A. Pengertian Asas Hukum
Kata “asas” memiliki beragam makna. Secara gramatikal, “asas” sering dipadankan dengan “alas” atau “landasan”. Makna “asas” menurut
Ragam makna yang diberikan terhadap asas hukum oleh berbagai ahli hukum tersebut tetap dapat ditarik kesamaannya sebagai berikut:
1. Asas hukum merupakan landasan pembentukan hukum positif (tata hukum ).
2. Di dalam asas hukum terkandung cita-cita atau keinginan manusia yang hendak diraihnya. Hal inilah yang membedakan antara asas hukum dengan kaidah (norma) hukum.
3. Asas hukum merupakan ajaran yang berdaya cakup menyeluruh terhadap segala persoalan hukum di dalam masyarakat; ia merupakan sumber hukum material hukum yang diperlukan.
Tiga hal yang diuraikan terakhir tentang asas hukum sesuai dengan ciri-ciri asas hukum yang diungkapkan oleh Roeslan Saleh sebagai berikut:
1. Asas hukum adalah fundamen dari sistem hukum; karena ia merupakan pikiran-pikiran dasar dari sistem hukum
2. Asas hukum bersifat lebih umum daripada ketentuan undang-undang dan keputusan, karena undang-undang dan keputusan-keputusan merupakan penjabaran dari asas-asas hukum.
3. Asas hukum merupakan dasar dari sistem hukum
samping itu, jika aturan hukum dapat kehilangan daya berlakunya. Perlu ditegaskan, bahwa antara asas hukum yang satu dengan yang lainnya selalu berdampingan, sedangkan aturan hukum yang satu dengan aturan hukum yang lainnya dapat bertentangan dan mungkin saling meniadakan. Asas hukum merupakan aturan-aturan hukum yang berisikan ukuran nilai.
B. KLASIFIKASI ASAS HUKUM
Klasifikasi asas hukum dapat dikelompokkan menjadi (1) asas hukum objektif, dan (2) asas hukum subjektif. Masing-masing klasifikasi ini dapat dirinci lagi menjadi asas hukum rasional dan asas hukum moral.
Asas hukum objektif merupakan prinsip-prinsip dasar bagi pembentukan peraturan hukum. Sedangkan asas hukum subjektif merupakan prinsip-prinsip yang menyatakan kedudukan subjek hukum berkaitan dengan hukum.
Asas hukum rasional pada umumnya berkaitan erat dengan aturan hidup bersama yang masuk akal (rasional). Oleh karena itu, dijadikan titik tolak pembentukan hukum yang baik. Sementara itu, asas hukum moral lebih dipandang sebagai unsur ideal.
Asas hukum subjektif, baik yang bersifat rasional maupun moral, paling tampak pada perkembangan hukum di zaman modern sekarang ini, seiring dengan perkembangan tuntutan terhadap dihormatinya hak-hak asasi manusia.
Dalam pembentukan hukum, terutama hukum tertulis, telah diterima adanya postulat hukum, yakni berupa asas-asas hukum rasional maupun moral sebagai dasar pemikiran yang bersifat umum abstrak mengenai nilai-nilai yang dapat diterima akan dan dianggap wajar ditaati dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh asas hukum umum yang sangat terkenal diberikan oleh Paul Scholten dalam tulisannya yang berjudul “Rechtsbeginselen”. Ia sampai pada kesimpulan tentang adanya tiga pasang asas hukum sebagai berikut
1. Kepribadian dan persekutuan (persoonlijkheid en gemmenschap). lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam mengatur hubungan ini harus ada titik keseimbangan antara manusia sebagai pribadi dengan manusia sebagai anggota masyarakat.
Secara prinsip diakui bahwa di hadapan hukum, seluruh manusia adalah sama. Akan tetapi, hukum juga mengakui adanya perbedaan-perbedaan sebagai perwujudan dari singgungan-singgungan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini terwujud pada asas persamaan dan kewibawaan.Pada akhirnya dua keseimbangan tersebut dinilai dengan kebaikan dan menyikirkan kejahatan. Dalam hal ini hukum harus berpihak kepada kebaikan.
Selain itu, dalam berbagai kepustakaan, dikenal berbagai contoh asas hukum umum, misalnya iktikad baik, kepatutan, memberikan kepada tiap orang yang menjadi haknya, kepastian hukum, kebaikan (keluhuran) manusia, hak-hak asasi manusia harus dihormati, dan lain-lain. Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh asas hukum khusus.
C. FUNGSI ASAS HUKUM
dibuat. Arahan ini bertujuan supaya muatan hukum positif yang sedang dalm proses pembentukan berkualifikasi prokeadilan.