BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Intelijen Pasar (Market Intelligence)
Market Intelligence atau intelijen pasar (MI) adalah informasi sehari-hari yang
relevan dengan pasar perusahaan, dikumpulkan dan dianalisis secara khusus untuk
tujuan yang akurat dan percaya diri dalam pengambilan keputusan untuk
menentukan peluang pasar, strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan
metric. Intelijen pasar diperlukan ketika memasuki pasar luar negeri. Dengan
demikian dapat diartikan intelijen pasar adalah langkah kunci dalam pembuatan
strategi ekspor (finansialbisnis.com, 2013).
Berdasarkan Badan Pengembangan Ekspor Nasional sekarang menjadi
Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementrian Perdagangan,
mendefinisikan Intelijen Pemasaran, yaitu proses yang sistematis: pengumpulan,
analisis dan penyebaran informasi dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan/organisasi dengan tujuan menyediakan informasi bagi pengambil
keputusan dibidang ekspor, internal perusahaan/organisasi dan eksportir atau
calon eksportir (BPEN-DEPDAG, 2006).
Marketing intelligence dan competitor intelligence istilah itu selalu
bergandengan bersama-sama dilakukan organisasi yang secara aktif untuk
mencari informasi yang berhubungan dengan apa yang sedang terjadi dan apa
adalah informasi yang sudah dievaluasi yang kredibilitasnya, pengertian dan
pentingnya tidak bisa dipungkiri.
Melakukan intelijen pasar adalah lebih dari sekedar mengumpulkan statistik
dan informasi. Tidak ada penelitian dapat berlaku sampai dianalisis dan diubah
menjadi wawasan yang relevan untuk membantu manajer membuat keputusan
berdasarkan fakta. Analisis itu, bersama dengan intuisi manajer akan menciptakan
dasar dari strategi masuk pasar ekspor dan perencanaan lebih lanjut.
Istilah intelijen pasar mungkin membuat kita membayangkan bahwa
perusahaan yang satu memata-matai perusahaan yang lain, pekerjaan tersamar ini
berlangsung dalam dunia bisnis yang kompetitif, tetapi sedikit kejadian yang telah
dipublikasikan. Perusahaan enggan untuk melaporkan pencurian informasi
berharga karena takut merusak citra perusahaannya juga. Pelanggan seperti ini
sulit untuk dituntut oleh yang berkewajiban. Intelijen pasar (market intelligence)
mengacu pada berbagai kegiatan yang etis yang dapat digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang pesaing.
Dalam pengertian intelijen bersaing, memiliki cakupan yang luas atau
menyeluruh. Competitor intelligence meliputi 12 elemen. Elemennya adalah:
demografis penduduk, kondisi ekonomi, teknologi, industri lain,distributor,
pelanggan, produk substitusi, pemasok, pemerintah atau aturan, prospek, budaya
dan pesaing. Dengan demikian, makna intelijen memiliki kedudukan lebih tinggi
dari pada data dan informasi. Mengapa? Karena intelijen mengikuti proses: data –
informasi – intelijen. Singkatnya, intelijen lebih dari sekedar informasi. Ini berarti
membuat kesimpulan yang lebih baik, membuat rekomendasi yang lebih cerdik,
lebih memahami pemain yang pada akhirnya mendorong tindakan yang tepat
(Sharp, Seena 2010).
2.1.1 Sistem Intelijen Pasar
Sistem intelijen pasar adalah suatu prosedur dan sumber yang digunakan oleh
manajer untuk mendapatkan informasi setiap harinya tentang perkembangan
berkelanjutan dari pasar. Jadi sistem ini memberikan data/informasi apa yang
terjadi pada pasar (Kotler, 1997).
Meningkatnya persaingan pada era globalisasi pasar mendorong setiap bisnis
untuk mampu lebih unggul dibanding para pesaingnya. Upaya yang dilakukan
oleh perusahaan/organisasi dalam menciptakan keunggulan yang berkelanjutan
(sustainable competitive advantage). Strategi intelijen pasar merupakan strategi
yang dilakukan perusahaan/organisasi untuk mendapatkan informasi tentang
kondisi pasar, yaitu keinginan dan kebutuhan konsumen, kondisi dan
perkembangan para pesaing, perantara/distributor, pemasok/suplier serta sistem
koordinasi di internal perusahaan dalam menghadapi persaingan dan pelayanan
terhadap konsumen.
Langkah-langkah penting sistem intelijen pasar: perusahaan dapat melatih staf
bagian penjualan untuk meningkatkan kepekaan mata telinga dalam melihat
informasi-informasi penting selama ia menjalankan tugas penjualannya dan
kemudian dilaporkannya kepada manajemen/marketing manajer. Posisi staf
penjualan adalah sangat strategis untuk mengumpulkan data intelijen pemasaran,
menyampaikan sesuatu informasi tentang produk sejenis yang dijual oleh pesaing
kita. Staff penjualan (atau bahkan staff lainnya) perlu dilatih tentang hal ini, sebab
oleh karena kesibukannya mereka bisa jadi tidak peka terhdapa perkembangan
dilingkungan pemasarannya. Mendorong bagian distribusi, retailer untuk
mengumpukan informasi penting tentang perusahaan sejenis. Perusahaan dapat
belajar menganalisa para pesaing dengan membeli produk dari pesaing mengikuti
launching produk, melihat pameran, mengumpukan iklan-iklan pesaing
(Baharudin, Nursal. 2014)
Sementara sistem pencatatan internal memberikan data hasil (result data),
sistem intelijen pasar memberikan data kejadian (happening data). Sistem
intelijen pasar adalah seperangkat prosedur dan sumber yang digunakan oleh para
manajer untuk memperoleh masalah harian mengenai perkembangan dilingkungan
pemasaran. Para manajer pemasaran mendapatkan intelijen pasar (marketing
intelligence) dari membaca buku/referensi, surat kabar, dan publikasi
perdagangan. Berbicara dengan para pelanggan, pemasok, dan distributor, serta
bertemu dengan para manajer perusahaan lain.
2.2 Inovasi
2.2.1Pengertian Inovasi
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),
tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (Sa’ud, Udin S,
2008).
Larsen, P and Lewis, A, (2007) menyatakan bahwa salah satu karakter yang
sangat penting dari wirausahawan adalah kemampuannya berinovasi. Tanpa
adanya inovasi perusahaan tidak akan dapat bertahan lama. Hal ini disebabkan
kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan berubah-ubah, sedangkan Hills
(2008) mendefinisikan inovasi sebagai ide, praktek atau obyek yang dianggap
baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya. Suryana (2003)
mengemukakan inovasi adalah sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas
dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan
memperkaya kehidupan. Zainal Hakim (2014) mengemukakan bahwa inovasi
merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu
yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa,
dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan
berbeda yang diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif
merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga.
Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha.
2.2.2 Faktor Inovasi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu inovasi.
Diantaranya adalah :
1. Mengadakan hubungan baik dengan organisasi luar melalui komunikasi dua
2. Menganggap inovasi sebagai satu usaha jangka panjang yang menuntut
kepada keterlibatan semua pihak dari peringkat awal.
3. Mengadakan perancangan mengikuti prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan
4. Dituntut pekerjaan yang berkualitas seperti mengutamakan mutu.
5. Pembinaan orientasi pasar yang kuat mengikut kehendak dan keperluan
pengguna
6. Memerlukan penyediaan tekhnik yang terbaik untuk pengguna..
7. Melaksanakan pengurusan yang berkualitas yaitu dinamik, bermotivasi, dan
berfikiran terbuka.
2.2.3 Kewirausahaan dan Inovasi
Kewirausahaan dan inovasi sangatlah berhubungan erat, dimana inovasi ini
adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkat keberhasilan dalam
kewirausahaan. Kunci sukses kewirausahaan dan inovasi adalah bergerak dari
penemuan ide ke komersialisasi yang efektif dan penerimaan di pasar. Dengan
adanya inovasi maka perusahaan akan mendapatkan keunggulan kompetitif
seperti:
1. Sukar ditiru pesaing
2. Bisa dimanfaatkan secara komersial dengan kapabilitas yang ada
3. Menyediakan nilai yang berarti bagi pelanggan
4. Tepat waktu
Kreativitas dalam kewirausahaan akan melahirkan inovasi, yang dapat
berujung pada pertumbuhan. Tidak semua pertumbuhan merupakan hasil
inovasi. Berdasarkan tinggi rendahnya tingkat inovasi dan pertumbuhan bisnis
terdapatempat jenis perusahaan yang digambarkan ke dalam empat kuadran
(Kirchoff dalam Nursal, 2014).
Kuadran pertama disebut dengan perusahaan inti ekonomi. Perusahaan
jenis ini memiliki tingkat pertumbuhan dan inovasi yang rendah. Perusahaan-
perusahaan yang tergolong inti ekonomi akan mencapai tingkat pertumbuhan
segera setelah didirikan, tetapi begitu dicapai ukuran sesuai dengan kebutuhan
atau keinginan pemilik, pertumbuhan tersebut berhenti.
Kedua adalah perusahaan ambisius, dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi tetapi dengan inovasi yang rendah. Perusahaan ambisius mencapai
tingkat pertumbuhan tinggi dengan satu atau beberapa kombinasi inovasi
awal. Sebuah produk dapat menjadi sumber pertumbuhan dalam waktu lama,
terutama dalam sebuah pasar yang besar. Pertumbuhan dari perusahaan
ambisius akan menurun kecuali jika mengembangkan inovasi tambahan,
karena lingkungan bisnis berubah sangat cepat.
Ketiga, perusahaan glamor. Dengan tingkat inovasi dan pertumbuhan
bisnis yang tinggi. Perusahaan jenis ini menarik perhatian media serta meraih
berbagai penghargaan berkat kesuksesan yang diraihnya. Kebanyakan
perusahaan seperti ini memiliki akar produk berbasis teknologi, yaitu produk
yang terus mengalami perkembangan dan inovasi dari waktu ke waktu.
Keempat, perusahaan pertumbuhan terbatas, dengan tingkat inovasi yang
diakibatkan terbatasnya sumber daya. Jika pendapatan tidak bertumbuh
dengan cepat guna mendukung usaha-usaha inovasi yang mahal, perusahaan
akan mengalami kegagalan finansial. Perusahaan yang inovatif tetapi tidak
mengejar pertumbuhan yang tinggi akan dengan mudah ditiru oleh pesaing.
Jenis perusahaan seperti apa yang diinginkan sangat bergantung kepada visi,
sumber daya, serta kompetensi yang dimiliki oleh seorang wirausahawan,
dengan tetap memperhatikan faktor-faktor lingkungan eksternal. Kesemua hal
tersebut bersifat dinamis.
2.3 Internasionalisasi
Secara umum, internasionalisasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana
perusahaan secara bertahap meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap pasar
asing dan melibatkan diri didalam kegiatan bisnis dengan negara lain dengan
memperhitungkan strategi, struktur, dan sumberdaya perusahaan untuk mencapai
sasaran organisasi (Chandra, et al.2004). Budiarto dan Tjiptono (1997) dalam
Chandra, et al.(2004) mengemukakan bahwa secara garis besar ada dua macam
alasan yang mendasari suatu perusahaan melakukan internasionalisasi/go
international, yaitu:
1. Alasan yang bersifat proaktif, antara lain:
1.1 Untuk memperoleh manfaat-manfaat tertentu dari negara lain, misalnya
tenaga kerja yang murah, pasokan bahan baku, tanah yang lebih murah,
fasilitas dan kemudahan yang disediakan pemerintah negara tuan rumah
(host country)bagi para investor asing.
1.2 Perusahaan memiliki produk yang unik yang sumber-sumbernya tidak
dimiliki di negara lain.
1.3 Keinginan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan
transportasi, sehingga dapat mencapai konsumen global dengan lebih
mudah.
1.4 Adanya informasi eksklusif tentang pasar global, misalnya ditemukannya
sumber bahan mentah baru dalam jumlah besar melalui foto satelit.
1.5 Komitmen manajemen untuk terjun ke arena pasar global.
1.6 Memanfaatkan kemudahan regulasi ekspor yang diberikan pemerintah
untuk mendorong ekspor.
1.7 Meningkatkan citra dan reputasi perusahaan, khususnya sebagai pemain
global.
1.8 Memperoleh peluang riset, misalnya menguji produk di pasar luar negeri.
1.9 Mengekspor teknologi ke negara-negara terbelakang dalam rangka
membuka pasar.
1.10 Meningkatkan pengaruh politik perusahaan.
2. Alasan yang bersifat reaktif, antara lain:
2.1 Untuk mengatasi ancaman kehilangan pasar di ‘kandang’ sendiri karena
diserbu berbagai perusahaan asing dengan produk-produknya yang
2.2 Adanya over-produksi, sehingga kelebihan produk dipasarkan ke luar
negeri.
2.3 Mengatasi penurunan penjualan akibat pengaruh perubahan variabel
demografis di dalam negeri, misalnya pertumbuhan penduduk yang
melambat.
2.4 Memperpanjang daur hidup produk (PLC) perusahaan yang telah
memasuki fase jenuh di pasar domestik.
2.5 Mengurangi ketergantungan pada satu pasar saja.
2.6 Menghindari resesi ekonomi di dalam negeri.
2.7 Mendekatkan perusahaan dengan konsumen demi kepentingan lalu lintas
komunikasi yang cepat dan efektif dari konsumen ke produsen atau
sebaliknya, sehingga dapat menurunkan biaya distribusi.
2.3.1 Manfaat Internasionalisasi
Manfaat internasionalisasi dapat dilihat dari beberapa perspektif (Ruigrok &
Wagner, 2003):
1. Dari sudut pandang Foreign Direct Investment (FDI),
internasionalisasi memberikan peluang bagi perusahaan dalam
memanfaatkan market imperfections pada pasar produk, faktor dan
finansial manfaat lainnya yang dikemukakan pakar bisnis internasional
dan industrial organization economics adalah tercapainya skala dan
2. Dari sisi pandang financial economics, diversifikasi portofolio bisa
tercapai, sehingga menguntungkan kinerja risk-return pada perusahaan
yang melakukan internasionalisasi.
3. Menurut teori Multinational Corporation (MNC), internasionalisasi
memberikan keuntungan bagi perusahaan MNC untuk melakukan
transfer sumberdaya secara internasional dan melakukan integrasi
terhadap struktur, sistem, dan proses perusahaan dengan kompetensi
spesifik yang tidak tersedia bagi perusahaan yang beroperasi secara
domestik
4. Berdasarkan teori Resource-Based View, internasionalisasi
mempercepat pembelajaran organisasi (organizational learning) dan
knowledge development melalui pemanfaatan sumberdaya dan
kompetensi ini dalam skala global.
2.3.2 Proses Internasionalisasi
Sebuah perusahaan yang berorientasi internasional pada dasarnya tidak
terlahir begitu saja sebagai perusahaan internasional. Sebagaimana pada
umumnya, perusahaan multinasional mengawali aktivitasnya dari negara asalnya
(home country) yang kemudian berkembang ke pasar luar negeri (host country).
Faktor yang mendorong terjadinya proses tersebut adalah globalisasi (Lassare,
2008), runtuhnya batas-batas antar negara (Ohmae, 1994), munculnya
negara-negara industry baru – NIC newly industrials country (Hadiwinata, 1999),
Beberapa ahli mendifinisikan proses internasionalisasi perusahaan
sebagaimana dirangkum dalam table sebagai berikut.
Tabel 2.1
Proses Internasionalisasi Perusahaan
No. Ahli/Akademisi Proses Internasionalisasi 1 Johanson & Vahlne
(1977)
Proses dimana perusahaan secara bertahap
meningkatkan keterlibatan internasionalnya.
Internasionalisasi merupakan produk dari
serangkaian keputusan inkremental perusahaan.
2 Welch & Luostarien
(1988)
Internasionalisasi merupakan sebuah konsep yang
dinamis yaitu proses meningkatkan operasi
internasional, baik pada keluar maupun kedalam.
3 Beamish (1990) Proses dimana perusahaan meningkatkan baik kesadaran
mereka mengenai pengaruh langsung maupun tidak
langsung transaksi internasionalnya di masa yang
akan datang dan mendirikan serta melaksanakan
transaksi dengan negara lain.
4 Andersen (1997) Internasionalisasi merupakan proses adaptasi perubahan
transaksi di pasar internasional, termasuk strategi
moda masuk dan pemilihan pasar internasional.
Sumber: Alina dan Emilia (2009)
Secara keseluruhan, berdasarkan definisi-definisi tersebut proses
1) Keluar masuknya produk, jasa maupun sumberdaya yang melewati batas
suatu negara dimana perusahaan melakukan aktivitasnya.
2) Sebagai konsekuensi poin nomor satu, terjadi transaksi lintas negara.
3) Faktor pendorong adalah dari dalam (perusahaan memiliki orientasi pada
pasar luar negeri) dan dari luar (lingkungan bisnis, khususnya globalisasi).
Terkait dengan proses internasionalisasi, terdapat empat tahap dan jalur yang
berbeda. Tahap pertama adalah tahap domestik, tahap dimana perusahaan belum
memiliki aktivitas internasional sama sekali. Tahap kedua adalah tahap inward
stage. Pada tahap ini aktivitas internasional hanya terbatas pada transfer teknologi
atau import bahan- bahan baku atau komponen. Tahap ketiga, tahap outward stage
merupakan tahap dimana perusahaan sudah mulai melakukan kegiatan ekspor,
memiliki cabang penjualan atau pabrik di luar negeri, subkontrak atau kontrak
pabrikan dan lisensi. Pada tahap empat merupakan tahap kerjasama (
co-operation), perusahaan kemungkinan memiliki perjanjiaan kerjasama pada
beberapa kegiatan seperti produksi, pembelian atau penelitian pengembangan
(Loustarinen dan Hellman 1993).
2.4 UKM (Usaha Kecil dan Menengah)
Ada beberapa pengertian UKM menurut para ahli atau pihak yang langsung
berhubungan dengan UKM, antara lain:
1. World Bank membagi UKM ke dalam 3 jenis
1.1Medium Enterprise, dengan kriteria :
1.1.2 Pendapatan setahun hingga US$ 15 juta
1.1.3 Jumlah aset hingga US$ 15 juta
1.2Small Enterprise, dengan kriteria :
1.2.1 Jumlah karyawan kurang dari 30 orang
1.2.2 Pendapatan setahun tidak melebihi US$ 3 juta
1.2.3 Jumlah aset tidak melebihi US$ 3 juta
1.3Micro Enterprise, dengan kriteria :
1.3.1 Jumlah karyawan kurang dari 10 orang
1.3.2 Pendapatan setahun tidak melebihi US$ 100 ribu
1.3.3 Jumlah aset tidak melebihi US$ 100 ribu
2. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
UKM memiliki kriteria sebagai berikut:
2.1Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria yakni:
2.1.1 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
2.1.2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
2.2Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi kriteria:
2.2.1 Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2.2.2 Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima
2.5 Penelitian Terdahulu
Setiap pelaku UKM dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang kreatif, inovatif dan unik dalam rangka untuk memenangkan persaingan yang terjadi, karena hal tersebut merupakan strategi yang paling mudah dilakukan oleh para pelaku UKM.. pada orientasiaktivitas usaha nya mengenai
sumberinformasiyang
didapatdantingkatdifusiinternal. Selain itu, penelitian ini
menunjukkanbahwa usaha yang sedang berada dipasar luar negeridapat diputuskan
Para ahlisepakat bahwajaringan (koneksi)adalah faktor yang palingpenting bagiUKMuntuk mendapatkan kesempatan internasionalisasi. Faktor-faktor lainyangjuga
2.6 Kerangka Konseptual
Market Intelligence atau intelijen pasar (MI) adalah informasi sehari-hari yang
relevan dengan pasar perusahaan, dikumpulkan dan dianalisis secara khusus untuk
tujuan yang akurat dan percaya diri pengambilan keputusan dalam menentukan
peluang pasar, strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan metric. Intelijen
pasar diperlukan ketika memasuki pasar luar negeri. Dengan demikian dapat
diartikan intelijen pasar adalah langkah kunci dalam pembuatan strategi ekspor
(finansialbisnis.com, 2013).
Terkait dengan kegiatan intelijen pasar, terdapat tiga dimensi yang muncul
berulang kali dalam studi yang berbeda (Wood & Robertson, 2000; McGee &
Sawyerr, 2003): sumber informasi, daerah yang sudah dieksplorasi dan frekuensi
dari penelitian informasi. Dalam perspektif ini, sensitivitas pelaku UKM untuk
mencari serta meneliti informasi dan pengaruhnya terhadap kegiatan intelijen
pasar memungkinkan mereka untuk berhubungan dengan faktor lain yang terkait
dengan proses internasionalisasi.
Informasi dibutuhkan untuk menilai berbagai peluang baru dan berkelanjutan
serta ancaman yang mengintip di pasar dunia. Tidak adanya keakraban dengan
lingkungan pasar dan dunia usaha di negara lain, diiringi dengan peluang yang
banyak sekali dan pertumbuhan yang cepat di pasar tersebar di segenap penjuru
dunia, adalah esensial untuk melakukan investigasi yang cermat atas peluang
tersebut untuk merencanakan sebuah jalan masuk pasar dan ekspansi
internasional. Informasi dibutuhkan untuk menilai negara atau pasar mana yang
dan apakah akan menyesuaikan taktik bauran pemasaran dengan kondisi spesifik
pasar lokal dan juga bagaimana menilai kinerja perusahaan (Henry, 2000:288)
Dengan demikian, dalam konteks penelitian ini yang berfokus untuk proses
internasionalisasi atau kegiatan mengekspor UKM, berikut adalah dimensi yang
sangat penting untuk dimiliki: sensitivitas UKM untuk informasi, intensitas
pencarian informasi dan sumber informasi. Oleh karena itu, sangat mungkin
bahwa pelaku UKM yang memiliki kepekaan terhadap informasi akan sangat
berpengaruh terhadap keterlibatannya dengan dunia internasional dan proses
internasionalisasi.
Perusahaan dapat melihat peluang untuk pertumbuhan dan ekspansi melalui
penggunaan sebuah sistem informasi. Produk dan jasa yang baru dapat
dikembangkan, produk dan jasa yang ada dapat dimodifikasi, dan pasar atau
kelompok pelanggan baru dapat diidentifikasi. Kapabilitas ini dapat menjadi
sasaran dari sistem, atau hanya sekadar maslahat yang berasal dari sistem yang
dirancang untuk berbagai tujuan lain. Eksekutif pemasaran dapat menciptakan
peluang inovasi dengan informasi yang berasal dari setiap sistem.
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),
baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai
tujuan tertentu atau untuk memcahkan suatu masalah tertentu (Sa’ud, Udin S,
Suryana (2003) mengemukakan bahwa inovasi dapat menjadi peluang karena
inti dari inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
pemecahan masalah dan menemukan peluang itu sendiri. Oleh karena pentingnya
dua hal tersebut, maka diperlukan analisis untuk melihat pengaruh pencarian atau
sumber informasi terkait dengan internasionalisasi serta inovasi UKM terhadap
proses internasionalisasi.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
2.2 berikut ini :
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Sumber: Wood & Robertson (2000), McGee & Sawyerr (2003), dan Suryana (2003)
2.7 Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
Faktor-faktor yang terdiri dari variabel intelijen pasardan inovasi memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap proses internasionalisasi pada
UKM.
Intelijen Pasar (X1) Inovasi (X2)
Proses Internasionalisas