• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Menantu Perempuan Dengan Mertua Perempuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Menantu Perempuan Dengan Mertua Perempuan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN WAWANCARA

Nama :

TTL :

Tempat Tinggal :

Usia :

Agama :

Suku :

Pekerjaan :

Anak :

Lama tinggal bersama mertua :

Usia Pernikahan :

Pertanyaan umum:

1. Apakah anda sebelum menikah sudah mengetahui harus tinggal bersama

dengan mertua?

2. Apakah respon anda ketika mengetahui harus tinggal bersama mertua?

3. Sudah berapa lama anda tinggal bersama mertua?

4. Bagaimana perasaan anda setelah tinggal bersama mertua?

5. Bagaimana anda menyesuaikan diri anda tinggal bersama mertua?

6. Butuh berapa lama anda menyesuaikan diri anda tinggal bersama mertua?

7. Menurut anda bagaimana cara berbicara mertua dengan anda?

8. Apakah ada rasa ketakutan ketika anda harus tinggal bersama mertua?

9. Seberapa dekat anda dengan mertua?

10.Bagaimana usaha anda mendekatkan diri dengan keluarga pasangan anda

termasuk dengan mertua?

11.Apakah anda sudah tahu alasan mengapa harus tinggal bersama mertua?

12.Apakah suka dan duka selama tinggal bersama mertua?

13.MENGENAI KONFLIK

(2)

b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anda dengan mertua

berkonflik?

c. Apakah anda pernah mengalami konflik yang luar biasa dengan

mertua?

d. Berapa lama biasanya anda dengan mertua berkonflik?

e. Apakah anda bercerita dengan suami ketika anda sedang berkonflik

dengan mertua?

f. Bagaimana reaksi suami ketika anda sedang berkonflik dengan

mertua?

g. Menurut anda apakah berbicara dengan suami permasalahan anda

dengan mertua dapat selesai?

h. Apa yang anda lakukan jika sewaktu-waktu anda tidak dapat

mengontrol emosi anda?

i. Bagaimana hubungan anda dengan suami ketika terjadi konflik dengan

mertua? Apakah menjadi renggang atau tidak?

j. Apakah mertua anda selalu mengikutcampurkan pernikahan anda?

k. Apakah anda pernah mengalami stres karena berkonflik dengan

mertua?

l. Bagaimana cara anda menghilangkan stres tersebut?

m. Apakah yang anda lakukan ketika berkonflik dengan mertua?

14. MENGENAI STRATEGI

a. Bagaimana cara anda dalam menghadapi konflik dengan mertua

perempuan?

b. Adakah strategi khusus yang anda lakukan untuk menyelesaikan

konflik tersebut?

c. Bagaimana strategi komunikasi yang anda lakukan dengan mertua

anda?

d. Apakah ada usaha yang anda lakukan untuk menyelesaikan konflik

anda dengan mertua?

(3)

f. Apakah kegiatan pekerjaan rumah sepenuhnya dilakukan oleh mertua

atau anda?

15. HARAPAN DAN MOTIVASI

a. Apakah anda mempunyai keinginan untuk tidak tinggal bersama

dengan mertua?

b. Pernah ada usaha berbicara dengan suami untuk tidak tinggal bersama

dengan mertua?

c. Apa reaksi suami ketika anda berbicara untuk tidak tinggal bersama

dengan mertua?

d. Apa motivasi terbesar anda yang membuat anda bisa bertahan untuk

(4)

Hasil Wawancara Informan

Informan I

Ibu Masniyar Rambe

Peneliti : Sebelumnya, ibu berapa tahun sudah menikah?

MR : Berapa ya kalau ga salah? Dari kelas 2 SMP, 13 tahun.

Dari tahun 2000? 13 tahun ya? (dengan wajah bingung

sambil menanyakan kepada adik dari suaminya) Eh, 15

tahun ya? Iyalah, berarti 15 tahun.

Peneliti : Oh… 15 tahun ya, hmm... sebelum ibu menikah, ibu udah

tahu harus tinggal sama mertua?

MR : Hmm… gatau sih, cuman sudah menikah baru tahu

tinggal sama mertua.

Peneliti : Memang dari awal?

MR : Iya, tinggal sama mertua.

Peneliti : Anak ibu ada berapa?

MR : Dua.

Peneliti : Oh, ada dua ya, hmm… itu anak ibu laki-laki semuanya

atau ada laki-laki perempuan?

MR : Hmm… cewek.

Peneliti : Oh, cewek dua-duanya, udah sekolah bu?

MR : Udah.

Peneliti : Sekolah kelas berapa bu?

MR : Ha?

Peneliti : Sekolah kelas berapa?

MR : Satu… SMP.

Peneliti : Oh… satu SMP, terus satu lagi anak yang kedua bu?

MR : Anak yang kedua kelas 5 SD.

Peneliti : Oh, kelas 5 SD. Terus bu, bagaimana ibu menyesuaikan

(5)

apa dekat atau butuh waktu untuk mendekatkan dengan

mertua?

MR : Sebelum menikah pun sudah dekat sama ibu, gitu. Ya…

sesudah sama ya sudah menyesuaikanlah.

Peneliti : Terus, kan kami ini masih muda bu, jadi kami denger kata

mertua itu agak takut. Jadi, waktu pertama kali ibu ada rasa

takut ga tinggal sama mertua?

MR : Ya… pertama-tama ada sih.

Peneliti : Takutnya itu karena apa bu?

MR : Ya… di cerewetin atau apa gitu ya kan, kan gitu. Tapi

enggak kok.

Peneliti : Terus bu, apa sih suka dan dukanya tinggal dengan

mertua?

MR : Sukanya bisa kek sharing gitu kan, ngobrol tentang

keluarga. Dukanya?

Peneliti : Iya dukanya apa bu?

MR : Keknya ga ada duka, biasa-biasa aja.

Peneliti : Pernah ga, keknya ada masalah gitu? Pasti ada pernahlah

ya konflik?

MR : Ya… ada masalah ya kita selesaikan sama-sama.

Peneliti : Biasanya ibu langsung menyelesaikan masalah itu dengan

suami dulu ataukah dengan mertuanya langsung?

MR : Suami dulu, baru mertua.

Peneliti : Terus, suami ibu apa yang dibilang? Apakah ibu salah

dibilang? Atau langsung ngomong secara diskusi gitu

langsung bu?

MR : Pertimbangkanlah.

Peneliti : Oh… terus faktor-faktor apa saja yang biasanya di

konflikkan bu?

MR : Maksudnya?

Peneliti : Misalnya, tentang anak atau tentang ekonomi yang di

(6)

MR : Ya… paling tentang anak-anaklah selalu kalo di rumah

yah.

Peneliti : Anak-anaknya suka?

MR : Ya… suka berantem atau apa gitu gangguin mertua.

Peneliti : Ibu memang asli di sini? Asli orang medan?

MR : Enggak, bapaknya yang asli sini.

Peneliti : Oh, berarti ibu anak rantaulah ya?

MR : Iya.

Peneliti : Ibu, punya ga keinginan untuk tidak tinggal dengan

mertua?

MR : Hmm… punya, punyalah keinginan kalau bisa kita lebih

mandiri.

Peneliti : Terus, ada ga usaha ibu buat ngomong sama suami untuk

tidak tinggal sama mertua?

MR : Yah… sekali-sekali.

Peneliti : Terus, suami ibu bilang apa?

MR : Ya sabarlah, nanti kita ada waktunya.

Peneliti : Ibu pernah gak mengalami stress gitu karena berkonflik

dengan mertua?

MR : Enggak, udah dijalani gak ada.

Peneliti : Usia pernikahan ibu tadi 15 tahun ya? Berarti udah lama

lah ya bu ya?

MR : Iyalah dari tahun 2000, udah 15 tahun.

Peneliti : Berarti ibu dari SMP udah nikah gitu?

MR : Iya, usianya umur berapa itu ya? 22.

Peneliti : Oh, Berarti sudah cukup lama lah ya bu?

MR : Iyalah, si anak-anak kan udah SMP kelas 2.

Peneliti : Oh… udah besar anak-anaknya ya bu.

MR : (Tertawa)

Peneliti : Ibu orang batak atau orang jawa?

MR : Saya mandailing.

(7)

MR : Boru rambe.

Peneliti : Oh, boru rambe. Suami ibu orang?

MR : Orang jawa.

Peneliti : Oh suami ibu orang jawa, berarti nang jowo.

MR : (Seisi ruangan tertawa)

Peneliti : Terus, pernah gak bu karena ada masalah dengan mertua,

ibu jadi kena imbasnya gitu sama adik-adiknya dari suami

ibu?

MR : Udah pasti adalah ga enaknya, namanya kita ipar-iparan.

Cuman sedikit, tapi bisa diselesaikan kok dengan cara

baik-baik. Ya, namanya kita ipar-iparan, ya pasti ada itu konflik.

Peneliti : Terus bu, ibu termasuk menantu yang dekat dengan

mertua?

MR : Iya deketlah.

Peneliti : Sering sharing gitu bu?

MR : Iya… ya pergi bareng, belanja bareng.

Peneliti : Berdua gitu bu?

MR : Iya sering, belanja atau pergi undangan atau apa gitu.

Peneliti : Terus bu, dengan adanya masalah ini hubungan ibu

dengan suami jadi renggang atau malah tidak?

MR : Biasa aja.

Peneliti : Biasanya yang melakukan kegiatan rumah itu, apakah ibu

atau bersama-sama dengan mertua?

MR : Saya sendiri.

Peneliti : Oh, ibu sendiri. Ibu memang tinggal satu atap sama ibu

mertua?

MR : Udah enggak.

Peneliti : Oh, sekarang udah enggak ya?

MR : Sekarang udah enggak, berapa tahun yang lalu ya tinggal

sama-sama mertua? Udah 3 tahun lah kami tinggal sama

mertua.

(8)

MR : Sama juga sih sebenarnya, cuman kan enam-enamnya di

sini semua tapi lebih sering tinggal sama kami.

Peneliti : Berarti ibu pinter ngambil hati lah ya?

MR : (tersenyum).

Peneliti : Alasan kenapa sih suami ibu mengajak ibu untuk tinggal

bersama mertua?

MR : Belum ada ini aja… apa namanya? Belum ada hmm…

uang gitu kan. Ya, untuk sementara tinggal sama mertua.

Peneliti : Berarti kalau sementara, berarti ada niat untuk tidak

tinggal sama mertua?

MR : Iya…

Peneliti : Terus bu, ibu kan termasuk dekat dengan adik-adik dari

suami ibu, ada ga masalah gitu sama adik-adik dari suami

ibu?

MR : Ya, itu udah pasti ada lah.

Peneliti : Biasanya masalah apa bu?

MR : Ya… masalah anak-anak ini atau anak-anak kita sama

anak dia berantem atau apa gitulah.

Peneliti : Pernah ga karena masalah ini, ibu jadi ga ngomongan

sama adik-adik dari suami ibu?

MR : Sekali-sekali ada lah, namanya dekat yakan.

Peneliti : Ibu dekat juga sama adik-adik dari suami ibu?

MR : Ya… dekat juga.

Peneliti : Usia mertua ibu berapa ya bu?

MR : Itulah saya lupa (tertawa), kayaknya sekitar 60 an gitu lah

itu.

Peneliti : Oh… 60 an, masih hidup dua-duanya bu?

MR : Enggak, cewek aja.

Peneliti : Mertua ibu sekarang di mana?

MR : Itu, ikut sama adik yang semalam yang kita semalam

disitu.

(9)

MR : Dia suka-suka dia mau tinggal di mana.

Peneliti : Tapi lebih sering di sini?

MR : Yah…

Peneliti : Terus bu, pernah gak bu mertua ibu kayak ikut campur

dalam pernikahan ibu?

MR : Enggak, enggak sama sekali.

Peneliti : Oh enggak ya bu, kalau hubungan ibu dengan mertua

baik-baik aja?

MR : Baik.

Peneliti : Terus bu, waktu ada konflik dengan mertua, gimana ibu

mengatasinya?

MR : Ya… dengan ngobrol atau apalah gitu.

Peneliti : Biasanya kalau ada masalah gitu ngomong sama suami

dulu atau mertua?

MR : Ya… sama bapaknya dulu, baru mertua. Kek mana yang

terbaiklah.

Peneliti : Oh… kalau misalnya masalah urusan dapur gitu, ibu

sendirikah yang kerja atau mertua?

MR : Sendiri.

Peneliti : Kalau misalnya mertua ibu di rumah, itu biasanya ngapain

bu?

MR : Enggak ngapa-ngapain sih.

Peneliti : Terus bu, hobi ibu apa?

MR : Hobi? (tertawa). Ibu di rumah aja, hobi ya paling

bersih-bersih atau apa gitu.

Peneliti : Anak ibu sekarang sekolah nih?

MR : Gak, di rumah.

Peneliti : Oh… lagi libur ya bu?

MR : Iya.

Peneliti : Oh ya, yang kemarin ibu anak ke 4 dari 5 bersaudara ya

bu? Berarti cewek semua?

(10)

Peneliti : Oh, adik-adik dari suami ibu ini tinggal di sini semua atau

gak?

MR : Iya, di sini semua.

Peneliti : Adik suami ibu berapa semuanya di sini bu?

MR : Adiknya suami di sini ada 5, satu ini kan ada 6 pintu. Eh,

ada 5 lah ya.

Peneliti : Emang sengaja tinggal berdekatan bu?

MR : Iya itu, dekat semua.

Peneliti : Memang dari awal bu?

MR : Enggak, awalnya enggak sih, cuman karena udah dikasi

terus dibagi-bagi, ya mereka di sini semua.

Peneliti : Udah nikah semuanya bu?

MR : Udah semua.

kayak gitu kalau rame-rame?

MR : Ya… ada sih ya, ya itu tadi ya sekali-sekali udah pasti

ada. Yakan? Kek gini-gini. Ya… namanya kita rame ya

kan.

Peneliti : Ada ga kata-kata yang bikin ibu tersinggung gitu bu?

MR : Ya… pasti ada lah ya itu kan.

Peneliti : Sampai konflik besar gitu ada bu?

MR : Enggak.

Peneliti : Terus bu, dengan adanya kata-kata yang buat ibu

tersinggung itu, ibu gimana? Apakah ibu langsung emosi?

Sampai ga bisa mengontrol emosi gitu bu?

MR : Ya… paling dalam hati, kok kayak gitu dia ya? Ya gitu

(11)

Peneliti : Terus bu, waktu bertengkar sama ibu mertua, ibu pernah

ga sampai ga bisa menahan amarah ibu?

MR : Saya kalau marah kali gitu sih enggak, cuman kalau saya

marah, ya langsung saya tinggal.

Peneliti : Ibu biarin aja gitu ya?

MR : Iya, nanti kan diam sendiri dia. Apalagi kan marah sama

marah gitu kan jadi tambah panas. Apalagi sama adik ipar

dengan menantu itu susah sebenarnya, tapi

mudah-mudahan sudah ga ada lah, ya… paling biasa-biasa aja.

Peneliti : Ibu dekat juga lah ya sama adik-adik dari suami ibu?

MR : Dekat.

Peneliti : Biasanya, ibu yang paling deket sama anak ke berapa bu?

MR : Ini yang paling kecil itu, yang perempuan. Yah, sering

juga ngobrol sama suaminya, paling sering yah ngobrol sih.

Peneliti : Mertua ibu sekarang ga di sini ya bu?

MR : Enggak, mungkin lagi keluar.

Peneliti : Mertua ibu biasanya kerja apa ya bu?

MR : Yah… ikut-ikut masak gitu.

Peneliti : Oh… catering ya bu?

MR : Iya, saya pun gatau tadi di rumah apa enggak karena saya

baru keluar itu tadi.

Peneliti : Oh… terus bu, ada gak bu strategi khusus yang ibu pakai

gitu kayak untuk menyelesaikan konflik. Misalnya, entah

ibu buat makanan buat mertua ibu atau adakah strategi gitu

ibu buat?

MR : Kalau buat makanan sih enggak, tapi ayok kita pergi

sama-sama gitu kan supaya lebih akrab gitu kan. Ya…

paling pergi sama-sama.

Peneliti : Biasanya, liburan sama gitu ya bu?

MR : Iya.

Peneliti : Berarti ibu belum ada konflik besarlah ya bu?

(12)

Peneliti : Ibu kemarin berapa lama menikah bu?

MR : 15 tahun.

Peneliti : Oh… 15 tahun ya?

MR : Iyalah, dari tahun 2000? 15 lah ya.

Peneliti : Sebelum ibu menikah, gimana ibu bilang sama orang tua

ibu buat nikah sama suami? Apakah di izinin langsung atau

suami yang ngomong sendiri?

MR : Ya… pertama-tama ditanyain dulu lah latar belakang

keluarganya gitu kan.

Peneliti : Terus bu, orang tua ibu sama orang tua suami ibu pernah

ga gitu ketemu? Atau jarang gitu? Atau sering?

MR : Ya, sering sih.

Peneliti : Orang tua ibu di mana?

MR : Orang tua saya di tanjung balai.

Peneliti : Oh… di tanjung balai, berarti di mana itu tanjung balai

bu?

MR : Kisaran tau ga?

Peneliti : Oh… tau bu, terus bu, tempat lahir ibu ini labuhan beli

ya?

MR : Labuhan bili…

Peneliti : Oh bili, terus bu, kan suami ibu jawa, nah ibu kan

mandailing. Ada ga gitu kayaknya karena beda adatnya,

keknya susah gitu kan. Apalagi kan mandailing sama kayak

batak, keras-keras orangnya, kalau jawa kan orangnya

lembut-lembut. Pertama-tama gitu bu?

MR : Gak ada, saling menghargai aja.

Peneliti : Ibu kan ibu rumah tangga gitu kan? Berarti kan sering

ketemu mertua, biasanya yang paling sering diceritain gitu

apa bu?

MR : Cerita apa aja, kayak cerita kerjaan gitu.

Peneliti : Terus bu, mertua ibu gimana cara bicaranya sama ibu?

(13)

MR : Biasa aja, biasanya sama anaknya aja.

Peneliti : Beda berarti ya bu? Terus bu, ada ga perubahan dari

mertua ibu? Kek awal pernikahan baik, terus lama

kelamaan berubah gitu bu?

MR : Ga ada.

Peneliti : Sama aja gitu bu? Berarti ibu awal nikah gak susah

beradaptasi lah ya bu? Kan ibu beda suku gitu bu.

MR : Yah… paling beradaptasi sama inilah, adik-adiknya sama

mertua juga begitu pertama-tamanya.

Peneliti : Apa sih motivasi ibu, sampai bisa bertahan untuk tinggal

dengan mertua?

MR : Ya… karena ibu itu baik, mengerti keadaan kita.

Peneliti : Mertua ibu suku apa?

MR : Suku jawa.

Peneliti : Biasanya bu, kalau ada konflik gitu biasanya selesainya

berapa lama gitu bu?

MR : Ya… paling satu hari dua hari lah.

Peneliti : Oh… cepet ya bu, kan ada gitu kan sampai yang

bertahun-tahun dipendam gitu kan bu.

MR : Yah… namanya satu keluarga gitu kan, apalagi

dekat-dekatan. Mana bisa, mungkin kalau jauh bisa.

Peneliti : Terus bu, ada ga usaha ibu untuk bilang ke suami untuk

tidak tinggal dengan mertua?

MR : Maksudnya?

Peneliti : Maksudnya kayak gini bu, ibu ke pengen ga buat tidak

tinggal sama mertua?

MR : Ke pengen ya pasti ada lah, tapi ya tunggu ada rejeki dulu

(14)

Informan II Ibu Syarli Melisa

Peneliti : Ibu, sebelumnya udah berapa tahun menikah?

SM : Nikah 3 tahun.

Peneliti : Tinggal sama mertua?

SM : Sama, semenjak menikah langsung di sini.

Peneliti : Oh… berarti sebelum menikah ibu udah tahu tinggal sama

mertua?

SM : Iya udah tahu, udah dikasih tahu.

Peneliti : Terus, reaksi ibu gimana?

SM : Ya… gapapa sih, biasa aja.

Peneliti : Oh, biasa aja.

SM : Karena kebetulan kan rumah pun deket sama kantor kan,

lebih enak sih banyak positif-positifnya.

Peneliti : Terus, awal ibu menyesuaikan diri sama mertua gimana?

SM : Gimana ya? Karena sebelumnya kan udah kenal, udah

sering main kesini, jadi gak banyak perubahan.

Peneliti : Oh, berarti dari awal sampai sekarang gak ada berubah

mertua?

SM : Biasa sih, gak ada.

Peneliti : Terus, waktu ibu sebelum menikah ada gak rasa ketakutan

gitu tinggal sama mertua?

SM : Jadi ya karena udah kenal sebelumnya kan jadi biasa aja.

Peneliti : Oh biasa aja, ada gak suka dan dukanya tinggal sama

mertua?

SM : Sukanya banyaklah, kumpul rame gak sepi.

Peneliti : Kalo dukanya?

SM : Dukanya apa ya? Iya… kadang-kadang iri aja sih, kenapa

gak bisa sama orang tua kita sendiri gitu kan, kok jadinya

sama mertua tinggalnya, gitu aja.

(15)

SM : Alhamdulillah enggak, lancar-lancar aja.

Peneliti : Terus, mertua dengan ibu bagaimana cara berbicaranya?

SM : Sama, biasa aja.

Peneliti : Oh, biasa aja. Pernah punya konflik besar gitu bu sama

mertua?

SM : Enggak, aman.

Peneliti : Terus, ada gak keinginan ibu untuk tidak tinggal bersama

dengan mertua?

SM : Kalo untuk sekarang sih kayaknya belum ya, karena

mertua pun tinggal sendirikan, bapak kan udah gak ada.

Jadi ya… sesuai kesepakatan dari sebelum menikah kami

jadi orang tua.

Peneliti : Terus, motivasi ibu bisa bertahan tinggal sama mertua

apa?

SM : Enggak ada, jagain orang tua aja. Berharap orang tua

disana pun ada yang jagain gitu kan, karena kan kita jauh

dari orang tua.

Peneliti : Orang tua ibu di mana?

SM : Di bangka.

Peneliti : Oh, Terus mertua ibu pernah gak mengikutcampurkan

dalam pernikahan?

SM : Enggak.

Peneliti : Terus, pernah gak kayak ibu tuh marah gitu sama mertua

terus sampai gak bisa mengontrol emosi?

SM : Enggak sih, ya kalo aku sih tipenya jangan saling

menganggu aja, gitu aja. Kan kadang udah punya keluarga

sendiri, ya udah kami urus kami aja gitu.

Peneliti : Terus, pernah gak ibu salah sama mertua tapi enggak ibu

kasih tahu sama suami?

SM : Enggak.

Peneliti : Selalu ibu kasih tahu sama suami?

(16)

Peneliti : Terus, reaksi suami ibu gimana?

SM : Ya… ga ada sih. Apa ya? Jarang ada masalah sih.

Peneliti : Berarti ibu deket dengan mertua lah ya?

SM : Iya lumayan, karena kayak orang tua sendiri lah.

Peneliti : Anak ibu usianya berapa?

SM : 1 tahun 4 bulan.

Peneliti : Terus, usaha ibu mendekatkan diri dengan keluarga

pasangan bagaimana?

SM : Kalau dulu sih pendekatannya ya zaman-zaman pacaran,

kalau udah nikah ini udah gak pendekatan lagi, udah biasa

aja. Dulu aja yang sering main ke sini, zaman-zaman

pacarannya. Jadi, pas tinggal di sini udah gak kaku lagi.

Dulu malah ibu, suami ibu di siantar, ibu di sini sama

mertua.

Peneliti : Itu udah menikah?

SM : Udah, berapa ya? 10 bulan lah. Iya, 10 bulan kayak gitu.

Abang kerja di siantar, ibu di sini sendiri sama… mertua

lah, bertiga, berempat sama ponakan satu. Abang pulang

jumat sabtu, minggu balek lagi ke siantar.

Peneliti : Usia mertua ibu berapa?

SM : Mama dulu 57, berarti sekarang 58 tahun. Dari awal

waktu pacaran pun udah dibilang, imam anak terakhir jadi

harus jaga orang tua, udah komitmen dari awal.

Peneliti : Berarti belum ada konflik lah ya bu sejauh ini?

SM : Belum, ibu sih orangnya cuek. Pokoknya kalau tinggal

(17)

Informan III Ibu Rita Esti

Peneliti : Sebelumnya, ibu udah berapa lama menikah?

RE : 2012 sampai sekarang, berarti 3 tahun.

Peneliti : Oh udah 3 tahun ya, sebelumnya ibu udah tahu harus

tinggal sama mertua?

RE : Bagaimana?

Peneliti : Sebelum ibu menikah, ibu udah tahu harus tinggal sama

mertua?

RE : Iya, udah tahu.

Peneliti : Terus, respon ibu gimana setelah mengetahui?

RE : Senenglah ada yang bantuin aku.

Peneliti : Ibu berapa tahun tadi menikah? 2012?

RE : 2012, 2013, 2014, 2015, 3 tahun.

Peneliti : Berarti selama ibu menikah, ibu sama mertua gitu? Atau

sesudah berapa tahun baru tinggal sama mertua?

RE : Setelah punya anak baru tinggal sama mertua, punya

anaknya 2 tahun lah. Umurnya 2 tahun.

Peneliti : Terus, selama ibu tinggal sama mertua bagaimana

perasaan ibu?

RE : Hmm… ya senenglah, karena kan mertua bantuin jagain

anak gitu kan. Ya… memang kebetulan alhamdulillahnya

dapet mertuanya yang baik. Jadikan dia juga ngerti aku

jauh, kan kamikan jauh-jauhan kan. Suami jauh, aku di sini

sendiri sama anakku, jadi mertua aku bantuin aku di sini…

senenglah.

Peneliti : Terus bu, ada gak waktu pertama kali ibu tinggal sama

mertua ada rasa ketakutan tuh, gimana bu?

RE : Ya, pertamanya kan takut karena kan belum kenal sama

mertua apalagi tinggal sama mertua kan. Teruskan, apalagi

(18)

sayangnya cuman sama anaknya sendiri, aku kan baru,

belum kenal. Eh, tapi ternyata mertua aku gak kayak gitu,

dia nganggep aku udah kayak anaknya sendiri.

Peneliti : Ada gak perubahannya bu, selama ibu tinggal sama

mertua? Apakah cara berbicaranya atau cara perlakuannya?

RE : Pertamanya kan karena sama-sama belum sering ketemu

ya, belum saling kena, belum saling kenal atau akrab, pasti

pertamanya tuh masih takut, tapi lama-lama seiring

berjalannya waktu kan, dia udah ngerti aku gimana, aku

juga udah ngerti dia gimana. Yaudah, makin akrab udah

kayak ibu sendiri. Kek gitu, ya alhamdulillah dapetnya

yang baik, mertua yang ga kayak di tv gitu.

Peneliti : Anak ibu ada berapa?

RE : Satu.

Peneliti : Cowok atau cewek?

RE : Cewek.

Peneliti : Umurnya berapa bu?

RE : Umurnya dua tahun.

Peneliti : Ibu termasuk dekat gak sama mertua?

RE : Lumayan, untuk sekarang ya karena sudah kenal

karakternya masing-masing. Lumayan dekat, jadi udah

sering curhat-curhat, sudah sering jalan kemana-mana.

Peneliti : Terus bu, apa suka dan dukanya selama ibu tinggal sama

mertua?

RE : Suka dukanya? banyakan sukanya sih. Sukanya itu dia,

hmm... bantuin aku itu tanpa pamrih, sayang banget sama

anakku. Aku sih ga peduli lah dia mau sayang sama aku

atau ga, terserah. Tapi, kalo ngeliat itu dia sayang banget

sama anakku. Terus juga, gak pernah cek-cok kami kan,

berarti dia juga ngertiin aku, mungkin dia sayang sama ku

karena aku pun udah mulai sayang juga sama dia kan.

(19)

baik-baik aja. Cuman kan karena dia bukan orang sini, jauh, dia

kan orang palembang, makanya dia ikut aku di sini kan.

Peneliti : Suami ibu berarti orang palembang juga?

RE : Iya…

Peneliti : Ibu orang?

RE : Aku orang palembang juga, ya anggeplah gitu. Jadi,

mungkin dia itu sering ngeluhnya itu kangen sama

keluarganya. Yah, maklumlah ya kan namanya orang tua

kan, semua saudara disana. Ya… itu aja sih.

Peneliti : Terus bu, selama ibu tinggal sama mertua pernah

mengalami konflik?

RE : Enggak ada, selama ini gak ada.

Peneliti : Enggak ada ya bu?

RE : Aku kan baik hati. Haha…

Peneliti : Pasti pernahlah ya bu, walaupun bukan konflik besar tapi

hanya cek-cok atau beda pendapat gitu?

RE : Enggak ada sih.

Peneliti : Lurus-lurus aja?

RE : Hmm… iya, lurus-lurus aja. Aman-aman aja.

Peneliti : Pernah ga bu, ibu mengalami stres selama tinggal sama

mertua?

RE : Hmm… stres? selama tinggal sama mertua? Hmm… oh

mungkin pertanyaanmu yang tadi itu ya? Enggak, bukan

stres sih. Cuman, ya memang kadang-kadang ada beda

pendapat sedikit karena kan dia orang tua ya, orang tua kan

apalagi udah kayak orang tua kita sendiri kan ya, mungkin

kan maunya “kamu tuh kayak gini” ngaturlah ya kan,

“kamu harusnya begini”. Cuman, kadang kan kenapa kok

aku diatur-atur kek gitu, aku kan ga biasa kek gitu. Tapi, ya

ngerti juga maksudnya dia itu sebenarnya baik. Yaudah,

kek gitu aja sih. Bukan cek-cok atau konflik yang besar

(20)

Peneliti : Terus bu, gimana cara ibu menyelesaikan konflik

tersebut? Apakah ibu cuekin aja atau ibu diemin aja?

RE : Hmm… iya, di diemin aja. Diemin aja terus lama-lama.

Oh, yaudah memang dianya kek gitu. Jadi dia juga ngertiin

aku. Ya, kek gitu sih.

Peneliti : Terus bu, usaha ibu mendekatkan diri selain mertua,

dengan keluarga pasangan gimana?

RE : Gimana-gimana?

Peneliti : Selain ibu mendekatkan diri sama mertua, gimana cara ibu

mendekatkan diri dengan keluarga pasangan?

RE : Karena kami jauh ya, kan keluarga semua kan ada di

palembang, ada di bandung juga kan. Jadi minimal adalah

sedikit kontek-kontek via telfon, ngasi kabar, nanya kabar.

Yah… kayak kek gitu aja sih. Yah… silaturahmi paling,

selama ini aku mudik pas lebaran aja kan, kemarin-kemarin

gak mudik tahun kemarin kan, jadi via telfon

ngomong-ngomong. Ya… kek gitu aja sih.

Peneliti : Terus bu, ada gak kayak hubungan suami dengan ibu jadi

renggang gitu karena gara-gara ibu berkonflik sama

mertua?

RE : Apa? gimana? Jadi gak renggang?

Peneliti : Iya karena hubungan ibu dengan mertua jadi renggang

sama suami?

RE : Oh, enggak.

Peneliti : Gak ada?

RE : Gak ada.

Peneliti : Terus selama ibu beda pendapat sama mertua ibu, apakah

bicara langsung ke mertua untuk minta maaf atau sama

suami dulu?

RE : Karena konfliknya itu bukan konflik yang besar, jadi

angin lalu aja. Jadi kayak biasa aja, namanya juga ibu kan.

(21)

Kesel kadang kan, tapi udah gitu aja. Nah, besoknya udah

ngobrol lagi kayak biasa, ga sampai melibatkan suami atau

langsung ngomong ke dia. Ya… gitu aja karena bukan

konflik yang besar.

Peneliti : Mertua gak langsung masuk ke hati lah ya bu?

RE : Hmm… enggak, mudah memaafkan karena dia udah

nganggep aku udah kayak anaknya sendiri. Jadi wajar kalo

orang tua nasihati anaknya kan. Kita juga sering bandel

sama orang tua ya, ya samalah kayak kamu sama mama mu

sendiri gitukan? suka cerewetin kamu kan. Ah, mama ini

cerewet kali pun tapi abis itu sudah.

Peneliti : Sering gak ibu jalan bareng sama mertua?

RE : Sering…

Peneliti : Biasanya kemana bu?

RE : Ke mall.

Peneliti : Abis itu kemana bu?

RE : Ke mall, ke acara-acaralah. Kemana ya? Jalan-jalan lah

tapi lebih sering ke mall.

Peneliti : Terus bu, mertua pernah gak mengikutcampurkan

pernikahan ibu?

RE : Oh, enggak. Dia sangat menghormati privasi aku dengan

suami.

Peneliti : Terus, biasanya pekerjaan rumah sepenuhnya dilakukan

oleh mertua atau ibu?

RE : Kami sama-sama.

Peneliti : Terus bu, ada gak keinginan untuk tidak tinggal bersama

mertua?

RE : Kalo untuk sekarang ini karena kebutuhan ya belum

kepikiran mau pindah. Kalo anak kedua nanti lahir

kemungkinan ya, mungkin nanti mau ngajak siapa gitu kan,

terus juga mungkin entah mertua aku udah bosen di sini ya

(22)

mau lagi sama aku, nah itu aku serahin lagi ke dia, terserah

mau gimana kan. Tapi untuk sejauh ini gak ada keinginan

untuk pindah.

Peneliti : Terus bu, ibu pernah bilang sama suami ibu untuk tidak

tinggal sama mertua?

RE : Enggak, belum ada.

Peneliti : Terus selama ibu tinggal sama mertua, apa motivasi ibu

sampai bisa bertahan tinggal sama mertua?

RE : Anak aja sih.

Peneliti : Terus pernah gak bu, apa yang ibu lakukan sama anak

salah di mata mertua?

RE : Oh ya pernah, pernah kek gitu. Hmm… misalnya gini,

pola asuh orang tua zaman dulu sama sekarang kan beda.

Jadi kan kalo zaman dulu itu kan banyak mitos. Misalnya,

contohnya itu apa ya… oh ini, namanya anak bayi kan

sering di pakein kayak jimat-jimat gitu kan, kalung apa

segala macem kayak gitu-gitu sedangkan aku kan gak

kayak gitu, terus dia bilang “kamu tuh ya jangan kek gitu,

nurutlah sama orang tua” zaman dulu kan kayak gitu, kita

tuh bukannya sirik tapi ya namanya mencegah gitu kan.

Aku kan bertentangan sama aku, gak usahlah kayak gitu.

Ini kan zamannya kek gini-gini. Ya akhirnya, dia tetep

makein tapi besoknya aku lepas. Nah, kalo udah kek gitu

dia udah ngerti sendiri. Ya, kek gitulah contoh kecilnya.

Peneliti : Terus bu, pernah gak ibu berkonflik dengan mertua

sampai ga bisa mengontrol emosi?

RE : Untuk sekarang ga pernah, gak pernah sampai marah gitu

kan?

Peneliti : Ibu orangnya cuek lah ya?

RE : Cuek? Mungkinlah. Cuek kek gimana tuh? Hmm… kalo

aku gini, yang penting mertua ku seneng tinggal sama aku,

(23)

Peneliti : Jadi suami ibu gak tinggal di sini?

RE : Enggak, sebulan sekali.

Peneliti : Berarti setelah nikah bu?

RE : Selama nikah, jadi sebulan sekali dia ke sini.

Peneliti : Rindu kali lah ya bu?

RE : Makanya cari yang sini.

Peneliti : Terus bu, biasanya kan anak kecil belum terlalu inget nih

sama wajah ataupun suara orang tuanya, cara ibu biar

anaknya gak lupa gimana?

RE : Iya, biasanya komunikasi setiap hari. Hmm… terus kalo

datang kan aku jelasin sama anak aku “ini abi” gitu. Ya…

ngomong kek gitulah. Memang capek kan setiap bulan

harus ngenalin lagi sama anak tapi lama-lama dia tahu, kan

semakin lama semakin besar anaknya, gitu deh.

Peneliti : Berarti selama ini belum ada konflik besarlah ya bu?

RE : Konflik besar? Enggak ada. Konfliknya ya konflik-konflik

masih biasa.

Peneliti : Terus bu, orang tua ibu di palembang juga?

RE : Orang tua aku di bandung.

Peneliti : Terus, pernah gak bu kayak hmm… ini cucu pertama dari

mertua ibu?

RE : Enggak, ini cucu ketiga kalo dari orang tua aku ini cucu

pertama.

Peneliti : Ada gak bu rasa kecemburuan orang tua ibu, kan biasanya

kalo kita lebih enak tinggal sama orang tua kita sendiri dari

pada mertua apalagi ini cucu pertama kan dari orang tua

ibu, ada gak rasa kecemburuan orang tua ibu? Kok kenapa

gak orang tua ibu sendiri yang rawat anak ibu?

RE : Karena ini, karena kebutuhan itu tadi ya… sama

kesibukan. Orang tua aku kan ada kesibukan sendiri, yang

kebetulan lagi kosong ya mertua aku, jadi dia yang kesini.

(24)

sering komunikasi juga, sering telfon, sering… apa kalo

(25)

Informan IV Ibu Betti Dameria

Peneliti : Bu, sebelumnya sudah berapa lama tinggal bersama

mertua?

BD : Dari nikah dari tahun 95.

Peneliti : Sampai?

BD : Sampai 3 tahun 8 bulanlah, sampai anakku umur… berapa

tahun ya itu? Pindah ke kota bangunkan, ke kota bangun

sewa 2 tahun, pindah lagi ke panglong ini, depan SPBU ini

setahun, baru balek lagi kan setelah dibangun rumah kami.

Kembali lagi.

Peneliti : Sebelum menikah, ibu udah tahu harus tinggal sama

mertua?

BD : Tahu.

Peneliti : Terus, respon ibu gimana?

BD : Biasa aja, haha…

Peneliti : Gak ada rasa ketakutan gitu?

BD : Gaklah, cuman ya karena ekonomi aja memang udah

kayak gitu.

Peneliti : Terus, berapa lama ibu menyesuaikan diri sama mertua?

BD : Udah langsung menyesuaikannyalah.

Peneliti : Dari awal memang udah kenal?

BD : Iyalah, cumakan beda suami kan kadang terlalu dekat

sama keluarga aja dia kan jadi gak terlalu apa… cuek-cuek

aja sih.

Peneliti : Terus, ibu udah berapa lama menikah?

BD : 20

Peneliti : 20 tahun?

BD : Iyalah, anakku udah kuliah kok kan dari tahun 95.

(26)

BD : Satu aja cowok, udah kuliah dia semester tiga lah ini

nantikan.

Peneliti : Terus, ada gak usaha ibu untuk mendekatkan diri dengan

keluarga pasangan?

BD : Ya, pasti adalah.

Peneliti : Gimana cara ibu mendekatkan diri dengan keluarga

pasangan?

BD : Mendekatkan bukan mendekatlah, apa aja… kek mana ya?

Adaptasi biasa aja. Kek mana ya? Ya, anggap kek temen

gitu karena kan kami lain suku juga sebelumnya.

Peneliti : Ibu termasuk dekat sama mertua?

BD : Biasa aja, gak dekat.

Peneliti : Terus, apa alasan dan mengapa ibu harus tinggal bersama

mertua sudah tahu?

BD : Karena ekonomi.

Peneliti : Terus, apa suka dan duka ibu selama tinggal bersama

mertua?

BD : Oh banyak, haha… pasti banyak-banyak, gak bisa

disebutkan satu persatu habis itu nanti.

Peneliti : Sebutkan satu aja bu, intinya ajalah.

BD : Intinya? Ya, pasti kurang bebaslah kan mesti jaga-jaga

jugalah kan perasaan mertua, gak sebebas kita tinggal di

rumah sendiri. Apalagi waktu tinggal di kota bangun kan

lebih apa lagi kan… mau jungkir balik atau mau apa kan

jaga perasaan. Udah gitukan mamak dulu kan gak boleh

kita apa kali kan… suka-suka dia aja gitu.

Peneliti : Sukanya?

BD : Sukanya? Kek manalah mau dibilang ya? Biasa aja,

sukanya ya lebih rame aja tapi dari dulu karena gak-gak

sistem bergantung sama mertua, gak ada masalah

sebenarnya karena ekonomi aja, diterima aja sih. Bukan

(27)

Peneliti : Pernah mengalami konflik dengan mertua?

BD : Pernah.

Peneliti : Faktor-faktornya apa aja?

BD : Menantulah, karena gabung tiga orang kan. Menantunya

satu rumah bukan sendiri tapi tiga menantu satu rumah.

Bukan sendiri aja, dia kan pilih kasih, ada lah pernah.

Peneliti : Biasanya mengenai apa masalahnya?

BD : Masalah anak, apa-apa namanya? Hmm… gak bisa

menempatkan diri mertua maksudnya bisa pilih kasih.

Beda-bedakan dia kan hatinya yang sama menantu ini lain,

cucunya ini itu, gitu aja.

Peneliti : Terus, berapa lama biasanya ibu berkonflik dengan

mertua?

BD : Gaklah, sebentar aja. Udah lewat itu udah ga inget lagi.

Yaudah, gak berapa lama kan kami pindah, langsung sewa

rumah semenjak ada konflik jadi pindah.

Peneliti : Dulu berarti sempat tinggal bersama mertua?

BD : Sempat, karena kan udah sampek tiga menantu di rumah,

gak mungkinlah terus-terusan kita sama mertua.

Peneliti : Biasanya ibu kalau berkonflik sama mertua cerita ke

suami atau enggak?

BD : Enggak, gak pernah. Sama mamakku pun gak pernah,

terakhir pernah sih dibilang sama suami gara-gara ini…

ipar gitu.

Peneliti : Terus, cara menyelesaikan konflik dengan mertua

gimana?

BD : Sama mertua?

Peneliti : Iya…

BD : Enggak diselesaikan, gak ada main diselesaikan aja. Suruh

pindah aja gitu biar gak jadi apa.

Peneliti : Berarti, selama ibu berkonflik sama mertua gak ada kayak

(28)

BD : Menyelesaikannya, ya kami terus enggak beberapa lama,

beberapa bulan kan kami nyewa rumah.

Peneliti : Terus, ibu pernah mengalami stres enggak karena

berkonflik sama mertua?

BD : Stres udah pasti adalah, ya pasti adalah.

Peneliti : Terus, cara ibu menghilangkan stressnya bagaimana?

BD : Ya… deket sama Tuhan, gak ada lagi lainnya itu. Iya, kalo

kawan pun itu hanya melampiaskannya aja, sekejap aja.

Nanti udah habis, itukan teringat lagi. Jadi kita lebih dekat

sama Tuhan, itu untuk menghilangkan biar gak sesak

ajanya itu.

Peneliti : Terus, ibu pernah gak sewaktu-waktu gak bisa mengontrol

emosi?

BD : Ya pernah.

Peneliti : Terus gimana ibu cara mengontrol emosinya?

BD : Mengontrolnya? Dibawa tidur ajalah, dibawa pergi.

Diusahakan pikirannya gak usah apa gitu. Nah, sejak saat

itu ada kegiatan kayak gini baru gak ada pikiran apa-apa.

Dulu kan gak kerja sebelumnya, di rumah aja 24 jam. 24

jam di rumah jaga anak belakangan kan baru jalankan

bisnis kan. Sekarang sih lebih happy malahan, mau deket

atau gimana… mau jungkir balik udah gak open, serba cuek

aku sekarang, kalo dulu semua kita liat sikit-sikit. Nah, itu

dia bedanya.

Peneliti : Terus dengan adanya konflik, hubungan ibu dengan suami

jadi renggang atau tidak?

BD : Ya pasti adalah sedikit gak enak.

Peneliti : Terus, ada enggak keinginan untuk tidak tinggal bersama

dengan mertua?

BD : Ada sih, kita kan lebih bebas kalo sama suami sama anak

(29)

Peneliti : Pernah ada usaha enggak berbicara dengan suami untuk

tidak tinggal bersama dengan mertua?

BD : Oh pastilah… adalah, makanya kan sempat pindah juga

kan.

Peneliti : Terus respon suami ibu gimana?

BD : Dia karena ekonomi aja alasannya, gak bisa subsidi.

Terakhir kita yang cari solusi lah ya kan.

Peneliti : Terus selama ibu tinggal bersama dengan mertua, apakah

motivasi terbesar ibu sampai bisa bertahan untuk tinggal

bersama dengan mertua?

BD : Perkawinan itukan kalo di Kristen itu kan sekali, kayak

mana pun kan lagian itukan pilihan kita. Mau kek mana?

Ya harus tahankan.

Peneliti : Ibu tadi berapa tahun tinggal bersama dengan mertua?

BD : Kalo sampai sekarang di itung sama sekarang itu kan

transisi ini sebenarnya, aslinya dari mulai nikah 3 tahun 8

bulan. Baru nyewa 2 tahun di kota bangun, baru nyewa di

sini… di panglong ini yang ada perumahan deket SPBU

komplek cina setahun, baru kembali lagi kesini,

sebelah-sebelah rumahnya tapi rumahnya pisah-pisah sampai

sekaranglah ya kan.

Peneliti : Terus, selama ibu berkonflik dengan mertua ada enggak

strategi khusus gitu untuk menyelesaikan konflik?

BD : Enggak, cuman pengen keluar aja biar gak tambah dalam.

Karena kan menantu bukan sendiri, tadi kan aku bilang

kami tinggal bukan satu sama mertua aja, ipar lagi sampai

tiga.

Peneliti : Terus selama ibu tinggal bersama mertua, pernah enggak

mertua mengikutcampurkan dalam pernikahan ibu?

BD : Enggak, dia cuman karena segi adat aja.

Peneliti : Terus bu, cara berbicara mertua kepada ibu gimana?

(30)

BD : Enggak, kalo bicara dia agak kaku aja. Dia kurang bahasa

indonesianya. Awalnya sebenarnya dianya baiknya

sebenarnya mertua aku itu, dia kan kurang perhatian, mau

ngomong-ngomong dekat. Tambah menantu banyak

saingan, jadi kan perang kan. Udah gitu hatinya beda kan,

sama cucu yang ini beda. Teruskan aku kan gak suka gitu.

Peneliti : Mertua ibu orang apa?

BD : Cina.

Peneliti : Oh cina…

BD : Makanya lain suku tadi kan, makanya banyak adaptasinya.

Peneliti : Terus bu, apakah kegiatan pekerjaan rumah sepenuhnya

dilakukan oleh mertua atau ibu?

BD : Ya sama-sama lah, karena tukang cuci lain. Yang nyuci

kan pembantu, yang masak, nyuci piring, nyapu ajanya

kami tapi kalo bagian masak yang lebih sering ya aku.

Peneliti : Mertua ibu berapa umurnya?

BD : Sekarang? Waduh, 70 berapa ya? 70 berapa ya? 39… gak

jelas itu di apanya sih 39.

Peneliti : Kelahirannya tahun 39?

BD : Iya, berarti 76 lah.

Peneliti : Masih lengkap bu mertua ibu?

BD : Masih, beda setahun ajanya cowok sama cewek.

Peneliti : Suami ibu anak pertama dari keluarga itu?

(31)

Informan V Ibu Maria Pane

Peneliti : Ibu, sebelum menikah ibu udah tahu harus tinggal sama

mertua?

MP : Sudah tahu.

Peneliti : Terus, respon ibu setelah mengetahui?

MP : Saya responnya melihat kedepan ya jalanin aja dulu, baru

ya kalo kira-kira ini tidak cocok, ya baru kita cari tempat

lain.

Peneliti : Terus, sudah berapa lama ibu tinggal sama mertua?

MP : Hmm… di itung dari tahun 2010 pernikahan saya, 2010

tepatnya 10 maret 2010 dan sampai sekarang masih tetep

juga sama mertua dan mudah-mudahan sampai saat ini

belum ada permasalahan yang kita hadapi yang begitu sulit

kalau pun ada masalah ya diselesaikan secara bersamalah

secara kekeluargaan.

Peneliti : Terus, sebelum ibu tinggal sama mertua ada gak rasa

ketakutan gitu?

MP : Rasa ketakutan itu selalu ada, kita berbuat apa pun kan

namanya kita tinggal sama mertua ya pasti ada, gitu.

Ketakutannya contohnya, ya kita sering telat pulang pasti

kena marah ini, ya itu salah satunya gitu. Kalo kita berbuat

lain istilahnya kita berpakaian happy-happy atau gimana,

pasti oh udah, kita pun udah berpikir jangan sampai kena

marah gitu. Ya, itu juga di waspadailah. Jadi untuk

menghilangkan rasa kekhawatiran itu sebelumnya kita

waspadai, apa yang kita kerjakan itu ya seharusnya yang di

kerjakan.

Peneliti : Terus, butuh berapa lama ibu menyesuaikan diri tinggal

(32)

MP : Hmm… kurang lebih berapa ya? Setiap saatlah, ya

namanya setiap saat itu kan berubah, namanya orang tua

cepat sensitif, ya setiap saat kita harus berubah pikiran gitu

ya, gak mungkin selamanya, eh, ga mungkin hanya satu

atau dua bulan. Ya… seperti saya udah 5 tahun juga belum

tentu juga saya tahu seluruhnya isi hati mertua saya gitu.

Peneliti : Seberapa dekat ibu dengan mertua?

MP : Dekat banget, seperti saudara gitu.

Peneliti : Terus, apa suka dan dukanya selama tinggal bersama

mertua?

MP : Kalo sukanya sih… apa ya? Ya… saling terbuka, kalo ada

masalah itukan kita diskusilah gimana cara penyelesaiannya

itu yang pertama. Terus kalo keburukannya, hmm… suka

pilih kasih sama anaknya gitu, suka pilih kasih karena

kebetulan kan saya disana bukan hanya saya aja

menantunya, ada dua disana menantunya, jadi suka

memilah-milah. Pilih kasih gitulah, jadi ya kita sebagai

menantu ya sadar dirilah.

Peneliti : Terus, selama ibu tinggal bersama mertua pernah

mengalami konflik gak?

MP : Konfliknya? Pernah.

Peneliti : Faktor-faktornya apa aja bu?

MP : Faktor-faktor yang mempengaruhi tentang anak, faktor

anaklah ya. Hmm… yang jelas kalo anak saya udah

cucunya mertua saya kan gitu. Contohnya, kalo saya

nasehatin anak saya atau saya cubit, dia gak terima. Nah,

dari situ bisa jadi kita udah emosional dengan anak kita

sementara kalo kita cubit, dia gak terima. Dia balik

menyalahkan kita, nah itu dia yang menjadi konflik besar

kadang sama kita. Jadi kita pun gak bisa mendidik

sepenuhnya anak kita. Itu dia faktor-faktornya kadang,

(33)

lagi gak enak badan permintaan sama saya “mak, gak usah

dulu les besok-besok aja ya mak? Capek kali rasanya

karena tadi kami penjas mak disekolah” gitu. Kata saya,

“oh yaudahlah tapi besok les ya nang?” Terus nanti sorenya

bertanya nih mertua saya, “kenapa si etha ga les?” terus

kata saya, “iya, katanya gak enak badan dia mak” terus

mertua saya bilang, “iyalah, kau manjakan begini-begini”.

Jadi kadang ga sejalan, kadang sejalan gitu.

Peneliti : Terus selama ibu tinggal sama mertua, ada gak konflik

yang besar gitu?

MP : Kalau konflik yang besar itu ya selalu ada juga sih.

Masalah… gimana ya? Saya masalah uangnya, masalah

dana untuk sehari-hari. Kalau kita kan memberikan tidak

sama dengan apa yang diberikan adik saya yang tinggal

juga dengan kami, ya gitu karena pekerjaannya lebih bagus

dari kita, ya kita hanya sanggup membayar setengah dari

apa yang diberikan dia sama mertua saya. Jadi, mungkin itu

juga yang jadi konflik besar sama adik saya sama mertua

saya juga gitu, tapi kalo masalah waktu saya lebih banyak

waktunya di rumah dari pada di luar. Jadi, itu juga jadi

konflik besar juga itu di rumah tangga gitu.

Peneliti : Biasanya ibu cerita gak sama suami kalau lagi berkonflik

dengan mertua?

MP : Oh, jelas dong.

Peneliti : Terus?

MP : Kalau bertengkar sama suami tidak begitu bertengkar

cuman hanya sekedar pendapat aja gimana bagusnya.

Yaudah, kita jalanin aja segini nanti kan suatu saat akan

tahu kepuasan itu di mana. Suatu saat akan bisa kita

mandiri tanpa mereka juga, tanpa mertua juga kita harus

bisa. Jadi, kita juga harus belajar mandiri, dari situ kita

(34)

kita tahu menilai diri kita siapa, kesanggupan kita

bagaimana, dari situ kita bisa belajar untuk mandiri gitu.

Peneliti : Terus, berapa lama biasanya ibu berkonflik dengan

mertua?

MP : Bisa dua sampai tiga hari.

Peneliti : Terus cara penyelesaiannya?

MP : Cara penyelesaiannya mungkin ya kita duluan sebagai

menantu, ya kita duluan yang ngomongin. Contohnya, kita

memasak “mak, hari ini kita masak apa?” nah gitu. Jadi,

gak mungkinkan orang tua membiarkan kita sudah

memberikan pertanyaan dia gak menjawab? Ya dari situ

kita bisa. Yaudah-udah kek gitu ya, “oh ya, masak ini lebih

enak ya?”. Jadi, kita pun jadi nyambung ceritanya. Jadi,

permasalahan tadi bisa ditutupin dengan kita tadi meminta

atau bertanya atau kita menghilangkan perasaan ego kita,

menghilangkan rasa kita menang sendiri dihilangkan aja,

namanya kita tinggalkan sama mereka gitu.

Peneliti : Terus, pernah gak ibu sampai gak bisa mengontrol emosi

karena berkonflik sama mertua gitu?

MP : Kalau biasanya saya sih usahakan selalu menjaga kontrol,

menjaga emosi, selalu kontrol emosi karena kebetulan kan

saya dari kecil memang jangan sampai terjadi yang “wah

gitulah” jadi saya selalu jaga jangan sampai terjadi. Kalau

saya pun emosikan, dia pun menjawab emosi yang adanya

stroke dong.

Peneliti : Terus bu, hubungan ibu dengan suami ketika anda

berkonflik dengan mertua apakah menjadi renggang atau

tidak?

MP : Kalau saya sendiri, kalau pun saya ada konflik dengan

mertua, saya sama suami saya tidak pernah, tidak pernah

saya diam-diam kan dia. Hmm… kalau untuk itu untuk

(35)

konflik dengan mertua saya, sama suami saya sama aja,

biasa aja, tidak pernah ada masalah.

Peneliti : Terus, pernah gak ibu mengalami stress karena berkonflik

dengan mertua?

MP : Pernah.

Peneliti : Terus, bagaimana cara ibu menghilangkan stress tersebut?

MP : Yah… saya ngomong sama teman, bicara sama teman.

Hmm… cari solusi gimana bagusnya. Yah… setelah saya

dapet informasi, saya sudah banyak berteman, sudah

banyak curhat sama kawan terus kawan bilang “oh ya,

begini-begini” terus saya bilang “oh, iya ya”. Yaudah, saya

koreksi lagi diri saya, “siapa sih?” saya kembalikan lagi

sama diri saya. Yaudah, kalo tetep saya juga harus keras

kepala walaupun saya akui kalo saya itu gak terlalu salah

dalam masalah ini, ya saya akui saya sebagai menantu, saya

paling muda, dia orang tua saya, saya tetep hargai apa pun

itu untuk menyelesaikan emosi tadi.

Peneliti : Pernah gak mertua mengikutcampurkan dalam pernikahan

ibu?

MP : Kalo ikut campur dalam pernikahan saya kayaknya…

pernah, tapi dalam segi positif ya. Contohnya, ulang tahun

pernikahan “gak, kelen rayakan ulang tahun

pernikahannya?” terus saya bilang “iya” cukup itu aja,

sekedar begitu aja. Terus saya bilang, “gausahlah mak, di

rumah aja” cukup itu aja.

Peneliti : Terus, apa yang ibu lakukan ketika sedang berkonflik?

Apakah diem aja atau malah ngomong-ngomong atau

melawan gitu?

MP : Hmm… kalau melawan sih tidak, cuman dibenak kita

pasti berbicara. Hmm… cuman gak perlu kita sampaikan ke

(36)

cukup kita aja yang tahu nanti akan ada kebenarannya itu,

begitu aja.

Peneliti : Terus, cara bicara mertua dari awal pernikahan sampai

sekarang ada gak yang berubah?

MP : Ada.

Peneliti : Seperti apa?

MP : Hmm… di tahun pertama saya sama mertua saya tuh

bicaranya kasar. Saya suka dibilang “ngapain kau kerja

begitu-begitu jauh, gajinya gak seberapa” suka dulu

ngomongin itu sama saya, tapi kalo akhir-akhir ini dia

berubah total dan gak pernah dia menanyakan “udah berapa

gajimu? Malah sekarang dia mendukung “udah-udah cepat

bangun! Biar cepat kelen kerja nanti banyak apa…

kecelakaan, telat pigi nanti banyak kendaraan” nah kek

gitu. Kalau dulu, itu tadi suka diejek-ejek begini-begini.

Kalo sekarang jauh berubah, berubah banget.

Peneliti : Terus, apakah anda punya strategi khusus untuk

menyelesaikan konflik dengan mertua?

MP : Strategi khusus? Maksudnya?

Peneliti : Misalnya, hmm… ibu buat sesuatu gitu buat mertua atau

jalan-jalan?

MP : Oh iya, kita kalo menyelesaikan masalah… masalah tadi

kan? Sering kita makan sama diluar, kita selesaikan

masalah, kita adakan makan bersama atau kebetulan hari

ulang tahunnya dengan masalah yang sudah lama

tersimpan-simpan pas di ulang tahunnya kita bicarakan.

Kita sampaikan terus mertua bilang “oh, iyanya? Maaflah

ya” terus saya bilang “iya, gpp mak” nah itu dia.

Peneliti : Terus, selama ibu berkonflik dengan mertua apakah

menggunakan orang perantara atau suami sendiri?

(37)

Peneliti : Terus, kegiatan pekerjaan rumah sepenuhnya dilakukan

oleh mertua atau ibu?

MP : Bersama, hmm… gotong royong.

Peneliti : Terus, ada gak keinginan untuk tidak tinggal bersama

mertua?

MP : Ada, suatu saat nanti. Ada, pasti ada.

Peneliti : Udah pernah dibicarakan sama suami?

MP : Sudah, sudah kita bicarakan.

Peneliti : Terus, respon suami ibu gimana?

MP : Hmm… setuju aja, responnya ya suatu saat nanti.

Peneliti : Terus, apa motivasi terbesar anda sampai bisa bertahan

untuk tinggal bersama mertua?

MP : Motivasinya? Kebetulan sampai sekarang anak saya masih

SD dan tunggu dulu anak saya sampai SMA dulu baru kita

mandiri, karena kebetulan sekolah anak saya kan kebetulan

rumah mertua saya strategis deket sama sekolah anak saya,

sementara kalo saya pindah saya gak bisa lagi mengontrol

anak saya gitu, karena pekerjaan saya jauh dengan rumah

yang kami tempati jadi sekarang kan yang mengontrol

penuh kan mertua saya. Jadi motivasi saya itu, ya tunggu

anak saya mandiri dulu, bisa cari angkot sendiri, kalau

memang naik angkot baru bisa kita cari rumah untuk bisa

leluasa gitu bisa lebih mandiri.

Peneliti : Terus, anak ibu ada berapa?

MP : Anak saya ada dua, anak pertama saya itu perempuan,

anak kedua itu laki-laki. Yang pertama namanya itu

margareth, yang kedua itu namanya hans sihombing.

Peneliti : Terus, umur mertua ibu berapa?

MP : Umur mertua saya sekarang menjalani 61 tahun.

Peneliti : Kan ibu selalu cerita sama suami kalo lagi berkonflik

(38)

MP : Hmm… kalau yang sering dibela itu… tidak ada bagian

pembelaan itu, sama rasa sih rasanya. Dia membela orang

tuanya gak mungkin sepenuhnya? Dia bagian saya

sepenuhnya gak mungkin? Jadi dia ditengah-tengah, dia

penengah. Nah! gitu dia.

Peneliti : Terus, ibu kan gak tinggal sama mertua aja, ada istri dari

adik ipar juga, ada gak rasa gak nyaman tinggal sama

mereka juga?

MP : Ada, pernah-pernah gak nyaman.

Peneliti : Terus, ibu bilang ke suamikah?

MP : Bilang ke suami, dan kebetulan juga ada tetangga sebelah,

ada anak kos yang satu halaman dengan rumah kita dan

mereka juga melihat kenyataannya tentang masalah anak

juga. Anak dia juga dua, anak saya juga dua. Kalau mereka

salahpahaman, anak saya sama anak dia sering berantem.

Yang duluan siapa yang menendang, yang duluan siapa

yang ambil bolanya. Istilahnya kalau main bola mereka,

kita belain ini salah, kita belain anak kita salah. Jadi ya, dari

situ kadang mereka gak terima kalau anaknya kita salahkan

gitu, itu contohnya. Kalau anaknya kencing celana atau

pipis celana, gak langsung kita apakan, hmm… gak

langsung kita ganti, itu juga jadi masalah itu. Jadi,

gara-gara itu pernah juga karena saya gatau kalo udah basah

celananya, gak langsung saya ganti, langsung itu

marah-marah belum tahu masalahnya apa, marah-marah-marah-marah itu. Baru

pulang kerja pun dia bilang “kamu begini-begini, gak

peduli sama anakku!” terus kata saya “bukan, saya gatau itu

kencing, saya gatau itu pipis” nah gitu. Kadang kalo jatuh

gak langsung kita tengok, contohnya begitu.

Peneliti : Terus, usaha ibu dapat menyelesaikan masalah dengan

(39)

MP : Penyelesaian masalahnya tercapai, karena kita kalo

masalah kek gitu langsung kita kumpul. Terus mertua

bilang, “nanti malem kumpul kita dulu, kita selesaikan,

tengok cctv” kebetulan rumah kita kan pake cctv, di tengok

masalahnya apa. Setelah melihat kenyataanya kan

(40)

DOKUMENTASI OBSERVASI

Keterangan: Informan I pada saat peneliti wawancarai

(41)

Keterangan: Informan III pada saat peneliti wawancarai

(42)
(43)

BIODATA PENELITI

I. Data Pribadi

Nama : Siska Juli Permatasari

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 19 Juli 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

Alamat : Komplek PLN Jl. PLTN Paya Pasir No. 58 A

Medan-Marelan

Email : [email protected]

Nama Orang Tua

Ayah : Drs. Ir. Warmen Sihombing, M.M

Ibu : Sorta Panjaitan, S.pd

II. Pendidikan

1998 – 1999 : TK Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan

1999 – 2005 : SD Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan

2005 – 2008 : SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan

2008 – 2011 : SMA Dr. Wahidin Sudirohusodo Medan

Referensi

Dokumen terkait

“ selama ini orang tua saya kurang perhatian, jadi dibebaskan gitu saja. Tapi kadang- kadang perhatian juga kalau waktu saya sakit saja jadi selama ini mereka kurang ngontrol

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh satu orang subjek menantu perempuan yang mengatakan bahwa ketika berada di rumah mertua dirinya sering merasa

Sedangkan pada pasangan menantu perempuan dan ibu mertua 2 dan 4 adalah sebaliknya.Yang terjadi pada pasangan 1 dan 3 diantaranya adalah perbedaan pola asuh menantu dengan

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa konflik antara menantu perempuan dengan ibu mertua yang tinggal satu rumah harus membina komunikasi yang baik

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri menantu perempuan terhadap ibu mertua.

Harini : Jadi sekarang ini kalo saya disuruh jauh sama lingkungan, terutama sama pertanian juga yang penghijauan gitu, jadi gak mau.. Tadi dari jam 8 sampai jam 3 saya

Hambatan Yang Dialami Oleh Menantu Perempuan Dalam Berhubungan Baik Dengan Mertua Perempuan Dan Begitupula Sebaliknya. Berada dalam kondisi keluarga yang terbuka, sering

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya komunikasi antara mertua perempuan dengan menantu perempuan yang tinggal dalam satu rumah di kelurahan Tanjung. Penelitian