• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Objek Gejala Tingkat O (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Objek Gejala Tingkat O (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

“Objek, Gejala, Tingkat Organisasi Kehidupan, dan Persoalan Biologi”

KIMIA E KELOMPOK 8

Siti Dewi Fatimah NIM. 14307141045

Very Ega Efrika NIM. 14307141059

Sari Rosiati Nur Khasanah NIM. 14307144004 Haryo Rohmadiyanto NIM. 14307144011

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

A. TOPIK

Objek, gejala, tingkat organisasi kehidupan, dan persoalan biologi. B. TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi berbagai macam objek biologi, gejala, dan tingkat organisasi kehidupannya, yang terdapat di lingkungan sekitar. 2. Mahasiswa dapat menemukan persoalan biologi berdasarkan hasil

pengamatannya. C. DASAR TEORI

Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains yang mempelajari khusus tentang seluk-beluk kehidupan. Cakupan kajian biologi meliputi makhluk hidup itu sendiri, zat-zat penyusun tubuh makhluk hidup, zat dan energi yang dibutuhkan makhluk hidup, dan segala hal yang berkaitan dengan makhluk hidup (Prawirohartono, 2004: 2).

Kebutuhan pertama dalam Sains adalah pengamatan atau penginderaan yang tepat dan cermat. Penginderaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, tidak hanya penggunaan mata, tetapi tercakup di dalamnya penggunaan telinga, hidung, dan dengan perasa (sense) lainnya. Semakin teliti dan lengkap penggunaan alat indera, gejala objek semakin banyak terungkap.

Umumnya penginderaan secara scientific dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan alat bantu pengukuran dan instrument, misalnya melalui lensa pada mikroskop, gerakan jarum pada berbagai alat pengukuran, dan lain-lainnya. Gejala berat, volume, maupun panjang dapat diamati dengan bantuan alat bantu pengukuran. Sementara untuk melihat gejala struktur mikroskopis dapat diamati dengan alat bantu berupa alat pembesar seperti lup atau mikroskop. Pemilihan alat bantu harus tepat dan presisinya tinggi agar datanya akurat. Pengamatan diarahkan pada sesuatu, sehingga dapat dipergunakan untuk menjawab suatu pertanyaan dan memecahkan suatu masalah. Akhirnya dapat dibuat suatu kesimpulan.

Objek biologi meliputi seluruh kehidupan yang ada di permukaan bumi, baik yang sudah punah maupun yang masih hidup. Objek biologi tersebut dikelompokkan ke dalam lima dunia kehidupan, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia (Prawirohartono, 2004: 7). Sedangkan

(3)

bahwa objek biologi meliputi beberapa kingdom yaitu: Plantae, Animalia, Protista, Fungi, Archebacteria, dan Eubacteria (Mayer, 1980). Pada objek biologi melekat dua macam gejala, yaitu gejala benda dan gejala peristiwa. Gejala benda adalah gejala tentang struktur benda, seperti bentuk, ukuran, warna, dan lain-lain. Sedangkan gejala peristiwa menunjuk pada proses, seperti bernafas, menghasilkan aroma, tumbuh, tersenyum, melepaskan O2 atau gelembung udara, kilat atau guntur, dan seterusnya.

Gejala biologi tersebut dapat diamati pada setiap tingkatan organisasi kehidupan. Baik pada tingkat sel, jaringan, organ/sistem organ, individu, populasi, komunitas, bahkan hingga pada tingkat bioma. Dari pengamatan gejala biologi, maka akan ditemukan suatu persoalan yang menurut BSCS terdapat 9 macam persoalan dasar biologi, yaitu:

 Biologi sebagai proses inkuiri,

 Sejarah konsep biologi,

 Evolusi,

 Keanekaragaman dan keseragaman,

 Genetika dan kelangsungan hidup,

 Organisme dan lingkungan,

 Perilaku (etologi),

 Struktur dan fungsi,

 Regulasi (sistem pengaturan).

Hasil pengamatan menggunakan indera maupun dengan menggunakan alat ukur terhadap gejala biologi, akan diperoleh gambaran tentang fakta atau kenyataan alamiah. Fakta ini dapat terjadi secara berulang-ulang dan

selanjutnya inderapun juga akan merespon gejala tersebut. Dengan

dilakukannya pencatatan yang sistematis, dapat menghasilkan gambaran fakta yang semakin utuh (Suparwoto, 2011: 5).

D. ALAT DAN BAHAN 1. Lup/kaca pembesar 2. Buku dan alat tulis E. PROSEDUR KERJA

(4)

Memfokuskan pengamatan pada organ/bagian individu, individu, atau sekelompok individu organisme yang menarik perhatian.

Mengamati ciri atau gejala-gejala yang dapat ditangkap, kemudian mencatat atau mendeskripsikan.

Merujuk pada struktur biologi menurut BSCS, kemudian menyebutkan macam objek biologi, tingkatan organisasi kehidupan, dan macam persoalan dari ciri atau gejala tersebut.

Memasukkan data ke dalam tabel. F. HASIL PENGAMATAN

Populasi Setiap saat seekor semut bertemu dengan semut lain, maka akan terlihat seolah-olah

Individu Pertumbuhan sirih hutan mengikuti penyagga (tegakkan) yang berada di

Organisme dan

(5)

sekitarnya. 3. Laba-laba

Penenun (Araneus diadematus)

Individu Jika ada musuh yang terjebak ke dalam jaring-jaringnya, laba-laba penenun akan membungkus musuh dengan jaring sebelum memangsanya.

Perilaku

4. Puring (Codiaeum variegatum)

Individu Warna daun dalam satu pohon adalah berbeda-beda, ada yang berwarna hijau dengan bercak kuning, hijau keseluruhan, maupun kuning keseluruhan.

(6)

G. PEMBAHASAN

Kegiatan pengamatan atau penginderaan merupakan kebutuhan pertama dalam Sains. Pada praktikum ini, telah dilakukan pengamatan terhadap suatu objek berupa makhluk hidup baik hewan maupun tumbuhan. Pengamatan mengarah pada gejala biologi (gejala benda dan gejala peristiwa) pada tingkat organisasi kehidupan tertentu dengan tujuan dapat menemukan persoalan biologi dengan merujuk pada struktur biologi menurut BSCS. Pengamatan yang dilaksanakan berlokasi di area kebun biologi Fakultas MIPA UNY dengan objek yang berhasil kami amati adalah semut hitam, sirih hutan, laba-laba penenun, dan puring.

Semut Hitam (Dolichoderus thoracicus)

Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) merupakan binatang yang pada umumnya dikenal sebagai hewan yang hidup secara berkelompok. Mereka memiliki ciri khas yang sering kita lihat, salah satunya ketika seekor semut bertemu dengan semut lain, seolah-olah mereka saling “mengadu kepala” satu sama lain. Perilaku seperti ini tidak lain adalah memiliki tujuan tertentu, yakni untuk melakukan komunikasi antar semut dengan cara bersentuhan antena. Isyarat antena semut yang dilakukan dengan bersentuhan ini digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya dimulainya makan, ajakan, dan pertemuan sosial agar teman-teman sesarang saling mengenal. Dalam sejenis spesies semut pekerja akan bersentuhan antena ketika bertemu.

Gerakan ajakan ini sangat jelas dalam beberapa spesies semut. Saat dua ekor pekerja bertemu berhadapan, semut pengajak memiringkan kepalanya ke samping 90 derajat dan menyentuh bagian atas dan bawah kepala temannya dengan antena (Harun Yahya). Semut yang diajak menanggapi dengan cara yang sama. Saat semut menyentuh tubuh teman sarangnya, tujuannya bukanlah memberi informasi, melainkan memperoleh informasi dengan mendeteksi zat kimia yang disekresi yang disebut feromon. Feromon adalah senyawa kimia yang diproduksi oleh organisme untuk menandakan

kehadirannya kepada anggota lain dari spesies yang sama. Zat ini ditemukan oleh Jean-Henri Fabre pada tahun 1870.

(7)

mungkin. Akhirnya, ia akan mampu mendeteksi dan mengikuti jalur bau yang baru ditinggalkan temannya dan mencapai sumber makanan.

T. C. Schneirla, seorang peneliti di New York University, pernah mengadakan percobaan dengan semut. Ia mengambil seekor semut lalu ditaruh dalam tempat yang berisi makanan. Semut lain ditaruh dalam tempat yang berisi semut-semut musuh. Kemudian kelakuan kedua semut ini diamati terutama ketika berpapasan dengan teman-temannya di jalan. Dari penelitian itu Schneirla menyimpulkan bahwa zat kimia yang dikeluarkan dari makanan ataupun dari musuh semut menempel pada semut itu. Ketika bertemu dengan semut temannya, semut ini akan saling menyapa (bersentuhan). Dengan saling menyapa inilah zat kimia dari semut akan memberi tahu temannya (melalui antena di kepala semut) apakah di lingkungan sekitarnya ada makanan atau ada musuh.

Sirih Hutan (Piper caducibracteum)

Sirih hutan (Piper caducibracteum) merupakan jenis tanaman yang tumbuh dengan cara merambat atau bersandar pada benda (tegakkan) di sekitarnya. Panjang tanaman sirih mampu mencapai puluhan meter. Tanaman sirih tumbuh dengan cara merambat karena batangnya lemah, ia

mengembangkan beberapa organ khusus seperti tendril atau sulur, untuk membantunya bertahan hidup dengan “menumpang” pada struktur lain yang lebih tinggi dan kuat. Tendril atau sulur yang digunakan oleh tanaman sirih ini untuk bergantung ke penyangga merupakan batang yang termodifikasi. Setelah “menjerat” penyangga, tendril mengumpar sehingga tumbuhan tertarik mendekati penyangga tersebut (Patricia, 2008: 319).

Peristiwa seperti ini yang dalam istilah biologi disebut dengan gerakan tigmotropisme. Tigmotropisme merupakan gerakan atau respon yang

(8)

auksin, hormon yang merangsang pertumbuhan. Secara khusus, auksin dalam hal ini akan merangsang sel-sel non-berhubungan untuk tumbuh lebih cepat, yang akan menghasilkan tanaman “melengkung” di sekitar permukaan kontak. Hormon lain yang disebut etilen, juga digunakan untuk membantu batang dan pertumbuhan jaringan lainnya sebagai tanaman yang tumbuh di sekitar objek.

Laba-laba Penenun (Araneus diadematus)

Laba-laba penenun (Araneus diadematus) adalah salah satu jenis spesies laba-laba yang kebanyakan merupakan predator (pemangsa) penyergap. Laba-laba penenun membuat jaring-jaring sutera berbentuk kurang lebih bulat di udara, di antara dedaunan dan ranting-ranting, di muka rekahan batu, di sudut-sudut bangunan, di antara kawat telepon, dan lain-lain. Jaring ini bersifat lekat, untuk menangkap serangga terbang yang menjadi mangsanya. Begitu serangga terperangkap jaring, laba-laba segera mendekat dan menusukkan taringnya kepada mangsa untuk melumpuhkan dan

sekaligus mengirimkan enzim pencerna ke dalam tubuh mangsanya.

Selain itu, laba-laba penenun juga memiliki perilaku lain berdasarkan pengamatan yang berhasil kami lakukan, yaitu kemampuannya membungkus tubuh mangsa dengan lilitan benang-benang sutera dari dalam tubuhnya. Kemampuan ini sangat berguna terutama jika si mangsa memiliki alat pembela diri yang berbahaya, seperti lebah yang mempunyai sengat. Disamping itu tujuan laba-laba penenun membungkus tubuh mangsanya adalah jika laba-laba tersebut ingin menyimpan atau mengawetkan mangsanya sambil menanti saat yang diinginkan untuk menikmatinya belakangan.

Puring (Codiaeum variegatum)

(9)

berbeda-beda, ada yang berwarna hijau dengan bercak kuning, kuning keseluruhan, maupun hijau keseluruhan.

Dalam hal ini, daun puring tersusun berselang-seling atau saling berhadapan dan duduk pada ruas batang tanaman. Daun yang masih muda akan selalu berwarna hijau cerah. Seiring dengan perkembangannya, daun-daun baru ini akan berubah warnanya sesuai dengan jenisnya sebagai contohnya akan berubah warna menjadi kuning. Ciri khas puring adalah dengan perkembangan tanaman ini warna daun muda akan berbeda dengan warna daun tua. Akibatnya akan terjadi perpaduan warna yang sangat indah.

H. KESIMPULAN

1. Identifikasi terhadap objek biologi dapat dilakukan pada hewan maupun tumbuhan baik pada tingkat kehidupan sel, jaringan, organ/sistem organ, individu, populasi, komunitas, bahkan pada tingkat bioma.

2. Pada pengamatan terhadap suatu objek biologi, dapat ditemukan gejala-gejala biologi, baik gejala-gejala benda maupun gejala-gejala peristiwa yang pada akhirnya dapat ditemukan jenis persoalan dasar biologi menurut BSCS terhadap objek pengamatan tersebut.

I. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A., Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi 8 Jilid 2 (Alih Bahasa oleh Damaring Tyas W.). Jakarta: Erlangga.

Prawirohartono, Slamet. 2004. Sains Biologi 1. Jakarta: Bumi Aksara. Pujawati, Sri. et al. (2011). Pengamatan Perilaku Semut. [Online]. Tersedia:

http://shreepoedja.blogspot.com/2013/01/perilaku-semut.html. [22

September 2014]

Rohmanah, Chy. (2014). Ruang Lingkup Biologi dan Struktur Keilmuannya. [Online]. Tersedia: http://blogging.co.id/ruang-lingkup-biologi. [22

September 2014]

Sasmi, Anggun C. (2014). Laba-laba. [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Laba-laba. [18 September 2014]

(10)

Suparwoto. 2011. Fisika Umum: Telaah Gejala Alam Secara Terintegrasi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Yahya, Harun. (_____). Menjelajah Dunia Semut. [Online]. Tersedia:

http://id.harunyahya.com/id/Buku/769/menjelajah-dunia-semut/chapter/3014#14. [23 September 2014]

_____. (2013). Mengenal Gejala Biologi. [Online]. Tersedia:

Referensi

Dokumen terkait

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber daya yang memiliki

Prinsip pembelajaran biologi yang ideal adalah pembelajaran yang menginteraksikan antara siswa, objek dan permasalahan biologi, melalui kegiatan pengamatan atau

Ilmu pengetahuan Alam memiliki Objek kajian berupa benda-benda atau gejala-gejala alam yang nyata (real) dan dapat ditangkap oleh indera manusia, contohnya tumbuhan, hewan,

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat

Populasi yang dimaksud dalam suatu penelitian adalah sekelompok objek yang dapat dijadikan sumber penelitian, dapat berupa benda-benda, manusia, gejala, peristiwa, atau hal – hal

Pada bab ini kamu akan mempelajari metode pengamatan objek untuk mengamati gejala alam biotik dan abiotik dalam kerja ilmiah, cara penggunaan mikroskop dan peralatan pendukung,

Gejala yang paling sering ditemukan adalah asthenopia, dan pada pemeriksaan dapat ditemukan foria, near point convergence (NPC) yang menjauh, dan penurunan positive

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa ayunan konis yaitu sebuah benda bermassa m Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa ayunan konis yaitu sebuah benda bermassa