MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL MELALUI KONSELING
KELOMPOK
RATIONAL EMOTIVE BEHAVIORPADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Oleh
Restu Maha Dyanzari 132013029
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL MELALUI KONSELING
KELOMPOK
RATIONAL EMOTIVE BEHAVIORPADA
SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
Restu Maha Dyanzari
Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd dan Setyorini, M.Pd Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi penurunan kecemasan sosial siswa menggunakan konseling kelompok pendekatan rational emotive behavior. Subjek penelitian ini adalah 14 siswa kelas VIII A dan VIII F SMP Negeri 2 Susukan yang termasuk dalam kategori kecemasan sosial sangat tinggi dan tinggi yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian Pre-test - Post-test Control Group Design. Teknik analisis data yang digunakan adalah Mann Whitney U menunjukkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) 0,700>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sehingga penelitian ini dapat dilanjutkan. Hasil post-test kedua kelompok diuji menggunakan Mann Whitney U menunjukkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002<0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signfikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil dari mean rank pre-test
kelompok eksperimen sebesar 7,93 dan mean rank post-test kelompok eksperimen sebesar 4,00, sedangkan untuk post-test kelompok kontrolsebesar 11,00. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok pedekatan rational emotive behavior secara signifikan dapat menurunkan kecemasan sosial. Penurunan kecemasan sosial sebesar 3,93.
Kata kunci : Kecemasan Sosial, Konseling Kelompok Rational Emotive Behavior, Siswa Kelas VIII SMP
PENDAHULUAN
Kecemasan sosial adalah istilah untuk ketakutan, rasa gugup dan kecemasan yang dirasakan seseorang saat melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Kecemasan
sosial “menyerang” saat seseorang
Berdasarkan hasil studi awal menggunakan skala kecemasan sosial (pre test) di SMP N 2 Susukan kelas VIII A dan F dengan jumlah murid 57 menunjukkan bahwa ada 2 (3.51%) siswa termasuk dalam katergori kecemasan sosial sangat tinggi, 12 (21.05%) siswa kategori tinggi, 23 (40.35%) kategori rendah dan 20 (35.09%) siswa termasuk kategori sangat rendah.
Dalam konseling kelompok
rational emotive behavior, konselor berupaya untuk mendorong perubahan perilaku, kognitif dan rasional klien. Pada konseling kelompok REB ini, mengajarkan mereka bertanggungjawab atas gangguan yang dialami dan membantu mereka mengidentifikasi serta meninggalkan proses indoktrinasi diri, menghilangkan persepektif klien yang irasional tentang kehidupan dan menggantinya dengan persepektif yang rasional (Gibson & Mitchell, 2011).
Ellis berpendapat (Ellis, 2007) bahwa perasaan cemas, kekhawatiran kehati hatian kewaspadaan dan apa yang disebut kecemasan ringan adalah normal dan sehat. Akan tetapi, kecemasan yang parah, kegelisahan, ketakutan yang berat, dan panik adalah normal (atau sering terjadi tetapi tidak sehat). Kecemasan yang parah menyebabkan kekhawatiran berlebihan yang merugikan, perasaan mengalami teror dan rasa takut yang sangat besar, hal tersebut dapat membekukan dan membuat seseorang bersikap secara tidak kompeten dan tidak sosial. Karena itu, perasaan hati-hati dan waspada yang dimiliki perlu dipertahankan,
akan tetapi seseorang tidak perlu memiliki kekhawatiran yang berlebihan karena kekhawatiran yang berlebihan akan menimbulkan kecemasan sosial.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini:
“Apakah konseling kelompok
dengan pendekatan rational emotif behavior secara signifikan dapat menurunkan kecemasan sosial diri
siswa kelas VIII SMP N 2 Susukan?”
Penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan:“untuk mengetahui
signifikansi penurunan kecemasan sosial siswa kelas VIII SMP N 2 Susukan dengan konseling kelompok pendekatan rational emotifbehavior.”
LANDASAN TEORI Kecemasan Sosial
Menurut American Psychiatric Association (APA) kecemasan sosial adalah ketakutan yang menetap terhadap sebuah atau lebih situasi sosial yang terkait berhubungan dengan performa, yang membuat individu harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak dikenalnya atau menghadapi kemungkinan diamati oleh orang lain, takut bahwa dirinya akan dipermalukan atau dihina (dalamLa Greca, et al, 1998).
La Greca dan Lopez (Olivarez, 2005) mengemukakan ada tiga aspek kecemasan sosial:
1. Ketakutan akan evaluasi negatif. 2. Penghindaran sosial dan rasa
3. Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang dikenal.
Konseling Kelompok
Gadza memberikan pengertian tentang konseling kelompok dalam bukunya Group Counseling :A Developmental Approach (Nursalim dan Hariastuti,
2007): “Konseling kelompok adalah
suatu proses interpersonal yang dinamis yang memusatkan pada kesadaran berpikir,tingkahlaku serta melibatkan fungsi-fungsi terapi yang dimungkinkan serta berorientasi pada kenyataan-kenyataan, membersihkan jiwa, saling percaya dan mempercayai pemeliharaan, pengertian, penerimaan dan bantuan. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dipelihara dalam wadah kelompok kecil melalui sumbangan (saling berbagi) dari setiap anggota
kelompok dan konselor.”
Konseling Rational Emotive Behavior
Menurut Ellis dalam Gladding (dalam Nursalim & Hariastuti, 2007) Untuk mencapai tujuan konseling Rational Emotif Behavior(REB) konselor dapat melakukan tahap-tahap konseling diantaranya sebagai berikut:
1. Pemimpin kelompok memperkenalkan teori rational emotive behavior kepada anggota kelompok.
2. Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk saling berbagi kesulitan atau masalah pribadi.
3. Menganalisis suatu situasi kesulitan yang telah dinyatakan anggota dengan menggunakan intervensi terapiutik ABCDE. 4. Pemimpin dan anggota kelompok
memberikan umpan balik dan anjuran kepada konseli yang bermasalah. Umpan balik diberikan dalam bentuk argumentasi (kognitif, afektif atau perilaku).
5. Pemimpin kelompok mendorong para anggota untuk lebih memberikan perhatian pada peristiwa disini dan sekarang dan bukan pada masa lampau.
6. Pemimpin kelompok menerapkan teknik yang ada dalam pendekatan REBT, diantaranya:
a. Menyangkal pikiran konseli yang bersifat irasional yang meliputi kognitif, afektif dan behavior.
b. Membantu konseli meyakini bahwa pikiran yang irasional dapat ditantang dan diubah.
c. Membantu konseli memahami bagaimana dan mengapa bisa menjadi demikian, serta menunjukkan hubungan gangguan hubungan yang irasional itu dengan ketidak bahagiaan dan gangguan emosional yang dialami.
PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian Widyani (2011) tentang penurunan kecemasan komunikasi interpersonal dengan layanan konseling kelompok pendekatan rational emotive behavior pada siswa kelas VIIIE SMP N 09 Salatiga, menunjukkan hasil bahwa konseling kelompok pendekatan REB dapat menurunkan kecemasan komunikasi interpersonal siswa dengan hasil post test kelompok kontrol (yang tidak diberi layanan) 53,04 % dan kelompok eksperimen (yang diberikan layanan) sekitar 46,96%.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk eksperimen semu. Dalam desain penelitian ini, kelompok yang digunakan tidak dapat dipilih secara random (Sugiyono, 2009). Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberikan
pre-test dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Penelitian ini kedua kelompok diperlakukan secara berbeda, untuk kelompok eksperimen diberikan treatment dengan konseling kelompok melalui pendekatan rational emotive behavior, kemudian dilakukan post-test untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari treatment yang diberikan. Kelompok kontrol hanya diberikan pre-test dan post-test
saja.Penelitian ini menggunakan desain Pretest – Posttest Control Design.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Susukan. Penentuan Subjek penelitian ini dilakukan setelah memperoleh hasil skor penyebaran skala kecemasan sosial dengan kategori sangat tinggi dan kategori
tinggi yang dilakukan di kelas VIII A dan kelas VIII F. Sebanyak 2 siswa termasuk kategori sangat tinggi dan 12 siswa kategori tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, 7 siswa yang memiliki kategori kecemasan sosial yang sangat tinggi dijadikan sebagai kelompok eksperimen atau kelompok yang diberikan treatment, untuk kelompok kontrol adalah 7 siswa yang termasuk kategori kecemasan sosial yang tinggi.
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan skala kecemasan sosial yang diadaptasi dan memodifikasi dari penelitian Solihat (2011) berdasarkan pengembangan dari teori La Greca Lopez (Olivarez, 2005), dimana dalam kecemasan sosial terdapat tiga aspek yaitu Ketakutan akan evaluasi negatif, Penghindaran sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru/berhubungan dengan orang asing/baru dan Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan orang yang dikenal. Ketiga aspek ini dijadikan dasar untuk menyusun item-item kecemasan sosial yang terdiri dari 35 item pernyataan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Man Whitneyyang diperoleh dengan menggunakan SPSS 20.0 yaitu untuk melihat perbedaan nilai tes akhir (post-test) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji Man Whitney
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan prosedur penelitian ini setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan konseling kelompok pendekatan rational emotive behavior, dilakukan pre-test
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Mean Rank Pre-Test Kecemasan Sosial Pada Kelompok Eksperimen Dan Kontrol
Ranks untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebanyak 14 siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari 7 siswa. Skor mean rank
pada kelompok eksperimen 7.93 dan
mean rank untuk kelompok kontrol 7.07. Kemudian sum of rank pada kelompok eksperimen 55.50 dan
sum of rank pada kelompok kontrol 49.50.
Tabel 4.4 Hasil Uji Mann Whitney U Pre-Test Kecemasan Sosial Pada Kelompok Eksperimen Dan
Kontrol
Test Statisticsa
NILAI Mann-Whitney U 21,500
Wilcoxon W 49,500
Z -,386
Asymp. Sig. (2-tailed) ,700
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] ,710
b
a. Grouping Variable: KELOMPOK b. Not corrected for ties.
Pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui hasil uji Mann-Whitney U = 21,500 dengan koefisien
Asyim.Sig.(2-tailed) 0,700>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kecemasan sosial kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga penelitian dapat dilanjutkan dengan pemberian treatment atau perlakuan dengan konseling kelompokrational emotive behavior.
Berdasarkan prosedur penelitian ini setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan konseling kelompok pendekatan rational emotive behavior, dilakukan post-test
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol diperoleh data sebagai berikut:
rank post-test kelompok kontrol adalah 11.00. Sum of rank untuk kelompok eksperimen 28,00 dan Sum of rank kelompok kontrol adalah 77,00.
Tabel 4.10 Uji Mann Whitney Post-Test Kecemasan Sosial Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
Test Statisticsa
NILAI Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 28,000
Z -3,151
Asymp. Sig. (2-tailed) ,002 Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] ,001
b
a. Grouping Variable: KELOMPOK b. Not corrected for ties.
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai hitung Mann Whitney U=0.00 dan koefisien Asymp. Sig (2-tailed) 0,002<0,05. Perhitungan statistik tersebut menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan kecemasan sosial antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan tersebut menunjukan adanya perbedaan kelompok eksperimen dan kontrol setelah kelompok eksperimen diberikan
treatment (perlakuan) dengan konseling kelompok pendekatan
rational emotive behavior.
Tabel 4.11 Penurunan Skor Kecemasan Sosial dari kelompok eksperimen dan kontrol. Pada saat pre test kedua kelompok sama-sama berada dalam kategori sangat tinggi dan tinggi. Dari kelompok eksperimen pada saat
pre test terdapat 2 siswa dalam kategori sangat tinggi dan 5 siswa dalam kategori tinggi. Terjadi perubahan pada saat post test menjadi 6 siswa yang masuk dalam kategori rendah dan 1 siswa masuk dalam kategori sangat rendah. Artinya ada penurunan kecemasan sosial pada kelompok eksperimen secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa konseling kelompok pendekata rational emotive behavior dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan sosial siswa kelas VIIII SMP N 2 Susukan. Pada kelompok kontrol pada saat pre test terdapat 7 siswa masuk dalam kategori tinggi. Meskipun ada perubahan ketika post test yaitu 5 siswa masuk dalam kategori tinggi dan 2 siswa masuk dalam kategori rendah, tidak ada siswa yang masuk kategori sangat rendah.
Berdasarkan hasil analisis Uji
Mann Whitney Upost- test yang dapat dilihat pada tabel 4.9 menunjukkan koefisien Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002<0,05, Skor mean rank post-test yang diperoleh untuk kelompok eksperimen adalah 4.00 dan mean rank post-test kelompok kontrol adalah 11,00. Kemudian sum of rank untuk kelompok eksperimen 28,00 dan sum of rank kelompok kontrol adalah 77,00.
Berdasarkan hasil uji beda yang telah dilaksanakan pada saat
pre-test, tidak ada perbedaan kecemasan sosial yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan Asymp Sig. (2-Tailed) 0,700>0,05. Dalam penelitian ini, sebelum diberikan treatment, kelompok eksperimen memiliki kecemasan sosial yang tinggi sama dengan siswa dalam kelompok kontrol. Setelah kelompok eksperimen diberikan konseling kelompok sebanyak 8 sesi, siswa dirasa sudah memiliki kesadaran akan kecemasan yang mereka miliki.Pada setiap sesinya, kegiatan konseling ini membahas permasalahan siswa yang sama seperti dalam aspek-aspek kecemasan sosial ssesuai kesepakatan.
Menurut Gazda, konseling kelompok adalah suatu proses interpersonal yang dinamis yang memusatkan pada kesadaran berpikir, tinggkahlaku serta melibatkan fungsi-fungsi terapi yang dimungkinkan serta berorientasi pada kenyataan-kenyataan, membersihkan jiwa, saling percaya dan mempercayai, pemeliharaan dalam wadah kelompok kecil melalui sumbangan (saling berbagi) dari setiap anggota kelompok dan konselor.
Pendekatan rational emotive behavior menekankan bahwa perilaku menyalahkan adalah merupakan inti dari sebagian besar gangguan emosional. Menurut Corey (2010), orang perlu belajar menerima dirinya sendiri dengan segala kekurangan yang dimiliki. Oleh karena itu, untuk menyembuhkannya
orang harus didorong untuk memiliki pemikiran-pemikiran yang objektif dan rasional terhadap perasaan-perasaan yang berkembang pada dirinya.
Setelah pemberian treatment selesai kemudian peneliti menyebarkan kembali skala kecemasan sosial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai post-test.Hasilnya menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002< 0,05, ini berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan konseling kelompok rational emotive behavior. Jadi hasil post-test menunjukkan bahwa konseling kelompok rational emotive behavior dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan sosial siswa.
Keberhasilan konseling kelompok pendekatan rational emotive behavior untuk menurunkan kecemasan sosial didukung respon anggota kelompok yang baik selama delapan sesi konseling terutama pada sesi ke 5 dan 6 yang membahas permasalahan tentang gugup. Pada sesi ini, anggota kelompok dapat mengikuti kegiatan konseling dengan baik, mereka aktif dalam mengemukakan pendapat tanpa perlu diarahkan oleh pemimpin kelompok.
konseling kelompok berjalan sebagaimana mestinya. Selama pemberian treatment anggota kelompok mulai menyadari bahwa rasa cemas yang mereka alami adalah hal yang berlebihan dan merugikan diri sehingga mereka mulai mengendalikannya.
Dengan demikian penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Widyani (2011) yang pada akhir penelitian menyimpulkan bahwa layanan konseling kelompok rational emotive behavior efektif dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan sosial siswa.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok rational emotive behavior secara signifikandapatmenurunkan
kecemasan sosial pada diri siswa kelas VIII SMP N 2 Susukan tahun ajaran 2016/2017 ini dibuktikan dengan hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney U diperoleh skor signifikansi Asymp.Sig.(2-tailed)
0,002<0,05, perbedaanskor mean rank pre-test yang diperoleh untuk kelompok eksperimen adalah 7,93 dan mean rank post-test kelompok eksperimen 4.00 sertamean rank post-test kelompok kontrol adalah 11,00. Hal ini menunjukkan hasil yang signifikan berupa penurunan skor kecemasan sosial pada kelompok eksperimen sebesar 3,93.
DAFTAR RUJUKAN
Butler, Gillian. 1999. Overcoming Social Anxiety and Shyness. London. (diakses pada Februari 2017)
Corey, Gerald. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan E. Koeswara. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. 1997. Bandung: Refika Aditama. Ellis, Albert. 2007. Terapi R.E.B :
Agar Hidup Bebas Derita. Bandung : Mizan Media Utama.
Gibson. Robert L., & Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan
dan Konseling.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. La Greca, A. M, Lopez, N (1998).
Social anxiety among adolescent: Linkages with peer relation and friendships. Journal of abnormal Child Psychology.
www.academicjournals.org.
(April)
Nursalim, Mochamad & Retno Tri Hariastuti. 2007. Konseling Kelompok. Surabaya: Unesa University Press.
Olivares, Jose. 2005. Social Anxiety Scale for Adolescents (SAS-A):Psychometric
Properties in a spanish-speaking population. International Journal of Clinical and Health
Psychology, Vol 5, No. 1. (diakses pada Februari 2017)
YAS Bandung Tahun Ajaran 2011/2012). Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Bandung.
---. 2010. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Bandung.
Widyani, Septiana Panca. 2011).
Penurunan Kecemasan Komunikasi Interpersonal Dengan Layanan Konseling Kelompok Pendekatan
Rational Emotive