• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Industri Pengolahan Ikan Ditinjau Dari Produksi Hasil Tangkapan Di Ppn Palabuhanratu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Industri Pengolahan Ikan Ditinjau Dari Produksi Hasil Tangkapan Di Ppn Palabuhanratu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Hal: 39–49

PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DITINJAU DARI

PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DI PPN PALABUHANRATU

Fish Processing Industry Development Viewed From Catch Production in

Territorial Fishing Port of Palabuhanratu

Oleh:

Ernani Lubis

1*

dan Sumiati

2

1 Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, FPIK, IPB 2 Alumni Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, FPIK, IPB

* Korespondensi: ernani_ipb@yahoo.com

Diterima: 4 Mei 2010; Disetujui: 20 April 2011

ABSTRACT

In fact, fish processing industry is very importance to support development a fishing port. It is the same with the case of territorial fishing port (PPN) of Palabuhanratu. So that a research to determine the condition of fish catch production that was able to support the development of fish processing industry, need to be done. A case study on the underdeveloped of fish processing industry in PPN Palabuhanratu was done. Data analysis using descriptive numerical projection of the catch by estimating the need for the development of fish processing industry. Processing type that exist in PPN Palabuhanratu and nowadays are the processing on fish freezing, fish boiling, fish salting, crisp chips, meatball fish and abon fish. Based on the result of projection, the best fish production prospective as raw material for fish processing industry are skipjack tunas, eastern little tuna, tunas, hairtails, shark, ponyfish, ray, Indo-Pacific marlin, scads and wolf herring. A preceding ten year period of 2008-2017, the production of skipjack tunas, eastern little tuna, tunas, ponyfish, Indo-Pacific marlin, scads and wolf herring tend to increase, while the others will decrease. The development of other types of processing industries can be done for freezing, canning, fillet, loin, surimi and nuggets fish.

Key words: fish catch production, fish processing industry, PPN Palabuhanratu

ABSTRAK

Industri pengolahan ikan sangat penting keberadaannya untuk menunjang pengembangan suatu pelabuhan perikanan. Demikian halnya yang terjadi di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu sehingga penelitian untuk mengetahui produksi hasil tangkapan yang dapat menunjang pengembangan industri pengolahan, perlu dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus terhadap belum berkembangnya industri pengolahan ikan di PPN Palabuhanratu. Analisis data menggunakan deskriptif numerik untuk proyeksi hasil tangkapan dengan mengestimasi kebutuhan terhadap pengembangan industri pengolahan ikan. Jenis pengolahan yang ada di PPN Palabuhanratu dan sekitarnya pada saat ini adalah pembekuan, pemindangan, pengasinan, kerupuk, abon dan bakso ikan. Berdasarkan hasil proyeksi, jenis ikan yang produksinya memiliki kontinuitas terbaik dan berpeluang menjadi bahan baku industri pengolahan adalah ikan cakalang, tongkol, tuna, layur, cucut, peperek, pari, jangilus, layaran dan pedang-pedang. Periode sepuluh tahun ke depan (2008-2017), jenis ikan cakalang, tongkol, tuna, peperek, jangilus, layaran dan pedang-pedang jumlahnya cenderung meningkat, sedangkan yang lainnya menurun. Pengembangan jenis industri olahan lainnya dapat berupa pengalengan, fillet, loin, surimi dan nugget ikan.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi hasil tangkapan yang didarat-kan di pelabuhan perididarat-kanan (PP) sering berlim-pah pada musim puncak ikan sehingga sering merugikan nelayan karena turunnya nilai jual. Beberapa kasus terjadi nelayan sampai mem-buang hasil tangkapannya ke laut ketika musim puncak karena kurangnya fasilitas di pelabuhan perikanan yang dapat menampung kelebihan ikan baik itu cold storage maupun usaha indus-tri pengolahan ikan. Pelabuhan perikanan khu-susnya tipe samudera dan nusantara hendak-nya dapat merangsang timbulhendak-nya industri per-ikanan (Permen Kelautan dan Perper-ikanan No-mor Per.16/Men/2006 tentang Pelabuhan Peri-kanan yang diacu oleh DKP 2008) sehingga perlu menyediakan bahan bakunya.

Perusahaan industri pengolahan ikan yang berlokasi di suatu PP atau sekitarnya umumnya menggunakan sebagian atau keselu-ruhan bahan bakunya dari PP tersebut. Keter-sediaan bahan baku secara kontinyu diperlukan agar pengusaha mendapatkan kepastian dalam usahanya. Bahan baku yang ada di Palabuhan-ratu masih belum mencukupi yang diindikasikan dengan masih didatangkannya sebagian bahan baku dari daerah lain khususnya dari Jakarta. Dalam rangka pengembangan industri olahan di Palabuhanratu baik volume maupun jenis olahannya maka perlu kiranya dilakukan pro-yeksi ke depan terhadap produksi hasil tang-kapan yang didaratkan.

Pantai Selatan Jawa Barat, merupakan salah satu daerah potensi perikanan yang per-airannya merupakan daerah penangkapan uta-ma bagi nelayan karena berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Salah satu PP seba-gai tempat pendaratan hasil tangkapan adalah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabu-hanratu yang dibangun dengan berbagai fasili-tas dan didukung oleh akses pemasaran yang dekat dengan Jakarta dan Bandung. Namun sampai saat ini belum ada industri pengolahan di dalam melainkan berada di luar lokasi PP de-ngan skala rumah tangga, diperkirakan karena masih terbatasnya produksi yang ada.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi produksi hasil tangkapan yang didarat-kan dan proyeksinya ke depan dalam rencana pengembangan industri pengolahan ikan di PPN Palabuhanratu. Statistik perikanan PPN Palabuhanratu tahun 2005 menunjukkan dalam tiga belas tahun operasional (1993-2005) atau sejak diresmikannya PPN Palabuhanratu pada tanggal 18 Februari 1993, perkembangan pro-duksi perikanan pada periode 1996-2005 me-ngalami peningkatan rarata 23,70% per

ta-hun. Produksi perikanan tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 94,76% dibandingkan ta-hun 2004 atau terjadi peningkatan produksi se-besar 6.068,92 ton. Peningkatan volume pro-duksi perikanan ini diikuti juga oleh kenaikan nilainya sebesar 109,67% atau Rp 34.619.207. 469,00 (PPN Palabuhanratu 2008).

Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan di PPN Palabuhanratu antara lain mengkaji kebijakan pemerintah dalam pemba-ngunan pelabuhan, sistem informasi manaje-men, analisis hasil tangkapan dan pengendali-an mutunya.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan selama bulan Mei-Juni 2006 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat dimana ditemukan kasus belum berkembangnya indus-tri pengolahan ikan.

Data primer dikumpulkan melalui wawan-cara dan pengisian kuisioner kepada pihak pe-ngelola PPN Palabuhanratu, Koperasi Unit De-sa (KUD) sebagai pengelola Tempat Pelelang-an IkPelelang-an (TPI), pihak industri pengolahPelelang-an ikPelelang-an, nelayan dan pedagang ikan. Jumlah responden ditentukan secara purposive yang dapat mewa-kili tujuan penelitian. Data sekunder diambil dari PPN Palabuhanratu, Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat dan Dinas Perikanan Kabupaten Sukabumi.

Analisis data dilakukan secara deskriptif-numerik melalui penyajian grafik setelah dilaku-kan identifikasi industri pengolahan idilaku-kan, pro-duksi hasil tangkapan dan proyeksinya. Analisis pertumbuhan produksi hasil tangkapan PPN Palabuhanratu selama 10 tahun terakhir (1996-2005) dilakukan untuk mengetahui kemungkin-an ketersediakemungkin-an bahkemungkin-an baku industri, baik jenis maupun volumenya. Selanjutnya dilakukan pro-yeksi produksi hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan tersebut selama 10 tahun ke depan melalui metode peramalan model de-komposisi multiaplikatif, untuk analisis pengem-bangan industri olahan. Analisis terhadap asal bahan baku dilakukan secara deskriptif apakah ikan-ikan yang dapat digunakan sebagai bahan baku olahan cukup tersedia dari PPN Palabu-hanratu saja dan apakah jenis-jenis ikan domi-nan selalu ada sepanjang tahun dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan dan pe-ngembangan industri olahan.

Data hasil tangkapan selama 10 tahun terakhir dijadikan salah satu pendekatan jangka menengah dengan memperhitungkan pengaruh faktor musim, trend dan siklus. Faktor musiman terkait dengan fluktuasi periodik yang relatif konstan dalam jangka waktu tertentu atau

(3)

ber-ulang pada interval waktu yang tetap sepanjang tahun. Trend menunjukkan perilaku data dalam jangka panjang yang meningkat, menurun atau tidak berubah sama sekali. Siklus menggam-barkan naik-turunnya ekonomi atau industri ter-tentu. Berbeda halnya dengan musiman, siklik bersifat tidak tetap, bervariasi dari satu ke si-klus lain. Model persamaannya :

...(1) dimana:

Yt = Nilai deret waktu (data aktual) pada perio-de t

lt = Indeks musiman pada periode t Tt = Komponen trend pada periode t Ct = Komponen siklik pada periode t Et = Komponen galat pada periode t

Langkah-langkah penyelesaian dengan model dekomposisi multiplikatif :

(1) Dari data aktual Yt, tentukan rata-rata bergerak (moving average) 12 bulan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk memperoleh dugaan dari trend (Tt) dan siklik (Ct).

...(2) (2) Untuk memperoleh pengaruh musiman (lt), membagi persamaan (1) dan persamaan (2)

………..(3)

(3) Identifikasi pengaruh trend (Tt) yang sesuai dengan perilaku data dengan metode kuadrat terkecil seperti halnya pada model regresi. Model penduga trend :

……….(4)

dimana:

Tt = Kecendrungan (trend) pada periode t

t =Indeks waktu

a, b = Nilai penduga parameter model Dengan menggunakan metode kuadrat ter-kecil, nilai-nilai a dan b dapat ditentukan:

…..(5)

.……….(6)

(4) Komponen siklik (Ct) diperoleh melalui pem-bagian persamaan (2) dengan Tt

...(3) (5) Untuk keperluan peramalan, digunakan

ketiga komponen (lt, Tt, Ct)

...(4) (6) Rasio antara data aktual (Yt) dengan nilai

yang diduga (Ŷt) merupakan pengaruh galat

(Et)

……...(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi produksi hasil tangkapan didarat-kan di PPN Palabuhanratu.

Produksi hasil tangkapan pada periode 1996-2005 mengalami peningkatan rata-rata 23,70% per tahun. Hal ini dapat diartikan bah-wa potensi sumber daya ikan tersedia di per-airan Selatan Jawa masih cukup besar.

Berdasarkan data statistik PPN Palabu-hanratu tahun 2005 terdapat 56 jenis ikan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Jenis ikan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhan-ratu adalah tuna (Thunnus sp.), cakalang ( Kat-suwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard), ba-ronang (Siganus spp.), cucut (Carcharhinus

sp.), tembang (Sardinella sp.), layang ( Decap-therus russeli), layur (Trichiurus sp.), peperek (Leignathus sp.) dan pedang-pedang (Xiphias gladius). Hal ini sesuai dengan ketersediaan sumber daya ikan yang ada di Teluk Palabuh-anratu dan alat tangkap yang digunakan. Unit penangkapan yang terdapat di PPN Palabuh-anratu adalah pancing, gillnet, bagan, payang, rawai, purse seine, trammel net, rampus dan tuna longline. Ikan tuna dan cakalang merupa-kan jenis hasil tangkapan terbesar di PPN

Palabuhanratu, masing-masing mencapai

28,97% dan 28,19%. Tingginya volume pro-duksi tersebut terkait dengan dominasi payang dan tuna longline yang beroperasi.

Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bersumber langsung dari laut dan dari daerah lain melalui jalur darat. Hasil tangkapan yang didaratkan langsung dari laut antara lain cakalang, tongkol, tuna, baronang, cucut, tembang, layang, layur, peperek dan pedang-pedang. Produksi hasil tangkapan dari laut pada tahun 2005 jumlahnya hanya 12.473,01 ton, sedangkan yang melalui jalur darat jumlahnya sangat besar, yaitu mencapai 5.872,57 ton atau 47,08%. Produksi PPN Pala-buhanratu yang didistribusikan dalam bentuk segar adalah 3.397,44 ton dan yang didistribu-sikan sebagai bahan baku olahan di Palabu-hanratu 3.203,09 ton. Volume bahan baku olah-an tersebut digunakolah-an untuk pengasinolah-an 1.452,59 ton, pemindangan 1.747,19 ton dan produk ikan olahan lainnya 3,32 ton.

Ikan yang masuk melalui jalur darat ke PPN Palabuhanratu berasal dari beberapa

tem-pat terutama daerah Jakarta sebanyak

4.538.727 kg (77,29%). Tempat-tempat lain yang berada di Teluk Palabuhanratu juga cukup banyak mensuplai ikan ke PPN Palabuhanratu antara lain Ujung Genteng dan Cisolok. Hal ini terkait akses yang relatif mudah sehingga biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan ikan re-latif kecil selain juga mutu ikan rata-rata masih

(4)

segar karena waktu distribusinya relatif tidak terlalu lama.

Ikan yang didatangkan dari luar Palabu-hanratu diantaranya cakalang, eteman, cucut, pari, layaran dan layur. Menurut Mahyuddin (2007), terdapat suplai ikan seperti peperek, tembang dan tongkol dari daerah-daerah Pan-tura Jawa. Hal ini dilakukan karena terkait har-ga dan mutu ikan yang lebih baik ditambah su-plai yang ditawarkan dalam jumlah besar se-hingga biaya transportasi per kilogramnya rela-tif kecil. Ikan yang didatangkan melalui jalur da-rat tersebut da-rata-da-rata digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan pemindangan di Pala-buhanratu. Harga ikan-ikan tersebut termasuk relatif lebih murah dikarenakan mutu ikannya rendah, khususnya yang berasal dari Jakarta merupakan ikan-ikan yang sudah lama berada di cold storage. Kondisi mutu tersebut tidak menjadi permasalahan bagi para pengolah pe-mindangan yang biasanya kurang memperhati-kan mutu imemperhati-kan dan modal yang masih lemah. Padahal menurut Yunindari et al. (2006) bahwa suatu perusahaan harus sangat memperhatikan mutu produk yang dihasikan agar sesuai de-ngan standar mutu yaitu Hazard analysis and Critical Control Point (HACCP) khususnya un-tuk produk ekspor.

Proyeksi produksi hasil tangkapan seba-gai kebutuhan bahan baku

Salah satu hal yang penting dalam indus-tri pengolahan ikan adalah penyediaan bahan baku ikan. Ketersediaan bahan baku akan me-nentukan kelangsungan usaha bagi industri pe-ngolahan ikan, terutama industri yang berada di kawasan PPN Palabuhanratu.

Saat ini di PPN Palabuhanratu hanya ter-dapat satu unit industri pengolahan yaitu PT. AGB Palabuhanratu yang bergerak pada pem-bekuan khusus ikan layur. Pada awal pendirian, perusahaan ini diorientasikan untuk pembekuan berbagai hasil tangkapan yang ada di PPN Pa-labuhanratu, tetapi karena terdapat kesulitan dalam menstandarkan produk berkualitas eks-por serta kendala musim ikan yang tidak me-nentu, akhirnya perusahaan mengalihkan orien-tasinya khusus pada industri pembekuan ikan layur, dimana produksinya periode 2005-2006 adalah 212,21 ton, 99% diantaranya diekspor. Tujuan ekspornya sampai saat ini adalah Korea dan Cina, sisanya dipasarkan secara lokal an-tara lain untuk konsumen restoran di Jakarta. Perusahaan ini juga memperoleh sebagian ke-cil bahan bakunya dari luar PPN diantaranya Cisolok, Ujung Genteng dan Binuangeun.

Berdasarkan jenis-jenis ikan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu, maka

yang memiliki kontinuitas terbaik untuk dijadi-kan bahan baku olahan adalah cakalang, tuna, tongkol, peperek, layur, pedang-pedang, cucut, layaran, jangilus dan pari. Kontinuitas tersebut terlihat dari jenis-jenis ikan yang didaratkan se-tiap bulannya terutama pada tahun 2005. Ikan tuna memiliki rata-rata produksi per bulan ter-besar pada tahun 2005 yaitu mencapai 159,36 ton, sedangkan yang rata-rata produksinya te-rendah (1,62 ton) adalah ikan pari.

Jenis-jenis ikan dominan yang diproyek-sikan dan berpeluang menjadi bahan baku in-dustri pengolahan meliputi ikan tongkol, caka-lang, tuna, layur, cucut, peperek, pari, jangilus, layaran dan pedang-pedang. Jenis-jenis ikan tersebut rata-rata termasuk jenis ikan ekonomis tinggi serta merupakan bahan baku utama in-dustri pengolahan modern seperti pembekuan dan pengalengan, terutama cakalang dan tuna. Gambar 1, 2, 3, 6, 8, 9, dan 10 masing-masing menunjukkan hasil proyeksi produksi jenis ikan cakalang, tongkol, tuna, peperek, ja-ngilus, layaran dan pedang-pedang mengalami peningkatan sedangkan jenis ikan layur, cucut dan pari mengalami penurunan setiap tahun-nya. Meningkatnya volume ikan tersebut akibat adanya peningkatan unit penangkapan yang di-gunakan. Gambar 1-10 menunjukkan grafik perkembangan proyeksi produksi 10 jenis ikan dominan berdasarkan data tahun 1996-2005.

Ikan cakalang merupakan jenis ikan pela-gis yang ditangkap oleh alat tangkap gillnet, pancing tonda dan payang. Produksi ikan caka-lang di PPN Palabuhanratu rata-rata mencapai 1.008,12 ton per tahun. Pada tahun 2005 alat tangkap yang dominan menangkap cakalang adalah payang yang mencapai 90,20% dari to-tal 1.860,68 ton ikan cakalang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Pemasarannya meliputi Palabuhanratu, Sukabumi, Cianjur, Bogor dan Jakarta. Produksi pada tahun 2008 mencapai 1.137,8 ton dan proyeksi sampai tahun 2017 adalah 3.928,8 ton.

Ikan tongkol merupakan jenis ikan pela-gis yang biasanya bergerombol. Ikan tongkol di PPN Palabuhanratu ditangkap oleh alat tang-kap payang, gillnet, bagan dan pancing tonda. Produksi ikan tongkol di PPN Palabuhanratu rata-rata mencapai 558,20 ton per tahun. Hal ini cukup beralasan karena payang yang digu-nakan untuk menangkap ikan tongkol cukup produktif, efektif dan jumlahnya dominan. Pada tahun 2005, ikan tongkol yang tertangkap oleh payang adalah 91,09% dari 626,25 ton ikan tongkol yang didaratkan di PPN Palabuhanratu. Pemasarannya adalah Palabuhanratu, Sukabu-mi, Jakarta, Bandung, Bogor, Cianjur. Hasil pro-yeksinya pada tahun 2017 mencapai 1.422 ton.

(5)

Gambar 1 Proyeksi ikan cakalang.

Gambar 2 Proyeksi ikan tongkol.

Gambar 3 Proyeksi ikan tuna. 0 1000 2000 3000 4000 5000 Tahun V ol um e P rod uk s i (t on )

Volume Produksi (ton) 1137.8 1332.4 1555.8 1808.2 2089.4 2399.5 2738.5 3106.4 3503.1 3928.8 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0 500 1000 1500 Tahun V ol um e P r od uk s i (t on )

Volume Produksi (ton) 509.2 570.2 641.3 722.6 813.9 915.3 1026.9 1148.5 1280.2 1422.1 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Tahun V o lu m e P r o d u k s i (t o n )

Volume Produksi (ton) 3462.7 4211.6 5035.7 5935.0 6909.6 7959.4 9084.5 10284.8 11560.4 12911.2

(6)

Gambar 4 Proyeksi ikan layur.

Gambar 5 Proyeksi ikan cucut.

Gambar 6 Proyeksi ikan peperek.

0 50 100 150 200 Tahun V o lu m e p ro d u k s i (t o n )

Volume produksi (ton) 175.8 170.3 165.2 160.4 155.9 151.7 147.7 143.9 140.3 136.9 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0 20 40 60 80

Tahun

Vo lu m e p ro d u k s i (to n ) Volume produksi (ton) 67.7 60.9 54.5 48.6 43.1 37.8 32.9 28.2 23.8 19.5 200 200 201 201 201 201 201 201 201 201 310 315 320 325 330 335 340 345

Tahun

V o lu m e P r o d u k s i (t o n )

Volume Produksi (ton) 323.3 326.0 328.6 331.0 333.2 335.3 337.3 339.2 341.0 342.7

(7)

Gambar 7 Proyeksi ikan pari.

Gambar 8 Proyeksi ikan jangilus.

Gambar 9 Proyeksi ikan layaran.

0.0 1.0 2.0 3.0 Tahun V o lu m e P r o d u k s i (t o n )

Volume Produksi (ton) 2.4 2.1 1.9 1.7 1.5 1.4 1.2 1.1 1.0 0.9

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0 100 200 300 400 500 600 Tahun V ol um e P rod uk s i (t on )

Volume Produksi (ton) 128.2 157.5 190.2 226.3 265.6 308.3 354.3 403.7 456.4 512.4 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 0 20 40 60 80 100 Tahun Vo lu m e p ro d u k s i (to n ) Volume produksi (ton) 12.5 13.5 16.1 20.6 26.7 34.6 44.2 55.5 68.6 83.4 200 200 201 201 201 201 201 201 201 201

(8)

Gambar 10 Proyeksi ikan pedang-pedang. Ikan layur merupakan jenis ikan yang

cenderung berada di dasar dan bergerombol. Ikan layur di Palabuhanratu ditangkap oleh alat tangkap pancing ulur, payang dan trammel net. Produksinya rata-rata mencapai 181,16 ton per tahun. Pada tahun 2005 alat tangkap yang do-minan menangkap ikan layur adalah pancing ulur atau mencapai 87,45% dari 188,99 ton ikan layur didaratkan di PPN Palabuhanratu. Har-ganya berkisar antara Rp 4.931,00 sampai Rp 12.000,00/kg dan dipasarkan sekitar Pala-buhanratu, Sukabumi, Bogor dan Cianjur serta Ja-karta untuk selanjutnya diekspor ke Korea dan Cina dalam bentuk beku. Produksi ikan layur di PPN Palabuhanratu semakin berkurang diban-ding tahun-tahun sebelumnya sehingga proyeksinya pada tahun 2017 hanya mencapai 136,9 ton.

Ikan cucut merupakan jenis ikan demer-sal yang ditangkap oleh gillnet. Produksinya di PPN Palabuhanratu rata-rata mencapai 167,50 ton per tahun. Harganya antara Rp 5.659,00- Rp 11.202,00/kg, dipasarkan di sekitar Kota Pa-labuhanratu dan Sukabumi. Ikan cucut pada saat ini digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan pemindangan, pengasinan dan kerupuk ikan. Produksi ikan cucut di PPN Palabuhanratu cenderung mengalami penu-runan, sampai tahun 2017 hanya mencapai 19,5 ton. Ikan peperek merupakan jenis ikan pelagis, di Palabuhanratu ditangkap oleh alat tangkap seperti bagan, gillnet, payang dan

purse seine. Produksi ikan peperek di PPN Palabuhanratu rata-rata mencapai 218,65 ton per tahun. Produksi peperek yang berasal dari alat tangkap bagan (54,47%) dan payang (45,28%) digunakan sebagai bahan baku in-dustri pengolahan pemindangan dan penga-sinan. Produksi ikan peperek terus mengalami kenaikan dan proyeksinya sampai pada tahun 2017 mencapai 342,7 ton.

Ikan pari merupakan jenis ikan demersal yang ditangkap oleh alat tangkap gillnet. Pro-duksi ikan pari di PPN Palabuhanratu rata-rata mencapai 31,65 ton per tahun. dan digunakan sebagai bahan baku industri pengasinan dan kerupuk ikan. Produksi PPN Palabuhanratu ter-hadap ikan pari terus mengalami penurunan dan sampai tahun 2017 hanya mencapai 0,9 ton. Sebaliknya ikan jangilus, layaran dan pe-dang-pedang yang termasuk jenis ikan pelagis terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2017 masing-masing mencapai 512,4 ton, 83,4 ton dan 298,1 ton.

Pembahasan

Kontinuitas bahan baku ikan diperlukan untuk menjamin keberlanjutan usaha olahan. Seperti juga menurut Cabanne (1978) bahwa kekontinuan bahan baku ikan adalah merupa-kan faktor penting bagi rentabilitas perusahaan pengolahan ikan. Dikatakannya bahwa dengan menurunnya potensi sumber daya ikan di Laut Atlantik, perusahaan penangkapan yang men-suplai bahan baku ikan di wilayah Bretagne sampai menangkap ikan ke Perairan Golf de Guinée. Kontinuitas bahan baku pada bidang perikanan khususnya perikanan tangkap dipe-ngaruhi oleh faktor alam diantaranya cuaca dan musim. Kontinuitas stok bahan baku diperlukan untuk mengantisipasi kekurangan suplai bahan baku pada saat tidak musim ikan. Hal tersebut sangat penting karena berpengaruh kepada be-sarnya biaya tetap yang harus dikeluarkan apabila proses produksi tidak berjalan.

Perairan Selatan Jawa yang masih mem-punyai potensi sumber daya ikan cukup tinggi di bandingkan dengan Perairan di Utara Jawa berpeluang bagi kapal-kapal untuk lebih me-ningkatkan jumlah hasil tangkapannya. PPN Palabuhanratu yang berada di Selatan Jawa

0 100 200 300 400 Tahun V o lu m e P ro d u k s i (t o n )

Volume Produksi (ton) 103.0 119.4 137.1 156.2 176.5 198.2 221.2 245.5 271.1 298.1 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(9)

mempunyai produksi hasil tangkapan kontinyu khususnya terhadap 10 jenis ikan yang dijadi-kan bahan baku industri pengolahan dan memi-liki kontinuitas penuh 12 bulan yaitu cakalang, tongkol, tuna, layur, cucut, peperek, pari, ja-ngilus, layaran dan pedang-pedang.

Tuna dan cakalang merupakan jenis ikan yang memiliki potensi terbesar sebagai bahan baku industri pengolahan ikan dikarenakan me-miliki nilai ekonomis yang tinggi dan merupakan komoditas unggulan untuk ekspor. Jenis tuna merupakan salah satu jenis ikan yang belum di-manfaatkan sebagai bahan baku industri peng-olahan ikan di PPN Palabuhanratu, seharusnya produksinya yang cukup besar dapat memberi-kan peluang besar masuknya investor sebagai pemeran utama dalam industri pengolahan ikan tuna. PPN Palabuhanratu adalah pelabuhan perikanan yang berlokasi di pantai Selatan Ja-wa, dimana kapal-kapalnya beroperasi di Sa-mudera Hindia yang merupakan jalur migrasi ikan tuna dan sejenisnya. Seperti juga dikata-kan oleh Nurani et al. (2007) bahwa salah satu jenis ikan unggulan di perairan Selatan Jawa adalah tuna dan PPN Palabuhanratu mempu-nyai fasilitas untuk pengembangan perikanan tuna selain PPS Cilacap. Ditambahkan oleh Mertha, I.G.S. et al. bahwa kedekatan Palabu-hanratu dengan Muara Baru Jakarta dan Ban-dara Cengkareng menjadikan waktu transporta-si lebih pendek dan biaya semakin kecil bila di-bandingkan kalau tuna tujuan ekspor didarat-kan di Cilacap. Kondisi tersebut berpeluang ter-hadap berkembangnya industri perikanan yang berbasis ikan tuna dan sejenisnya karena me-miliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan ko-moditas ekspor utama dari sektor perikanan. Menurut Chaidir (2008), bahwa pemasaran tuna terbanyak diarahkan ke industri pengola-han tuna, sesuai dengan permintaan tuna di pa-sar internasional terutama dalam bentuk tuna loin, steak dan fillet. Proyeksi ikan tuna di PPN Palabuhanratu yang juga menunjukkan pening-katan, dapat berpeluang meningkatkan produk-tivitas industri pengolahan ikan berbahan baku ikan tuna.

Saat ini di PPN Palabuhanratu belum ada industri pengolahan yang berbahan baku ikan tuna sehingga dapat menjadi salah satu daya tarik berkembangnya industri pengolahan seperti sashimi, pengalengan, fillet dan loin tu-na serta nugget ikan. Peningkatan produksi tu-na dapat tercapai antara lain melalui peningkat-an jumlah unit penpeningkat-angkappeningkat-an tuna longline dan atau diversifikasi payang serta menangkap ikan dengan bantuan rumpon. Mutu ikan tuna yang ditangkap perlu penanganan yang baik sehingga ikan tersebut dapat menjadi bahan baku industri pengolahan yang berstandar

eks-por dan berskala besar. Menurut Bahar (1991) bahwa untuk mendapatkan tuna segar berkuali-tas baik memerlukan penanganan dan metode

processing khusus. Penanganan dan pengolah-an tuna di atas kapal spengolah-angat menentukpengolah-an grad-ing kualitas produk akhir. Industri pengolahan ikan berskala besar juga membutuhkan sumber daya pendukung yang besar pula sehingga pe-labuhan perlu menyiapkan lahan yang luas, air bersih dan ketersediaan bahan baku kontinyu serta pengolahan limbah skala besar. Dengan ditambahnya kolam pelabuhan 2 yang lebih da-lam, kapal tuna longline semakin banyak yang masuk ke PPN Palabuhanratu.

Jenis ikan yang juga memiliki produksi besar dan memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan cakalang. Industri pengolahan ikan yang menggunakan bahan baku ikan cakalang dapat berupa pemindangan, pembekuan, fillet sampai kepada pengalengan ikan. Pada saat ini ikan cakalang yang didaratkan di PPN Palabuhanra-tu diolah hanya unPalabuhanra-tuk pemindangan, adapun sebagian lainnya didistribusi untuk dijadikan ba-han baku industri pengolaba-han ikan di Jakarta.

Peningkatan produksi perikanan seha-rusnya dapat mengembangkan industri olahan misalnya dengan besarnya produksi cakalang seharusnya dapat meningkatkan tingkat pro-duktivitas industri pengolahan ikan yang ber-bahan baku ikan cakalang, namun saat ini yang ada masih terbatas sebagai bahan baku pemin-dangan. Jenis industri pengolahan ikan yang dapat dikembangkan dan menggunakan bahan

baku ikan cakalang adalah pembekuan,

penga-lengan, fillet dan loin (Fauziah 2007). Produksi ikan cakalang dapat terealisasai apabila ada peningkatan unit penangkapan dan atau diver-sifikasi alat tangkap khususnya payang, serta peningkatan pelayanan dari pihak PPN Palabu-hanratu terutama dalam penyediaan cold sto-rage dan pabrik es. Selain itu diperlukan pe-ningkatan penanganan ikan saat di kapal, hal ini terkait dengan masih rendahnya mutu hasil tangkapan yang didaratkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kreuzer (1971) bahwa

penanganan hasil tangkapan di kapal,

merupakan salah satu permasalahan terbesar sehingga mutu ikan tidak bagus lagi ketika didaratkan di pelabuhan. Penurunan mutu ini disebabkan karena terlalu lamanya ikan di palka, pengesan yang kurang atau tidak adanya freezer atau pendingin di palka. Bakteri pembusuk pada ikan akan terhambat perkem-bangannya apabila hidup pada suhu 0º C, menurut FAO dalam bukunya Draft Code of Practice for Fresh Fish menunjukkan bahwa ikan kondisinya masih segar untuk 15 hari jika proses penanganannya pada suhu 0º C, sam-pai 6 hari jika berada pada suhu 4,4 0º C, dan

(10)

kurang dari 3 hari jika pada temperatur 10 ºC. Maka proses penanganan dengan cepat merendahkan suhu hingga minimum setelah hasil tangkapan diperoleh, menjadi sangat penting. Selanjutnya juga dikatakan oleh Le Ry, 2005 bahwa peraturan Uni Eropa sejak 22 Juli 1991 tentang aktivitas penangkapan ikan, yaitu: Hygiene rules for fisherman on board; [2] Conditions for preservation of fish on board; [3] Conditions for handling on shore; [4] Con-ditions for processing and packing. Di PPN Palabuhanratu usaha peningkatan tersebut da-pat dirangsang melalui penyuluhan atau pembi-naan oleh pihak pelabuhan agar memperbaiki penanganan ikan dengan air bersih dan es un-tuk mempertahankan kualitasnya.

Pada pengolahan pemindangan, mutu bahan baku ikan termasuk rendah contoh pada ikan tongkol. Pilihan ikan bermutu rendah ini karena harganya relatif lebih murah sesuai dengan kemampuan finansial pengolah. Seha-rusnya walaupun untuk industri pemindangan tetap memperhatikan mutu ikan, hal ini berkait-an dengberkait-an kepentingberkait-an kesehatberkait-an. Pada indus-tri pembekuan dan pengalengan ikan standari-sasi mutu bahan baku lebih diperhatikan, terkait pangsa pasar ekspor. Industri pengalengan ikan di PPN Palabuhanratu dapat mengguna- kan bahan baku ikan tuna, cakalang maupun tongkol. Menurut Tampubolon (1983) bahwa je-nis industri pengolahan ikan yang dapat ber-kembang dan menggunakan bahan baku ikan tongkol adalah pembekuan, pengalengan ikan,

fillet dan sashimi. Sama halnya dengan ikan cakalang, peningkatan produksi ikan tongkol di PPN Palabuhanratu sangat dipengaruhi oleh jumlah unit penangkapan payang, sehingga jumlahnya perlu ditingkatkan dan atau diversifi-kasi untuk pertimbangan efisiensi.

Produksi ikan yang termasuk dominan namun proyeksinya menunjukkan penurunan adalah layur. Penurunan produksi tersebut da-pat diantisipasi dengan meningkatkan pelayan-an terhadap unit penpelayan-angkappelayan-an ppelayan-ancing ulur agar mau mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu, hal ini terkait dengan tem-pat pendaratan ikan layur yang tidak hanya di PPN Palabuhanratu melainkan juga berada di luar atau di sekitar pemukiman nelayan itu sen-diri. Antisipasi lainnya yang dapat dilakukan ya-itu mendatangkan ikan layur dari TPI-TPI yang berada di Teluk Palabuhanratu seperti Cisolok dan Ujung Genteng.

Jenis olahan berbahan baku peperek, ja-ngilus, layaran dan pedang-pedang perlu diper-timbangkan untuk dikembangkan karena jum-lahnya yang cenderung meningkat. Jenis indus-tri pengolahan ikan yang dapat berkembang dan berbahan baku ikan peperek adalah surimi

(Junianto 2003). Ikan jangilus saat ini sudah digunakan sebagai bahan baku berbagai indus-tri pengolahan seperti bakso, abon dan kerupuk ikan. Jenis industri pengolahan ikan yang dapat berkembang dan menggunakan bahan baku ikan jangilus adalah pembekuan (Adawiyah 2007). Ikan layaran pada saat ini digunakan sebagai bahan baku pemindangan dan dapat dikembangkan bahan baku pembekuan dan

surimi (Junianto 2003). Ikan pedang-pedang masih digunakan sebagai bahan baku industri pengolahan pemindangan namun dapat dikem-bangkan untuk industri pembekuan (Adawiyah 2007).

Keberlanjutan industri pengolahan ikan di Palabuhanratu dapat dicapai melalui strategi pengembangan yang tepat dengan mengesti-masi kondisi dimasa akan datang, terutama agar industri tersebut terkonsentrasi di PPN Palabuhanratu. Menurut Lubis (2007) bahwa di Eropa industri pengolahan ikan terkonsentrasi di lokasi pelabuhan perikanan sebagai contoh Pelabuhan Perikanan Boulogne-sur-Mer-Pran-cis menjadi pusat pengolahan ikan terbesar di Eropa. Data terakhir tahun 2009 dari pelabuhan perikanan tersebut terdapat sekitar 150 perusa-haan industri yang mengolah rata-rata 380.000 ton ikan setiap tahunnya. Sebanyak 3/4 bahan bakumya didatangkan dari negara-negara te-tangga. Salah satu faktor penting dalam industri pengolahan ikan adalah ketersediaan bahan baku ikan secara kontinyu. Ketidak cukupan produksi ikan dari suatu pelabuhan dapat di-atasi dengan mendatangkan ikan dari daerah-daerah lain di sekitarnya. Terdapat cukup banyak perusahaan pengolahan skala kecil sekitar Palabuhanratu yang telah mengambil bahan bakunya selain dari PPN juga menda-tangkan dari daerah-daerah lain seperti Ujung Genteng dan Cisolok terutama apabila produksi pelabuhan menurun akibat pengaruh musim barat dimana nelayan tidak melakukan penang-kapan ikan di laut. Berkembangnya industri pengolahan di suatu pelabuhan hendaknya didukung dan perlu penelitian lanjutan terhadap keberadaan fasilitas terkait seperti cold storage, pabrik es dan persediaan air bersih.

KESIMPULAN

Produksi hasil tangkapan PPN Palabu-hanratu dalam menunjang industri pengolahan masih terbatas, hanya beberapa jenis ikan yang hasil proyeksinya menunjukkan peningkatan sampai tahun 1017 yaitu cakalang, tongkol, tuna, peperek, jangilus, layaran dan pedang-pe-dang, sedangkan untuk jenis ikan yang menga-lami penurunan jumlah produksi adalah layur, cucut dan pari. Sebagai alternatif solusi, ikan

(11)

yang jumlahnya cenderung menurun dapat di-datangkan dari luar Palabuhanratu diantaranya Cisolok dan Ujung Genteng.

Sesuai dengan kontinuitas dari produksi ikan di PPN Palabuhanratu maka jenis-jenis olahan yang dapat dikembangkan adalah pem-bekuan (tuna, cakalang, tongkol, jangilus, laya-ran dan pedang-pedang), pengalengan ikan (cakalang, tuna, dan tongkol), fillet (cakalang, tuna, dan tongkol), loin (tuna dan cakalang), su-rimi (peperek dan layaran), sashimi (tongkol dan tuna) dan nugget ikan (tuna). Dalam me-nunjang pengembangan tersebut perlu pening-katan fasilitas pelabuhan seperti persediaan air bersih, cold storage dan pabrik es.

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah R. 2007. Pengolahan dan Penga-wetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bahar S. 1991. Proses Penanganan dan

Pe-ngamatan Mutu Tuna Segar di Pelabu-han Muara Baru. Jakarta. Jurnal Peneliti-an PerikPeneliti-anPeneliti-an Laut No.60. Jakarta. 65 halaman.

Cabanne C. 1973. Les industries Agricoles et

Alimentaires dans la France de l’Ouest.

Revue NOROIS No 78 : 328-335.

Chaidir A. 2008. Potensi dan Pemanfaatan Limbah Tulang Pada Pengolahan Tuna di Muara Baru. Jakarta. Craby and Star-ky. Buletin Pengolahan dan Pemasaran Perikanan Edisi Februari 2008. 22-24. Fauziah. 2007. Strategi Bisnis Produk

Pengo-lahan Perikanan PT Tri Sejati Tata Food di Jakarta Utara. Skripsi. Bogor: Departe-men Sosial Ekonomi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Yunindari I.I., Dinarwan & N. Farmayanti. 2006. Perspektif Six Sigma dalam Analisis Ma-najemen Kualitas; Kasus produksi Fish Fillet di PT Dharma Samudra Fishing In-

dustry Jakarta. Bulletin Ekonomi

Perikanan Vol. VI No. 3 : 97-107

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Ja-karta. Penebar Swadaya. 118 halaman. Kreuzer R. 1971. Fish Inspection and Quality

Control. England. Fishing News (Books) Limited Ludgate House, 110 Fleet Street London, EC4. 290 halaman.

Le Ry J.M. 2005. Cornouaille Fishing Harbours in France dalam Ernani Lubis dan Anwar Bey Pane: International Seminar Pro-cceding : Dinamic Revitalisation of Java on Promoting the Indonesian Fishery Development. 2007. Program Kajian Kepelabuhanan dan Transportasi Mari-tim (PK2PTM)-LPPM Institut Pertanian Bogor dan Geolittomer-CNRS de Nan-tes, Universite de NanNan-tes, France. Lubis E. 2007. Sistem Transportasi Hasil

Tangkapan di dan dari Pelabuhan Per-ikanan. Bogor. Departemen Pemanfaat-an Sumber daya PerikPemanfaat-anPemanfaat-an, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 5 halaman.

Mahyuddin B. 2007. Pola Pengembangan Pe-labuhan perikanan dengan konsep Tryp-tique Portuaire: Kasus Pelabuhan Per-ikanan Nusantara Palabuhanratu. Bogor: Disertasi (tidak dipublikasikan). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumber daya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Mertha I.G.S, M. Nurhuda & A. Nasrullah.

2006. Perkembangan Perikanan Tuna di Palabuhanratu. Jurnal Penelitian Per-ikanan Indonesia. ISSN 0853-5884: 117-127.

Nurani T.W, J. Haluan, S. Saad & E. Lubis. 2007. Model Pengembangan Perikanan di Perairan Selatan Jawa. Bulletin PSP Vol XVI No. 2 : 317-344

Tampubolon M.S. 1983. Tuna dan Perdagang-annya. Jakarta: Gaya Baru.

Gambar

Gambar 1 Proyeksi ikan cakalang.
Gambar 4 Proyeksi ikan layur.
Gambar 7 Proyeksi ikan pari.
Gambar 10 Proyeksi ikan pedang-pedang. Ikan  layur  merupakan  jenis  ikan  yang

Referensi

Dokumen terkait

menyatakan bahwa kreativitas belajar yang tinggi akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Jadi, kreativitas belajar matematika siswa sangat berpengaruh terhadap

Meskipun di lain sisi, tindakan represif seringkali dilaksanakan sebagai bentuk penegakan hukum dalam menanggulangi pembajakan kaset film yang dilakukan dengan tujuan komersil

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa dari proses pengolahan terjadi penyisihan warna RB 5 pada kondisi optimum menggunakan membran SB/Ag/TiO

market intelligence untuk mengetahui kondisi pasar internasional terkait kebutuhan pasar produk tuna. Nilai tertinggi dari parameter pelayanan umum adalah penyediaan

Masalah-masalah yang wujud termasuklah dasar kerajaan yang menggunakan empat bahasa rasmi di Singapura, sikap kerajaan terhadap penggunaan bahasa Melayu, sikap orang

Hasil pengamatan keterlaksanaan peningkatkan hasil belajar desain batik melalui teknik tracing dalam pembelajaran kontekstual siklus I mencapai persentase

Kajian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: 1) jenis-jenis produk kemasan informasi; 2) proses kemas ulang informasi; dan 3) upaya pemenuhan kebutuhan informasi usaha kecil

Pada semester dua hanya parameter pH yang sudah memenuhi baku mutu, dan terjadi kenaikan dari parameter BOD, COD, TSS, Minyak dan Lemak, Amonia (NH 3 -N) dan Total