• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Hukum Islam pada Perbankan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Hukum Islam pada Perbankan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM PADA

PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Proposal Disertasi

Oleh:

MUHAMMAD SYAHRULLAH, SE, MM

1.1. Latar Belakang

Islam merupakan agama samawi yang mengatur seluruh aspek kehidupan secara komprehensif, serta bersifat universal yang senantiasa sesuai dengan dinamika kehidupan. Sebagai “way of live” Islam memandang adanya hubungan yang erat dan integral antara keimanan dan kehidupan masyarakat, politik, hukum, pendidikan, dan ekonomi. Islam bukanlah merupakan agama sekuler yang memisahkan agama dan fenomena social.

Dalam bidang hukum, Islam merupakan peraturan yang mengikat bagi semua

orang yang beragama Islam tanpa pengecualian. Dalam konteks kenegaraan, Hukum Islam adalah segala peraturan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah

SAW, tentang perbuatan manusia mukallaf yang diyakini dan diakui berlaku serta mengikat bagi seluruh umat Islam dengan mendapat persetujuan dari Negara, atau telah menjadi hukum nasional, seperti hukum Fikih Islam dalam perbankan syariah telah dimasukkan dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah1.

Diterimanya Hukum Islam di Indonesia menjadi Hukum Nasional karena secara yuridis formal dan secara normative, hukum Islam telah menjadi hukum yang hidup di dalam masyarakat Indonesia. Sebagai Negara yang berpenduduk beragama Islam, tentunya hukum yang paling relevan dan sesuai dengan jiwa bangsa adalah hukum positif yang sesuai dengan agama yang dianut.

(2)

Dalam bidang ekonomi, Islam memberikan pedoman secara sempurna, lugas dan tegas, baik secara teoritis maupun implementatif. Islam menuntut setiap muslim untuk memanifestasikan ajarannya dalam seluruh aspek kehidupan. Tidaklah semupurna iman seorang muslim apabila ia melaksanakan ibadah setiap hari, tetapi dalam kesehariannya melakukan transaksi yang menyimpang dari ajaran Islam.

Sebagai agama yang universal tentu sangat memperhatikan masalah pembangunan ekonomi. Menurut Islam, pembangunan ekonomi bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujunannya bukan semata-mata kesejahteraan material dunia, tetapi juga kebahagian akhirat2. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surah An-Nisaa’ ayat 29:































































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Ayat diatas menunjukkan betapa pentingnya dalam perniagaan terjalin

hubungan kerelaan atau kesepakatan pada pihak-pihak yang bertransaksi, sehingga akan terhindar dari penyesalan atau kekecewaan yang berdampak pada kebencian, balas dendam, atau saling membunuh.

Perkembangan Perbankan syariah yang dimulai pada tahun 1991 terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan hingga pertengahan 1997, dan pertumbuhan yang sangat signifikan justru terjadi sejak krisis ekonomi tahun 1997. Hal ini disebabkan kemampuan Perbankan Syariah dalam menghadapi gejolak

(3)

moneter yang diwarnai tingkat bunga yang sangat tinggi, sementara Perbankan Syariah terbebas dari negative spread karena tidak berbasis bunga.3

Namun demikian, perkembangan Perbankan Syariah belum diimbangi dengan kemajuan di bidang hukum dengan tidak adanya undang-undang secara spesifik mengelaborasi kekhususan Perbankan Syariah. Barulah setelah 28 tahun kemudian sejak berdirinya Bank Syariah DPR bersama Pemerintah membentuk UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Dapat dikatakan bahwa Pengesahan UU Perbankan Syariah oleh DPR pada 17 Juni 2008 dan pengundangan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada 16 Juli 2008 sangat terlambat. Sebab, pada zaman penjajahan saja, pemerintah kolonial Belanda saja sudah mengakomodasi sebahagian

aspirasi masyarakat muslim dalam bidang ekonomi syariah, yang tercermin pada ordonansi riba tahun 1938 Tentang Riba yang memberikan kewenangan kepada

hakim untuk membatalkan perjanjian yang memberatkan salah satu pihak (pasal 2 ayat 14 Ordonansi Riba 1938).4

Model implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah bersifat statis dan berkembang pada waktu yang bersamaan. Adapun kebijakan statisnya terletak pada tataran prinsip dan fundamental. Sedangkan yang dimaksud implementasi Hukum Islam yang bersifat dinamis adalah setiap prinsip dasarnya sangat mudah diadaptasikan terhadap berbagai macam model aplikasi di setiap tempat dan waktu, sehingga tercipta kondisi citeris paribus.5

Memahami Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia memiliki urgensitas yang bernilai tinggi, baik dalam bentuk prinsip, undang-undang, dan model aplikasinya, agar Perbankan Syariah mampu mengejar ketertinggalannya dari bank-bank konvensional yang ada di tanah air dan atau bank Islam yang ada di dunia.

3 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah; Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek (Jakarta: Alvabebet, 2000) Cet. III, 9

4 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Addenda Cooigeada (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve), 1.

(4)

Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini mengambil judul: IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA. Judul ini menitikberatkan pada penerapan Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan dirumuskan berkaitan dengan kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan diantaranya sebagai berikut :

a. Faktor apa saja yang mempengaruhi Hukum Islam pada perbankan syariah?

b. Bagaimana implementasi Hukum Islam terhadap perbankan syariah di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada bab sebelumnya mengenai kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan maka tujuan penelitian diantaranya sebagai berikut :

a. Menganalisis dan menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi hukum Islam pada perbankan syariah

b. Menganalisis dan menjelaskan bagaimana penerapan hukum Islam pada perbankan syariah

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dalam pembahasan mengenai kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan diantaranya adalah : a. Secara teoritis dapat menambah dan memperdalam keilmuan dalam bidang

(5)

b. Manfaat praktis adalah untuk membangun kesadaran dan menjadi masukan bagi pemerintah mengenai pentingkan merumuskan Hukum Islam pada perbankan syariah yang berbasis Al-Qur’an dan As-Sunnah agar dapat beroperasi sesuai dengan tuntutan syariah

1.5. Kerangka Teoritis 1.5.1. Teori Hukum Islam

Dalam sebuah teori receptio in complex, Van den Berg menyatakan bahwa syariat Islam secara keseluruhan berlaku bagi pemeluk-pemeluknya. Jadi, jika penduduk masyarakat beragama Islam, maka hukum yang berlaku harus hukum

Islam.

Kemudian pendapat ini ditentang oleh Van Vollenhoven dan Snouck

Hurgronje sebagai penemu teori baru yaitu teori receptie yang menyatakan bahwa Hukum Islam dapat diberlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum adat. Jadi dengan demikian menurut pandangan teori ini, untuk berlakunya hukum Islam harus diresepi (diterima) terlebih dahulu oleh hukum adat. Teori receptie ini berpangkal dari keinginan Snouck Hurgronje agar orang-orang pribumi rakyat jajahan jangan sampai kuat memegang ajaran Islam, sebab pada umumnya orang-orang yang kuat memegang ajaran Islam dan hukum Islam tidak mudah dipengaruhi oleh peradaban Barat. Atas dasar itulah ia memberikan nasihat kepada Pemerintah hindia Belanda untuk mengurus Islam di Indonesia dengan berusaha menarik rakyat pribumi (inlander) agar lebih mendekat kepada kebudayaan Eropa dan pemerintah Hindia Belanda.6 Eksistensi teori receptie ini kemudian dikokohkan melalui Pasal 134 I.S. yang menyatakan bahwa bagi orang pribumi kalau mereka menghendaki, diberlakukan Hukum Islam, selama hukum itu telah diterima di masyarakat Hukum Adat.

6 Afdhol, Kewenangan Pengadilan Agama Berdasarkan UU No. 3 tahun 2006 & Legislasi

(6)

Eugen Ehrlich, seorang ahli hukum dari Austria, menyatakan bahwa pengaruh hukum di dalam masyarakat harus dilakukan dengan pendekatan hukum yang hidup dalam masyarakat itu sendiri. Artinya bahwa, “Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat”. Teori ini berpangkal pada perbedaan antara hukum positif dengan hukum yang hidup (living law) dalam masyarakat. Dia menyatakan dalam hukum positif hanya akan efektif apabila selaras dengan hukum yang hidup dalam masyarakat, yang dalam istilah antropologi dikenal dengan pola-pola kebudayaan (culture patterns).7

Selanjutnya, Eugen Ehrlich mengajurkan untuk mengadakan pembaharuan hukum perundang-undangan dengan kesadaran untuk memperhatikan

kenyataan yang hidup dalam masyarakat. Kenyataan-kenyataan tersebut dinamakan “living dan just law yang merupakan “inner order dari pada masyarakat mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalamnya. Jika ingin diadakan perubahan hukum atau membuat suatu Undang-Undang agar hukum atau Undang-Undang yang dibuat itu dapat diterima dan berlaku secara efektif di dalam kehidupan masyarakat, maka suatu hal yang patut diperhatikan adalah hukum yang hidup dalam masyarakat itu.8 Jika hal itu tidak mendapat perhatian, maka akibatnya hukum tidak bisa berlaku efektif bahkan akan mendapat tantangan (rigid).9

Muchtar Kusumaatmadja, juga menegaskan agar hukum dapat berfungsi secara efektif, selain harus memperhatikan kesadaran hukum yang tumbuh di dalam masyarakat, hendaknya hukum itu juga dilegalisasi oleh kekuasaan secara tertulis sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, karena hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan dan kekuasaan tanpa hukum adalah kezaliman.10

Dengan demikian, Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam, tentunya hukum yang paling relevan dan laik dengan jiwa bangsa adalah hukum

7 Soejono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: Rajawali, 1991), 36 8 W. Fridman, Legal Theory, Edisis ke 3 (Steven and Sons Limited), 52

9 R. Otje Salman, Ikhtisar Filsafat Hukum (Bandung: Armico 1999), 52

(7)

positif yang sesuai dengan agama yang dianut, yakni hukum yang sesuai dengan al-Qur’ân dan as-Sunnah. Kepatuhan atau loyalitas terhadap sistem ekonomi syariah sesuai dengan teori receptio in complexu yang dikemukakan oleh Lodewijk William Christian van den Berg yang pada intinya mengatakan bahwa hukum mengikuti agama yang dianut oleh seseorang. Kalau orangnya beragama Islam, maka hukum Islamlah yang berlaku baginya. Menurutnya orang Islam yang ada di Indonesia telah melakukan resepsi hukum Islam secara keseluruhan.11

1.5.2. Teori Kewenangan dan Kekuasaan

Diskusi permasalahan hukum tentunya akan berkaitan erat dengan masalah

kekuasaan dan wewenang. Hubungan hukum dengan kekuasaan dapat di rumuskan dengan slogan ”hukum tanpa kekuasaan adalah angan-angan, kekuasaan tanpa

hukum adalah kelaliman”.12

Dalam artian bahwa dalam penerapan hukum, maka di perlukan kekuasaan sebagai pendukung, salah satu sebabnya adalah di karenakan hukum bersifat memaksa, karena tanpa adanya paksaan, maka pelaksanaan hukum akan mengalami hambatan. Namun semakin tertib masyarakatnya, maka semakin berkurang kekuasaan sebagai pendukungnya.

Karena begitu eratnya kaitan antara hukum dan kekuasaan, maka seakan tidak dapat memisahkan antara keduanya. Bahkan ada yang menyebutkan bahwa hukum sendiri sebenarnya adalah kekuasaan.13 Hukum merupakan salah satu sumber dari kekuasaan, namun juga merupakan pembatas bagi kekuasaan. Oleh karena itu tidak dapat dibenarkan apabila kekuasaan di gunakan sebagai alat untuk bertindak sewenang-wenang. Karena dalam tataran praktis dilapangan orang akan cenderung

11 Mohamad Daud Ali, Hukum Islam di Peradilan Agama (Kumpulan Tulisan) (Jakartan: Raja Grafindo Persada, 2002), 225

12 Adegium hukum ini yang selalu dijadikan argumentasi dalam setiap kita mempelajari ilmu hukum, untuk itu istilah ini menjadi populer di kalangan mahasiswa, dosen dan setiap orang yang secara langsung maupun tidak langsung mempelajari ilmu hukum. Baca Mochtar Kusumaatmadja,

Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembangunan Nasional (Bandung: Alumni, 1994), Hal. 75

(8)

ingin memiliki kekuasaan yang melebihi dari apa yang telah di gariskan. Padahal hukum memang membutuhkan kekuasaan, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan kekuasaan itu untuk menunggangi hukum.14

Miriam Budiardjo memberikan arti kekuasaan sebagai kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.15 Kekuasaan ini yang kemudian oleh sebagian besar di cari atau bahkan menjadi rebutan dalam setiap kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini. Hal itu di pengaruhi oleh adanya hasrat dan keinginan manusia yang bermacam-macam sehingga dirasa perlu untuk

memaksakan kemauan dirinya atas orang lain.

Hal yang sama juga di katakan Mac Iver yang merumuskan kekuasaan

sebagai berikut : The capacity to control the behavior of other either directly by fiat or indirectly by the manipulation of available means, yang artinya kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan memberi perintah, maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia.16

Lebih lanjut Miriam Budiardjo bahwa kekuasaan dalam masyarakat selalu berbentuk piramida yang bersumber pada kekerasan fisik, kedudukan dan kepercayaan.17 Agar kekuasaan dapat di jalankan maka di butuhkan penguasa atau organ sehingga negara itu di konsepkan sebagai himpunan jabatan-jabatan itu diisi oleh sejumlah pejabat yang mendukung hak dan kewajiban tertentu berdasarkan subjek-kewajiban.18 Dengan demikian, lahirlah teori yang menyatakan bahwa negara

14 Karakteristik hukum membutuhkan kekuasaan yakni untuk memberikan kepastian hukum. Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000), hal. 146.

15 Miriam Budiardjo, Dasar-Da sar Ilmu Politik, (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002), hal.35.

16 Mac Iver, The Web of Government, dalam Moh.Kusnardi dan Bintan Siragih, Ilmu

Negara, (Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000), hal 116.

17 Op Cit, hal. 36

(9)

merupakan subjek hukum buatan atau tidak asli atau yang di sebut teori organ atau organis.19

Asal atau sumber kekuasaan dalam suatu negara secara umum dapat di golongkan menjadi 2 (dua) bagian. Pertama, erat kaitannya dengan teori teokrasi, yang mana menyatakan bahwa asal mula kekuasaan berasal dari Tuhan. Teori ini berkembang pada zaman abad pertengahan yakni abad ke V sampai abad ke XV.20 Sedang Kedua berhubungan dengan teori hukum alam yang secara umum memberikan pemahaman bahwa kekuasaan berasal dari rakyat. Kekuasaan dari rakyat tersebut yang kemudian di serahkan kepada seseorang (raja) untuk menyelenggarakan kebutuhan masyarakat.

Bila di hadapkan pada persoalan kekuasaan, maka orang berpendapat bahwa kekuasaan itu sering diartikan hanya dalam bidang politik saja.21 Padahal kekuasaan

dapat beraspek dua keilmuan, yakni berkaitan dengan hukum dan politik. Dalam hukum tata negara, wewenang (bevoegdheid) di deskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht), dalam hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan.22 Kekuasaan mempunyai makna yang sama dengan wewenang karena kekuasaan yang dimiliki oleh legislatif, ekskutif dan yudikatif adalah kekuasaan formal.

Kekuasaan dapat berasal dari dua bagian, pertama berasal dari peraturan perundang-undangan dan yang kedua berasal dari bukan peraturan perundang-undangan atau karena jabatan yang dimilikinya. Sedangkan kewenangan hanya berasal dari peraturan perundang-undangan yang sah dan diakui oleh suatu negara. Berdasarkan uraian diatas, maka kekuasaan memiliki dua aspek, yakni aspek politik dan aspek hukum. Sedangkan kewenangan hanya beraspek hukum saja. Dapat diartikan bahwa kekuasaan bersumber pada peraturan perundang-undangan dan di

19 F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, (Dwiwantara, Bandung), 1964, hal. 127-129 20 Soetomo, Ilmu Negara, (Usaha Nasional, Surabaya, 1993), hal. 51-69

21 Moh. Kusnardi dan Bintan Siragih, Ilmu Nega ra, (Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000), hal. 116.

(10)

luar peraturan perundang-undangan, sedangkan kewenangan harus harus berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kewenangan merupakan kekuasaan yang sah, yang bersumber pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuasaan belum tentu kewenangan, akan tetapi kewenangan sudah tentu merupakan kekuasaan. Kewenangan dan wewenang tentunya memiliki perbedaan yang mendasar. Dalam bahasa Belanda wewenang di sebut juga ”bevoegheid”. Menurut Philipus M. Hadjon, ada perbedaan antara kewenangan dengan wewenang, perbedaannya terletak pada karakter hukumnya. Istilah ”bevoegheid” digunakan baik dalam konsep hukum publik maupun dalam konsep hukum hukum privat. Dalam hukum kita istilah

kewenangan atau wewenang seharusnya di gunakan dalam konsep hukum publik.23 Dalam konsep hukum tata negara, “bevoegheid” (wewenang) di deskripsikan

sebagai “rechtmacht” (kekuasaan hukum). Jadi dalam hukum publik wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Sedangkan dalam konsep hukum administrasi Belanda, soal wewenang selalu menjadi bagian penting dan bagian awal dari hukum administrasi karena objek hukum administrasi adalah “bestuursbevoegdheid” (wewenang pemerintahan).24

Jadi perbedaan antara kewenangan dan wewenang adalah pertama kali harus membedakan antara (authority, gezag) dan wewenang (competence, bevoegdheid). Gezag adalah ciptaan orang-orang yang sebenarnya paling berkuasa.25 Kewenangan yang disebut juga “kekuasaan formal” yang berasal kekuasaan yang di berikan oleh Undang-Undang atau legislatif dari kekuasaan ekskutif atau administratif yang bersifat utuh atau bulat. Sedangkan wewenang hanya mengenai suatu bagian tertentu saja dari kewenangan. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang

23 Ibid, hal. 1 24 Ibid, hal. 1

(11)

(rechtsbe voegdheben).26 Wewenang juga merupakan dalam ruang lingkup tindakan hukum publik, lingkup wewenang pemerintahan, tidak hanya meliputi wewenang membuat keputusan pemerintahan (besluit), akan tetapi meliputi wewenang dalam rangka pelaksanaan tugas serta distribusi wewenang utamanya di tetapkan dalam Undang-Undang Dasar.

Sedangkan kewenangan dapat diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi maupun mandat.27 Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan, sedang delegasi adalah pemindahan/pengalihan suatu kewenangan yang ada.28 Secara sederhana dapat diartikan atribusi merupakan kewenangan yang asli atas dasar konstitusi (Undang-Undang Dasar), sedang kewenangan delegasi

pelimpahan wewenang kepada organ pemerintahan yang lain dan mandat pemberian wewenang untuk bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat.

Ada perbedaan khusus antara delegasi dan mandat. Delegasi merupakan pemberian, pelimpahan atau pengalihan kewenangan oleh suatu organ pemerintahan kepada pihak lainuntuk menganmbil keputusan atas tanggung jawab sendiri, sedangkan mandat bertanggung jawab atas nama atau tanggung jawabnya sendiri mengambil keputusan.29 Akan tetapi sebenarnya dalam teori pendelegasian, apabila suatu kewenangan sudah di delegasikan, maka tidak dapat lagi di tarik kembali oleh lembaga pemberi delegasi.

1.6. Metode Penelitian

Fokus penelitian30 pada penelitian ini adalah akan mengkaji mengenai Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia. Sedangkan Metode

26 Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya Dalam Sistem

Ketatanegaraan Republik Indonesia, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006), hal. 211.

27 Mustamin DG. Matutu.dkk, Mandat, Delegasi, Atribusi dan Implementasinya di

Indonesia, (UII Press, Yogyakarta, 2004), hal. 109-159.

28 Philipus M. Hadjon. dkk, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Gajah Mada University Press, 2002), hal. 130.

(12)

yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode penulisan hukum normatif,31 yaitu cara penulisan yang didasarkan pada analisis terhadap beberapa asas hukum dan teori hukum serta peraturan perundang-undangan yang sesuai dan berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian hukum normatif ini adalah suatu prosedur dan cara penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari segi normatifnya.32

Sedangkan pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah terdiri dari 3 (tiga) pendekatan yakni pendekatan perundang-undangan

(statute approach), pendekatan konseptual33 (conceptual approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach).34 Pendekatan perundang-undangan (statute

approach) di gunakan untuk meneliti dan mengkritisi35 peraturan perundang-undangan yang dalam penormaannya masih terdapat kekurangan dalam hal

tulis. Untuk memahami mengenai ini, baca John W. Creswell, Reserch Design, Qualitative &

Quantitative Approaches, (SAGE Publications, International Educational and Professional Peblisher,

Thousand Oaks, London New Delhi, 1994) Hal. 2. Bandingkan S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) usulan Penelitian, Desain Penelitian, Hipopenelitian, Validitas, Sampling,

Populasi, Observa si, Wa wancara, Angket, (PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan ke-4, 2011), Hal. 16

31 Penelitian hukum normatif ini merupakan kegiatan sehari-hari seorang sarjana hukum, bahkan penelitian hukum yang bersifat normatif hanya mampu dilakukan oleh seorang sarjana Hukum, sebagai seorang yang sengaja dididik untuk memahami dan menguasai disiplin Hukum. Sebagaimana pendapat C.F.G Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Penerbit Alumni, cetakan ke-2, 2006) 139

32 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Bayu Media Publishing, Malang, 2006), Hal.57

33 Unsur pertama dari bahasa keilmuan merupakan konsep. Kegiatan membangun sebuah teori atau model, mirip dengan membangun rumah atau tembok, sebelum membangun seorang pengembang (developer) tentu harus mengetahui struktur tanah, luas lahan, dan alokasi penggunaannya arah dan kekuatan tiupan angin dan lain sebagainya. Untuk itu konsep dapat diartikan sebagai symbol yang digunakan untuk memaknai fenomenon. Baca John J.O.I Ihalalauw, Bangunan

Teori, (Salatiga : Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Edisi Millenium,

2000), hal20-22

34 Untuk lebih lebih jelasnya tentang macam-macam pendekatan dalam penelitian hukum normatif bandingkan Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat), (Rajawali Pers, Jakarta, 2001), hal. 14. dengan Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,

(Prenada media, Jakarta, 2006), hal. 93-137 dan Johnny Ibrahim, Op Cit, Hal. 299-321

35 Dalam studi ini berupaya memberikan masukan kritik dan saran terhadap peraturan prundang-undangan yang kurang tepat dan baik baik dari segi penormaan maupun dalam realitas penyelenggaraannya, untuk itu kemudian dinamakan sebagai teori hukum kritis. Untuk mengetahui hal teori ini silakan baca Roberto M Unger, La w a nd Modern Society : Towa rd a Criticism of Social

Theory, (The Free Press), hal235. Bandingkan Munir Fuady, Filsafat dan Teori Hukum Postmodern,

(13)

Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia. Pendekatan konseptual (conceptual approach) dipakai untuk memahami konsep-konsep dan teori36 yang berkaitan dengan Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia, serta pendekatan perbandingan (comparative approach) di pakai untuk meneliti perbandingan Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia dengan Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di beberapa negara di dunia.

Bahan hukum merupakan bahan dasar yang akan dijadikan acuan atau pijakan dalam penulisan penelitian ini. Adapun yang menjadi bahan hukum dalam penulisan penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni bahan hukum primer, skunder dan

tersier. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas.37 Bahan-bahan hukum primer terdiri dari peraturan

undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.

Bahan hukum skunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.38 Adapun bahan hukum skunder yang digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai materi yang terdapat dalam bahan hukum primer berasal dari beberapa literatur, buku tesk, jurnal hukum, karangan ilmiah dan buku-buku lain yang berkaitan langsung dengan tema penulisan penelitian ini. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder.39 Bahan hukum ini sebagai alat bantu dalam penulisan penelitian ini. Adapun bahan hukum tersier ini dapat berupa kamus-kamus hukum yang berkaitan langsung dengan penelitian ini.

36 Teori hukum berbeda dengan hukum posotif, teori hukum menjadi landasan dalam pembentukan dan cara pandang terhadap hukum positif. Untuk itu kemudian terdapat hubungan antara kegiatan berfikir, bahasa hukum dan teori hukum. Baca J.J.H. Bruggink, Rechts Reflecties,

Grondbegrippen uit de Rechtstheori, (England : Kawuler, 1995) hal. 1-2. Bandingkan H.R. Otje

Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, (Bandung : Penerbit Refika Aditama, cetakan ke-2, 2005), hal. 45

37 Peter Mahmud Marzuki, Op Cit, Hal. 141

38 Op Cit, Hal.13

(14)

Dalam penelitian ini di gunakan metode analisis deduksi,40 yaitu metode analisa dengan melakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan (rumusan masalah) yang terdapat dalam penelitian ini untuk kemudian di korelasikan dengan beberapa asas dan teori yang menjadi landasan atau pisau analisa dalam penulisan penelitian ini sebagai langkah untuk menemukan konklusi, jalan keluar maupun konsepsi ideal tentang hal-hal yang menjadi pembahasan.

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini di susun dengan sistematika yang terbagi dalam 4

(empat) Bab. Masing-masing Bab terdiri dari atas beberapa subbab guna lebih memperjelas ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. Adapun urutan

dan tata letak masing-masing Bab serta pokok bahasannya adalah sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian latar belakang permasalahan Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia. Selanjutnya di tetapkan rumusan masalah yang menentukan arah penelitian dan ruang lingkup pembahasan, sehingga akan secara komprehensif memberikan gambaran pembahasan yang menjadi titik tekan pembahasan. Dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan yang memberikan gambaran mengenai tujuan dan manfaat dari penulisan sesuai tema yang diambil, dan yang terakhir di jelaskan tentang metode penelitian, dalam metode penelitian diuraikan tipe penelitian bagaimana sebuah pendekatan masalah dilakukan sekaligus sumber bahan hukum, prosedur pengumpulan bahan hukum dan dasar analisis yang

40 Metode deduksi adalah metode yang merupakan kesimpulan-kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran setelah mempelajari peristiwa-peristiwa khusus atau peristiwa-peristiwa yang konkret. Untuk lebih jelasnya baca : Sjachran Basah, Ilmu Nega ra,

Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembanga n, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung), Hal. 71.

(15)

dipakai guna mendukung pembahasan. Dalam bab ini diakhiri dengan pertanggung jawaban sistematika, yakni gambaran dari masing-masing bab atau pembahasan.

BAB 2 : LANDASAN TEORITIK HUKUM ISLAM

Pada Bab II ini akan di uraikan tentang landasan teori Hukum Islam di Indonesia, beserta pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam membahas Hukum Islam di Indonesia. Disitu akan disebutkan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan Hukum Islam di Indonesia. Pada sub bab berikutnya akan disinggung mengenai teori yang berkaitan dengan pembahasan, seperti teori subjek hukum, teori kewenangan dan kekuasaan. Hal itu diperlukan untuk memberikan

gambaran atau sebagai pisau analisa dalam pembahasan berikutnya. Sehingga pedoman berfikir dalam pembahasan akan berpedoman pada teori-teori yang ada

pada bab ini.

BAB 3: MODEL PERBANKAN SYARIAH

Dalam bab 3 ini akan diurai mengenai Model Perbankan Syariah di Indonesia. Dalam bab ini juga akan dikaji mengenai berbagai macam Model Perbankan Syariah berbagai negara yang ada di dunia. Dalam bab ini juga akan dibandingkan dengan beberapa negara yang dalam pembangunan ekonomi masyarakatnya mengikutsertakan Perbankan Syariah untuk berperan aktif dalam pembangunan ekonomi bangsa. Dengan demikian akan terjadi perbandingan Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia dengan berbagai negara yang ada di dunia, sehingga mampu memberikan gambaran mengenai Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia dan yang ada di berbagai negara di dunia.

(16)

akan dijelaskan mengenai epistemologi Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia. Pada bab ini akan dijelaskan juga sumber hukum perbankan syariah. Selanjutna pada bab ini akan diterangkan dasar-dasar hukum perbankan syariah. Melalui pembahasan ini akan mengetahui akar pokok persoalan mengenai Hukum Islam pada Perbankan Syariah di Indonesia. Sehingga dapat memberikan jawaban yang cukup mendasarkan pada fakta filosofis, yuridis dan sosiologis.

BAB V : IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Dalam Bab ini akan dibahas bagaimana penerapan Hukum Islam pada

Perbankan Syariah di Indonesia. Pada bab ini dijelaskan mekanisme penerapan hukum perbankan syariah di Indonesia. Selanjutnya dalam bab ini juga dibahas

bagaimana penerapan Hukum Islam pada Perbankan Syariah di negara—negara lain. Kemudian dalam bab ini akan dianalisa model Implementasi Hukum Islam pada Perbankan Syariah yang memberikan pencapaian yang maksimal dalam pengembangan ekonomi syariah.

BAB VI : PENUTUP

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006)

Afdhol, Kewenangan Pengadilan Agama Berdasarkan UU No. 3 tahun 2006 & Legislasi Hukum Islam di Indonesia (Surabaya: Airlangga University Press, 2006)

Bruggink, J.J.H. Rechts Reflecties, Grondbegrippen uit de Rechtstheori, (England : Kawuler, 1995)

C.F.G Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, (Bandung : Penerbit Alumni, cetakan ke-2, 2006)

Creswell, John W. Reserch Design, Qualitative & Quantitative Approaches, (SAGE Publications, International Educational and Professional Peblisher, Thousand Oaks, London New Delhi, 1994)

Erliana Hasan, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, (Ghalia Indonesia, Jakarta, Cetakan ke 1, 2011)

F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, (Bandung: Dwiwantara, 1964)

Fridman, W, Legal Theory, Edisis ke 3 (Steven and Sons Limited, 2004)

H.R. Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, (Bandung : Penerbit Refika Aditama, cetakan ke-2, 2005)

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Addenda Cooigeada (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2000)

Iver, Mac, The Web of Government, dalam Moh.Kusnardi dan Bintan Siragih, Ilmu Negara, (Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000)

Jimly Ashiddiqie, Perihal Undang-Undang, (Jakarta, Konstitusi Press, 2006)

(18)

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Bayu Media Publishing, Malang, 2006)

Kranenburg dan Tk. B. Sabaroedin, Ilmu Negara Umum, (PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1986)

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasa r Ilmu Politik, (PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002)

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam Pembanguna n Nasional (Bandung: Alumni, 1994)

Moh. Kusnardi dan Bintan Siragih, Ilmu Negara, (Gaya Media Pratama, Jakarta, 2000)

Mohamad Daud Ali, Hukum Islam di Peradilan Agama (Kumpulan Tulisa n)

(Jakartan: Raja Grafindo Persada, 2002)

Muchtar Kusumatmaja, Hukum Masyarakat dan Pembinaan Hukum (Bandung: Bina Cipta, 1976)

Munawat Iqbal, Financing Economic Development, dalam Abdul Hasan Muhammmad Sadeq (Malaysia: Planduk Publication, 1990)

Munir Fuady, Filsafat dan Teori Hukum Postmodern, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, cetakan ke-1, 2005)

Mustamin DG. Matutu.dkk, Mandat, Delegasi, Atribusi dan Implementasinya di Indonesia, (UII Press, Yogyakarta, 2004)

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Prenada media, Jakarta, 2006)

Philipus M. Hadjon. dkk, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Gajah Mada University Press, 2002)

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII dan BI, Ekonomi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008)

(19)

S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) usulan Penelitian, Desain Penelitian, Hipopenelitian, Validitas, Sampling, Populasi, Observasi, Wawancara, Angket, (PT. Bumi Aksara, Jakarta, Cetakan ke-4, 2011)

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000)

Sjachran Basah, Ilmu Negara, Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000)

Soejono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: Rajawali, 1991)

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), (Rajawali Pers, Jakarta, 2001)

Soetomo, Ilmu Negara, (Usaha Nasional, Surabaya, 1993)

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dimuat dalam lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 No. 94 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4867

Unger, Roberto M, Law and Modern Society : Toward a Criticism of Social Theory, (The Free Press, 2000)

Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Pradnya Paramita, Jakarta, 1976)

Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah; Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemurnian secara parsial menggunakan ammonium sulfat dengan konsentrasi 40─60 % terhadap enzim amilase dari bakteri amilolitik endogenous bekatul hasil isolasi dari

Periksa seluruh kondisi alat terhadap hal-hal yang tidak benar 2.10.3 Preventive maintenance 1000 hours.. Preventive maintenance 1000 hours adalah service yang dilakukan setiap

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

TABEL 51 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2016 UPAYA KESEHATAN GIGI

Seperti yang sudah peneliti jelaskan di bab-bab sebelumnya bahwa, Transformasi struktur perekonomian adalah proses perubahan struktur perekonomian yang pada mulanya lebih

Dari hasil pengamatan diperoleh kondisi kelas yang akan diteliti sebelum diberi tindakan dengan model pembelajaran Project Based Learning, yaitu keaktifan belajar siswa

Dengan Meningkat tingkat berpikir siswa, siswa akan lebih mudah dan lebih kereatif menyelesaikan masalah matematika tentang segiempat yang diinterpretasi dalam

Hasil observasi, cara komunikasi yang dilakukan oleh Satpol PP terhadap pelanggaran yang dilakukan salah satunya adalah menggunakan bahasa yang baik, menjelaskan bahwa sebelum