BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum sebagai sarana pendidikan untuk mendidik diri sendiri dengan kata lain tempat mendapatkan pendidikan nonformal, mempunyai tugas
untuk menghimpun, memelihara dan mendayagunakan bahan perpustakaaan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Salah satu jenis perpustakaan yang
dapat dimanfaatkan dan menyediakan beragam sumber daya informasi yang disesuaikan dengan keberagaman penggunanya adalah perpustakaan umum.
Menurut Sutarno (2006, 43) :
Perpustakaan umum adalah lembaga pendidikan yang dinyatakan sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang, dan tingkat sosial, umur, pendidikan serta perbedaan lainnya.
Sedangkan Sjahrial-Pamuntjak (2000 : 3) menyatakan bahwa :
Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda keanggotaan dari perpustakaan tersebut.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa perpustakaan umum merupakan
wadah pengetahuan yang mendukung kepentingan masyarakat umum sebagai pusat informasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum
masyarakat umum tanpa membedakan penggunanya. Dan perpustakaan milik
pemerintah daerah yang berasal dari dana masyarakat dan diperuntukkan untuk melayani masyarakat sehingga memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan.
2.1.1 Tugas Perpustakaan Umum
Setiap perpustakaan mempunyai tugas-tugas untuk mencapai maksud dan tujuan dari perpustakaan tersebut. Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan
Perpustakaan Umum (2000, 5) tugas pokok perpustakaan umum adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan
pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.
Sedangkan menurut Sutarno (2006, 37) “Tugas perpustakaan umum memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai pusat informasi, pusat sumber belajar, tempat rekreasi penelitian dan sebagai pelestarian koleksi bahan pustaka yang dimiliki”.
Selain itu, Badan Standardisasi Nasional (SNI 7495, 2009), menyatakan tugas perpustakaan umum adalah:
a. Menyediakan sarana pengembangan kebiasaan membaca sejak usia dini;
b. Menyediakan sarana pendidikan seumur hidup;
c. Menunjang sistem pendidikan formal, non formal dan informal; d. Menyediakan sarana pengembangan kreativitas diri anggota masyarakat;
e. Menunjang terselenggaranya pusat budaya masyarakat setempat sehingga aspirasi budaya lokal dapat terpelihara dan berkembang dengan baik;
f. Mendayagunakan koleksi termasuk akses informasi koleksi perpustakaan lain serta berbagai situs Web;
g. Menyelenggarakan kerja sama dan membentuk jaringan Informasi;
h. Menyediakan fasilitas belajar dan membaca;
j. Menyelenggarakan perluasan layanan antara lain melalui perpustakaan keliling .
Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa sebagai penyedia pelayanan informasi, perpustakaan umum bertugas untuk mengolah, memelihara, dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka sehingga koleksi dapat bermanfaat
dengan baik bagi masyarakat. Selain itu, perpustakaan umum mempunyai tugas untuk melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi sehingga
dapat mencerdaskan kehidupan masyarakat pengguna.
2.1.2 Fungsi Perpustakaan
Bermacam fungsi yang diemban oleh sebuah perpustakaan. Secara khusus,
setiap jenis perpustakaan mempunyai fungsi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan tujuan yang akan dicapai oleh setiap
perpustakaan tersebut berbeda. Untuk mencapai tujuannya, perpustakaan umum mempunyai beberapa fungsi yang harus dilaksanakan dengan baik.
Dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2006, 6)
fungsi perpustakaan umum adalah:
a. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan;
b. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui pembelian, langganan, tukar-menukar, dan lain-lain;
c. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka; d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi;
e. Pendayagunaan koleksi;
f. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang langsung di perpustakaan maupun yang menggunakan telpon, faximili dan lain-lain;
g. Pemasyarakatan perpustakaan;
h. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan; i. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak Pemerintah, tokoh-tokoh
masyarakat dan mitra kerja lainnya;
Menurut Yusuf (1996, 23), fungsi perpustakaan umum adalah :
1. Fungsi Informatif
Segala informasi yang dimiliki perpustakaan umum sanggup menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh segenap anggota masyarakat. Sumber informasinya berpotensi memberitahukan atau memberikan informasi kepada segenap anggota masyarakat yang membutuhkannya;
2. Fungsi Edukatif
Segala informasi yang dimiliki perpustakaan umum dimaksudkan untuk mendidik segenap anggota masyarakat yang memanfaatkannya, termasuk anggota masyarakat yang belum sempat menggunakannya;
3. Fungsi Rekreatif
Koleksi yang disediakan perpustakaan umum banyak yang berisi informasi ringan, artinya tidak mendalam seperti halnya pada perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi, apalagi perpustakaan khusus. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat yang dilayani sangat beragam, baik pada tingkat pengetahuan, pendidikan, maupun usianya sehingga sumber informasi yang disediakan pun harus disesuaikan dengan keragaman kondisi masyarakat tersebut.
Berdasarkan uraian di atas mengenai fungsi perpustakaan umum, dapat
diketahui bahwa perpustakaan umum berfungsi menyimpan, merawat, mengembangkan dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka serta menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi
dan sarana/prasarana untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Fungsi perpustakaan umum akan terlaksana dengan baik jika perpustakaan umum telah
melakukan tugasnya dengan baik.
2.2 Persepsi
Pengertian persepsi yang dinyatakan dalam buku Depdiknas (2003), yaitu:
Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dan situasi lingkunganya. Dengan kata lain, tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsinya. “Persepsi adalah kesan seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang dipengaruhi faktor internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan faktor eksternal, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya.
Menurut Walgito (2002, 69) pengertian persepsi adalah:
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkanstimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.
Hal senada juga disampaikan oleh Suwarno (2009, 52) persepsi dapat didefenisikan, sebagai suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan
mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Sedangkan Rakhmat (2003, 51) menyatakan bahwa persepsi adalah
pengamatan tentang objek periwisata atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga
memberikan makna pada sensori stimuli.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui persepsi merupakan suatu penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal yang dapat menentukan tindakan dari orang yang bersangkutan. Penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek ataupun
informasi yang diterima melalui panca inderanya. 2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
yang melihat sesuatu mungkin memberikan interprestasi yang berbeda tentang
yang dilihatnya. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990, 41).
Latar belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan. Menurut Pareek seperti dikutip oleh Arisandy (2004, 26) terdapat
empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, antara lain: 1. Perhatian
Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita
tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita; 2. Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan sesaat;
3. Kesediaan
Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu;
4. Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
Menurut Miftah Toha (2004, 154) faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi;
b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
Sedangkan menurut Arikunto (2002, 19), menyatakan bahwa persepsi
dipengaruhi faktor-faktor yaitu :
a. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang;
b. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya; c. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di
lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku; d. Faktor perbedaan latar belakang tingkah laku kultural
(kebiasaan)
e. Faktor eksternal dan internal.
Sementara Menurut Walgito (2004, 70) faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu: a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor;
b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang;
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian
merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang
mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal yang berasal dari diri
sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau
kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi.
2.2.2 Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Sunaryo (2004, 98) yang dikutip oleh Walgito syarat-syarat
terjadinya persepsi adalah (a) adanya objek yang dipersepsi; (b) adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan
persepsi; (c) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus; (d) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
2.2.3 Proses Persepsi
Adapun proses pembentukan persepsi menurut Walgito (2002, 71)
diuraikan sebagai berikut:
indera, proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.
Hal yang senada juga disampaikan oleh Widyatun (2004, 111) “bahwa
proses terjadinya persepsi adalah karena objek/stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera objek tersebut menjadi panca indera, kemudian objek stimulus tadi dibawa ke otak terjadi adanya respon atau stimulus berupak kesan
atu respon dibalikan lagi ke indera menjadi berupa tanggapan atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman dari hasil kerja otak”.
Menurut Toha (2004, 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:
a. Stimulus atau Rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya; b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkanatau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut;
c. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangatpenting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi,dan kepribadian seseorang.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa proses pembentukan suatu persepsi melewati beberapa proses seperti penglihatan, pendengaran dan perabaan melalui alat indera terhadap objek yang dijadikan
perhatian. Suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu
tahapan, yaitu stimulus atau rangsangan, registrasi, dan interpretasi. Proses suatu
persepsi dibutuhkan suatu rangsangan yang diterima oleh indera dan kemudian akan diterjemahkan oleh otak dan akan menghasilkan suatu persepi bergantung
pada cara pendalaman dan kepribadian seseorang.
2.3 Pemustaka
Istilah pemustaka baru digunakan dan dipakai setelah disahkannya UU No.
43 tahun 2007. Menurut undang-undang, yang dimaksud dengan pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Jadi, dapat
disimpulkan, bahwa pengertian dari pemustaka adalah, orang yang memanfaatkan jasa layanan yang telah disediakan di perpustakaan.
Pemustaka adalah orang atau badan yang menggunakan perpustakaan. Hermawan dan Zulfikar (2006) membagi pemustaka Perpustakaan menjadi lima kelompok, yaitu:
a. Anggota. Pemustaka adalah mereka yang telah menjadi anggota perpustakaan;
b. Pembaca. Orang yang membaca berbagai jenis bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan;
c. Pelanggan. Dalam hal ini, perpustakaan menganggap pemustaka sebagai pelanggan yang ahrus dilayani;
d. Klien. Dalam hal ini, hubungan perpustakaan dengan pemustaka sudah seperti hubungan pengacara (ahli hukum) dengan orang yang dibelanya. Posisi pustakawan sudah sebagai penasehat; e. Patron. Pada dasarnya patron ini lebih kepada orang-orang yang
peduli dan ikut menyeponsori perpustakaan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pemustaka
2.3.1 Jenis Pemustaka
Pengunjung, anggota dan pemakai perpustakaan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Menurut Suwarno (2009, 80) kriteria pemustaka dapat dibagi
menjadi dua kriteria yaitu (a) kriteria objektif seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan system informasi; (b) kriteria sosial dan psikologis seperti
sikap dan nilai menyangkut informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya; sebab dan alasan yang berkaitan dengan prilaku
mencari informasi dan komunikasi, prilaku sosial serta profesional pemustaka. Bedasarkan kriteria yang telah dibahas sebelumnya, maka pemustaka
dapat dibagai atas beberapa jenis seperti (a) pemustaka yang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti pelajar dan mahasiswa; (b) pemustaka yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan merupakan informasi yang berkaitan dengan
pekerjaan mereka. Perpustakaan perlu mengetahui beberapa karakteristik Pemustaka terutama dalam menunjang aktivitasnya. Penna (1988) mengungkapkan karakteristik tersebut adalah :
a. Individual or group yaitu apakah Pemustaka datang ke
perpustakaan sebagai individu atau sebagai suatu kelompok;
b. Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan
oleh Pemustaka untuk membaca buku atau belajar;
c. Social situation, yaitu aspek sosial dari Pemustaka;
d. Leisure or necessity factor, yaitu apakah Pemustaka berkunjung
ke perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau karena dia membutuhkan buku atau informasi tertentu;
e. Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang didalami
Pemustaka. Apakah dia sedang menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus, atau sedikit lebih luas;
f. Level of study, yaitu tingkat pendidikan Pemustaka. Kebutuhan
g. Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme Pemustaka dalam memanfaatkan layanan perpustakaan.
Sulistyo - Basuki (2004, 399) mengkategorikan pengguna informasiilmiah
menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Ilmuwan (peneliti), yang bergerak dalam penelitian dasar dan eksperimental dalam ilmu - ilmu dasar;
b.Insinyur (engineers, rekayasawan, spesialis praktis), bergerak dalam bidang disain eksperimental, proyeksi dan aktivitas operasional dalam berbagai bidang teknologi dan industri;
c. Manajer dalam ruang lingkup sains, teknologi dan ekonomi nasional.
Menurut Ajick (2010) ada berbagai sifat dan karakter Pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi Pemustaka:
a. Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya;
b. Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin;
c. Banyak bicara dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya; d. Banyak permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya
serta minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia;
e. Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberikan banyak pilihan namun mengikuti seleranya;
f. Senang membantah harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah terpancing untuk berdebat;
g. Lugu dihadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan permintaan;
h. Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki, tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas kunjungannya;
i. Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul; j. Yang sombong dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi
Kepuasan Pemustaka, (user satufi cation) adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Menurut Lasa (2009, 155) kepuasan pemustaka dipengaruhi oleh (a)
kinerja pelayanan; (b) respon terhadap keinginan pemustaka; (c) kompetensi petugas; (d) pengaksesan mudah, murah, tepat dan cepat; (e) kualitas koleksi; (f) kesediaan alat temu kembali; (g) waktu layanan.
Dari defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pemustaka adalah penilaian orang/kelompok/lembaga yang menggunakan atau
memanfaatkan perpustakaan, tentang pustaka/informasi atau jasa sebagai hasil perbandingan antara prestasi yang dirasakan dan diharapkan melalui pernyataan
emosional terhadap evaluasi pada pengalaman konsumsi.
2.4 Pustakawan
Pustakawan dapat diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat dengan dunia pustaka atau bahan pustaka. Pelayanan dalam perpustakaan adalah merupakan ujung tombak suksesnya sebuah perpustakaan.
Oleh sebab itu, perpustakaan harus dapat memberikan layanan yang baik bagi penggunanya. Agar dapat memberikan layanan yang baik sesuai dengan
fungsinya, perpustakaan memerlukan tenaga yang memadai baik dari jumlah dan kualitas yang harus dimilikinya. Jumlah dan kualitas dari tenaga pustakawan yang
bekerja di lingkungan perpustakaan sangat bergantung dari jenis perpustakaan. Menurut pendapat Hermawan (2006: 45) menyatakan bahwa, ”pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan
induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan”.
Sedangkan dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, dinyatakan bahwa ”Pustakawan adalah seseorang
yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”.
Selain pendapat di atas, Soeatminah (1992, 161) menyatakan bahwa:
Pustakawan adalah pegawai negeri sipil yang berijazah di bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi, yang diberi tugas secara penuh oleh penjabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan perpustakaan dan dokumentasi pada unit – unit perpustakaan instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya.
Dalam Undang-undang R.I No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal
1 ayat 8 menjelaskan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa seorang pustakawan harus memiliki kompetensi dan pengetahuan
dalam melaksanakan tugasnya. Seorang pustakawan juga harus memenuhi persyaratan sebagai pustakawan yang ideal.
Uraian di atas menyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang
dibutuhkan bagi pustakawan dalam buku Pedoman Penyelengaraan Perpustakaan
Umum (1992, 94) adalah sebagai berikut:
a. Ramah dan menarik sehingga pengunjung betah di perpustakaan; b. Aktif dan selalu membantu memenuhi kebutuhan pengunjung; c. Selalu menambah pengetahuan agar lebih mudah dalam
memberikan layanan;
d. Kreatif dan dinamis dengan selalu mencari upaya untuk memberikan layanan;
e. Dapat melakukan penelitian sederhana untuk meningkatkan layanan misalnya meneliti buku-buku yang disukai pengunjung dan lain-lain.
f. Dapat mengantisipasi kebutuhan dan keinginan pengunjung tehadap bahan pustaka;
g. Dapat melakukan berbagai metode layanan seperti cara bercerita, mengoperasikan proyektor film, slide, filmstrip dan lain-lain; h. Bekerjasama sesama petugas layanan sehingga bagian layanan
semakin menarik bagi pengunjung perpustakaan umum;
i. Dapat mengembangkan teknik layanan dengan saling belajar dan saling tukar pengalaman sesama petugas layanan;
j. Dapat melakukan kerjasama antar perpustakaan, khususnya antar petugas bagian layanan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pustakawan tidak
hanya memiliki kompetensi di bidang perpustakaan tetapi juga harus memenuhi persyaratan yang ideal sebagai pustakawan. Oleh karena itu, sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pengguna berkunjung ke perpustakaan maka
pustakawan harus memiliki kriteria tersebut agar pengguna senantiasa berkunjung dan merasa betah di perpustakaan.
2.4.1 Peran Pustakawan
Peranan pustakawan dalam melayani penggunanya, sangat beragam. Misalnya pada lembaga pendidikan seperti di Perpustakaan Sekolah, di samping
samping sebagai pustakawan, dapat pula menjadi peneliti. Dalam banyak hal
pustakawan memainkan berbagai peran (berperan ganda). Menurut Yusuf (1996: 24) mengemukakan bahwa:
Peran pustakawan perpustakaan umum adalah menyeleksi bahan pustaka agar sesuai dengan kebutuhan dan kemutakhiran informasi. Pustakawan harus rajin mengikuti berita – berita bahwa pustaka melalui mass media surat kabar, majalah, radio, dan televisi dan lain – lain.
Peran seorang pustakawan selama ini ialah membantu pengguna untuk mendapatkan informasi dengan cara mengarahkan agar pencarian informasi dapat
efisien, efektif, tepat sasaran, tepat waktu. Dengan perkembangan teknologi inforamsi maka peran pustakawan lebih ditingkatkan sehingga dapat berfungsi
sebagai mitra bagi para pencari informasi.
Menurut Hermawan dan Zulfikar (2006, 57) peran pustakawan adalah sebagai berikut:
a. Edukator
Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik ia harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan;
b. Manager
Pada hakikatnya pustakawan adalah ”manager informasi”yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain;
c. Administrator
Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yang dicapai, kemudian melakukan upaya – upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik;
d. Supervisor
keterampilan, baik rekan – rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayani; (c) mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan – hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; dan (d). mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan kinerja unit organisasinya.
Sedangkan Abbas dalam Kusumah (2001 : 1) mengemukakan peran pustakawan adalah :
a. Pustakawan sebagai gerbang ke masa depan dan masa lalu; b. Pustakawan sebagai pengajar;
c. Pustakawan sebagai manajer knowledge;
d. Pustakawan sebagai organizer jaringan sumber-sumber informasi;
e. Pustakawan sebagai penyokong untuk pengembangan kebijakan informasi;
f. Pustakawan sebagai komunitas partner;
g. Pustakawan sebagai pengayak sumber informasi;
h. Pustakawan sebagai kolaborasi dengan penyedia sumber teknologi;
i. Pustakawan sebagai teknisi;
j. Pustakawan sebagai konsultan informasi.
Uraian di atas mengemukkan bahwa pustakawan berperan sebagai pendidik manager, administrator, supervisor dalam melaksanakan pembinaan dan
meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan kinerja perpustakaan.
2.4.2 Tugas Pokok Pustakawan
Pustakawan merupakan salah satu sumber daya yang menggerakkan
sumber-sumber lain dalam organisasi perpustakaan yang menungkinkan perpustakaan dapat berperan secara optimal di dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya. Oleh karena itu tuntutan kualitas dan profesionalisme pustakawan mutlak diperlukan. Di samping itu untuk memperlancar mekanisme pelaksanaan
Menurut Ahmad, (2011) tugas-tugas yang dikerjakan oleh seorang
pustakawan di perpustakaan adalah sebagai berikut: a. Pengadaan bahan pustaka;
b. Pengolahan dan pengelolaan sumber informasi;
c. Pendayagunaan dan pemasyarakatan informasi (karya cetak, karya rekam, dan multi media);
d. Pengkajian untuk pengembangan perpustakaan, dokumentasi, dan informasi;
e. Pengembangan profesi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas pustakawan tidak hanya duduk diam di perpustakaan saja, pustakawan dapat mengerjakan tugas-tugas
kepustakawanan seperti menulis buku, membuat terjemahan, membuat atau menyampaikan makalah, melakukan penyuluhan, menyusun abstrak, dan
sebagainya. Tugas-tugas tersebut dapat dilakukan pustakawan baik secara mandiri maupun kelompok.
2.4.3 Penampilan Pustakawan
Dalam memberikan pelayanan kepada pengguna perpustakaan dan informasi, pustakawan harus memperhatikan penampilan pribadinya. Dengan penampilan pribadi yang anggun, pelayanan akan berlangsung dengan baik dalam
suasana yang menyenangkan.
Menurut Soetimah (1992) penampilan pustakawan dalam memberikan pelayanan yaitu :
1. Wajar
Pustakawan harus mampu tampil atau bersahaja, sehingga dapat diterima oleh siapapun, baik atasan, rekan sejawat maupun masyarakat pada umumnya. Pustakawan tidak boleh tinggi hati. Tampil wajar, artinya tampil bersahaja, tidak over ekting, tidak lebih atau tidak kurang. Wajar harus terlihat dalam tingkah laku, berpakaian, berucap dan bertutur kata sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungannya;
2. Jujur
akan menumbuhkan kepercayaan dari orang lain, baik dari atasan, rekan maupun pengguna, kejujuran dapat menjaga citra diri seseorang. Kejujuran mengakui kelebihan dan kelemahan diri sendiri dan orang lain adalah sikap profesional;
3. Berpakaian Sopan
Pustakawan harus tahu etika berpakaian, pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berpakaian sopan. Berpakaian sopan artinya bagi wanita pakaianya bersih, rapi tidak boleh terlihat auratnya;
4. Tampil Tenang
Pustakawan harus bisa tampil tenang, tidak gugup, ketika melihat banyak pengunjung perpustakaan yang harus dilayani. Jangan terburu-buru agar pelayanan tidak menjadi berantakan dan tidak memuaskan;
5. Murah Senyum
Pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus tampil ceria dan senyum, sehingga menunjukkan pribadi yang optimis dan profesional;
6. Bertutur Kata Baik
Pustakawan harus bisa bertutur kata baik. Keterampilan bertutur kata baik tidak datang dengan sendirinya, tetapin perlu belajar, latihan, dan perlu pengalaman. Semakin sering dilatih akan semakin pandai bertutur kata baik. Bertutur kata yang baik harus dilakukan kepada siapa saja. Pustakawan yang mampu bertutur kata yang baik menunjukkan bahwa ia adalah pustakawan profesional;
7. Pandai Bergaul
Pustakawan harus pandai bergaul, baik dengan rekan, atasan maupun pengguna. Karena pustakawan dalam menjalankan tugasnya selalu berhubungan dan berinteraksi dengan manusia. Pergaulan mempunyai etika, oleh karena itu pustakawan alam pergaulannya harus berpegang pada etika pergaulan.
2.5 Keterampilan Interpersonal
Keterampilan interpersonal sebagai kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti
pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim. Pakar lain mengatakan bahwa interpersonal skill adalah kecakapan atau
Menurut Rakhmat (2001,37) keterampilan interpersonal dapat mencakup
beberapa hal seperti: (a) kemampuan, kesanggupan, kepandaian seseorang dalam mengerjakan sesuatu terutama berkomunikasi; (b) memiliki konsep diri dan
kepribadian yang kuat; (c) meningkatkan potensi diri di bidangnya; (d) mengasah diri dan mengubah kemampuan berkomunikasi; (e) berpenampilan menarik dan menyenangkan; (f) meningkatkan human relation dalam kehidupan bermasyarakat
dan organisasi; (g) meningkatkan kemampuan menjadi pemimpin dan dapat bekerjasama dalam team.
Menurut Agustini (2005, 26) Good interpersonal skill merupakan kunci sukses dalam pekerjaan apapun. Pada situasi pekerjaan di mana melibatkan
banyak kontak dengan orang lain, seperti yang telah terjadi di perpustakaan maka kemampuan berkomunikasi dengan baik akan berpengaruh pada hasil pekerjaan mereka. Kemampuan ini tidak saja menuntut keterampilan dalam berinteraksi dan
berkomunikasi secara efektif tapi juga keterampilan membangun hubungan yang baik dengan individu lain. Dengan keterampilan ini seseorang pustakawan diharapkan dapat membangun dan menanamkan image positif seperti yang
diinginkan karena dia tahu bagaimana memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan karakter pengguna. Untuk itu ada beberapa hal yang
harus diperhatikan: (a)customer care; (b) penampilan staf; (c) penggunaan tata cara yang tepat; (d) menciptakan hubungan baik dengan pengguna.
Menurut Robins (2013) “keterampilan interpersonal adalah sebagai
membangun hubungan yang harmonis dengan memahami dan merespon manusia
atau orang lain.
Menurut Islahulben (2013,2) Adapun beberapa keterampilan dalam
keterampilan interpersonal yaitu:
1. Keterampilan mendengarkan (listening)
Salah satu dari komponen proses komunikasi adalah bagian menerima pesan salah satunya ialah mendengarkan, mendengarkan bukan secara harfiah menggunakan alat pendengaran (telinga), tetapi memiliki artiyang lebih luas dengan penggunaan alat penerimaan pesan lainnya. Berikut ada empat alasan utama mengapa orang perlu mendengarkan:
a. Untuk memahami dan memperoleh informasi
Orang yang menguasai informasi memiliki kesempatan besar untuk sukses, baik secara pribadi maupun konteks profesional, sebab di era sekarang mengusai informasi berarti menguasai sumber daya.Memahami perintah, memahami pesan dan memahami kebutuhan orang lain, menggali lebih banyak informasi sangat dibutuhkan sebagai modal agar dapat berkomunikasi serta menjadi kemampuan utama untuk dapat berhasil dalam setiap pekerjaan.
b. Analisis terhadap kualitas informasi
Kemampuan seseorang untuk dapat menganalisis informasi sangat dibutuhkan agar bertindak dengan tepat. Mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan meningkatkan kualitas pesan yang diterima, kelengkapan data dan kemampuan mengolah informasi, sehingga simpulan atau analisis terhadap suatu kondisi atau keadaan dapat diambil.
c. Membangun dan memelihara hubungan
Alasan untuk mendengar adalah alasan untuk melakukan komunikasi secara efektif. Banyak survey telah membuktikan bahwa orang yang memiliki kemampuan untuk mendengar dengan efektif memiliki hubungan yang lebih baik dengan sesamanya, sebaliknya mereka yang kurang mampu untuk mendengarkan akan memperburuk hubungan atau tidak dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan sesamanya.
d. Menolong orang lain
memberikan pola atau persfektif yang baru tentang permasalahan yang kita hadapi;
2. Keterampilan providing feedback (memberikan umpan balik) Umpan balik adalah setiap bentuk komunikasi yang disampaikan kepada seseorang dengan tujuan agar orang tersebut mengetahui dampak perilakunya terhadap anda dan orang lain;
3. Keterampilan persuading (membujuk)
Persuading (membujuk) adalah komunikasi tatap muka yang
dilakukan dengan sengaja oleh seseorang dengan tujuan agar pihak lain mau mengikuti dengan sukarela kehendak seseorang; 4. Keterampilan resolving conflict adalah kemampuan untuk
mengatasi konflik dengan orang lain.
Resolving Conflict (kemampuan untuk mengatasi konflik dengan
orang lain) adalah bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang dengan tujuan menjadi penengah atau pemberi nasehat agar masalah yang sedang terjadi bisa dapat terselesaikan.
Dalam skema hidup bersama ini muncul kebutuhan untuk memahami
kebutuhan manusia lain, maka ada banyak hal yang harus kita kuasai dalam keterampilan interpersonal yang dikutip oleh Lifakura (2013) antara lain:
a. Bagaimana kita mengenali diri kita sendiri;
b. Bagaimana kita mengenal dan memahami orang lain;
c. Bagaimana kita dapat mengekspresikandiri kita terhadap orang lain; d. Bagaimana kita memberikan dan menerima masukan;
e. Bagaimana kita mendengarkan pembicaraan dengan orang lain; f. Bagaimana kita dapat mempengaruhi orang lain;
g. Bagaimana menjadi anggota sebuah tim, kelompok/ grup.
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pekerjaan menuntut pustakawan banyak berinteraksi, berkomunikasi dan membangun
hubungan baik dengan pengguna. Oleh karenanya pustakawan harus memiliki
interpersonal skill yang baik agar dapat diterima oleh penggunanya. Seseorang
tidak saja dilihat dari apa yang disampaikan tapi juga bagaimana cara
2.5.1 Manfaat Keterampilan Interpersonal
Interpersonal skill merupakan sebuah proses dimulai dari berkomunikasi dengan diri sendiri, mengenali pola pikir masing-masing, dan menyadari kekuatan
perubahan. Interpersonal skill mutlak dimiliki oleh seorang manajer jika ingin sukses melakukan hubungan interpersonal. Untuk membangun interpersonal skill kita harus terlebih dahulu mengenali diri sendiri. Sekilas memang tampak mudah,
tapi kenyataan tidak demikian. Kita harus waspada atas kecenderungan karena kecenderungan dapat mempengaruhi kinerja organisasi. Kita juga harus
mengenali kekuatan dan kelemahan diri.
Menurut Lifakura (2013) Adapun manfaat keterampilan interpersonal
antara lain:
a. Meningkatkan human relations dalam kehidupan bermasyarakat dan organisasi;
b. Meningkatkan kemampuan menjadi pemimpin dan dapat bekerja sama dalam team;
c. Keterampilan Interpersonal bukan merupakan bagian dari karakter kepribadian yang bersifat bawaan, merupakan keterampilan yang bisa dipelajari;
d. Keterampilan Interpersonal yang baik dapat dibangun dari kemampuan mengembangkan perilaku dan komunikasi yang asertif dan efektif.
Untuk melakukan penilaian tentang kemampuan interpersonal, kita dapat
melakukannya sendiri (self assessment) atau dapat meminta ornag lain untuk menilai kita berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuan interpersonal kita. Penilaian ini sangat subjektif karena sangat beragantung pada persepsi orang
atau diri kita terhadap diri kita, kita dapat menggunakan bahan ini untuk
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan interpersonal kita.
Adapun manfaat keterampilan interpersonal dalam dunia kerja menurut
Meyovy (2013) antara lain:
a. Beberapa ciri utama yakni orang yang mudah merebut peluang; b. Punya ketajaman intuisi karena seiring melihat ke dalam dirinya (intuitif);
c. Punya skill berkomunikasi dengan orang lain untuk memperluas jaringan kerja (komunikatif);
d. Punya motivasi dan gairah untuk yang kuat untuk maju; e. Punya kecakapan menggunakan dalam bakat yang dimiliki
(talented);
f. Bisa mengolah apa yang lama menjadi baru atau menemukan sesuatu yang baru, different and differently’(creative);
g. Inisiatif, kaya prakasa tentang kemajuan;
h. Punya kesadaran bertanggung jawab yang lebih besar untuk memperbaiki dirinya (sense of responsibility).
2.5.2 Peningkatan Keterampilan Interpersonal
Penting sekali untuk kita mengembangkan interpersonal skill karena
interpersonal skill dapat terlihat dari bagaimana kita berkomunikasi, memotivasi, memimpin, bernegosiasi, dan berprestasi dan juga interpersonal skill dalam diri
mempengaruhi kinerja.
Menurut Santrianti (2013) Ada beberapa cara dalam mengembangkan
keterampilan interpersonal seseorang antara lain:
a. Smile. Sedikit orang yang ingin berada di sekitar seseorang yang
b. Jadilah apresiatif. Carilah satu hal positif tentang setiap orang yang anda bekerja sama dan biarlah mereka mendengarnya. Jadilah murah hati dengan pujian dan kata-kata yang mengobarkan semangat. Ucapkan terima kasih ketika seseorang menolong anda. Buatlah kolega anda merasa diterima ketika mereka menelepon atau datang ke kantor anda. Jika anda membiarkan orang lain mengetahui bahwa mereka dihargai, mereka akan mau memberikan yang terbaik untuk anda;
c. Perhatikanlah orang lain. Cermatilah apa yang sedang terjadi dalam kehidupan orang lain. Ketahuilah momen-momen bahagia mereka, dan tunjukkanlah perhatian dan simpati pada situasi-situasi sulit seperti waktu sakit atau kematian. Buatlah eye contact dan ingatlah orang dari nama pertama mereka. Tanyakan yang lain akan opini-opini mereka;
d. Latihlah mendengarkan dengan aktif. Untuk mendengarkan dengan aktif adalah dengan mendemonstrasikan bahwa anda memang mau untuk mendengar dan mengerti akan pandangan orang lain. Itu berarti menegaskan kembali, dengan bahasa anda sendiri, apa yang orang lain telah katakan. Dengan cara ini, anda mengetahui bahwa anda mengerti apa yang mereka maksudkan dan mereka mengetahui bahwa respon anda melebihi lip service. Rekan-rekan kerja anda akan menghargai mengetahui bahwa anda benar-benar mendengarkan dengan apa yang telah mereka katakan;
e. Bawalah kebersamaan. Ciptakanlah lingkungan yang mengajak orang lain untuk bekerja sama. Perlakukanlah setiap orang dengan sama, dan jangan bermain `siapa yang favorit.` Hindari berbicara tentang orang lain di belakang mereka. Tindak lanjutkan apa yang orang lain sarankan atau minta. Ketika anda membuat pernyataan atau pengumuman, pastikan bahwa anda telah dimengerti. Jika rekan-rekan anda melihat anda sebagai seseorang yang solid dan fair, mereka akan mempercayai anda; f. Tangani konflik-konflik. Ambillah sebuah langkah mudah untuk
g. Berkomunikasi dengan jelas. Perhatikanlah apa yang anda katakan dan bagaimana anda mengatakannya. Seorang komunikator yang jelas dan efektif menghindari salah pengertian dengan rekan-rekan kerja, kolega-kolega, dan rekan sejawat anda. Kelancaran verbal anda memproyeksikan gambaran akan intelijensi dan kedewasaan, tidak peduli berapa pun usia anda. Jika anda tetap mengeluarkan semua apa yang ada di pikiran anda, orang tidak akan terlalu menaruh perhatian dengan kata-kata ataupun opini anda;
h. Hiburlah mereka. Janganlah takut untuk menjadi lucu ataupun pandai. Banyak orang yang mau berada di dekat orang-orang yang mereka rasakan. Cobalah untuk melihat situasi dan respon-respon dari perspektif orang lain. Ini bisa terjadi dengan tetap berhubungan dengan emosi-emosi anda sendiri; orang-orang yang menghindari perasaan mereka sendiri terkadang menjadi sulit untuk ber-empati dengan orang lain;
j. Janganlah mengeluh. Tidak ada yang lebih buruk dibandingkan seorang pengeluh yang kronis ataupun perengek. Jika anda harus mengemukakan tentang sesuatu, simpanlah itu dalam buku harian anda. Jika anda harus mengungkapkan dengan kata-kata keluhan-keluhan anda, ungkapkan kepada teman terdekat anda dan keluarga saja, dan jadikanlah singkat. Bagikan itu kepada semua orang sekitar anda atau yang lainnya dan anda akan mendapatkan reputasi buruk.
Sedangkan menurut Ronald (2013) dalam mengembangkan keterampilan
interpersonal seseorang antara lain sebagai berikut: a. Mengidentifikasi
hubungan pribadi Anda berumur pendek atau hubungan kerja yang dingin dan jauh, berkonsentrasi pada kualitas yang diperlukan untuk hubunganyangsehat kepada sesama manusia; b. Praktek empati
Menempatkan diri pada posisi orang lain memungkinkan Anda untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Ketika orang merasa dipahami, mereka cenderung kurang agresif, menyebabkan pemahaman yang lebih besar dan persatuan.Bersifat inklusif. Di rumah, tempat kerja, pertemuan masyarakat atau kegiatan sosial, praktek membantu orang untuk merasa dilibatkan. Hindari perilaku yang mengecualikan orang lain atau membuat mereka merasa seperti orang luar;
c. Praktek keadilan
Jika anda cenderung untuk mengambil lebih dari yang Anda berikan dalam hubungan, cobalah untuk menjadi lebih murah hati. Sebagai contoh, jika seorang teman atau pasangan selalu menemani anda ke acara yang Anda nikmati, membalas dengan melakukanhal yang sama untuk mereka;
d. Berkomunikasi dengan jelas dan hati-hati
Keterampilan komunikasi yang kuat melibatkan mendengarkan dengan seksama dan mengekspresikan diri dengan jelas secara pribadi, melalui telepon dan komunikasi tertulis. Dengarkan
baik-baik, Banyak konflik timbul
darikesalahpahaman.Mendengarkan orang lain membantu untuk menjernihkan miskomunikasi. Sebagai orang yang berbicara, fokus pada kata-kata mereka, nada suara dan bahasa tubuh untuk mengumpulkan pesan sejati;
e. Periksa etikapribadi
Orang-orang cenderung percaya mereka yang sadar diri dan yang tidak menyalahgunakan kekuasaan mereka. Praktek integritas dalam hubungan Anda dengan memeriksa dampak dari perilaku dan keputusan pada orang lain;
f. Menjadi pemain tim
Ketika bekerja dengan orang lain, terlibat dalam memberi dan menerima yang melibatkan kolaborasi dan kompromi. Periksa kecenderungan untuk mendominasi situasi atau mengkritik orang lain. Pujilah orang lain untuk pekerjaan dilakukan dengan baik dan terbuka untuk menerima pujian;
g. Menyelesaikan konflik
Keterampilan interpersonal akan mendorong peningkatan kinerja seorang
profesional, di bagian apapun tempatnya atau posisi apapun yang dipegangnya. Kemampuan dalam membina hubungan interpersonal akan memudahkan
penyelesaian tugas sehari-hari maupun kelompok. Seseorang yang tidak memiliki keterampilan interpersonal akan sulit bekerja dalam satu kelompok kerja secara baik. Maka dari itu, pustakawan harus bisa meningkatkan keterampilan yang
dimilikinya.
Menurut Robins (2013) keterampilan interpersonal seorang pustakawan tercermin dari beberapa kemampuan antara lain:
a. Kemampuan berkomunikasi; b. Membangun hubungan baik; c. Kemampuan memotivasi; d. Kemampuan kepemimpinan;
e. Kemampuan memasarkan diri sendiri; f. Kemampuan bernegosiasi;
g. Kemampuan berpresentasi;
h. Kemampuan berkomunikasi di depan publik
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan interpersonal adalah keterampilan untuk mengenali dan merespon secara layak perasaan, sikap dan perilaku, motivasi serta keinginan orang lain. Ketrampilan
interpersonal mencakup bagaimana diri kita mampu membangun hubungan yang harmonis dengan memahami dan merespon masnusia atau orang lain.
Kemampuan interpersonal sangat mempengaruhi bagaimana kita mempersepsikan diri kita terhadap orang lain, dan bagaimana kita mempersepsikan diri kita. Ketika kita memiliki ketermapilan interpersonal yang tinggi kita akan memiliki rasa
Sebagai pustakawan jika memiliki keterampilan interpersonal yang tinggi
akan membawa kesuksesam dalam pekerjaan dan tentunya membawa keuntungan material dan spiritual. Cara meningkatkan keterampilan interpersonal kita dengan
mengatasi persepsi negative, menerima pesan dengan baik dengan cara mendengarkan, menekan ego pribadi, meningkatkan knowledge, memperhatikan juga bahasa non-verbal, memperbanyak bertemu dengan orang-orang baru,
menghindari judgement, open minded, empati, dan mengadapi konflik.
2.5.3 Fungsi Keterampilan Interpersonal
Keterampilan interpersonal keharusan bagi manusia, karena keterampilan berfungsi terhadap manusia satu dengan yang lain, membutuhkan dan senantiasa
berusaha membuka serta menjalin komunikasi dan hubungan dengan sesama, oleh karenanya keterampilan interpersonal menjadi penting. Menurut Cangara, Hafied (2003: 56), fungsi keterampilan interpersonal ialah :
Berusaha meningkatkan hubungan insan (human relations), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Melalui komunikasi interpersonal, individu dapat berusaha membina hubungan yang baik dengan individu lainnya, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik di antara individu-individu tersebut.
Sedangkan menurut Liliweri, Alo (2004: 110) fungsi keterampilan interpersonal adalah :
1. Menumbuhkan informasi untuk pengetahuan tentang orang lain melalui interaksi sosial
2. Membangun satu konteks pemahaman untuk menolong diri sendiri supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakan dalam satu konteks tertentu
3. Membentuk identitas karena identitas merupakan gambaran atau wujud tentang diri sendiri
Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa fungsi keterampilan
interpersonal berhubungan erat dengan kebutuhan untuk terlibat bersama orang lain, mengontrol, mengawasi bahkan menguasai orang lain dan kebutuhan untuk