• Tidak ada hasil yang ditemukan

IHSAN RAHAYU HERYANA FDK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IHSAN RAHAYU HERYANA FDK"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

IHSAN RAHAYU HERYANA

1110054100006

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i Ihsan Rahayu Heryana

Kewirausahaan Sosial Komunitas Tangan Di Atas: Konsep dan Praktik

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia, perkembangan infrastruktur dan teknologi informasi yang terjadi saat ini memberikan dampak positif dan kontribusi bagi kemajuan peradaban di Indonesia secara keseluruhan. Namun masalah sosial seperti kemiskinan, kepadatan penduduk hingga sulitnya mencari lapangan pekerjaan yang menyebabkan banyak masyarakat menganggur. Hal ini tentu saja menjadi suatu permasalahan bagi pemerintah dalam memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Konsep praktik kewirausahaan sosial menjadi konsep yang banyak digunakan di berbagai Negara sebagai solusi inovatif dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Hal inilah yang kemudian menjadi faktor didirikannya Komunitas Tangan Di Atas (KTDA).

Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengatahui kewirausahaan sosial yang ada di Komunitas Tangan Di Atas (KTDA) melalui konsep dan praktinya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan adalah purposive sampling. Subyek penelitian ini adalah presiden KTDA dan 4 koordinator wilayah KTDA yang berasal dari Jakarta, Makassar, Depok.

(6)

v

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...8

D. Tinjauan Pustaka ...9

E. Metodologi Penelitian ...12

BAB II KAJIAN TEORI ...21

A. Kewirausahaan Sosial ...21

1. Definisi Kewirausahaan Sosial ...21

2. Komponen Kewirausahaan Sosial ...22

B. Tujuan Kewirausahaan Sosial ...36

BAB III GAMBARAN UMUM KOMUNITAS TANGAN DI ATAS ...42

A. Awal Mula Berdirinya Komunitas Tangan di Atas (KTDA) ...42

B. Profil Komunitas Tangan di Atas (KTDA) ...43

C. Deskripsi Program Komunitas Tangan di Atas (KTDA) ...45

D. Pengurus Komunitas Tangan di Atas (KTDA) ...49

BAB IV TEMUAN LAPANGAN & ANALISIS ...51

A. Temuan Lapangan ...51

1. Kewirausahaan dalam Komunitas Tangan di Atas (KTDA)...51

a. Konsep Kewirausahaan dalam Komunitas Tangan di Atas (KTDA)...51

(7)

vi

b. Inovasi ………...………...…62

c. Kepemimpinan …….………64

d. Value Creation……….66

e. Social Benefit ……….68

f. Provitability …………..69

3. Tujuan Kewirausahaan Sosial ...71

B. Analisa...78

1. Kewirausahaan dalam Komunitas Tangan di Atas (KTDA)...78

2. Praktik Kewirausahaan Sosial dalam Komunitas Tangan di Atas (KTDA)………...79

3. Tujuan Kewirausahaan Sosial ……….………...85

BAB V PENUTUP...88

A. Kesimpulan ...88

B. Saran ...90

(8)

1 A. Latar Belakang Masalah

Indonesia negara dengan 33 propinsi dan jumlah penduduk lebih dari 240

juta jiwa telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat, mulai tahun

2010 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Salah satu indikator yang

dipakai untuk mengukur pertumbuhan ini tingkat Produk Domestik Bruto (PDB),

yang mulai tahun 2010 telah bertumbuh di atas 6%.1

Tabel 1.1: Statistik Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB)

Sumber: Data BPS Indonesia, Statistik Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Tahun

2006-2014

Merujuk Tabel 1.1 diatas, bahwasanya sejak tahun 2010-2014, PDB

Indonesia telah bertumbuh rata-rata 5.8% per tahunnya dan sejak tahun 2010,

untuk pertama kalinya Indonesia telah melewati PDB di angka $ 3000, dimana

jika merujuk pada data dari IMF (International Monetary Fund), Indonesia sudah

masuk ke negara kelas menengah.2 Menilik pengalaman negara lain, $3000 adalah

angka batas suatu negara yang akan masuk jajaran negara berpendapatan

menengah. Ini terjadi karena negara dengan PDB yang telah mencapai level $3000

1BPS Indonesia, “

StatistikPertumbuhanDomestikBruto (PDB) Tahun 2006-2014, “ artikeldiaksespada 19 Feburari 2016darhttp://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/836

2

Yuswohady, Consumer 3000, (Jakarta : GramediaPers , 2012), h.5.

Deskripsi

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

(9)

memiliki konsumen kelas menengah yang besar sehingga menjadi akselerator

lokomotif perekenomian. Konsumen kelas menengah itu pada umumnya memiliki

pendapatan yang belum dialokasikan, dimana rule of thumb yang berlalu umum

adalah 1/3 dari pendapatan per bulan, yang siap diinvestasikan dalam berbagai

bentuk mulai dari berwirausaha (entrepreneurship), tabungan, tanah & bangunan,

sampai reksadana. Peluang akan tumbuhnya kelas wirausaha baru inilah yang

berpotensi mendorong tumbuhnya industri tersebut secara meluas, yang pada

gilirannya menggerakkan laju pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan. 3

Kemajuan pembangunan, ternyata tidak selamanya menghasilkan

kesejahteraan bagi seluruh warga negara. Hingga hari ini, belum semua kebutuhan

dan kepentingan masyarakat mampu dipenuhi oleh pemerintah. Usaha dari pihak

pemerintah dan berbagai lembaga lainnya, belum cukup untuk menanggulangi

kecenderungan negatif seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah dan lain

sebagainya. Maka harapan terbaik untuk masa depan terletak pada kekuatan dan

efektivitas dari mereka yang termotivasi secara sosial, yang bersedia berjuang

demi perubahan cara kita hidup, berpikir dan bertingkahlaku. Maka, di berbagai

belahan dunia, lahirnya beragam praktik dan gerakan dengan benang merah yang

sama yaitu usaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan menyelesaikan beragam

permasalahan sosial secara mandiri. Ragam gerakan ini, kemudian dikenal dengan

nama kewirausahaan sosial. 4

Kewirausahaan sosial merupakan salah satu metode pengembangan

masyarakat yang sekarang ini digunakan oleh banyak lembaga di Indonesia.

Meskipun konsep ini telah muncul sejak tahun 1980-an di Eropa, namun baru

3

Yuswohady, Consumer 3000, (Jakarta : GramediaPers, 2012), h.20.

4

(10)

pada dekade 2000-an menjadi sebuah konsep matang dan digunakan sebagai cara

bagi lembaga-lembaga sosial untuk memberdayakan diri sekaligus

memberdayakan masyarakat sekitar. Secara sederhana, kewirausahaan sosial

adalah suatu metode yang menggabungkan kegiatan bisnis dan misi sosial. Dalam

pengertian tersebut, kewirausahaan sosial adalah upaya atau kegiatan bisnis yang

dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang memiliki misi sosial. 5

Konsep praktik kewirausahaan yang berbasis sosial belakangan ini telah

menjadi konsep yang populer di berbagai Negara. Berbagai kalangan akademisi,

praktisi, media massa dan elite pemerintahan mulai memperbincangkan konsep

kewirausahaan sosial sebagai solusi inovatif dalam menyelesaikan permasalahan

sosial. Kegagalan dan lambatnya organisasi-organisasi sosial dalam

menyelesaikan permasalahan sosial membuat beberapa individu, organisasi atau

negara mulai memikirkan konsep kewirausahaan sosial. Organisasi sosial

cenderung memberikan bantuan yang bersifat filantropi, hal inilah yang

disebut-sebut sebagai pemicu ketidakberhasilan sebuah lembaga atau organisasi dalam

keberlanjutan program pengembangan di masyarakat. Kewirausahaan sosial

merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan sosial.6 Hal ini

dikarenakan kewirausahaan sosial adalah suatu bentuk usaha yang bertujuan untuk

melakukan perubahan sosial dengan menyelesaikan permasalahan sosial dengan

5

Asyhabuddin, MA, Berdaya sekaligus Memberdayakan: Kewirausahaan Sosial Berbasis Pesantren(Studi Kewirausahaan Sosial dan Dampaknya terhadap kemandirian pesantren dan Pengembangan Masyarakat sekitar di Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pesantren Al-Azhar Malangdan Pesantren Putri Al-Mawaddah Ponorogo), dari http://scholarship.kemenag.go.id/peserta2015/AsyhabuddinfrmPROPOSAL%20DISERTASI.pdf, diakses pada 8 Maret 2016.

6

(11)

menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan melalui praktik penciptaan lapangan

padat karya dalam rangka pengentasan kemiskinan.7

Berwirausaha juga telah disinggung dalam Al-Qur’an, pekerjaan berdagang

atau berwirausaha mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam, seperti yang

djelakan dalam hadits:

sebagaimana yang telah dibacakan kepadanya- dari Nafi' dari Abdullah bin Umar

bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda di atas mimbar, beliau

menyebut tentang sedekah dan menahan diri dari meminta-minta. Sabda beliau:

"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas

adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan

peminta-minta.8

Selain itu Islam juga mengatur wirausahawan muslim untuk memperhatikan

beberapa etika dan perilaku terpuji dalam perdagangan. Seperti yang diucapkan

oleh Imam Ghazali bahwa terdapat 8 sifat dan perilaku yang terpuji dalam

perdagangan yaitu pertama, sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur. Kedua,

tidak mengambil laba yang lebih banyak. Ketiga, jujur. Keempat, niat suci dan

7

Sudrajad Rasyid, dkk, Kewirausahaan Santri: Bimbingan Santri Mandiri (Jakarta : PT. Citratudha, 2006),h. 4

8

(12)

ibadah. Kelima, Azzam dan banun lebih pagi. Keenam, toleransi. Ketujuh,

berzakat dan berinfak. Kedelapan, silaturahmi.9

Sekian banyak komunitas yang muncul dan bergerak dalam bidang

kewirausahaan, namun masih sedikit yang mempunyai program pemberdayaan

dan program kewirausahaan sosial. Kebanyakan dari mereka hanya sebagai

tempat dan wadah untuk kooptasi dalam kerangka kerjasama bisnis dalam

mencapai tujuan yang bersifat keuntungan komersial. Salah satu komunitas yang

telah berdampak dalam menggabungkan antara semangat kewirausahaan dan nilai

sosial adalah Komunitas Tangan di Atas (KTDA).

KTDA adalah sebuah komunitas atau tempat bergabungnya para

wirausahawan Indonesia yang didirikan pada Januari 2006 oleh Badroni

Yuzirman dan 6 pengusaha lainnya di Jakarta. KTDA mempunyai visi

membentuk pengusaha-pengusaha tangguh dan sukses yang memiliki kontribusi

positif bagi peradaban. Sampai tahun 2014 telah bergabung tidak kurang dari

15.000 member di KTDA dan diantaranya terdapat sekitar 5.000 member terdaftar

secara resmi di database KTDA. Sampai tahun 2013, TDA telah hadir di 55 kota

di seluruh Indonesia dan di 4 negara yaitu KTDA Malaysia, KTDA Singapura,

KTDA Hongkong, KTDA Mesir, dan KTDA Australia. Melihat perkembangan

ekspansi dari KTDA di berbagai kota di Indonesia, sampai merambah ke luar

negeri, menunjukkan bahwa proses pengembangan dan penyebaran kultur

kewirausahaan telah terjadi secara eksponensial, bermula dari anggota di

dalamnya sampai keluar untuk merekrut para calon wirausahaan-wirausahaan

baru.

9

(13)

Hal ini dapat dilihat dari berberapa indikator yang mengarah pada

terciptanya praktik penjalanan bisnis yang berbasis pemberdayaan lingkungan

sosial untuk para anggotanya dan mendidik serta mengedukasi para anggota dan

calon anggota bahwa kewirausahaan adalah hal yang telah menjadi siginifikan

dalam peran serta membangun ekonomi nasional. Selain itu, misi kewirausahaan

sosial KTDA adalah menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan,

menciptakan sinergitas diantara sesama anggota dan antara anggota dengan pihak

lain, berlandaskan prinsip high trust community, dan menumbuhkan jiwa sosial &

berbagi di antara anggota.

Selain itu KTDA memiliki beragam program dimana program-program

tersebut ada yang sudah ditentukan oleh pengurus tingkat Nasional, ada pula

program yang diinisiasi oleh pengurus tingkat daerah dan yang membuat program

dari KTDA ini menajdi menarik adalah karena program tersebut menyesuaikan

dengan kebutuhan dan kondisi yang terjadi di daerah tersebut. Program tersebut

diantaranya program reguler, program bulanan, program tiga bulanan, program

tahunan dan program insidential. Melalui serangkaian progam yang sudah

dijalankan oleh Komunitas Tangan di Atas, program-program tersebut memanglah

diarahkan untuk mengembangkan kompetensi dan skill para anggotanya untuk

meningkatkan produktivitas dalam rangka penyerapan tenga kerja, serta

melahirkan dan memberdayaan para wirausahawan baru yang dapat menciptakan

lapangan kerja yang semakin banyak untuk menjadikan masyarakat yang lebih

produktif.

KTDA memiliki komponen kewirausahaan sosial diantaranya

(14)

menumbuhkan jiwa kepemimpinan, value creation, social benefit dan

provitability. Masing-masing dari komponen kewirausahaan sosial yang dimiliki

KTDA tersebut diaplikasikan dalam bentuk praktik kewirausahaan sosial. Dimana

dala praktik tersebut memiliki tujuan diantaranya untuk mengentaskan

kemiskinan, meningkatkan aspek pendidikan bagi masyarakat yang tidak mampu

terlebih pada anak, meningkatkan aspek kesehatan, membuka peluang bagi para

wirausaha untuk memajukan usaha di bidang air bersih, mengembangkan usaha di

bidang infrastruktur dan pembangunan serta pengembangan lingkungan yang

berkelanjutan.

Berdasarkan data di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

pada praktik kewirausahaan sosial serta mengetahui bagaimana konsep

kewirausahaan sosial yang ada di KTDA dengan judul Kewirausahaan Sosial Komunitas Tangan Di Atas (KTDA): Konsep dan Praktik.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan

yang penulis teliti, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang

berkaitan dengan peneliti ini, karena peneliti menyadari adanya keterbatasan

waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Pembatasan masalah

dilakukan agar pengkajian dalam penelitian tidak terlampau jauh sehingga

menjadi lebih fokus dan efektif terhadap apa yang akan disimpulkan.

Penulis membatasi penelitian ini hanya pada Konsep dan Praktik

Kewirausahaan Sosial yang ada di KTDA.

(15)

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep dan

praktik kewirausahaan sosial yang ada di KTDA?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep dan

praktik kewirausahaan sosial yang ada di KTDA.

2. Manfaat Hasil Penelitian a. Manfaat teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama bagi penulis

sendiri dalam mendalami dan mengetahui bagaimana konsep dan

praktik kewirausahaan sosial yang ada di KTDA.

b. Manfaat praktis

Sebagai acuan dalam pembinaan nilai kewirausahaan sosial,

khususnya sikap kemandirian bagi para anggota Komunitas Tangan di

Atas yang memiliki potensi SDA maupun SDM-nya. Dalam jangka

panjang semoga bagi para kaum muda bisa membentuk sebuah jiwa

kewirausahaan sosial untuk melahirkan karya-karya yang mandiri,

kreatif dan inovatif.

D. TINJAUAN PUSTAKA

Setelah penulis melakukan studi kepustakaan, terdapat buku dan

beberapa artikel dari internet yang berhubungan dengan kewirausahaan

(16)

Penulis juga melakukan studi kepustakaan terhadap skripsi

terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan terutama yang melakukan

penelitian yang mengenai peran kewirausahaan dan pentingnya

berwirausaha.

Skripsi pertama berjudul Strategi Pengembangan Kewirausahaan

Pondok Pesantren Al-Ashiriyah Nurul Iman. Oleh: Nuraini, Jurusan

Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Lulusan Tahun

2009. Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini mengenai strategi

pengembangan kewirausahaan melalui usaha daur ulang sampah, pabrik

roti dan percetakan. Strategi pengembangan kewirausahaan di Pondok

Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman meliputi 4 tahap. Pertama,

perencanaan meliputi: menumbuhkan gagasan usaha, menetapkan tujuan,

mencari data dan informasi. Kedua, pemilihan jenis dan macam usaha.

Ketiga, pelaksanaan dan pengelolaan usaha. Keempat, pengembangan

usaha pondok pesantren yang meliputi: pengembangan pemasaran,

pengembangan dan peningkatan produksi, pengembangan dan peningkatan

modal, sistem evaluasi dan pengawasan. Manajemen pengelolaan

kewirausahaan pondok pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman yang

memberikan peran domain kepada santri sehingga terjadi proses belajar

kemandirian akan tetapi dalam hal orientasi akhir Pondok Pesantren

Al-Ashiriyyah Nurul Iman tidak sesuai dengan konsep pengembangan

kewiraushaan pondok pesantren secara umum karena tidak melibatkan

santri putri, selain itu yang menjadi penghambat pengembangan

(17)

menghambat usaha di Pondok Pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman. Saran

peneliti dalam penelitian tersebut adalah Pondok Pesantren Al-Ashiriyyah

Nurul Iman diharapkan dapat mengelola dengan lebih baik lagi wirausaha

yang telah ada, agar suatu masa yang akan datang Pesantren Al-Ashiriyyah

Nurul Iman dapat lebih berkembang dan dapat menambah lagi wirausaha

yang lainnya.10

Skripsi kedua berjudul Sistem Pelatihan Kewirausahaan Kepada

Anak Jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Oleh: Fitria

Handayani. Jurusan Manajemen Dakwah. Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lulusan Tahun 2013.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Handayani mengenai pelatihan dan

pelaksanaan sistem pelatihan kewirausahaan pada anak jalanan yang

diberikan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Berbagai macam

pelatihan yang diberikan oleh anak jalanan berupa pelatihan pembuatan

kue, pelatihan perbengkelan motor dan pelatihan kewirausahaan sablon.

Peneliti dapat menyimpulkan mengenai sistem pelatihan kewirausahaan

pada anak jalanan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok yakni kegiatan

pelatihan diharapkan selain untuk menambah ketrampilan pemuda namun

juga dapat memperbaiki pola hidup dan bersikap sesuai dengan ajaran

Islam. Untuk itu Yabim menerapkan proses pembelajaran dari hati kehati

berupa diskusi, tahap perkenalan alat-alat pelatihan, cara pengolahan

produk dan sampai pada tahap pelatihan pengelolaan usaha. Sehingga

10Nurul Iman, “Strategi Pengembangan Kewirausahaan di Pondok

(18)

menciptakan pemuda yang mandiri, siap dan berakhlak dalam menghadapi

dan menjalani kehidupanya. Saran dari peneliti yaitu, lebih fokus terhadap

pelatihan-pelatihan yang sudah ada. Hal tersebut ditandai dengan masih

belum terdapatnya nomor izin pelatihan, struktur kepengurusan, serta

pembukuan anggaran. Kemudian lebih fokus untuk merangkul anak

jalanan yang masih belum mengenyam pendidikan dan sebaiknya waktu

pelatihan disesuaikan oleh waktu mereka biasa bekerja.11

Skripsi ketiga berjudul Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap

Santri di Pondok Pesantren Al-Ashiriyah. Oleh: Deden Bazar

Badruzaman. Jurusan Perbankan Syariah. UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Lulusan Tahun 2009. Penelitian yang dilakukan oleh Deden Fajar

Badruzzaman mengenai pola pemberdayaan kewirausahaan di Pondok

Pesantren Al-Asyriyyah yang terdiri dari: Input yaitu, 1. Identifikasi

kebutuhan pelatihan kewirausahaan, dengan melihat tiga sisi: pertama

dilihat dari kebutuhan santri, kedua kebutuhan pesantren, ketiga kebutuhan

organisasi. 2. Penetapan sasaran, penetapan sasaran ini dilakukan secara

selektif, karena tidak keseluruhan santri bisa mengikutinya. Proses yaitu,

merancang program pemberdayaan, rancangan program terdiri dari

penyelenggara yaitu Pondok Pesantren Al-Ashiriyah Nurul Iman, dengan

tujuan terwujudnya kemandirian dengan menumbuhkan jiwa

kewirausahaan santri. Pelaksanaan program pemberdayaan kewirausahaan

dilakukan dengan cara seminar, workshop, kemudian dipraktikkan di

lapangan dan unit-unit usaha yang ada. Adapun saran yang dapat diberikan

11Fitria Handayani,”

(19)

dari hasil penelitian ini yaitu, pengembangan kegiatan belajar mengajar

dalam melaksanakan pemberdayaan kewirausahaan dalam upaya

menumbuhkan jiwa enterptreneur santri hendaknya menyeimbangkan

antara pembekalan teori dan praktik secara proposional, sehingga mereka

benar-benar mempunyai bekal untuk menjadi wirausahaan kelak. 12

Penulis menyadari bahwa literatur tersebut merupakan sumber

inspirasi dalam menyusun skripsi ini. berbeda dengan karya ilmiah yang

menjadi gagasan tersebut, penelitian yang penulis lakukan lebih

menekankan pada bagaimana konsep dan praktik kewirausahaan sosial yang

ada di KTDA.

E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah

dan menganalisa data secara kualitatif. Penulis dapat memiliki data yang

akurat dari pelaksanaan program dan praktik Komunitas Tangan di Atas.

Penulis bermaksud untuk meneliti secara mendalam mengenai peran dari

Komunitas Tangan di Atas dalam mengurangi pengangguran mengatasi

pengangguran dan menyelesaikan permasalahan sosial lingkungan di

masyarakat yang dilakukan oleh para anggota di dalamnya.

Sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor yang dikutip

Lexy J. Moleong bahwa pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian

12Deden Bazar Badruzaman, “

(20)

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan prilaku yang dapat dialami. Sedangkan menurut Krik dan

Miller seperti yang di kutip Lexy J. Moleong, mendefinisikan bahwa

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam

kawasannya sendiri dan berhubungan pada orang-orang tersebut dalam

bahasanya dan dalam peristilahannya.13

Istilah penelitian kualitatif menurut Strauss dan Corbin seperti yang

dikutip Lexy J. Moleong Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan

menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari

kuantifikasi (pengukuran).

Menurut prof. Dr. Sugiyono penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme yaitu digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi.

2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut

Whitney yang dikutip oleh Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah

pencarian fakta dengan intepretasi yang tepat. Penelitian deskriptif

13

(21)

mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang

berlaku dan situasi tertentu dalam masyarakat, termasuk tentang

hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan, serta proses-proses

yang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.14

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data dan

sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan,

instrumen yang penulis maksud adalah berbagai bentuk alat bantu dan

dokumentasi lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang hasil

penelitian terkait dengan persoalan-persoalan yang berkenaan dengan objek

penelitian.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti melakukan penelitian lapangan selama 4 bulan, agar peneliti

dapat menghasilkan penelitian dengan sebaik mungkin dan tidak

tergesa-gesa dalam melakukan penelitian. Adapun tempat yang dijadikan penelitian

ini ialah Komunitas Tangan di Atas yang memilki sekretariat di Gedung

UMKM Smesco Pancoran Jakarta.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer, yaitu berupa data yang diperoleh dari informan

atau sasaran penelitian melalui wawancara mendalam, dimana

penulis melakukan percakapan dua arah secara berulang dalam

suasana kesetaraan, akrab, dan informal terkait proses

kewirausahaan sosial.

14

(22)

b. Data sekunder, yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil

melalui sumber-sumber informasi tidak langsung. Data sekunder

yang penulis maksud adalah catatan atau dokumen-dokumen

yang diperoleh dari berbagai literatur, buku, majalah brosur,

karangan, ilmiah, arsip dan modul-modul yang berkaitan dengan

penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Wawancara mendalam, suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari

sumbernya.15 Menurut Moleong yang dikutip oleh Haris

Hardiansyah bahwa wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan yaitu

peneliti sendiri dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan yang terdiri Ketua

Komunitas Tangan di Atas, perwakilan anggota komunitas (dua

pihak), Pengamat Kewirausahaan, dan Akademisi

Kewirausahaan Instrumen yang digunakan dalam wawancara

pedoman wawancara, handphone ataupun alat perekam.

b. Studi Dokumentasi, salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen

yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang

15

(23)

subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari

sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen

lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang

bersangkutan.16 Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang

tidak diperoleh dengan wawancara dan observasi, tetapi hanya

diperoleh dengan cara melakukan penelusuran data dengan cara

menelaah buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet, dan foto

kegiatan yang bersumber dari lembaga dan dokumentasi yang

berkaitan dengan penelitian.

6. Teknik pemilihan informan

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan

informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive

sampling yaitu memilih informan yang dipilih secara sengaja yang diambil

karena pertimbangan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.17 Pertimbangan

tertentu ini, saat penulis ingin mengambil informan anggota komunitas ini

adalah penulis berdiskusi dengan ketua Komunitas Tangan di Atas

mengenai siapa saja anggota komunitas yang bisa dijadikan informan.

Berikut adalah tabel rancangan informan dalam penelitian:

16

Haris Herdiansyah , Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : Salemba Humanika,2012) h.118

17

(24)

Tabel 1.3 Rancangan Informan

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,

(25)

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.18

Teknik pengelolaan data yang peneliti gunakan dalam mengelola data

penelitian ini adalah dari hasil wawancara dan dokumentasi, dan bahan

pustaka dengan menggunakan pola deskriptif analisis, yakni peneliti

mencoba mempaparkan semua data dan informasi yang diperoleh kemudian

menganalisa data dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis.

8. Teknik Keabsahan Data

Burhan Bungin dalam bukunya penelitian kualitatif mengatakan

bahwa dalam melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi

persoalan dalam menguji keabsahan hasil penelitian, hal ini disebabkan

banyak hal, yaitu: (1) subjektifitas penelitian merupakan hal yang dominan

dalam penelitian kualitatif, (2) alat penelitian yang diandalkan adalah

wawancara dan observasi, (3) sumber data kualitatif yang credible akan

mempengaruhi hasil akurasi penelitian.19 Menurut Patton dan Moleong

keabsahan data dapat dicapai dengan jalan membandingkan keadaan dan

prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

Strategi ini digunakan untuk meningkatkan kredibilitas (derajat

kepercayaan) dengan menggunakan teknik triangulasi sumber. Dalam hal ini

jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil pembandingan tersebut

merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau pemikirian. Yang penting

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 244

19

(26)

di sini ialah bisa mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya

perbedaan-perbedaan tersebut.20

F. Teknik Penulisan Data

Adapun teknik penulisan dalam penelitian skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan

Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development

And Assurance)UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, cetakan pertama, 2007.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah maka penulis membagi atas lima bab secara

rinci sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini mengutarakan tentang: Latar Belakang, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian,

Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang definisi kewirausahaan sosial, termasuk

komponen-komponen dalam kewirausahaan sosial yang terdiridari: peluang,

inovasi, kepemimpinan, value creation, social benefit, dan profitability serta

tujuan dari kewirausahaan sosial.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Bab ini membahas profil dari Komunitas Tangan di Atas yang

meliputi: sejarah singkat berdirinya, visi, misi, motto, tujuan, identitias

20

(27)

lembaga, sarana dan prasarana, struktur organisasi, pembiayaan operasional

dan mitra atau kerja sama.

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN

Bab ini membahas tentang apa saja konsep kewirausahaan sosial

dalam KTDA, tujuan dari KTDA, dan komponen kewirausahaan sosial.

BAB V PENUTUP

Memberikan kesimpulan tentang bagaimana konsep dan praktik

(28)

21

BAB II

KERANGKA TEORI

Pada bab ini, penulis mencoba mengumpulkan dan menganalisis teori dan

pemikiran dari para ahli tentang kewirausahaan sosial, sebagai landasan yang

diperlukan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah yang telah

dijelaskan di bab 1. Bab ini dibagi dalam dua bagian utama. Pertama, teori dan

pemikiran yang berkaitan dengan defini kewirausahaan sosial dan teori dan

pemikiran yang berkaitan dengan sisi inovasi dalam kewirausahaan sosial.

Kedua, tujuan kewirausahaan sosial siginifikan untuk diketahui untuk

untuk mengetahui apakah tujuan dari Komunitas Tangan di Atas sudah relevan

dengan prinsip-prinsip yang menjadi tujuan sebuah entitas menjalankan praktik

kewirausahaan sosial.

A. Kewirausahaan Sosial

1. Definisi Kewirausahaan Sosial

Menurut Wawan Dhewanto, kewirausahaan sosial adalah suatu bentuk

usaha yang bertujuan untuk melakukan perubahan sosial dengan

menyelesaikan permasalahan sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip

kewirausahaan sosial.1

Sedangkan kewirausahaan sosial menurut Juwaini, adalah individu

yang bervisi, berjiwa pengusaha, dan beretika yang mampu menciptakan

1

(29)

inovasi sosial dan mampu mengubah sistem yang ada di masyarakat.2

Kewirausahaan sosial merupakan suatu proses yang menciptakan nilai sosial

dengan menggabungkan sumber daya yang terfokus untuk mengejar dan

mencari kesempatan. Untuk menciptakan nilai sosial ini dengan mengetahui

kebutuhan yang belum terpenuhi, selanjutnya dalam proses ini melibatkan

adanya produk dan jasa yang dihasilkan tetapi bisa juga yang merujuk pada

adanya pembentukan organisasi baru. Kewirausahaan sosial merupakan

solusi untuk mengatasi permasalahan sosial.

Kewirausahaan sosial adalah sebuah anomali, yang menantang

pemahaman umum tentang manusia dengan segala pemikiran dan

prilakunya. Aktivitas kewirausahaan sosial dipertimbangkan sebagai sebuah

kegiatan yang „aneh’ karena menabrak kelaziman; yaitu melakukan berbagai

kegiatan ekonomi, namun hasilnya untuk kesejahteraan orang lain.

Kelaziman pemikiran bahwa aktivitas ekonomi adalah untuk

sebesar-besarnya kemakmuran pribadi, seakan ditabrak oleh hadirnya aktivitas ini.3

2. Komponen Kewirausahaan Sosial

Paul C. Light mengasumsikan bahwa kewirausahaan sosial terbentuk

dari empat komponen besar yaitu kewirausahaan, ide/gagasan, peluang dan

organisasi.4 Dari beberapa definisi yang dirangkum oleh Okpra dan

Halkias ini terdapat beberapa komponen yang membentuk definisi

2

Juwaini Ahmad, Social Enterprise (Bandung, Mizan Group: 2011), h.9

3

Hery Wibowo dan Sony A. Nulhaqim, Kewirausahaan Sosial: Merevolusi Pola Pikir dan Menginisiasi Mitra Pembangunan Kontemporer, dari http://repository.unpad.ac.id/20298/1/6-Kewirausahaan-Sosial.pdf, diakses pada 13 Maret 2016.

4

(30)

kewirausahaan sosial. Komponen-komponen tersebut kemudian

didefinisikan dalam sebuah skema seperti di bawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir dalam Kewirausahaan Sosial

Bagan diatas mencoba menggambarkan alur dalam sebuah konstruksi

dan arsitektur sebuah pemikiran dan implementasi gerakan kewirasusahaan

sosial, mulai dari munculnya ide-ide yang berbasis kreatifitas yang berasal

dari subjek yang memang melihat dan menemukan sebuah kesempatan

dalam rangka menghasilkan sebuah nilai tambah (added value), bukan

hanya keuntungan yang bersifat komersial yang dihasilkan dan

dimanfaatkan secara pribadi semata, tetapi bagaimana keuntungan ini

bersifat sosial karena agregasi dan akumulasi dari beberapa organ

disekitarnya dan dampaknya bersifat umum dan bernilai pada masyarakat

pada umumnya. Efektifitas subjek dan kesempatan yang ada bersifat

(31)

menghasilkan inovasi sosial berbasis kreatifitas. Hubungan ini kemudian

harus dijewantahkan melalui program-program yang komprehensif dan

konsisten dalam rangka menghasilkan keuntungan sosial untuk menambah

nilai bagi masyarakat. Program-program yang disusun dan

diimplementasikan haruslah direncanakan dan disusun berdasarkan

kreativitas yang memilki inovasi sosial dan dibuat standar pengukuran yang

jelas spesifik sebagai baromater untuk melihat apakah sebuah program yang

dijalankan telah menjawab permasalahan sosial yang ada dan pencapaian

yang dihasilkan dalam menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat. Pada

akhirnya, tujuan jangka panjang yang ingin dicapai adalah sebuah

keuntungan sosial, bersifat umum, yang dapat dinikmati manfaat dan

dirasakan dampaknya bagi khalayak dan subjek yang menjalankannya.

Berikut penjelasan dari tiap elemen–elemen dalam sebuah alur pemikiran

kewirausahaan sosial, saling mempengaruhi diantaranya untuk membuat

satu kesatuan utuh dan komprehensif dalam prinsip penjalanan praktik

kewirausahaan sosial.

1. Peluang (Opportunity)

Proses untuk mengembangkan sebuah usaha baru terjadi pada proses

kewirausahaan (entreupreneur process), yang melibatkan lebih dari sekedar

penyelesaian masalah dalam suatu posisi manajemen. Seorang pengusaha

harus menemukan, mengevaluasi, dan mengembangkan sebuah peluang

dengan mengatasi kekuatan yang menghalangi terciptanya suatu yang baru.

(32)

peluang 2) Pengembangan rencana bisnis 3) Penetapan sumber daya yang

dibutuhkan 4) Manajemen perusahaan yang dihasilkan.5

Identitas peluang dan evaluasi merupakan tugas yang sangat sulit.

Sebagian besar peluang bisnis yang baik tidak muncul secara tiba-tiba

melainkan merupakan hasil ketajaman seseorang pengusaha melihat

kemungkinan pada beberapa kasus, pembentukan mekanisme yang dapat

mengidentifikasi peluang potensial.

Peluang dalam bahasa Inggris adalah opportunity yang berarti

kesempatan yang muncul dari sebuah kejadian atau momen. Inspirasi

merupakan sumber dari peluangInspirasi bisa muncul dari mana saja dan

kapan saja. Faktor-faktor yang mempengaruhi:6

1) Faktor Internal, yang berasal dalam diri seseorang sebagai subjek,

antara lain:

 Pengetahuan yang dimiliki:

 Pengalaman dari individu itu sendiri;

 Pengalaman saat ia melihat orang lain menyelesaikan masalah

 Instuisi yang merupakan pemikiran yang muncul dari individu

itu sendiri.

2) Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang dihadapi seseorang dan

merupakan objek untuk mendapatkan sebuah inspirasi bisnis, antara

lain:

 Masalah yang dihadapi dan belum terpecahkan;

5Donny Rosmiati, “Sikap, Motiasi, danminatberwirausahamahasiswa”,

Jurnal Mahasiswa Kewirausahaan,17:1, (Kupang, Maret 2015), 21-30

6

(33)

 Kesulitan yang dihadapi sehari-hari;

 Kebutuhan yang belum terpenuhi baik untuk dirinya maupun

orang lain;

 Pemikiran yang besar untuk menciptakan sesuatu yang baru.

Dalam kewirausahaan sosial, proses menemukan peluang adalah

mengidentifikasi isu-isu sosial yang penting dalam masyarakat, melakukan

sesuatu yang realitas, terjangkau dan menguntungkan bagi masyarakat.

Sebuah ide harus disesuaikan dengan peluang atau kebutuhan yang

tersedia. Peluang usaha sendiri dapat diartikan sebagai kesempatan atau

waktu yang tepat untuk dimanfaatkan oleh wirausaha guna memperoleh

keuntungan. Untuk menangkap peluang usaha perlu kerja keras dan

perngorbanan. Howorth menjabarkan proses yang harus dilakukan oleh

wirausaha sosial untuk menjalankan usahanya:

a) Mencari kesempatan

b) Mengembangkan konsep bisnis

c) Mencari tahu apa arti sukses dan bagaimana mengukurnya

d) Memperoleh sumber daya yang tepat

e) Peluncuran dan tumbuh

f) Mencapai tujuan

Menurut Martin dan Orsberg, kewirausahaan sosial memiliki tiga

komponen sebagai berikut 7:

a) Mengidentifikasi keseimbangan yang stabil meskipun menyebabkan

pengecualian di dalamnya, marjinalisasi, atau penderitaan

7

(34)

kemanusiaan yang tidak memiliki sarana keuangan, atau kekuatan

politik untuk mencapai manfaat perubahan itu sendiri.

b) Mengidentifikasi solusi dalam keseimbangan yang salah,

mengembangkan proposisi nilai sosial, dan membawa tanggungan

untuk melewan hegemoni negara yang stabil.

c) Membangun hal yang baru, keseimbangan yang melepaskan beban,

dan meredakan penderitaan kelompok sasaran, meniru pemikiran

dan menciptakan ekosistem yang stabil serta memastikan masa

depan yang lebih baik untuk kelompok sasaran dan bahkan

masyarakat secara keseluruhan.

Peter Drucker dalam bukunga Innovation dan Entrepreneurship

Practice dan Principles mengungkapkan kewirausahaan adalah kemampuan

untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan melihat peluang

dari sebuah perubahan. Kunci keberhasilan dalam menangkap peluang

usaha adalah pengalaman dan pendekatan terhadap faktor manusia,

teknologi, komunikasi dan informasi. Untuk mendapatkan peluang usaha

sangat bergantung pada beberapa hal, antara lain:8

a) Minat

Ketertarikan seseorang atau yang menjadi fokus perhatian seseorang.

Misalnya, yang menjadi minat kita adalah masalah sosial, ekonomi,

politik, teknologi

8

(35)

b) Modal

Hal ini berkaitan dengan dana dan sumber daya yang dimiliki

individu atau organisasi.

c) Relasi

Hal ini berkaitan dengan jaringan atau hubungan yang menunjang

potensi pengembangan usaha. Contohnya: teman, keluarga, institusi.

2. Inovasi (Innovation)

Inovasi adalah proses menemukan atau mengimplementasikan sesuatu

yang baru ke dalam situasi yang baru. Konsep kebaruan ini berbeda bagi

kebanyakan orang karena sifat nya relative (apa yang dianggap baru oleh

seseorang atau pada suatu konteks dapat menjadi sesuatu yang merupakan

lama bagi orang lain dalam konteks lain).

Inovasi adalah memikirkan dan melakukan sesuatu yang baru yang

menambah atau menciptakan nilai-nilai manfaat social maupun ekonomi.

Untuk menghasilkan perilaku inovatif seseorang harus melihat inovasi

secara mendasar sebagai proses yang dapat dikelola Proses inovasi terdiri

dari tiga tahap:9

1)Pencarian ideadalah tahap membuat ide-ide baru dan/atau

memperkuat ide yang sudah ada

2)Pemanenan ide adalah pengaplikasian ide-ide yang sudah terkumpul,

disaring, dan di evaluasi

3)Pengembangan dan implementasi idepenelitian, percobaan, perbaikan,

dan pengembangan dari suatu ide dan implementasinya

9

(36)

Berinovasi yaitu memperkenalkan sesuatu yang baru dari sebuah ide,

metode, atau alat inovasi adalah kombinasi dari dua proses: pembuatan ide

dan pengimplementasiannya. Inovasi adalah perubahan yang dapat berupa,

suatu proses atau suatu lompatan besar menuju sesuatu yang diinginkan.

Inovasi membutuhkan kepemimpinan yang baik dan manajemen pada

semua level organisasi. Pemimpin yang baik dapat mempengaruhi orang

untuk lebih aktif dan semangat dalam pekerjaan mereka. Hal ini dapat

menuntun menuju pembuatan ide yang lebih baik. Kepemimpinan dalam

manajerial sangat dibutuhkan untuk memungkinkan terjadinya perubahan

yang dibutuhkan oleh para pemimpin. Setiap orang dapat berpartisipasi

dalam tim untuk membangun kreativitas dan inovasi. Semua orang mampu

untuk menggunakan kreativitas, pengalaman, kecerdasan mereka untuk

mengimplentasikan perubahan tersebut. Inovasi yang efektif membutuhkan:

a) Pencampuran ide-ide yang baru

b) Kemampuan untuk membuat segala sesuatu selesai

c) Pengiklanan yang baik

d) Fokus pembeli

e) Iklim organisasi yang kondusif

Lima faktor untuk membuat iklim inovasi yang benar adalah: 10

a) Manajemen komitmen.

Top manajemen harus menunjukkan secara visual tentang pengakuan

dan komitmen pada inovasi, untuk mendukung dan memfasilitasi

perubahan pada semua level. Tanpa kepemimpinan yang menilai ide

10

(37)

dan tanpa kepemimpinan yang secara konstan berjuang untuk tetap

memajukan inovasi, tidak akan ada pertumbuhan yang

menguntungkan

b) Strategi perubahan yang positif

c) Perspektif jangka panjang

Inovasi tidak harus reaktif tetapi inovasi merupakan bagian dari

rencana strategi jangka panjang dibawah arahan dari pemimpin dan

manajer yang baik.

d) Fleksibilitas untuk menyesusaikan dengan perubahan

Fleksibilitas merupakan kunci dalam menghadapi perubahan dalam

organisasi. Ini dapat berarti meratakan hirarki dalam sistem

menajemen piramid dan mendorong pengambilan keputusan lebih ke

bawah. Efektif, membuka komunikasi pada semua level adalah esensi

dari fleksibilitas ini.

e) Menerima kemungkinan dari semua resiko

Setiap ide yang muncul selalu disertai dengan resiko tetapi

kemungkinan kegagalan suatu ide bukan merupakan alasan untuk

tidak berinovasi. Manajer harus sadar akan resiko yang ada dan

memikirkan kemungkinan untuk menghilangkan potensi kegagalan

yang ada sebelum terlalu banyak kegagalan yang terjadi.

Bagaimanapun, sebuah manajemen tidak boleh terlalu menyalahkan

apabila terjadi kesalahan karena hal ini akan menghalangi inisiatif untuk

(38)

Di kewirausahaan sosial, para wirausahaan menggunakan solusi

inovatif untuk memecahkan masalah sosial masyarakat, inovasi dengan

menghasilkan produk layanan, atau sesuatu yang baru dan berebeda, atau

pendekatan untuk melakukan hal-hal yang bertanggung jawab secara sosial.

3. Kepemimpinan

Seorang pemimpin selain harus mampu membuat visi, misi, dan

tujuanorganisasi yang dipimpinnya, juga harus mampu “mengalirkannya”

dalam program, baik yang berkala panjang atau rencana strategis (renstra)

dan yang berkala pendek atau rencana operasional (renop), dapat memberi

pemahaman kepada para pengikutnya, mampu merealisasikan semua

program yang telah digarap bersama serta bisa mengajak seluruh

pengikutnya untuk bersama mensukseskan semua program tersebut.

Kepemimpinan sebagai kesadaran dan keinginan untuk mempengaruhi

orang lain, mereka kemudian memberikan tanggapan atas keinginan

sendiri untuk mengikutinya.11 Definisi tersebut menurut peneliti lebih sesuai

jika diterapkan pada masa sekarang, karena banyaknya orang yang bergelut

dalam organisasi terlebih pendidikan yang terlalu mengejar royalty dari

pada mengimbanginya dengan pekerjaan yang digelutinya.Dengan

kepemimpinan yang mengarahkan pengikutnya pada kesadaran diri dan

keinginan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing maka bisa

dipastikan istilah “pemimpin tukang cukur” tidak akan ada lagi. Dari

beberapa definisi yang dinyatakan oleh beberapa pakar dan sedikit analisa

peneliti, tentunya kepemimpinan dalam pengertian umum menunjukkan

11

(39)

proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi

atau mengendalikan pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain agar

secara sadar dan atas keinginannya sendiri dapat melaksanakan tugas sesuai

dengan tanggung jawabnya.12

4. Value Creation

Nilai-nilai kewirausahaan di atas identik dengan sistem nilai yang melekat

pada sistem nilai manajer. Dalam sistem nilai manajer terdapat dua

kelompok nilai, yaitu: 13

1) Sistem nilai pribadi

2) Sistem nilai kelompok atau organisais.

Dalam sistem nilai pribadi terdapat empat jenis system nilai, yaitu (1)

nilai primer pragmatik, (2) nilai primer moralistik, (3) Nilai primer efektif

dan (4) nilai baruan. Dalam system nilai primer pragmatik terkandung

beberapa unsur diantaranya perencanaan, prestasi, produktivitas,

kemampuan kecakapan, kreativitas, kerja sama, dan kesempatan. Sedangkan

dalam nilai moralistik terkandung unsur-unsur keyakinan, jaminan,

martabat, pribadi, kehormatan, dan ketaatan.

Dalam kewirausahaan, sistem nilai primer pragmatik tersebut dapat

dilihat dari watak, jiwa, dan prilaku, misalnya selalu bekerja keras, tegas,

mengutamakan prestasi, keberanian mengambil resiko, produktivitas,

kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen dan kemampuan mencari

peluang, selanjutnya nilai moralistik meliputi keyakinan atau percaya diri,

12

Fifi Swandari, “Menjadi Perusahaan yang Survive Dengan Transformasional

Leadership” Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, 1:2,(Depok, Mei 2003), h. 93-102

13

(40)

kehormatan, kepercayaan, kerja sama, kejujuran, keteladanan dan

keutamaan.

Dari beberapa ciri di atas, terdapat beberapa nilai hakiki yang penting dari

kewirausahaan, yaitu:14

a) Percaya Diri

b) Berorientasi pada Tugas dan Hasil

c) Keberanian Mengambil Risiko

d) Berorientasi ke Masa Depan

e) Keorisinilan : kreativitas dan Inovasi

5. Social Benefit

Permasalahan sosial seperti pendidikan, kemiskinan, urbanisasi, dan

korupsi, bila tidak cepat-cepat diselesaikan akan membuat kondisi sosial

yang semakin buruk bagi masyarakat Indonesia. Kewirausahaan sosial

sebagai proses menciptakan nilai dengan mengkombinasikan dengan

sumber daya untuk memanfaatkan kesempatan, dalam mengejar

keuntungan sosial yang tinggi.

Menurut Markides, dalam salah satu artikelnya yang berjudul How to

solve the world’s biggest social promblems, mengungkapkan bahwa pada

sektor bisnis kreativitas manusia dan kewirausahaan dapat menciptakan

nilai yang sangat besar dalam menyelesaikan masalah yang ada di dunia.

Dan hal ini dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan sosial.

Dengan cara merubah sistem yang kompleks dan mengakar dan

14

(41)

memecahkan beberapa masalah besar yang mengganggu masyarakat kita

seperti berikut ini: 15

a) Masalah sosial cenderung kompleks.

Masalah sosial adalah hasil alami dari sistem tertanam yang terdiri dari

banyak aktor saling bergantung, semua berperilaku sesuai dengan

kepentingan mereka sendiri. Sistem ini telah dikembangkan dalam jangka

waktu yang lama dan tidak hanya tertanam kuat dalam budaya kita, tetapi

juga dilindungi oleh kepentingan pribadi yang kuat. Oleh karena itu

dibutuhkan fokus sebagai upaya perubahan untuk mencari titik strategis

dalam sebuah struktur yang mendasari sistem sehingga mendorong

perubahan holistik.

b) Masalah sosial tidak mungkin dirubah sendirian

Sistem yang menimbulkan masalah sosial yang besar memerlukan

perubahan yang berbeda proses, bukanlah proses top-down, yang didorong

oleh individu heroik, tapi bottom-up, proses desentralisasi yang didorong

oleh ratusan individu. Dalam proses tersebut, daripada mendorong

perubahan secara individu/agen tunggal, lebih baik menempatkan sistem

dengan menempatkan beberapa agen perubahan yang melakukan

percobaan secara terus menerus dan berkelanjutan. Jadi dengan ini dapat

disimpulkan bahwa perubahan yang mendalam tidak dibawa oleh agen

tunggal tetapi oleh beberapa agen.

15

(42)

c) Masalah sosial bersifat global tidak bisa menggunakan solusi lokal.

Solusi lokal tidak cukup untuk mencapai peningkatan yang signifikan

dalam masalah sosial. Perubahan masalah sosial harus ditingkatkan jika itu

memiliki dampak yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan

kemampuan untuk mengembangkan banyak ide agar menjadi ide-ide

inovatif sehingga menghasilkan solusi inovatif untuk menyelesaikan

masalah sosial. Kewirausahaan tidak bisa dilepaskan dari inovasi. Proses

inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti misi,

nilai-nilai, pendidikan dan pengalaman. Sedangkan faktor lain yang

mempengaruhi adalah peluang. Inovasi sosial dibutuhkan untuk

memecahkan masalah sosial. Indonesia berada dalam posisi unik untuk

memecahkan permasalahan sosialnya. Hal ini dikarenakan permasalahan

sosial dan tantangan yang dihadapi oleh pekerja atau lembaga sosial

semakin kompleks. Semua ini terdengar sulit tapi bantuan teknologi di era

sosial telah membuat lebih mudah bagi kita untuk mengerahkan ribuan

bahkan jutaan orang untuk lebih peduli terhadap masalah-masalah sosial

dengan menggunakan berbagai platform yang hari ini ada di kemajuan

teknologi informasi.

6. Profitability

Menggunakan dan memperoleh pendapatan untuk memecahkan

masalah sosial masyarakat. Para wirausaha sosial bergerak untuk mengatasi

permasalahan sosial yang terjadi di lingkungannya dengan menciptakan

solusi yang inovatif di bidang kesejahteraan, pendidikan,

(43)

wirausaha sosial yang berusaha untuk membuat sebuah perubahan di

masyarakat yang dihubungan juga dengan bagaimana mereka menjalankan

bisnisnya supaya bisa bertahan menghidupi organisasinya dan tetap

berorientasi sosial menjadi sebuah tantangan untuk melakukan keduanya

secara bersama-sama dan berjalan dengan baik.

Dalam hal ini inovasi yang dilakukan oleh para wirausaha sosial

tersebut bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi karena inovasi

tidak hanya tentang menciptakan produk atau teknologi baru namun juga

tentang bagaimana bisa menciptakan sebuah program kesejahteraan yang

berimbas luas terhadap masyarakat. Dalam menciptakan sebuah inovasi

sosial dibutuhkan sebuah proses yang merupakan tahapan-tahapan yang

diawali dengan mencari suatu peluang untuk memperbaiki atau untuk

memberikan solusi bagi permasalahan sosial yang ada sehingga tercipta

nilai sosial yang baru. Inovasi sosial menjadi dasar bagi para wirausaha

sosial dalam melakukan misi sosialnya dengan cara yang baru atau cara

yang lebih baik dari sebelumnya.16

B. TujuanKewirausahaan Sosial

Tujuan kewirausahaan sosial adalah terjadinya perubahan sosial ke arah

yang lebih baik atau positif dan memecahkan permasalahan sosial untuk

kepentingan masyarakat atau kelompok dampingan. Berikut adalah tujuan dari

kewirausahaan sosial secara global dapat dilihat melalui kebutuhan mendesak dan

potensi pengembangan yang ingin dicapai yaitu:17

16

Hendro, Dasar-dasarKewirausahaan, (Jakarta: Erlangga Press, 2012), h.31

17

(44)

a) Pengentasan kemiskinan

b) Pendidikan

c) Kesehatan

d) Kebutuhan air bersih

e) Infrastruktur dan pembangunan

f) Pengembangan lingkungan yang berkelanjutan

Wirausaha sosial berusaha memberdayakan masyarakatnya yang mengalami

permasalahan sosial untuk menjalankan usaha sehingga pada akhirnya masyarakat

dapat merasakan manfaat berupa peningkatan kesejahteraan karena memperoleh

penghasilan dari usaha yang didirikan.

Permasalahan sosial seperti pendidikan, kemiskinan, urbanisasi, dan

korupsi,bila tidak cepat-cepat diselesaikan akan membuat kondisi sosial yang

semakin buruk bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu semua masalah sosial

ini membutuhkan analisis yang cermat dan solusi rasional, mewakili aspirasi

masyarakat, terintegrasi, dan holistic, sehingga menghasilkan sebuah gagasan atau

ide yang lebih komprehensif, dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan

sosial yang ada di Indonesia. Kewirausahaan sosial sebagai proses menciptakan

nilai dengan mengkombinasikan sumber daya untuk memanfaatkan kesempatan,

dalam mengejar keuntungan sosial yang tinggi.

Pada sektor bisnis kreativitas manusia dan kewirausahaan dapat

menciptakan nilai yang sangat besar dalam menyelesaikan masalah yang ada di

dunia. Dan hal ini dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan sosial,

dengan cara mengubah sistem yang kompleks dan mengakar dan memecahkan

(45)

Konsep kewirausahaan sosial berbeda dengan konsep kewirausahaan umum.

Kewirausahaan secara umum dapat diartikan dengan usaha yang dijalankan secara

mandiri oleh individu atau organisasi untuk mendapatkan keuntungan semata.

Pemahaman kewirausahaan dapat juga diartikan dengan bagaimana seseorang

menghadapi sebuah resiko atau ketidakpastian dari lingkungan yang selalu

berubah. Sedangkan yang dimaksud wirausaha sosial adalah individu atau

organisasi yang melihat permasalahan yang ada di lingkungannya sebagai peluang

untuk usaha atau bisnis, tidak hanya itu, kegiatan yang dihasilkan oleh wirausaha

sosial akan memberikan dampak positif bagi masyarakat.18

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh wirausaha sosial adalah bagaimana

ide yang ditawarkan bisa diterima oleh masyarakat. Mengacu pada konsep

kewirausahaan, seorang wirausaha sosial berperan dalam menyediakan lapangan

kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapkan tenaga kerja dari kesempatan

kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha sehingga diharapkan tingkat

pengangguran secara nasional bisa berkurang. Menurunnya tingkat pengangguran

akan berdampak pada naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat

sehingga tumbuhnya perekonomian secara nasional. Berikut adalah peran

wirausaha sosial dalam perekonomian suatu negara:

a) Menciptakan lapangan kerja

b) Mengurangi pengangguran

c) Meningkatkan pendapatan masyarakat

d) Mengkombinasikan faktor-faktor produksi (alam,tenaga kerja,modal

dan keahlian)

18

(46)

e) Meningkatkan produktivitas nasional

Menggunakan konsep komponen dan tujuan kewirausahaan sosial yang

penulis jabarkan diatas, maka kerangka berpikir yang digunakan adalah

bagaimana program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Komunitas Tangan di

Atas telah mengacu kepada keenam komponan kewirausahaan sosial sehingga

pada prinsipnya keberadaan komunitas tangan di atas telah berperan sebagai

(47)

Tabel 2.2

Kerangka berpikir Komponan Kewirausahaan Sosial pada program KTDA

Misi Sosial KTDA Tujuan Kewirausahaan Sosial: 1.Pengentasan Kemiskinan: Bank

sampah

2.Pendidikan: Bagi-bagi buku dan

memberikan pendidikan bahasa

inggris

3.Kesehatan: Sunatan masal di

Makassar dalam rangkaian pesta

KWU regional Makassar;

mengembangkan usaha di sector

(48)

Berdasarkan tabel 2.2, peneliti akan mencoba menganalisis dalam bab IV, untuk

melihat apakah program-program yang selama ini dijalankan oleh Komunitas

Tangan di Atas sudah berlandaskan pada komponen-komponen kewirausahaan

sosial. Analisis akan dijadikan dasar justifikasi dalam menentukan bahwa

KomunitasTangan di Atas menjadi salah satu organ di Indonesia yang konsisten

(49)

42

BAB III

GAMBARAN UMUM KOMUNITAS TANGAN DI ATAS (KTDA)

A. Awal Mula Berdirinya Komunitas Tangan di Atas (KTDA)

Komunitas Tangan di Atas berawal dari sebuah tulisan blog di internet,

yang ditulis oleh Badroni Yuzirman di website www.roniyuzirman.com. Blog ini

berisi himbauankepada para pembacanya agar mau menjadi seorang wirausaha.

Blog ini mengulas fakta-fakta tentang kisah sukses para entrepreneur, makna dan

tujuan moralitas dari menjadi seorang wirusaha, keuntungan dan manfaat yang

bisa didapatkan dengan menjadi seorang wirausahawan. 1Badroni Yuzirman

berharap bahwa semakin banyak orang yang membaca tulisan di blognya,

semakin terinspirasi dan termotivasi untuk menjadi seorang entrepreneur. Tulisan

mendapatkan reaksi positif dari pembacanya, dengan berbagai komentar dan

ide-ide agar tulisan di blog ini bisa menjadi cikal bakal pembentukan komunitas

wirausaha di Indonesia. Atas dasar usul dan dukungan dari pembaca blog nya,

maka pada tanggal 12 Januari 2016, maka Badroni Yuzirman membuat talkshow

dan sharing session, yang untuk pertama kali mengundang pengusaha sukses

Tanah Abang yaitu Haji Alay.2 Acara pertama kali ini dihadiri oleh 40 orang,

dimana selama acara berlangsung, Haji Alay membagikan kisah perjuangan

memulai menjadi seorang wirausahawan sampai kepada keuntungan dan manfaat

1

Redaksi TDA, “Sejarah Komunitas TDA, “ diakses dari

http://www.tangandiatas.com/sejarah-profil-pendiri/, pada tanggal 25 Mei 2016 pukul 01.37 2

(50)

yang bisa diraih saat ini melalui ketekunan dan inovasi bisnis yang dijalani. Atas

dasar dukungan dan motivasi yang kuat dari ke-40 anggota yang hadir pada saat

acara tersebut, maka Badroni Yuzirman akhirnya membuat sebuah komunitas

wirausaha, dimana perencanaan awalnya adalah komunitas ini akan menjadi

wadah saling berbagi ilmu dan pengetahuan antar anggota di dalamnya mengenai

bidang kewirausahaan, serta mengembangkan spirit kewirausahaan kepada

masyarakat pada umumnya. Dua belas orang peserta yang hadir pada saat

talkshow itu, segera langsung belajar untuk mulai membuka usaha dengan

berdagang di ITC Mangga Dua. 3

Komunikasi di antara para alumni talkshow dilakukan melalui sebuah

mailing list untuk saling berkoordinasi dan membahas permasalahan

bisnis.Mailing list itu kemudian dibuka untuk umum dengan anggota sampai hari

ini telah mencapai 8000 orang seluruh Indonesia, sebagai media komunikasi

paling awal dan utama Komunitas Bisnis Tangan Di Atas.

B. Profil Komunitas Tangan di Atas

Istilah Tangan Di Atas, yang berarti bahwa tangan di atas lebih baik dari

tangan dibawah) dipilih menjadi nama komunitas ini, yang diperluas artinya

menjadi pengusaha yang gemar berbagi, baik berbagi pengalaman, ilmu,

informasi, untuk sesama anggota di dalamnya, maupun kepada masyarakat umum,

agar memperoleh inspirasi dalam memulai sebagai seorang wirausahawan.4

Komunitas Tangan di Atas adalah media pembelajaran entrepreneurship

yang murah, terbuka, kekeluargaan, yang digerakkan oleh semangat voluntary

3 Ibid 4

Redaksi TDA, “Sejarah Komunitas TDA, “ diakses dari

(51)

basis yang masif dan berkelimpahan. Komunitas Tangan di Atas hadir untuk

mendobrak kebuntuan umum bahwa ilmu bisnis adalah rahasia perusahaan atau

rahasia kelompok tertentu.Komunitas Tangan di Atas adalah komunitas yang

bertujuan membentuk para anggotanya agar menjadi pengusaha kaya yang gemar

berbagi - dalam upaya menumbuhkan semangat kewirausahaan di Indonesia.

Visi dari Komunitas Tangan di Atas adalah

“Membentuk pengusaha-pengusaha tangguh dan sukses yang memiliki kontribusi positif bagi peradaban.”5

Misi dari Komnitas Tangan di Atas adalah : 6

1. Menumbuhkembangkan semangat kewirausahaan, membentuk 10.000

(sepuluh ribu) pengusaha miliader yang tangguh dan sukses sampai tahun

2018.

2. Menciptakan sinergi diantara sesama anggota, antara anggota dengan

pihak lain, berlandaskan prinsip high trust community.

3. Menumbuhkan jiwa sosial dan berbagi diantara anggota, menciptakan

pusat sumber daya bisnis berbasis tekonologi.

Nilai-nilai yang diusung oleh Komunitas Tangan di Atas adalah :

1. Silaturahim : saling mendukung, sinergi, komunikasi, kerja sama, berbaik

sangka, teamwork, sukses bersama

2. Integritas :kejujuran, transparansi, amanah, win-win, komitmen,

tanggungjawab, adil

5

Redaksi TDA, Profil Komunitas Bisnis Tangan di Atas 2015-2018, (Jakarta:Komunitas TDA, 2015), h.4

(52)

3. Berpikiran Terbuka : continuous learning, continuous improvement,

kreatif, inovatif

4. Berorientasi Tindakan : semangat solutif, konsisten, persisten, berpikir dan

bertindak positif, give and take, mindset keberlimpahan

5. Fun : Menjaga keseimbangan dalam hidup

Dalam ruang lingkup secara Nasional, saat ini Komunitas Tangan di Atas

(KTDA) sudah hadir di 25 kota di Indonesia yaitu : Jakarta (Pusat, Barat, Selatan,

Timur), Depok, Bekasi, Tangerang, Bogor, Bandung, Semarang, Solo,

Yogyakarta, Surabaya, Malang, Jember, Medan, Pekanbaru, Padang, Lampung,

Samarinda.

C. Deskripsi Program Komunitas Tangan di Atas

Organisasi komunitas Tangan di Atas memiliki sejumlah program, baik program

yang sudah ditentukan oleh pengurus tingkat Nasional, maupun program-program

yang diinisiasi oleh pengurus tingkat daerah, menyesuaikan dengan kebutuhan

dan kondisi yang terjadi di daerah tersebut. Program-program ini dibagi dalam

beberapa ketegori, mengacu kepada intensitas waktunya, yaitu 7 :

1. Program Reguler

a) Kelompok Master Mind adalah sebuah kelompok yang terdiri dari

5–10 orang, berbasis kedekatan wilayah, yang berkumpul minimal

2 kali dalam sebulan, untuk membicarakan semua hal tentang

bisnis mereka. Dalam waktu-waktu tertentu kelompok ini kerap

7

Gambar

Tabel 1.1: Statistik Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB)
Tabel 1.3 Rancangan Informan
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir dalam Kewirausahaan Sosial
Tabel 2.2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala persepsi terhadap ujian akhir nasional dan skala self efficacy. Metode analisis data yang digunakan adalah Korelasi

This is due to the initial layout or current facilities in all four libraries already considering digital native generation needs. Adjustments are still needed after CRAFT algorithm

Uji aktivitas merupakan salah satu uji yang dilakukan untuk melihat kemampuan isolat jamur simbion menghasilkan senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri

mendayagunakan zakat secara produktif sebagai pemberian modal usaha yang tujuannya adalah supaya zakat tersebut dapat berkembang. Zakat didayagunakan dalam rangka

[r]

Penilaian ini dapat mencakup penilaian sikap (disesuaikan dengan penilaian sikap yang direncanakan guru), pengetahuan, dan keterampilan. Nilai pengetahuan

Berdasarkan penjelasan proses enkripsi dan dekripsi yang dilakukan menunjukkan perancangan kriptografi kunci simetri menggunakan fungsi Bessel dan fungsi Dawson

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa aplikasi ekstrak bungkil jarak pagar terhadap bayam menunjukkan bahwa formula biopestisida, ekstrak bungkil biji