i
I
JURNAL PEIANGI
IIMU
VOLTIME 2 NO. 5,WI
2OOgLembaga
Arbitrase Internasional l)an
Penyelesaian SengketaBisnis
Oleh: Weny Dungga
Abstract
Intemational business relationship hetd intersate, state with individuat or
state with intemational organization cannot be worked out closer ever after. Often the relationships raise dispute. Thereforg tlre law has to give a foundation in order
that parties can ask a judge or arbiter's legal assistance to review the content
of
contracl wheather clauses
of
contract hasto
be renegoliated again, changed orcancelled.
Intemational arbitration has long been recognized as a mean of resolving commercial disputies, especially those with international dimensions. It's believel
that arbitration offers some advantages compare to litigaton. As a result, foreign
investors have been encreasingly using international arbitration provisions in
tGr
agreements.Kata Kunci: ContracL Arbitrase Internotional, Sengketa, Bisnis.
Pendahuluan
Majunya
perdagatrgan duniasaat
ini, di
safu
sisi
memangmernberikan dampak positif, narnun
di
sisi lain
dapat
menimbulkanperbedaan
paham,
perselisihan pendapat maupun portentangan atausengketa sebagai akibat adanya salah
satu pihak yang
melakukanwanprestasi
terhadap
kontrak dagang. Meskipun tiap-tiapmasya-rakat
memiliki
oara sendiri-sendiriuntuk
menyelesaikan perselisihan,namun
demikian
perkenrbangan dunia usaha yang brekembang secararmiversal dan global mulai mengenal
bentuk-bentuk penyelesaian
seng-kaa yang homoge4 menguntungkan
dan
memberikanrasa
aman
dankeadilan bagi
pna
pihak. Salah satuyang
cukup populer
dan
banyakdiminati
dewasaini
adalah
carapenyelesaim sengketa
melaluiJURNAL PELANGI ILMU I/OLUME 2 NO. 5,
WI
2OOgHukum dagang sebagai tragian
dari
hukum
perdatamateril,
danhukum perdata
formil,
memberikan dua macam cara dan kemungkinan untuk menyelesaikan sengketa yangterbit
atrtara
dua pihak
yangberselisih,
Pertam4
ialah
penye-lesaian sengketa melalui pengadilan.
Kedua,
penyelesaian
sengketamelalui arbitrase.
Hukum
Kontrak,
sebagai bagian dari hukum perdata memilikibeberapa asas yang bersifat universal
seperti asas kebebasan berkontrak
(pqrly
aulhonomy),
kontrakmengikat
sebagai
undang-undangbagi para pihak yang membuatny4 serta asas sepakat. Para pihak yang
terlibat
dalam kontrak
atauperjanjian
dimana
isi
yaflgdiperjanjikan melewati
batas
satunegara, dalam
hal
tirnbul
suah,rsengketa perlu menetapkan terlebih
dahulu
cara-cara
untuk
menve-lesaikan sengketa tersebut
Kompleksitas
dan
tingginya persaingan dalam dunia bisnis akancenderung berpotensi menimbulkan
konflik
atau
sengketa. Terjadinya sengketa sebenarnya sangat tidakdikehendaki
oleb
pelaku
bisnis, narnun demikian dalam menjalankanbisnis resiko
timbulnya
sengketatetap dimungkinkan
(Merills,
1994:1).
Menurut
Undang-Undangnomor
30
tahun
1999
tentangarb i lras e dan al terna t
if
penyelesatansengketa
umum, yang
dimaksuddengan arbitrase adalah cara adalah
cara
penyelesaiansuatu
sengketaperdata di luar peradilan umum yang
didasarkan pada pe{anjian arbihase
yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang
bersengketa. Adapun pe{anjian arbitrase diartikan sebagaisuatu kesepakatan berupa klausul
arbilrase yang
tercantum
dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa,atau
suatu
perjanjian
arbitrasetersendiri
yang
dibuatpara
pihak, setelah timbul sengketa.Kesepakatan atau aturan main
yang
perlu
disepakati
dalamarbitrase tersebut adalah
men-yangkut
pilihan
h*wt
(choiceof
law),
pillhan
forurr, (choice
of
jurisdiction) dan pilihan
domisili(choice
of
damicile).
Namun,sekalipun telah ada penyepakatan di
depan atas cara-cara penyetesaian
sengketa
tersebut,
dalamimplementasinya
tidaklah
mudah.Komplikasi yang mrmcul terutama dari pihak yang tidak menerima hgsil
arbitrase
antara
lain
ad{ilahmenyangkut kompetensi para pihak,
kompetensi
pengadilaq
prosedur Qtroceedings) beracara, materi yangJURNAL PELANGI
]I]4U
YOLUME 2 NO. 5, MEI 2OO9daya eksekusi dari putusan arbitrase tersebut.
Hakekat
Hukum InternasionalPerdata
Hukum Perdata Internasional
adalah termasuk
dalam
kelompokhukum
privat.
Karena menyangkut hukumpriva!
maka Hukum PerdataIntemasional tersebut juga mengatur hubungan hukum antar pihak (parry)
dalam suatu kontrak
yang
timbuldad
hukum
perikatan.
HukurnPerdata
Internasional
memilikidimensi yang lebih luas dari sekedar
furisdiksi
dalam
satu
negara.Menurut
S.
Gautam4
Huk-um Perdata Intemasional adalah hukum perdatauntuk
hubungan-hubunganintemasional.
Yang
intemasionaladalah
hubungan-hubunganny4sedangkan kaidah-kaidahnya adalah
hukum perdata nasional
belaka-Hukum
Perdata Internasionaladalah keseluruhan peraturan dan
keputusan
hukum
yang
menun-jukkan stelsel hukum manakah yang berlaku dan apakah yang merupakan
hulum,
jika
hubungan-hubungandan peristiwa-peristiwa antar warga
(warga negara) pada suatu waktu
tertentu
memperlihatkantitik-titik
pertalian dertgarl stelsel-stelsel dzrl kaidah-kaidah hukum dari dua atau
lebih
negara, yang berbeda dalamlingkungan kuasa setempat.
Dalam
skope
yang
lebihkonkrit"
Huk'um Perdata
Inter-nasional meliputi hubungansehar-i-hari biasa dimana dua pihak secara
subiektif hmduk
kepada jurisdiksihukurn
yang
berbeda. Hubungansehari-hari tersebut
meliputi
antaralain
jual
beli,
hukum
pemikahan, pinjam meminjam, transaksi dagang,joint
venture, managemefit contract,lechnical assistafit agreement, daln
lain-lain.
Hukum Kontrak Intemasional,
sebagai bagian dari hukum perdata
Intemasional, pada dasamya adalah
hukum kontrak nasional, dimana ada
unsrf
asingnya.
Setiap
negaramemiliki
kedaulatan
hukum tersendiri, dan tidak ada satu sistemhukum
dimana seluruh
negaramenundukkan
diri
terhadapnya.Dengan demikian, sistem
hukrrm nasional, termasuk pengaturan dan kedaulatan pemerintah suatu negaradalam
mengartikan
kepentinganpublilq tidak boleh diabaikan dalam
membuat
suatu
kontrak
yarrg berdimensi Internasional.Pendapat
Sudargo
Gautamayang
memandangkontrak
inter-nasional sebagai bagian dari sistemkonhak nasional telah diakui sebagai
doktrin. Dalam kontrak
kontrak berdimensi internasional, penentuanpilihan hukum (cftoice
oflaw)
adal,ahJURNAL PELANGI
IIMU
YOLIA4E 2 NO. 5, MEI 2OOgtajad;nya conflict of law, mengngat
para pihak yang
terlibal
tempattransaksi
dan
sistem hukum yangterkait
berbeda-bedadan
balkanmungkin
bertentangan
atauberkebalikan
antar
satu jurisdiksihukum
denganjurisdiksi
hukum lainnya. Bahkan sekalipun choiceof
law
telah ditetapkandalam
suatukontrak
atau
perjanjian,
hukumperdata
internasional
tetapmenyisakan
persoalan-persoalanmendasar dalam proceedings suatu perkara. Hal
ini
bemkar dariperbe-daan kualifrkasi antara
berbagaisistem hukum perdata internasional di
dunia-Perbedaan
kualifikasi
ituterutama
terdapat
dalam
tigagolongan besar, yaitu:
a.
Kwalifikasi
rl:.entl":u/.lex
fori
(yaitu menurut hukum hakim);
b.
Kualifikasi
menurutlex
causae (yaitu hukum yang dipergunakanuntuk menyelesaikan persoalan
Hukum perdata
intemasionalyang bersangkuta);
c.
Kualifikasi
secara
otonom (autonomenqualifcation),
bei* dasarkan " comparative nethodatav analytical
jurispr
dence.Ilakekat
SengketaBisnis
intemasional
adalahkegiatan
komersil
(commercialaclivity)
ltntas batas negar4 yangdilakukan
atau
perusahaan yang berkewarganegaraan berbed4berdi-sarkan
prediksilrediksi
tertentu(future
ourcome)
dan
bemrjuanunhrk memperoleh keuntungan. Jadi
hakikat transaksi bisnis adalah suatu kegiatan atau proses yang meliputi
kegiatan
tawar
menawar
(nego-tiation)
antara satupihak
denganpilak
lainnya
tentang
hak
dankewajiban para
pihak
sehubungar dengan objek bisnis, prestasi, resiko,.peristiwa serta implikasi dari setiap peristiwa yang timbul sebagai akibat transaksi, termasuk
implikasi
dari setiap peristiwadi
luar
hubunganbisnix
setiap
peristiwa
alam,tindakan pemerintah serta tindakan
pihak
ketiga
lainnya.
Dengaademikian
hakikat
suatu
transaksiadalah proses negosiasi dalam proses
penyusunan
suatu
kotrak
bisnismerupakan suatu pencerminan dari
watak
dan
kgmauan
di
antaramanusia
yang
tidak
bisa
sera{arn(Attali.
1999:
21).
Dalammaqyarakat
bisnis
terdapat
dua pendekatanumum
yang
seringdigunakan
untuk
menyelesaikan sengketa. Pendekdtan pertama, yaitu(Wyasa 2000: 2)
JT.RNAL PET/NGI
IIMU
YOLWE 2 NO. 5, MEI 2OO9I
menggunakan
pamdigna
penye-lesaian sengketa litigasi, selanjutrya
disebut
paradipa litigasi.
Pende-katan
ini
merupakan
suatupendekatan
untuk
mendapatkankeadilan melalui sistem perlawanan
dan
menggunakan paksaan dalammengelola sengketa serta
menghasil-ka[
suatu
keputusan
win-losesolution
bagi
pihak-pihak
yang bersengketa.Kedu4
menggrmakanparadigma
penyelesaian sengketanonJitigasi,
yang
selaqiutnya paradigmanon
litigasi.
Paradigmaini
dalam mencapai keadilan lebihmenggunakan pendekalan konsensus
dan
berusaha
mempertemukankepentingan
pihak-pihak
yang bersengketa serta bertujuan untukmendapa*an
hasil
penyelesaiansengketa
ke
arahwin-win
solution (Sulistiyono, 2006: 5).Sementara
memrrut
Mah-kamah
Intemasional
Permanendalam kasus
MalrommantisPalestine
Concessions
diartikan sehagai a disagreement on a pointof
lav
orfoct, a
conJlictof
legal viewor
of
interesl between twopersons-Dari
pengertian tersebutada
tigaaspek
penting yang
terkait
yaknipara
pihak yang
tidak
sepakat mengenai masalahfakt4
masalahhukumnya
serta
adanyaketidaksepakatan
mengenaikepentingan (Behrens, 1992: 5).
Sebagai
srufu
fenomenasosial, sengketa atau
konllik
akanselalu dijumpai dalam
kehidupan manusia dan bermasyarakat. Dalamsetiap
masyarakal
yang
telahberkernbang
berbagai
tradisi mengenai bagaimana cara sengketaatau konflik
tersebut
ditangani.Sengketa tidak hanya dapat diatasi
dengan mengaj ukkannya
ke
forumpengadilan, melainkan
terdapataneka
ragam
cara
yang
dapatditempuh
masyarakal
untuk menyelesailan sengketa.Dalam
menyelesaikanseng-keta
masyarakat dapat menernpuhberbagai cara
baik
melalui
forumformal
yang telah
disedikan olehnegara, seperti
halnya
pengadilan alau melalui forum-forum lain yangtidak resmi disediakan oleh negara.
Dalam hubungannya dengan aneka
ragam
carayang
dapat ditempuholeh manusia untuk menyelesaikan sengketa tersebut, terdapat beberapa
teori yang dapat digunakan sebagai
sarana
untuk
melakukan
kajian berkaitan dengan hal tersebut.Bagaimana
joga
suatusengketa dalam bisnis Intemasional
diselesaikan berada sepenuhnya pada
kesepakatan
para pihak.
Metodayang terdapat dalam Pasal
33
ayat(l)
Piagam PBB yang memberikan pedoman yang cukup lengkap bagi para pihak yang bersengketa dalamJURNAL PEI,ANGI
IIMU
YOLUME 2 NO. 5, MEI 2OO9lingkup hukum internasional, dapat
pula
dijadikan
sebagai pedomandalam bidang hukum
bisnis internasional.Meugamati
kegiatan
bisnisyang
jumlah
hansaksinya ratusansetiap hari, tidak mungkin dihindari
tedadi sengketa (dispute dffirence)
antar pihak yang terlibat. Setiapjenis
sengketa
yang
terjadi
selalumenuntut
pemecahan
dan penyelesaianyang cepat
Makinbanyak
dan luas
kegiatanperda-gangarq frekuensi terjadinya seng-kota makin tinggi.
Ini
berarti makin banyak sengketa yang harusdisele-saikan. Permasalahan yang hendak
penulis paparkan adalah bagaimana
penyelesaian sengketa yang timbul
akibar
adanya transaksi
bisnisinternasional?
Pengadilan
ArbitraseInternasional
Dalam
SistemHukum Indonesia
Keberadaan arbitrase sebagai
salah
satu
altematif
dalampenyelesaian sengketa keperdataan
telah
mendapat pengakuan formalluridis
dalam
sistem
hul:umIndonesia.
Jejak
aturan-atuantersebut antara
lain
dapat
dilihat pada pasal 377HI&
pasal 3undang-undang
no.
4
tahun
1970 tentangkekuasaan
kehakimaq
Undang-undang no. 5tal[m
1968, PeraturanMahkarnah Agung (PERMA) no.I
tahun 1990 dan
teranyar dalamUndang-undang no. 30 tahun 1999.
Pasal 10 UU No 4 tahun 2004
Tentang
Kekuasaan
Kehakimaqmenyebutkan
badan
peradilaa'merupakan lembaga yang sah dan
berwenang
unhrk
monyelesaikan sengketa. Sebagai tindak lanjut dariundang-undang
di
atas,dimungkinkan
untuk
membentuk lembaga peradilan khusus denganberdasar undang-s1dang. Menurut
Prodjodikoro
(1991:
89),
bahwakekuasaan
kehakiman
berfungsiuntuk
memutus sengketa huhEnyang timbul
antara
anggota .masyarakat satu sama lain dan aturan
anggota masyarakat dan pemerintah.
Menurut
Undang-Undangnomor
30
tahun 1999
tentangarbitrase dan alternatif penyelesaian
sengketa
umum, yang
dimaksuddengan arbitrase adalah cara adalah
cara
penyelesaiansuatu
sengketa perdata di luar peradilan umum yangdidasarkan pada perjanjian arbitase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang
bersengketa. Adapmperjanjian arbitrase diartikan sebagai
suatu kesepakatan berupa klausul
arbitrase
yang
tercantum
dalam suatu perjanjian terhrlis yang dibuatpara pihak sebelum timbul sengketa,
JURNAL PEUTNGI
IIMU
YOLUME 2 NO. 5, MEI 2OO9tersendiri
yang
dibuat para
pihak setelah timbul sengketa.Konvensi
New
York
1958 yaitu Convention on the Recognitionand Enforcement of Foreign
Arbitral
Award
(konvensi atas
pengakuanatas pelaksanaan putusan arbitrase
luar
negeri)
yang telah
diterima/diaksesi
oleh
Indonesia
melalui Keputusan Presidenno. 34
tahunl98l
merupakan pengakuan resmiarbitrase internasional dalam sistem
tata hukum nasional di Indonesia.
Pokok-pokok
materi
yangdiatur dalam
konvensi
tersebutantara
lain
adalah: Pertama,Ati
putusan arbitrase
asing,
yaituputusan-putusan
arbitrase
yangdibuat
di
wilayah negaralain
darinegara
tempat
di
mana
diminta pmgakuan dan pelaksanaan eksekusiatas putusan arbitrase yang
bersang-kutan.
Kedu4
Asas
resiprosilas,berarti
penerapan pengakuan danpelaksanaan
eksel:usi
putusanarbitrase asing dalam suatu negara
aras pennintaan
dari
negara lain,hanya dapat
diterapkan
apabilaantara negara
yang
bersangkutan telah ada lebih dulu hubungan ikatanbilateral atau multilateral.
Ketiga,Pembatasan
sepanjang
sengketadagang, negara peserta membatasi
penaklukan
diri
hanya
terhadap pengakuan dan pelaksanaan putusanarbihase asing sepanjang mengenai
persengketaan pe{anjian bisnis dan perdagangan. Keempat, Berbentuk
tertulis,
yatni
perjanjian
atauklausula
harus
ditetapkan secaratertulis.Kelim4
Arbitrase memilikikompetensi
absolu!
artinya
sekalipara pihak
membuat persetujuanpenyelesaian perselisihan melalui
arbihase,
sejak saat
itu
arbitrasetelah
memiliki
kompetensi absolutrmhrk memutus persengketaan yang
timbul
dari
perjanjian
yangbersangkutan.
Keenam,
Putusanarbitrase
final
andbinding
artinyasebagai putusan yang mengikat dan
binding
serta harus melaksanakaneksekusi
menurut aturan
hukum acara yang berlaku dalam wilayan negaradi
mana putusan arbitraseyang
bersangkutan
dimohon eksekusi. Ketujub, Eksekusi tunduk pada asasius
sanguinis, atau asaspersonalitas,
yaitu tL
carapelaksanaan eksekusi tunduk pada
pengadilan
di
mana
permohonaneksekusi
diajukan.
Kedelapan,Dokumen
yang
dilampirkan padapermohonan pengakuan eksekusi,
meliputi
seluruh dokumen sebagaidasar
terbilrya
putusan
arbitrasetersebut. Kesembilan,
Penolakan eksekusi.Malna arbitase yang meqjadi
pilihan para
pihak
dalam kontrakadalah
Pertama
rmtuk
suatuJURNAL PEI-ANGI
IIMU
YOLT]ME 2 NO. 5, MEI 2OO9yang dipilih oleh para pihak. Kedu4 pranata swasta Q)rivdte
lools)
atal|-ekstra-judisial
atau
mekanisme penyelaian di luar pengadilan.Penyelesaian
Sengketa
BisnisInternasional
Setiap
masyarakat memiliki kepercayaan sendiri dalammenen-tukan
pendekatanyang
digunakanuntuk menyelesaikan sengketa yang
dihadapinya.
Kepercayaan untukmengarnbil
cara
menyelesaikansengketa dipengaruhi
oleh
banyakfaktor,
di
anatamyatujuan
yanghendak
dicapai
dan
budaya masyarakat.Adapun yang menjadi
pihak-pihak yang
biasanya bersengketadalam dunia bisnis
intemasionaldapat dibedakan atas: Pertama, pihak
sengketa
antara
pedagang
danpedagary,
yakni
sengketa yangpaling
sering
dan paling
banyakterjadi. Sengketa seperti
ini
terjadihampir
setiap
hari.
Sengketanyadiselesaikan melalui berbagai cara.
Cara tersebut biasanya tergantung
pada
kebebasandan
kesepakatanpara
pihak.
Kesepakatan
dankebebasan akan
pula
menentukkanforum pengadilan dan hukum yang
akan
digunakan
dan
diterapkandalam
menyelesaikan
sengketamereka.
Kedua,
sengketa
antarpedagang
dan
negara asing, yaitukontrak
bimis
ymg
te{adi
antara pedagang dsn negsra asing biasanyadalam
jumlah
yang
relatif
besar.Yang
biasanyamenjadi
masalahyang sering
timbul
adalah adanyakonsep imunitas,
di
mana
dalarn .situasi apapun negara
tidak
akanpemah
diadili oleh
badan-badanperadilm
asing.Nmun
demikian hukum internasional fl eksibel.Hukum
internasional
tidaksemata-mata
mengakui
atributnegara sebagai subyek
hukumintemasional
yang
sempuma.Hukum
intemasional menghormatipula individu sebagai subyek huk-um
intemasional yang terbatas.
Pada prinsipnya dalam upaya penyelesaian sengketa tersebut tidak mengindahkan prinsip-prinsip dasar
penyelesaian
sengketa
yaitu:Pertam4
prinsip
kesepakatan parapihak
yaitu prinsip yang
firnda-mental dalam penyelesaian sengketaperdangan internasional. Prinsip
ini
diiadikan dasm untuk dilaksanakan atau tidaknya suatu prosespenyele-saian
sengketa.
Kedu4
prinsipkebebasan
mernilih
cara-cara penyele-saian sengketa yaitu prinsipini memberikan kebebasan bagi para
pilak
untuk mernilih cara
atlu
mekanisme bagaimana sengketanyaakan diselesaikan.
Ketiga
prinsip kebebasanmemilih hukum
yaitukebebasan
para pihak
untukJURNAL PELANGI
IIMU
VOLUME 2 NO. 5, MEI 2OOgmenentukkan
sendid hukum
apayar.t9
akan
diterapkan
bilasengketanya diselesaikan oleh badan peradilan arbifase terhadap pokok sengketa. Keempat,
prinsip
itikadbaik yaitu
untuk
mencegahtimbulnya
sengketa
yang
dapatmempengarui hubungan baik antara
negara dan
prinsip
ini
disyaratkanharus
ada ketika para
pihak menyelesaikan sengketanya melaluicara-cara
penyelesaian
sengketayang
dikenal dalam
hubunganperdagangan
intemasional,
yakni negosiasi,mediasi,
arbitrase.Ke-lima,
prinsip
exhausationof
local remedis yaitu penyelesaian sengketayang
timbul
akibatkontrak
bisnisinternasional
dapat
dilakukanmelalui
mekanisme
penyelesaiansengketa menurut WTO.
Peran arbitrase difasilitasi oleh
adanya lembaga-lembaga arbitrase
intemational. Badan-badan tersebut
di
antaranya adalahThe
LondonCourt
Of
Intemational Arb ilration.The
Court
Of Arbitation
Of
TheInternationdl
Chamber
Of
Commerce
dan
The
ArbitrationInstitute Of The Stockholm Chamber
OfCommerce-Penyelesaian melalui arbitrase
penyelesaian
sengketa
memilikiresiko yang cukup tinggi dalam hal
pihak yang
kalah
tidak
maumelaksanakan
putusan
yangdikeluarkan. Pelaksanaan putusan
alternatif
penyelesaian
sengketalebih banyak bergantung pada itikad
baik para pihak. Hal
ini
semata-mata karena sifat putusanflya yang sejak awal dilandasi oleh azas konsensual.Pengadilan merupakan refleksi kedaulatan negara dalam mengadili sengketa. Oleh karena
itu,
putusanpengadilan
tidak
secara otomatisdapat
dilaksanakandi
wilayahkedaulatan
negara
lain.
Supayaputusan tersebut dapat dilaksanakan
di
suatu
negara
lairl
ada
duakemungkinan,
yaitu:
Pertama:menyidangkan
kembali
kasustersebut
dari
awal
sebagai suatusengketa baru di pengadilan di mana
putusan
diintikan
pelaksanarnnya.Hal
ini
sulit
dilakukan
karena prosesnya akan menjadi panjang danberlarutlarut.
Belum
lagi
pertim-bangan biaya yang akan dikeluarkan
untuk
proses tersebut.Belum
lagitimbul
ketidakpastian
apakahputusannya
akan
sama
dengan putusan yang dikeluarkan oleh badanperadilan.
Kedu4
pelaksanaanputusan pengadilan
di
suatu negaradapat dilaksanakan apabila negara-negara yang terkait terikat baik pada
suahr
perjanjian
bilaterat
atauperjanjian multilateral
mengenaipelaksanaan putusan pengadilan di
bidang
sengketa-sengketa dagangJURNAL PF]ANGI
IIMU
VOLUME 2 NO, 5, MEI 2OO9Di
dalam arbitrase parapihak
Sebagai contolmenyetujui
,ntuk
menyelesaikan
muncut pasca
au-*
J
sengketanya kepada
pihak
netral
A$itrase
1999
yang
berkaitanyang
dipilih
untuk
mernbuat
dengan pengambilalihan
yudiksi keputusan.Melalui
arbitrase,para
arbitraseoleh hakim,
diantaranyapihak
dapatmemilih hakim
yang
adalah; PengadilanNegeri
Jakarth' mereka inginka4 halini
merupakan Pusat
menyatakan
berwenangkebalikan
dari
sistem yang adadi
msnangani sengketa antara perusa-pengadilanbiasanya.
haan
Listrik
Negara
dengan PT Karenanyabila
diteli
lebih
Paiton Energy,
padahal diketahui mendalam, setidaknya adabeberapa
dalam
akta
perjanjian
merekahal
yang
menghambatperkem-
termuat klasula arbihase.bangan
lembaga arbitrase, yaknisebagai berikut: Pertam4
ketentuan
Penutuphukum
yang
mengatur
masalaharbitrase
belum
tanyat
a*etiii
. ,
salah
saru
fimgsi
sistemdan
dipahami oreh petaku,
bisnis.
TYl.
tTq
-:l"*quti
l3T,
;
strategi bap,i
masyarakat bisnisKeou4
Detum aoanya
Duoava .. i
adalah
perannvaunhrk
menyele-arbrffahon
mrnded
dr
kalarpanpengusahalndonesia.retiga,uaniak
:1li *i+:"
vang
timbul
didi
antara mereka yang tetumueiani
311-:
-pi| ,-I"l'k'
bisnis'mernbawa sengketa yans
diaranr;;;
y,"19,T'"-
fq,ry"
-
ottT--t--lTq
keluar dari
jalur
ajudikasipublik.
J-Til-I
-^j^TtIl*v"
mencaparKeempa!
proresionaritas
. -;
d-
113Y
,,*tl1l--11'^.tidak
mungkindihindari
adarya
sengketa anraralcedrbrlrtas a.rbrter
belum
banval(
-.:diketahui oteh pelaku bisnis.
Kel#4
p"*
lT9
t"'l1|il-ber,m
banyak konsultan
hJril -
-
-9i:l
,
Y""ll itu
sudah rndonesiayans
mau,o"r,g,,util-
T:1*T-I"l-1llan
hukum untukmenvedlakan Dranata
vans
mamouldrennya untuk bersengketa melalru
jalur arbitrase. Keenarn, tiaar<
mult
i}^"1"t:^-:liT-
sengketa bisnismenyadarkan
pihak-pihak
ffi
::T1
nilp-Ti1
dan
mencer-bersensketa
asar
-*y"t"rii^i l*ll
I-*.-:llan
hukum
tdanmelarui jalur arbitrase dengan
ifr<JJ
l:lt'i--ITi-demikian'
dalamalam
realitas serinekali
hukum-oarx.
-t{!erujun,xwangnya
pema-.
.
--
dengan
keterbatasan
kemam-naunan
naKrm-naKrm
lenurnspuanny4 harus berhadapan dengan
rnasalan-masz a]I
arDlrase
tuntutan
kebuhrhanbisnis
yangiI
if
IJ;
JURNAL PELANGI II.A4U VQLUME 2 NO. 5, MEI 2OO9semakin cepaq kompleks
yang kadang-kadang sulit diramalkan.Arbitrase
sering
dijadikan tumpuan dan dipercaya oleh pelaku bisnis di negara-negara maju karenamempunyai karakteristik yang sesuai
dengan budaya bisnis.
Adapun
karakteristik
tersebutadalah:
Pertama.
menjaminkerahasiaan materi sengketa" Kedu4
para
pihak
mempunyai kedaulatansendiri untuk
menentukanpenyelesaiannya.
Keti-gqprosedurnya sederhana
dan
cepat, dan putusan arbitrase bersifat final.Daftar Pustak
Attali, Jacqueq 1999, Milenium Kerrga. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Behrens,
Peter,
1992, Altemative MethodsOf
Disputes SettlernentIn
Inlernational Economic Relation, Dalam Emrs-tllrich PetersmannAnd Gunther Jaeickg Adjudication
Of
tnternational Trade DsputeIn International And National Economic Law, Fribourg U.P
Merills, J.G, 1994, Intemationql Dispute Settlement, Sweet And Maxwell. London.
Prodjodikor, Wiryono, 1991, Asas-Asas llmu Negara Dan
Polilik.
PenelbitPresco. Jakarata
Sulistioyono,
Adi,
2006, Mengembanglmn PoradigmaNon- Litigasi
Di
Indonesia, Sebelas Maret University Press. Solo.
Warastuti,
Dln4
2007, Penyelesaian Sengketa Bisnis International, l:ur;lral Media Hukunr, Universitas Muhamadiyah Yogyakart4 Edisi Volume14 Nomor 3 tahun 2007. Yogyakarta.
Wyas4 Ida Bagus, 2000, Aspek-Aspek Hukum Perdan Inturnational Dan