• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Komunikasi Kelompok pada Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Lada di UPT Bukit Kemuning Lampung Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Komunikasi Kelompok pada Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Lada di UPT Bukit Kemuning Lampung Utara"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI KELOMPOK PADA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) LADA DI UPT BUKIT KEMUNING LAMPUNG UTARA Oleh Dewangga Nikmatullah1) Abstrak Peningkatan produksi lada hitam di Provinsi Lampung belum memanfaatkan kinerja petani tentang budidaya intensif dan pengenalan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) secara maksimal, sehingga produktivitas yang dicapai belum optimal. Pelatihan tentang Pengendalian Hama Terpadu (PHT) lada melalui proses komunikasi kelompok dan diskusi di antara petani diperlukan untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang akhirnya petani mau menerapkan PHT lada untuk meningkatkan produksi, pendapatan, dan mewujudkan kesejahteraan hidup petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas komunikasi kelompok pada SL-PHT Lada terhadap tingkat adopsi inovasi dan produksi lada. Penelitian ini dilakukan pada UPPT Bukit Kemuning, dengan sampel 53 orang petani peserta SL-PHT yang ditentukan secara acak sederhana, dan dilakukan pada bulan Mei 2005. Analisis data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi kelompok pada SL-PHT Lada berada pada klasifikasi tinggi dan mempunyai hubungan terhadap tingkat adopsi inovasi dan peningkatan produksi lada. Kata Kunci: Efektivitas, Komunikasi kelompok, dan Adopsi. I. PENDAHULUAN Lampung merupakan salah satu daerah penghasil lada Indonesia. 80% produksi lada Indonesia berasal dari Lampung. Lada putih dihasilkan Bangka Belitung, dan lada hitam dihasilkan Lampung. Luas potensial tanaman lada 63.363 ha dan produksi 27.201 ton (Departemen Pertanian, 2004). Lampung unggul dalam produksi lada hitam, karena didukung oleh iklim, potensi lahan, tanaman lada yang luas, tingkat produk-. Berdasarkan permasalahan ini, sejak tahun 1998 Pemerintah melalui Dinas Perkebunan melaksanakan program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan bentuk Sekolah Lapang (SL).. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).. merupakan. suatu. sistem. pendidikan nonformal melalui pembe-lajaran orang dewasa yang dilaksanakan di lapang atau kebun petani dengan materi pe-ngendalian hama terpadu pada tanaman lada, kebun sebagai media belajar, serta dengan pola belajar lewat pengalaman. Sejak adanya Program SL-PHT produksi. tivitas belum optimal, dan kinerja petani belum maksimal dalam hal budidaya dan pengenalan. SL-PHT. lada meningkat signifikan. Luas areal dan produksi lada di Provinsi Lampung per kabupaten dapat dilihat pada Tabel 1.. _____________________________________ 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 1.

(2) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 Tabel 1. Luas areal dan produksi tanaman lada di Propinsi Lampung menurut Kabupaten, Tahun 2004 Kabupaten. Luas Areal Tanaman Lada. Produksi Tanaman Lada. (Ha). (Ton). (2). (3). Lampung Barat. 8.346. 2.245. Tanggamus. 8.305. 2.000. Lampung Selatan. 993. 286. Lampung Timur. 9.325. 4.454. Lampung Tengah. 803. 165. Lampung Utara. 22.517. 11.042. Way Kanan. 1.824. 3.320. Tulang Bawang. 25. 5. Kota Bandar Lampung. 7. -. Kota Metro. -. -. 64.965. 23.517. (1). Propinsi Lampung Sumber : Lampung Dalam Angka, 2004. Pada Tabel 1. terlihat bahwa Kabupaten. adalah Kecamatan Bukit Kemuning, Abung. Lampung Utara memiliki potensi areal pe-. Tinggi, dan Tanjung Raja, yang tergabung. ngembangan tanaman lada yang paling luas. dalam. dibandingkan. lainnya,. kecamatan-kecamatan ini memiliki produk-. dengan produksi tertinggi sebesar 11..042 ton,. tivitas lada rendah dibanding-kan kecamatan. sehingga Kabupaten Lampung Utara dapat. lainnya.. dikatakan sebagai daerah penghasil utama lada. untuk meningkatkan daerah potensial pengem-. di Provinsi Lampung. Setiap kecamatan yang. bangan tanaman lada dengan meningkatkan. ada di Kabupaten Lampung Utara memiliki. produktivitas lada. Data luas areal dan pro-. areal potensial bagi pengembangan dan peme-. duksi tanaman lada di Kabupaten Lampung. liharaan tanaman lada. Kecamatan yang cukup. Utara dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.. dengan. Kabupaten. UPPT. Bukit. Kemuning.. Namun. Hal inilah yang menjadi perhatian. berpotensi bagi pengembangan tanaman lada. 39.

(3) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 Tabel 2. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan lada Kabupaten Lampung Utara Tahun 2004 Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi Produktivitas (Ton) M (Kg/ha) BM M TM Jumlah 551 540 1035 5 980 50 Bukit Kemuning 678 1100 1895 157 1622 116 Abung Tinggi 667 1537 2805 30 2305 470 Tanjung Raja 691 3125 5027 253 4522 252 Abung Barat 617 526 1283 50 853 380 Abung tengah 600 342 685 11 570 104 Kota Bumi 629 22 40 5 35 Kota Bumi Utara 725 1305 2175 1800 375 Kota Bumi Selatan 646 126 238 9 195 34 Abung selatan Abung Semuli 692 36 72 52 20 Abung Timur Abung Surakarta 674 2462 3955 61 3655 239 Sungkai Selatan 467 1 23 3 20 Bunga Mayang 500 1 2 2 Muara Sungkai 627 706 2482 514 1126 842 Sungkai Utara Jumlah 2902 17.720 1095 21.717 11.829 668 Sumber : Lampung Dalam Angka 2004 Keterangan :. BM = belum menghasilkan TM = tidak menghasilkan M = menghasilkan. Program SL dilaksanakan dengan metode. Kegiatan SL-PHT lada diikuti oleh bebera-. PHT, yaitu pengendalian mekanis, pengenda-. pa kelompok tani yang sengaja dibentuk untuk. lian kultur teknis, pengendalian biologis, dan. pelatihan teknologi PHT dan disesuaikan de-. pengendalian kimiawi, tujuan SL-PHT lada. ngan kesepakatan belajar yang dibuat anggota. adalah (1) meningkatkan pengetahuan dan ke-. kelompok tani dan pemandu lapang sebagai. terampilan tentang PHT tanaman lada, (2) me-. pemberi materi pelatihan.. ningkatkan produktivitas tanaman lada dan. UPT Bukit Kemuning sebagai salah satu. kesejahteraan petani lada serta keluarganya,. daerah penyumbang devisa negara, khususnya. dan (3) meningkatkan nilai ekspor dan penda-. dari komoditas lada dan penyumbang anggaran. patan daerah.. daerah, memiliki kelompok tani yang cukup. Kegiatan SL-PHT mengacu pada empat. aktif dalam pelaksanaan SL-PHT lada, bebera-. prinsip PHT, yaitu (1) budidaya tanaman sehat. pa kelompok tani dipilih oleh Kepala UPPT. (2) memanfaatkan dan melestarikan musuh. Bukit Kemuning berdasarkan pertimbangan. alami, (3) pengamatan secara berkala (rutin),. syarat peserta didik SL-PHT lada yang telah. dan (4) petani menjadi ahli PHT.. ditetapkan.. Kecamatan. Bukit. Kemuning,. 40.

(4) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 Abung Tinggi, dan Tanjung Raja pada dasar-. anggota kelompok bekerjasama dan berkomu-. nya memiliki wilayah topografis yang sesuai. nikasi termasuk hal diskusi SL-PHT lada.. bagi tanaman lada dibandingkan kecamatan. Proses. komunikasi. yang. terjadi. pada. lain yang ada di Kabupaten Lampung Utara,. kelom-pok diskusi PHT lada adalah dalam. karena keadaan alamnya yang sebagian besar. bentuk kelompok kecil. Pelaksanaan kegiatan. berupa dataran sedang dan tinggi sehingga. PHT lada tidak lepas dari peran diskusi. mempercepat proses pembungaan dan panen.. kelompok untuk menyelesaikan masalah dan. UPPT Bukit Kemuning mempunyai 21. melaksana-kan. tugas. kelompok. mengenai. kelompok tani, Kecamatan Bukit Kemuning. materi PHT lada. Kelompok kecil dimaksud-. tujuh kelompok, Kecamatan Abung Tinggi. kan agar komunikasi dapat berlangsung efek-. sembilan kelompok, dan Kecamatan Tanjung. tif. Kelompok kecil diharapkan sebagai kum-. Raja lima kelompok tani.. pulan individu yang saling berinteraksi dalam. Kelompok tani sebagai wahana bertukar. memecahkan masalah, mengerjakan tugas. informasi bagi petani merupakan salah satu. yang diberikan pemandu lapang, sehingga. sarana untuk meningkatkan daya pikir dan pe-. memperoleh kepuasan untuk mencapai tujuan. ngetahuan bagi mereka. Dalam kaitannya de-. kelompok.. ngan informasi, kelompok tani merupakan ke-. antara individu yang satu dan lainnya dalam. las belajar dan berinteraksi edukatif. kelompok kecil merupakan bentuk komunikasi. dalam. Komunikasi. yang. berhadapan. rangka mengadopsi inovasi. Oleh karena itu. kelompok. tujuan petani berkelompok adalah untuk mem-. menghasilkan pemecahan masalah individu. permudah penyebaran dan penyerapan infor-. dan kelompok. Anggota kelompok kecil dapat. masi antara petani dalam kelompok kecil.. lebih terbuka mengeluar-kan pikiran dan. yang. cukup. efektif. untuk. Suatu kelompok dikatakan efektif apabila. argumentasinya dalam meme-cahkan berbagai. kelompok tersebut dapat menjalankan fungsi-. persoalan kelompok. Mereka lebih memiliki. nya yaitu untuk saling berbagi informasi.. keeratan hubungan psikologis antara anggota. Karena itu keefektifan suatu kelompok dapat. yang satu dan lainnya dalam mengeluarkan. dilihat dari berapa banyak informasi yang. dan menanggapi argumentasi. Solidaritas yang. diperoleh anggota kelompok dan sejauhmana. tinggi. anggota kelompok memuaskan kebutuhannya. merupakan bagian proses komunikasi dalam. dalam kegiatan kelompok (Rakhmat, 2001).. kelompok. Pernyataan tersebut tentu tidak lepas dari pro-. kekuatan dan kekompakkan kelompok.. dalam. kecil. menyelesaikan. untuk. masalah. mempertahankan. ses komunikasi di dalamnya, karena komuni-. Efektivitas komunikasi dalam kelompok. kasi dalam suatu kelompok mencerminkan. merupakan efektivitas komunikasi kelompok. berbagai hubungan dengan sesama manusia,. yang dapat dilihat dari hubungan personal. 41.

(5) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 antara individu dalam kelompok, karena. Proses adopsi merupakan hasil kegiatan. komunikasi yang dilakukan lebih cenderung. penyampaian pesan atau materi PHT lada dari. menggunakan kekuatan psikologis dan karak-. pemandu lapang, sedangkan difusi inovasi ada-. teristik petani dalam mencapai komunikasi. lah penyebaran informasi antar anggota dalam. kelompok yang efektif. Rakhmat (2001),. kelompok kecil dalam SL-PHT lada.. faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan. Mosher (1985), faktor-faktor yang mempe-. kelompok adalah (1) faktor personal (karak-. ngaruhi adopsi teknologi oleh petani adalah (1). teristik anggota kelompok), yaitu umur, ting-. tingkat pendidikan, (2) luas lahan garapan, dan. kat. kepribadian,. (3) pendapatan petani. Selanjutnya Barnard. homogenitas dan heterogenitas kelompok dan. (1938 dalam Rakhmat, 2001), anggota kelom-. faktor situasional yaitu ukuran kelompok,. pok bekerjasama untuk mencapai dua tujuan,. jaringan komunikasi, kohesi kelompok, dan. yaitu: melaksanakan tugas kelompok dan me-. kepemimpinan, menurut Lionberger (1960. melihara moral anggotanya, tujuan pertama. dalam Mardikanto 1993), faktor-faktor yang. diukur dari prestasi dan tujuan kedua diukur. mempengaruhi kecepatan seseorang meng-. dari tingkat kepuasan anggota berada dalam. adopsi inovasi meliputi luas usahatani, tingkat. kelompok, kedua tujuan tersebut merupakan. pendapatan, keberanian mengambil resiko,. pengukuran efektivitas komunikasi kelompok.. umur, partisipasi, aktivitas mencari ide baru. Berdasarkan latar belakang di atas, perma-. dan sumber informasi yang dimanfaatkan.. salahan dalam penelitian ini adalah : (1) ba-. Menurut Soekartawi (1988), sistem sosial. gaimanakah tingkat efektivitas komunikasi. seperti kelompok tani merupakan populasi dari. kelompok, (2) apakah ada hubungan antara. individu-individu yang terikat dalam pemecah-. efektivitas. an masalah bersama melalui peranan komuni-. adopsi inovasi, (3) apakah ada hubungan an-. kasi, dan salah satu proses komunikasi. tara adopsi inovasi dan produksi lada pada. termasuk di dalamnya adalah proses adopsi. kelompok tani Peserta SL-PHT Lada.. pendidikan,. pendapatan,. komunikasi. kelompok. dengan. inovasi, kemudian faktor-faktor yang mempe-. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:. ngaruhi adopsi inovasi adalah karakteristik. (1) tingkat efektivitas komunikasi kelompok,. psikologi dan faktor personal seperti umur,. (2) mengetahui kaitan antara efektivitas komu-. pendidikan, sedangkan faktor situasional yang. nikasi kelompok dengan adopsi inovasi, (3). mempengaruhi adalah keadaan sosial ekonomi,. mengetahui kaitan antara adopsi inovasi dan. status pemilikan tanah, ukuran usahatani.. produksi lada pada kelompok tani SLPHT lada di UPT Bukit Kemuning.. 42.

(6) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kerangka Pemikiran. diperlukan adanya pendekatan terhadap faktorfaktor yang dinilai berpengaruh dalam komunikasi kelompok agar efektivitas komunikasi. Mengingat pentingnya tujuan kelompok. kelompok dapat tercapai, sehingga mengha-. pela-tihan PHT lada, diperlukan kerjasama. silkan diskusi yang efektif dan menciptakan. antar individu dalam menyampaikan, berbagi. kemajuan kelompok karena tercapainya tujuan. dan menerapkan isi pesan dengan benar dan. pribadi dan kelompok.. memiliki kesamaan arti. Oleh karena itu, Efektivitas Komunikasi Kelompok: Prestasi : • Pemahaman materi PHT lada Kepuasan : • Kemampuan kelompok berbagi informasi • Intensitas informasi yang diterima anggota kelompok • Tindakan anggota dalam memuaskan kebutuhan • Kepuasan anggota berada dalam kelompok. Adopsi Inovasi. Produksi. Gambar:. Hubungan Efektivitas Komunikasi Kelompok dengan Tingkat Adopsi Inovasi dan Produksi lada pada Kelompok Tani peserta SL-PHT 2.2. Hipotesis. Kabupaten Lampung Utara meliputi tiga. Berdasarkan kerangka pemikiran, diajukan. kecamatan, yaitu Kecamatan Bukit kemuning,. hipotesis penelitian sebagai berikut: (1) Ada. Kecamatan Abung Tinggi dan Kecamatan. hubungan nyata antara efektivitas komunikasi. Tanjung Raja, dengan pertimbangan bahwa. kelompok dengan adopsi inovasi. kelompok-kelompok tani peserta SL-PHT lada. kelompok. tani. SL-PHT. lada.. anggota (2). Ada. hubungan nyata antara adopsi inovasi dengan. di lokasi ini tergolong aktif. Jumlah responden 10 % dari populasi (N=. produksi lada anggota kelompok tani SL-PHT. 525 orang), yaitu (n) 53 petani.. lada.. masing kelompok tani diambil lima respon-. Masing-. den, terdiri dari dua orang pengurus yang III. Lokasi. METODE PENELITIAN penelitian. ditentukan. dengan. ditentukan dengan sistem purposive sample atau sampel bertujuan, dan tiga petani anggota. sengaja (purposive) di UPT Bukit Kemuning. 43.

(7) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 yang ditentukan secara random.. Penelitian. dilaksanakan bulan Maret 2005. Data primer diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner, data sekunder diper-. Keterangan :. ∑x. Analisis. data. kuantitatif.. secara. kualitatif. ∑. yang dikoreksi y = Jumlah kuadrat peubah terikat (Y). ∑. yang dikoreksi T = Jumlah berbagai T untuk semua. mendeskripsikan. dan. kelompok yang berlainan dan memiliki ranking yang sama. Tx = Jumlah faktor koreksi peubah bebas. dan. Data tersebut dianalisis dengan menginterpretasikan. informasi untuk meng-gali kejelasan kegiatan. ∑ ∑Ty = Jumlah faktor koreksi peubah terikat t. = Banyaknya observasi yang bernilai sama pada suatu peringkat tertentu = Jumlah responden. yang diteliti, dan analisis tabulasi dengan memberikan skor terhadap data lapang yang diklasifikasikan serta menggunakan statistika. = Jumlah kuadrat peubah bebas (X). 2. oleh dari literatur, dan lembaga-lembaga yang mendukung penelitian ini.. 2. n. Karena n>30, menggunakan Tabel B, dan. nonparametrik korelasi Rank Sperman, dengan. memperhatikan α dan derajat bebas (db= n-2). rumus (Siegel,1958). Untuk mencari t-hitung pada Uji Korelasi N. rs = 1 − Keterangan :. Apabila. Rank Spearman dipergunakan rumus berikut :. 6 ∑ di 2. trs = r. i =1 3. n −n. r s = koefisien korelasi di = perbedaan pasangan rank n = jumlah unit sampel. terdapat. rank. kembar,. maka. Jika. trs. s. n − 2 1 − r s2. hitung ≥ t tabel (n-2), maka terima. H1 pada (α) = 0,01 atau 0,05 berarti kedua variabel menunjukkan ada hubungan.. digunakan faktor koreksi T dengan rumus IV.. sebagai berikut (Siegel, 1958) :. rs =. ∑ ∑. ∑. ∑ y −∑ ∑ x .∑ y. x2 + 2. 2. 2. n3 − n x = − ∑ Tx 12 n3 − n y2 = − ∑ Ty 12 2. t3 − t T = ∑ 12. di. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2. 4.1. Efektivitas Komunikasi Kelompok. 2. Berdasarkan hasil penelitian, skor rata-rata prestasi dan kepuasan adalah 107,91 dan termasuk dalam kategori tinggi Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.. 44.

(8) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 Tabel 4. Efektivitas komunikasi kelompok Selang 65,00 – 82,33 82,34 – 99,68 99,69 – 117,00 Jumlah Rata-rata 107,91 (tinggi). Klasifikasi Rendah Sedang Tinggi. Jumlah Responden 3 5 45 53. Persentase (%) 5,66 9,43 84,91 100,00. Tabel 4. menunjukkan efektivitas komunikasi. muan hanya satu sampai dua topik khusus. kelompok adalah efektif (84,91%). Prestasi. yang disampaikan, mengingat kapasitas petani. yang dinilai adalah mengenai pemahaman. responden dalam memahami materi sangat. materi lada dari asal usul tanaman lada, proses. terbatas. Kegiatan diskusi dilaksanakan mulai. pengolahan tanah sampai dengan panen dan. dari pengamatan agroekosistem sebelum pela-. pemasaran, sedangkan kepuasan dinilai dari. tihan dimulai sampai memecahkan masalah. kemampuan kelompok dalam berbagi infor-. dalam kelompok. Komunikasi yang baik di-. masi, intensitas informasi, tindakan anggota. perlukan agar terjadi kesamaan pemahaman. memuaskan kebutuhan kelompok, dan kepuas-. materi. an anggota berada dalam kelompok.. sehingga efektivitas komunikasi kelompok. Tingkat efektivitas komunikasi kelompok. antara. setiap. anggota. kelompok,. dapat terwujud.. diukur dalam prestasi dan kepuasan responden. Efektivitas komunikasi suatu kelompok. penelitian tinggi, ini menandakan kegiatan pe-. dapat dilihat dari keberhasilan menyerap. latihan telah berhasil.. materi dan peningkatan prestasi, yang tidak. Seluruh materi yang. disampaikan dalam pelatihan dapat dipahami. tahu. oleh anggota kelompok, pemahaman ini ada-. pengetahuan menuju peningkatan pengetahuan. lah wujud dari adanya komunikasi timbal balik. tentang teknologi budidaya yang intensif dan. antara setiap anggota kelompok dalam kegiat-. mampu mewujud-kan peningkatan produksi.. an diskusi kelompok. Kepuasan dalam meng-. Komunikasi. kelompok. ikuti kegiatan dibuktikan dengan melihat ting-. merupakan. unsur. kat kepuasan responden.. kerjasama yang baik dalam mengikuti segala. Hasil penelitian. men-jadi. tahu,. dalam. penting. SL-PHT terciptanya. bentuk. dengan adanya rasa kepuasan setelah menerap-. berkomunikasi. kan materi yang didapat ke kebun mereka. sampaikan dapat segera diadopsi dan terjadi. masing-masing.. reaksi umpan balik antara anggota.. dalam sebuah topik khusus, setiap kali perte-. di. minimnya. membuktikan tingkat kepuasan ditunjukkan. Materi yang didapat diolah. kegiatan. dari. maka. dalamnya, materi. dengan. yang. di-. Setelah. materi yang disampaikan dapat dikomunikasi-. 45.

(9) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 kan dengan baik antar para anggota kelompok,. kannya.. inovasi tersebut terlebih dahulu akan diadopsi. kelom-pok yang baik, informasi atau materi. untuk diterapkan di kebun mereka.. akan diserap oleh petani, petani akan mengam-. 4.2. Adopsi Inovasi. bil. Setelah terjadi proses komunikasi. keputusan. untuk. mengkombinasikan. Adopsi inovasi merupakan suatu tahap. kebiasaan petani dengan teknologi PHT,. untuk mencapai perubahan perilaku petani.. kemudian mereka menyimpulkan teknologi. Penge-tahuan, sikap dan keterampilan telah. yang dapat diterapkan di kebun mereka.. berubah ke arah yang lebih baik, dari pengeta-. Tingkat adopsi inovasi petani peserta pelatihan. huan tentang PHT yang kurang sampai petani. PHT lada dapat dilihat pada Tabel 5. berikut.. dapat memahami materi PHT dan menerap-. Tabel 5.. Rata-rata tingkat adopsi petani terhadap teknologi PHT lada. Teknologi Anjuran. Skor rata-rata. Klasifikasi. Benih. 53,85. Tinggi. Cara Bercocok Tanam. 98,38. Tinggi. Pemupukan. 53,62. Tinggi. Pengairan. 19,75. Rendah. Pengendaliah Hama dan Penyakit. 85,50. Tinggi. Panen dan Pasca Panen. 69,50. Tinggi. 6,12. Rendah. Pemasaran Jumlah. Tabel 5.. 386,72. menunjukkan bahwa hanya peng-. airan dan pemasaran yang memiliki tingkat. Tinggi. secara tidak berkelompok atau secara individu, dan akan sangat mempengaruhi nilai jual lada.. adopsi rendah. Rendahnya tingkat adopsi indikator pengairan wajar, hal ini disebabkan. 4.3. Produksi. pengairan masih sepenuhnya tergantung pada. Hasil penelitian diperoleh sebaran produksi. curah hujan. Pada indikator pemasaran rendah-. berada pada kisaran 40—700 kg. Sebaran jum-. nya adopsi inovasi disebabkan sebagian besar. lah responden berdasarkan tingkat produksi. petani melakukan penjualan hasil produksi. dapat dilihat pada Tabel 6.. 46.

(10) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 Tabel 6. Keadaan petani berdasarkan tingkat produksi Selang. Klasifikasi. 40 – 260 261 – 481 482 – 700. Rendah Sedang Tinggi. Jumlah Rata-rata 152,375 (rendah). Tabel 6.. menggambarkan bahwa sebagian. besar (83,02%) tingkat produksi lada petani. Jumlah Responden (Orang) 44 6 3 53. Persentase (%) 83,02 11,32 5,66 100,00. pendapatan yang diterimapun rendah, bahkan tidak sesuai dengan biaya produksi.. masih tergolong rendah, hal ini terbukti dari. Potensi petani responden untuk menuju. jumlah rata-rata produksi 152,375 kg. Jumlah. petani produktif dan menjadi sumberdaya. petani yang menghasilkan produksi tinggi. manusia yang sarat dengan keterampilan ber-. berkisar 482 kg – 700 kg hanya (5,66%), yang. teknologi masih belum dikatakan berhasil,. berproduksi antara 261 kg – 481 kg ada enam. prestasi yang diterima tidak dimanfaatkan se-. orang (11,32%).. Kinerja petani yang telah. luruhnya pada kegiatan usahatani lada mereka,. terbentuk melalui prestasi pemahaman materi. namun kemauan dan keuletan untuk terus. lada lebih dikatakan berhasil jika para petani. mencoba dan menggali materi untuk dapat di-. responden menerapkan seluruh anjuran dan. praktekkan langsung di kebun mereka merupa-. materi yang didapat dalam SL-PHT lada.. kan salah satu modal menuju pengembangan. Penerapan materi hanya diterapkan sekali pada. sumberdaya petani yang modern, cakap, dan. kebun mereka, pemupukan misalnya masih. tanggap terhadap segala permasalahan yang. banyak responden penelitian yang belum me-. ada di kebun lada petani. Produksi yang ren-. lakukan pemupukan sesuai anjuran.. dah dapat segera ditingkatkan jika para petani. Menurut petani pemupukan biayanya besar,. mau melaksanakan semua anjuran teknologi,. dengan tidak memupuk saja petani responden. kerjasama pemerintah diperlukan untuk mem-. dapat menikmati hasil kebun lada mereka, jadi. perhatikan kondisi petani yang belum mampu. mereka menyimpulkan pemupukan tidak perlu. memiliki sarana dan prasarana produksi.. dilakukan pada tanaman lada yang masih da-. Efektivitas komunikasi kelompok dalam. pat berbuah dan lahan yang masih subur.. pelatihan dapat memberikan solusi bagi masa-. Keterbatasan biaya untuk memenuhi anjuran. lah petani, dan menjadi bahan pertimbangan. merupakan kendala bagi petani untuk mening-. dan pertanggung jawaban pemandu lapang. katkan kualitas lada mereka, harga lada rendah,. untuk menyampaikan kepada instansi pemerintah tentang sesungguhnya keadaan petani. 47.

(11) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 lada, agar ada tindak lanjut dalam upaya mem-. menikmati hasil produksi yang meningkat pula. bantu terwujudnya kesejahteraan petani lada.. sesuai dengan harapan mereka. Peningkatan produksi dapat dicapai oleh. Pengujian Hipotesis. para petani yang telah mengadopsi inovasi. Hubungan antara efektivitas komunikasi kelompok dengan adopsi inovasi pada pelatihan PHT lada.. pada PHT lada, dan menerapkan segala anjuran di kebun masing-masing, misalnya pemupukan secara tepat memperhatikan kesuburan. Efektivitas komunikasi kelompok yang tinggi akan mempengaruhi proses adopsi inovasi, kesamaan informasi dan teknologi penerapan PHT lada dapat diterima, diserap dan diterapkan dengan baik, sehingga setelah petani. mengubah. sikap. dan. menambah. tanah dan peningkatan kualitas panen lada, sehingga kualitas dan mutu produksi dapat menjadi prioritas utama para petani lada untuk bersaing di pasaran nasional dan internasional, mengingat lada merupakan tanaman bernilai ekspor.. pengetahuan serta keterampilan petani dapat Tabel 7. Hubungan efektivitas komunikasi kelompok dengan adopsi inovasi PHT lada. Efektivitas Komunikasi Rendah Sedang Tinggi Jumlah. Rendah 0 1 (14,29%) 0 1. Adopsi Inovasi Sedang Tinggi 1(50%) 1 (50%) 2 (28,57%) 4 (57,14%) 13 (29,55%) 31 (70,45%) 16 36. Jumlah 2 7 44 53. Pada Tabel 7. terlihat bahwa ada kecende-. semakin tinggi adopsi inovasi.. Adanya hu-. rungan positif antara efektivitas komunikasi. bungan antara efektivitas komunikasi dengan. dengan adopsi inovasi, di mana efektivitas ko-. adopsi inovasi juga didukung hasil analisis. munikasi tinggi terdapat tingkat adopsi yang. secara statistisk.. tinggi pula (70,45%). Berdasarkan Tabel 7.. antara efektivitas komunikasi dengan adopsi. maka dapat disimpulkan ada kecenderungan. inovasi disajikan pada Tabel 8.. semakin tinggi tingkat efektivitas komunikasi. ]. Hasil analisis hubungan. Tabel 8. Hasil uji statistika antara efektivitas komunikasi dengan adopsi inovasi Variabel bebas Efektivitas Komunikasi. Variabel terikat Adopsi Inovasi. rs. t-hitung. 0,402. 2,671. t-tabel α = 0,05 α = 0,01 2,024. 2,709. 48.

(12) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 Hasil analisisi diperoleh rs hitung = 0,402,. kembali merasa pesimis untuk meningkatkan. dan t-hitung = 2,671 lebih besar dari t-tabel. usahatani mereka.. (2,024) pada taraf kepercayaan 95%, terima. menyimpulkan. hipotesis (H1), berarti terdapat hubungan antara. antara adopsi inovasi dan efektivitas komuni-. efektivitas komunikasi dengan adopsi inovasi.. kasi kelompok, semakin tinggi efektivitas. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi berhubungan terhadap adopsi inovasi, dengan tingkat keeratan 40,2%. Adanya hubungan nyata efektivitas komuni-. Untuk itu data lapangan. bahwa. terdapat. hubungan. komunikasi kelompok maka semakin tinggi adopsi inovasi. Hubungan antara adopsi inovasi dengan produksi.. kasi terhadap adopsi inovasi lebih disebabkan materi pelatihan PHT lebih didominasi oleh. Adopsi Inovasi yang dilakukan petani me-. materi pengendalian hama dan penyakit, yang. rupakan proses pengambilan keputusan oleh. didukung oleh tingkat adopsi inovasi pada. petani untuk menerima atau menolak inovasi.. budidaya lada secara umum. Selain itu karena. Adopsi inovasi ini diharapkan mampu mening-. keterbatasan biaya dan kegigihan mereka,. kat produksi. Pada umumnya petani dengan. bahkan ketika mengetahui belum ada penang-. tingkat adopsi inovasi tinggi memiliki kecen-. gulangan intensif tentang penyakit tanaman. derungan produksi tinggi.. lada yang meresahkan dan selalu membuat. hubungan antara adopsi inovasi dengan tingkat. petani mengalami kegagalan panen, yakni. produksi dapat dilihat pada Tabel 9.. penyakit. busuk. pangkal. batang,. Hasil penelitian. mereka. Tabel 9. Hubungan adopsi inovasi dengan produksi pada program PHT lada Adopsi Inovasi Rendah Sedang Tinggi Jumlah. Pada. Tabel. 9.. Rendah 2 (66,67%) 2 (20%) 0 4. terlihat. bahwa. Produksi Sedang 1(33,33%) 7 (70%) 9(22,50%) 17. Tinggi 0 1 (10%) 31 (77,5%) 32. Jumlah 3 10 40 53. terdapat. kat adopsi inovasi rendah sebanyak 3 orang,. hubungan antara adopsi inovasi dengan pro-. sebagian besar (66,66%) produksi ladanya pun. duksi, semakin tinggi adopsi inovasi maka. rendah. Petani responden dengan tingkat adop-. semakin tinggi produksi yang dicapai. Hal ini. si inovasi sedang adalah 10 orang, sebagian. terlihat dari jumlah petani yang memiliki ting-. besar (70%) termasuk tingkat adopsi inovasi. 49.

(13) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 sedang.. Petani responden dengan tingkat. tinggi. Hasil analisis secara statistika hubungan. adopsi inovasi tinggi adalah 40 orang, sebagian. antara adopsi inovasi dengan produtivitas. besar (77,5%) memiliki tingkat produksi. usahatani lada disajikan pada Tabel 10.. Tabel 10. Hasil uji statistika antara tingkat adopsi inovasi dengan produksi Variabel bebas Adopsi Inovasi. Variabel terikat Produksi. rs. t-hitung. 0,425. 2,856. t-tabel α = 0,05 α = 0,01 2,025 2,713. Tabel 10. menunjukkan hasil analisis statisitik. PHT lada.. diperoleh rs hitung = -0,425, dan t-hitung =. kelompok akan menentukan tingkat adopsi. 2,856 lebih besar dari t-tabel (2,025) dan t-. inovasi yang dianjurkan. (3) Tingkat adopsi. tabel (2,713) pada taraf kepercayaan 95% dan. inovasi. 99%, keputusannya terima hipotesis (H1).. usahatani lada pada kelompok tani SL-PHT.. Terdapat hubungan antara tingkat adopsi. Jadi, tingkat adopsi akan menentukan produksi. inovasi. hasil usahatani petani.. dengan. tingkat. produksi.. Sesuai. dengan pendapat Mosher (1985) mengatakan. Jadi, keefektifan komunikasi. berhubungan. dengan. produksi. 4.2. Saran. bahwa syarat peningkatan produksi usahatani adalah adanya teknologi yang berkembang.. Dari hasil penelitian disarankan: (1) Perlu. Jika penggunaan teknologi di sektor pertanian. diperhatikan efektivitas komunikasi kelompok. berkembang, maka ada kecendrungan produksi. dalam kegiatan SL-PHT, seperti materi PHT,. akan meningkat.. lebih terbuka dalam mengemukakan masalah dan pendapat, membantu menyediakan per-. IV. KESIMPULAN DAN SARAN. lengkapan diskusi dan presentasi, ikut serta dalam praktek lapang untuk mempermudah. 4.1. Kesimpulan. pencapaian tujuan SL-PHT. (2) Pelatihan PHT. Berdasarkan hasil penelitian dapat disim-. lada perlu terus dikembangkan, agar kinerja. pulkan: (1) Komunikasi kelompok pada SL-. petani SL-PHT dapat dipertahankan dan. PHT di UPT Bukit Kemuning Kabupaten. ditingkatkan, memberi kesempatan belajar bagi. Lampung Utara tergolong efektif, dan rata-rata. petani yang belum mengikuti pelatihan PHT. skor efektivitas komunikasi kelompok terma-. untuk meningkatkan produktivitas lada.. suk dalam kategori tinggi. (2) Efektivitas komunikasi kelompok berhubungan dengan tingkat adopsi inovasi pada kelompok tani SLDAFTAR PUSTAKA 50.

(14) Jurnal AGRIJATI 1 (1), Desember 2005 Departemen Pertanian. 1997. Pembinaan Kelompok Tani Nelayan. Jakarta. Departemen Pertanian. 2003. Lada. http//www.deptan. go. Id. Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Mosher, A.T. 1985. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta.. Rakhmat, J. 2001. Psikologi Komunikasi. Remaja Karya. Bandung. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta. Siegel, S. 1958. Nonparametric Statistics For Behavioral Sciences. McGraw-Hill. Kogakusha. Tokyo Tim BPS. 2004. Lampung Dalam Angka. BPS. Lampung.. 51.

(15)

Gambar

Tabel 4.  Efektivitas komunikasi kelompok
Tabel 5.  Rata-rata tingkat adopsi petani terhadap teknologi PHT lada
Tabel 6.  menggambarkan bahwa sebagian  besar (83,02%) tingkat produksi lada petani  masih tergolong rendah, hal ini terbukti dari  jumlah rata-rata produksi 152,375 kg
Tabel 7.  Hubungan efektivitas komunikasi kelompok dengan adopsi inovasi PHT lada.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dasar teori kultivasi adalah menonton televisi secara berlebihan dapat berdampak pada adanya kecenderungan untuk terlibat terhadap gambaran yang disajikan

Suatu hal yang juga penting untuk dicatat adalah intoleransi yang sangat terlokalisir: Jawa Barat secara rutin muncul dalam penelitian sebagai salah satu daerah yang

Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi struktur dan prospek hidrokarbon Cekungan Kutai dengan menggunakan salah satu metode geofisika yaitu metode gayaberat..

Fatah, Kamus Indonesia-Arab, Arab-Indonesia, (Cet.. ekonomi ataupun penderitaan lainnya. Padahal itu semua adalah ujian untuk mengetahui sejauh mana seseorang dapat

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) pelapisan silika secara in-situ dalam sintesis magnetite secara elektrokimia mampu menstabilkan partikel

Mengenai Informasi, jika di kaitkan dengan sosialiasi yang dilaksanakan pasca terbitnya Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia, khusus di Kabupaten

Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada review pencatatan dan pendokumentasian yang benar didapatkan bahwa dari( 296) dokumen rekam medis terdapat (0) dokumen rekam medis pada