• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR ETIKA RESIKO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR ETIKA RESIKO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, ETIKA, RESIKO AUDIT DAN TEKANAN TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR

MELALUI SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR (Studi Empiris pada KAP di Kota Padang dan Pekanbaru)

Oleh:

Anshori Syaferna Putra

Pembimbing : Desmiyawati dan Al Azhar L

Faculty of Economics Riau University, Pekanbaru, Indonesia Email : [email protected]

Experience influence of auditors, ethics, risk audit, and Accuracy of pressure on the granting of auditors Opinion skepticism professional Auditor

ABSTRACT

This study aims to prove the influence of experience, ethics, audit risk and pressure observance of the provision of professional skepticism, the auditor's opinion through auditor.Penelitian This is a survey with a census method, whereas the spreading technique using a questionnaire distributed to Public Accounting Firm Pekanbaru and Padang. Respondents in this study is a junior auditor, senior auditor, manager, supervisor, and partners. Of the 64 questionnaires distributed, a total of 50 questionnaires were returned. Methods Data was analyzed using partial least square (PLS) method and Sobel. The results showed 1) a significant influence between the experience of the provision of professional skepticism, the auditor's opinion by the auditor 2) Ethical proved unable to affect the relationship Award auditor's opinion while the latter ethic proved unable to affect the relationship giving opinions auditor through professional skepticism auditor.3) significant influence the risk to the administration of opinion between the auditor through professional skepticism, auditors and 4) significant influence of pressure on the provision of professional skepticism, the auditor's opinion by the auditor thus the singer research proves the influence between variables

Keywords: Experience, ethics, audit risk, adherence pressure, and giving the auditor's opinion

PENDAHULUAN

Pemberian opini auditor harus tepat dan akurat karena hal ini juga

(2)

menyesatkan para penggunanya yang

berkepentingan (pimpinan

perusahaan). Pemegang saham, kreditur dan karyawan) dalam pengambilan keputusan. Ketepatan pemberian opini akuntan publik harus sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), agar hasil audit tidak menyesatkan para penggunanya.

Tujuan akhir dari proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit berupa opini auditor.. Salah satu kasus di Pekanbaru yaitu salah penggunaan opini yang tidak sewajarnya.

BPK Riau yang sebelumnya pada audit APBD 2010 juga memberikan opini serupa tidak ingin nama lembaga tinggi Negara itu dipelesetkan sebagai Badan Pemeriksa Kwitansi karena pasca opini WTP 2010 tersebut banyak kasus megakorupsi di Riau yang terbongkar oleh KPK.Meski BPK telah memberikan pendapat tertinggi yaitu WTP atas laporan keuangan tersebut, tetap saja ada kemungkinan terjadinya penyalahgunaanhingga penyimpangan anggaran seperti praktik korupsi. “Seperti KPK yang membongkar kasus PON melalui suap kepada anggota DPRD Riau. Itu bukan terjadi pada saat tahun berjalan tetap tertangkap tangan. Meski pada APBD 2010 BPK memberikan opini WTP karena memang ketika audit itu dilakukan tidak ditemukan bukti-bukti atau kwitansi atau pun pelanggaran bersifat material,” papar Indria.

Penelitian Herusetya (2007) yang didasarkan pada AAERs (Accounting and Auditing Releases),

selama 11 periode (Januari 1987 – Desember 1997) menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi laporan keuangan adalah rendahnya tingkat skeptisisme profesional audit. Berdasarkan penelitian ini, dari 45 kasus kecurangan dalam laporan keuangan, 24 kasus (60%)

Beberapa auditor berpengalam dituntut bisa menyelesaikan atau memecahkan risiko audit dalam menghadapi kliennnya untuk dapat membuat laporan, disamping itu dalam melaksanakan tugasnya auditor sering kali dihadapkan berbagai macam risiko yang mungkin terjadi. Menurut Ida Suraida (2005) risiko yang dimaksud adalah tingkat risiko penemuan yang direncanakan dalam menghadapi situasi irregularities atau fraud (penyimpangan) yaitu (1) inherent risk (2) control risk (3) detection risk. Sengan adanya risiko audit akan mempengaruhi etika dan skeptisme profesional auditor dalam memberikan opini yang tepat.

(3)

semua area profesi akuntan, termasuk dalam melatih sikap skeptisisme profesional auditor (Louwers,1997).

Tekanan sebagai reaksi-reaksi emosional, psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. individu yang mempunyai kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi prilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya, Dwi(2012). Situasi dimana auditor harus bijak melakukan tindakan yg dapat merugikan hasil laporannya berupa opini, auditor harus dapat memahami tekanan oleh Kliennya yang akan diaudit,atasan serta tekanan dari mana pun. Diharuskan seorang auditor memliki integritas, independen serta tanggung jawab untuk menjaga etika profesionalisme dan tetap memiliki sikap skeptisme agar publik percaya dengan laporan keuangan ataupun opini yang tepat. Hubungan antara skeptisisme profesional auditor dengan ketepatan pemberian opini auditor ini, diperkuat dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi skeptisisme

profesional tersebut. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa skeptisisme dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: faktor etika, faktor resiko audit, pengalaman dan tekanan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1).Apakah pengalaman berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opiniauditor? 2) .Apakah etika berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opiniauditor? 3).Apakah risiko audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opiniauditor ? 4).Apakah tekanan

ketaatan berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opiniauditor? 5).Apakah pengalaman berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opiniauditor melalui skeptisisme profesional auditor ? 6).Apakah etika berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opiniauditor melalui skeptisisme profesional auditor? 7).Apakah risiko audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opiniauditor melalui skeptisisme profesional auditor? 8).Apakah tekanan ketaatan berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opiniauditor melalui skeptisisme profesional auditor ?

(4)

pengaruh Risiko Audit terhadap ketepatan pemberian opini melalui skeptisisme professional auditor sebagai variable intervening.8)Untuk menguji dan membuktikan mengenai ada tidaknya pengaruh Tekanan ketaatan terhadap ketepatan pemberian opini melalui skeptisisme professional auditor sebagai variable intervening.

TELAAH PUSTAKA

Pemberian Opini Auditor

Opini audit merupakan opini yang diberikan oleh auditor tentang kewajaran penyajian laporan keuangan suatu entitas yang diaudit. Pemberian opini auditor merupakan hal yang sangat penting karena opini auditor merupakan hasil akhir dari proses audit. Ketepatan pemberian opini juga berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan .persyaratan dasar untuk menyusun laporan audit didasarkan pada empat standar pelaporan yaitu : (1) Apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan SAK yang berlaku umum; Keadaan dimana SAK tidak diikuti secara konsisten; (3) Disclosure yang cukup; (4) Pernyataan pendapat terhadap laporan keuangan secara simultan atau pernyataan bahwa pendapat tidak dapat diberikan dengan alasan- alasannya (SPAP, 2011).

Pengalaman Auditor

Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya

penugasan yang pernah dilakukan. Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman merupakan atribut yang penting yang dimiliki oleh audit, hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak dari pada auditor yang berpengalaman. Risiko Audit

Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Auditor menyadari misalnya bahwa ada ketidakpastian mengenai kompetensi bahan bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien dan ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah audit selesai.

Cara auditor menangani masalah risiko dalam tahap perencanaan pengumpulan bahan bukti dalam tiap siklus adalah dengan menggunakan model risiko audit (SAS 39, SPAP 2011), yang terdiri dari :

1.Risiko Bawaan ( inherent risk ) 2.Risiko Pengendalian ( control risk ) 3.Risiko Deteksi ( detection risk ).

Etika

(5)

bertingkah laku. “Etika sebenarnya meliputi suatu proses penentuan yang kompleks tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu”. Etika (ethics) menurut Arens, et. al. (2008) secara garis besar dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral.

Tekanan Ketaatan

Menurut Putri (2013) , tekanan ketaatan merupakan kondisi dimana seorang auditor dihadapkan pada sebuah dilema penerapan standar profesi auditor. Klien atau pimpinan dapat saja menekan auditor untuk melanggar standar profesi auditor.

Skeptisme Profesional Auditor Pemberian opini auditor atas laporan keuangan, dipengaruhi oleh sikap profesional auditor yang harus selalu mempertanyakan bukti-bukti audit serta tidak mudah begitu saja percaya terhadap keterangan-keterangan yang diberikan klien. Sikap tersebut disebut skeptisme professional auditor. Skeptisme profesional auditor atau keraguan auditor terhadap pernyataan dan informasi klien baik lisaan maupun tulisan merupakan bagian dari proses audit..

KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Pengaruh pengalaman audit terhadap ketepatan pemberian opini audit

Faktor pengalaman pada Penelitian mengenai variabel pengalaman juga dilakukan oleh Kushasyandita (2012) yang menyatakan bahwa diantara faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, pembentukan sikap penting karena akan berpengaruh pada prosedur audit yang dijalani auditor tersebut sehingga opini yang diberikan akan tepat. Dari penjelasan di atas dapat diambil hipotesis penelitian yaitu : H1 : Diduga Terdapat pengaruh antara pengalaman auditor dengan ketepatan pemberian opini auditor.

Pengaruh etika terhadap

ketepatan pemberian opini auditor

Kushasyandita(2012)menyatakan bahwa kesadaran etis memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntan. Dimensi etika yang sering digunakan dalam penelitian adalah kepedulian pada etika profesi, yaitu kepedulian pada kode etik Ikantan Akuntan Indonesia (IAI) yang merupakan panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan usaha pada instansi pemerintah maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung jawab profesionalnya Dari penjelasan diatas dapat diambil hipotesis penelitian yaitu :

H2 : Diduga Terdapat pengaruh

antara etika dengan

ketepatanpemberian opini auditor.

(6)

bagaimana seseorang tersebut akan menanggapi dengan tindakan selanjutnya (Kushasyandita, 2012). Dari penjelasan di atas dapat diambil hipotesis penelitian yaitu : H3 : Diduga Terdapat pengaruh antara risiko ketepatan pemberian opini auditor.

Pengaruh tekanan ketaatan terhadap ketepatan pemberian opini auditor

Seorang auditor sering mengalami dilema dalam penerapan standar profesi auditor pada pengambilan keputusannya. Kekuasaan klien dan pemimpin menyebabkan auditor tidak independen lagi, karena ia menjadi tertekan dalam menjalankan pekerjaannya. Klien atau pimpinan dapat saja menekan auditor untuk melanggar standar profesi auditor. Dari penjelasan di atas dapat diambil hipotesis penelitian yaitu :

H4 : Diduga Terdapat pengaruh antara tekanan ketaatan dengan ketepatan pemberian opini auditor.

Selain menguji pengaruh langsung, dalam penelitian ini juga menguji pengaruh tidak langsung berbagai faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian opini melalui skeptisisme. Adapun hipotesis pengaruh tidak langsung yang akan diuji adalah :

H5 : Diduga Terdapat pengaruh antara pengalaman auditor dengan ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor.

H6 : Diduga Terdapat pengaruh antara etika dengan ketepatan pemberian opini auditor melalui

skeptisisme profesionalauditor. H7 : Diduga Terdapat pengaruh antara risiko audit dengan ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor.

H8 : Diduga Terdapat pengaruh antara tekanan ketaatan dengan ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor.

Gambar 1 Model Pemikiran

Sumber : Data Olahan, 2016 METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Kota Pekanbaru dan Padang. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP kota Pekanbaru dan Padang.

Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel pemberian opini, pengalaman auditor,etika,risiko audit dan tekanan ketaatandan skeptisme profesional auditor diukur dengan instrumen yang dkembangan oleh peneliti dari instrument :

a. Pengalaman auditor yaitu : segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan.

(7)

kesadaran etis dan kepedulian pada etika profesi.

c. Variabel risiko audit diukur

dengan instrumen yang

dkembangan oleh peneliti dari instrumen Yogi Arifianto (2009) yaitu : jenis risiko audit yang terdiri dari 3 yaitu risiko inheren, risiko pengendalian dan risiko deteksi.

d. Variabel tekanan ketaatan diukur

dengan instrumen yang

dkembangan oleh peneliti dari instrumen Ramdanialsyah (2010) e. Skeptisme profesional auditor

yaitu: tingkat keraguan auditor terhadap bukti audit,banyaknya pemeriksaan tambahan,konfirmasi langsung.

Metode Pengumpulan Data 1. SumberData

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiriatas:

a. DataPrimer

Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Kuesioner merupakan penelitian dengan cara mengajukan daftar pertanyaan langsung kepada responden, yaitu auditor eksternal yang bekerja pada KAP di Pekanbaru dan padang. Skala yang digunakan adalah skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang kejadian atau gejala sosial. Kategori dari penilaian skala likert:

SS = Sangat Setuju S = Setuju

N = Netral TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Metode AnalisisData

Metode analisis data menggunakan pendekatan partial least square (PLS) dalam hal ini akan menggunakan software smartPLS 3.0. dalam latan dan ghozali (2012) djelaskan bahwa PLS merupakan pendekatan alternative yang bergeser dari pendektan SEM berbasis Covariane menjadi varianc Partial Least Square (PLS)

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan Partial Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan struktural (SEM) yang berbasiskomponen atau varian (variance). Dan Model Pengukuran atau Outer Model serta Model Struktural atau Inner Model

Metode Sobel

(8)

koefisien pengaruh X terhadap Y dihitung dengan rumus di bawah ini :

Sab =

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka kita perlu menghitung nilai t dari yaitu ≥ 1,96 untuk signifikan 5% dan t tabel ≥ 1,64 menunjukkan nilai signifikansi 10%. Jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka dapat disimpulkan terjadi pengaruh mediasi (Ghozali, 2009 dalam kantor akuntan publik yang berada di kota Pekanbaru dan Padang secara langsung. Dari 64 kuesioner yang kembali sebanyak 50 kuesioner (79%). Sedangkan kuesioner yang tidak kembali sebanyak 14 kuesioner (21%).

Pengujian Hipotesis

Dalam PLS pengujian secara statistik setiap hubungan yang dihipotesiskan dilakukan dengan menggunakan simulasi. Dalam hal ini dilakukan metode bootstrap terhadap sampel.

Pengujian dengan bootstrap juga dimaksudkan untuk meminimalkan masalah ketidak normalan data penelitian. Parameter signifikansi yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian.

Hasil pengujian dengan bootstrapping dari analisis PLS dapat dilihat pada tabel sebelumnya disajikan gambar hasil boostrapping.

Gambar 2 Hasil Bootstrapping

Sumber : Data Olahan, 2016

(9)

P

Sumber : Data Olahan, 2016

Pengujian hipotesis pengaruh tidak langsung diuji dengan menggunakan rumus Sobel yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Ringkasan perhitungan pengaruh tidak langsung dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2

Hasil Pengujian Pengaruh Tidak Langsung

Ringkasan Perhitungan Uji Sobel

a Sa b Sb ab Sumber : Data Olahan, 2016

Hasil Pengujian Hipotesis

(10)

ini dilakukan metode bootstrap terhadap sampel.Pengujian dengan bootstrap juga dimaksudkan untuk meminimalkan masalah ketidak normalan data penelitian.

Hasil pengujian boots trapping dari analisis PLS adalah sebagai berikut :

1)Pengujian hipotesis 1

( pengalaman auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor)

Hasil pengujian hipotesis pertama yang dapat dilihat pada Tabel menunjukan bahwa hubungan variabel pengalaman auditor (PA) dengan ketepatan pemberian opini auditor (OA) menujukan nilai koefisien jalur sebesar 0,241 dengan nilai t sebesar 2,052. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 2,014 . hasil ini berarti bahwa pengalaman auditor memiliki hubungan terhadap ketepatan pemberian opini yang berarti sesuai dengan hipotesis pertama dimana pengalaman auditor mendorong ketepatan pemberian opini auditor. Hal ini berarti Hipotesis 1 diterima.

2)Pengujian hipotesis 2 ( Etika berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor)

Hasil pengujian hipotesis pertama yang dapat dilihat pada Tabel menunjukan bahwa hubungan variabel Etika auditor (E) dengan ketepatan pemberian opini auditor (OA) menujukan nilai koefisien jalur sebesar -0,112 dengan nilai t sebesar 0,942. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel 2,015 . hasil ini berarti bahwa etika auditor tidak memiliki hubungan terhadap ketepatan pemberian opini yang

berarti tidak sesuai dengan hipotesis kedua dimana Etika auditor mendorong ketepatan pemberian opini auditor. Hal ini berarti Hipotesis 2 ditolak. Variabel etika berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap variabel ketepatan pemberian opini auditor secara langsung. Hal ini dapat dilihat di tabel, nilai t statistik yang lebih rendah 2,015. Alasan penolakan hipotesis ini diduga karena perbedaan sampel yang digunakan. Pada penelitian ini responden kuesioner tidak dikriteriakan, sehingga sebagian besar responden kuesioner adalah auditor junior sedangkan pada penelitian Suraida (2005) sampel yang digunakan adalah auditor level senior. Auditor junior belum memiliki pengalaman yang tinggi sehingga etika profesionalnya belum sebaik level auditor-auditor yang senior (Gusti dan Ali, 2008). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gusti dan Ali (2008) yang menyatakan bahwa etika tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini auditor.

3)Pengujian hipotesis 3 ( Risiko auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor)

(11)

yang berarti sesuai dengan hipotesis pertama dimana Risiko audit mendorong ketepatan pemberian opini auditor. Hal ini berarti Hipotesis 3 diterima.

4)Pengujian hipotesis 4 ( Tekanan Ketaatan berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor)

Hasil pengujian hipotesis ketiga yang dapat dilihat pada Tabel menunjukan bahwa hubungan variabel Tekanan Ketaatan (TK) dengan ketepatan pemberian opini auditor (OA) menujukan nilai koefisien jalur sebesar 0,223 dengan nilai t sebesar 3,257. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 2,015 . hasil ini berarti bahwa Tekanan Ketaatan memiliki hubungan terhadap ketepatan pemberian opini yang berarti sesuai dengan hipotesis pertama dimana Tekanan Ketaatan mendorong ketepatan pemberian opini auditor. Hal ini berarti Hipotesis 4 diterima.

5) Pengujian hipotesis 5 ( pengalaman auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor)

Hasil pengujian hipotesis kelima untuk pengujian tidak langsung yang dapat dilihat pada Tabel menunjukan

bahwa hubungan variabel

pengalaman auditor (PA) dengan ketepatan pemberian opini auditor (OA) menunjukan nilai koefisien jalur sebesar 0,461 dengan nilai t sebesar 2,043. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 2,015 . hasil ini berarti bahwa pengalaman auditor memiliki hubungan terhadap ketepatan pemberian opini yang

berarti sesuai dengan hipotesis kelima dimana pengalaman auditor mendorong ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme professional sebagai kemampuan auditor.Pengujian pengaruh mediasi dilakukan dengan menggunakan rumus sobel. Hasil pengujian pengaruh mediasi variabel pengalaman auditor (PA) terhadap pengaruh ketepatan pemberian opini

(OA) dengan skeptisisme

professional auditor (SP) dapat dilihat dari Tabel. dengan nilai koefesien jalur sebesar 0,461 dengan nilai -t 2.598. Nilai tersebut lebih besar dari t tabel 2,015 . Hasil ini berarti bahwa skeptisisme memediasi hubungan antara pengalaman auditor dan ketepatan pemberian opini .Hal ini berarti Hipotesis 5 diterima.

6)Pengujian hipotesis 6 ( Etika auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor)

Hasil pengujian hipotesis keenam tidak langsung yang dapat dilihat pada Tabel menunjukan bahwa hubungan variabel Etika auditor (E) dengan ketepatan pemberian opini auditor (OA) menujukan nilai koefisien jalur sebesar -0,112 dengan nilai t sebesar 0,942. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel 2,015 . hasil ini berarti bahwa etika auditor tidak memiliki hubungan terhadap ketepatan pemberian opini yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis kedua dimana Etika auditor mendorong ketepatan pemberian opini auditor. Pengujian pengaruh

mediasi dilakukan dengan

(12)

etika auditor (E) terhadap pengaruh ketepatan pemberian opini (OA) dengan skeptisisme professional auditor (SP) dapat dilihat dari Tabel. dengan nilai koefesien jalur sebesar -0.068 dengan nilai -t 0.436. Nilai tersebut lebih kecil dari t tabel 2,015 . hasil ini berarti bahwa skeptisisme memediasi pengaruh tidak signifikan hubungan antara etika auditor dan ketepatan pemberian opini .Hal ini berarti Hipotesis 6 ditolak.

Alasan penolakan hipotesis ini diduga karena penyebaran kuesioner pada responden tidak dikriteriakan. Menurut Gusti dan Ali (2008) semakin tinggi jabatan auditor maka semakin sering menghadapi berbagai macam situasi sehingga auditor senior akan memiliki standar etika yang lebih baik dibanding dengan auditor junior. Sebagian besar auditor yang menjadi responden pada penelitian ini adalah auditor junior. Hasil yang sama ditunjukkan oleh penelitian Gusti dan Ali (2008) yang menyatakan bahwa etika tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik melalui skeptisisme profesional auditor.

7)Pengujian hipotesis 7 ( Risiko audit berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor)

Pengujian hipotesis ketujuh untuk pengujian pengaruh tidak langsung variabel risiko audit terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme professional auditor dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui

hasil pengujian terhdap pengaruh risiko audit terhdap ketepatan pemberian opini auditor. Pengujian pengaruh mediasi dilakukan dengan menggunakan rumus sobel.

Hasil pengujian pengaruh mediasi variabel risiko audit (RA) terhadap ketepatan pemberian opini

(OA) dengan skeptisisme

professional auditor (S) dapat dilihat di Tabel. nilai koefisien jalur sebesar 0.541dengan nilai t 2,324. nilai tersebut lebih besar dari t tabel yakni 2,015. Hasil ini berarti bahwa skeptisisme professional auditor memediasi hubungan antara risiko audit dan ketepatan pemberian opini auditor. Hal ini berarti Hipotesis 7 diterima.

8)Pengujian hipotesis 8 ( Tekanan Ketaatan auditor berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor Melalui Skeptisisme Profesional Auditor)

Pengujian hipotesis kedelapan untuk pengujian pengaruh tidak langsung variabel tekanan ketaatan terhadap ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme professional auditor dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui hasil pengujian terhdap pengaruh tekanan ketaatan terhdap ketepatan pemberian opini auditor. Pengujian pengaruh mediasi dilakukan dengan menggunakan rumus sobel.

(13)

skeptisisme professional auditor memediasi hubungan antara tekanan ketaatan dan ketepatan pemberian opini auditor. Hal ini berarti Hipotesis 8 diterima.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor, etika, risiko audit dan tekanan ketaatan terhadap pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor sebagai variable interveningnya. Responden penelitian ini berjumlah 50 auditor yang berkerja di Kantor KAP Pekanbaru dan KAP Padang .untuk menganalisa hubungan antar variable tersebut, penelitian ini menggunakan partial least square (PLS).

Berdasarkan analisis dan

pembahasan pada bagian

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1)Hasil uji hipotesis pertama menunjukan adanya hubungan antara pengalaman auditor dan ketepatan pemberian opini auditor. Hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki pengalaman sebagai auditor yang tinggi akan semakin tepat dalam memberikan opini.

2)Hasil uji hipotesis kedua tidak menunjukan hubungan antara etika dan ketepatan pemberian opini auditor. Hal ini berarti bahwa etika tidak mempengaruhi hasil ketepatan pemberian opini oleh auditor.

3)Hasil uji hipotesis ketiga menunjukan hubungan antara risiko audit dengan ketepatan pemberian opini auditor. Hal ini berarti bahwa

auditor yang memiliki risiko akan

mempengaruhi ketepatan

pemberian opini auditor.

4)Hasil uji hipotesis ke empat menunjukan adanya hubungan antara tekanan ketaatan dan ketepatan pemberian opini auditor .hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki tekanan ketaatan akan mempengaruhi ketepatan pemberian opini auditor. 5)Hasil uji hipotesis kelima menunjukan adanya hubungan antara pengalaman dengan ketepatan pemberian opini melalui skeptisisme professional auditor .skeptisisme profesional auditor dapat memediasi atas pengaruh pengalaman terhadap ketepatan pemberian opini. Hal ini berarti bahwa seorang auditor yang memiliki pengalaman yang tinggi akan cenderung untuk lebih mampu mendeteksi kecurangan melalui sikap skeptisisme yang diamiliki sebelumnya.

6)Hasil uji hipotesis keenam menunjukan hubungan tidak signifikan antara etika dengan ketepatan pemberian opini auditor melalui skeptisisme profesional auditor. Skeptisisme profesional auditor tidak dapat memediasi atas pengaruh etika terhadap ketepatan pemberian opini. Hal ini berarti bahwa seorang auditor yang memiliki etika belum tentu mampu mendeteksi kecurangan dengan sikap skeptisisme yang dia miliki sebelumnya.

7)Hasil uji hipotesis ketujuh menunjukan adanya hubungan antara risiko audit dengan ketepatan

pemberian opini melalui

(14)

dapat memediasi atas pengaruh risiko audit terhadap ketepatan pemberian opini. Hal ini berarti bahwas eorang auditor yang mengetahui risiko audit yang tinggi akan cenderung untuk lebih mampu mendeteksi kecurangan melalui sikap skeptisisme yang diamiliki sebelumnya.

8)Hasil uji hipotesis kedelapan menunjukan adanya hubungan antara tekanan ketaatan dengan ketepatan pemberian opini melalui skeptisisme professional auditor .skeptisisme profesional auditor dapat memediasi atas pengaruh Tekanan ketaatan terhadap ketepatan pemberian opini. Hal ini berarti bahwa seorang auditor yang memiliki tekanan ketaatan yang tinggi akan cenderung untuk lebih mampu mendeteksi kecurangan melalui sikap skeptisisme yang dia miliki sebelumnya.

Keterbatasan

1)Metode pengumpulan data dengan menggunakan survey melalui kuesioner memiliki kelemahan yaitu terdapat responden yang menjawab pertanyaan dengan tidak sungguh, dapat dilihat dari penyebaran kuesioner sebesar 64

dengan jumlah yang

dapatdiolahberjumlah 50 kuesioner.

2)Kebanyakan responden adalah auditor junior dan hanya beberapa jumlah auditor senior level manajer dan partner.

Saran

Atas dasar kesimpulan diatas, dapat diajukan saran-saran sebagaiberikut :

1)Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas area

penelitian tidak hanya pada kedua kantor KAP Pekanbaru dan KAP Padang saja, sehingga lebih dapat digeneralisasi.

2)Kantor akuntan publik hendaknya meningkatkan perhatiannya terhadap pengalaman kerja, etika, risiko audit dan tekanan ketaatan serta skeptisisme profesional auditor sehingga mampu untuk menjaga dan meningkatkan profesionalisme auditornya untuk dapat melaksanakan tugas

pegawasan dalam rangka

menciptakan efisiensi nasiosal

terutama perlunya

menyelenggarakan pendidikan berkelanjutkan bagi auditor eskternal untuk mengatasi SDM yang kurang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Randal J.E dan Mark S.B. 2004. Auditing dan PelayananVerifikasi, Pendekatan Terpadu. Jilid 1, Edisi Kesembilan. Penerbit PT.Indeks. Jakarta

______, Alvin A. Elder, Randal J dan Beasley, Mark S. 2008. Auditing dan Jasa Asuransi Pendekatan Terintegrasi. Jilid 2, Edisi keduabelas. Erlangga.

______, Alvin A., Randal J.Elder., dan Mark S.Beasley. 2010. Auditing and Assurance Services an Integrated Aproach, 13th edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall International.

(15)

Negara (SPKN) 2007. (www.bpk.go.id).Diakses tgl 17 Desember 2013, Jam 21.20 WIB.

Fullerton, R., Durtschi, C. 2005. “The Effect of Professional Scepticism on the Fraud Detection Skills of Internal Auditors.” Working Paper. Gusti, Magfirah., Syahrir, Ali. 2008.

“HubunganSkeptisisme Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika, Pengalaman serta Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik”. Jurnal SimposiumNasional Akuntansi Padang. Vol.8.

Herusetya, Antonius. 2007. Kewajiban Hukum Bagi Akuntan Publik: Resiko Profesional yang Semakin Meningkat. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.1, No.1.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Kriswandari, Tutik. 2006. Pengaruh Pengalaman, Situasional dan Disposisional terhadap Kepercayaan atau Kecurigaan Auditor

terhadap Klien.

Semarang:Universitas Diponegoro.

Kushasyandita, Sabhrina. 2012. Pengaruh Pengalaman, keahlian, Situasi Audit, Etika dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui Skeptisme Profesional Auditor Semarang:Universitas Diponegoro.

.

Putri, Pritta Amina. 2013. Pengaruh Etika, Pengalaman Auditor danTekananKetaatan terhadap Kualitas Audit Judgment.Semarang:Univ ersitas Diponegoro.

Rahayu, Siti Kurnia dan Suhayati Ely. 2010. Auditing : Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan dalam laporan akhir ini adalah data primer berupa hasil wawancara dan observasi dari data sekunder berupa dokumen dan catatan yang digunakan

Citra Merek adalah keyakinan tentang suatu merek dengan melihat produk, kualitas dan persepsi yang telah ada selama ini dan dengan adanya keyakinan maka rasa

Variabel bebas yang diteliti adalah work environment, quality of nursing workllife dan self concept. Variabel terikat yang diteliti adalah caring behaviors. Instrument

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Esa atas limpahan rahmat serta karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapang tentang Teknik Pembsaran Udang

Dalam rangka memuaskan pelayanan pasien terhadap mutu pelayanan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit TNI AU Lanud Sam Ratulangi Manado, diperlukan usaha- usaha

Dosis Glifosat 5 ml/L air dan Frekuensi penyemprotan 1 dan 2 minggu. Pengaruh yang dilakukan pada penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kematian gulma dan total mikroorganisme

Sampel dari penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yaitu dengan kriteria terdapat tanah hak guna bangunan yang diindikasikan terlantar atau telah ditetapkan

BERBASIS MASAYARAKAT MELALUI FESTIVAL PERTUNJUKKAN