• Tidak ada hasil yang ditemukan

III KERANGKA PEMIKIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III KERANGKA PEMIKIRAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

19

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang diugunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan konsep peremajaan, hipotesis faktor-faktor yang memengaruhi petani melakukan peremajaan dan konsep peremajaan optimum.

3.1.1. Konsep Umur Optimum Peremajaan

Umur optimum peremajaan tahun dimana sebaiknya peremajaan dilakukan dan apabila melewati tahun tersebut maka akan terjadi kerugian. Penentuanan saat atau umur optimum peremajaan merupakan kegiatan yang dilakukan untk menentukan batas umur ekonomis dengan mempertahankan kontinuitas atau keberlanjutan produksi agar tercapai kondisi yang optimal sepanjang kegiatan produksi berlangsung.

Banyak metode yang dapat digunakan dalam melakukan penentuan umur optimum peremajaan. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu metode yang digunakan Faris. Faris (1960) dalam Sutarna (2002) membahas penentuan optimum peremajaan dengan tiga tipe atau konsep dari asset produksi yang dimiliki. Terdapat tiga konsep peramajaan yang dikemukan oleh Faris dalam Ernah (2010) dan Ismail dan Mamat (2002) yaitu :

1. Produksi jangka pendek dengan penerimaan yang diwujudkan dengan cara penjualan asset. Konsep pertama ini biasanya digunakan pada produksi jangka pendek yaitu kira-kira mencapai waktu enam bulan. Penerimaan usaha yang berproduksi pada jangka pendek akan diperoleh dengan cara menjual asetnya yaitu tanaman itu sendiri. Peremajaan optimum pada konsep pertama ini ditentukan dengan mengetahui nilai tambahan penerimaan bersih (marginal net revenue (MNR)) sama dengan penerimaan bersih rata-rata (average net revenue).

2. Produksi jangka panjang dengan penerimaan yang diwujudkan dengan cara menjual asset yang dimiliki. Produksi jangka panjang ini merupakan kegiata produksi yang kira-kira mencapai umur usaha 50 tahun. Konsep kedua dimaksudkan dengan peneriman usaha jangka panjang diperoleh dengan cara menjual asset di akhir pengusahaan asset tersebut. Konsep kedua ini biasanya digunakan pada tanaman tahunan yang hasil kebunnya hanya satu kali

(2)

20 produksi seperti jati atau gaharu. Pengusahaan kebun jati untuk mendaptkan penerimaan dari penjualan kayu diperoleh pada saat tanaman jati ditebang. Selama jati belum ditebang maka tidak akan penerimaan yang akan diperoleh. Prinsip yang digunakan pada konsep kedua Faris (1960) yaitu peremajan optimum dapat ditentukan pada saat tambahan penerimaan bersih (MNR) dari kegiatan ini sama atau mendekati dengan nilai amortisai tertinggi dari pendapatan bersih dari kegiatan selanjutnya (anticipated of net revenue). 3. Produksi jangka panjang yang diwujudkan dengan cara penjualan hasil

sepanjang hidup asset. Maksud dari konsep ketiga mnejelaskan bahwa suatu usaha jangka panjang dimana penerimaan diperoleh dari hasil produksi sepanjang umur asset. Konsep ini biasanya digunakan untuk menentukan umur optimum peremajaan pada tanaman perkebunan seperti kopi, karet, teh, kelapa sawit, dan kakao. Prinsip peremajaan optimum pada konsep ketiga yaitu penerimaan bersih (net revenue) tahunan tahunan merupakan tambahan penerimaan bersih (marginal net revenue), sehingga saat peremajaan optimum terjadi pada saat keuntungan bersih per tahun sama dengan amortisasi dari nilai kini keuntungan selama masa pengusahaan (amortisasi of net revenue (ANR)). Mengingat tanaman karet termasuk tanaman tahunan dan perkebunan yang memiliki silkus hidup yang cukup panjang, maka konsep yang sesuai sebagai penentuan umur optimum peremajaan pada penelitian ini yaitu konsep ketiga.

(3)

21

Gambar 1. Grafik hubungan antara umur dengan MR, MC, MNR dan ANR

Sumber : Sutarna (2000)

Penentuan saat atau umur optimum peremajaan dengan menggunakan metode Faris berbeda dengan penentuan optimum dengan cara pendekatan break event point. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu grafik hubungan antara umur dengan Marginal Revenue (MR), Marginal Cost (MC), Marginal Net Revenue (MNR), dan Amortised Net Revenue (ANR). Dari Gambar dapat dilihat bahwa penentuan umur optimum peremajaan dengan pendekatan break event point terjadi pada saat MC sama dengan MR yaitu pada titik O2 dan berada pada umur di titik X2. Sedangkan penentuan umur optimum peremajaan dengan metode Faris (1960) dalam Sutarna (2000) terjadi pada saat grafik MNR memotong grafik ANR yaitu pada titik O1 yang berada pada umur di titik X1. Penentuan umur optimum peremajaan dengan metode Faris terjadi lebih cepat dibandingkan dengan penentuan umur optimum berdasarkan pendekkatan break event point. Prinsip penentuan saat optimum peremajaan dengan metode Faris diterapkan pada usaha yang sifatnya jangka panjang dan faktor bunga juga ikut diperhitungkan. MNR ANR MR MC Umur Rp/Hektar

(4)

22 3.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keputusan Petani Melakukan

Peremajaan

Peremajaan dalam bahasa lain dapat digunakan dengan istilah replacement, replanting, rejuvenation, atau bahkan renovation. Dalam artian luas peremajaan adalah suatu kegiatan untuk memperbarui dari kondisi lama yang sudah mulai turun fungsi atau tidak memiliki lagi nilai fungsinya. Peremajaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan istilah replanting atau penggantian tanaman. Peremajaaan (replanting) dilakukan pada kebun-kebun yang memiliki tanaman sudah tidak berproduksi lagi.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hipotesis faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani melakukan peremajaan karet. Faktor-faktor yang diduga memengaruhi keputusan petani dalam melakukan peremajaan dibagi menjadi dua faktor utama yaitu faktor social ekonomi dan faktor teknis. Faktor sosial ekonomi terdiri dari faktor pengalaman petani, pendidikan, proporsi penghasilan lain dan jumlah tanggunagn anggota keluarga. Sedangakn faktor teknis yang digunakan dalam penentuan faktor-faktor hanya luas lahan petani. 1. Usia Petani

Usia petani adalah salah satu variabel independen yang diduga memengaruhi keputusan petani dalam melakukan peremajaan. Usia dan pendidikan merupakan faktor yang mampu memengaruhi cara pikir dan keputusan seseorang, Usia petani yang digunakan adalah usia petani responden secara keseluruhan yaitu petani responden yang meremajakan dan tidak meremajakan. Hipotesis yang digunakan pada variable ini adalah semakin tinggi usia petani maka diduga sementara peluang petani untuk melakukan peremajaan akan semakin rendah. Hal ini berdasarkan pernyataan dari Suratiyah (2009) usia seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja dari orang tersebut. Semakin tuanya usia petani maka prestasi atau tingkat produktivitas kerjanya akan semkain menurun. Begitu juga seperti yang dijelaskan oleh soekartawi (2005) bahwa petani yang memiliki usia lebih tua cenderung tidak melakukan penerapan inovasi pada pertanian mereka. Petani yang berusia tua akan lebih cenderung untuk tidak melakukan peremajaan pada kebun karet mereka.

(5)

23 2. Pendidikan

Pendidikan sangat berhubungan terhadap pola pikir petani. Variabel pendidikan diharapkan nanti dapat berpengaruh positif terhadap peluang petani dalam melakukan peremajaan. Seperti yang dijelaskan Soekartawi (2005) bahwa petani yang memeiliki pendidikan lebih tinggi akan relatif lebih cepat melakukan adopsi dalam inovasi teknologi. Hal ini dikarenakan petani yang berpendidikan cenderung akan memiliki pola pikir untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan tindakan yang efisien. Sehingga apabila dikaitkan ke peremajaan maka petani yang berpendidikan diduga akan melakukan peremajaan pada kebun mereka untuk mendapatkan hasil yang maksimal dibandingkan tetap melakukan penyadapan dengan produksi yang rendah, atau secara ekonomi tidak menguntungkan lagi.

3. Pengalaman Petani

Pengalaman petani adalah salah satu variabel independen yang diduga memengaruhi keputusan petani dalam melakukan peremajaan. Usia, pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang mampu memengaruhi cara pikir dan keputusan seseorang, Peengalaman petani yang digunakan adalah pengalaman petani responden dalam usahatani karet secara keseluruhan yaitu petani responden yang meremajakan dan tidak meremajakan. Hipotesis yang digunakan pada variable ini adalah semakin lama pengalaman petani maka diduga sementara peluang petani untuk melakukan peremajaan akan semakin tinggi.

4. Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga

Jumlah tanggungan anggota keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang masih dalam tanggungan petani responden. Soekartawi (2005) menjelaskan bahwa jumlah keluarga sering dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh petani untuk melakukan inovasi atau teknologi baru. Jumlah tanggungan diduga memiliki diduga pengaruh yang negatif dalam model dikarenakan semakin banyak anggota keluarga maka peluang petani untuk tidak melakukan peremajaan akan semakin besar. Junlah tanggungan akan menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat petani untuk melakukan peremajaan. Semakin banyak anggota keluarga yang ditanggung, maka petani akan semain banyak membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. biaya

(6)

24 hidup yang banyak akan cenderung membuat petani untuk menunda untuk melakukan peremajaan.

5. Proporsi Penghasilan lain

Proporsi penghasilan lain petani yaitu berupa persentase penghasilan lain dalam pendapatan total yang dimiliki petani. Faktor ini memiliki hubungan dengan jumlah pendapatan yang diperoleh petani. Faktor ini ikut diperhitungkan karena diduga memiliki pengaruh yang positif terhadap keputusan petani dalam melakukan peremajaan karet. Semakin tinggi atau besar proporsi penghasilan lain dibandingkan dengan pendapatan karet dalam pendapatan total petani maka tingkat kesejahteraan petani akan semakin meningkat. Hal ini dapat menyebabkan petani cenderung untuk melakukan peremajan pada kebun karet mereka.

6. Luas lahan yang Dimiliki

Luas lahan merupakan luas lahan total yang dimiliki dan dikelola oleh petani petani karet responden. Luas lahan dapat menjadi salah satu tolok ukur dari ukuran usahatani. Semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin besar ukuran usahatani yang dimiliki. Secara teoritis, luas lahan diduga akan memiliki pengaruh positif terhadap keputusan melakukan peremajaan. Soekartawi (2005) menjelaskan bahwa ukuran usahatani selalu memiliki hubungan yang positif dalam pengambilan keputusan petani untuk menerapkan teknologi baru. Hal ini dilihat dalam hubungan pada keputusan petani untuk melakukan peremajaan yaitu dapat dikarenakan semakin luas lahan yang dimiliki petani, maka petani akan semakin mudah untuk mengatur pola tanam karet. Luas lahan diduga juga salah satu faktor yang akan menentukan keputusan petani dalam melakukan peremajaan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis umur optimum peremajaan karet di Kabupaten Banyuasin dan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani melakukan peremajaaan karet. Analisis ini diawali dengan pengidentifikasian terhadap perkebunan karet milik rakyat di Kabupaten Banyuasin. Perkebunan karet rakyat dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang melakukan peremajaan dan yang tidak melakukan peremajaan. Identifikasi

(7)

25 perkebunan tersebut dilakukan dengan cara melihat daerah penelitian secara langsung di Kabupaten Banyuasin. Kemudian dilanjutkan dengan memilih beberapa desa dan petani yang memiliki kebun karet yang sudah melakukan peremajan dalam kurun 5 tahun terakhir dan petani yang memiliki kebun karet yang sudah tua dan rusak . Perkebunan karet milik rakyat yang tidak meremajakan merupakan perkebunan peremajaan kebun karet yang umur karetya sudah mencapai atau melebihi umur optimum peremajaan karet.

Analisis peremajaan optimum yang dilakukan yaitu dengan menggunakan data yang diperoleh dari petani karet rakyat. Data yang digunakan dalam analisis ini berupa faktor teknis dari petani karet yaitu berupa penerimaan tunai dari karet dan pengeluaran yang dilakukan berupa biaya-biaya yang digunakan selama pengusahaan karet. Menurut (Soekartawi et al, 1986), penerimaan tunai adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani sedangkan Pegeluaran tunai usaha tani (farm payment) adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Penerimaan tunai karet diperoleh dari hasil produksi getah karet yang dijual petani. Penerimaan dan pengeluaran diperlukan untuk menghitung cashflow karet. Hasil perhitungan cashflow kemudian digunakan sebagai perhitungan dalam menentukan umur optimum peremjaan karet.

Analisis penentuan umur atau saat optimum peremajaan menggunakan metode Faris (1960). Terdapat tiga konsep peremajaan dalam metode Faris (1960). Namun konsep yang digunakan dalam metode tersebut yaitu hanya salah satu konsep dari ketiga konsep yang ada. Konsep yang digunakan adalah konsep peremajaan optimum dengan adanya produksi jangka panjang yang diwujudkan dengan cara penjualan hasil sepanjang hidup asset. Maksud dari konsep ini yaitu menjelaskan bahwa suatu usaha jangka panjang dimana penerimaan diperoleh dari hasil produksi sepanjang umur asset. Konsep ini biasanya digunakan untuk menentukan umur optimum peremajaan pada tanaman perkebunan seperti kopi, karet, teh, kelapa sawit, dan kakao.

Prinsip peremajaan optimum pada konsep ini adalah penerimaan bersih (net revenue) tahunan merupakan tambahan penerimaan bersih (marginal net revenue), sehingga saat peremajaan optimum terjadi pada saat keuntungan bersih

(8)

26 per tahun sama dengan amortisasi dari nilai kini keuntungan selama masa pengusahaan (amortisasi of net revenue). Mengingat tanaman karet termasuk tanaman tahunan dan perkebunan yang memiliki silkus hidup yang cukup panjang, maka konsep yang sesuai sebagai penentuan umur optimum peremajaan yaitu konsep ketiga.

Hasil analisis dari peremajaan optimum karet rakyat selanjutnya dianalisis secara deskriptif melalui hasil dari observasi lapang dan wawancara ke petani karet.. Penggunaan data karakteristik kebun yang diperoleh juga digunakan untuk mengitung cash flow dan selanjutnya digunakan juga dalam perhitungan penentuan saat atau umur optimum peremajaan karet. Hasil analisis ini berupa umur optimum dari peremajaan karet. umur optimum ini dgunakan sebagai umur penentu atau pembatas bagi kelompok petani yang meremajakan, tidak meremajakan dan belum meremajakan. Namun yang digunakan dalam analisis faktor-faktor penentu keputusan petani hanya menggunakan kelompok petani yang meremajakan dan tidak meremajakan.

Identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani untuk melakukan peremajaan dilakukan dengan teknik wawancara, kuisioner, survey langsung ke perkebunan karet milik rakyat di Kabupaten Banyuasin dan juga berdasarkan studi lietratur dari penelitian sebelumnya. Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan petani melakukan peremajaan dibagi menjadi dua yaitu faktor teknis yang diperoleh dari karakteristik kebun dan faktor sosial ekonomi yang diperoleh dari karakteristik petani. Hasil wawancaara, kuesioner serta survey kemudian dilakukan analisis dalam bentuk tabulasi dan kuntifikasi. Selanjutnya dilakukan perhitungan pendapatan petani karet yang diperoleh dari karakteristik kebun milik petani.

Terdapat beberapa faktor yang diduga dapat memengaruhi petani dalam meremajakan kebun karet mereka. Faktor-faktor yang memengaruhi petani melakukan peremajaan karet yaitu dibagi dalam dua kelompok yaitu faktor teknis dan faktor sosial ekonomi. Faktor teknis yang digunakan merupakan luas lahan total yang dimiliki petani. sedangkan faktor sosial ekonomi yang digunakan yaitu usia petani, pendidikan, penghasilan utama petani, penghasilan lain yang dimiliki petani serta jumlah tanggungan anggota keluarga. Analisis faktor-faktor dilakukan

(9)

27 dengan menggunakan regresi logistik binomial. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui dan menetukan faktor yang mampu meningkatkan atau menurunkan peluang petani untuk melakukan peremajaan karet. Pada analisis regresi logistik binomial dilakukan pendugaan koefisien, pengujian signifikansi dan intepretasi variable bebas yang digunakan. Hasil analisis faktor-faktor dan peremajaan optimum yang diperoleh dapat menjawab tujuan dari penelitian Secara singkat kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

(10)

28

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Optimum Peremajaan PV.MNR=PV.ANR

Perkebunan Karet milik Rakyat

Peremajaan Karet

Melakukan peremajaan Tidak melakukan

peremajaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan

peremajaan karet: 1. Usia 2. Pendidikan 3. Pengalaman

4. Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga

5. Proporsi Penghasilan Lain 6. Luas Lahan Faktor Teknis Faktor Sosial ekonomi Faktor Teknis Faktor Sosial ekonomi Saran Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengkaji hubungan model ISO terintegrasi dengan pendekatan sepuluh pembiasaan yang baik, yang di ukur dari pelayanan ikhlas yang tercermin

Maka dari itu perlu diujikan efektivitas penggunaan ekstrak kayu secang sebagai bahan pengawet daging cincang mengingat bahan pangan ini merupakan bahan pangan yang mudah rusak

Berdasarkan uraian latar belakang yang meliputi fenomena bisnis dan kesenjangan hasil penelitian, maka rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam studi ini “Bagaimana

Puji syukur kehadirat Ilahi Robby atas kemurahan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “Analisis Efisiensi Usaha dan Pemasaran Bibit Sengon di Desa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII-1 MTs Islamiyah Medan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II setelah

Data yang diperoleh sebagai hasil penelitian adalah data kualitas melalui test sebelum dan sesudah perlakuan Latihan sprint 30 meter terhadap kecepatan lari Pada

Jadi, penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis adalah metode yang digunakan untuk peningkatan kualitias membaca kitab kuning dengan judul penelitian Implementasi metode

Hasil uji t variabel struktur modal secara parsial terbukti tidak ada dampak yang signifikan antar struktur modal terhadap profitabilitas pada Koperasi Simpan