ABSTRAK
Upaya Penanggulangan Oleh Sat Reskrim Polres Lampung Timur Terhadap Kejahatan Pemerasan Yang Dilakukan Kelompok Preman Di Jalan Lintas
Timur
(Study Kasus Wilayah Hukum Polres Lampung Timur) Oleh
ERICK BETRA SEPTIADI
Perkembangan zaman sekarang ini tidak hanya membawa pengaruh besar pada Negara Republik Indonesia melainkan juga berdampak pada perkembangan masyarakat, baik dari segi perilaku, moral, maupun pergeseran budaya yang ada dalam masyarakat. Terlebih lagi setelah masa reformasi kondisi ekonomi bangsa ini yang semakin terpuruk. Tidak hanya mengalami krisis ekonomi saja namun juga berdampak pada krisis moral. Terjadinya peningkatan jumlah pengangguran yang semakin lama semakin bertambah. Masalah ini menyebabkan semakin tingginya angka kriminalitas khususnya di wilayah Polres, Lampung Timur. Masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan pemerasan di jalan Lintas Timur oleh Sat Reskrim Subdit Jatanras Polres Lampung Timur? (2) Apakah yang menjadi faktor penghambat Kepolisian Resor Lampung Timur dalam menanggulangi kejahatan pemerasan oleh kelompok preman di jalan Lintas Timur?
Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan studi lapangan. Narasumber penelitian terdiri dari Kasat Reskrim pada Polres Lampung Timur dan admin Satuan Reskrim Polres Lampung Timur. Analisis data dilakukan secara kualitatif.
berdasarkan pengalaman, dan pencatatan data tahun-tahun yang silam telah dapat diprediksi dan dijadwalkan dalam kalender kerawanan kamtibmas.
Upaya Pre-emtif biasanya diberlakukan pada saat masa-masa dimana menurut kalender kamtibmas merupakan rawan akan kejahatan pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman, biasanya massa tersebut adalah pada saat menjelang hari Raya Idul Fitri ataupun momen besar lainnya yang menurut kalender kamtibmas adalah masa rawan. (b) Upaya Preventif, Rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mencagah secara langsung terjadinya kasus kejahatan. Kegiatan ini meliputi pengaturan penjagaan, patroli dan pengawalan di lokasi yang diperkirakan mengandung Polize hazard, termasuk juga kegiatan pembinaan masyarakat yang ditujukan untuk memotivasi segenap lapisan masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pencegahan, penangkalan dan memerangi kejahatan.
Upaya Preventif diberlakukan dengan cara patroli rutin disetiap wilayah yang rawan akan kejahatan dan juga pendekatan secara langsung terhadap masyarakat melalui sosialisasi keamanan lingkungan sekitar dan ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahan kejahatan yang ada di lingkungannya. (c) Upaya Represif, Rangkaian kegiatan penindakan yang ditujukan ke arah pengungkapan kasus kejahatan yang telah terjadi. Bentuk kegiatannya, antara lain : penyelidikan, penyidikan, serta upaya paksa lainnya sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku. Upaya Represif diberlakukan apabila pihak kepolisian menerima laporan yang masuk mengenai kejahatan yang terjadi di lapangan dan segera ditindak lanjuti oleh aparat penegak hukum yaitu pihak kepolisian dalam hal ini akan melakukan penyelidikan, penyidikan dan penangkapan para pelaku kejahatan tersebut.
Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Polres lampung timur terutama satuan reskrim lebih dapat melakukan tindakan yang cepat dan juga tanggap untuk menaggulangi aksi pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman ini, lebih meningkatkan patroli rutin di setiap wilayah yang terbilang rawan akan akasi pemerasan oleh kelompok preman penambahan personil maupun pos pemantauan di daerah-daerah yang terbilang rawan akan aksi pemerasan, kordinasi pihak kepolisian antar wilayah karena aksi pemerasan ini bukan hanya ada di satu titik saja tetapi banyak titik. (2) Meningkatkan kordinasi anatar pihak-pihak terkait dengan Polres Lampung Timur dan masyarakat dalam hal ini membantu pihak kepolisian dalam proses upaya penanggulangan kejahatan pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman, kesadaran dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pihak kepolisian pada waktu terjadi tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman agar segera melaporkannya kepada pihak kepolisian, dan pihak kepolisian pun harus segera melakukan tindakan yang sebagaimana harusnya dilakukan oleh pihak kepolisian yaitu menegakan keadilan dan ketentraman bagi masyarakat.
UPAYA PENANGGULANGAN OLEH SAT RESKRIM POLRES LAMPUNG TIMUR TERHADAP KEJAHATAN PEMERASAN YANG
DILAKUKAN KELOMPOK PREMAN DI JALAN LINTAS TIMUR (Studi Kasus Pada Wilayah Hukum Polres Lampung Timur)
(Skripsi)
Oleh
ERICK BETRA SEPTIADI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Hukum
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
UPAYA PENANGGULANGAN OLEH SAT RESKRIM POLRES LAMPUNG TIMUR TERHADAP KEJAHATAN PEMERASAN YANG
DILAKUKAN KELOMPOK PREMAN DI JALAN LINTAS TIMUR (Studi Kasus Pada Wilayah Hukum Polres Lampung Timur)
(Skripsi)
Oleh
ERICK BETRA SEPTIADI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 12
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 13
D.Sistematika Penulisan ... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Dampak Kejahatan ... 15
B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana ... 15
C. Pengertian Kejahatan ... 19
D.Tinjauan Umum tentang Preman ... 20
E. Teori-Teori Penyebab Terjadinya Kejahatan ... 22
III. METODE PENELITIAN A.Pendekatan Masalah ... 27
B. Sumber Dan Jenis Data ... . 28
C. Penentuan Narasumber... 29
D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 29
IV. HASIL PENELITIAN
A. Upaya Penanggulangan oleh Sat Reskrim Polres Lampung Timur
Terhadap Kejahatan Pemerasan yang Dilakukan Kelompok Preman
Di Jalan Lintas Timur ... 32
B. Faktor-Faktor Pengambat Pihak Kepolisian Dala Menanggulangi
Tindak Pidana Premanisme di Sepanjang Jalan Lintas Timur ... 38
V. PENUTUP
A. Kesimpulan... ... 43
B. Saran... ... 45
Karakteristik Responden... ...
MOTO
Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri
(QS AL-Anakbut[29]:6))
Jangan mencoba untuk menjadi sama, tetapi jadilah lebih baik
(Aristoteles)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ilmiah ini kepada:
Kedua Orang Tuaku, Ayah Sujuno Anwar dan Ibu Nilawati Sebagai kedua orang tua tercinta yang telah mendidik, membesarkan, dan
membimbingku dalam menjalani kerasnya kehidupan
Tidak Ada Kata Yang Dapat Aku Ucapkan Untuk Menggantikan Semua Kasih Sayang Dan Pengorbananmu Sehingga Aku Bisa
Menjadi Orang Yang Berhasil
Bibiku, Dra. Halimah Ar, M.pd.
Yang selalu Memotivasi, Memberi Saran, Kritik, Doa untuk selalu berfikir maju dan jauh lebih baik lagi
Almamater Universitas Lampung
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Betung Sumatera Selatan, pada tanggal
24 September 1991, merupakan putra ketiga dari tiga
bersaudara pasangan Ayahanda Sujona Anwar dan Ibunda
Nilawati.
Jenjang pendidikan penulis dimulai pada Taman Kanak-Kanak
(TK) Kemala Bhayangkari selesai tahun 1997, Sekolah Dasar Negeri 7 Metro
selesai pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Metro selesai pada
tahun 2007,Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Metro diselesaikan pada tahun
2010.
Pada Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi PKAB Masuk Perguruan Tinggi
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil ’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Upaya Penggulangan Oleh Sat Reskrim Polres Lampung Timur Terhadap Kejahatan Pemerasan Yang Dilakuan Kelompok Preman di Jalan Lintas Timur”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Lampung.
Penulis menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi berkat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil sehingga
penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, di dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang tulus
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
2. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Lampung.
3. Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana Fakultas
4. Ibu Dr.Erna Dewi, S.H., M.H. selaku Pembimbing I (satu) yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan koreksi yang
sangat membantu dalam perbaikan skripsi penulis.
5. Bapak Rinaldy Amrullah, S.H., M.H. selaku Pembimbing II (dua) atas
kesediaannya dan kesabarannya untuk membantu, mengarahkan, dan
memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku Pembahas I (satu) yang telah memberikan
masukan dan kritik dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Budi Rizki Husin, S.H., M.H. selaku pembahas II (dua) yang telah
memberikan masukan dan kritik dalam penulisan skripsi ini.
8. Ibu Melly Aida, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik, terimakasih atas
masukan dan arahanya selama penulis menjalani kuliah.
9. Seluruh Dosen Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuan kepada penulis, serta kepada seluruh staf administrasi
Fakultas Hukum Universitas Lampung;
10. Keluarga Besar Bagian Hukum Pidana dan Keluarga Besar Fakultas Hukum
2010 terimakasih telah menjadi bagian perjalanan hidupku, besar harapan
silaturahmi tak berujung.
11. Bapak AKP. Leksan Arianto, S.IK. selaku Kasat Reskrim Polres Lampung
Timur yang telah bersedia memberikan bantuan, pendapat dan meluangkan
waktu.
12. Bapak Brikpol Deni Wanindri selaku Admin Reskrim Polres Lampung Timur
13. Kedua orang tuaku dan bibiku yang telah menjadi inspirasi terbesar penulis,
Ayahanda Sujono Anwar (alm),Ibunda Nilawati (alm) dan Bibiku
Dra.Halimah Ar, M.pd. Terimakasih telah menjadi orang tua terhebat, kalian
lah inspirasiku, pengorbanan dan kasih sayang kalian tidak akan aku
sia-siakan. Maaf atas kesalahan yang telah aku perbuat tapi percayalah selalu ada
bagian diri ini yang tidak pernah berhenti berjuang untuk membahagiakan
kalian. Gelar ini ku persembahkan untuk kalian.
14. Kaka-kakaku, Retna Yulianti dan Jefri Andrian terimakasih telah
memotivasiku dan memberikan canda tawa, kalian adalah kaka-kaka terhebat
yang aku punya.
15. Ockta Prasiesta, S.P. terimakasih untuk segalanya dan telah setia
menemaniku, membantuku baik suka maupun duka, kau adalah wanita
terhebat yang pernah aku temui, darimu aku banyak belajar tentang arti kerja
keras dan pantang menyerah.
16. Sahabat-sahabatku Rakhmad Setiawan, S.H. Erdit Trijaya, Sandi Azis, S.E.
Johan Azis, S.H. Lukman hakim, Dico Primantara Marga, S.H. Lek Ardi,
S.H. yang telah memberikan motivasi dan kenangan indah selama menjalani
lika-liku kehidupan kampus.
17. Serta semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
penulis mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalasnya dengan
Akhir kata, sangat penulis sadari bahwa berakhirnya masa studi ini adalah awal
dari perjuangan panjang untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Sedikit
harapan semoga karya ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Amin.
Bandar Lampung,
Penulis,
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wilayah Kabupaten Lampung Timur yang sekarang ini, pada zaman
pemerintahan Belanda merupakan Onder Afdeling Sukadana yang dikepalai oleh seorang Controleur berkebangsaan Belanda dan dalam pelaksanaannya
dibantu oleh seorang Demang Bangsa Pribumi/Indonesia. Onder Afdeling Sukadana terbagi atas 3 distrik, yaitu: Onder DistrikSukadana, Onder Distrik Labuhan Maringgai, Onder Distrik Gunung Sugih, masing-masing Onder
Distrik dikepalai oleh seorang Asisten Demang yang berkedudukan sebagai
pembantu Demang untuk mengkordinir Pesirah. Secara umum Masyarakat
adat Lampung Timur adalah masyarakat adat pepadun, yang terkenal dengan
istilah Abang Siwo Mego dan Pubian Telu Suku, kalaupun ada masyarakat
adat Peminggir hanya beberapa desa/kampung saja. Masyarakat Lampung
Timur memiliki prinsip-prinsip dalam kehidupan sehari-hari yang
menunjukan suatu corak keaslian yang khas dalam hubungan sosial antar
masyarakat. Kelima prinsip tersebut yaitu:Piil Pasenggirir,Sakai Sembayan, Nemui Nyima,Nengah NyappurdanBejuluk Beadek.
Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan UU
2
Pada awalpembentukannya Pemda Kabupaten Lampung Timur terdiri atas 10
kecamatan definitif, 13 kecamatan pembantu dan 232 desa. Di tahun 1999
dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1999, 2 kecamatan
pembantu, Kecamatan Marga Tiga dan Sekampung Udik, statusnya
ditingkatkan menjadi kecamatan definitif.
Sejak berdiri hingga sekarang wilayah administrasi di Kabupaten Lampung
Timur terus mengalami pemekaran. Hingga tahun 2014 kabupaten ini terdiri
atas 24 kecamatan definitif dan 264 desa dengan tujuh desa pemekaran baru.
Ketujuh desa baru tersebut, yang berdasarkan Surat Keputusan pembentukan
desa Peraturan-Peraturan Daerah Lampung Timur No.4 Tahun 2011, adalah
Desa Sukadan Selatan, Desa Sukadana Jaya, Desa Sukadana Tengah
merupakan pemekaran dari Desa Sukadana Kecamatan Sukadana; Desa Ganti
Mulyo merupakan pemekaran Desa Ganti Warno Kecamatan Pekalongan;
Desa Adi Jaya yang merupakan Pemekaran Desa Adirejo Kecamatan
Pekalongan; Desa Mulyo Asri yang Merupakan Pemekaran Desa Donomulyo
Kecamatan Bumi Agung; dan Desa Labuhan Ratu Baru yang merupakan
Pemekaran Desa Labuhan Ratu I Kecamatan Way Jepara.
Penduduk Kabupaten Lampung Timur di tahun 2014 berdasarkan hasil
proyeksi penduduk ada sebanyak 961,971 jiwa, dengan sex ratio sebesar 105,55. Kepadatan penduduk ditahun 2015 diperkirakan sebesar 181
jiwa/km2, dengan ketimpang yang cukup tinggi antar kecamatannya.
Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Pekalongan sebesar 456
3
Bungur sebesar 59 jiwa/km2. Hal ini menunjukan masih tidak meratanya
persebaran penduduk di kabupaten ini. Sebagian besar penduduk Kabupaten
Lampung Timur yang terdaftar sedang mencari pekerjaan memiliki ijazah
SLTA atau sederajat. Sebesar 59,99 persen (1.210 jiwa) pencari kerja di
Lampung Timur hanya lulusan SLTA. Di wilayah Lampung Timur itu
sendiri terdapat jalan raya lintas Sumatera yaitu sebuah jalan raya yang
membentang dari utara sampai selatan Pulau sumatera. Berawal dari Banda
Aceh, sampai ke Pelabuhan Bakauheni, Provinsi Lampung dengan total
panjang jalan 2.508,5 km. Jalan Raya Lintas Sumatera merupakan bagian
keseluruhan Jaringan Jalan Asia Rute AH 25. Jalan Raya Lintas Sumatera ini
sering disebut sebagai Jalan Lintas Sumatera. Dahulu Jalan Raya Lintas
Sumatera sebenarnya hanya menunjuk kepada jalan raya yang berbeda di
Pesisir Timur Pulau Sumatera yang berarti minus bagian jalan raya di Pesisir
Barat yang melintasi Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Bengkulu. Saat ini
terdapat 4 jalan utama di Pulau Sumatera, yaitu Jalan Raya Lintas Barat
(Jalinbar), Jalan Raya Lintas Tengah (Jalinteng), Jalan Raya Lintas Timur
(Jalintim), dan Jalan Raya Lintas Pantai Timur. Adapun desa-desa yang di
lintasi Jalan Raya Lintas Pantai Timur Sumatera adalah: Seputih Banyak,
Way Bungur, Sukadana, Way Kambas, Way Jepara, Labuhan Maringgai,
Pasir Sakti, Sragi, Ketapang, Pelabuhan Bakauheni.1
Pengguna kendaraan yang melintasi jalan tersebut menjadi salah satu faktor
penyebab gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
1
4
Berdasarkan data Kepolisian Resor Lampung Timur tercatat sebanyak 492
kasus ditahun 2014 termasuk di nataranya kasus tindak pidana pemerasan
yang di lakukan oleh kelompok preman . Angka ini lebih tinggi dari tahun
2013 yang hanya terdapat 396 kasus kamtibmas. Kurangnya lapangan
pekerjaan dan rendahnya pendidikan di wilayah Kabupaten Lampung Timur
ini menyebabkan banyak masyarakat yang memilih jalan singkat untuk
mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara
melakukan tindakan yang melanggar hukum, contohnya seperti melakukan
pemalakan dan juga pemerasan disertai dengan pengancaman terhadap para
sopir kendaraan roda empat yang melintas di sepanjang jalan lintas timur.
Hal ini biasa disebut dengan tindakan premanisme.2
Pengertian dari premanisme berasal dari kata bahasa Belanda (vrijman)yaitu, orang bebas, merdeka danisme atau aliran. Adalah sebutan perjoratif yang
sering digunakan untuk menunjuk kepada kegiatan sekelompok orang yang
mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok masyarakat
lain. Atau dalam bahasa inggris “(freeman)” yang artinya manusia bebas.
Fenomena preman di Indonesia mulai berkembang hingga sekarang pada saat
ekonomi semakin sulit dan angka pengangguran semakin tinggi. Akibatnya
kelompok masyarakat usia kerja mulai mencari cara untuk mendapatkan
pengasilan, biasanya melalui pemerasan dalam bentuk penyediaan jasa yang
sebenarnya tidak dibutuhkan. Premanisme sudah marak sejak zaman jawa
kuno dalam pertemuan ilmiah Arkelogi IV di cipanas tahun 1986. Fenomena
2
5
kekerasan dalam masyarakat jawa kuno dapat diketahui melalui kajian
erkologi dari sumber-sumber tertulis berupa prasasti, lontar, dan
naskah-naskah. Kelompok preman terbagi dalam beberapa bentuk. Pertama, preman
yang terkait oleh rasa persaudaraan, kesukaan atau kedaerahan, kelompok
preman ini terbentuk berawal dari rasa solidaritas kelompok yang tinggi, tak
heran ada preman Batak, Betawi, Madura, Ambon dan juga Timor-Timor.
Kedua, preman yang terkait oleh organisasi kepemudaan yang kebanyakan
merupakan perpanjangan sayap partai politik maupun organisasi masa,
bahkan tidak jarang terkait dengan agama tertentu, yang kemudian muncul
istilah preman berjubah. Ketiga, preman yang dipekerjakan biasanya
tergabung dan bekerja sebagai tukang tagih hutang atau biasa disebut dengan
sebutan debt collector, body guard, dan preman yang terahir adalah kelompok elit yang masuk kedalam sistem dan menjadi mafia penghubung
para koruptor melalui bisnis percaloan meliputi percaloan dari kelas yang
paling kecil.
Hal tersebut dikarenakan banyak terjadinya peningkatan jumlah
pengangguran yang semakin tahun semakin bertambah, didukung dengan
angka kemiskinan yang tinggi dan juga disebabkan minimnya sebuah
pendidikan dan kurangnya penanaman moral yang baik bagi masyarakat
khususnya dan umumnya bagi seluruh rakyat indonesia. Faktor-faktor inilah
yang menjadi kunci dari munculnya tindakan premanisme. Tidak jarang pula
aksi premanisme justru berujung pada kematian yang cukup mengerikan.
Fakta ini tentu menjadi ancaman serius bagi ketentraman masyarakat di tanah
6
masyarakat. Dari beberapa faktor dapat disimpulkan bahwa seseorang tega
untuk berbuat jahat yang disebabkan oleh desakan ekonomi dan juga
minimnya pendidikan moral seseorang tersebut. Oleh karena itu banyak
orang yang mengambil jalan pintas dengan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan uang. Perkembangan zaman sekarang ini tidak hanya membawa
pengaruh besar pada Negara Republik Indonesia melainkan juga berdampak
pada perkembangan masyarakat, baik dari segi perilaku, moral, maupun
pergeseran budaya yang ada dalam masyarakat. Terlebih lagi setelah masa
reformasi kondisi ekonomi bangsa ini yang semakin terpuruk. Tidak hanya
mengalami krisis ekonomi saja namun juga berdampak pada krisis moral.
Terjadinya peningkatan jumlah pengangguran yang semakin lama semakin
bertambah. Masalah ini menyebabkan semakin tingginya angka kriminalitas
khususnya di wilayah Polres, Lampung Timur. Adapun tugas dan wewenang
Kepolisian Resor Polres Lampung Timur khususnya sat reskrim yang telah di
bentuk dalam dua subdit umum dan khusus yakni sebagai berikut :
a. Direktorat Reserse Kriminal Subdit Kriminal Umum
1. Subdit Kejahatan dengan Kekerasan (Jatanras)
2. Subdit Remaja Anak dan Wanita
3. Unit Inafis,Indonesia Automatic Finger Print Identification System /Identifikasi TKP (Tempat Kejadian Perkara)
b. Direktorat Reserse Kriminal Khusus
1. Subdit Tindak Pidana Korupsi
2. Subdit Harta Benda Bangunan Tanah (Hardabangtah) Subdit
7
Dalam permasalahan ini Kepolisian Resor Lampung Timur terutama bagian
Sat Reskrim kriminal umum subdit Jatanras akan berkerja membina fungsi dan
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana, termasuk fungsi identifikasi dalam rangka penegakan hukum,
koordinasi dan pengawasan operasional dan administrasi penyidikan PPNS
sesuai ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku. Dalam pelaksanaan
tugas dan kewajibannya Kasat Reskrim dibantu oleh Kanit Jatanras. Kasat
Reskrim Polres bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kapolres
dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Waka Polres.
Adapun tugas Sat Reskrim kriminal umum terutama subdit Jatanras
Merupakan sebuah unit kerja dibawah fungsi Sat Reskrim kriminal umum yang
bertugas untuk menangani laporan kejadian tindak pidana dari masyarakat.
Selain penanganan terhadap laporan tindak pidana umum, Unit Jatanras
mengkhususkan diri dalam penanganan tindak pidana khusus yang
berhubungan denganPencurian, Pencurian dengan Kekerasan, Penadahan,
Pemerasan, dan Perjudian. Unit jatanras mempunyai dasar hukum yang tetap dalam setiap pelaksanaan tugasnya yaitu berdasar pada kitab
undang-undang hukum pidana dan juga kitab undang-undang-undang-undang hukum acara pidana
adapun peraturan yang di buat oleh kapolri yang terkait dengan tugas unit
jatanras itu sendiri , adalah Perkap No.14 tahun 2012 tentang manejemen
penyidikan.3
3
8
Salah satu fenomena kejahatan yang terjadi di sepanjang jalan lintas timur ini
yaitu begitu maraknya praktik atau aksi premanisme dikalangan penguna jalan
yang melintas di jalan tersebut. Praktik preman di sepanjang jalan lintas timur
ini sudah sangat meresahkan pengguna jalan yang melintas. Praktik preman
yang biasanya dilakukan mereka adalah pemerasan disertai pengancaman serta
modus yang dijalankannya pun berbeda-beda, yaitu dengan cara menjual air
mineral botol berukuran 500ml kepada pengguna jalan yang melintas, akan
tetapi harga yang ditawarkannya tidak sesuai dengan harga yang sudah
ditentukan pabrik air mineral tersebut, yaitu dengan harga berkisar Rp40.000
(empat puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp70.000 (tujuh puluh ribu rupiah),
bukan hanya sampai disitu saja kelompok preman ini pun melakukan
pengancaman dengan cara tidak memperbolehkan kendaraan tersebut
melanjutkan perjalanan bahkan ada yang sampai melakukan tindak pidana
kekerasan yang juga disertai pengancaman terhadap supir yang tidak membeli
atau tidak mau membayar uang pembelian air mineral tersebut dengan harga
yang sudah ditetapkan oleh kelompok preman ini.
Modus yang kedua adalah kelompok preman ini memaksa para sopir kendaraan
roda empat untuk mampir ke rumah makan yang sudah ditunjuk oleh mereka,
setelah para sopir tersebut masuk ke dalam rumah makan, para preman ini pun
meminta bayaran kepada para sopir dengan alasan uang keamanan. Apabila
9
preman ini, maka kelompok preman tersebut tidak segan untuk melakukan
tindak pidana kekerasan yang disertai dengan pengancaman kepada para sopir
pengendara roda empat tersebut. Pemerasan dan pengancaman yang dilakukan
oleh kelompok pereman ini sudah benar-benar melanggar hukum karena dalam
Pasal 368 dan 369 sudah jelas mengenai pemerasan dan pengancaman.
Adapun definisi dari pasal 368 dan 369 tersebut adalah tindak pidana
pemerasan sebagaimana diatur dalam Bab XXIII KUHP sebenarnya terdiri dari
dua macam tindak pidana, yaitu tindak pidana pemerasan (afpersing) dan tindak pidana pengancaman(afdreiging). Kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu perbuatan yang bertujuan memeras
orang lain. Justru karena sifatnya yang sama itulah kedua tindak pidana ini
biasanya disebut dengan nama yang sama, yaitu "pemerasan" serta diatur
dalam bab yang sama.
Contohnya berita yang dihimpum dalam surat kabar harian masyarakat
lampung, menerangkan bahwa pungli dan preman masih sering melakukan
aksinya, setidaknya ada lima titik atau lokasi, aksi pungli dan juga aksi preman,
yaitu, Desa Tulungpasik, Desa Rajabasah Baru, Desa Teluk Dalem, Kecamatan
Matarambaru, dan Desa Jepara, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung
Timur. Para preman dan para pelaku pungli ini berdalih menjual air mineral
kemasan, dan juga mereka melakukan pungli terhadap para pengendara yang
melintas, sasaran utama mereka adalah, pengemudi truck dan kendaraan travel
antar Lintas Sumatera-Jawa. Sedangkan untuk mobil pribadi, mereka
berpura-pura menawarkan air mineral kemasan, tetapi dengan harga yang sangat tinggi
10
tersebut. Seorang sopir travel antar lintas Sumatera-Jawa menturkan, dirinya
merasa tidak nyaman saat melintasi sepanjang jalur Lintas Timur terutama
memasuki wilayah matarambaru sampai dengan way jepara, karena di desa itu
lah titk-titk rawannya pungutan liar dan juga aksi pemalakan yang dilakukan
oleh kelompok preman. Hal serupa pun dirasakan oleh Efendi sopir truckasal Riau tujuan Jakarta. Saat ini sepanjang jalan Lintas Timur kembali terdapat
banyak pungli dan juga aksi premanisme, padahal di sepanjang jalur tersebut
terdapat pos kepolisian tetapi kenapa masih ada saja pungli dan juga aksi
pemalakan di sepanjang jalur tersebut. Dirinya pun berharap kepada pihak
kepolisian agar tegas menindak para pelaku pungutan liar dan juga pemalakan
yang dilakukan oleh kelompok preman tersebut, sebeb jika para preman
tersebut meminta sejumlah uang kepada para sopir yang melintas dan tidak
diberikan maka mereka memaksa para sopir dengan cara kekerasan, apalagi
jika melintas dimalam hari, sopir pasti jadi sasaran mereka bahkan tak jarang
seluruh barang bawaan di rebut paksa. Untuk itu pada malam hari sopir
memilih beristirahat ditempat yang aman, kalaupun berani melintas, sebelum
pukul 22.00 WIB, itu pun konvoi dengan kendaraan lain.4
Adapun tindak pidana pemerasan yang disertai pengancaman yang diatur di
dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), adalah sebagai berikut:
Tindak Pidana Pemerasan; Dalam ketentuan Pasal 368 KUHP tindak pidana
pemerasan dirumuskan sebagai berikut :
4
11
1. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain secara melawan hukum, memaksa orang lain dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan, untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya
atau sebagian adalah milik orang lain atau supaya memberikan hutang
maupun menghapus piutang, diancam, karena pemerasan, dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun
2. Ketentuan Pasal 365 Ayat (2), Ayat (3) dan Ayat (4) berlaku dalam tindak
pidana ini.
Pasal di atas sudah menerangkan bahwa barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa
orang lain dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan
sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain, atau
supaya memberikan hutang maupun menghapus piutang, diancam, karena
pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Bilamana
masih saja ada tindak pidana pemungutan liar (pungli) dan juga premanisme di
sepanjang Jalan Lintas Timur, itu sudah benar-benar melanggar hukum pidana
yang berlaku di Negara Republik Indonesia, dan para penegak hukum harus
tegas dalam menindak para pelaku pemalakan yang disertai kekerasan tersebut.
Karena perbuatan mereka sudah benar-benar menggangu kenyamanan dan juga
keresahan bagi pengguna jalan, terutama yang melintasi Jalan Lintas Timur.
Pihak kepolisian dan aparatur terkait mempunyai peranan penting dalam
penyelesaian kasus ini, karena memang tugas dari para penegak hukum adalah
12
dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan
negara dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak
hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis akan melaksanakan penelitian
dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul : Upaya Penanggulangan Oleh
Sat Reskrim Polres Lampung Timur Terhadap Kejahatan Pemerasan Yang
Dilakukan Kelompok Preman di Jalan Lintas Timur.
B. Permasalahan
1. Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah upaya penanggulangan kejahatan pemerasan di jalan
Lintas Timur oleh Kepolisian Resor Lampung Timur terutama Sat
Reskrim (Reserse Kriminal) Subdit Jatanras (Sub Direktorat Kejahatan
dan Kekerasan) Polres Lampung Timur?
b. Apakah yang menjadi faktor penghambat Kepolisian Resor Lampung
Timur dalam menanggulangi kejahatan pemerasan oleh kelompok
13
2. Ruang Lingkup :
Subtansi yang terkait dengan permasalahan ini adalah kepolisian resor
Lampung Timur terutama Sat Reskrim Subdit Jatanras. Obyek yang di teliti
adalah tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman di
sepanjang jalan lintas timur.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan kasus di atas, tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai dalam
penelitian hukum ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
a. Mengatahui upaya penanggulangan yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum Kepolisian Resort Lampung Timur terhadap tindak
pidana pemerasan di sepanjang Jalan Lintas Timur.
b. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat Kepolisian
Resor Lampung Timur dalam menanggulangi kejahatan pemerasan
oleh kelompok preman di jalan Lintas Timur.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Secara Teoritis
Kegunaan penulisan skripsi ini adalah untuk pengembangan
kemampuan daya nalar dan daya pikir yang sesuai dengan disiplin
ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk dapat mengungkapkan
secara obyektif melalui metode ilmiah dalam memecahkan setiap
permasalahan yang ada, khususnya masalah yang berkaitan dengan
14
b. Kegunaan Secara Praktis
Sebagai sarana bagi penulis memperdalam ilmu hukum pidana dan
memberikan kontribusi atau masukan sebagai bahan pemikiran
bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya yang berkaitan
dengan penerapan saksi pidana terhadap pelaku pemerasan
D. Sistematika Penulisan
I. Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah dan ruang
lingkup, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan
konseptual, sistematika penulisan dan metode penelitian.
II. Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi dampak kejahatan, upaya penanggulangan tindak
pidana, pengertian kejahatan, tinjauan umum tentang preman,
teori-teori penyebab terjadinya kejahatan
III. Metode penelitian
Bab ini berisi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan
narasumber, prosedur pengumpulan dan pengolahan data, analisis
data.
IV. Hasil peneleltian dan pembahasan
Bab ini berisi jawaban upaya seperti apa yang sudah di laksanakan
oleh pihak terkait mengenai permasalahan ini.
V. Penutup
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Dampak Negatif Kejahatan
Kejahatan baik dalam arti sebagai tindak pidana (konsep yuridis) maupun
dalam arti sebagai perilaku yang menyimpang (konsepsi sosiologis),
eksistensinya diakui dan diterima sebagai suatu fakta, baik oleh masyarakat
yang paling sederhana maupun oleh masyarakat yang paling modern. Salah
satu alasan pengakuan terhadap eksistensi kejahatan tersebut, karena
kejahatan itu merupakan salah satu bentuk tingkah laku manusia yang sangat
merugikan masyarakat, seperti pemerkosaan, pembunuhan, penganiayaan,
dan perampokan, serta pemerasan yang disertai pengancaman.
B. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana
Upaya penanggulangan tindak pidana disebut juga dengan kebijakan kriminal
atau dalam istilah asing disebut dengan penal policy atau criminal policy, adalah suatu usaha untuk menggulangi kejahatan melalui penegakan hukum
pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan dan gaya guna. Dalam
16
yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun
non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya.1
Adapun penanggulan tindak pidana pidana harus melalui beberapa tahap
kebijakan yaitu:
a. Tahap Formulasi
Tahap formulasi merupakan tahap penegakan hukum pidana in abstraco oleh badan pembuat undang. Dalam tahap ini pembuat
undang-undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan
keadaan dan situasi masa kini dan yang akan datang, kemudian
merumuskannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan pidana
untuk mencapai hasil perundang-undangan yang paling baik dalam arti
memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut Tahap
Kebijakan Legislatif.
b. Tahap Aplikasi
Tahap aplikasi merupakan tahap penegakan hukum pidana (tahap
penerapan hukum pidana) oleh aparat penegak hukum mulai dari
Kepolisian sampai pengadilan. Dalam tahap ini aparat penegak hukum
bertugas menegakan serta menerapkan peraturan perundang-undangan
pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang. Dalam
melaksanakan tugas ini, aparat penegak hukum harus berperang teguh
pada nilai-nilai keadilan dan daya guna tahap ini dapat disebut Tahap
Yudikatif.
1
17
c. Tahap Ekskusi
Tahap Ekskusi merupakan tahap penegakan (pelaksanaan) Hukum secara
konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini
aparat-aparat pelaksana pidana bertugas menegakan peraturan
perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang melalui
Penerapan Pidana yang telah ditetapkan dalam putusan pengadilan. Dalam
melaksanakan pemidanaan yang telah di tetapkan dalam Putusan
Pengadilan, aparat-aparat pelaksana pidana itu dalam melaksanakan
tugasnya harus berpedoman kepada Peraturan Perundang-undangan Pidana
yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang dan nilai-nilai keadilan
suatu daya guna.
Ketiga tahap Penegakan Hukum Pidana tersebut, dilihat sebagai usaha atau
proses rasional yang sengaja direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu,
jelas harus merupakan suatu jalinan mata rantai aktivitas yang tidak termasuk
yang bersumber dari nilai-nilai dan bermuara pada pidana dan pemidanaan.2
Upaya menanggulangi kejahatan merupakan suatu reaksi yang dapat
diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana (penal) maupun non
penal hukum pidana (non penal), yang dapat diintergrasikan satu dengan yang
lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan,
berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan
untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan
2
18
keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan
datang.3
Selain itu kebijakan kriminal juga merupakan bagian integral dari kebijakan
sosial (social policy). Kebijakan sosial dapat diartikan sebagai usaha yang rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare policy) dan sekaligus mencakup perlindungan masyarakat (social defance policy). Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan akhir tujuan utama dari
kebijakan kriminal ialah perlindungan masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan. Upaya menggulangi kejahatan dapat menggunakan dua
sarana:
a. Kebijakan Pidana dengan Sarana Penal.
Sarana penal adalah penanggulangan kejahatan dengan menggunakan
hukum pidana yang didalamnya terdapat dua masalah sentral, yaitu:
a. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana.
b. Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada
pelanggar.
b. Kebijakan Pidana dengan Saran Non Penal
Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal hanya
meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi
sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya
19
C. Pengertian Kejahatan
Kejahatan menurut kamus bahasa Indonesia yaitu perilaku yang bertentangan
dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang telah disahkan oleh
hukum tertulis (hukum pidana). Kitab undang-undang hukum pidana, tidak
ada satu definisi pun tentang kejahatan. Dalam buku II kitab undang-undang
hukum pidana hanya memberikan perumusan perbuatan manakah yang
dianggap suatu kejahatan. Misalnya pasal 338 KUHP: Barangsiapa dengan
sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Membedakan pengertian kejahatan secara yuridis dan pengertian secara
sosiologis. Ditinjau dari segi yuridis pengertian kejahatan adalah suatu
perbuatan/tingah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Sedangkan
ditinjau dari segi sosiologis, maka yang dimaksudkan dengan kejahatan
artinya perbuatan atau tingkah-laku yang selain merugikan si penderita, juga
sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan
ketentraman dan ketertiban.5
Kejahatan bukanlah fenomena alamiah, melainkan fenomena sosial dan
historis, sebab tindakan menjadi kejahatan haruslah dikenal, diberi cap dan
ditanggapi sebagai kejahatan. Dimana harus ada masyarakat yang normanya,
aturannya dan hukumnya dilanggar, disamping adanya lembaga yang
tugasnya menegakan norma-norma dan menghukum pelanggarnya. Gejala
5
20
yang dirasakan kejahatan pada dasarnya terjadi dalam proses dimana ada
interaksi sosial antara bagian dalam masyarakat yang mempunyai
kewenangan untuk melakukan perumusan tentang kejahatan dengan
pihak-pihak mana yang melakukan kejahatan.
D. Tinjaun Umum Tentang Preman a. Pengertian Preman
Fenomena premanisme di indonesia mulai berkembang hingga sekarang
pada saat ekonomi semakin sulit dan angka pengangguran semakin tinggi.
Akhirnya kelompok masyarakat usia kerja mulai mencari cara untuk
mendapatkan penghasilan, biasanya melalui pemerasan dalam bentuk
penyedian barang dan jasa yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Jika dilihat
secara historis, premanisme sudah marak sejak zaman jawa kuno. Dalam
pertemuan ilmiah Arkelogi IV di Cipanas, 1986. Fenomena kekerasan
dalam masyarakat jawa kuno dapat diketahui melalui kajian arkelogi dan
sunber-sunber tertulis berupa prasasti, lontar, serta naskah-naskah.
Adapun penggambaran dalam beberapa panil relife candi terdapat di candi
Mendut di Jawa Tengah serta Candi Surawana dan Rimbi di Jawa Timur.
Pemerintah kini sedang disibukan oleh ulah para preman yang sering
mengganggu ketentraman dan segala bentuk ketidaknyamanan bagi
masyarakat. Polisi sebagai pengayom masyarakat harus bekerja keras dan
menumpas habis segala bentuk kejahatan. Namun usaha itu sia-sia jika
21
Pengertian premanisme itu sendiri adalah berasal dari kata Belanda yaitu
vrijiman yang berarti orang bebas. Sedangkan imbuhan isme berarti
aliran, dalam hal ini premanisme adalah sebutan perjoatif yang sering
digunakan untuk menunjuk kepada kegiatan sekelompok orang yang
mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok
masyarakat lain.6
Adapun yang mengartikan premanisme sebagai aksi yang dilakukan oleh
sekelompok orang terhadap individu atau kelompok masyarakat lain
dengan menggunakan cara-cara kekerasan, intimidasi dan cenderung
melanggar nilai, norma dan melanggar hukum yang berlaku di tengah
masyarakat. Aksi premanisme identik dengan kegiatan yang
membahayakan orang lain dan juga membahayakan pelaku premanisme itu
sendiri.7
Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia, preman memiliki dua
arti yaitu:
a. Orang pinggiran atau masyarakat sipil
6
( http://id.wikipedia.org/wiki/Premanisme) diunduh pada tanggal 17 Desember 2014 jam 08.37
7
http//www.merakyat.com/sosial/humanisme/1838-solusi Mengurangi Premanisme dengan
22
b. Preman berarti sebutan kepada orang jahat, baik itu penodong,
perampok, pemeras, dan sebagainya.8
E. Teori-teori Penyebab Terjadinya Kejahatan
Ada dua faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan yaitu:
a. Faktor personal, termasuk didalamnya faktor biologis (umur, jenis
kelamin, keadaan mental).
b. Faktor situasional, seperti situasi konflik, faktor tempat dan waktu.
Setiap manusia berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk.
Perbuatan berdasarkan pertimbangan untuk memilih kesenangan atau
sebaliknya yaitu penderitaan. Dengan demikian, setiap perbuatan yang
dilakukan sudah tentu lebih banyak mendatangkan kesenangan dengan
konskuensi yang telah dipertimbangkan, walaupun dengan pertimbangan
perbuatan tersebut lebih banyak mendatangkan kesenangan.9
Teori Lambroso tentang born criminal (penjahat yang dilahirkan) menyatakan bahwa “para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah
dalam kehidupan, lebih mendekati nenek moyang mereka yang mirip kera
dalam hal sifat bawaan dan watak dibanding mereka yang bukan penjahat.
Mereka dapat dibedakan dari non-kriminal melalui beberapa atavistic stigmata– ciri-ciri fisik dari makhluk pada tahap awal perkembangan, sebelum mereka benar-benar menjadi manusia. beralasan bahwa seringkali
8
Kamus Besar Bahasa Indonesia, di jakarta, PT. Aksara, pada tahun 1987, hlm 476
9
23
para penjahat memiliki rahang yang besar dan gigi taring yang kuat. Suatu
sifat yang pada umumnya dimiliki makhluk karnivora yang merobek dan
melahap daging mentah. Jangkauan/rentang lengan bawah dari para penjahat
sering lebih besar dibanding tinggi mereka, sebagaimana dimiliki kera yang
menggunakan tangan mereka untuk menggerakkan tubuh mereka di atas
tanah.10
Suatu masyarakat yang berorientasi kelas, kesempatan untuk menjadi yang
teratas tidaklah dibagikan secara merata. Sangat sedikit anggota kelas bawah
mencapainya. Struktur sosial merupakan akar dari masalah kejahatan.
Kejahatan dapat timbul karena adanya dua macam faktor yaitu :
a. Faktor pembawaan
Yaitu bahwa seorang menjadi penjahat karena pembawaan atau bakat
alamiah, maupun karena kegemaran atau hobby. Kejahatan karena
pembawaan itu timbul sejak anak itu dilahirkan ke dunia seperti :
keturunan/anak-anak yang berasal dari keturunan/orang tuanya adalah
penjahat minimal akan diwariskan oleh perbuatan orang tuanya, sebab
buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.11
Pertumbuhan fisik dan meningkatnya usia ikut pula menentukan tingkat
kejahatan.
10
Lambroso, Kriminologi, 2001, hlm 37
11
24
Dalam teori ilmu pendidikan dikatakan bahwa ketika seorang anak masih
kanak-kanak, maka pada umumnya mereka suka melakukan kejahatan
perkelahian atau permusuhan kecil-kecilan akibat perbuatan permainan
seperti kelereng/nekeran. Ketika anak menjadi akil balik (kurang lebih
umur 17 sampai 21 tahun), maka kejahatan yang dilakukannya adalah
perbuatan seks seperti perzinahan, dan pemerkosaan. Antara umur 21
sampai dengan 30 tahun, biasanya mereka melakukan kejahatan dibidang
ekonomi. Sedangkan antara umur 30 sampai 50 di mana manusia telah
memegang posisi kehidupan yang mantap, maka mereka sering melakukan
kejahatan penggelapan, penyalahgunaan kekuasaan, dan seterusnya.
b. Faktor lingkungan
Manusia masih melakukan kejahatan karena pengetahuan tentang
kebajikan tidak nyata baginya. Socrates menunjukkan bahwa pendidikan yang dilaksanakan di rumah maupun di sekolah memegang peranan yang
sangat penting untuk menentukan kepribadian seseorang. Sebab ada
pepatah mengatakan apabila guru kencing berdiri, maka murid pun akan
kencing berlari oleh karena itu menciptakan lingkungan yang harmonis
adalah merupakan kewajiban bagi setiap orang, masyarakat maupun
negara.12
12
25
Teori Kejahatan dari Perspektif Sosiologis
Secara sosiologis kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan
oleh masyarakat. Ada hubungan timbal-balik antara faktor-faktor umum sosial
politik-ekonomi dan bangunan kebudayaan dengan jumlah kejahatan dalam
lingkungan itu baik dalam lingkungan kecil maupun besar. Teori-teori
sosiologis mencari alasan-alasan perbedaan dalam hal angka kejahatan di
dalam lingkungan sosial. Teori-teori ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori umum yaitu: strain, cultural deviance (penyimpangan budaya), social kontrol (kontrol sosial).13
Teori strain dan penyimpangan budaya memusatkan perhatian pada
kekuatan-kekuatan sosial (social forces) yang menyebabkan orang melakukan aktivitas kriminal. Sebaliknya, teori kontrol sosial mempunyai pendekatan berbeda,
teori ini berdasarkan satu asumsi bahwa motivasi melakukan kejahatan
merupakan bagian dari umat manusia. Teori kontrol sosial mengkaji
kemampuan kelompok-kelompok dan lembaga-lembaga sosial membuat
aturan-aturannya efektif.
Upaya Penanggulangan Kejahatan
Penanggulangan kejahatan secara hukum dimaksudkan penyelenggaraan
penegakan hukum pidana. Penegakan hukum pidana dapat diartikan sangat
luas sekali, bukan saja tindakan yang represif sesudah terjadi kejahatan dan
13
26
ketika ada prasangka sedang terjadi kejahatan, akan tetapi meliputi tindakan
preventif sebagai usaha menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan dan
menangkal kejahatan tetap pada garis batas yang terendah. Penegakan hukum
pidana merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan kejahatan (politik
kriminal), dengan tujuan akhir adalah perlindungan masyarakat untuk
mencapai kesejahteraan. Dengan demikian penegakan hukum pidana yang
merupakan bagian hukum pidana perlu ditanggulangi dengan penegakan
hukum pidana berupa penyempurnaan peraturan perundang-undangan dengan
penerapan dan pelaksanaan hukum pidana dan meningkatkan peran serta
masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi tindak pidana.
Penanggulangan ditetapkan dengan cara :
1. Penerapan hukum pidana
2
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan
yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan melalui penelaahan
terhadap teori-teori, konsep-konsep, dokumen-dokumen hukum berupa
undang-undang, undang-undang, makalah-makalah, serta
perumusan-perumusan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan diteliti.
Selain itu penulis juga menggunakan pendekatan yuridis empiris.
Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan mengadakan penelitian di
lapangan, untuk meliahat realitas bagaimana penerapan sanksi pidana
terhadap pelaku tindak pidana premanisme. Tujuannya adalah untuk
memproleh data murni tentang masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
Pendekatan yuridis normatif dan empiris maksudnya untuk memproleh
gambaran yang jelas, cermat dan mendalam mengenai gejala dan obyek yang
28
B. Sumber dan Jenis Data 1. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data skunder.
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti dari anggota Kepolisian Daerah Lampung Timur dan
Kepolisian Daerah Lampung (Polda Lampung) mengenai tugas dan
wewenang aparat penegak hukum sebagai penyelenggara peradilan
di masyarakat dalam penerapan sanksi pidana bagi para pelaku
pemerasan
b. Data skunder adalah data-data yang diperoleh dari instansi-instansi
terkait berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.1
2. Jenis Data
Sumber data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam
penelitian ini adalah bersumber pada:
a. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa informasi
kinerja Kepolisian terutama Sat Reskrim Kriminal Umum Subdit
Jatanras Polres Lampug Timur dalam penanggulangan kasus
Premanisme.
b. Data skunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa sejarah
singkat mengenai daerah Lampung Timur yang diperoleh dari
1
29
kantor BPS Provinsi Lampung, KUHP (kitab undang-undang
hukum pidana), dan buku-buku.
C. Penentuan Narasumber a. Narasumber
Narasumber adalah seseorang yang memberikan informasi yang
diinginkan dan dapat memberikan tanggapan mengenai informasi yang di
berikan. Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 4 orang.
Narasumber dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang terdiri dari:
1. Kasat Subdit Jatanras Polres Lampung Timur 1 orang
2. Admin Subdit Jatanras Polres Lampung Timur 1 orang
3. Kasat Sabhara Polres Lampung Timur 1 orang
Jumlah 3 orang
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
a. Studi dokumentasi dan studi pustaka, studi dokumentasi dan studi pustaka
ini dilakukan dengan jalan membaca teori-teori dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (bahan hukum primer, skunder dan bahan buku
tersier). Kemudian menginventarisir dan kemudian mensistematisirnya.
b. Wawancara, wawancara ini dipergunakan untuk mengempulkan data
primer yaitu dengan cara wawancara terarah atau directive interview. Dalam pelaksanaan wawancara terlebih dahulu melaksanakan
30
pertanyaan yang akan di tanyakan kepada pihak kepolisian, tokoh adat,
masyarakat, dan akedimisi.
c. Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data yang telah di peroleh maka penulis melakukn
kegiatan-kegiatan antara lain:
1. Editing yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan
dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam
penelitian.
2. Klasifikasi data adalah suatu kumpulan data yang diperoleh perlu
disusun dalam bentuk logis dan ringkas, kemudian disempurnakan
lagi menurut ciri-ciri data dan kebutuhan penelitian yang
diklasifikasikan sesuai jenisnya.
3. Sistematis data yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis
sesuai dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksut
memudahkan dalam menganalisis data tersebut.
E. Analisis Data
Analisa data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun
secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterprestasikan untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Analisa data yang dapat dipergunakan dalam
penelitian ini adalah menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah
dibaca dan diinterprestasikan.2 Pada penganalisaan data, dipergunakan
analisis kualitatif dengan cara mendeskripsikan data mengenai
langkah-2
31
langkah kebijakan yang dilakukan pihak Kepolisian Resor Lampung Timur
dalam penerapan Sanksi Pidana pada pelaku pemerasan yang ada di
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uarain di atas dan hasil pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Upaya penanggulangan kejahatan pemerasan di jalan lintas timur oleh
Kepolisian Resor Lampung Timur terutama Sat Reskrim Subdit Jatanras
Polres Lampung Timur adalah menekankan pada keamanan ditingkat desa,
libatkan penduduk secara aktif, melakukan kegiatan patroli rutin yang di
dampingi oleh kepolisian daerah setempat, razia rutin gabungan, kegiatan
kringresere, metode dan peralatan lengkap, mudahkan komunikasi dengan
polisi dan tentukan tindakan yang tepat. Dalam penanggulangan aksi
pemerasan yang dilakukan oleh kelompok preman di sepanjang jalan lintas
timur, upaya yang dilakukan oleh Sat Reskrim Subdit Jatanras Polres
Lampung Timur adalah melakukan tindakan represif yaitu tindakan
penangkapan yang memang sebelumnya pihak kepolisian sudah menerima
laporan dari masyarakat mengenai permasalahan atau pun kasus
premanisme ini, setelah itu satuan reskrim juga dalam setiap melakukan
kegiatan ataupun represif selalu meggunakan dasar hukum yang sudah ada
di KUHAP dan juga Sat Reskrim Subdit Jatanras mempunyai dasar
44
2. Faktor penghambat Kepolisian Resor Lampung Timur dalam
menanggulangi kejahatan pemerasan oleh kelompok preman di jalan lintas
timur adalah kurangnya kontak masyarakat dengan pihak kepolisian
karena jarak antara pos polisi dengan tempat kejadian pemerasan yang
cukup jauh serta Serta masih banyak korban pemerasan yang di lakukan
oleh kelompok preman ini tidak mau melaporkan kejadian tersebut dengan
pihak kepolisian, Sehingga preanan satuan reskrim polres lampung timur
dalam hal ini adalah upaya preemtif dan upaya represif
Adapun faktor-faktor penghambat lainya adalah sebagai berikut :
Faktor-faktor penghambat peran satuan reskrim polres lampung timur dalam
upaya menanggulangi tindak pidana pemerasan yang di lakukan oleh
kelompok preman:
a. Faktor Sumber Daya Aparat Penegak Hukum
b. Faktor Sarana dan Prasarana Yang Menunjang Proses Penegakan Hukum
c. Faktor Masyarakat
d. Faktor Kebudayaan
45
B. Saran
Berdasarkan uraian diatas dan hasil pembahasan maka dapat di ambil saran
sebagai berikut :
a. Polres lampung timur terutama satuan reskrim lebih dapat melakukan
tindakan yang cepat dan juga tanggap untuk menaggulangi aksi pemerasan
yang dilakukan oleh kelompok preman ini, lebih meningkatkan patroli rutin
di setiap wilayah yang terbilang rawan akan akasi pemerasan oleh kelompok
preman penambahan personil maupun pos pemantauan di daerah-daerah yang
terbilang rawan akan aksi pemerasan, kordinasi pihak kepolisian antar
wilayah karena aksi pemerasan ini bukan hanya ada di satu titik saja tetapi
banyak titik, dan diperlukan pembangunan pendidikan bagi anggota polri
demi meningkatkan sumberdaya polri agar lebih profesional dalam setiap
menjalankan tugas yang di berikan, contohnya dalam upaya penanggulangan
akasi pemerasan yang di lakukan oleh kelompok preman ini.
b. Meningkatkan kordinasi anatar pihak-pihak terkait dengan Polres Lampung
Timur dan masyarakat dalam hal ini membantu pihak kepolisian dalam proses
upaya penanggulangan kejahatan pemerasan yang dilakukan oleh kelompok
preman, kesadaran dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan pihak
kepolisian pada waktu terjadi tindak pidana pemerasan yang dilakukan oleh
kelompok preman agar segera melaporkannya kepada pihak kepolisian, dan
pihak kepolisian pun harus segera melakukan tindakan yang sebagaimana
harusnya dilakukan oleh pihak kepolisian yaitu menegakan keadilan dan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Lampung Timur Dalam Angka. 2012. Divisi Hukum Sat Reskrim Subdit Jatanras Polda Lampung. 2015.
E. Utrech, Saleh Djinjang, Moh. 1983. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1987. PT. Aksara. Jakarta.
Lambroso. 2001. Kriminalogi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Muhamad, A. 2004. Hukum Dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Nawawi, Brada. 2003. Kebijakan Hukum Pidana. PT. Kencana. Jakarta. Wawancara Dengan Kasat Reskrim Polres Lampung Timur, Polres Lampung
Timur. 03 Maret 2015
Separovic. 1996. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kejahatan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soesilo, R., B. Bosu. 1991. Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum Dan
Delik-Delik Khusus. Politela. Bogor
Soerjono, Soekamto. 1975. Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka
Pembangunan Indonesia. Yayasan Penerbit UI. Jakarta.
1983.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
1986.Metode Penelitian Sosial. Bina Rupa Aksara. Jakarta.