• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Dukungan Suami pada Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Care di Rumah Bersalin Hadijah Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Dukungan Suami pada Ibu Hamil dengan Kunjungan Antenatal Care di Rumah Bersalin Hadijah Medan Tahun 2015"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dukungan Suami

1. Pengertian Dukungan Suami

Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang

lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan / motivasi atau

semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan

(Chaplin, 2006).

Kuntjoro (2002, dalam Fithriany 2011) mengatakan bahwa pengertian dari

dukungan adalah informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan, yang nyata

atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam

lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat

memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku

penerimanya atau dukungan adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian dari

orang-orang yang diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

Suami adalah orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil.

Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh

pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan

fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit

resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama

yang ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia

dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap

(2)

Menurut asumsi penulis dukungan suami pada ibu hamil yaitu dukungan

fisik maupun psikologis yang diberikan suami berupa dorangan/ motivasi atau

semangat dan nasihat kepada ibu hamil.

2. Peran Keluarga

Menurut Friedman (1998) peran keluarga adalah sebagai berikut :

a. Peran formal

Peran ini berkaitan dengan setiap posisi formal keluarga, yaitu sejumlah

perilaku yang lebih bersifat homogen, keluarga membagi peran secara

merata kepada anggota keluarga seperti masyarakat membagi perannya,

menurut bagaimana pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya

suatu sistem.

b. Peran informal

Peran informal bersifat ancaman yang tidak tampak dan hanya untuk

menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal meliputi :

1) Pendorong. Sebagai suami sebaiknya menciptakan suasana yang

romantic untuk mendorong istri tidak takut dan mau melakukan

hubungan seksual saat hamil pada trimester ketiga.

2) Inisia tor. Seharusnya suami mengambil peran untuk mulai

melakukan hubungan seksual supaya istri mau berhubungan

seksual yang baik.

3) Domina tor. Kalau ada perbedaan pendapat tentang boleh tidaknya

hubungan seksual dalam kondisi hamil adalah pasangan suami istri.

(3)

5) Koordinator. Sebagai orang tua tidak perlu mengarahkan setiap saat

anaknya akan melakukan hubungan seksual.

3. Fungsi Keluarga

Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh friedman (1998), yaitu :

a. Afektif

Berhubungan erat dengan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi ini berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif meliputi : saling

mengasuh, saling menghargai, dan ikatan keluarga.

b. Sosialisasi

Adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang

menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan

sosial.

c. Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia.

d. Ekonomi

Fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga.

e. Perawatan kesehatan

Perawatan kesehatan berfungsi untuk mencegah terjadinya gangguan

(4)

4. Tugas Keluarga dalam kesehatan

Menurut Friedman (1998), ada 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh

keluarga yaitu :

a. Mengenal gangguan masalah kesehatan setiap anggota keluarga.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga.

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan

tidak dapat membantu dirinya.

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan

keluarga dan perkembangan kepribadian keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dari

lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan fasilitas

kesehatan yang ada.

5. Bentuk Dukungan

Cohen et al., (1985 dalam Fithriany, 2011) mendefinisikan dukungan sosial

adalah bentuk hubungan sosial meliputi emotional, informational, instrumental

dan appraisal. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut:

a. Emotiona l yang dimaksud adalah rasa empati, cinta dan kepercayaan dari

orang lain terutama suami sebagai motivasi.

b. Informa tiona l adalah dukungan yang berupa informasi, menambah

pengetahuan seseorang dalam mencari jalan keluar atau memecahkan

(5)

c. Instrumenta l menunjukkan ketersediaan sarana untuk memudahkan perilaku

menolong orang yang menghadapi masalah berbentuk materi berupa

pemberian kesempatan dan peluang waktu.

d. Appra isa l berupa pemberian penghargaan atas usaha yang dilakukan,

memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasi yang dicapai serta

memperkuat dan meninggikan perasaan harga diri dan kepercayaan akan

kemampuan individu.

Menurut Heaney and Israel, 2008, Friedman (1997 dalam Fithriany 2011)

Empat jenis perilaku atau tindakan yang mendukung yaitu:

a. Dukungan informasi (informational), dalam hal ini keluarga memberikan

informasi, penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan

dengan masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang. Mengatasi

permasalahan dapat digunakan seseorang dengan memberikan nasehat,

anjuran, petunjuk dan masukan.

b. Dukungan penilaian (appraisal) yaitu: keluarga berfungsi sebagai pemberi

umpan balik yang positif, menengahi penyelesaian masalah yang merupakan

suatu sumber dan pengakuan identitas anggota keluarga. Keberadaan

informasi yang bermanfaat dengan tujuan penilaian diri serta penguatan

(pembenaran).

c. Dukungan instrumental (instrumental) yaitu: keluarga merupakan suatu

sumber bantuan yang praktis dan konkrit. Bantuan mencakup memberikan

bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara langsung bisa

(6)

membantu sumber daya untuk kebutuhan dasar dan kesehatan anak serta

pengeluaran akibat bencana.

d. Dukungan emosional (emotional) yaitu: keluarga berfungsi sebagai suatu

tempat berteduh dan beristirahat, yang berpengaruh terhadap ketenangan

emosional, mencakup pemberian empati, dengan mendengarkan keluhan,

menunjukkan kasih sayang, kepercayaan, dan perhatian. Dukungan

emosional akan membuat seseorang merasa lebih dihargai, nyaman, aman

dan disayangi.

3. Pengukuran Dukungan

Menurut Serason (1997 dalam Fithriany, 2011) ada tiga cara untuk

mengukur besarnya dukungan sosial, yaitu pesceived social support, social

embeddnes, dan enected support.

Ketiganya tidak memiliki korelasi yang signifikan antara satu dengan yang

lain dan masing-masing berdiri sendiri, yaitu:

a. Perceived socia l support; cara pengukuran ini berdasarkan pada perilaku

subjektif yang dirasakan individu mengenai tingkah laku orang disekitarnya,

apakah memberikan dukungan atau tidak.

b. Socia l embeddnes; cara pengukuran ini berdasarkan ada atau tidaknya

hubungan antara individu dengan orang lain sekitarnya. Fokus pengukuran

ini tidak melihat pada kualitas dan keadekuatan, tetapi hanya melihat jumlah

orang yang berhubungan dengan individu.

c. Ena cted support; cara pengukuran ini memfokuskan pada seberapa sering

(7)

pemberian dukungan sosial tanpa melihat adanya persepsi akan dukungan

sosial yang diterima individu.

Pengukuran dukungan pada penelitian ini dilakukan dengan cara perceived

socia l support. Dalam hal ini faktor subjektivitas sangat berpengaruh karena

melibatkan persepsi penerimanya. Adanya penilaian kognitif bahwa individu telah

menerima dukungan.

B. Kunjungan Antenatal Care

1. Pengertian Kunjungan Antenatal Care

Saifudin (2001) mengatakan antenatal care merupakan pelayanan yang

diberikan pada ibu hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan

mendeteksi ibu apakah ibu hamil normal atau bermasalah (Rukiah, 2014)

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke petugas

kesehatan sedini mungkin sejak merasa dirinya hamil untuk mendapatkan

pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal, petugas

mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis

dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan, serta ada tidaknya

masalah atau komplikasi (Saifudin, 2002).

Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu

hamil dengan kegiatan saling memberikan informasi antara ibu dan bidan. Serta

observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk

mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006).

Kunjungan Antental Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan

(8)

kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi

informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006).

Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku.

Menurut Lawrence Green, faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3

yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Yang

termasuk faktor predisposisi diantaranya pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,

dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pemungkin adalah lingkungan fisik

ketersediaan sarana-sarana kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor

pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Faktor yang mempengaruhi kunjungan ANC yaitu pengetahuan, ekonomi,

geografis dan sosial budaya ibu hamil. Sosial budaya itu merupakan keadaan

lingkungan keluarga yang sangat mempengaruhi karena perilaku keluarga yang

tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan

kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu

hamil memeriksakan kehamilannya (Departemen Kesehatan RI, 2001).

2. Jadwal Kunjungan Kehamilan

Mufdlilah (2009) mengatakan, frekuensi Pelayanan Antenatal oleh WHO

ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan Antenatal, selama

kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu).

Informasi yang didapatkan ibu hamil yaitu :

1) Membangun suatu hubungan saling percaya antara petugas kesehatan

(9)

3) Melakukan tindakan pencegahan Tetanus Neonaturum, anemia

kekurangan zat besi.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi

komplikasi

5) Mendorong prilaku yang sehat (gizi, kebersihan, dan istirahat).

b. Satu kali kunjungan dalam trimester kedua (antara 14-28 minggu).

Informasi yang perlu didapatkan ibu hamil adalah :

1) Sama seperti informasi yang perlu didapatkan ibu hamil saat

melakukan kunjungan pada awal kehamilan pada uasia kehamilan

sebelum 14 minggu.

2) Kewaspadaan yang khusus mengenai kunjungan K1 (menanyakan

rutin atau tidak melakukan kunjungan kehamilan pada petugas

kesehatan).

c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 29-36 minggu).

Informasi yang perlu didapatkan ibu hamil adalah :

1) Kunjungan kehamilan pada trimester III, sama seperti informasi yang

didapatkan pada kunjungan pertama dan kedua, namun pada

kunjungan ketiga dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya.

2) Palpasi pada abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan

ganda.

3) Deteksi dini letak bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang

(10)

3. Tujuan Kunjungan Kehamilan

Menurut Depkes RI (2005 dalam Rukiah, 2014) pemeriksaan kehamilan

merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu

dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap

penyimpangan yang ditemukan.

Menurut Rukiah (2014) tujuan dilakukan pemeriksaan kehamilan antara

lain :

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan

tumbuh kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental sosial ibu dan

bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyulit secara umum,

kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu

maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan pemberian

ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.

4. Kunjungan Awal dan Kunjungan Ulang Kehamilan

a. Kunjungan Awal

Kunjungan Awal adalah kunjungan pertama kali yang dilakukan ibu

(11)

Menurut Rukiah (2014) tujuan asuhan kehamilan pada kunjungan awal

adalah :

1) Mengumpulkan informasi mengenai ibu hamil yang dapat membantu

bidan dalam membina hubungan yang baik dan rasa saling percaya

antara ibu dan bidan.

2) Mendeteksi yang mungkin terjadi selama kehamilan.

3) Menggunakan data untuk menghitung usia kehamilan dan tafsiran

tanggal persalinan.

4) Merencanakan asuhan khusus yang dibutuhkan ibu. Tujuannya adalah

memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu dan bayi,

menegakkan hubungan saling percaya, mendeteksi

komplikasi-komplikasi kehamilan, mempersiapkan kelahiran, memberikan

pendidikan.

b. Kunjungan Ulang

Asuham kehamilan kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan

a ntena ta l yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama sampai

memasuki persalinan (Pantikawati, 2012)

Menurut Pantikawati (2012) tujuan dari kunjungan ulang kehamilan

yaitu:

1) Pendeteksian komplikasi-komplikasi.

2) Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan.

(12)

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Kehamilan

Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil melakukan kunjungan

Kehamilan (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004) yaitu :

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan

sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan sangat erat dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang

dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun, tidak menutup kemungkinan seseorang yang pendidikan

yang rendah, rendah pula pengetahuannya. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak

diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan non

formal. Pengetahuan seseorang mengandung dua aspek yaitu positif dan negatif.

Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu

(Bobak, dkk, 2004).

b. Sosial Budaya

Faktor sosial budaya juga berpengaruh dalam prilaku ibu untuk melakukan

kunjungan awal kehamilannya. Misalnya pada ibu-ibu hamil yang masih

melakukan aktivitas pekerjaanya diluar pekerjaan rumah tangga akan membuat

ibu hamil tersebut menjadi tidak mempunyai waktu untuk melakukan

pemeriksaan pada awal kehamilannya. Selain itu, ada sebagian masyarakat yang

masih mempunyai dan memegang teguh kepercayaan atau adat kebiasaan yang

(13)

baik menggangu kehamilannya. Selain itu adapula yang beranggapan walaupun

tidak memeriksakan kehamilannya bayinya akan tetap sehat. Hal ini sangat

berpengaruh dengan kunjungan kehamilan sehingga petugas kesehatan terutama

bidan harus dapat mencari jalan keluar untuk memberikan penjelasan yang benar.

Tentu dalam hal ini dukungan dan dorongan dari orang-orang terdekat sangat

diperlukan dan diharapkan.

c. Sosial Ekonomi

Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi kehamilan ibu karena

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan

antara lain makanan sehat, bahan persiapan kelahiran, obat-obatan, tenaga

kesehatan dan transportasi/sarana angkutan. Dengan keadaan yang demikian

banyak ibu hamil yang memilih untuk tidak melakukan kunjungan kehamilan

karena berfikir tidak dapat membayar/menyediakan uang saat melakukan

pemeriksaan kehamilan. Selain itu karena faktor tempat pelayanan kesehatan yang

cukup jauh menyebabkan mereka menjadi kesulitan memeriksakan diri dan

kehamilannya (Rukiyah, 2009).

Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga dengan

tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk menyediakan dana bagi

pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat

ekonomi rendah yaitu ibu hamil akan Kekurangan Energi dan Protein (KEK)

(Bobak, dkk, 2004).

d. Fasilitas Kesehatan

Faktor yang dapat mempengaruhi kunjuncgan awal kehamilan yaitu

(14)

melakukan pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu

dapat melahirkan dengan aman. Tersedinya fasilitas kesehatan yang memadai

dengan jarak yang mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ubu hamil

untuk sering memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan penanganan

dalam keadaan darurat. Dengan tersedianya fasilitas yang memadai akan

memudahkan ibu hamil untuk selalu memeriksakan kehamilannya dari awal

sampai menjelang proses persalinan yang aman sesuai yang diharapkan untuk

membantu menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Rukiyah,

2009).

Letak geografis juga sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan,

ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya, hal ini

karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat terpencil (Bobak, dkk,

2004).

e. Informasi/ Media Massa

Ibu yang pernah mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga

kesehatan, media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan

pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care, sehingga

ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi

dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media

massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi

yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar

informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat

(15)

f. Dukungan Suami

Hasil penelitian di Indonesia mengatakan bahwa dukungan suami yang

diharapkan istri yaitu suami sangat mendambakan bayi dalam kandungan istri,

suami senang mendapat keturunan, suami menunjukkan kebahagiaan pada

kehamilan ini, suami memperhatikan kesehatan istri yakni menanyakan keadaan

istri dan janin yang ada dalam kandungan, suami tidak menyakiti istri, suami

dapat menghibur dan menenangkan istri ketika ada masalah yang di hadapi istri,

suami menasehati istri agar istri tidak terlalu capek bekerja, suami membantu

tugas istri, suami berdoa untuk kesehatan istrinya dan janin dalam kandungan,

suami menunggu istri saat melahirkan maupun ketika istri harus di operasi

(Rukiyah, 2014).

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi

oleh pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi

dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit

resiko komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama

yang ditunjukkan oleh wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia

dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangannya terhadap

anaknya (Rukiyah, 2014).

Empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi

anaknya antara lain dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberikan

dukungan secara psikologis kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan

perhatian kepada kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan

(16)

memenuhi kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya, dukungan

informasi yang diperolehnya mengenai kehamilan, dukungan penilaian yaitu

memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan kehamilan istrinya. Sehingga

semakin tingginya dukungan yang diberikan suami maka semakin besar peluang

ibu untuk melakukan kunjungan K1 dan semakin tinggi kunjungan ibu hamil

ketempat pelayanan kesehatan, maka semakin rendah pula resiko terjadi

komplikasi terhadap kehamilan.

Dukungan suami dengan mendampingi istri melakukan pemeriksaan ke

dokter atau tenaga kesehatan lainnya sangat diperlukan karena dengan demikian

suami akan dapat mengetahui kesehatan istri dan anak dalam kandungan dengan

baik. Hal ini dimaksudkan selain memberikan dukungan emosional kepada istri

juga apabila terjadi sesuatu terhadap istri ataupun kandungannya dapat dilakukan

tindakan segera atas persetujuan suami.

Dukungan dan peran serta suami selama kehamilan meningkatkan

kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan persalinan bahkan dapat

memicu produksi ASI. Tugas suami yaitu memberikan perhatian dan membina

hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap masalah yang

Referensi

Dokumen terkait

5.7 Tabulasi Silang Antara Kunjungan Antenatal Care (ANC) Pada Ibu Hamil Primigravida dengan Kejadian Stres Kehamilan

Lokasi fasilitas kesehatan juga menjadi faktor yang mempengaruhi ibu hamil tidak melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan, dimana lokasi fasilitas kesehatan tersebut sulit

Untuk mengetahui pengaruh dukungan suami (Informasional, Penilaian, Instrumental, dan Emosional), pengetahuan, dan sikap ibu hamil Terhadap Kunjungan Antenatal care Di Wilayah

pengetahuan yang kurang tentang kehamilan serta tidak rutin dalam kunjungan kelas ibu hamil bisa menjadi dampak negatif untuk ibu hamil tersebut yaitu ibu yang tidak

Penyebab ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care tidak sesuai dengan umur kehamilan juga disebabkan dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan dukungan suami dengan kelengkapan kunjungan Antenatal Care (ANC) pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Mergangsan

Hasil analisis adalah bahwa semakin baik persepsi ibu hamil terhadap pelayanan Antenatal Care, maka ibu hamil memiliki frekuensi kunjungan yang teratur dalam

Pengaruh Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Terhadap Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Trimester III Di tiga desa (Bondrang, Kori, Ngindeng) di Wilayah