• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pilihan Bekerja Remaja Perempuan di Era Post Modern (Studi Kasus di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pilihan Bekerja Remaja Perempuan di Era Post Modern (Studi Kasus di Kota Medan)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sosiologi

Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti “kawan” dan kata Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara”, jadi sosiologi adalah

“berbicara mengenai masyarakat” (Comte dalam Soekanto, 2007: 4). Sosiologi

adalah ilmu empirik yang mempelajari gejala masyarakat atau social action, untuk dapat merasakan pola pikiran dan tindakan berupa aturan atau hukum yang terjadi di dalamnya (Hadi, 2005: 11).

Tinjauan atau pandangan dari ilmu-ilmu sosial termasuk dalam hal ini, sosiologi akan mencari hukum-hukum alam yang bersifat general. Hukum alam ini berlaku kapan saja di mana saja, ilmu yang terkait pada nilai dan kebudayaan di lingkungannya.Seperti diketahui bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala masyarakat dan sosial action di dalam masyarakat untuk merumuskan hukum-hukum yang terdapat di dalamnya.Mempelajari seni ditinjau dari sudut pandang sosiologi dapat pula menghubungkan seni itu dengan kehidupan masyarakat dan faktor-faktor spesifiknya yang meliputi geografi, ekonomi, pendidikan, agama, dan adat istiadat (Hadi, 1991: 5).

(2)

mengatur semua pola tingkah laku terjadi kontinuitas dalam waktu, dan diikat dengan rasa identitas yang kuat mengikat warganya, Koentjaraningrat (dalam Kurniawan, 2012: 5).

2.2 Remaja

“Remaja” kata itu mengandung aneka kesan. Ada orang yang mengatakan

bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda dengan kelompok manusia yang lain. Sementara pihak lain menganggap remaja adalah kelompok orang yangidentik dengan perilaku pemberontak, sumber konflik, senang mengikuti mode dan tidak memiliki pemikiran yang panjang ketika memutuskan untuk berperilaku. Dari beragam persepsi tentang remaja tersebut, sebetulnya siapakah remaja itu? Berikut ini, akan dijelaskan mengenai pengertian remaja, aspek-aspek perkembangan remaja, dan tugas perkembangan remaja.

Remaja (Adolesence) berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya,adolensecentia yang berarti remaja), yang berarti pula tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Santrock (2003:26) adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.

(3)

“Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah

meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan kebergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini bergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja. Karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya”.

Dalam penelitian ini remaja dimaksud adalah remaja yang memutuskan bekerja sambil juga tidak lupa menjalankan perannya sebagai mahasiswa.Banyak remaja yang melakukan hal seperti ini, dengan alasan ingin belajar hidup lebih mandiri.Hidup mandiri bukan berarti ingin lepas tanggung jawab dengan orang tua, tetapi ingin juga belajar hidup dengan menggunakan hasil jerih payah sendiri.Para remaja yang memilih bekerja sambil kuliah tidak hanya dapat belajar hidup mandiri, tetapi dapat juga lebih dapat menghargai jerih payahnya sendiri.Misalnya hal kecil yang sudah dapat mereka lakukan adalah bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak lagi membebani orang tua untuk selalu memenuhi semua keperluan mereka.

(4)

mengganggu jadwal perkuliahan juga. Jenis pekerjaan yang dapat mereka pilih adalah jenis pekerjaan yang jam kerjanya bisa disesuaikan.

Banyak pandangan negatif dari orang-orang yang menyebutkan bahwa remaja yang memutuskan bekerja sambil kuliah akhirnya akan ada salah satu yang di korbankan. Anggapan tersebut bisa dibenarkan apabila ditujukan pada remaja yang memang tidak memiliki niat yang kuat untuk menjalankan dengan baik keduanya. Tetapi pada remaja yang memang berniat untuk menjalankan dengan baik bekerja maupun kuliah tidak akan setuju dengan pandangan tersebut.

2.3 Pekerjaan 2.3.1 Hakikat Kerja

Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan bermacam-macam aktivitas.Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan kerja.Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan.

(5)

2.3.2 Analisis Pekerjaan

Analisis pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan tercapai. Manfaat analisis pekerjaan akan memberikan informasi tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang dipergunakan (Hasibuan, 2003 : 29).

Proses dalam menganalisis pekerjaan melalui langkah-langkah sebagai berikut (Hasibuan, 2003:29):

a. Menentukan penggunaan hasil informasi analisis pekerjaan. b. Mengumpulkan informasi tentang latar belakang.

c. Menyeleksi wuwakal (orang yang akan diserahi) jabatan yang akan dianalisis.

d. Mengumpulkan informasi analisis pekerjaan.

e. Meninjau informasi dengan pihak yang berkepentingan. f. Menyusuan uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan

g. Meramalkan atau memperhitungkan perkembangan perusahaan.

2.3.3 Tuntutan Pekerjaan

(6)

Peningkatan kinerja karyawan dari sisi kualitas maupun kuantitas merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh seorang karyawan sesuai dengan target yang ditetapkan perusahaan. Kondisi ini merupakan salah satu bentuk dari tuntutan tugas yang harus dapat dilakukan oleh seorang karyawan.Kemampuan seorang karyawan untuk memenuhi tuntutan tugas merupakan salah satu ukuran dari keberhasilan atau prestasi kerja karyawan.

2.3.4 Kelelahan Kerja

Kelelahan merupakan salah satu indikator dari besarnya beban kerja yang harus ditangung seorang karyawan.Banyak kasus terjadi di Indonesia bahwa pihak perusahaan tidak mampu memperhitungkan kemampuan yang mampu diemban seorang karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya.Pimpinan tidak menyadari bahwa beban kerja yang berat berdampak negatif terhadap kinerja karyawan. Dampak negatif beban kerja tersebut antara lain tidak tercapainya target yang telah ditetapkan, rendahnya kualitas kerja karyawan, meningkatnya tingkat kelelahan karyawan yang selanjutnya akan berdampak pada tingkat absensi atau bahkan meningkatnya perpindahan karyawan (Hasibuan, 2003:50).

(7)

Dalam penelitian Gani (2000) diketahui kelelahan yang terjadi pada tenaga kesehatan dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebih, sementara beban kerja tersebut disebabkan oleh jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai. Penelitian Ruwaedah (1990) seperti yang dikutip oleh Rahma (2003:1) di Puskesmas strata II Kodya Makasar ditemukan kelelahan yang dialami tenaga kerja pengelola program kegiatan Puskesmas 59,2% dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebihan. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Kyla, 2008:3).

(8)

2.4Jam Kerja

2.4.1 Pengertian Jam Kerja

Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakansiang hari dan/atau malam hari. Merencanakan pekerjaan-pekerjaan yang akandatang merupakan langkah-langkah memperbaiki pengurusan waktu. Apabilaperencanaan pekerjaan belum dibuat dengan teliti, tidak ada yang dapat dijadikanpanduan untuk menentukan bahwa usaha yang dijalankan adalah selaras dengansasaran yang ingin dicapai.Dengan adanya pengurusan kegiatan-kegiatan yanghendak dibuat, sesorang itu dapat menghemat waktu dan kerjanya (Su‟ud,2007:132).

Diantara tanda-tanda pengurusan waktu yang tidak efektif ialah karenaterlambat menyiapkan sesuatu, pekerjaan yang dibuat tergesa-gesa, perasaan tidakmencapai keberhasilan dalam pekerjaan, krisis, surat-surat yang belum dijawab,panggilan telepon yang dibuat ataupun dijawab, proyek yang penting ataumendesak yang belum disentuh dan masih banyak lagi pekerjaan-pekerjaan yangterpaksa dibuat pada waktu malam untuk menambah waktu untukmenyiapkannya. Bagi seseorang adalah perlu ada dokumen waktunya dan tahu kemana arah yang dituju sebelum ia dapat menguruskan waktunya. Mencatat,merancang dan mengawasi waktu adalah dasar pengurukuran waktu yang efektif(Westbork dan Drucker dalam Su‟ud, 2007: 132).

Menurut Wolman dalam Su‟ud (2007:131), menyatakan bahwa ada

(9)

pihakpengurusan pada organisasi besar mencoba mengadakan kebebasan waktu bekerja

kepada pekerjaan bagian atasan. Cara ini didapati menimbulkan tanggung jawabakibat desakan waktu dan memberikan pencapaian prestasi kerja yang lebih baik.Wolman mengemukakan beberapa cara pengurusan waktu untuk menghasilkanpekerjaan yang lebih baik. Diantara ialah membiasakan diri segera mencatat hal-hal yang perlu perhatian.Susunan kegiatan yang teratur adalah antara keperluanuntuk memperbaiki pengurusan waktu seseorang.

Macdonald dalam Su‟ud (2007:134) mendukung pandangan ini

denganmengaitkannya dengan aplikasi administrasi bahwa sistem file yang baik danmempunyai tempat penyimpanan semua hal-hal yang ada sangkut paut dengankeperluannya adalah suatu cara untuk menjadi lebih teratur. Susunan kegiatanyang teratur adalah kunci pengurusan waktu kerja yang baik.

2.4.2 Pengaturan Jam Kerja

(10)

pasar atau memelihara tenagakerja yang konstan.Dua-duanya menimbulkan konsekwensi terhadap biayatenaga kerja (labor cost). Untuk tenaga kerja yang didasarkan pada permintaanproduk akan cenderung menjadi biaya tenaga kerja yang bersifat variable (variabel cost), sedangkan kebijaksanaan untuk tenaga kerja yang konstancenderung menjadi biaya hidup (fixed cost).

2.5Teori Posmodernisme

2.5.1 Pengertian Teori Posmodern

Menurut Pauline Rosenau (1992) postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya memenuhi janji-janjinya.Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas, yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritas-prioritas modern seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi, humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan impersonal dan rasionalitas. teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya.

(11)

Ia melawan dan mengaburkan pengertian postmodernisme Ia menyiratkan pengetahuan yang lengkap tentang modernisme yang telah dilampaui oleh zaman baru. Sebuah zaman, zaman apapun, dicirikan lewat bukti perubahan sejarah dalam cara kita melihat, berpikir, dan berbuat. Kita dapat mengenali perubahan ini pada lingkup seni, teori, dan sejarah ekonomi.

Istilah postmodern memang tidak memiliki definisi yang pasti, yang mampu merangkul seluruh hasil pemikiran para teori tikus yang menamakan diri mereka sebagai kelompok postmodernisme. Secara sekilas, konsep postmodern dirangkai dari konsep “Post” dan “Modern” ; “Post” dapat dimaknai sebagai era

“Sesudah”, sehingga postmodern mengandung makna setelah modernitas.

Ada beberapa istilah yang masih berkaitan dengan istilah postmodern, yaitu postmodernitas, postmodernisme. Menurut Umar (Ritzer, 2003), istilah postmodernitas menunjukkan pada suatu epos – jangka waktu, zaman, masa – sosial dan politik yang biasanya terlihat mengiringi era modern dalam suatu pemahaman sejarah. Jadi, definisi postmodern meliputi suatu epos sejarah baru, produk budaya yang baru, serta tipe teori baru yang menjelaskan dunia sosial.

Teori postmodern banyak memberikan kritik atas realitas “manusia modern” yang terlalu dalam persepsi mereka. Rosenau (Ritzer, 2003) menjelaskan

(12)

metanarasi totalitas dan sebagainya. Ketiga, teori postmodern cenderung menerakkan fenomena besar postmodern, seperti emosi, perasaan, intuisi, refleksi, spekulasi, pengalaman personal, kebiasaan, kekerasan, metafisika, tradisi, dan sebagainya. Keempat, teori postmodern menolak kecendrungan dunia modern yang meletakkan batas – batas antara hal – hal tertentu seperti disipin akademis, budaya dan kehidupan, fiksi, dan teori, citra, dan realitas.

Postmodernisme pada awalnya lahir sebagai reaksi kritis dan reflektif terhadap paradigm modernism yang dipandang gagal menuntaskan proyek pencerahan dan menyebabkan munculnya berbagai patologi modernitas. Pauline M. Rosenau, dalam kajiannya mengenai postmiodernisme dan ilmu-ilmu sosial, mencatat setidaknya lima alasan penting gugatan postmodernisme terhadap modernisme:

a. Modernisme dipandang gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan ke arah masa depan kehidupan yang lebih baik sebagaimana diharapkan oleh para pendukungnya.

b. Ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenang-wenangan dan penyalahgunaan otoritas keilmuan demi kepentingan kekuasaan.

c. Terdapat banyak kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmu-ilmu modern.

(13)

e. Ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan metafisis manusia karena terlalu menkankan atribut fisik individu.

2.5.2 Akar Sejarah Teori Sosial Postmodern

Jejak- jejak pemikiran yang bernaung di bawah payung postmodernisme : seni, sastra, politik, ekonomi, arsitektur,sosiologi, antropologi dan filsafat sebenarnya dapat dilacak jauh ke alur sejarah modernitas istilah “ modern‟ yang berarti zaman baru berasal dari bahsa latin modernus. Sementara itu istilah modernitas (modernity) diartikan sebagai kondisi social budaya masyarakat modern. Istilah ini sekaligus menggambarkan hubungan antar massa ini dan massa silam, serta sebagai kurun sejarah yang berbeda dimana modernitas lebih superior di banding masa sebelumnya.

Modernisasi (modernization) berarti proses berlangsugnya proyek mencapai kondisi modernitas. Modernisasi mencangkup proses pengucilan karya-karya klasik, warisan masa lampau, sejarah purbakala, karena modernitas pada hakekatnya mengambil posisi yang berlawanan dengan hal-hal lama demi terciptanya hal-hal baru. Dengan demikian, modernisasi adalah pandangan sikap hidup yang dianut untuk menghadapi massa kini yakni pandangan dan sikap hidup dalam meghadapi kenyaan hidup masa kini. Modernisasi di tandai oleh pemusatan hubungan secara tegas terhadap nilai-niilai tradisional ; berkembangnya system kapitalisme progresif, rasionalisasi administrative, serta diferensiasi social dan budaya ( Featherstone , 1988)

(14)

modernisme yang berkembang semenjak awal ke-16 M hingga akhir abad ke -18 M, dimana orang baru mulai merasakan pengalaman kehidupan modern, modernism pada tahap ini di tandai oleh mulai diyakinya rasio, keberanian menghadapi kehidupan secara nyata, memudarnya religuisitas dalam berbagai segi kehidupan, serta lahirnya pemberontakan kreatif dalam dunia seni. Fase kedua, adalah modernisme di tandai dengan revolusi perancis dan kekacauan sosial, politik, ekonomi yang seringkali dihubungkan dengan momentum Gelombang revolusi besar 1790. Fase ketiga adalah modernisme yang di mulai ketika terjadi proses modernisasi global dan pembentukan kebudayaan dunia dan modern secara massal dimana semakin banyak terjadi kekacauan social dan politik, ketidak pastian dan ancaman terhadap realitas dunia baru terbentuk inilah puncak anomaly realitas modern, yang ternyata tidak mampu mewujudkan impian menciptakan kehidupan yang lebih baik, dan justru sebaliknya, menciptkan berbagai masalah besar yang menyengsarakan umat manuaia (smart,1990;16).

(15)

bidang-bidang kehidupan, birokratisasi ekonomi, praktek-praktek politik dan militer, serta tumbuhnya moneterisasi nilai-nilai.

Secara Epistimologis, modernitas meliputi empat unsur pokok. Pertama, subjektifitas reflektif, yakni pengakuan akan kekuatan-kekuatan rasional dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan.kedua , subjetivitas yang berkaitan dengan kritik atau refleksi, yakni kemampuan untuk menyingkirkan kendala-kendala kebebasan dari tradisi dan sejarah.Ketiga , kesadaran historis yang di munculkan oleh subjek, bahwa waktu berlangsung secara linear, unik, tak terulangi dengan titik berat pada kekinian titik sejarah. Keempat, universalisme yang mendasari ketiga unsure sebelumnya. Dengan universalisme di maksudkan bahwa elemen-elemen modernitas bersifat normative untuk masyarakat yang akan melangsungkan modernisasi. Dengan modernisasi, kebenaran wahyu di uji dihadapan rasio, legitimasi kekuasaan di gugat melalui kritik dan kesahilan tradisi dipertanyakan berdasarkan harapan akan masa depan yang lebih baik.

2.5.3 Perkembangan Ilmu Pada Masa Postmodernisme

Pada awalnya, kata postmodern tidak muncul dalam filsafat ataupun sosiologi.Wacana postmodern ini pada awalnya muncul dalam arsitektur dan kemudian juga dalam sastra.Arsitektur dan sastra „postmodern‟ lebih bernafaskan

kritik terhadap arsitektur dan sastra „modern‟ yang dipandang sebagai arsitektur totaliter, mekanis dan kurang human.Akhirnya, kritik terhadap seni arsitektur dan sastra modern ini menjadi kritik terhadap kebudayaan modern pada umumnya yang dikenal sebagai era-postmodern.

(16)

menyebut post modern sebagai upaya mencari pluralisme gaya arsitekture setelah ratusan terkukung satu gaya. Postmodernisme lahir di St. Louis, Missouri, 15 Juli 1972, pukul 3:32 sore. Ketika pertama kali didirikan, proyek rumah Pruitt-Igoe di St. Louis di anggap sebagai lambang arsitektur modern. Yang lebih penting, ia berdiri sebagai gambaran modernisme, yang menggunakan teknologi untuk menciptakan masyarakat utopia demi kesejahteraan manusia. Tetapi para penghuninya menghancurkan bangunan itu dengan sengaja. Pemerintah mencurahkan banyak dana untuk merenovasi bangunan tsb. Akhirnya, setelah menghabiskan jutaan dollar, pemerintah menyerah.Pada sore hari di bulan Juli 1972, bangunan itu diledakkan dengan dinamit. Menurut Charles Jencks, yang dianggap sebagai arsitek postmodern yang paling berpengaruh, peristiwa peledakan ini menandai kematian modernisme dan menandakan kelahiran postmodernisme.

2.6Kritik Terhadap Teori Sosiologi Postmodern

(17)

kehilangan dasar argumentasi yang rasional. Ketiga, para pemikir teroti postmodern, tanpa disadarinya, telah terjatuh ke dalam sikap mentotalisasikan ide-ide pemikirannya, dan menolak untuk mengubah atau membatasi pemikirannya. Keempat, para pemikir teori sosiologi postmodern terkesan terlalu menafikan kenyataan bahwa terdapat keuntungan-keuntungan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Televise dan mediia massa dan internet dalam tampilannya yang positif juga memberikan manfaat seperti misalnya mempercepat penyebaran informasi tentang pendidikan, HAM Dan lingkungan, menyampaikan berita peristiwa-peristiwa aktual yang tengah terjadi dan lebih membuka pemahaman akan sifat pluralism dan humanism kebudayaan dewasa ini. Kelima, sikap fatalis dan nihilis yang secara sadar banyak dipilih oleh pemikir social postmodernmenjadikan pemikiran-pemikiran mereka jauh lebih dari nilai – nilai moral dan agama.

Sementara itu Pauline M. rosenau, seorang pengamat teori social kontemporer Amerika melihat terdapat 7 kontradiksi dalam pemikran postmodernisme:

a. Posisi anti-teori dari para pemikir postmodermisme sebenarnya justru merupakan sebuah pendirian toritis.

b. Sementara postmodernisme menekankan pada hal-hal yang bersifat irasional, akal pemikiran tetap di gunakan untuk memperluas pandangannya.

(18)

d. Postmodernisme menekankan inter-tekstualitas namun seringkali memperlakukan teks secara tertutup.

e. Dengan menolak criteria modernism untuk menilai sebuah teori , para pemikir postmodernisme tidak dapat menyatakan bahwa tidak ada criteria yang absah untuk digunakan sebagai criteria penilaian.

f. Postmodernisme mengkritik inkonsestensi modernism, namun menolak untuk norma konsistensi itu sendiri.

g. Para pemikir postmodern berkontradiksi di dalam dirinya sendiri dengan menyampaikan klaim-klaim kebenaran dalam tulisan-tulisan mereka sendiri.

Sementara itu Jurgen Habermas, Seorang Filsuf kontemporer Jerman, juga memberikan kritikan terhadap pandangan postmodernisme. Dalam bukunya Modernity, an incomplete project, habermas mengtakan bahwa proyek modernitas yang di mulai sejak abad ke-19 demi membangun ilmu yang objektif, hukum dan dan moralitas universal, serta seni yang otonom belum selesai. Para pemikir postmodern, menurut Habermas, terlalu tidak sabar untuk menuntaskan proyek modernitas yang seharusnyabisa mereka selesaikan.Dalam perdebatannya dengan beberapa pemikir postmodern, terutama Baudrilland dan Lyotard, habermas tetap berpendirian bahwa postmodernisme masih bisa dibenahi, yakni dengan prinsip consensus dan komunikasi partisipasif.

Akhirnya, Christoper Norris, Seorang pemikir social America, dalam sebuah bukunya What‟s Wrong with Postmodernism: Critical Theory and the ends

(19)

sebentuk sikap epistemologis skeptic dan ekstrim yang menghancurkan segala sesuatu, filsafat,politik,kritik,dan teori –pada tingkatan dimana nilai-nilai consensus menjadi sesuatu yang paling tidak menarik untuk di bicarakan; inilah sikap postmodernisme.

Beberapa kritik tajam terhadap postmodernisme diatas patut menjadi catatan untuk memahami teori social postmodern secara lebih jernih dan koheren.Setidaknya, diperlukan sikap kritis, reflektif dan objektif dalam memandang realitas social dan budaya kontemporer dewasa ini.diperlukan landasan nilai moral dan agama dalam menyikapi realitas social dan kebudayaan yang begitu cepat berubah dewasa ini. Tanpa landasan nilai moral dan agama, maka pembacaan dan penyikapan realitas social dan kebudayaan dewasa ini, hanya akan sampai pada sikap nihilism, fatalism, dan keputusasaan yang justru tidak menyelasaikan persoalan.

2.7 Kaitan Postmodernisme dan Feminisme

Feminis postmodernisme dipakai hanya sebatas sebagai teori masyarakat. Post modernism penting bagi isu teori feminism terutama sebagai “epistimologi oposional” sebagai strategis untuk menanyakan klaim kebenaran atau

pengetahuan yang didahului oleh satu teori tertentu (Georige Ritzer, Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Kencana 2004, Jakarta).

2.8 Konsumerisme Pada Remaja

(20)

sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya.

(21)

2.9 Gaya Hidup Remaja Perempuan Posmo

Paradigma kehidupan dalam sebagian masyarakat modern telah beralih kepada postmodernisme.Di zaman modern, semenjak era revolusi industri di abad ke-15, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mewujudkan kehidupan yang mapan dan nyaman dalam banyak segi.Namun masih adanyaberbagai permasalahan dan ketidakpuasan terhadap kondisi zaman modern membuat gerakan postmodernisme berkembang sejak abad ke-20.Gaya hidup post-modern adalah berkembangnya sifat hedonism, materialism, dan konsumerisme, yaitu sikap selalu mencari kepuasan diri sendiri, menilai segala sesuatu dari segi kepemilikan materi, serta kepuasan yang muncul bisa sudah memiliki barang–barang bajkan yang tidak diperlukan sekalipun.

2.10 Gender

Istilah Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.

(22)

Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial, sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada sistem tersebut. Laki-laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-laki dan perempuan berbeda. Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis.

Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial, sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada sistem tersebut. Laki-laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-laki dan perempuan berbeda. Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis.

Pengertian seks atau jenis kelamin merupakan pensyifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu (Faikh, 1997).

(23)

2.10.1 Gender dalam Perspektif Sosiologis

Gender adalah suatu konsep cultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam hal peran, prilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat (Women’s Studies Encyclopedia).

Membahas permasalahan gender berarti membahas permasalahan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembahasan mengenai gender, termasuk kesetaraan dan keadilan gender dikenal adanya dua aliran atau teori, yaitu teori nurture dan teori nature.

2.11 Teori Nurture

Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah hasil konstruksi sosial budara sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda.Perbedaan itu membuat perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan kontribusinya dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.12 Teori Nature

(24)

berkeluarga maupun bermasyarakat, yaitu terjadi ketidak adilan gender, maka beralih ke teori nature.

2.13 Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah definisi abstrak mengenai gejala atau realita suatu pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Moleong, 1997)

Disamping mempermudah dan memfokuskan penelitian konsep juga berfungki sebagai panduan bagi peneliti untuk menindak lanjuti penelitian tersebut serta menghindari timbulnya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini antara lain:

1. Remaja

Remaja dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki kecendrungan untuk bekerja di usia muda. Remaja dalam penelitian ini juga memiliki keinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari keluarga serta lingkungan setinggi-tingginya.

2. Hedonisme

(25)

3. Materialisme

Materialisme adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat dikatakan benar-benar ada adalah materi.Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua fenomena adalah hasil interaksi material.Materi adalah satu-satunya substansi.

4. Konsumerisme

Referensi

Dokumen terkait

Keseluruhan data yang diperoleh peneliti, dianalisis berdasarkan bentuk istilah yang berupa monomorfemis, polimorfemis, frasa, dan pemaknaan secara leksikal, kias, dan

Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran (aktivitas siswa), peningkatan hasil belajar dan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Asman Abnur mengatakan, kebijakan penerimaan CPNS Tahun 2017 ini dilakukan untuk memenuhi

Jika melihat dari kajian beberapa penelitian pengembangan media pembelajaran mobile learning diatas pengembanganaplikasiandroidsebagaimedia pembelajaran

tiap awal tahun selama sepu- luh tahun, pemuda tersebut dapat mengikuti program asuransi berjangka 25 tahun dan apabila terjadi kematian atau cacat dalam jangka waktu tersebut,

Yayasan Sagang yang dipimpin oleh Rida K Liamsi, kemudian membuat sejumlah kegiatan Budaya, antaranya memberi penghargaan berupa Anugerah Sagang, setiap setahun

jarannya kepada guru keterampilan agar dapat membelajarkan kepada siswa yang lebih efektif dan ino- vatif. Pembelajaran berbasis kom- petensi diharapkan mampu

Dari tabel 4 terlihat koefisien nilai sig 0.008, dengan tingkat alpha yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0.05, maka hipotesis kedua diterima yaitu kompensasi