Asing dalam Ranah
Sosial Masyarakat Dwibahasawan” karya, nama : Agestia Putri Nusantari
NIM : 0202513015
program studi : Pendidikan Bahasa Indonesia
telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Semarang pada hari Senin, tanggal 20 Juni 2016.
Semarang, Juni 2016
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr. rer. nat. Wahyu Hardyanto, M.Si. Dr. Hari Bakti Mardikantoro, M.Hum. NIP 196011241984031002 NIP 196707261993031004
Penguji I, Penguji II,
Dr. B. Wahyudi Joko Santoso, M.Hum. Prof. Dr. Rustono, M. Hum. NIP 196110261991031001 NIP 195801271983031003
Penguji III,
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan dengan
cara-cara tang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya siap menanggung
risiko/sanksi yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya ini.
Semarang, Juni 2016
Yang membuat peryataan,
Agestia Putri Nusantari
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
1) Setiap orang menggunakan bahasa untuk apresiasi dan kreasi karena bahasa
tak sekadar kata.
2) Komunikasi bukan hanya mendengar kata yang diucapkan, tetapi juga
mendengar maksud yang tak diucapkan.
PERSEMBAHAN:
Tesis ini ku persembahkan kepada almamaterku
v
SARI
Nusantari, Agestia Putri. 2016. “Kode Tutur Verbal Penutur Asing dalam
Ranah Sosial Masyarakat Dwibahasawan”. Tesis. Magister Pendidikan
Bahasa Indonesia Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Pembimbing II: Prof. Dr. Rustono, M.Hum.
Kata kunci: kode tutur verbal, penutur asing, masyarakat dwibahasawan.
Situasi kebahasaan penutur asing dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan memiliki berbagai kendala yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini dimaksudkan untuk menelaah kode tutur verbal penutur asing dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan.
Rumusan masalah penelitian ini adalah menentukan apasajakah wujud, fungsi, dan faktor kode tutur penutur asing dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan. Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsi wujud, menentukan fungsi dan dominasi fungsi, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi verbal penutur asing dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengamatan dan wawancara. Untuk menganalisis data penelitian ini dilakukan melalui dua prosedur, yaitu (1) analisis selama proses pengumpulan data dan (2) analisis setelah pengumpulan data.
Hasil penelitian ini berupa wujud, fungsi, dominasi fungsi, dan faktor kode tutur verbal penutur asing dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan. Wujud kode komunikasi verbal penutur asing berupa register dan ragam. Fungsi bahasa yang ditemukan berupa 1) fungsi ekspresif-referensial, 2) fungsi ekspresif-konatif, 3) fungsi konatif-referensial, 4) fungsi fatis-konatif, dan 5) fungsi fatis-referensial. Faktor yang mempengaruhi adalah (1) tempat dan suasana tutur-peserta tutur, (2) peserta tutur-tujuan tutur, (3) suasana tutur-peserta tutur-tujuan tutur, (4) pokok tuturan-peserta tutur, dan (5) sarana tutur-peserta tutur..
vi
ABSTRACT
Nusantari, Agestia Putri. 2016. " Verbal Speech Code Foreign Speakers in the bilingual Community Social Sphere". Thesis. Masters of Education Indonesian Semarang State University. First Advisor: Prof. Dr. Fathur Rokhman, Hum. Second Advisor: Prof. Dr. Rustono, M.Hum.
Keywords: code speech communication, foreign speakers, bilingual community.
Foreign speakers of the language situation in the social sphere bilingual speaker verbal communication in the social domain bilingual society.
Data collected by observation and interview techniques. To analyze the research data is done through two procedures, namely (1) the analysis during the data collection process and (2) the analysis after the data collection.
The results of this study are form, function, domination function, and verbal speech code factor of foreign speakers in the social domain bilingual society. A form of verbal communication code in the form of foreign speakers and variety of registers. The function of language is found in the form of 1) expressive function-referential, 2) expressive functions-conative, 3) function connative-function-referential, 4) function phatic-conative, and 5) function phatic-referential. Factors that influence is (1) the place and the atmosphere of speech-participant said, (2) participant said-purpose speech, (3) the atmosphere of speech-participant said-said-purpose speech, (4) the principal speech-participant said, and (5) means said-participant said.
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Penulis tentu juga tidak dapat menyelesaikan karya ini dengan baik tanpa bantuan
dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini dapat
diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih
peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing: Prof. Dr. Fathur Rokhman,
M.Hum. (Pembimbing I) dan Prof. Dr. Rustono, M.Hum. (Pembimbing II). Ucapan
terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah membantu
selama proses penyelesaian studi, di antaranya:
1. Direksi Program Pascasarjana UNNES, yang telah memberikan kesempatan
serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.
2. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia Program Pascasarjana UNNES yang telah memberikan kesempatan
dan arahan dalam penulisan tesis ini.
3. Penguji proposal tesis ini Dr. Ida Zulaekha, M.Hum. dan penguji draf tesis ini
Dr. Bernadus Wahyudi Joko Santoso M.Hum., serta seluruh panitia yang
viii
4. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana UNNES, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh
pendidikan .
5. Keluargaku tercinta yang selalu memberikan dorongan dan memotivasi.
6. Teman-teman mahasiswa Program Studi pendidikan Bahasa Indonesia
Program Pascasarjana UNNES angkatan 2013.
7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, dan doa dalam
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga semua bimbingan, dorongan, dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Penulis berharap tesis
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak umumnya.
Semarang, Juni 2016
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN UJIAN TESIS ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ... 12
2.1 Kajian Pustaka ... 12
2.2Landasan Teoretis ... 26
2.2.1 Kode Tutur ... 26
2.2.2 Kode Verbal ... 29
2.2.3 Kode Tutur Verbal dalam Interaksi Sosial Prespektif Sosiolinguistik ... 35
2.2.4 Masyarakat Tutur ... 40
x
2.2.6 Pilihan Bahasa ... 44
2.2.7 Fungsi Bahasa ... 50
2.2.8 Dimensi Penelitian Sosiolinguistik ... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 57
3.1 Pendekatan Penelitian ... 57
3.2 Data dan Sumber Data ... 58
3.5 Teknik Penyajian Hasil Analisi Data ... 64
BAB IV WUJUD DAN CIRI-CIRI KODE TUTUR VERBAL PENUTUR ASING DALAM RANAH SOSIAL MASYARAKAT DWIBAHASAWAN ... 66
4.1 Wujud Kode Komunikasi Verbal Penutur Asing dalam Ranah Sosial Masyarakat Dwibahasawan ... 69
4.1.1 Kode Indonesia Ragam Baku-Tak Baku dan Register Dalam Bidang Penyebutan Makanan dan Minuman ... 70
4.1.2 Kode Indonesia Ragam Baku dan Register dalam Bidang Penamaan Benda ... 74
4.1.3 Kode Indonesia Ragam Baku-Tak Baku dan Register Bidang Pembentukan Istilah ... 78
4.2 Ciri-ciri Kode Tutur Verbal Penutur Asing ... 83
BAB V FUNGSI DAN DOMINASI FUNGSI KODE TUTUR VERBAL PENUTUR ASING DALAM RANAH SOSIAL MASYARAKAT DWIBAHASAWAN ... 86
5.1 Fungsi Komunikasi Verbal Penutur Asing dalam Ranah Sosial Masyarakat Dwibahasawan... 86
xi
5.1.2 Fungsi Ekspresif-Konatif ... 94
5.1.3 Fungsi Konatif-Referensial ... 95
5.1.4 Fungsi Fatis-Konatif... 96
5.1.5 Fungsi Fatis-Referensial ... 99
5.2 Fungsi Bahasa yang Dominan pada Kode Tutur Verbal Penutur Asing dalam Ranah Sosial Masyarakat Dwibahasawan ... 98
BAB VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KODE TUTUR VERBAL PENUTUR ASING DALAM RANAH SOSIAL MASYARAKAT DWIBAHASAWAN ... 100
6.1 Tempat Dan Suasana Tutur-Peserta Tutur ... 100
6.2 Peserta Tutur-Tujuan Tutur ... 106
6.3 Suasana Tutur-Peserta Tutur-Tujuan Tutur ... 108
6.4 Pokok Tuturan-Peserta Tutur ... 109
6.5 Sarana Tutur-Peserta Tutur ... 110
BAB VII PENUTUP ... 112
7.1 Simpulan ... 112
7.2 Implikasi ... 113
7.3 Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 116
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kartu Data ... 62
Tabel 2 Fungsi Bahasa yang Dominan pada Kode Tutur Verbal Penutur Asing dalam Ranah Sosial Masyarakat
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1 Wujud Kode Tutur Verbal Penutur Asing Ranah
Sosial Masyarakat Dwibahasawan ... 81
Bagan 2 Fungsi Kode Tutur Verbal Penutur Asing Ranah
Sosial Masyarakat Dwibahasawan ... 93
Bagan 3 Faktor yang Mempengaruhi Kode Tutur Verbal Penutur Asing Ranah Sosial Masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Minat warga negara asing untuk berkunjung di Indonesia tinggi, hal tersebut
diimbangi juga dengan minat mereka belajar di Indonesia. Fenomena semacam ini
sekaligus dimanfaatkan pemerintah dengan membuka program-program bagi
internasionalisasi pendidikan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya program
pendidikan yang mengirimkan warga Indonesia untuk belajar di luar negeri atau
menerima warga asing untuk belajar di dalam negeri, misalnya program Darmasiswa
yang diselenggarakan di berberapa universitas di Indonesia. Di Jawa Tengah,
Universitas Negeri Semarang telah menyelenggarakan Program Darmasiswa lebih
dari sepuluh tahun, tiap tahunnya terdapat lebih kurang sepuluh mahasiswa asing
yang datang dan belajar bahasa Indonesia. Menyikapi hal tersebut peran bahasa
sebagai pengantar menjadi alat utama dalam pengajaran. Pembelajaran bahasa
Indonesia menjadi sangat penting dalam mewujudkan tanggung jawabnya sebagai
bahasa Negara yang dipergunakan sebagai bahasa pengantar pembelajaran bagi warga
asing.
Penutur asing yang belajar di Indonesia tentunya memiliki berbagai kendala.
Dari segi perubahan iklim yang ekstrim, pola kehidupan di lingkungan yang berbeda,
budaya, dan bahasa tentunya. Pada kondisi tersebut bahasa menjadi kajian utama
2
(bilingualis), yaitu sekelompok orang yang menguasai lebih dari satu bahasa. Situasi
kebahasaan pada konteks penutur asing yang dihadapkan dengan masyarakat
dwibahasawan dengan adanya perbedaan budaya yang digunakan dalam interaksi
sosial merupakan isu yang menarik dari perspektif sosiolinguistik. Hal ini sejalan
dengan apa yang disampaikan oleh Pastika (2005:103) bahwa peran bahasa sangat
dominan dalam kehidupan manusia karena bahasa tidak hanya menjadi bagian dari
kebudayaan manusia tetapi juga menjadi penentu dari perkembangan kebudayaan
tersebut.
Perspektif sosiolinguistik Fishman (1972) menyebutkan hal sebagai berikut.
“Sociolinguistics tries to disclose the language usage norms, the generally accepted a implemented social patterns of language use and behavior toward language for particular large or smaller social networks and communities.”
Fishman (1972) menyebutkan bahwa kajian sosiolinguistik merupakan kajian yang
mengungkapkan norma-norma penggunaan bahasa, menerima pola sosial
diimplementasikan penggunaan bahasa dan perilaku umum terhadap bahasa yang
digunakan masyarakat dalam lingkup kecil maupun masyarakat luas. Lebih lanjut Ia
mengungkapkan sosiolinguistik sebagai kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi
variasi bahasa, dan pemakai bahasa. Ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan
saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur. Artinya, masyarakat
tutur yang dengan perbedaan latar belakang sosial (terpelajar, tokoh masyarakat,
3
menghormati), dan situasi (konteks) yang berbeda dapat menentukan penggunaan
bahasa yang berbeda pula.
Ranah sosial menjadi kajian dalam penelitian ini dikarenakan dalam ranah
tersebut, variasi bahasa yang digunakan lebih beragam dibanding dengan ranah
pendidikan. Dalam ranah sosial, peristiwa tutur yang dihadapi penutur asing terjadi
dalam berbagai situasi, misal di tempat makan, tepi jalan, toko, pasar, dan lain
sebagainya. Adanya berbagai variasi pemakaian bahasa sebagai akibat dari kebutuhan
penutur dalam berkomunikasi menyebabkan situasi kebahasaan di dalam masyarakat
tersebut menjadi rumit. Keadaan yang demikian membuat para penutur asing
melakukan pilihan bahasa. Pilihan bahasa itu menjadi bervariasi bukan hanya karena
penutur yang tidak homogen tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka
lakukan beragam. Wujud variasi bahasa yang muncul di lingkungan penutur asing
yang tinggal di Indonesia bisa jadi berupa dialek, idiolek, sosiolek, register, dan
variasi bahasa lain yang digunakan masyarakat dwibahasawan di sekitarnya. Selain
itu, mereka menggunakan bahasa tunggal dan alih kode maupun campur kode.
Kerumitan seperti itu makin bertambah apabila di dalam masyarakat terdapat
lebih dari satu bahasa, di samping harus menentukan dengan bahasa apakah
mereka saling berkomunikasi, setiap penutur perlu pula mempertimbangkan ragam
bahasa mana yang sesuai dengan situasi itu. Setiap anggota masyarakat tutur memilih
salah satu bahasa atau variasi bahasa untuk digunakan dalam peritiwa tutur tertentu.
Pemakaian bahasa atau variasi bahasa itu tidak bersifat acak, melainkan harus
4
tentang topik apa, di mana peritiwa tutur itu berlangusng (Fishman 1972, Fasold
1984). Selain itu, adanya fenomena pemakaian variasi bahasa dalam masyarakat tutur
dikontrol pula oleh faktor sosial, budaya, dan situasional (Wijana 1997).
Gejala pemilihan kedua bahasa dalam masyarakat tutur tampak semakin
menarik apabila dikaitkan dengan adanya perbedaan kultur budaya Indonesia
khususnya Jawa Tengah dengan kebudayaan asing atau kebudayaan negara asal
mereka. Seperti yang disampaikan oleh Gunter (2014:262) sebagai berikut.
“In conventional sociolinguistics, there is acceptance of the idea that linguistics nuances from one geographical location can turn up in another. This phenomenon can take the form of the migration specific words that originated in one dialect of the language and then spread to another.”
Gunter (2014:262) memaparkan dalam sosiolinguistik konvensional, terdapat gagasan
bahwa ada perbedaan linguistik dari satu lokasi geografis dengan lokasi geografis lain
(negara lain). Fenomena ini dapat pula berbentuk kata-kata tertentu yang berasal di
salah satu dialek bahasa dan kemudian menyebar ke daerah lain.
Pada prasurvei di lapangan, ditemukan berbagai wujud kode tutur verbal dan
variasi bahasa yang digunakan penutur asing.
(1) KONTEKS: DI RUMAH KOS, SEORANG PENUTUR ASING ASAL SCOTLANDIA (P1) BERTANYA KEPADA PENUTUR ASING ASAL THAILAND (P2) YANG SEDANG MEMASAK DITEMANI SEORANG MAHASISWA LOKAL ASAL KOTA BLORA (P3) MENUNGGUI SAMBIL MAKAN MAKANAN RINGAN. TUJUAN TUTURAN P1 MENANYAKAN APA YANG AKAN DI MASAK OLEH P2.
5
P 2 : Cooking. P 1 : What?
P 2 : Cooking. Tom kin. P 1 : What that is to cook?
P 2 : Ginger, garlic onion, ginger but yellow. P 3 : Kunyit.
P 1 : Nini it would be enak atau tidak enak. P 2 : Fuck you, enak.
P 1 : Nini (menunjuk arah P3 yang berlatar belakang orang Indonesia). P 2 : O maaf.
Penggalan peristiwa tutur (1) merupakan tuturan penutur asing asal Scotlandia (P1),
penutur asing asal Thailand (P2) dan mahasiswa lokal asal Blora (P3) pada ranah
sosial kegiatan sehari-hari di kos. P1 dan P2 menggunakan kode Inggris pada awal
peristiwa tutur tersebut berlangsung. Dalam kondisi nonformal dengan setting di
rumah kos, P2 secara spontan menggucapkan kata yang tidak sopan (fuck you).
Menyadari keberadaan P3 yang berlatar belakang mahasiswa dan mengerti kode
Inggris, maka P1 dan P2 melakukan variasi kode Indonesia dan kode Jawa. Faktor
mitra tutur P3 menjadi alasan P1 dan P2 melakukan variasi kode tersebut. P2
menyampaikan permohonan maaf atas ketidaksopananya dengan mengucap kata
maaf, dilanjutkan P1 yang menirukan perkataan P3 sebagai bentuk penegasan atas
respon P3. Kode tutur maaf yang disampai oleh P2 menujukkan fungsi fatis bahasa,
6
Penggalan peristiwa tutur berikut juga menunjukkan kode tutur verbal yang
digunakan oleh penutur asing.
(2) KONTEKS: DI WARUNG MAKAN TEGAL DAERAH BANARAN UNNES, PENUTUR ASING ASAL SCOTLANDIA (P1) MEMESAN
P1 : Kecil ya kecil (bahasa non verbal menunjukan volume kecil)
Bagus ya, baik baik baik. Emm sama sama sama mmm capjay? Hijau hijau, something.
P2 : Capjay iya, ini. Banyak atau sedikit?
P1 : Banyak. Oyaa.. ada sous, kecap. Ini tipe? Label? Namanya apa? P2 : Kecap, bango.
7
P1 : Oya oke oke itu baik.
P2 : Mau minum? (kode non verbal aktivitas minum) P1 : Oya bak saya lupa ada sambal?
berusaha menggunakan kode Indonesia dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh
mitra tutur P2 seorang penjual di warung. P1 dan P2 menggunakan wujud kode kata
dasar (tahu, kecil, suka, dst) tanpa memperhatikan struktur kalimat sempurna. P2
pada konteks tersebut, mengikuti pola tutur P1 dengan susunan kata yang tidak baku,
misal frasa tempe banyak yang seharusnya disebut dengan frasa banyak tempe “tempe
dengan jumlah yang banyak”. Pada penggalan peristiwa tutur (2), P1 menggunakan
kode dengan fungsi representatif, yaitu kode bahasa sebagai sarana untuk
menjelaskan maksud dan keinginan penutur. Faktor mitra tutur, dalam konteks ini
adalah penjual asal kota tegal, menjadi alasan P1 menggunakan bahasa Indonesia
supaya P2 dapat dengan mudah memahami tujuan tutur P1.
Kode yang digunakan penutur asing memiliki wujud yang berbeda-beda
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kode verbal tersebut juga memiliki berbagai fungsi
yang mampu merepresentasikan tujuan tuturan penutur asing yang berada pada
8
memaparkan fenomena wujud kode tutur verbal penutur asing yang memiliki tujuan
tertentu dan dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam ranah sosial masyarakat
dwibahasawan.
1.2 Identifikasi Masalah
Warga asing yang tinggal di Indonesia berasal dari berbagai negara dengan
latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Hal tersebut menimbulkan berbagai
permasalahan, salah satunya adalah permasalahan kode. Penutur asing pada
umumnya menguasai kode Inggris sebagai kode bahasa Internasional, namun
ditemukan pula penutur asing yang tidak menguasai kode Inggris. Masalah terjadi
pada penutur asing yang berkomunikasi dengan mitra tutur masyarakat lokal.
Masyarakat lokal Indonesia tergolong dalam masyarakat dwibahasawan. Mereka
menguasai lebih dari satu bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa ibu. Begitu pula
dengan keanekaragam dialek dan idiolek yang digunakan masyarakat lokal tersebut.
Sebagai masyarakat pengguna bahasa, maka dalam situasi tertentu dan untuk
mencapai tujuan tertentu, penutur asing akan selalu berusaha memilih dan
menggunakan kaidah-kaidah tuturan yang sesuai dengan situasi dan tujuan tuturan.
Selain itu, aspek sosial dan budaya yang ada dalam lingkungan sekitar juga
mempengaruhi kode tutur verbal.
Kajian tentang wujud kode tutur verbal, fungsi, serta faktor yang
mempengaruhi penggunaannya pada tuturan penutur asing menjadi hal yang penting
9
dituntut untuk dapat menggunkan kode verbal yang sesuai dengan tujuannya. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini dijabarkan mengenai wujud kode tutur verbal yang
ada pada penutur asing, faktor yang mempengaruhi, serta fungsi penggunaannya
dalam ranah sosial masyarakat dwibahasawan.
1.3 Cakupan Masalah
Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah tersebut ditemukan berbagai
permasalahan yang muncul dalam pengunaan bahasa Indonesia bagi penutur asing
dalam berkomunikasi dengan masyarakat dwibahaswan. Peneliti membatasi
permasalahan pada wujud kode tutur verbal dalam bidang tertentu yang berwujud
register dan ragam. Batasan ini akan lebih mempertajam analisis. Berdasarkan
hipotesis dan praobservasi, secara umum alih kode, campur kode, dan interferensi
pasti ditemukan dalam tuturan penutur asing. Namun, guna memfokuskan analisis hal
tersebut tidak dipaparkan karena ketiga hal tersebut terlihat jelas dan umum dilakukan
penutur yang penguasaan kode Indonesia tidak mendalam. Kajian lain adalah tentang
fungsi kode tutur verbal, fungsi yang dominan, dan faktor yang mempengaruhi kode
tutur verbal dalam ranah sosial masyarakat. Pembatasan ruang lingkup masalah
10
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian ini
sebagai berikut.
1) Apa sajakah wujud kode tutur penutur asing dalam ranah sosial masyarakat
dwibahasawan dan bagaimana ciri-cirinya?
2) Fungsi kode tutur apa sajakah yang digunakan penutur asing dalam ranah
sosial masyarakat dwibahasawan dan mengapa fungsi kode tutur tersebut
yang dominan?
3) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kode tutur penutur asing dalam
ranah sosial masyarakat dwibahasawan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1) Mendeskripsi wujud kode tutur penutur asing dan ciri-cirinya dalam ranah
sosial masyarakat dwibahasawan.
2) Menentukan fungsi kode tutur penutur asing dalam ranah sosial masyarakat
dwibahasawan dan mendeskripsi fungsi kode tutur yang dominan serta
alasannya.
3) Mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kode tutur penutur
11
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat baik dari segi teoretis maupun praktis. Secara
teoretis penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sosiolinguistik dan pembelajaran bahasa
Indonesia bagi penutur asing. Penelitian ini dapat membantu pembelajaran bahasa
Indonesia bagi penutur asing dalam hal cara berkomunikasi sehingga tujuan tuturan
dapat tercapai.
Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat bagi penutur asing, pendidik,
institusi/lembaga pendidikan, dan bagi peneliti sendiri. Manfaat praktis hasil
penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Bagi warga Indonesia khususnya yang
berada pada lingkungan masyarakat dwibahasawan mampu mengimplementasikan
kode tutur verbal sesuai fungsinya. Bagi penutur asing, penelitian ini dapat
membantu dalam belajar berbahasa Indonesia khususnya tentang penggunaan kode
tutur verbal dalam ranah sosial masyarakt dwibahasawan. Selain itu, penelitian ini
dapat dijadikan referensi atau acuan untuk melakukan penelitian yang berkaitan