PERANAN GURU DALAM PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
DI SMK AL-KHAIRAAT MANADO
Skripsi
diajukan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam Jurusan
Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh:
CHAMSIYAH PAKAYA
NIM: 10.2.3.091
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah sistem pembelajaran adalah masalah yang mudah disebut tetapi
tak mudah untuk melakukannya. Betapa tidak karena perbuatan belajar dan
pemberian motivasi bukan hanya kegiatan jasmani akan tetapi juga kegiatan
rohani. Kedua aspek itu saling melengkapi dan bertalian satu sama lain keduanya
merupakan aspek-aspek yang bersifat komplementer.
Manusia dalam perbuatannya selalu menuntut kegiatan jasmani dan
rohani. Membaca buku misalnya adalah paduan antara kegiatan jasmaniah yang
berupa gerakan-gerakan mata, gerakan tangan, sikap badaniah dengan kegiatan– kegiatan rohaniah yang berupa mengolah pengertian yang ada dalam bacaan,
membandingkan, mengingat kembali, memikirkan dan sebagainya.
Setiap perbuatan belajar dan mengajar senantiasa memiliki aspek
jasmaniah yang disebut struktur dan aspek rohani yang disebut fungsi. Otak kita
sebagai kegiatan yang penting dalam dari diri kita mengandung kedua aspek itu.
Otak itu sendiri adalah strukturnya dan berpikir adalah fungsinya keduanya
saling bertalian dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kalau otak luka, maka
fungsi berpikirnya akan terganggu dan sebaliknya kalau fungsi berpikirnya itu
tidak normal maka struktur otak itu akan berubah bentuknya. Jadi jelaslah bahwa
Dalam kaitan ini dapatlah dikatakan bahwa masalah belajar adalah hal yang
sangat kompleks sifatnya.
Bila hal ini dikaitkan dengan guru sebagai orang yang bertugas
melaksanakan kegiatan pembelajaran maka tentu guru memiliki tugas dan peran
penting dalam membantu siswa untuk menciptaklan suasan belajar yang
kondusif. Peranan guru dimaksud dapat dilakukan baik secara individual
maupun klasikal atau kelompok, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Begitu pula cara yang digunakan dapat berfariasi, tergantung pada masalah dan
kondisi yang dihadapinya, termasuk dalam berinteraksi hendaknya semua dapat
memberikan semangat atau motivasi siwa dalam belajar.
Motivasi dalam proses pembelajaran adalah merupakan satu hal yang
sangat penting, karena dengan motivasi yang baik akan dapat memberikan
dorongan yang kuat kepada siswa, sehingga perbuatan belajar lebih bermakna.
Dan guru memiliki tugas untuk membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau
melakukan kegiatan belajar.Sebab saat ini banyak guru yang tahu mengajar,
namun tidak tahu membangkitkan motivasi belajar.
Persoalannya sekarang adalah bagaimana cara membangkitkan motivasi
dalam belajar itu sendiri?
Secara khusus penelitian dalam skripsi ini menjadikan SMK Al-Khairaat
Manado sebagai lokasi atau tempat penelitian. Pengamatan awal yang dilakukan
penulis adalah pada saat penulis melakukan kegiatan Praktek Pengalaman
pendidikan agama Islam, siswa masih menunjukan semangat dan motivasi
belajar yang masih kurang. Oleh karena itu penulis menduga masih perlunya
peningkatan peran guru yang lebih maksimal lagi dalam memberikan motivasi
belajar. Pemberian motivasi adalah hal yang sangat penting, karena dengan
motivasi belajar yang baik, maka siswa dapat melakukan proses belajar dengan
baik dan mandiri, sehingga belajar menjadi lebih berarti dan bermakna.
Dari kondisi tersebut kemudian penulis merasa perlu untuk meneliti dan
melihat lebih jauh lagi tentang peranan guru dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa di SMK AL-Khairaat Manado, serta solusi yang mungkin dapat
penulis tawarkan diakhir pembahasan skripsi ini.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Dengan bertitik tolak dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis
dapat memberikan batasan masalah sebagai berikut : “Bagaimana peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMK Al-Khairaat Manado?
Dari batasan masalah tersebut di atas, penulis dapat menjabarkannya ke
dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peran yang dilakukan oleh guru dalam pemberian motivasi
belajar siswa di SMK Al-Khairaat Manado?
2. Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam membangkitkan motivasi
C. Pengertian Judul
Untuk menciptakan kesamaan persepsi serta interpretasi terhadap masalah
yang dibahas. Maka penulis perlu memberikan penjelasan terhadap beberapa
konsep yang terdapat pada judul skripsi ini. Adapun penjelasan yang dianggap
perlu adalah sebagai berikut :
Peranan, kata ”peranan” mengandung arti tugas atau tujuan khusus, proses, perbuatan cara melaksanakan. Usaha dalam rangka melaksanakan
kegiatan, untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.1
Kata ”guru” mengandung arti ”orang yang patut didengar dan diikuti”. Guru juga mengandung arti suatu jabatan karier yang diperoleh setelah
menempuh pendidikan bidang keguruan.2.
Sedangkan kata ”motivasi” berasal dari kata ”motiv” yang mengandung arti keinginan atau kemauan, sedangkan motivasi adalah mengandung arti suatu
dorongan atau kemauan yang kuat dalam diri seseorang untuk melakukan
sesuatu.3
Motiv juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di
dalam subyek untuk melakukanaktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
1 Tim Penyusun Kamus P3B, Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Cet.II Jakarta: Balai Pustaka,
1998), h. 704.
2
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998). h. 1036 .
tujuan. Bahkan motivasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan)4
Menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.5
Sementara kata „belajar“ mengandung arti suatu perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu.6
Sedangkan menurut para ahli di antaranya:
1. Menurut Cronbach belajar adalah: Learning is shown by a change in behavior is a result of experience.
2. Harold Spears memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.7 Berdasarkan pengertian–pengertian tersebut di atas secara sederhana dapat dirumuskan maksud judul skripsi ini sebagai berikut : Tugas seorang
pendidik untuk melakukan perbuatan dengan mendekati anak secara perasaan
dan atau upaya menciptakan suasana hati sehingga menimbulkan suatu dorongan
atau semangat belajar dalam memperoleh perubahan pengetahuan, tingkahlaku
dan keterampilan .
4 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajagrafindo Persada), h.73.
5
Ibid.,
6 W. J. S. Poerwadarminta, Op.Cit., h.1023.
7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengkaji lebih jauh tentang peranan yang dilakukan oleh guru
dalam memberikan motivasi belajar khususnya di SMK
Al-Khairaat Manado.
b. Untuk menemukan metode yang paling baik dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.
2. Kegunaan penelitian :
a. Kegunaan ilmiah yang berkaitan dengan pengembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan pada khususnya.
b. Kegunaan praktis yang berkaitan dengan pemberian motivasi
dalam belajar pada anak dalam rangka meningkatkan mutu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar dan Mengajar
Masalah belajar dan mengajar adalah masalah setiap manusia karena
kedua hal tersebut senantiasa ada sepanjang kehidupan manusia. Hasil proses
tersebut sangat menentukan peranan dan posisi manusia dalam kehidupannya.
Belajar dan mengajar ini dikenal sejak manusia itu ada yaitu sejak zaman
Adam AS.Hal ini dapat dipahami melalui firman Allah SWT. Dalam
Qs.AL-Baqarah 2 : (31) yang berbunyi sebagai berikut:
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:“Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar“.1
Memperhatikan ayat tersebut di atas jelaslah Allah Swt. adalah guru yang
pertama Yang Maha Agung, sedang Adam AS. adalah manusia pertama yang
menjadi muridNya, pelajaran pertama yang diberikan Allah kepada Adam adalah
nama-nama benda. Jadi nama adalah simbol pengetahuan permulaan, dan nama
1 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta : PT. Bumi Restu, 2001),
orang dapat pengertian atau konsep ilmu pengetahuan. Di sini pula asalnya
perbuatan belajar dan mengajar yang pertama kalinya dalam kehidupan manusia.
Belajar dan mengajar adalah gabungan dua kata yaitu belajar dan
mengajar, gabungan dari dua kata tersebut berarti suatu interaksi edukatif antara
guru di suatu pihak dan murid di lain pihak. Dan saat ini proses tersebut dalam
dunia pendidikan di sebut pembelajaran.
Dalam suatu kelas di mana ada seseorang guru yang sedang memberi
pelajaran, murid mendengarkan dan mencatat pelajaran yang diberikan oleh guru
mereka, maka di situ juga sedang terjadi proses belajar mengajar dan ini suatu
proses interaksi atau komunikasi yang bersifat mendidik.
Pembelajaran sebenarnya dari suatu interaksi/komunikasi yaitu adanya
suatu hubungan timbal balik antara pribadi pendidik dan pribadi anak didik yang
sama-sama terikat dan tertuju pada suatu tujuan yang akan di capai yaitu tujuan
belajar mengajar atau tujuan pengajaran.2 Oleh karena itu proses pembelajaran
merupakan kegiatan guru dan murid-murid di samping menerima pelajaran yang
perilakunya passif dan juga belajar yang perilakunya aktif. Guru selain memberi
pelajaran juga harus mengembangkan ilmunya.
Orang belajar berarti melakukan kegiatan menerima menanggapi serta
menganalisa sesuatu yang dipelajari, dengan kata lain belajar untuk memperoleh
pengetahan, keterampilan dan sikap. Definisi tentang belajar berbeda-beda
menurut beberapa pendapat antara lain dikemukakan oleh:
2 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka
1. Seorang ahli ilmu jiwa pendidikan yang bernama Er.Gunthur, dalam
bukunya“The Psychology of Learning“yang pendapatnya dikutip olah H.M Arifin, sebagai berikut:
Belajar itu adalah perubahan tingkah akibat dari pengalaman yang diperoleh akibat belajar seseorang, dan perubahan tersebut bukan karena disebabkan tendensi (kecenderungan) tabiyah yang otomatis membawa tingkah laku orang lelah dan sebagainya.3
Maksud dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa perubahan tingkah
laku seseorang terjadi akibat faktor-faktor yang diperoleh melalui usaha yang
disengaja berupa kegiatan belajar.
2. Dalam bukunya Singgih D.Gunarsa dikatakan bahwa: ’’Belajar dapat dirumuskan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku sebagai akibat (hasil) dari pengalaman“4
3. S.Nasution dalam bukunya berjudul Azas-azas Kurikulum yang dikutif dari
Ernest R. Hilgard dalam bukunya Teoritis of learning Menulis:
Learning is the process by wich an activiti origanets or is changet through training procedurs who thers in the laboratory of in the natural environment as disting nashed from changesby factors not atributt able to training.5
Dalam definisi itu dikatakan bahwa seorang belajar apabila ia dapat
melakukan sesuatu yang tak dapat dilakukan sebelum ia belajar atau bila
kelakuan berubah sehingga lain caranya menghadapi situasi dari pada sebelum
itu, dalam melingkupi pengamatan, pengenalan, pengertian, perbutan perasaan,
3 M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama,(Cet. III ; Jakarta : Bulan Bintang
1999), h. 163
4 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Gunung Mulia, 2000), h. 23.
5
minat penghargaan dan sikap. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang
intelektual akan tetapi mengenai seluruh pribadi yang belajar.
Jika diteliti beberapa arti belajar yang telah dikemukakan beberapa ahli di
atas, sesungguhnya tidak ada perbadaan yang menyolok, kesemuanya
menunjukan bahwa belajar adalah suatu proses yang menyebabkan perubahan
yang atau pembaharuan dalam tingkah laku, sikap dan pengetahuan atau
diistilahkan dengan perubahan kognitif, afektif dan psikomotor yang bukan
disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat jasmani atau dengan
sendirinya.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
belajar adalah:
1. Suatu kegiatan anak didik dalam menerima, menanggapi, serta menganalisa
bahan-bahan yang disajikan.
2. Perubahan tingkah laku akibat pengalaman yang diperoleh dalam belajar.
Perubahan yang terjadi berupa perubahan dalam kebiasaan-kebiasaan,
keterampilan-keterampiln, bertambahnya pengetahuan dan bertambahnya
daya berpikir. Berubah dan berkembangnya sikap serta sifat dan sebagainya.
Setelah penulis mengemukakan pengertian belajar di atas, maka
1. Menurut Muhrin
Mengajar adalah memberikan ajaran-ajaran berupa ilmu pengetahuan kepada seseorang atau beberapa orang, agar mereka dapat memiliki dan memahami ajaran-ajaran tersebut.6
2. Dalam bukunya Rostiyah NK dikatakan bahwa:
Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara
paling singkat dan tepat“.7
3. Begitu pula menurut Abu Ahmadi
a. Mengajar ialah menanamkan pengetahuan pada anak.
b. Mengajar adalah menyampaikan pegetahuan dan kebudayaan kepada anak.
c. Mengajar adalah suatu aktivitas mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.8
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa mengajar adalah usaha
guru memimpin murid untuk belajar. Memimpin murid dalam belajar berarti
mempunyai tujuan. Sebab belajar tanpa tujuan tidak akan membawa hasil, tujuan
tanpa rencana tidak akan memberi jaminan akan adanya kematangan, perubahan
ilmiah yang berlaku di dalam masyarakat yang beradab. Karena itu mengajar
adalah memimpin murid terhadap adanya perubahan situasi dalam proses
perkembangan mencapai tujuan.
Dari uraian di atas dapatlah diketahui bahwa proses belajar mengajar
ialah serangkaian kegiatan menerima, memberi, mengahayati, menanggapi dan
memahami dari pihak murid daripada bahan/materi yang disajikan oleh pihak
6
Mukhrin, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktek, (Surabaya : Al-Ihklas, 2000), h. 13
7 Roestiyah NK. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : PT. Bina Aksara, 1998), h. 21.
8
guru (pengajar) dalam suatu tempat tertentu atau suatu kegiatan komunikasi
Dari Abi Hurairah, sesungguhnya dia berkata : Bersabda Rasulullah saw ; setiap anak yang dilahirkan adalah suci bersih, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikan Yahudi atau Nasrani atau Majuzi.8
B. Faktor yang mempengaruhi kegiatan Belajar dan Mengajar
Dalam pembahasan ini akan dikemukakan faktor yang mempengaruhi
proses belajar mengajar, seorang guru di samping mengetahui pengertian belajar,
harus pula mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
mengajar itu.
Dalam proses belajar mengajar paling sedikit terkandung tiga segi pokok
yaitu :
Imam Muslim Shahih Muslim, juz IV. (Cet. I ; Mesir: Isa al-Baby al-Halaby wa Syirkah, t. th) , h. 2047. Terjemahan Penulis
Pada uraian yang lalu telah dijelaskan bahwa belajar adalah proses yang
menyebabkan perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan
manusia, di sini terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi seperti yang
dikemukakan oleh Maman Ahdiyat bahwa :“Faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar mengajar ialah pengalaman, perkembangan
berfikir dan tingkahlaku.10
Dengan kata lain pengalaman, perkembangan fikiran dan tingkah laku
adalah merupakan faktor yang mempengaruhi proses belajar..
Telah diketahui bahwa dalam pendidikan ada lima faktor yang dominasi
yaitu anak didik, pendidikan, alat pendidikan, miliu atau lingkungan dan tujuan
pendidikan. Antara kelima faktor tersebut terdapat hubungan timbal balik, serta
sebagai faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap proses belajar.
Dari beberapa faktor dominan tersebut di atas maka anaklah yang menjadi
sentral dari proses pendidikan, oleh karena pendidikan harus bear-benar
mengarah pada upaya pencapaian tujuan.
Bertolak dari kedudukan sentral anak didik ini Siti Rahayu Hadianto
mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar atau
sebab-sebab kesuksesan belajar yang dibedakan atas :
10 Maman Adhiyat, Teori Belajar Mengajar dan Aplikasinya dalam Program Belajar Mengajar,
1. Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri anak yaitu
sendiri. Seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan minat dan
sebagainya.
2. Faktor Exsternal, ialah faktor yang dari luar diri si anak. Seperti
kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.12
Sebab-sebab yang berasal dari dalam diri anak didik itu sering bertemu
dengan sebab-sebab yang berasal dari luar diri anak didik, atau salah satu sebab
atau akibat dari lainnya.
Sebab-sebab dari dalam diri anak yang bersifat biologis dan bersifat
psikologis. Sebab-sebab yang bersifat biologis yang berhubungan dengan
keadaan jasmani anak didik antara lain cacat badan, seperti bisu, tuli, buta yang
dapat mempengaruhi kondisi belajar anak. Begitu pula jika kondis kesehatan
mengalami gangguan penyakit seperti sakit flu, batuk, atau yang lainnya dapat
mempengaruhi belajar anak.
Sebab yang bersifat psikologis misalnya kecerdasan (Intelegensi) anak
yang merupakan salah satu faktor internal yang sangat besar pengaruhnya
terhadap kemajuan belajar. Bilamana pembawaan, intelegensi anak memang
rendah maka sukar sekali untuk mencapai hasil belajar yang baik. Sebaliknya
anak yang berintelegensi tinggi sangat mudah mencapai hasil belajar.
Faktor yang bersifat psikologis lainnya adalah perhatian. Anak ada yang
mudah memusatkan perhatian dan ada pula yang sukar memusatkan perhatian.
12
Anak yang mempunyai perhatian terpencar, rangsangan sedikit saja segera dapat
mengalihkan perhatiannya. Pemusatan perhatian kearah bahan, belajar selalu
terganggu sehingga mengalami kesukaran dalam belajar. Anak yang mudah
memusatkan perhatian dalam belajar maka akan semakin mudah mencapai hasil
belajar yang baik.
Minat dan motivasi siswa untuk belajar akan tumbuh ketika materi pelajaran itu ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Karena itu, sangat penting bagi guru untuk menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa sehari-hari.13
Di samping faktor yang datang dari dalam diri anak didik yang
merupakan faktor mudah sukarnya orang belajar, ada pula factor dari luar diri
anak didik atau faktor eksternal (lingkungan yang turut mempengaruhi) yaitu ada
beberapa faktor :
1. Faktor keluarga
Faktor ini sangat luas dan sangat penting pula artinya bagi kelancaran
belajar anak, cara orang tua mendidik anak dalam rumah tangga, hubungan
orang tua dengan anaknya atau ibu bapak dan anak-anaknya, ibu bapak sebagai
teladan sangat mempengaruhi proses belajar.
Keluarga merupakan lingkaran pertama dari lingkaran-lingkaran pertumbuhan sosial. Ia merupakan penanggungjawab secara mendasar terhadap pembentukan daya pikir, nilai-nilai dan latar belakang pengetahuan seorang murid.14
13
Rudi Hartono, Ragam Model Mengajar yang mudah diterima murid, (Cet.II; Jogyakarta : Diva Press, 2014), h.18.
14 Muhammad Abdullah Ad-Duweisy, menjadi Guru yang Sukses dan Berpengaruh, (Cet. VIII;
Demikian juga suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga
sangat mempengaruhi motivasi belajar anak, suasana rumah yang gundah/gaduh
atau sangat ramai tidak memungkinkan anak untuk belajar dengan baik anak
akan terganggu, konsentrasinya tidak mungkin dapat dipusatkan dan akhirnya
dalam belajar sangat terganggu.
Ekonomi keluarga juga sangat menentukan proses belajar, bilamana
keadaan ekonomi agak baik maka dapat menjamin dan dapat menjadikan sarana
alat perlengkapan dalam belajar seperti meja dan kursi belajar ruangan belajar di
rumah dan perlengkapan seperti radio, tape recorder, TV, Kesemuanya dapat
membantu dalam proses belajar anak.
Dan bilamana keadaan ekonomi rumah tangga agak minim, maka sudah
barang tentu tidak dapat mengadakan sarana dan prasarana dalam belajar anak,
dengan sendirinya dapat mempengaruhi proses belajar anak.
2. Faktor sekolah
Faktor ini juga sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar anak
karena di sekolah inilah berlangsungnya pendidikan / proses belajar mengajar.
Hubungan guru dan murid di sekolah ini sangat mempengaruhi proses belajar
anak. Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan
melihat bahwa di dalam kelas terdapat group yang saling bersaing secara tidak
sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak
nampak, kesemuanya ini mempengaruhi kurang lancarnya proses belajar
Demikian pula keadaan gedung, jumah siswa yang luar biasa sedang
gedung sekolah kecil sekali, mereka duduk berjejal-jejal didalam kelas yang
demikian itu mengakibatkan anak belajar dengan tidak tenang/tidak enak.
Dengan demikian proses belajar anak menjadi terganggu.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ini juga tidak sedikit pengaruhnya terhadap belajar
anak karena selepas dari sekolah maka anak-anak hidup di tengah-tengah
masyarakat. Kalau dalam masyarakat itu anak-anak bergaul dengan teman-teman
yang gemar membaca majalah-majalah, buku-buku Novel yang tak dapat
dipertanggung jawabkan yang akibatnya anak asyik membacanya akhirnya anak
lupa akan tugasnya untuk belajar pelajaran sekolah.
Demikian juga kalau anak hidup di dalam masyarakat di mana
tetangganya hidup anak-anak yang rajin belajar, otomatis anak-anak tersebut ikut
pula untuk belajar walaupun anak itu tanpa disuruh.
Berdasarkan uraian di atas faktor-faktor dari luar terhadap proses belajar
mengajar. Dan faktor dari luar anak sering mempengaruhi faktor yang ada dalam
diri anak. Walaupun anak itu berintelegensi tinggi serta mudah memusatkan
perhatiannya kalau hidup dalam keluarga yang kurang harmonis atau tidak
mendapat kesempatan untuk belajar karena diakibatkan oleh
kesibukan-kesibukannya di rumah setiap hari, demikian pula bila anak itu di dalam
masyarakat yang tidak berpendidikan kesemuanya itu sangat mempengaruhi
Setelah penulis menguraikaan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
bejalar, maka selanjutnya penulis akan membahas faktor-faktor yang
mempengaruhi proses mengajar.
Sebelumnya perlu ditegaskan kembali bahwa : Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.15
Guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu mendidik dan mengajar anak
didiknya diharapkan akan membawa hasil, namun perlu disadari bahwa berhasil
tidaknya tugas yang diembannya itu tergantung kepada faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya kegiatan mengajar ada dua
faktor yaitu :
1. Faktor Internal guru
Faktor intern yang mempengaruhi proses mengajar itu antara lain :
a. Keikhlasan.
Dengan adanya keikhlasan yang dimiliki oleh guru maka terlepaslah ia
dari segala sifat-sifat tercela seperti dengki, riya, ujub takabur dan sebagainya. Dengan demikian seorang guru mengemban tugasnya hanya semata-mata
mencari keridhaan Allah SWT. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
oleh Imam Gazaali “Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima
15 Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Cet. XI; Badung: Remaja Rosdakarya, 2000),
kasih, tetapi bermaksud dengan mengajar itu mencari keridhaan Allah dan
mendekatkan diri kepada Tuhan.“16
Keikhlasan seseorang guru dalam mengajar dapat mempengaruhi hasil
pengajaran yang dilaksanakan dan bahkan tujuan yang ingin dicapai akan sulit
terpenuhi bila faktor tersebut tidak dipenuhi.
b. Kepribadian
Kepribadian guru merupakan faktor yang amat besar pengaruhnya dalam
proses belajar mengajar, seorang guru mengajar sebagian besar ditentukan oleh
penampilan kepribadiannya. Apakah ia berakhlak baik atau apakah ia
memperlihatkan penampilannya yang wajar atau tidak, kesemuanya itu
mempengaruhi proses mengajar.
c. Kewibawaan
Faktor ini juga sangat mempengaruhi proses mengajar bagi seorang guru
dengan wibawa yang dimiliki oleh guru maka murid yang mengikuti
pelajarannya dengan tekun sehingga apa yang diajarkan/dikemukakan oleh guru
mereka mengerti dan jika mereka sudah mengerti berarti guru dalam
memberikan pelajaran berhasil dengan baik. Dan ini berarti kewibawaan guru
merupakan faktor yang mempengaruhi proses mengajar guru.
16 Moh. Athiyah Al-Abrasyi, Attarbiyatul Islamiyah, diterjemahkan oleh Bustami A. Gani
2. Faktor External guru
Faktor yang mempengaruhi proses mengajar dari faktor luar diri guru di
antaranya :
a. Penguasaan bahan
Seorang guru yang ingin mengajar hendaknya menguasai bahan yang
akan disajikan. Dengan menguasai bahan yang akan disajikan itu menimbulkan
keaktifan bagi guru dalam memberikan materi pelajaran yang di ajarkan.
Sehubungan dengan ini Roetiyah NK menyatakan :
“Guru harus menguasai bahan pelajaran sebaik mungkin sehingga dapat
membuat perencanaan pelajaran dengan baik, memikirkan variasi metode, cara memecahkan persoalan dan membatasi bahan, membimbing murid kearah tujuan yang di harapkan tanpa kehilangan kepercayaan terhadap
dirinya.“17
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa dengan menguasai
bahan guru memperoleh beberapa manfaat yaitu :
1. Guru dapat membuat perencanaan pelajaran dengan baik
2. Guru dapat memikirkan varieasi metode yang akan dipakai.
3. Guru dapat memecahkan persoalan dan membatasi bahan
4. Guru dapat membimbing murid kearah tujuan yang diharapkan.
b. Penerapan Metodologi
Penerapan metodologi juga sangat mempengaruhi proses mengajar,
karena walaupun guru menguasai bahan yang akan diajarkan kalau tidak
menguasai tehnik penyajian atau kurang mengetahui metode menyajikan bahan
itu kepada murid maka kurang membawa hasil yang diharapkan. Demikian juga
kalau hanya menyajikan bahan pelajaran dengan menggunakan satu metode
dapat mengakibatkan murid-murid menjadi bosan. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Ny. Roestiyah NK yang mengatakan :
“Waktu guru mengajar bila hanya menggunakan salah satu metode maka
akan membosankan, anak tidak tertarik perhatiannya pada pelajaran. Dengan variasi itu metode dapat meningkatkan motivasi belajar anak.18
Oleh karena itu guru harus mengetahui berbagai metode mengajar dan
mampu menerapkan prinsip mengajar dalam proses mengajar, jadi penerapan
metode mengajar ini merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
siswa.
c. Penggunaan alat peraga
Penggunaan alat peraga dalam mengajar juga sangat besar pengaruhnya
karena dapat menarik perhatian dan membangkitkan semangat atau motivasi
atau aktivitas murid terhadap apa yang diajarkan oleh guru.
Pada waktu guru mengajar di depan kelas harus berusaha menggunakan
alat peraga. Baik dengan menggunakan benda-benda aslinya atau dengan barang
tiruan. Juga boleh dengan benda-benda tiruan. Juga boleh menggunakan media
lainnya seperti radio, tape recorder, video dan sebagainya. Dengan menggunakan
alat-alat tersebut dapat membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan
dan membantu murid untuk membentuk pengertian dalam jiwanya, dengan
demikian dalam mengajar dengan menggunakan alat peraga ini akan lebih
menarik perhatian anak dan lebih merangsang anak untuk berfikir.
18
Dengan menggunakan alat peraga ini maka pelaksanaan pengajaran lebih
efektif.
d. Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi juga tidak sedikit pengaruhnya terhadap proses mengajar, yaitu
untuk mengetahui berhasil tidaknya guru dalam pelaksanaan tugasnya.
Pengajar harus mengetahui sejauh mana murid telah mengerti bahan yang
ia ajarkan. Ia membutuhkan informasi nilai pekerjaannya penilaian memberi
informas tentang hasil pelajaran yang telah disajikan. Jadi dengan evaluasi ini
guru dapat mengetahui berhasil tidaknya ia dalam menyajikan pelajaraan.
Dengan mengetahui menjadi umpan baik bagi dirinya dan berusaha
memperbaiki dalam perencanaan maupun tehnik pengajaran pada masa yang
akan datang.
C. Peranan Guru dalam Proses Pembelajaran
Secara teoritis maupun praktis dalam proses pembelajaran ini tentu
dimulai dari guru sebaik titik awal dan berakhir pada perubahan tingkah laku
murid, perubahan tingkah laku si murid yang diharapkan terjadi itu suatu proses
yang rumit.
Guru sebagai pendidik merupakan faktor yang tak terpisahkan di antara
faktor penting dalam pendidikan, yakni pendidik, anak didik, alat pendidikan,
tujuan pendidikan dan lingkungan. Kelima faktor ini harus ada hubungan timbal
sebab keduanya adalah subjek. Guru sebagai subjek yang mengajar dan murid
sebagai subjek yang belajar.
Proses pembelajaran adalah salah satu masalah dari beberapa masalah
dalam dunia pendidikan. Salah satu komponen yang mempunyai kedudukan
penting bahkan yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran adalah guru.
Tugas guru bukan hanya mengajar (alat transfer ilmu pengetahuan yang
hanya mengedepankan faktor kognitif atau wawasan anak) tetapi sekaligus
mendidik (turut mengembangkan semua potensi anak didik baik
pengetahuannya, sikap tingkah laku dan keterampilan anak didik). Tugas ini
merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaannya, proses pendidikan.
Untuk bisa menunaikan tugas ini guru wajib memiliki segala sesuatu yang
berguna dalam tugasnya termasuk kemampuan dalam meningkatkan motivasi
belajar.
Kedua tugas itu (mengajar dan mendidik) tidak dapat dipisah-pisahkan
melainkan saling memerlukan dan saling mempengaruhi. Guru mengajar berarti
mendidik pula dan mendidik berati mengajar. Salah satu contoh : Seorang guru
agama mengajarkan akhlakul karimah, maka usaha guru itu bukan hanya sekedar
berusaha agar anak didiknya mengetahui berbagai macam akhlakul karimah
akan tetapi sekaligus mendidik anak didiknya agar mereka mengamalkamya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana kita ketahui bawa usaha pendidikan itu mempunyai tujuan
pembelajaran. Maka dalam proses pembelajaran guru mempunyai peranan
penting di antaranya:
1. Mengatur proses Pembelajaran.
2. Menimbulkan kegairahan dan kesediaan anak untuk belajar. 3. Mengembamgkan bakat, sikap dan nilai-nilai yang baik. 4. Membangkitkan motivasi dan minat murid.19
Selanjutnya penulis akan menjelaskan satu persatu dari peran guru
tersebut:
1. Proses pembelajaran.
Mengatur sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran, adalah
faktor utama dalam berhasilnya proses pembelajaran, karena hal itu
memudahakan murid untuk memperoleh pengalaman dan dimanfaatkannya,
pengaturan itu terjadi dengan menghubungkan usur-unsur pelajaran dengan
keperluan–keperluan bagi murid. Dan menjadikan kesatuan yang terpadu berkisar pada masalah-masalah yang menjadi perhatian mereka, dengan
demikian pelajaran menjadi bermakna.
Dengan mengatur proses pembelajaran ini akan mempermudah anak didik
dalam belajar dan menguasai bahan yang diajarkan serta mengamalkannya,
dengan demikian dapat menyimpanya lebih lama. namun demikian perlu
disadari menyusun materi pelajaran, hendaknya memperhatikan semua segi yang
terlibat dalam pelajaran, hendaknya memperhatikan semua segi yang terlibat
19 A. Samana, Sistem Pengajaran (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) dan
dalam pengajaran yakni situasi, guru, fasilitas, dan termasuk faktor utama adalah
anak didik, demikian pelajaran akan mempunyai bekas dalam diri anak.
Untuk mencapai tersebut seyogyanya para guru memperhatikan beberapa
prinsip yang merupakan faktor-faktor penunjang di antaranya:
a. Tujuan harus jelas dalam fikiran anak didik
b. Metode mengajaran harus mempunyai arti bagi anak didik. c. Penyusunan materi pelajaran dalam bentuk kesatuan pelajaran d. Pembagin kegiatan dan materi pengajaran secara baik.
e. Mengikut sertakan anak didik dalam membuat langkah-langkah (rencana) dan merangsang sebanyak mungkin kegiatan mereka.20
Dengan mengamalkan kelima prinsip di atas sebagai faktor stabilisator
dalam megatur proses pembelajaran yang diharapkan membawa dampak yang
positf bagi guru dan murid.
2. Menimbulkan kegairahan semangat dan kesediaan murid dalam belajar.
Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa anak didik berbeda antara
satu dan yang lainnya dalam kecepatan bereaksi dalam menerima pelajaran.
Perbedaan itu semakin jelas dan meluas pada kelas-kelas yang lebih tinggi.
Apabila diteliti secara mendalam bahwa dalam kegairahan anak dan
kesediaannya untuk belajar, kita akan dapati beberapa faktor yang berpengaruh
sekali. Di dalam belajar berhubungan erat dengan kematangan otak dan mental
anak, sebab mempelajari sesuatu tidak mungkin terjadi jika telah terjamin pada
kadar yang sesuai demgan kematangan yang diperlukan. Juga termasuk faktor
penting yang mempengaruhi kegairahan dan kematangan anak untuk belajar
adalah faktor pengalaman yang lalu. Hal ini tergantung pada lingkungan di mana
20
anak itu dibesarkan misalnya keluarga ilmiah, keluarga maju serta masyarakat
Desa dan sebagainya.
Demikian pula faktor penyesuaian materi dengan metode pengajaran
merupakan faktor penting pula dalam keterbukaan dan kesediaan anak untuk
belajar. Selanjutnya keadaan emosi anak dan kadar penyesuaian diri dengan
lingkungannya adalah faktor yang melengkapi faktor terdahulu. Boleh jadi anak
terkebelakang dari prestasi yang sepatutnya ia capai dalam satu pelajaran ini
biasanya disebabkan karena kegoncangan perasaan anak seperti kurang perhatian
orang tua, rasa rendah diri dari keadaan kejiwaan ini biasanya mempengaruhi
kesediaan anak belajar.
Bila guru menghadapi keadaan yang demikian di atas maka di sinilah
guru berperan untuk menimbulkan kembali kegairahan atau semangat anak
untuk belajar.
3. Mengembangkan bakat, sikap dan nilai-nilai yang baik
Berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar
mengajar seperti mengatur jalannya proses pembelajaran, menimbulkan
kegairahan dan kesediaan anak untuk belajar serta mengembangkan bakat, sikap
dan nilai-nilai yang baik yang menjadi bagian dari kepribadian anak didik.
Proses pengajaran adalah seluruh perubahan dan perbaikan yang terjadi
atas kelakuan dan sekolah hanya memuaskan perhatiannya pada pembekalan
anak didik dengan pengetahuan dan ketrampilan, berati belum melaksanakan
ketrampilan, ia meliputi pembinaan individu terhadap dirinya, mulai dari bakat,
sikap dan pembinaan nilai-nilai yang baik.
Kalau kita memperhatikan tugas guru yakni mengajar dan mendidik
maka tentunya di samping membekali anak didiknya dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan maka, lebih utama lagi akan membekalinya
dengan nilai-nilai yang baik yang titik beratnya bukan dengan jalan
pemberitahuan atau ceramah akan tetapi yang lebih penting adalah menjadi
teladan bagi muridnya. Hal ini sesuai anjuran bapak Abu Ahmadi bahwa :
”Guru wajib menjadi teladan tidak hanya di sekolah saja tetapi juga di
luar sekolah, di stasiun, di tempat pertunjukan, di jalan, di rapat-rapat, dan
di mana saja ia berada.“21
Dengan keterampilan tersebut maka jelaslah bahwa guru bukan hanya
mengajar di sekolah tetapi ia juga mendidik maka hendaknya menjadi teladan
baik di sekolah maupun di dalam masyarakat
Perlu ditambahkan penanaman nilai-nilai yang baik akan mengalami
kesulitan apabila hanya dilakukan di sekolah akan tetapi di dalam masyarakat
dan orang tua.
Demikian pula bakat yang ada dalam diri anak perlu dikembangkan agar
mencapai perkembangan semaksimal mungkin.di sinilah semakin nampak peran
guru untuk mengembangkan bakat yang ada dalam diri anak didiknya.
4. Membangkitkan minat atau motivasi anak didik.
Peran guru hendaknya menjaga aturan kelas dan menjadikan murid
bergairah menerima pelajaran serta mengembangkan bakat anak didik dan
hendaknya mengarahkan kelakuan murid kepada yang baik yang diinginkan
dengan suka rela dan kemauannya sendiri. Jalan kearah itu adalah
membangkitkan minat motivasi dengan berusaha memenuhi keperluan mereka
serta mengarahkannya kepada yang benar.
Menurut Abu Ahmadi :
”Pada waktu guru mengajar ia harus selalu berusaha agar murid memusatkan perhatianya kepada sesuatu yang disajikan olehnya kepada arah pelajaran dan menjaga agar jangan sampai minat dan motivasi yang
ada menjadi kendur.“22
Dengan demikian seseorang guru harus senantiasa berusaha agar tetap
membangkitkan minat anak didiknya. Sebagaimana telah kita maklumi bahwa
titik permulaan dalam mengajar yang berhasil adalah membangkitkan motivasi
anak didik. karena dengan cara ini merangsang anak untuk meningkatkan
semangat mereka dalam mempelajari mata pelajaran yang disajikan oleh
gurunya.
Agar usaha guru membangkitkan motivasi dan minat anak didik terhadap
pelajaran oleh Zakiah Darajat mengharapkan kepada para guru :
”Hendaknya para guru lebih banyak memuji dari pada mencelah dan agar
memberi semangat lebih banyak dari pada membentak dalam proses belajr
mengajar, karena celaan mengakibatkan menjauhnya anak didik dari guru dan dari pelajaran sekolah.23
Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa masalah membangkitkan
motivasi dan minat dalam proses pembelajaran sangat penting demi terpusatnya
perhatian murid pada belajar.
D. Pentingnya Motivasi belajar bagi anak
Dari beberapa uraian di atas memberikan gambaran bahwa peranan guru
menduduki posisi yang sangat penting di dalam pembinaan dan pendidikan anak.
Harapan-harapan agar siswa menjadi orang yang berwawasan luas,
berakhlak baik dan dapat menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar,
serta berkecakapan dan berketerampilan, maka perlu ditumbuhkan semangat
belajar dalam diri anak, sebab kunci dari semua harapan itu adalah ada atau
tidaknya semangat motivasi belajar dari anak.
Motivasi atau semangat belajar anak tidak dengan sendirinya muncul
dengan begitu saja, namun perlu dibangkitkan, dan untuk membangkitkan
motivasi ini sangat tergantung pada beberapa faktor di antaranya adalah faktor
dorongan dari guru di sekolah.
Dorongan / motivasi dari guru memegang peranan yang sangat penting di
dalam keberhasilan masa depan anak didik, dan motivasi adalah sesuatu
kekuatan yang dapat menggerakan jiwa anak. Bila motivasi atau semangat
pentingnya belajar ini telah terbangun pada diri anak maka dengan mudah anak
23
akan melaksanakan aktivitas belajar. Sehingga kita tidak terlalu banyak
disibukkan dengan persoalan belajar anak, karena anak sudah dapat
melaksanakan kegiatan belajar secara mandiri, sehingga guru tinggal dituntut
untuk melakukan control dan pengawasan serta mempertahankan motivasinya.
Motivasi adalah unsur penggerak untuk melakukan aktivitas, maka untuk
membangkitkan semangat belajar perlu memahami pertumbuhan dan
perkembangan anak itu sendiri. Pertumbuhan anak lebih banyak berhubungan
dengan kondisi fisik anak, sementara perkembangan lebih banyak berhubungan
dengan kondisi kematangan organ tubuh.
Dengan pengetahuan yang dimiliki guru tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, maka akan lebih mempermudah untuk memahami dan
menggunakan metode yang tepat dalam membangkitkan motivasi belajar anak,
serta menyesuaikan segala pengalaman yang diberikan kepada anak.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa dalam proses kegiatan belajar
banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, dan salah satu cara mengatasinya
adalah dengan memberikan motivasi kepada anak. Segala keterbatasan akan
dapat diminimalisir dan dapat dimengerti oleh anak serta bukan menjadi
penghalang dalam belajar apabila guru mengerti dan memahami cara
memberikan motivasi kepada anak.
Sebaliknya persoalan yang kecil akan dapat menyebabkan atau menjadi
penghalang yang dianggap besar apabila guru sendiri tidak dapat mengatasinya.
fasilitas belajar yang tidak ada, atau mengobati kekurangan secara fisik, namun
membangkitkan rasa kesadaran tentang apa yang harus dilakukan anak adalah
hal yang sangat penting. Kesadaran ini akan memberikan manfaat yang lebih
kepada anak, karena anak di samping melakukan kegiatan dengan penuh
keikhlasan, tetapi juga anak dapat merasakan manfaat dari belajar yang
dilakukan, sehingga anak belajar bukan karena merasa takut dengan guru atau
orang tuanya, atau karena hadiah yang akan diberikan jika anak belajar.
Dalam beberapa teori belajar metode pemberian hukuman dan hadiah
adalah metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan. Memang
kadangkala suatu kegiatan belajar akan dilaksanakan oleh anak jika anak merasa
ada unsur ancaman atau siksaan / hukuman bila tidak mengikutinya. Begitu pula
sebaliknya semangat belajar dapat muncul bila anak dijanjikan hadiah.
Metode ini sesekali dapat dilakukan, namun tidak dapat dilakukan selalu,
serta harus menyesuaikan dengan jenis kegiatan. Sebab bila semua motivasi
belajar dibangkitkan dengan pemberian hukuman atau siksaan bagi yang tidak
belajar, dan pemberian hadiah bagi yang belajar, maka hal ini mengajar anak
hanya mengikuti keinginan guru dan belajar yang mereka lakukan bukan karena
rasa kesadaran yang muncul dari dalam diri mereka sendiri. Pada akhirnya
motivasi belajar semacam ini tidak dapat berjalan dengan lama, dan justru
mendidik anak menjadi orang yang munafik (anak belajar karena guru atau
Sekolah adalah merupakan bahagian yang takterpisahkan dengan
kehidupan anak didik. Oleh karena itu guru di sekolah memiliki peranan yang
sangat strategis dalam membantu meningkatkan kemampuan anak didik dengan
memberikan dorongan dan motivasi belajar sehingga anak dapat melakukan
proses belajar secara mandiri.
Oleh karena itu guru juga seperti orang tua, yang harus juga memahami
tentang pertumbuhan dan perkembangan anak didik sehingga dapat menentukan
jenis pengetahuan yang tepat dan metode belajar yang menarik serta cara
memperlakukan anak dan sikap yang harus ditampilkan guru, apalagi guru
adalah jabatan profesional dan atau keahlian, maka hendaknya seorang guru
benar-benar memiliki keahlian sesuai profesinya.
Upaya memberikan motivasi belajar kepada anak didik dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara, di antaranya memotivasi anak dengan
mengunakan perangkat lunak dan perangkat keras.
Yang dimaksudkan dengan perangkat lunak dalam hal ini adalah cara
membangkitkan motivasi belajar anak dengan mengunakan pendekatan berupa
pujian, sanjungan, sapaan, teguran, ekspresi, penguatan dalam bentuk ungkapan,
pemberian hadiah, dan pemberian hukuman, bercerita, penempatan posisi belajar
dalam kelas, dan ungkapan-ungkapan lain yang bersifat kejiwaan dan dapat
memberikan motivasi belajar anak.
Semetara yang dimaksud dengan perangkat keras adalah semua fasilitas
belajar bila mana kebutuhan anak akan buku dan alat tulis dapat dipenuhi oleh
sekolah dan atau orang tua, seperti buku pelajaran, alat gambar, audio visual
(alat bantu lihat dan dengar), pakaian sekolah, alat bermain olahraga dan
kesenian dan atau alat belajar lainnya.
Kedua jenis fasilitas atau perangkat belajar tersebut di atas adalah
merupakan bahagian yang sangat menentukan bagi tumbuhnya motivasi belajar
anak dan tidak dapat dihilangkan dalam dunia pendidikan. Sehingga kemampuan
seorang guru dalam mengunakan perangkat lunak maupun perangkat keras
adalah sangat menentukan bagi keberhasilan belajar anak, dan kemampuan itu
sangat bergantung pada kemampuan guru dalam memahami pertumbuhan dan
perkembangan jiwa anak, karena penggunaan perangkat keras maupun lunak
harus menyesuaikan dengan kondisi kejiwaan anak pada saat itu.
Suasana kejiwaan anak yang baru ditinggal mati orang tuanya akan sangat
berbeda dengan anak yang kedua orang tuanya masih hidup, maka dalam belajar
guru harus memahami perbedaan kondisi ini dan dapat menciptakan suasana
belajar yang dapat memiliki daya tarik bagi semua anak. Oleh karena itu seorang
guru harus terus mengembangkan kemampuannya dalam melaksanakan
pendidikan dan pengajaran agar lebih berkualitas.
Bentuk lain pemberian motivasi belajar anak adalah dengan mengikutkan
anak pada setiap jenis perlombaan peningkatan bakat dan minat anak, karena ada
anak yang bergairah dalam belajarnya bila diikutkan dalam berbagai kegiatan
belajar anak, maka sebaiknya guru selalu memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan bakat dan minat anak, serta memfasilitasinya agar dapat
berkembang dengan baik dan sehat.
Pemberian motivasi ini memilki beberapa fungsi di antaranya:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Untuk mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak.Ia berfungsi seperti mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.24
Bila mana ini diperhatikan oleh setiap guru dan lembaga pendidikan,
maka akan dapat memiliki anak-anak yang memiliki pengetahuan yang luas,
serta sikap dan keterampilan yang berkualitas.
24 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP , (Cet., V; Jakarta: Gaung
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan
Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan metode deskriptif kualitatif. Metode Deskriptif adalah suatu metode
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa. Tujuan dari penelitian deskriptif ini
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki.1
Dalam penelitian ini penulis tetap menjaga prifasi seseorang dan berusaha
melakukan penelitian secara profesional agar terhindar dari hal-hal yang
menyimpang dari masalah yang diteliti.
Secara rinci pendekatan yang dapat dilakukan di antaranya:
a. Pendekatan paedagogik, yaitu dalam penelitian, penulis menggunakan
pendekatan dari segi pendidikan dengan harapan ada perubahan dari segi
pengetahuan, sikap dan keterampilan anak.
b. Pendekatan Sosiologis, yaitu penulis akan melihat gejala-gejala atau
akibat-akibat sosial yang timbul dalam kehidupan di sekolah sebagai
1 Amir Hadi Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet. I, (Bandung; Pustaka Setia,
akibat pengaruh pemberian motivasi belajar anak di SMK AL-Khairaat
Manado.
c. Pendekatan Kejiwaan, yaitu penulis akan melihat gejala-gejala yang
timbul dari adanya kegiatan pemberian motivasi guru dalam belajar dan
dampak yang ditimbulkannya dari kegiatan tersebut.
B. Waktu dan Tempat Penelitian a. Tempat Penelitian
Adapun yang menjadi tempat penelitian adalah di SMK Al-Khairaat
Manado. Penulis menjadikan SMK AL-Khairaat adalah karena di samping
penulis sebagai guru pada sekolah tersebut juga penulis merasa bahwa masalah
yang menjadi pokus penelitian penulis untuk di SMK Al-Khairaat ini belum
pernah ada yang menelitinya.
b. Waktu Penelitian
Dalam mendapatkan sumber yang diinginkan, maka dalam penelitian ini
penulis memerlukan waktu yang cukup untuk mencapai kesempurnaan hingga
akhirnya menjadi karya tulis ilmiah atau skripsi, seperti yang ada sekarang ini.
Oleh karena itu penulis perlu membuat jadwal dan program kegiata agar rencana
Untuk lebih jelasnya program kegiatan dimaksud dapat dilihat pada tabel
Sumber data dalam penelitian ini ialah berupa pertanyaan-pertanyaan
yang disajikan dalam bentuk wawancara. Adapun jenis-jenis pertanyaan yang
akan diangkat tentunya tidak akan lepas dari permasalahan yang dibahas.
Selebihnya data tambahan seperti dokumen. Berkaitan dengan hal itu pada
bagian ini jenis data dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data yang
diambil berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, dokumen
D. Metode Pengumpulan data
Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan Field Research dan bukan kajian pustaka, sehingga data primernya adalah informasi yang
didapat melalui beberapa tekhnik pengumpulan data, di antaranya adalah:
1. Observasi yaitu pengalaman dan pencatatan secara sistematis terhadap
gejala yang tampak pada obyek penelitian untuk mendapatkan data atau
suatu cara pengumpulan data dalam rangka penulisan skripsi ini dengan
langsung mengadakan survey yang dilakukan berdasarkan pengamatan di
lokasi penelitian dan secara langsung ke obyek yang diteliti.
Dalam hal ini penulis secara langsung melihat aktivitas belajar anak
dengan segala kondisinya, begitu pula penulis mengamati sejauh mana
keikut sertaan guru dalam memberikan dorongan atau motivasi belajar
anak di SMK Al-Khairaat Manado.
2. Wawancara, merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan untuk dijawab. Untuk memperoleh
informasi yang tepat dan obyektif secara mendalam dengan seseorang
yang diteliti, hal ini dimaksudkan untuk lebih mendapatkan obyektivitas
dari pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk kuestioner.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data pendukung penelitian, sehingga dokumentasi
bisa berupa daftar gambar, data tertulis seperti surat resmi dan lain
E. Prosedur Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh peneliti dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data yang ada dengan cara
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, dengan menganalisisnya dalam bentuk analisis deskriptif
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
a. Kondisi Obyektif lokasi penelitian 1. Sejarah singkat lokasi penelitian
Pada tahun 2000 pengurus yayasan Pendidikan Islam Al-Khairaat Banjer
Manado yang diketuai oleh Hi.Idrus Husrin BA. mencoba melakukan refleksi
atas persoalan kondisi pendidikan generasi muda umat Islam dalam menyikapi
perkembangan zaman yang sangat kompetitip. Dari hasil kajian dan penjaringan
pendapat diantara tokoh Al-Khairaat yang ada, maka lahirlah ide tentang
pentingnya membangun lembaga pendidikan yang berorientasi pada
peningkatan keterampilan dan profesionalisme dengan tetap menjadikan norma
agama sebagai bingkainya.
Berangkat dari pertimbangan dan pemikiran tersebutlah maka dibangun
dan didirikanlah lembaga pendidikan yang beroriwntasi pada dunia kerja dengan
nama Sekolah Menengah Kejuruan Al-Khairaat Manado tepatnya pada tahun
2000 dengan SK. Pendirian Nomor : 1776.a/116.8/MN.2000.
Secara fisik bangunan SMK Al-Khairaat Manado pada awal-awal
pendirianya masih sangat terbatas yakni satu ruang kantor dan satu ruang kelas
sekolah, maka sampai saat ini bangunan SMK Al-Khairaat Manado tersebut
sudah dalam keadaaan permanen.1
2. Profil Lembaga
Nama Lembaga : SMK Al-Khairaat Manado
No. Statistik : 342176007904/340561
Akte Notaris : No.141-HT.03..01-Th.1989 Tgl. 11
Desember 1989.
No./Tgl SK.Pendirian : 1776.a/116.8/MM.2000(20 Desember
2000).
Status Lembaga : Terakreditasi B
Status Gedung/Kontruksi : Milik Sendiri/ 3 Lantai
Bidang Keahlian : 1. Bisnis Manajemen/Akuntasi
2. Kesehatan/Keperawatan
3. Teknik Elektronika/Audio-Video
4. Teknik Informasi dan Komunikasi
2. Struktur Organisasi
Dalam melakukan kegiatan pengelolaan proses pembelajaran di SMK
Al-Khairaat Manado ini, kepala sekolah dibantu oleh beberapa orang tenaga
administrasi dan guru, meskipun jumlah tenaga masih sangat kurang, begitu pula
kondisi fasilitas belajar yang juga masih sangat terbatas, namun satu kebanggaan
1 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMK AL-Khairaat Manado Bapak Drs. Yan
masyarakat adalah keinginan menyekolahkan anak mereka ke sekolah ini cukup
besar. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada struktur di bawah ini:
Struktur organisasi SMK Al-Khairaat Manado tahun 2014.
Kepala Sekolah : Drs. Yan Tikoalu,SE.M.Si.
Wakil Kepala Sekolah : Zainal Umardani, S.Pd.
Tata Usaha : Suryani Damongala
Guru – guru : Risna Unti Poni, SE. Rahmawati Mahmud, S.Pd.
Fitrilia Walimani, Sp.
Silvani Cipto, S.Pd.
Nurlaila
Sumber data: SMK Al-Khairaat Manado tahun 2014 3. Keadan Siswa
Tabel II
Statistik Siswa dua tahun terakhir
No Tahun Laki - Laki Perempuan Jumlah
1. 2013-2014 60 74 134
2. 2014-2015 62 75 137
Total 122 149 371
Tabel tersebut di atas memberikan gambaran bahwa jumlah siswa yang
mendaftar sebagai siswa baru setiap tahunnya memiliki intensitas yang tetap dan
cukup banyak.
4. Keadaan Fasilitas Sekolah
Dalam melakukan kegiatan pendidikan, fasilitas belajar adalah hal yang
sangat berpengaruh dan memiliki andil yang sangat besar dalam membantu
meningkatkan mutu pendidikan, karena motivasi belajar juga sangat dipengaruhi
oleh ada tidaknya fasilitas belajar. Oleh karena itu diupayakan hendaknya setiap
lembaga pendidikan dapat memiliki standar fasilitas belajar guna mempermudah
capaian tujuan yang telah ditetapkan.
Gambaran yang lebih jelas tentang kondisi fasilitas belajar di SMK
Al-Khairaat Manadodapat dilihat tabel di bawah ini:
Tabel III Fasilitas Sekolah
No Jenis Fasilitas Jumlah Ket.
1. Gedung 1 Baik
2. Kelas Belajar 15 Baik
3. Ruang Kantor Kepala Sekolah 1 Baik
4. Ruang Dewan Guru 1 Baik
5. Ruang Perpustakaan 1 Baik
7. Ruang Aula -
8. Kantin -
9. Rumah Dewan Guru -
10. Lap. Bulutangkis, Tenis Meja, dll 1
Sumber Data : SMK Al-Khairaat Manado tahun 2014
Gambaran kondisi fasilitas yang ada pada SMK Al-Khairaat Manado
tahun 2014 tersebut di atas menunjukan bahwa kegiatan belajar sudah dapat
dilaksanakan, namun harapan untuk dapat mencapai hasil yang maksimal masih
perlu didukung oleh sejumlah fasilitas yang lebih lengkap lagi. Keterbatasan
fasilitas belajar akan sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar anak didik,
semangat belajar akan rendah dan transfer ilmu pengetahuan akan terasa lamban.
Fasilitas yang lengkap juga akan lebih menggairahkan anak, serta dapat
menciptakan suasana belajar yang lebih nyaman dan kondusif.
5. Keadaan Ekonomi
Ekonomi adalah hal yang sangat prinsip dalam setiap kegiatan termasuk
di dalamnya adalah kegiatan pendidikan. Pendidikan akan dapat berjalan dengan
baik apabila ditunjang dengan kesiapan ekonomi yang mapan dan berkecukupan.
Atau ironisnya bagaimana anak dapat belajar dengan baik bila fasilitas belajar
saja tidak dimiliki, dan untuk mendapatkan fasilitas membutuhkan kesiapan dana
yang cukup sebagai alat tukar.
Untuk lebih jelasnya kondisi ekonomi dari orang tua murid dapat dilihat
Tabel IV
Kondisi Ekonomi Orang tua Murid
No Pekerjaan Jumlah Ket.
1. Petani -
2. Buruh 15 %
3. Pedagang 60 %
4. Pekerjaan Tidak tetap 10 %
5. Pegawai Negeri Sipil 10 %
6 Lainnya 5 %
Jumlah 100 %
Sumber Data : SMK Al-Khairaat Manado tahun 2014
Tabel di atas menerangkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat atau
orang tua anak berada pada strata menengah ke bawah, hal ini karena jumlah
terbanyak pekerjaan orang tua adalah sebagai pedagang kemudian terbanyak
kedua adalah buruh kemudian pekerjaan tidak tetap, sementara untuk pekerjaan
tetap sebagai PNS jumlahnya sangat kecil yakni 10 %.
Kesimpulan kondisi ekonomi orang tua anak didik di SMK Al-Khairaat
6. Kondisi Pendidikan Orang tua
Kondisi pendidikan orang tua sangat mempengaruhi kualitas belajar dan
pendidikan anak, sehingga dengan semakin tinggi pendidikan orang tua, maka
akan semakin baik pula kualitas pendidikan anak, begitu pula sebaliknya.
Tabel IV
Kondisi Pendidikan Orang tua Murid
No Uraian
Jumlah
Total
LK PR
1. Tidak Sekolah - -
2. Tidak Tamat SD - -
3. Tamat SD 31 51 82 org
4. Tamat SLTP 62 42 104org.
5. Tamat SLTA 73 61 134 org
6. Tamat Akademik - - -
7. Tamat S1 - - -
Jumlah 166 154 320 orang
Sumber data : SMK Al-Khairaat Manado tahun 2014
Pendidikan tamatan SLTP dan SLTA menduduki rangking paling atas
pada umumnya orang tua, berarti memberikan kejelasan tentang kemampuan
orang tua dalam membantu meningkatkan kualitas dan mutu belajar anak,
ditambah lagi orang tua yang lulusan Akademi atau sarjana, hanya beberapa
ditingkatkan, karena hal ini akan mengarah pada peningkatan kualitas belajar
anak itu sendiri.
Pemberian motivasi yang baik terhadap anak dalam belajar sangat
bergantung pada kecerdasan orang tua dalam memahami kondisi kejiwaan anak,
serta pentingnya belajar.
7. Keadaan Guru
Tabel V
Daftar nama-nama Guru
No. Nama Guru Status Jabatan
1. Drs. Yan Tikoalu, SE.M.Si. GT Kepala Sekolah
2. Zainal Umardani, S.Pd GT
3. Abdul Razak Habibie,MM. GT
4. Mohammad Giante, MM. GT
5. Silfani Cipto, S.Pd. GT
6. Rahmawati Mahmud, S.Pd. GT
7. Dra. Nelly Waworuntu GT
8. Dra.R.Prasetyaningsi,M.Pd. GT
9. Risnawati Panny,MM. GTT
10. Fitrilia Warman, S.Pd. GTT
11 Sahrifudin Langga,S.Km. GT
12 Budianto Tangahu, ST. GTT
14 Sumira Mokoginta, S.Kep. GT
15 Ghazaly R.,S.Si. GTT
16 Nurleilah S.Pd. GT
Sumber data: SMK Al-Khairaat Manado tahun2014
SMK Al-Khairaat Manado menggunakan sistem guru bidang studi. Oleh
karena itu dengan gambaran tabel di atas, menunjukan bahwa kondisi kuantitas
tenaga guru di sekolah ini dianggap layak dan memenuhi standar kebutuhan.
Tabel VI
Sumber Data : SMK Al-Khairaat Manadotahun 2014
Gambaran kualitas tenaga guru dapat dilihat pada tabel VI di atas.. Dari
segi kualitas tenaga guru yang ada menunjukan bahwa SMK Al-Khairaat telah
memiliki tenaga trampil sesuai dengan kebutuhan tenaga guru yang ada. Namun
B. Cara Guru dalam memberikan motivasi belajar anak di SMK Al-Khairaat Manado
Pendidikan dan pengajaran yang diterapkan oleh guru pada SMK
Al-Khairaat Manado tentunya tidak dengan begitu saja dengan mudah dapat
diterima oleh anak didik tanpa memperhatikan salah satu faktor yang turut
menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan belajar, di antaranya adalah anak
didik itu sendiri, sehingga pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi anak
didik baik jasmani maupun rohaninya menjadi penting bagi setiap guru.
SMK Al-Khairaat Manado adalah merupakan salah satu Sekolah
Kejuruan yang berciri khas agama Islam, yang memiliki tugas melaksanakan
pendidikan kepada anak didik, sehingga dalam pembahasan ini penulis akan
menguraikan beberapa cara yang dugunakan oleh guru dalam pemberian
motivasi belajar di SMK Al-Khairaat Manado di antaranya:
1. Motivasi belajar dengan menggunakan perangkat lunak.
Peningkatan motivasi belajar bagi anak adalah merupakan hal yang sangat
penting, karena hal ini akan mempengaruhi kualitas hasil belajar di samping juga
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak semakin baik.2
Dalam pendidikan, kita mengenal adanya perangkat lunak sebagai sarana
mempermudah proses belajar mengajar. Dan perangkat lunak ini merupakan
bahagian dari pendekatan yang bernuansa kejiwaan di antaranya yang dilakukan
oleh guru pada SMK Al-Khairaat Manado adalah:
2 Hasil Wawancara dengan bapak Drs.Yan Tikoalu, SE.M.Si. Kepala Sekolah SMK Al-Khairaat
a. Pemberian motivasi belajar melalui kata-kata atau bahasa.
Pemberian motivasi belajar siswa melalui kata-kata ini dilakukan oleh
guru dengan berbagai macam dan coraknya, bergantung pada kondisi atau situasi
anak pada saat itu, sehingga ia lebih bersifat fleksibel. Pemberian motivasi
kepada anak melalui kata-kata ini dianggap sangat baik dalam meningkatkan
gairah belajar anak, hal ini dilakukan misalnya kata-kata berupa pujian atau
sanjungan terhadap prestasi yang dicapai anak didik berupa kata-kata”bagus, sangat baik, tidak buruk, atau kami bangga memiliki murid seperti kamu, hebat,
lumayan dan lain sebagainya masih banyak lagi kata-kata yang dapat
membangkitkan semangat belajar anak dan ungkapan sebuah penghargaan yang
selalu dilakukan oleh guru di SMK Al-Khairaat Manado, sehingga anak
memiliki gairah belajar dan merasa senang dengan guru.
Pendekatan berupa ungkapan lain yang dilakukan oleh para guru di
antaranya adalah berupa sapaan, misalnya: dengan mengatakan kepada anak
“bagaimana kabarmu? Bagaimana kondisi orang tuamu? Tinggal di mana?
Ibu/bapak guru senang kamu anak yang rajin dan disiplin! Bagaimana dengan
belajarmu apa baik-baik saja?3
Dalam kondisi lain misalnya bila guru melihat tulisan anak kurang baik,
guru sering mengatakan kepada anak misalnya: lumayan tulisanmu tidak jelek!
Namun perlu ditingkatkan!.
3 Hasil Wawancara dengan bapak Drs. Yan Tikoalu SE.M.Si. Kepala Sekolah , pada tanggal 21
Ungkapan kata-kata yang tegas juga dilakukan kepada anak-anak yang
melakukan pelanggaran misalnya saya tidak suka itu! Tinggalkan dan benahi
dirimu! Sayangilah orang lain seperti engkau menyayangi dirimu sendiri.
Pemberian hukuman juga dilakukan kepada anak dalam bentuk misalnya
anak disuruh menghafalkan pelajaran tertentu, atau diberi tugas yang juga dapat
meningkatkan kompetensi anak dalam bidangnya masing-masing, atau hukuman
yang bernuansa pembentukan kebiasaan baik. 4
Sebaliknya pemberian hadiah juga dapat dilakukan guru terutama pada
saat penerimaan raport atau lomba tertentu atau ketika anak memperoleh prestasi
tertentu.
b. Pemberian motivasi melalui gerakan tubuh
Komunikasi kepada anak dengan gerakan bahasa tubuh ini dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya: guru sering menyapa dengan sentuhan atau guru
menepukkan tangan pada punggung murid, serta merangkulnya secara sepintas.
Sentuhan dan tepukan tersebut bila diikuti dengan kata-kata yang bijak seperti
pujian atau penghargaan, maka akan sangat membangkitkan motivasi belajar
anak terutama kepada anak yang nakal.
Untuk prestasi yang dicapai siswa misalnya dalam pengembangan bakat
dan minat baik dalam bidang olehraga, maupun kesenian, kemudian guru
4 Hasil Wawancara dengan guru kelas 12 ibu Rahmawati Mahmud, S.Pd. pada tanggal 2