• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kohesi Sosial Pada Masyarakat Sebelum Dan Pada Masa Vakum Dari Aktivitas Pertambangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kohesi Sosial Pada Masyarakat Sebelum Dan Pada Masa Vakum Dari Aktivitas Pertambangan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsionalisme Struktural

Beberapa konsep penting dalam memahami struktural fungsional adalah:

fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan (equilibreum).

Fungsionalisme struktural memberikan pemahaman bahwa masyarakat

merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang

saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Apabila terjadi satu

perubahan pada satu bagian sistem tersebut akan membawa dampak perubahan

terhadap bagian yang lainnya. Dengan asumsi dasar bahwa setiap tatanan dalam

sistem sosial adalah fungsional satu sama lain. Sehingga apabila sistem tersebut

tidak fungsional maka bisa saja struktur tersebut akan hilang dengan sendirinya.

Secara lebih jelasnya adalah seperti berikut, bahwa semua peristiwa dan

semua struktur adalah fungsional bagi suatu masyarakat. Sehingga dalam

beberapa fenomena yang ada misalnya peperangan, kesenjangan sosial, perbedaan mendasar dalam ras bahkan kemiskinan “diperlukan” dalam kehidupan

masyarakat. Perubahan yang mungkin terjadi dalam masyarakat dapat terjadi

secara perlahan-lahan, dan apabila terjadi konflik fungsionalisme struktural fokus

pada solusi untuk menyelasaikan masalah sehingga masyarakat tetap dalam

(2)

Robert K.Merton mengatakan bahwa perhatian fungsionalisme struktural

harus fokus pada fungsi-fungsi dibandingkan terhadap motif-motif. Fungsi

merupakan akibat-akibat yang dapat diamati dan menuju adaptasi atau

penyesuaian dalam suatu sistem. Oleh karena itu fungsi bersifat netral secara

ideologis. Merton mengajukan konsep yang disebut dengan disfungsi. Ia

menegaskan bahwa apa yang fungsional bagi suatu kelompok bisa saja tidak

fungsional bagi keseluruhan sistem yang ada. Sehingga batas-batas analisa

terhadap kelompok yang diteliti harus jelas ditentukan. Konsep lain dari Merton

yakni mengenai sifat dari fungsi tersebut, diantaranya adalah fungsi manifest dan

laten. Fungsi manifest yakni fungsi yang diharapkan (intended) sedangkan fungsi

laten merupakan fungsi yang tidak diharapkan.11

2.2 Kohesi Sosial

Untuk memahami setiap hubungan sosial yang menjelaskan tentang kohesi

sosial perlu memperhatikan waktu dan budaya dimana terjadi pembentukannya.

Menurut penjelasan dari Council of Europe’s Strategy for Social Cohesion12

bahwa kohesi sosial sebagai “kemampuan suatu masyarakat untuk menjamin

kesejahteraan anggotanya, menekan perbedaan dan menghindari polarisasi.

Masyarakat yang kohesif merupakan komunitas yang terdiri dari

individu-individu bebas yang saling mendukung, mencapai tujuan bersama secara

demokratis”. Sebaliknya, Ritzer et al. (2000) lebih menekankan aspek modal

11

George Ritzer dalam Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda

12Council of Europe Action Plan for Social

(3)

sosial dari kohesi sosial, dengan mendefinisikannya sebagai “satu keadaan dimana

sekelompok orang (dalam suatu wilayah geografis) menunjukkan kemampuan

untuk berkolaborasi dan menghasilkan iklim untuk perubahan”.13Merujuk pada

waktu sekarang ini kohesi sosial diartikan sebagai adanya kesanggupan dalam diri

masyarakat untuk memberikan kenyamanan lingkungan bagi anggotanya dalam

setiap aktivitas dan interaksi keseharian kehidupan mereka.

Secara pokok Durkheim memberikan pemahaman bahwa dalam

masyarakat terdapat solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas

mekanik menjelaskan bahwa dalam diri masyarakat ada kekuatan yang kuat dalam

memberikan pengaruh, sedangkan dalam solidaritas organik memuat

ketergantungan yang terjadi antara satu individu dengan lainnya yang secara

perlahan akan membentuk ikatan yang disebut kohesi. Keterikatan dapat terbentuk

dalam masyarakat secara alami, meski mereka tidak mengetahui bahwa mereka

akan menuju kohesi sosial. Sebagai suatu kelompok yang menyatu, masyarakat

akan mencari dahulu kesamaan-kesamaan yang mereka miliki dengan masyarakat

lainnya. Beberapa kesamaan yang dapat menyatukan mereka menjadi lebih padu

antara lain seperti kesamaan nilai dan munculnya rasa saling memiliki diantara

mereka. Hal ini menjelaskan bahwa kohesi sosial terbentuk dengan adanya

persamaan nilai yang dianut, adanya tantangan dan kesempatan yang sama, serta

saling memiliki kepercayaan dan harapan. Penjelasan terakhir yang

menggambarkan kohesi sosial ini adalah masyarakat dapat bekerjasama dalam

suatu kesatuan yang sungguh ada.

(4)

Kohesi sosial bukanlah konsep yang tercipta secara teknis, melainkan

suatu interpretasi yang didasarkan pada pengalaman empirik yang dialami oleh

pelaku di lembaga yang termotivasi karena rasa tanggung jawab untuk mencari

solusi dari konflik yang terjadi di masyarakat. Kohesi sosial juga memfokuskan

kepada tujuan politik. Tujuan politik yang ingin dicapai pada masa kini

menekankan mengenai upaya pemenuhan hak individual berupa hak sipil dan

politik serta ekonomi dan sosial. Terciptanya konsep kohesi sosial bukan suatu

tahapan yang bisa dengan mudah ada dengan sendirinya. Harus ada proses yang

terjadi dalam diri individu dengan kelompok atau lembaga yang dalam kehidupan

masyarakat telah memiliki norma yang jelas dan dipahami semua pihak. Maka

dari itu aturan main yang berlaku berasal dari komunitas tertentu untuk

lingkungan didalamnya.

Untuk terciptanya keadaan lingkungan masyarakat yang nyaman dan

bebas dari perbedaan kepentingan yang berujung pertentangan masyarakat

membutuhkan empat elemen dasar pemenuhan Hak Asasi Manusia yang berupa

(HAM) yang berupa kesetaraan tanpa adanya diskriminasi, harkat dan martabat

dijunjung tinggi, komitmen untuk berpartisipasi serta kebebasan individu dengan

adanya pengembangan diri.

Agar kohesi sosial yang baik terwujud dalam masyarakat, keempat elemen

tersebut harus dijalankan seperti seharusnya. Ketika proses penerapannya berjalan

dengan baik, kehidupan masyarakat akan lebih terjamin dan saling berkecukupan.

Untuk di jaman globalisasi yang perkembangan teknologi informasi yang begitu

pesat terciptanya kohesi sosial dapat terjadi dengan mewujudkan lingkungan yang

(5)

ketergantungan kepada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tentu

hal ini akan membuat keterikatan dan mereka mencari kesamaan antara satu

dengan lainnya.

Memahami kohesi sosial membutuhkan pendekatan yang berbeda caranya,

karena setiap masyarakat memiliki ciri berbeda di tiap waktu yang mereka jalani.

Misalnya saja masyarakat yang sekarang hidup dalam jaman modern yang penuh

teknologi baru dan akses terhadap informasi yang lebih cepat. Cara masyarakat

sekarang dalam berinteraksi tidak lagi hanya bertitik tolak kepada tradisi, namun

dalam bertindak masyarakat kontemporer saling memahami dalam rasa hormat

yang dimiliki terhadap sesama manusia.

Dalam memahami kohesi sosial yang ada pada masyarakat terdapat

beberapa pendekatan yang memberikan penilaian terhadap keadaan kohesi sosial

di masyarakat. Pendekatan yang pertama ialah negative approach (pendekatan

negatif). Pendekatan ini memandang kohesi sosial di masyarakat tidak terjadi

karena adanya hal/faktor negatif yang menyebabkan tidak terciptanya hubungan

masyarakat yang baik. Seperti kemiskinan dan pengangguran merupakan salah

satu faktor penyebabnya.

Pendekatan yang kedua adalah positive approach (pendekatan positif).

Pendekatan ini menekankan bahwa masyarakat secara keseluruhan memiliki

kemampuan untuk mendapatkan kualitas hidup yang bagus bagi dirinya atau

dalam arti kata lain untuk membentuk keadaan dimana kohesi sosial dapat tercipta

berdasar kualitas hidup. Pendekatan positif ini dibagi menjadi empat pendekatan.

(6)

teritorial yang terjadi antara anggota Uni-Eropa dengan wilayahnya. Solidaritas

teritorial ini dianggap akan menciptakan kohesi sosial karena keadaan ini akan

mengurangi adanya perbedaan di wilayah tersebut. Kedua, social capital

approach yang melihat adanya persamaan nilai, standar hidup dan kepercayaan

bersama akan menciptakan masyarakat yang berupaya untuk menyelesaikan

masalahnya secara bersamaan. Dalam hubungan ini terdapat badan untuk

mengkoordinasi hubungan mereka sehingga hubungan ini menciptakan kohesi

sosial yang efektif.Ketiga, Quality of life approach, pendekatan ini dikenalkan

oleh European Foundation for Improvement of Living and Working Conditions.

Pendekatan ini melihat bahwa kualitas sosial dalam masyarakat dapat dijadikan

indikator untuk mengevaluasi kualitas ekonomi dan hubungan sosial mereka.

Kualitas sosial ini memiliki empat karakteristik, yaitu kestabilan ekonomi,

keterbukaan hubungan sosial, perluasan kohesi sosial dan kebebasan individu.

Keempat, Acces to right approach yang melihat bahwa dengan menganalisa

kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan hak-hak mereka maka dapat dilihat

apakah kohesi sosial dapat tercipta. Contohnya dapat dilihat dari sistem informasi

dan komunikasi serta penanganan keuangan dan sumber daya manusia. Keempat

pendekatan ini merupakan cabang dari pendekatan positif yang menekankan

kepada kualitas hidup sebagai faktor terciptanya kohesi sosial.14

Kohesi sosial tersebut terbentuk melalui pertemuan sosial yang rutin

selama berbulan-bulan hingga berpuluh-puluh tahun yang didasari oleh adanya

saling butuh, kemudian membentuk suatu mekanisme sosial saling membantu.

Adanya nilai-nilai bersama, saling percaya, interaksi sosial, serta kelembagaan

14

(7)

yang berjalan dengan baik membuktikan bahwa kohesi sosial memang terbangun

berkat tradisi yang didukung oleh kesadaran kekerabatan hingga adanya

partisipasi aktif masyarakat. Kohesi sosial tersebut terbentuk juga dipengaruhi

oleh mata pencaharian masyarakat yang cenderung seragam. Suatu tradisi dapat

bertahan di masyarakat karena adanya kesadaran dari masyarakat, rasa memiliki,

serta adanya manfaat yang dirasakan seperti menambah pemasukan kas dan

inventaris, mempererat tali silaturahmi, melatih kemandirian, dan keamanan

lingkungan. Namun dalam upaya mempertahankan suatu tradisi pada dasarnya

tidak bisa dilepaskan dari suatu hambatan. Adapun faktor penghambat kohesi

sosial itu antara lain berasal dari intern dan ekstern.15

2.2.1 Komponen yang Mempengaruhi Kohesi

Dalam proses kehidupan masyarakat yang setiap komponennya adalah

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, beberapa faktor berikut

menurut Professor Andrew Markus adalah komponen yang mempengaruhi kohesi

dalam masyarakat.

Kesamaan Visi: yaitu sebagian besar para peneliti beranggapan bahwa kohesi sosial yang membutuhkan nilai-nilai universal , saling menghormati aspirasi dan

umum atau identitas bersama oleh anggotanya .

Saling memiliki dari suatu kelompok: perasaan inti ini menggambarkan tentang sebuah kelompok atau masyarakat di mana ada berbagi tujuan dan tanggung

jawab dan sebuah kesiapan untuk saling membantu dengan masyarakat lainnya.

15Eka Nofianti dan V. Indah Sri Pinasti, M.Si/ Kohesi Sosial dalam Tradisi Jimpitan Beras pada

(8)

Proses: kohesi sosial umumnya dilihat bukan hanya sebagai hasil, namun sebagai proses bagi masyarakat secara terus menerus dan tampaknya tidak pernah berakhir

untuk mencapai keharmonisan sosial. Perbedaan dalam definisi menjadi perhatian

faktor yang meningkatkan ( dan mengikis ) proses harmoni komunal dan relatif

berat melekat pada operasi faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain:

faktor ekonomi; tingkat kemiskinan dan pengangguran, tingkat kesejahteraan dan

upah layak, mobilitas penduduk, kesehatan, kepuasan hidup dan rasa aman, dan

kepedulian pemerintah terhadap masalah kemiskinan.

Politik: tingkat partisipasi politik dan keterlibatan sosial, termasuk tingkat kesetiakawanan, pengembangan modal sosial, saling mengenal dan memahami

jangkauan jaringan kolega, serta kepercayaan sosial yang memfasilitasi koordinasi

dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Sosial-budaya:Perbedaan tingkat konsensus ( homogenitas dan heterogenitas ) yang melingkupi isu dalam lingkup lokal dan nasional.16

2.3 Perubahan Sosial

Kehidupan sosial meliputi perubahan yang tiada henti: jika perubahan

berhenti, maka berhenti pula kehidupan. Studi perubahan sosial dengan demikian

akan melibatkan dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang menunjuk pada

wilayah terjadinya perubahan sosial serta kondisi yang melingkupinya. Dimensi

ini mencakup pula konteks historis yang terjadi pada wilayah tersebut. Dimensi

16

(9)

waktu dalam studi perubahan meliputi konteks masa lalu (past), sekarang

(present) , dan masa depan (future)

2.3.1 Perubahan dan Perkembangan Masyarakat Desa

Dalam konteks model dikotomik yang terdapat dalam kerangka perspektif

evolusioner, perubahan masyarakat desa dapat dikelompokkan dalam dua era,

secara skematis gambarannya sebagai berikut:

Tabel 2

Perubahan Masyarakat Desa

Era pertama Era ke dua

era tradisional era modern

era praindustri era industri

era prakapitalistik era kapitalistik era praglobalisasi era globalisasi

Sumber tabel: Ra hardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian.

Secara garis besarnya perspektif evolusioner memandang bahwa

masyarakat era pertama (masyarakat desa) akan berubah dan berkembang ke arah

era ke dua. Namun sekarang ini banyak desa yang telah maju, sudah terpengaruh

oleh globalisasi, telah dirasuki sistem kapitalisme modern secara intensif dan telah

memiliki ciri-ciri masyarakat modern. Maka rumusan yang tepat mengenai hal ini

adalah: masyarakat desa yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri era pertama

berubah dan berkembang menjadi masyarakat yang banyak diwarnai oleh

ciri-ciri era ke dua.

Sekarang ini perbedaan antara desa dan kota semakin menipis. Ini

dikarenakan penyebaran dan perkembangan transportasi dan alat komunikasi

(10)

Desa semakin terbuka terhadap pengaruh-pengaruh luar baik dari lingkup

regional, nasional bahkan internasional. Pengaruh ini mencakup aspek sosial –

kebudayaan dan ekonomis. Perkembangan media massa menjadi sarana yang

sangat kuat dalam menyebarkan kebudayaan modern secara luas dan mendalam.

Perlahan masyarakat desa menyesuaikan gaya hidup modern sesuai akses yang

mereka miliki. Peranan sistem kapitaslisme modern ditunjang kuat oleh sains—

teknologi sebagai inti dari proses globalisasi.

Aspek ekonomi sangat besar pengaruhnya dalam proses perubahan yang

terjadi di desa-desa. Proses komersialisasi, khususnya dalam komersialisasi

pertanian, semakin melembaga di masyarakat desa. Petani dengan lahan sempit

menyikapi pertanian sebagai way of life mereka, sedangkan petani dengan lahan

luas berubah menjadi agricultural entrepreneurs yang orientasi usahanya untuk

mengejar keuntungan saja (profit oriented). Dari hal ini saja sudah membuat

perbedaan yang berarti diantara masyarakat desa. Petani dengan lahan sempit akan

mengalami kemerosotan hidup,sedangkan mereka dengan lahan yang luas

memiliki cadangan modal yang kuat dan mampu untuk mengadopsi modernisasi.

Karena komersialisasi dan modernisasi di bidang pertanian dapat menyebabkan

keretakan tradisi lama dan hilangnya kerukunan (kolektivitas) yang telah terlekat

dalam kebiasaan masyarakat. Hingga akhirnya dalam masyarakat petani ini terjadi

kesenjangan dan polarisasi sosial—ekonomis. 17

Kehadiran pertambangan, sebagai bagian dari perkembangan teknologi,

perkembangan akses transportasi, komunikasi dengan desa lainnya dan

merasuknya sistem ekonomi uang ini menciptakan diferensiasi dalam mata

17

(11)

pencaharian masyarakat desa. Mereka tidak lagi bergantung hanya pada pertanian.

Sektor-sektor diluar pertanian seperti perdagangan dan industri kecil lainnya ini

sangat tergantung dengan akses di luar desa. Sehingga desa sudah menjadi satu

bagian dari kesatuan masyarakat yang lebih besar dan tidak lagi mandiri. Suatu

ketika bisa saja desa tidak lagi merupakan kesatuan komunitas dengan basis

sosio—kultural yang jelas.

Perkembangan dan perluasan lembaga pendidikan modern juga akan

mengakibatkan perbedaan dalam tingkat pengetahuan dan aspirasi-aspirasi yang

muncul karenanya.Beberapa kaum muda yang sepertinya lebih berpendidikan

seakan-akan lebih istimewa dalam memberikan pandangannya terhadap

kehidupan di desa. Sehingga dengan adanya perubahan-perubahan ini terjadi juga

perubahan kelembagaan. Akan ada tuntutan dari masyarakat desa yang

mengharuskan kehadiran lembaga-lembaga baru sesuai dengan tuntutan

perubahan baik dalam jumlah dan sifat pada lembaga yang baru.

Masyarakat Dusun Sopokomil sudah berada pada era kedua perubahan

masyarakat desa. Hal ini tampak dari ciri-ciri yang ada di masyarakatnya.

Penduduk Dusun Sopokomil sudah menggunakan perangkat-perangkat teknologi

dan mesin dalam keseharian mereka. Perangkat itu berupa televisi, telepon seluler

(HP), mesin penggiling padi, mesin pembajak sawah, mobil, sepedamotor dan

akses transportasi yang lancar. Sehingga masyarakat sudah berpikir global, artinya

dengan akses yang mudah untuk keluar dari desa memberikan kemudahan dalam

pemasaran hasil pertanian, sehingga termotivasi untuk bekerja agar mendapatkan

(12)

2.4 Solidaritas

Konsep solidaritas berhubungan dengan identifikasi manusia dengan dan

dukungan anggota kelompok lain yang termasuk di dalamnya. Konsep ini

berkaitan dengan Durkhim dalam The Division of Labour in Society yang

mengimplikasikan pembagian dari apa yang disebut sebagai solidaritas mekanik

dan solidaritas organik. Masyarakat terbagi ke dalam bagaimana mereka mencapai

keteraturan, dengan masyarakat yang sederhana disatukan oleh kesamaan di

antara anggota, sedangkan masyarakat yang kompleks, disatukan oleh perbedaan

sosial. Dari perspektif ini, solidaritas lebih mengacu pada fenomena budaya

daripada ekonomi dan solidaritas ini tertanam dalam diri manusia melalui religi

atau kehidupan duniawi yang seimbang, seperti kebiasaan tiap individu. Manusia

bersifat solidaristik karena mereka memiliki nilai-nilai bersama yang diperkuat

melalui berbagai tradisi.18

Tujuan kajian Durkheim ini adalah untuk memahami fungsi dan faktor

yang menyebabkan pembagian kerja tersebut. Dalam upaya memahami faktor

penyebab hal tersebut, Durkheim menggunakan pendekatan kolektivis terhadap

pemahaman tentang masyarakat yang melibatkan berbagai bentuk solidaritas.

Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti perekat sosial,

dalam konteks ini dapat berupa nilai, adat istiadat dan kepecayaan yang dianut

bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan dan kesadaran kolektif (collective

consciousness).

18

(13)

Solidaritas mekanik merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas

persamaan. Pada masyarakat dengan tipe solidaritas mekanis, individu diikat

dalam suatu bentuk solidaritas yang memiliki kesadaran kolektif yang sama dan

kuat. Karena itu individualitas tidak berkembang karena dibatasi oleh tekanan

besar untuk menerima aturan yang berlaku dalam komunitas dimana indivudu itu

berada. Realitas masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis masih dapat

ditemukan pada masyarakat sederhana, segmental (jauh dari hiruk pikuk

keramaian), praindustri, dan masyarakat pedesaan.

Tipe solidaritas yang didasarkan atas kepercayaan dan kesetiakawanan ini

diikat oleh collective consciousness yaitu suatu sistem kepercayaan dan perasaan

yang menyebar merata pada semua anggota masyarakat. Pada masyarakat yang

demikian itu belum tampak secara jelas pembagian kerja yang begitu berarti. Hal

ini terjadi karena di samping kekuatan masyarakat diabatasi atas individu, juga

disebabkan oleh sifat masyarakat yang relatif homogen. Sehingga apa yang dapat

dilakukan oleh seorang anggota masyarakat, lazimnya dapat dilakukan oleh

anggota masyarakat lainnya. Oleh karena itu tidak terdapat saling ketergantungan

antara kelompok berbeda. Masing-masing kelompok dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri dan masing-masing kelompok pun terpisah satu dengan

yang lain.

Sementara itu, ketika masyarakat berkembang menjadi semakin kompleks

melalui pembagian kerja, maka solidaritas mekanik memudar dan digantikan oleh

solidaritas organik. Pada masyarakat dengan tipe solidaritas organik

masing-masing anggota masyarakat tampaknya tidak lagi dapat memenuhi semua

(14)

pada gilirannya menyebabkan dependensi atau saling ketergantungan yang

semakin begitu terlihat jelas di setiap interaksi dan aktivitas yang ada. Munculnya

perbedaan-perbedaan di tingkat individu ini mengubah kesadaraan kolektif

tersebut, yang pada gilirannya menjadi kurang penting lagi dasar untuk

keteraturan sosial dibandingkan dengan saling ketergantungan fungsional yang

bertambah antara individu-individu yang memiliki spesialisasi dan secara relatif

lebih otonom sifatnya. Solidaritas organik merupakan suatu sistem terpadu yang

terdiri atas bagian yang saling tergantung. Jika solidaritas mekanik didasarkan

pada hati nurani kolektif, maka lain halnya dengan solidaritas organik. Tipe

solidaritas ini didasarkan pada hukum dan akal.

Ikhwal inilah yang menggairahkan individu untuk meningkatkan

kompetensinya secara individual, sehingga kesadaran kolektif tidak lagi tampak,

bahkan pada kondisi yang lebih lanjut dapat kehilangan kekuatannya. Melihat

fenomena ini, Durkheim mengusulkan perlunya suatu konsensus intelektual dan

moral untuk menciptakan keteraturan sosial (social order) yang bersifat harmonis

dan integratif. 19

19

Gambar

Tabel 2 Perubahan Masyarakat Desa

Referensi

Dokumen terkait

a. Mengatur semua potensi yang tersedia dalam masyarakat, hak dan kewajiban bagi setiap individu maupun kelompok masyarakat serta sanksi bagi mereka yang jelas terbukti

Ritual kematian, pemakaman maupun praktik ziarah ke kuburuan dalam kehidupan masyarakat muslim berlaku ritual resmi yang sesuai dengan sumber-sumber ajaran dan

Tanpa adanya nilai dan norma dalam kehidupan bermasyarakat, maka dalam kehidupan bermasyarakat tersebut akan banyak terjadi banyak konflik dan kericuan di berbagai tempat

Pembahasan : Sosialisasi merupakan sebuah proses pengenalan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang terjadi antargenerasi sehingga individu atau kelompok yang

terjadi, kumpulan identitas yang sudah dimiliki dan simbol diri yang melekat dalam

Dalam interaksi sosial antara individu dengan individu, atau individu dengan kelompok, atau individu kelompok dengan kelompok, terjadi perubahan sosial yang secara sosial

Perbedaan konteks sosial sering tejadi di antara individu maupun kelompok dalam setiap kehidupan masyarakat manapun, hal ini merupkan bagian dari proses sosial

Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki tersebut menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk kelompok masyarakat