BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Narkoba
2.1.1 Pengertian Narkoba
Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional
(BNN) No SE/03/IV/2002 merupakan akronim dari narkotika, psikotropika dan
bahan adiktif lainnya. Narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika
dimasukan ke dalam tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik,
intravena dan lain sebagainya dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan
perilaku seseorang.
I. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnnya rasa, mengurangi sampai menghilangi rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Berdasarkan bahan asalnya, Narkotika terbagi dalam 3 golongan yaitu:
1. Alami
Jenis zat/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi,
isolasi atau proses produksi lainnya. Contoh jenis obat ini adalah: ganja, opium,
Didalam undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Narkotika
yang berasal dari alam dan tidak boleh digunakan untuk terapi adalah golongan I
terdiri dari:
a) Tanaman papaver soniferum L
b) Opium mentah, opium masak (candu,jicing,jicingko)
c) Opium obat
d) Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina,ekgonim (kerja alkoid
koka berbeda dengan alkoid opium).
e) Heroin, morfin (alkoid opium yang telah diisolasi)
f) Ganja, damar ganja.
2. Semi Sintesis
Yakni zat yang diproses sedemikian rupa melalui proses ekstrasi dan
isolasi. Contohnya: morfin, heroin, kodein dan lain-lain. Jenis obat ini menurut
Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika termasuk dalam narkotika
golongan I.
3. Sintesis
Jenis obat atau zat yang diproduksi secara sintesis untuk keperluan medis
dan penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik) seperti
penekanan batuk (antitusif). Jenis obat yang masuk dalam kategori sistensis antara
lain: Amfetamin, Dekssamfetamin, Penthidin, Meperidin, Methadon, Dipipanon,
Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika dapat
dibagi kedalam 3 jenis yaitu:
a. Depressan (downer)
Jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas membuat pengguna
menjadi tertidur atau tidak sadar.
b. Stimulan (upper)
Jenis zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan kerja(segar dan bersemangat) secara berlebih-lebihan.
c. Halusinogen
Zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi,
dapat merubah perasaan dan pikiran.
Jenis – Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan
A. Ganja
Dikenal dengan nama: cannabis, mariyuana, hasish, gelek, budha stick,
cimeng, grass, rumput dan sayur.
a. Bentuk :
Berupa tanaman yang dikeringkan. Daun ganja bentuknya memanjang,
pinggirannya bergerigi, ujungnya lancip, urat daun memanjang
ditengah pangkal hingga ujung bila diraba bagian belakang agak kasar.
Jumlah helai daun ganja selalu ganjil yaitu 5,7 atau helai.
b. Warna :
Ganja berwarna hijau tua segar dan berubah kecoklatan bila sudah
c. Penggunaan :
Dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap
dengan menggunakan pipa rokok. Daun ganja mengandung zat THC
yaitu zat penyebab terjadinya halusinasi. Getah yang kering disebut
hasish, apabila dicairkan akan menyebabkan minyak yang dikenal
dengan minyak kanabis.
d. Efek :
a) Denyut jantung semakin cepat, temperatur badan menurun
b) Nafsu makan bertambah
c) Santai, tenang dan melayang-layang
d) Pikiran selalu rindu pada ganja
e) Daya tahan menghadapi problema menjadi lemah
f) Malas, apatis
g) Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar maupun
bekerja
h) Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral
terganggu.
Efek paling terburuk dari pemakain ganja secara kronis dapat
menyebabkan kanker paru-paru dikarenakan pengaruh tar pada ganja jauh lebih
tinggi daripada tar yang terkandung didalam tembakau, dan penggunaan ganja
dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan gangguan kejiwaan. Hampir
setiap orang yang menjadi pecandu narkoba yang lebih berat seperti heorin pada
B. Cocain
Berasal dari tanaman coca yang banyak dijumpai di Columbia di Ameriak Latin.
a. Bentuk
Berupa bubuk, daun coca, buah coca dan cocain kristal.
b. Warna
a) Cairan berwarna putih/tidak berwarna
b) Kristal berwarna putih
c) Tablet berwarna putih
d) Bubuk/serbuk seperti tepung
c. Penggunaan
Dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat
penyedot atau dapat juga dibakar bersama-sama dengan tembakau bagi perokok,
ditelan bersama minuman atau disuntikan pada pembuluh darah.
d. Efek
a) Tidak bergairah bekerja
b) Tidak bisa tidur
c) Halusinasi
d) Tidak nafsu makan
e) Berbuat dan berpikir tanpa tujuan
f) Merasa gelisah dan cemas berlebihan
Selanjutnya apabila sudah pada tingkat over dosis atau takaran yang
pernapasan dan terhadap serangan jantung. Disamping itu juga dapat
menimbulkan keracunan pada susunan saraf sehingga korban dapat mengalami
kejang-kejang, tingkah laku yang kasar, pikiran yang kacau dan mata yang gelap.
Dampak negatif yang sangat berbahaya dari penyalahgunaan kokain dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah diotak (stroke)
C. Morfin dan Heroin (Nama lain: Putaw, Smack, Junk, Horse, H, PT, Etep,
Bedak Putih).
Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari
tanaman papaver somniferum dengan melalui proses pengolahan dapat
menghasilkan morfin, kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan
heroin yang mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin.
a. Bentuk : berupa serbuk.
b. Warna : Putih, abu-abu, kecoklatan hingga coklat tua.
c. Penggunaan Dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar
diatas kertas timah pembungkus rokok (sniffing) dengan menyuntikannya
langsung ke pembuluh darah setelah heroin dilarutkan dalam air.
d. Efek
a) Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan dungu, jalan
mengambang
b) Rasa sakit seluruh badan
c) Badan gemetar, jantung berdebar-debar
d) Susah tidur dan nafsu makan berkurang
f) Problem pada kesehatan: bengkak pada daerah menyuntik, tetanus,
HIV/AIDS, hepatitis B dan C, problem jantung, dada dan paru-paru
serta sulit buang air, ada wanita menggangu sirkulasi menstruasi.
Gejala putus zat (sakaw) adalah sangat menyiksa sehingga yang
bersangkutan akan berusaha untuk mengkonsumsi heroin, oleh karena itu pecandu
heroin akan berusaha dengan cara apapun dan resiko apapun guna memperoleh
heroin. Mereka tidak segan-segan melakukan tindakan-tindakan kekerasan atau
kejahatan misalnya mencuri, menodong, merampok dan melakukan pembunuhan.
Telah banyak remaja putri yang terlibat dalam pelacuran hanya sekedar untuk
mendapatkan uang guna membeli heroin. Pecandu heroin sangat sulit untuk
menghentikan pemakaian heroin dan cenderung untuk mengkonsumsi dalam
jumlah/dosis semakin bertambah dan sesering mungkin, akibatnya adalah over
dosis.
D. Katinone
Merupakan tanaman khat (chata edulis) yang bukan asli tanaman
Indonesia, melainkan tanaman yang dibawa oleh turis luar negeri. Tanaman ini
pada hakikatnya berasal dari Timur Tengah yaitu negara Yaman yang dibawa
pada tahun 1997.
Tanaman ini dikenal juga dengan sebutan Teh Arab dengan dua jenis yaitu
khat yang berwarna merah dan warna hijau. Pengaruh yang ditimbulkan antara
lain: tidak bisa tidur, dapat merusak gigi, merusak susunan pusat syaraf manusia
Tanaman khat mengandung zat narkotika “Chatinone” yang termasuk
Narkotika Golongan I nomor urut 35 lampiran Undang-undang No 35 Tahun
2009.
II. Psikotropika
Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Dalam bidang farmakologi, Psikotropika dapat dibedakan ke dalam 3 golongan
yaitu:
a. Golongan psikostimulansi
Jenis zat yang menimbulkan rangsangan. Jenis obat yang termasuk
kedalam golongan psikostimulansi adalah:
a) Amfetamin (lebih populer dikalangan masyarakat sebagai shabu-shabu
dan ekstasy)
b) Desamfetamine
b. Golongan psikodepresen
Golongan obat tidur, penenang dan obat anti cemas. Merupakan jenis obat
yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas. Jenis obat yang termasuk
golongan ini adalah:
a) Amobarbital
b) Pheno karkital
c) Penti karkital
Jenis obat-obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas dan
digunakan sangat luas dalam terapi. Jenis obat yang termasuk ke dalam golongan
sedativa adalah :
a) Diazepam
b) Klobazam
c) Bromazepam
d) Fenibarbital
e) Barbital
f) Klonazepam
g) Klordiazepam
h) Klordiazepoxide
i) Nitrazezam seperti BK, DUM dan MG
Jenis – Jenis Psiktoropika yang sering disalahgunakan :
A. Ekstasy
Dikenal dengan nama : Inex, I, Kancing, Huge Drug, Yuppie Drug,
Essence, Clarity, Butterfly dan Black Hearth.
a) Bentuk : berupa tablet dan kapsul
b) Warna : bermacam-macam
c) Penggunaan : ditelan
d) Efek :
a. Timbul rasa gembira yang berlebihan.
b. Merasa cemas Tidak mau diam
c. Rasa percaya diri meningkat
e. Susah tidur
f. Sakit kepala dan pusing-pusing, mual dan muntah.
Pemakaian ekstasy dapat mendorong tubuh untuk melakukan aktifitas
yang melampau batas kemampuannya akibatnya dapat menyebabkan kekurangan
cairan pada tubuh ( dehidrasi) karena terlalu banyak menggerakan tenaga dan
terlalu banyak berkeringat. Pada pemakaian yang berlebihan (over dosis)
mengakibatkan penglihatan kabur, mudah tersinggung (pemarah), tekanan darah
meningkat, nafsu makan berkurang dan denyut jantung bertambah cepat.
Kematian sering terjadi karena pemakaian yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di otak.
B. Shabu – Shabu
Dikenal dengan nama : Kristal, Ubas, SS dan Mecin
a) Bentuk : berupa Kristal
b) Warna : Putih
c) Penggunaan :Dibakar dengan menggunakan aluminium foil dan asapnya
dihirup melalui hidung. Dibakar dengan menggunakan botol kaca khusus
(bong) dan disuntikan.
d) Efek :
a. Badannya merasa lebih kuat dan energik (meningkatkan stamina)
b. Tidak mau diam
c. Rasa percaya diri meningkat
d. Rasa ingin diperhatikan orang lain
e. Nafsu makan berkurang akibatnya badan semakin kurus.
g. Jantungnya berdebar-debar
h. Tekanan darah meningkat
i. Mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan
Penggunan shabu-shabu mendorong tubuh melakukan aktifitas yang
melampaui batas kemampuan fisik, berkeringat secara berlebihan sehingga dapat
menyebabkan kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi).
Bagi mereka yang sudah ketagihan, apabila pemakainnya dihentikan
(putus zat) akan menimbulkan gejala-gejala berikut:
1. Merasa lelah dan tidak berdaya (stamina menurun)
2. Kehilangan semangat hidup yang dapat menyebabkan bunuh diri
3. Merasa cemas dan gelisah secara berlebihan, kehilangan rasa percaya diri
4. Susah tidur.
III. Bahan Adiktif
Bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan
kerja biologi yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan
(adiksi) yaitu keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus.
Jenis – Jenis Bahan Adiktif :
A. Inhalen
Zat yang terdapat pada lem dan pengencer cat (thinner)
a) Penggunaan
Dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian mendadak
seperti tercekik (sudden sniffing, death syndrome)
a. Hilang ingatan
b. Tidak dapat berpikir
c. Mudah berdarah dan memar
d. Kerusakan sistem syaraf
e. Kerusakan hati dan ginjal
f. Sakit maag
g. Sakit pada waktu buang air kecil
h. Kejang-kejang otot dan batuk-batuk
Penyalahgunaan inhalen dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan
otot, syaraf dan organ tubuh lain. Menghirup sambil mengunakan obat anti
depresi seperti obat penenang oabat tidur, alkohol akan meningkatkan resiko over
dosis dan dapat mematikan dan jika pengguna melakukan aktifitas normal seperti
berlari atau berteriak dapat mengakibatkan kematian karena gagal jantung.
B. Alkohol
Minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi atau destilasi,
baik melalui perlakuan sebelumnya, menambah bahan lain, mencampur
konsentrat dengan ethanol ataupun dengan proses pengenceran minuman yang
mengandung ethanol.
Efek yang ditimbulkan dari alkohol adalah :
a) Menyebabkan depresi pada sistem syaraf pusat
b) Jika penggunaan dicampur dengan obat lain
d) Menyebabkan oedema otak (pembengkakan dan terbendungnya darah dari
otak)
e) Menimbulkan habilutasi, toleransi dan ketagihan
f) Mengakibatkan mundurnya kepribadian
g) Peradangan dilambung (gastritis)
h) Melemahkan jantung dan hati semakin keras
C. Tembakau/Rokok
Zat yang berhubungan luas dengan penggunaan tembakau biasanya dalam
bentuk rokok. Pengaruh penggunaannya hanya dapat dilihat apabila digunakan
dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama. Zat tembakau itu sendiri
merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan pada umumnya. Sebenarnya
hal yang paling mempengaruhi adalah racun dalam tembakau yang disebut
nikotin. Nikotin adalah satu dari 4.000 zat kimia pada tembakau. Rokok
mengandung 43 zat kimia beracun termasuk tar dan karbon monoksida yang
dinyatakan sebagai penyebab kanker. 2 tetes nikotin murni dapat membunuh
orang dewasa secara instan.
Efek yang dapat ditimbulkan dari Tembakau/Rokok adalah:
a) Menyumbat saluran-saluran darah baik dari manapun menuju jantung
sehingga memperlambat aliran darah.
b) Menimbulkan penyakit kanker
c) Serangan jantung
d) Impotensi dan gangguan kehamilan dan janin
D. Obat Penenang (Obat tidur, Pil koplo, BK, Nipam, Valium, Lexotan dan
a. Bentuk : Tablet, Kapsul dan Serbuk
b. Cara penggunaan : ditelan secara langsung
c. Efek yang dapat ditimbulkan
a) Bicara jadi pelo, memperlambat respon fisik, mental dan emosi. Dalam
dosis tinggi akan membuat pengguna tidur, kemudian akan menimbulkan
perasaan cemas, sensitive dan marah.
b) Penggunaan campuran dengan alkohol dapat berakibat kematian
c) Gejala putus zat berakibat halusinasi buruk dan bingung.
Zat yang mudah Menguap (Lem aica aibon, Thinner, Bensin dan Spritus).
Efek yang dapat ditimbulkan adalah :
a) Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat
b) Menimbulkan perasaan senang, puyeng, penurunan kesadaran, gangguan
penglihatan dan pelo.
c) Problem kesehatan terutama otak, lever, ginjal dan paru-paruKematian
timbul akibat berhentinya pernafasan dan gangguan pada jantung
Zat yang menimbulkan halusinasi (Jamur, Kecubung, Kotoran kerbau dan sapi)
Bekerja pada sistem syaraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi
pengguna.
Efek yang dapat ditimbulkan adalah:
a) Perubahan pada proses berpikir, hilangnya kontrol, hilangnya orientasi dan
depresi
b) Karena halusinasi bisa menimbulkan kecelakaan
2.2.1 Pengertian Penyalahgunaan Narkoba.
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan
medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum
(Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal
84, 85 dn 86, Undang-undang Nomor 35, tahun 2009, tentang Narkotika).
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu proses yang makin meningkat
dari taraf coba-coba ke taraf penggunaan untuk hiburan, penggunaan situasional,
penggunaan teratur sampai kepada ketergantungan. Memasuki taraf coba-coba
bisa langsung terseret kepada taraf ketergantungan oleh karena sifat narkoba yang
mempunyai daya menimbulkan ketergantungan yang tinggi. Penyalahgunaan
narkoba dapat menimbulkan gangguan-gangguan tertentu pada badan dan jiwa
seseorang dengan akibat sosial yang tidak diinginkan dan merugikan. (Widjono,
1981:1).
Penggunaan narkoba secara suntik dan menggunakan jarum suntik secara
bergilir dapat menimbulkan ketularan penyakit HIV/AIDS. Hepatitis B, Hepatitis
C, dan penyakit infeksi lainnya yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh.
Penggunaan narkoba secara berulang kali akan menimbulkan ketergantungan
yang makin lama memerlukan jumlah narkoba yang makin tinggi dosisnya untuk
menghasilkan khasiat yang sama (menimbulkan daya toleransi). Bila pemakaian
narkoba dihentikan atau dikurangi secara mendadak akan menimbulkan gejala
putus narkoba (withdrawal syndrome), yaitu perasaan nyeri seluruh badan yang
tidak terperikan.
Sekali mencoba narkoba berisiko timbul keinginan untuk mencoba dan
umumnya, baru timbul keinginan untuk menghentikannya dalam keadaan sudah
terlambat, yaitu sudah berada dalam cengkeraman ketergantungan yang tidak bisa
ditinggalkan (BNN, 2004: 9-10).
Penyalahgunan adalah seseorang yang mempunyai masalah secara
langsung berhubungan dengan narkoba. Masalah tersebut bisa muncul dalam
ranah fisik, mental, emosional, maupun spritual. Penyalah guna menolak untuk
berhenti sama sekali dan selamanya. Sedangkan pecandu adalah seseorang yang
sudah mengalami hasrat/obsesi secara mental dan emosional serta fisik. Bagi
pecandu, tidak ada hal yang lebih penting selain memperoleh narkoba, sehingga
jika tidak mendapatkannya, ia akan mengalami gejala-gejala putus obat dan
kesakitan.
2.2.2 Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba
Mekanisme atau proses terjadinya penyalahgunaan Narkoba dapat
dijelaskan sesuai dengan rumus umum terjadinya kejahatan yang telah dikenal
luas di kalangan Kepolisian, yaitu : C = N + K dimana : C :
Crime/Kejahatan/Penyalahgunaan Narkoba. N : Niat K : Kesempatan . Niat
adalah sama dengan Demand dalam hukum ekonomi, yaitu timbulmya keinginan
dan permintaan dari seseorang terhadap Narkoba. Dalam teori Psikologi, niat atau
demand ini dipengaruhi oleh tiga faktor yang satu dengan yang lain saling
a. Faktor predisposisi
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang tersebut, seperti adanya
gangguan kepribadian, adanya kecemasan, depresi atau menderita suatu penyakit
tertentu yang secara medis memerlukan pengobatan psikotropika dan atau
narkotika.
b. Faktor kontribusi
Adalah faktor yang berasal dari luar, yang biasanya berasal dari
lingkungan terdekatnya yang dapat memberikan pengaruh pada sese-orang untuk
melakukan bentuk penyimpangan sosial. Misalkan kondisi keluarga yang tidak
utuh (cerai), kesibukan orang tua, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga,
dan lain-lain. Kedua faktor predisposisi dan faktor kontribusi ini akan saling
mempengaruhi dan membentuk kepribadian seseorang menjadi kelompok rentan.
c. Faktor pencetus
Adalah faktor yang berasal dari luar yang dapat memberikan pengaruh
langsung kepada kelompok rentan untuk melakukan penyalah-gunaan Narkoba.
Misalkan adanya bujukan, jebakan, desakan dan tekan-an dari teman sebaya,
berada di lingkungan pemakai Narkoba, dan lain-lain. Interaksi dari ketiga faktor
tersebut di atas menyebabkan peningkatan demand seseorang atau timbul niat
untuk menyalahgunakan Narkoba. Jika orang tersebut berhubungan dengan
pertemuan antara supply and demand atau dengan kata lain terjadi
penyalahgunaan Narkoba.
2.2.3 Tahap – tahap penyalahgunaan Narkoba
Narkoba merupakan suatu zat atau substansi yang dapat menimbulkan
ketagihan dan ketergantungan bagi pemakainya. Proses terjadinya
ketergan-tungan dapat secara bertahap yang pada garis besarnya dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Tahap pengenalan awal.
Pada tahap ini terjadi konsumsi Narkoba untuk pertama kalinya oleh
seseorang baik secara sengaja karena alasan medis atau karena
ketidaktahuan/secara tidak sengaja mengkonsumsi Narkoba, misalkan
minumannya dicampur Narkoba oleh orang lain. Pada umumnya orang tersebut
belum merasakan ”reaksi enak” (halusinasi daneforia) dari Narkoba karena
memang tidak ada niat/maksud untuk mendapatkan atau mengetahui reaksi dari
Narkoba yang terkonsumsi tadi.
b. Tahap rekreasional
Pada tahap ini seseorang telah dengan sengaja untuk coba-coba atau iseng
ingin mengetahui reaksi dari Narkoba. Biasanya mereka akan merasakan reaksi
halusinasi dan eforia sesuai yang diharapkan, sehingga secara psikologis dan efek
farmakologis akan mendorong orang tersebut mengulanginya lagi, misalkan
bulan sekali dan seterusnya. Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa dari sepuluh
orang yang coba-coba, sembilan orang (90 %) akan berlanjut menjadi
ketergantungan.
c. Tahap habitual/kebiasaan
Para pengguna sudah mengkonsumsi Narkoba secara teratur misalnya tiap
minggu atau dua hari sekali. Pada tahap ini telah terjadi toleransi, yaitu mereka
harus meningkatkan dosis pemakaian guna meng-hasilkan efek atau reaksi yang
diharapkan. Konsumsi Narkoba sudah menjadi kebiasaan dan 95 % sampai 99 %
orang yang telah memasuki tahap ini akan berlanjut menjadi ketergantungan.
Orang ini belum terganggu fungsi sosialnya sehingga masih mampu melakukan
pekerjaan atau aktifitas rutin seperti sekolah, bekerja, dan lain-lain.
d. Tahap adiksi/ketagihan
Pada tahap ini dapat dipastikan 100 % akan menjadi ketergan-tungan baik
secara fisik, psikologis dan sosial. Penggunaan Narkoba akan dilakukan setiap
hari dan kalau tidak menggunakan maka semua aktifitas atau pekerjaan rutin
menjadi terganggu. Mereka merasa sudah tidak bisa hidup tanpa Narkoba.
e. Tahap dependensi/ketergantungan Universitas Sumatera Utara
Sama dengan tahap adiksi yaitu telah terjadi ketergantungan baik secara
fisik, psikologis dan sosial, bedanya mereka yang telah memasuki tahap ini sudah
tidak merasakan lagi nikmat atau ”reaksi enak” dari Narkoba, sedangkan pada
tahap adiksi mereka masih dapat menikmati ”reaksi enak” seperti halusinasi,
bertujuan hanya untuk menghi-langkan rasa sakit yang berlebihan dan supaya
tidak dianggap sebagai orang gila. Penggunaan Narkoba menjadi sangat intensif
beberapa kali sehari, karena begitu reaksi obat/Narkoba sudah habis akan terjadi
gejala putus obat (sakau) seperti rasa sakit yang amat sangat dan tidak
tertahan-kan serta tidak bisa diatasi dengan apa saja kecuali mengkon-sumsi Narkoba lagi.
Dengan demikian mereka sudah tidak mungkin lagi bersosialisasi di
tengah-tengah masyarakat apalagi melakukan aktifitas sehari-hari.
2.2.4 Dampak penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan Narkoba ini akan memberikan dampak yang sangat luas
dan kompleks sebagai berikut :
a) Dampak terhadap pribadi/individu pemakai
b) Terjadi gangguan fisik dan penyakit yang diakibatkan langsung dari efek
samping Narkoba seperti kerusakan dan kegagalan fungsi organ-organ
vital, seperti merusak ginjal, liver, otak (susunan saraf), jantung, kulit dan
lain-lain.
c) Selain itu dapat secara tidak langsung menyebabkan penyakit lain yang
lebih serius diakibatkan perilaku menyimpang karena penga-ruh Narkoba,
seperti tertular HIV/AIDS, Hepatitis C, penyakit kulit dan kelamin, dan
lain-lain.
d) Terjadi gangguan kepribadian dan psikologis secara drastis seperti berubah
e) Dapat menyebabkan kematian yang disebabkan karena over dosis atau
kecelakaan karena penurunan tingkat kesadaran.
f) Dampak terhadap keluarga antara lainnya Mencuri uang atau menjual
barang-barang di rumah guna dibelikan Narkoba.
g) Perilaku di luar dapat mencemarkan nama baik keluarga. Keluarga
menjadi tertekan karena salah satu anggota keluarganya menjadi target
operasi polisi dan menjadi musuh masyarakat.
h) Dampak terhadap masyarakat/lingkungan social.
(http://ananglgcenatcenut.blogspot.com. Diakses tanggal 07 Mei 2015 pukul
20:45 WIB.
2.2.5 Bahaya Penyalahgunaan Narkoba
Zat Psikotropika dapat menimbulkan bahaya adiksi (ketergantungan).
Jenis candu, menurut Hastutiningrum (1997), antara lain menekan fungsi jantung
dan pernafasan, kemunduran fisik dan psikis, merusak generasi, ketergantungan
dan bahkan kematian. Sedangkan jenis koka, antara lain menyebabkan bertambah
aktifnya kerja mental, berkurangnya kelelahan, halusinasi, insomnia, euphoria,
dan ketergantungan.
Sementara MDMA (Metilen Dioksi Metaamfetamin), salah satu derivat
amfetamin yang masuk golongan psikotropika yang dikenal pula dengan nama
ekstasi atau inex, menurut Soewadi (1996), antara lain dapat memberikan
peningkatan yang luar biasa, merasa sehat secara berlebihan, meningkatkan
meningkatkan gairah, paranoid, halusinasi dan rasa melayang. Secara fisik dapat
terjadi kaedaan sebagai berikut: ketergantungan, meningkatnya denyut jantung,
naiknya suhu badan,penglihatan kabur, berkeringat, perilaku tidaj wajar dan
kejang.
Penyalahgunaan narkoba, menurutnya, juga dapat menghilangkan
pengendalian diri sehinga dapat membuat seseorang lepas kontrol, menjadi
hyperaktif, dan meningkatnya aktivitas seksual. di samping itu seseorang bisa
menjadi lebih berani dan agresif, perilaku berubah, banyak bicara, tidak dapat
menyembunyikan rahasia hati, emosi menjadi lebih labil dan kontrol diri hilang,
terjadi gangguan daya ingat, rasa percaya diri berlebihan, kepribadian jadi sangat
ekspansif disertai meningkatnya efek yang patologik dengan letupan emosi yang
berlebihan.
Hawari juga menyebut berbagai jenis narkoba dan akibat serta bahayanya.
Minuman keras adalah jenis adalah jenis minuman yang mengandung alkohol
yang termasuk zat adiktif. Artinya, zat tersebut dapat menimbulkan adiksi, yaitu
ketagihan dan ketergantungan. Minuman keras dapat menimbulkan gangguan
mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam funsi berfikir, perasaan dan
perilaku.
Timbulnya GMO disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf
pusat (otak). Karena sifat adiktif alkohol ini peminum lama-kelamaan, tanpa
disadari, akan menambah takaran/dosis samai pada dosis keracunan (intoksikasi)
a) terdapat dampak perubahan perilaku, misalnya perkelahian dan tindak
kekerasan, ketidakmampuan menilai realitas, gangguan dalam fungsi
sosial dan pekerjaan;
b) timbul gejala fisiologik, misalnya pembicaraan cadel, gangguan
koordinasi, cara berjalan yang tidak mantab, dan muka merah;
c) timbul gejala psikologik, misalnya perubahan perasaan, mudah marah dan
tersinggung, banyak bicara (melantur), dan gangguan perhatian.
Ganja yang termasuk narkotika, dapat merupakan pencetus bagi terjadinya
gangguan jiwa, yaitu adanya waham (delusi) mirip dengan waham yang terdapat
pada gangguan jiwa skizofrenia. Pemakaian ganja juga dapat menimbulkan
dampak munculnya gangguan mental organik (GMO) pada pengisap ganja yaitu:
a) euforia, rasa gembira tanpa sebab;
b) perasaan identifikasi subjektif, yaitu mengalami gangguan persepsi tentang
diri dan lingkungannya, halusinasi, dan ilusi (wham);
c) perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya waktu 10 menit bisa
dirasakan 1 jam;
d) apatis, sikap acuh tak acuh terhadap diri dan lingkungan, tidak ada
kemauan atau inisiatif, dan masa bodoh;
e) timbul gejala fisik yaitu mata merah, nafsu makan bertambah dan mulut
kering;
f) efek dalam tingkah laku terjadi gangguan dalam perilaku, misalnya
muncul kecurigaan yang berlebihan, ketakutan berlebihan, aktivitas
sehari-hari yang biasa dilakukan menurun, malas sekolah, kuliah, bekerja,
2.3 Proses terjebak narkoba
2.4 Beberapa Gejala dini Penyalahgunaan Narkoba
Gejala dini penyalahgunaan narkoba yang dapat dijadikan salah satu tolak
ukur bagi orangtua, antara lain :
1. Prestasi di sekolah tiba-tiba menurun secara mencolok, enggan belajar atau
terlibat dalam kegiatan ektrakurikuler. 1. Kompromi
3.Toleransi 2. Coba-coba
4.Eskalasi
5. Hanituasi
6. Adksi/dependensi
7. Intoksikasi
8. Mati
Tidak dengan tegas menentukan sikap menentang narkoba mau bergaul dengan pemakai narkoba
Segan menolak tawaran atau ajakan teman untuk mencoba memakai narkoba, lalu ikut-ikutan memakai
Narkoba.
Dengan memakai beberapa kali, tubuh sudah menjadi toleransi, perlu peningkatan dosis pemakaian.
Peningkatan dosis dan tambah jenis narkoba yang dipakai dengan dosis yang terus bertambah.
Pemakaian narkoba sudah menjadi kebiasaan yang mengikat.
Keterikatan pada narkoba yang sudah mendalam sehingga tidak dapat terlepas, gejala putus obat yang
berat.
Keracunan oleh narkoba, mengalami kerusakan pada organ tubuh dan otak, hilang kesadaran.
2. Perubahan pola tidur: pagi susah dibangunkan, malam suak begadang.
Anak-anak yang besar biasanya pulang ralut malam tanpa alasan yang
jelas.
3. Selera makan bekurang. Bisa terlihat dari berat badan yang cenderung
turun atau kurus.
4. Banyak menghindari pertemuan dengan anggota keluarga lainnya, karena
takut ketahuan jika ia menggunakan narkoba. Banyak mengurung diri
dikamar dan menolak diajak makan bersama-sama dengan anggota
keluarga lainnya.
5. Suka berbohong.
6. Pengeluarannya lebih besar dari sebelumnya tanpa jelas kegunaannya.
7. Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga lainnya dibanding
sebelumnya.
8. Sesekali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara cadel atau berjalan
sempoyongan, paling terlihat dari pandangan mata yang kuyu atau sering
menatap kosong.
2.5 Ciri Psikologis Dan Perilaku Penyalahgunaan Narkoba
Beberapa anak dan remaja yang lebih rentan atau mempunyai
kemungkinan desar dalam penyalahgunaan narkoba daripada anak atau remaja
1. Mudah mengalami kekecewaan dan kecenderungan menjadi agresif dan
destruktif sebagai cara menanggulangi perasaan kecewa tersebut.
2. Adanya perasaan minder/rendah diri (low self-esteem).
3. Sifat tidak bias menunggu atau bersabar yang berlebihan.
4. Suka berpetualang, mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung
resiko bahaya yang berlebihan.
5. Sifat menjadi bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak
sanggup berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
6. Adanya hambatan atau penyimpangan seksual.
7. Adanya keterbelakangan mental.
8. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan
dalam pendidikan, pekerjaan atau lapangan kegiatan yang lain. Biasanya
terlihat dari prestasi belajar yang cenderung rendah.
9. Kurangnya partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.
10.Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.
11.Kurang suka berolahraga
12.Suka melancarkan protes sosial
13.Cenderung makan berlebihan
14.Mempunyai anggapan bahwa hubungan dalam keluarganya kurang dekat,
meskipun sering kali kenyataannya tidak demikian.
15.Sudah merokok pada usia lebih dini dari usia rata-rata perokok lainnya.
2.6 Remaja
Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh
atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah adolescence sesungguhnya
mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan
fisik secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar (Hurlock, 1991).
(World Health Organization,)
Remaja adalah suatu masa ketika :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.
Perjalanan hidup manusia oleh para ahli psikologi dibagi dalam beberapa
tahapan kehidupan yaitu masa pra kelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, masa
remaja dan masa dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting,
sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya
dengan kegagalan kemungkinan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan
kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan
penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka
manusia itu manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan
hidupnya.
2.6.2 Ciri-Ciri Umum Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak
menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan,
baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik,
dimana tubu berkembang pesat sehingg mencapai bentuk tubuh orang dewasa
yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja
berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa.
Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari
orangtua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang
dewasa (Clarke-Stewart & Friedman,1998).
Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan
dalam lingkungan seperti sikap orangtua atau anggota keluarga lain, guru, teman
sebaya maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi
terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan
tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya.
Adanya perubahan baik didalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan
remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutahan
psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas
lingkungan sosialnya diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman
Secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut: (Konopka,1973 dalam Pikunas,1976;Ingersoll1989).
1. Masa Remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan
berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung
pada orangtua. Fokus dari tahapan ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan
kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru.
Teman sebaya masih memiiki peran penting, namun individu sudah mampu
mengarahkan diri sendiri (self directed). Pada masa ini remaja mulai
mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas
dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional
yang ingin dicapai. Selain ini penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi
individu
3. Masa remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang
dewasa. Selama periode ini remaja berusaha memantapkan tuuan vokasional dan
mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi
matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa juga
menjadi ciri dari tahap in (Agustiani, 2006:29).
Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan
manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut
bersumber dari kedudukan masa remaja sebagai periode transisional antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa. Kita semua mengetahui bahwa antara anak-anak
dan orang dewasa ada beberapa perbedaan yang selain bersifat biologis atau
fisiologis juga bersifat psikologis.
Pada masa remaja perubahan-perubahan besar terjadi dalam kedua aspek
tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri umum yang menonjol pada masa
remaja adalah berlangsungnya perubahan itu sendiri, yang dalam interaksinya
dengan lingkungan sosial membawa berbagai dampak pada perilaku remaja.
Secara ringkas, proses perubahan tersebut dan interaksi antara beberapa aspek
yang berubah selama masa remaja bisa diuraikan seperti berikut ini.
1. Perubahan fisik
Rangkaian yang paling jelas yang nampak dialami oleh masa remaja
adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa pubertas
atau awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita dan 12-16
tahun pada pria (Hurlock, 1973). Hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin,
dan ini membawa perubahan dalam ciri seks primer dan memunculkan
ciri-ciri seks sekunder. Gajala ini memberi isyarat bahwa fungsi reproduksi atau
kemampuan untuk menghasilkan keturunan sudah mulai bekerja. Seiring dengan
itu, berlangsung pula pertumbuhan yang pesat pada tubuh dan anggota-anggota
tubuh untuk mencapai proporsi seperti orang dewasa. Seorang individu lalu
memulai terlihat berbeda, dan sebagai konsekuensi dari hormon yang baru, dia
2. Perubahan Emosional
Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal tadi adalah perubahan
dalam aspek emosionalitas pada remaja sebagai akibat dari perubahan fisik
hormon tadi dan juga pengaruh lingkungan yang terkait dengan perubahan
badaniah tersebut. Hormonal menyebabkan perubahan seksual dan menimbulkan
dorongan-dorongan dan perasaan-perasaan baru.
Keseimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan
hal-hal yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Keterbatasannya untuk secara
kognitif mengolah perubahan-perubahan baru tersebut bisa membawa perubahan
besar dalam fluktuasi emosinya. Dikombinasikan dengan pengaruh-pengaruh
sosial yang juga senantiasa berubah, seperti tekanan dari teman sebaya, media
masa dan minat pada jenis seks lain, remaja menjadi lebih terorientasi secara
seksual. Ini semua menuntut kemampuan pengendalian dan pengaturan baru atas
perilakunya.
2.7 Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba
Masa remaja yang merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa awal, seiring ditandai dengan konflik dan stress. Dalam
masa peralihan ini remaja perlu banyak belajar berbagai keterampilan intelektual
dan sosial baru. Perjuangan remaja untuk dapat berfungsi dengan tepat dalam
peran-peran baru mereka, sering menimbulkan situasi yang penuh stres dan untuk
mengatasi hal tersebut banyak diantara mereka yang lari atau menggunakan
narkoba, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang menggunakan narkoba
Sejumlah ahli menyatakan bahwa pada saat ini penggunaan dan
penyalahgunaan obat dan zat adiktif lainnyaa merupakan suatu bagian penting
dalam kehidupan sebagian besar remaja. Hal ini sebenarnya tidak hanya
berdampak kepada kesehatan mereka tetapi juga berimplikasi pada berbagai
perilaku beresiko dan anti sosial, seperti tindak kejahatan, kekerasan, delinkuensi
dan seks bebas. Menurut Brunswik (1991) dan Steinberg (2002), banyak remaja
yang berjuang untuk mencapai perasaan identitas personal dengan mencoba
menggunakan zat adiktif sebagai upaya untuk mencoba perilaku dan ide-ide baru,
dan juga mendapatkan pengakuan (Afiatin,2008:14).
2.8 Alasan Remaja Menggunakan Narkoba
Banyak remaja yang menggunakan narkoba karena dorongan ingin tahu
atau karena diolok-olok oleh teman sebaya sehingga ikut-ikutan meniru. Dari
yang semula sekedar iseng ini kemudian menjadi kebiasaan, dan akhirnya
kecanduan yang kronis. Ada pula remaja yang menyalahgunakan narkotika karena
sekedar ingin mendapatkan status sosial, pengakuan dan gengsi, untuk
gagah-gagahan atau mengikuti mode. Tetapi ada juga yang mengkonsumsi narkotika
disebabkan oleh keinginan untuk menghindari kesulitan hidup da konflik-konflik
batin.
Hermanwan (1986) menggemukakan sejumlah alasan remaja menggunakan
narkotika, diantaranya:
a) Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang
berbahaya atau riskan seperti misalnya berkelahi dan ngebut.Untuk
b) Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks.
c) Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh
pengalaman-pengalaman emosional.
d) Untuk berusaha agar menemukan arti dalam hidup.
e) Untuk mengisi kekosongan dan perasaan bosan karena kurang kesibukan
f) Untuk menghilangkan rasa frustasi dan kegelisahan yang disebabkan oleh
suatu problem yang tidak dapat diatasi dan jalan-jalan pikiran yang buntu.
g) Untuk mengikuti kemauan teman dan memupuk solidaritas dengan teman.
Karena didorong oleh rasa ingin tahu dan iseng (Afiatin,2008:15).
2.9 Faktor-Faktor Remaja Menggunakan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu fenomena yan terjadi, karena
faktor yang secara kebetulan telah terjalin menjadi satu, sehingga berakibat
demikina. Faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian.
1. Faktor Individu
Manusia terdiri dari roh, jiwa dan raga sudah menjadi suatu kodrat dan
idealnya roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia terdiri
dari tiga aspek, yaitu kognisi (pikiran), afeksi (emosi, perasaan), konasi
(kehendak, kemauan, psikomotor). Selain mengalami pertumbuhan fisik, manusia
manusia juga mengalami perkembangan kejiwaannya.
Dalam masa perkembangan kejiwaannya inilah kepribadian manusia terbentuk,
dan terbentuknya kepribadian itu sangat dipengaruhi oleh dinamika
individu yang satu dengan yang lain karena tidak akan ada orang yang persis
sama, ini membuktikan bahwa peran sifat bawaan lahir juga mempunyai andil
yang cukup besar, dengan demikian tidak ada manusia yang secara mutlak sama
dengan yang lainnya walaupun ada kita temukan manusia yang mirip bahkan
manusia yang kembar sekalipun tidak memiliki kesamaan yang mutlak dan selalu
ada perbedaan, (Siregar Mastauli 2007).
Faktor kepribadian, menurut Olson, dkk. (dalam Afiatin, Tina 2008, hal
24), dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yakni aspek intrapersonal, aspek
interpersonal, dan aspek kognitif. Aspek intrapersonal yang dapat diidentifikasi
berperan penting dalam penyalahgunaan narkoba pada reaja adalah harga diri
yang rendah. Sedangakan aspek interpersonal, atau kemampuan melakukan
hubungan sosial dengan orang lain, yang diidentifikasi berperan penting dalam
penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah rendahnya aktivitas, yakni
kemampuan mengekspresikan ide dan perasaannya tanpa merugikan orang lain.
Sementara itu aspek kognitif yang di identifikasi berperan penting dalam
penyalahgunaan narkoba pada remaja adalah rendahnya pengetahuan tentang
narkoba itu sendiri.
Dalam kaitan dengan penyalahgunaan narkoba, faktor-faktor individu
yang menyebabkan seseorang dapat dengan mudah terjerumus dan menjadi
pecandu narkoba adalah sebagai berikut:
1. Adanya gangguan kepribadian
2. Faktor usia
3. Pandangan atau keyakinan yang keliru
Gangguan kepribadian ini mencakup tiga hal antara lain adalah:
I. Gangguan kepribadiaan
a. Gangguan cara berpikirnya: distorsi kognitif, keyakinan/cara berpikir yang
salah atau negative thinking, penalaran semaunya sendiri. Gangguan cara
berpikir ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain pandangan
atau cara berpikir yang keliru atau menyimpang dari pandangan umum
yang menjadi norma atau nilai-nilai hakiki dari apa yang dianggap benar
oleh komunitasnya. Membuat alasan-alasan yang dianggap benar menurut
penalarannya sendiri guna membenarkan perilakunya yang menyalahi
norma-norma yang berlaku. Dapat juga berupa pandangan-pandangan
negative atau selalu berpikir negatif dan pesimistis. Dengan cara pandang
dan cara berpikirnya yang keliru, biasanya individu yang mengalami cara
berpikir terdistorsi ini akan manghalalkan segala tindakannya dengan
megumukakan alasan-alasan yang tidak wajar. Mengabaikan norma yang
ada dan membenarkan dirinya atas perilakunya yang salah itu
berlandaskan alasan-alasan yang dibuat-buat sekehendak hatinya.
Prinsipnya asal ada alasan, maka tindakannya dapat dibenarkan.
b. Gangguan emosi :
Dengan adanya gangguan emosi, antara lain emosi labil, mudah
marah, mudah sedih dan seringkali putus asa, ingin menuruti gejolak hati,
maka kemampuan pengontrolan atau penguasaan dirinya akam terhambat.
Gangguan emosi juga dapat terwujud melalui perasaan rendah diri, tidak
mencintai diri sendiri mauun orang lain, tidak mengenal cinta kasih dan
jarang orang yang mengalami gangguan emosi menjadi taku kehilangan
teman walau tahu temannya memiliki niat jahat atau berperilaku tidak
sesuai dengan norma. Pengalaman yang menyakitkan hati yang
berkepanjangan, luka batin yang sangat dalam dapat menimbulkan
gangguan emosi. Misalnya luka hati karena perlakuan orangtua yang
kelewat keras atau tidak adanya perhatian dari orangtua , ditinggalkan
orang yang dikasihinya
c. Gangguan kehendak dan perilaku
Kehendak dan perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh fungsi
fisiologis fisik, juga dipengaruhi oelh pikiran dan perasannya. Jadi kalau
pikiran dan emosinya sudah mengalami gangguan, maka dapat dipastikan
perilaku atau keinginannya juga mengalami dampak dari gangguan pada
pikiran dan emosinya, sikap dan perilakunya akan terpengaruhi dan
biasanya dapat terjadi kehilangan kontrol, sehingga bertindak tidak
terkendali atau bertindak sesuai dengan norma yang ada di dalam
lingkungan.
II. Pengaruh Usia
Dengan mencapai usia mendekati masa remaja, maka kelenjar kelamin
mulai menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan seksual anak yang meningkat pada remaja. Dalam akil baligh ini
banyak perubahan yang terjadi. Perubahan secara fisik jelas terlihat dari
bertambah tinggi, besar badan, tanda-tanda kelamin sekunder seperti
perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh perkembangan
kejiwaan anaka remaja itu.
Pada masa ini remaja lebih senang bergaul dengan teman-teman
sebayanya, ingin jadi anak gaul yang diterima didalam lingkungannya dan mulai
mencari identitas dirinya. Ingin ngetrend dan mendapat pengakuan dari
lingkungannya. Rasa ingin tahu besar dan suka coba-coba,kurang mengerti resiko
disebabkan kurangnya pengalaman dan penalaran. Dalam keadaan demikian,
biasanya remaja mudah terjebak ke dalam kenakalan remaja ataupun
penyalahgunaan narkoba.
Diikuti oleh perubahan emosi, minat, sikap dan perilaku, yang dipengaruhi
oleh perkembangan jiwa anak itu. Pada saat-saat ini remaja mengalami
ketidakpastian, disatu sisi sudah merasa bukan kanak-kanak lagi, akan tetapi juga
belum mampu menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa karena memang
masih sangat muda dan kurang pengalaman. Pada masa-masa seperti ini remaja
lebih senang bergaul dengan teman sebaya, ingin jadi anak gaul yang diterima di
dalam lingkungannya dan mulai mencari jati diri/ identitas dirinya. Ingin
“ngetrend” dan dapat pengakuan dari lingkungannya. Rasa ingin tahu sangat besar
terhadap sesuatu yang baru, suka cobacoba, kurang mengerti akan resiko yang
akan terjadi karena kurangnya pengalaman dan penalaran. Dalam keadaan
demikian, biasanya remaja mudah terjebak ke dalam kenakalan remaja ataupun ke
penyalahgunaan narkoba (Siregar, Mastauli 2007).
Pada usia remaja yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak
menuju dewasa awal, sering ditandai konflik dan stres (Landau Afiatin, Tina
tahu, atau karena dioloik-olok teman sebaya sehingga ikut-ikutan meniru. Dari
yang semula hanyalah sekedar iseng kemudian menjadi kebiasaan dan akhirnya
ketergantungan/ kecanduan yang kronis
III. Pandangan atau Keyakinan yang keliru
Ada banyak remaja yang mempunyai keyakinan yang keliru dan
menganggap enteng akan hal-hal yang membahayakan, sehingga mengabaikan
pendapat orang lain, menganggap dirinya pasti dapat mengatasi bahaya itu, atau
merasa yakin bahwa pendapatnya sendirilah yang benar, akibatnya mereka dapat
terjerumus ke dlam tindakan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba.
IV. Religiusitas yang rendah
Anak yang bertumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang
religiusitasnya rendah, bahkan tidak pernah mendapat pengajaran dan pengertian
mengenai Tuhannya secara benar, maka biasanya memiliki kecerdasan spritual
yang rendah. Dengan demikian tidak ada patokan akan nilai-nilai yang dianutnya
untuk bertindak, sehingga berperilaku sesuka hatinya, tidak tahu masalah yang
baik dan buruk dan tidak takut akan berbuat dosa.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan hidup mempunyai pengaruh besar terhadap jatuhnya anak
remaja terhadap penyalahgunaan narkoba, terutama faktor keluarga, faktor
lingkungan tempat tinggal, keadaan di sekolah, pengaruh teman sepergaulan dan
keadaan masyarakat pada umumnya.
Tempat tinggal di daerah hitam atau terlalu padat penduduk,
suasana hiburan yang menggoda, bagi anak-anak remaja awal, kebiasaan
hidup orang-orang yang mempunyai aktivitas di tempat-tempat hiburan
dan gayanya yang kurang pas bagi anak-anak, sudahlah jelas bahwa ia
mempunyai dampak yang negatif. Seperti halnya dengan anak-anak yang
berasal dari keluarga mampu yang dapat dengan mudah membuang uang
dan mencari hiburan di night club, diskotik, atau mencari tempat-tempat
hiburan yang tidak sesuai dengan usianya, atau mengadakan pesta-pesta di
rumah sendiri atau rumah teman, mungkin juga di villa-villa mewah milik
orang tuanya. Yang jelas akibatnya sama saja, yaitu hidup lepas kendali
dan terjerumus dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba.
II. Keadaan di Sekolah
Sekolah yang merupakan tempat belajar mengajar, setelah 32 tahun
tidak lagi mendapat pendidikan budi pekerti, ditambah dengan
perkembangan sosial di Indonesia yang tidak menentu ini. Tawuran
dikalangan remaja sudah dapat dikatakan mewabah kebanyak
sekolah-sekolah dari tingkat Sekolah dasar sampai Sekolah tingkat menengah. Jadi
bukan merupakan jaminan dengan pergi kesekolah anak-anaknya atau
remaja mengenal narkoba atau terlibat dengan kenakalan remaja.
Mengingat bahwa sekolah-sekolah juga menjadi target sasaran
perdagangan narkoba, disamping adanya kemungkinan pihak sekolah
berusaha melindungi diri agar mendapat predikat sekolahan bagus, maka
mencoba membuka permasalahannya, tetapi dilakukan sebaliknya,
menutupinya demi nama baik sekolah, kredibilitas guru dan pimpinan
sekolah. Dapat juga guru yang terlalu keras dan guru yang kurang atau
tidak terlalu membekali anak didiknya dengan informasi yang akurat
mengenai penyalahgunaan narkoba. Masalah ini terjadi karena guru tidak
memiliki informasi yang akurat, kalaupun memberikan informasi,
biasanya hanya untuk tujuan menegakan disiplin yang ada disekolah
dengan ancaman agar muridnya tidak coba-coba menggunakan dan kalau
ketahuan menggunakan akan dipecat. Lingkungan sekolah memiliki iklim
belajr dan bersahabat, tetapi juga akan merupakan ajang persaingan yang
keras, ada yang ingin berprestasi, ada yang ingin terlihat bergengsi, ada
yang ingin terlihat sok hebat dan ini akan membuat sebahagian siswanya
mengalami frustasi, bahkan ada sebagian yang ingin melarikan diri dari
tuntutan untuk berprestasi. Murid yang demikian ini adalah murid yang
memiliki resiko tinggi untuk menjadi anti sosial atau terlibat ke dalam
kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba.
III. Pengaruh Teman Sebaya
Biasanya pergaulan dengan teman sebayanya yang berasal dari luar
sekolahnya. Teman-teman ini juga mempunyai pengaruh besar bagi
anak-anak remaja, mereka merasa dekat satu sama lain dan biasanya sudah
membentuk kelompok (geng), mereka mempunyai rasa senasib dan
sepenaggungan, rasa solidaritas tiggi. Dengan demikian, mereka akan
kelompoknya. Mereka tidak memikirkan baik buruknya, tetapi
memikirkan apa itu menyenangkan atau tidak. Juga tidak
mempertimbangkan akan adanya resiko-resiko bagi dirinya. Bahkan,
untuk memenuhi kekeinginannya agar diterima kelompoknya, mereka
tidak segan-segan melakukan hal-hal yang sebenarnya disadari merupakan
perbuatan yang tidak baik.
Dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan zat, teman
kelompok sebaya (peer geoup) mempunyai pengaruh yang dapat
mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan narkoba pada diri
seseorang. Pada banyak kasus, perkenalan pertama dengan narkoba
biasanya datang dari teman. Teman sebaya ini bisa berupa teman sekolah,
teman sepermainan di lingkungan masyarakatnya, sesama anggota dari
klub, kelompok atau geng tertentu yang rata-rata memiliki usia,
karakteristik, permasalahan dan pola pikir yang hampir sama. Pengaruh
teman ini sangat sukar dilepaskan karena dapat menciptakan keterikatan
dan kebersamaan dalam diri remaja. Pengaruh teman ini tidak hanya
dirasakan pada saat perkenalan pertama dengan narkoba, melainkan juga
menyebabkan seseorang tetap menggunakan atau mengalami kekambuhan
(relapse).
Kebanyakan pecandu yang menjadi responden pada banyak
penelitian menyatakan, bahwa mereka mencoba narkoba pertama kali
karena ditawari, dibujuk, dipaksa bahkan dijebak oleh teman atau
kelompok sebayanya. Selain itu mereka menyatakan sulit untuk lepas dari
IV. Keadaan Masyarakat pada Umumnya
Dengan memasuki perkembangan jaman dan era globalisasi,
teknologi informatika berkembang dengan cepat dan sedemikian canggih,
juga media cetak, media audiovisual memiliki jangkauan yang jauh lebih
luas daripada sebelumnya, dan akibatnya banyak budaya asing masuk ke
indonesia melalui media tersebut. Bagi kawula yang belum matang dan
masih belum kukuh kuat iman maupun masih kurang pengertian akan
nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia, akan denagn mudah mengadaptasi
budaya-budaya luar yang kadang kurang pas bagi para remaja kini. Di
dalam kehidupan malam, hiruk piruk diskotik, night club dan
tempat-tempat hiburan malam lainnya, pengedar narkoba juga semakin meningkat
sehingga narkoba sangat mudah diperoleh dan harganya juga bervariasi,
ada yang murah dan ada yang mahal tergantung jenis dan khasiat narkoba
tersebut. Dimulai dari iseng-iseng, ajakan teman, rasa ingin tahu tentang
bagaimana narkoba tersebut maka tidak banyak akhirnya menjadi korban
penyalahgunaan Narkoba yang kita temukan.
Para ahli mengatakan bahwa perubahan-perubahan nilai sosial
sebagai konsekuensi modernisasi juga merupakan faktor yang turut
berperan pada penyalahgunaan narkoaba. Pada umumnya penyalah guna
narkoba tidak lagi mematuhi sistem nilai yang dianut oleh orang tuanya.
Mereka lebih dekat dan cocok dengan sistem nilai dari kelompok
sebayanya yang sering berperilaku anti sosial dan menyalahgunakan zat.
remaja. Mereka menunjukkan ketidakmampuan menyesuaikan diri dan
menjalin hubungan yang baik dan stabil dengan keluarga dan masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu, mereka lalu bergabung dengan teman
kelompok sebaya dan turut menyalahgunakan narkoba. Bukan hanya
remaja yang akhirnya lari ke dalam penyalahgunaan narkoba ini,
melainkan orang tua juga banyak yang terjerumus kedalamnya. Adanya
tekanan batin karena sulitnya mencari nafkah, banyaknya beban tanggung
jawab yang berat dalam keluarga, terjadinya pengangguran atau
pemutusan hubungan pekerjaan dapat menyebabkan frustasi pada
seseorang dan akhirnya mencari pelarian melalui tindakan-tindakan yang
salah seperti mabuk-mabukan dan memakai narkoba (Mastauli,
2007:40-47).
3. Faktor Keluarga
Keluarga mempunyai peranan terpenting didalam pendidikan dan
pembentukan karakter anak. Dari sejak lahirlah si anak diasuh didalam keluarga
sehingga pertumbuhan dan perkembangan hidupnya tidak terlepas dari apa yang
disediakan dan diberikan keluarganya. Dengan kata lain, karakter atau kepribadian
anak terbentuk oleh pola asuh yang sejak kecil diperolehnya, walaupun anak
mempunyai watak atau sifat bawaan yang diperoleh dari orangtuanya, namun
pengaruh lingkungan mempunyai andil yang besar dalam perkembangan dan
pembentukan kepribadian.
Departemen Kesehatan RI (dalam Afiatin,2008:13) memberikan deskripsi
narkoba yaitu komunikasi antar anak dan orangtua kurang efektif, hubungan ayah
dan ibu kurang harmonis, lingkungan keluarga terlalu permisif atau terlalu otoriter
dan orangtua atau anggota keluarga lainnya telah menggunakan narkoba.
Karakteristik-karakteristik seperti yang disebutkan sebagai faktor protektif
keluarga mengantarai hubungan orangtua dengan kasih sayang dan kekuatan
ikatan dengan keluarganya serta memperoleh norma-norma yang jelas berkaitan
dengan masalah penyalahgunaan narkoba, remaja menjadi lebih tangguh untuk
dapat menolak terhadap bujukan penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya
karakteristik-karakteristik yang telah disebutkan sebagai faktor resiko keluarga
mengantarai hubungan remaja dengan keluarga, khususnya orangtua menjadi
kurang kondusif dan rentan untuk menjadi penyalahguna narkoba juga. Salah satu
indikator yang penting pada resiko keluarga adalah apabila dalam keluarga
tersebut terdapat anggota keluarga yang telah menyalahgunakan narkoba, maka
remaja tersebut beresiko tinggi untuk menyalahgunakan narkoba juga, atau
disebut sebagai remaja kelompok beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan
narkoba.
4. Faktor Ketersediaan Narkoba
Tidak bisa dipungkiri bahwa ketersedian dan mudahnya mendapatkan
narkoba bagi remaja menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penyebab
terjadinya penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Biasanya para remaja
mendapatkan informasi tentang narkoba dalam pengedaran dan pemakai yang
Beberapa pengaruh adanya narkoba terhadap perilaku penyalahgunaan
dikalangan remaja adalah sebagai berikut:
a) Mudahnya mendapatkan jenis dari narkoba.
b) Adanya persepsi bahwa dengan mengkonsumsi dapat menyelesaikan
persoalan. Anggapan ini mungkin saja benar, namun perlu diketahui
bahwa hilangnya persoalan itu hanya sesaat dan tidak menyelesaikan
masalah yang sesungguhnya.
c) Cara menggunakan narkoba yang sangat mudah, misalnya diisap, disuntik,
ditelan dan sebagainya.
d) Peredaran pengedar narkoba yang sudah masuk ke pelosok wilayah
dimana berkumpulnya remaja.
2.10 Kerangka Pemikiran
Remaja merupakan usia dimana anak membutuhkan perhatian lebih dari
orang tua. Sebab di usia seperti itu anak berusaha mencari identitas diri. Jiwa
remaja penuh gejolak dan pemberontakan. Gejolak ingin mendapatkan pengakuan
atas keberadaannya, ingin mendapatkan kepercayaan, ingin mendapatkan
penghargaan, ingin berprestasi, ingin menunjukkan keberanian, dan ingin
mendapatkan kebebasan dan kemandirian.
Ketidakstabilan psikologis remaja mengakibatkan mudahnya terpengaruh
oleh gaya hidup yang tidak baik. Tidak dapat dipungkiri Narkoba merupakan pil
pahit bagi masa depan remaja saat ini. Dimana narkoba adalah suatu zat yang
Penyalahgunaan narkoba menjadi euforia bagi manusia untuk membawa mereka
kedalam kenikmatan yang luar biasa. Kenikmatan tersebut mengakibatkan candu
yang merusak setiap kehidupan mereka sehingga tidak dapat berpikir secara
normal.
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi agar manusia bisa jatuh dan
terjerumus ke dalam dunia narkoba, secara umum adalah faktor individu,
lingkungan, dan adanya narkoba itu sendiri. Faktor individu yang menyebabkan
seseorang dapat dengan mudah terjerumus ke dalam dunia narkoba adalah adanya
gangguan kepribadian, faktor usia, dan religiusitas. faktor lingkungan juga
merupakan faktor-faktor penyalahgunaan narkoba, meliputi faktor keluarga,
lingkungan tempat tinggal, pengaruh teman sebaya, dan faktor adanya narkoba itu
sendiri yang tersedia dan mudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari yang
bersifat adiktif yaitu dapat menagkibatkan ketagihan atau ketergantungan.
Bagan Alur Pikir
rere
Kelurahan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhan Batu Utara
2.11 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.11.1 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk
menghindari salah pengertian atas konsep-konsep yang akan dijadikan objek
penelitian. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari satu konsep yang
dianut dalam suatu penelitian (Siagian,2011:138). Karena kajian konsep itu sangat
multidimensional dan abstrak maka diperlukan proses dan upaya penegasan dan FAKTOR INTERNAL
1. Faktor Individu
• Gangnguan
Kepribadian
• Pengaruh Usia
• Pandangan atau
Keyakinan yang rendah
• Religiusitas
FAKTOR EKSTERNAL
1.Faktor Lingkungan
• Lingkungan
Keluarga
• Lingkungan Tempat
Tinggal
• Keadaan Sekolah
2. Faktor Narkoba Sendiri
pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian yang disebut dengan defenisi
konsep.
Untuk mengetahui pengertian konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian,
maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:
a) Faktor yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah hal (keadaan,
peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.
Dalam hal ini adalah penyalahgunaan Narkoba.
b) Penyalahgunaan yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah
pemakaian obat atau zat yang tidak sesuai aturan/ resep yang ditetapkan
sesuai kebutuhan. Pemakaian obat atau zat yang berlebihan atau tidak
sesuai dosis/ takaran maka menjadi salah guna.
c) Narkoba adalah narkotika dan bahan adiktif yang merupakan zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi
sentesis yang dapay menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan ke dalam golongan golongan sebagaimana terlampir dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
d) Penyalahgunaan Narkoba yang peneliti maksud dalam penelitian ini
adalah pemakaian narkotiaka, psikotropika, dan zat adiktif lainnya secara
terusmenerus, atau sesekali tetapi berlebihan, dan tidak menurut petunjuk
dokter atau praktek kedokteran (Widjono, dkk 1981). Sejalan juga dengan
rumusan WHO (dalam Hawari, 1991) yang mendefenisikan
penyalahgunaan zat sebagai pemakaian zat yang berlebihan secara
e) Remaja yang peneliti maksud dalam penelitian ini adalah Remaja yang
memiliki usia 12-22 tahun yang mencakup masa remaja awal, pertengahan
dan akhir. Dimana perkembangan masa transisi antara masa anak-anak
dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional (Agustiani, 200:29).
f) Kelurahan Aekkanopan Timur Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten
Labuhan Batu yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah tempat
dimana peneliti melakukan penelitian.
2.11.2 Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau
operasi lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya
dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Defenisi operasional bertujuan untuk
memudahkan untuk penelitian di lapangan. Maka perlu operasi analisasi dari
konsep-konsep untuk menggambarkan yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120).
Melihat transformasi yang berlaku, maka defenisi operasional sering disebut
sebagai suatu proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti
menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika konsep
sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan. Wujud
operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar terperinci,
sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut
terangkat dan terbuka (Siagian, 2011: 141).
Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini diukur dari
1. Faktor Internal
a. Faktor Individu dapat diukur dengan berikut ini
A. Gangguan Kepribadian
• Cara berpikir
• Emosi
• Perilaku
B. Pengaruh Usia
• Pertama kali menggunakan narkoba
C. Pandangan atau keyakinan yang rendah
• Cara mengambil keputusan
D. Religiusitas
• Intensitas mengikuti ibadah, rajin/ tidak rajin
• Mengikuti kegiatan keagamaan, aktif/ tidak
2. Faktor Esksternal
a. Faktor Lingkungan
A. Lingkungan keluarga
• Pola Asuh Orangtua
• Orangtua pegguna narkoba
• Keluarga pengguna narkoba
B. Lingkugan tempat tinggal
• Kawasan yang banyak terdapat penyalahgunaan narkoba
• Tempat tinggal dekat dengan tempat hiburan malam
C. Keadaan di sekolah
• Informasi narkoba yang diberikan guru
• Guru yang menjadi pengguna narkoba
D. Teman sebaya
• Teman bermain sehari-hari
• Tempat bermain sehari- hari
• Kebiasaan yang dilakukan bersama teman bermain
b. Faktor narkoba sendiri
• Mudah/ sulit dalam memperoleh Narkoba.
• Sumber memperoleh Narkoba
• Jenis Narkoba yang digunakan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang
bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang