• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Penentuan Sektor Basis

Dalam penelitian ini penentuan sektor basis komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar dianalisis berdasarkan data jumlah produksi pada tahun 2008 yang dianalisis dengan metode Location Quotient Analysis (LQ).

5.1.1. Komoditas Padi

Pada tahun 2008 produksi padi di Kabupaten Kampar tercatat 4.430.243 ton, yang terdiri dari padi sawah sebesar 2.860.794 ton (64,57%) dan padi ladang sebesar 1.569.449 ton (35,43%) dengan rincian per kecamatan seperti pada Tabel 12.

Tabel 12. Produksi Padi di Kabupaten Kampar Tahun 2008 No. Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang Jumlah Padi

( ton ) ( ton ) ( ton )

1 Kampar Kiri 13.725 38.500 175.775

2 XII Koto Kampar 15.040 138.690 153.730

3 Bangkinang Seberang 302.640 0 302.640 4 Sak Hulu 0 5.096 5.096 5 Kampar 724.520 11.920 736.440 6 Tapung 57.500 49.135 106.635 7 Tambang 271.887 322.896 594.783 8 Bangkinang Barat 368.483 670 369.153

9 Kampar Kiri Hulu 0 30.420 30.420

10 Kampar Kiri Hilir 0 0 0

11 Tapung Hulu 0 372.255 372.255 12 Tapung Hilir 0 429.825 429.825 13 Bangkinang 0 0 0 14 Salo 322.263 124.640 446.903 15 Rumbio Jaya 79.920 3.328 83.248 16 Kampar Utara 220.818 24.794 245.612 17 Kampar Timur 360.448 17.280 377.728

18 Kampar Kiri Tengah 0 0 0

19 Gunung Sahilan 0 0 0

20 Perhentian Raja 0 0 0

Kabupaten Kampar 2860.794 1569.449 4430.243

(2)

Tabel 13. Hasil Analisis LQ Produksi Komoditas Padi di Kabupaten Kampar Tahun 2008

No. Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang

1 Kampar Kiri 1,21 0,62

2 XII Koto Kampar 0,15 2,55

3 Bangkinang Seberang 1,55 0,00 4 Siak Hulu 0,00 2,82 5 Kampar 1,52 0,05 6 Tapung 0,84 1,30 7 Tambang 0,78 1,53 8 Bangkinang Barat 1,55 0,01

9 Kampar Kiri Hulu 0,00 2,82

10 Kampar Kiri Hilir 0,00 0,00

11 Tapung Hulu 0,00 2,82 12 Tapung Hilir 0,00 2,82 13 Bangkinang 0,00 0,00 14 Salo 1,12 0,78 15 Rumbio Jaya 1,49 0,11 16 Kampar Utara 1,39 0,28 17 Kampar Timur 1,48 0,13

18 Kampar Kiri Tengah 0,00 0,00

19 Gunung Sahilan 0,00 0,00

20 Perhentian Raja 0,00 0,00

Hasil analisis LQ seperti pada Tabel 14 menunjukkan bahwa padi sawah

merupakan sektor basis yang ditunjukkan dengan besaran angka LQ > 1 bagi perekonomian masyarakat di delapan kecamatan yaitu: Bangkinang Seberang, Bangkinang Barat, Salo, Kampar, Rumbio Jaya, Kampar Utara, Kampar Timur dan Kampar Kiri. Sedangkan Padi ladang, merupakan sektor basis bagi perekonomian masyarakat di enam kecamatan yaitu: XIII Koto Kampar, Siak Hulu, Tapung, Tambang, Kampar Kiri Hulu, dan Tapung Hilir.

Dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan di Kabupaten Kampar, salah satu komoditas yang dipilih adalah padi sawah. Komoditas ini merupakan sektor basis perekonomian masyarakat, dapat ditanam dua kali dalam setahun, sehingga diharapkan dapat menyediakan bahan baku lebih banyak dan kontinyu dibandingkan padi ladang. Beraneka ragam produk dapat dihasilkan industri perdesaan berbasis komoditas padi seperti beras, tepung beras, jamur merang, makanan ternak, media tanam, kompos, sabun,

(3)

dan kertas,dan lain-lain sebagaimana disajikan dalam pohon industri dalam Lampiran 7 dan 12.

5.1.2. Komoditas Palawija

Produksi palawija di Kabupaten Kampar pada tahun 2008 tercatat sebesar 30.918 ton terdiri dari: jagung 10.038 ton (32,47%), kacang-kacangan 2.362 ton (7,64%) dan umbi-umbian 18,517 ton (59.89%). Produksi palawija per komoditas pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Kampar pada tahun 2008 disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Produksi Palawija di Kabupaten Kampar Tahun 2008

No. Kecamatan Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi kayu Ubi Jalar Jumlah 1 Kampar Kiri 227,70 18,85 14,40 0,00 165,60 50,64 477,19 2 XIII Koto Kampar 332,84 1,44 59,84 28,56 356,40 104,64 883,72 3 Bangkinang Seberang 36,00 8,28 26,88 7,20 714,40 42,96 835,72 4 Siak Hulu 376,20 10,88 83,81 17,20 1.736,28 72,80 2.297,17 5 Kampar 84,50 O,00 35,04 8,33 998,40 22,86 1.149,13 6 Tapung 599,40 0,00 133,20 51,50 1,185,48 266,40 2.235,98 7 Tambang 148,00 0,00 39,44 0,00 498,96 0,00 686,40 8 Bangkinang Barat 70,80 0,00 42,24 11,76 601,60 83,82 810,22 9 Kampar Kiri Hulu 126,50 0,00 0,00 0,00 201,40 74,20 402,10 10 Kampar Kiri Hilir 240,00 50,16 603,02 36,96 108,80 120,32 616,56 11 Tapung Hulu 2.670,85 4.46,60 269,70 108,36 1.184,56 650,43 5.330,50 12 Tapung Hilir 3.477,00 33,75 0,00 0,00 103,00 32,60 3.646,35 13 Bangkinang 103,00 0,00 403,02 11,52 193,12 8,04 356,00 14 Salo 17,58 0,00 4,26 3,42 505,60 3880 569,66 15 Rumbio Jaya 38,50 1,40 30,60 2,98 291,20 19,60 384,28 16 Kampar Utara 104,00 0,00 59,02 19,91 472,96 26,01 681,90 17 Kampar Timur 212,16 0,00 91,76 21,60 648,96 0,00 974,48 18 Kampar Kiri Tengah 933,30 28,71 237,60 107,88 5.076,50 1.140,17 7.524,16 19 Gunung Sahilan 141,44 2,54 39,68 5,20 414,72 146,88 750,46 20 Perhentian Raja 98,70 0,00 48,18 1,39 125,62 32,76 306,65 Kabupaten Kampar 10.038,47 602,61 1.316,29 443,77 15.583,56 2.933,93 30.918,63

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar (data diolah)

Dari data jumlah produksi palawija tersebut di atas setelah dilakukan analisis dengan metode Location Quotient Analysis menunjukkan bahwa

(4)

masing-masing komoditas palawija mempunyai keunggulan komparatif dan merupakan sektor basis bagi perekonomian masyarakat pada kecamatan tertentu di Kabupaten Kampar, yang ditandai oleh LQ > 1. Hasil analisis LQ untuk masing-masing komoditas palawija dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Analisis LQ berdasarkan Produksi Komoditas Palawija di Kabupaten Kampar Tahun 2008

No. Kecamatan Jagung Kedelai K.tanah K.hijau Ubi kayu Ubi jalar

1 Kampar Kiri 1,47 2,03 0,71 0,00 0,69 1,12

2 XII Koto Kampar 1,16 0,08 1,59 2,25 0,80 1,25 3 Bangkinang Seberang 0,13 0,51 0,76 0,60 1,70 0,54 4 Siak Hulu 0,50 0,24 0,86 0,52 1,50 0,33 5 Kampar 0,23 0,00 0,72 0,51 1,72 0,21 6 Tapung 0,83 0,00 1,40 1,60 1,05 1,26 7 Tambang 0,66 0,00 1,35 0,00 1,44 0,00 8 Bangkinang Barat 0,27 0,00 1,22 1,01 1,47 1,09 9 Kampar Kiri Hulu 0,97 0,00 0,00 0,00 0,99 1,94 10 Kampar Kiri Hilir 0,97 4,17 2,30 4,18 0,35 2,06

11 Tapung Hulu 1,54 4,29 0,18 1,42 0,44 1,29 12 Tapung Hilir 2,94 0,47 0,00 0,00 0,06 0,09 13 Bangkinang 0,89 0,00 2,66 2,25 1,08 0,24 14 Salo 0,10 0,00 0,18 0,42 1,76 0,72 15 Rumbio Jaya 0,31 0,19 1,87 0,54 1,50 0,54 16 Kampar Utara 0,47 0,00 2,03 2,03 1,38 0,40 17 Kampar Timur 0,67 0,00 2,21 1,54 1,32 0,00

18 Kampar Kiri Tengah 0,38 0,20 0,74 1,00 1,34 1,60 19 Gunung Sahilan 0,58 0,17 1,24 0,48 1,10 2,06 20 Perhentian Raja 0,99 0,00 3,69 0,32 0,81 1,13

Tabel 15 memperlihatkan jagung memiliki keunggulan komparatif dan sekaligus menjadi sektor basis bagi perekonomian masyarakat pada tiga kecamatan yaitu: Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Tapung Hulu dan Tapung Hilir sebagaimana ditunjukkan oleh nilai LQ > 1. Kedelai menjadi sektor basis pada tiga kecamatan yaitu: Kampar Kiri, Kampar Kiri Hilir dan Siak Hulu. Kacang tanah menjadi sektor basis pada 11 kecamatan yaitu: XIII Koto Kampar, Tapung, Tambang, Bangkinang Barat, Kampar Kiri Hilir, Bangkinang, Rumbio Jaya, Kampar Utara, Kampar Timur, Gunung Sahilan dan Perhentian Raja. Kacang hijau merupakan sektor basis bagi perekonomian masyarakat pada sembilan kecamatan yaitu: XIII Koto Kampar, Tapung, Bangkinang Barat, KamparKiri Hilir, Tapung Hulu, Bangkinang, Kampar Utara, Kampar Timur, dan Kampar Kiri

(5)

Tengah.

Ubikayu merupakan sektor basis bagi perekonomian masyarakat pada 11 kecamatan yaitu: Bangkinang Seberang, Siak Hulu, Kampar, Tapung, Tambang, Bangkinang Barat, Bangkinang, Salo, Rumbio Jaya, Kampar Utara, Kampar Timur, Kampar Kiri tengah dan Gunung Sahilan. Sedangkan Ubijalar menjadi sektor basis pada tujuh kecamatan yaitu: Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Tapung, Bangkinang Barat, Kampar Kiri hulu, Kampar Kiri Hilir, Tapung Hulu, Kampar Kiri tengah, Gunung Sahilan dan Perhentian Raja.

Dari hasil analisis LQ seperti pada Tabel 15 terlihat bahwa komoditas yang paling merata penyebarannya di Kabupaten Kampar adalah kacang tanah yaitu pada 11 kecamatan dan ubikayu pada 13 kecamatan. Namun dalam penelitian ini komoditas yang dipilih untuk pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan di Kabupaten Kampar adalah komoditas ubikayu dan Jagung. Pemilihan ubikayu dan jagung sebagai dua komoditas palawija utama untuk pengembangan industrialisasi perdesaan di daerah ini didasarkan pada pertimbangan bahwa jumlah produksi ubikayu dan jagung tercatat paling besar dibandingkan dengan jumlah produksi komoditas kacang tanah dan palawija lainnya.

Jagung merupakan salah satu komoditas strategis dan bernilai ekonomis serta berpeluang untuk dikembangkan karena tidak hanya sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai pakan ternak. Kebutuhan jagung di dalam negeri setiap tahun terus meningkat. Kabupaten Kampar memiliki peluang yang cukup besar untuk pengembangan jagung dalam rangka mendukung program nasional untuk swasembada jagung karena masih banyak lahan potensial yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal untuk pertanian, seperti lahan sawah irigasi, tadah hujan dan lahan kering, dapat digunakan untuk pengembangan tanaman jagung. Beraneka ragam produk yang dapat dihasilkan oleh industri perdesaan berbasis komoditas jagung seperti tepung maizena, minyak, margarin, gula, beraneka ragam kue, makanan ternak dan lain-lain seperti disajikan pada Lampiran 8 dan 13.

Jumlah produksi ubikayu pada tahun 2008 tercatat sebesar 15.583,56 ton atau 50,40% dan jagung sebesar 10.038,47 ton atau 32,47% dari total jumlah

(6)

produksi palawija di Kabupaten Kampar. Ubikayu sangat dibutuhkan untuk konsumsi penduduk maupun untuk bahan baku industri baik di Kabupaten Kampar dan daerah lain di Provinsi Riau. Pada saat ini masih banyak lahan kering yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan pertanian tanaman pangan. Lahan-lahan tersebut cukup potensial untuk pengembangan ubikayu. Ubikayu termasuk komoditas yang cukup besar konstribusinya dalam sistem ketahanan pangan nasional. Komoditas ini umumnya diusahakan di lahan kering oleh petani yang lemah modal dan berpendapatan rendah. Oleh sebab itu pengembangan agribisnis ubikayu perlu terus dikaitkan dengan upaya peningkatan pendapatan petani dan ketahanan pangan.

Ubikayu yang dihasilkan petani diharapkan dapat mendukung kebutuhan bahan baku industri perdesaan berbasis komoditas ubikayu. Dari ubikayu dapat dihasilkan beraneka ragam produk industri seperti Tepung ubikayu, Gaplek,Tapioka, pellet,makanan ternak, makanan ringan, alkohol dan lain-lain dilihat pada pohon industri ubikayu, seperti pada Lampiran 9 dan 14.

5.1.3. Komoditas Hortikultura

Komoditas hortikultura terdiri dari tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan biofarmaka. Dalam rangka penyusunan strategi dan program pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis hortikultura, penelitian ini hanya difokuskan pada komoditas buah-buahan saja. Berdasarkan data statistik pertanian, jumlah produksi buah-buahan di Kabupaten Kampar pada tahun 2008 tercatat sebesar 16.294,54ton, terdiri dari 20 jenis tanaman buah-buahan, dengan rincian per jenis komoditas seperti pada Tabel 16.

Untuk memudahkan pengolahan data, komoditas buah-buahan yang ditampilkan pada Tabel 17 dibatasi hanya enam komoditas yang jumlah produksinya paling besar saja yaitu durian, jeruk siam, nangka, nenas, rambutan dan semangka.

(7)

Tabel 16. Produksi Buah-buahan di Kabupaten Kampar Tahun 2008

No. Kecamatan Durian Jeruk Siam Nangka Nenas Rambutan Semangka Buah

lainnya Jumlah

1 Kampar Kiri 100,00 18,81 52,00 0,08 29,17 0,00 83,10 283,16

2 VII Koto Kampar 208,80 14,42 344,96 0,96 269,95 263,50 255,22 1.357,81

3 Bangkinang Seberang 110,08 3,40 143,36 1,30 53,27 0,00 268,24 579,65 4 Siak Hulu 99,20 3,50 560,00 0,79 7,67 346,50 189,29 1.206,95 5 Kampar 210,48 283,08 170,80 1,30 40,58 0,00 675,13 1.381,37 6 Tapung 12,64 7,89 56,80 4,08 20,00 30,00 166,37 297,78 7 Tambang 520,00 9,15 40,00 875,00 255,00 45,75 148,84 1.893,74 8 Bangkinang Barat 96,80 162,45 142,00 0,29 8,08 0,00 1.626,59 2.036,21

9 Kampar Kiri Hulu 76,24 1,52 144,80 0,35 18,82 0,00 116,78 358,51

10 Kampar Kiri Hilir 24,00 10,24 63,68 0,69 66,25 125,20 178,31 468,37

11 Tapung Hulu 40,00 595,00 32,00 2,40 400,00 1.664,00 255,59 2.988,99 12 Tapung Hilir 11,60 0,00 54,16 0,35 1,27 140,85 146,90 355,13 13 Bangkinang 2,16 3,50 70,72 0,01 3,92 244,00 17,21 341,52 14 Salo 4,16 0,00 0,00 0,00 3,67 46,20 2,11 56,14 15 Rumbio Jaya 91,04 0,00 52,00 0,03 16,67 45,00 191,55 396,29 16 Kampar Utara 73,44 3,61 52,08 2,02 79,22 0,00 308,37 518,74 17 Kampar Timur 680,00 0,00 50,48 0,60 0,00 0,00 215,61 946,69

18 Kampar Kiri Tengah 28,40 0,00 21,12 0,00 31,25 356,50 14,38 451,65

19 Gunung Sahilan 8,00 0,00 31,76 0,15 3,33 112,00 65,76 221,00

20 Perhentian Raja 6,40 0,00 28,00 0,45 4,33 63,40 52,26 154,84

Kabupaten Kampar 2.403,44 1.116,57 2.110,72 890,85 1.312,45 3.482,90 4.977,61 16.294,54 Sumber: Dinas Pertaian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar (data diolah)

Dari Tabel 16 di atas terlihat bahwa jumlah produksi buah-buahan yang terbesar di Kabupaten Kampar pada tahun 2008 adalah semangka yaitu sebesar 3.482 ton (21,37%), Durian 2.403 ton (14,75%), Nangka 2.110 ton (12,95%), Rambutan 1.312 ton (8,05%), Jeruk Siem 1.116 ton (6,85 %) dan nenas 890 ton (5,46 %). Daerah penghasil buah-buahan tersebar pada 20 kecamatan di Kabupaten Kampar. Hasil analisis LQ berdasarkan produksi masing-masing komoditas buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 17.

(8)

Tabel 17. Hasil Analisis LQ Berdasarkan Produksi Komoditas Buah-buahan di Kabupaten Kampar Tahun 2008

No. Kecamatan Durian Jeruk Siam Nangka Nenas Rambutan Semangka Buah lainnya

1 Kampar Kiri 2,39 0,97 1,42 0,00 1,28 0,00 0,96

2 XII Koto Kampar 1,04 0,15 1,96 0,01 2,47 0,91 0,62

3 Bangkinang Seberang 1,29 0,09 1,91 0,04 1,14 0,00 1,51 4 Siak Hulu 0,56 0,04 3,58 0,01 0,08 1,34 0,51 5 Kampar 1,03 2,99 0,95 0,02 0,36 0 1,60 6 Tapung 0,29 0,37 1,47 0,25 0,83 0,47 1,83 7 Tambang 1,86 0,07 0,16 8,45 1,67 0,11 2,62 8 Bangkinang Barat 0,32 1,16 0,54 0,00 0,05 0,00 2,62

9 Kampar Kiri Hulu 1,44 0,06 3,12 0,02 0,65 0,00 1,07

10 Kampar Kiri Hilir 0,35 0,32 1,05 0,03 1,76 1,25 1,25

11 Tapung Hulu 0,09 2,91 0,08 0,01 0,04 2,60 0,28 12 Tapung Hilir 0,22 0 1,18 0,02 0,04 1,86 1,35 13 Bangkinang 0,04 0,15 1,60 0,00 0,14 3,34 0,16 14 Salo 0,50 0,00 0,00 0,00 0,81 3,85 0,12 15 Rumbio Jaya 1,56 0,00 1,01 0,07 0,52 0,53 1,58 16 Kampar Utara 0,96 0,10 0,78 0,07 1,90 0,00 1,95 17 Kampar Timur 4,87 0,00 0,41 0,01 0,00 0,00 0,75

18 Kampar Kiri Tengah 0,43 0,00 0,36 0,00 0,01 3,69 0,10

19 Gunung Sahilan 0,25 0,00 1,11 0,01 0,86 2,37 0,97

20 Perhentian Raja 0,28 0,00 1,40 0,05 0,35 1,92 0,96

Dari hasil analisis LQ berdasarkan produksi buah-buahan seperti pada Tabel 17, terlihat bahwa komoditas buah-buahan seperti durian, semangka, rambutan dan nenas merupakan sektor basis dalam perekonomian masyarakat pada beberapa kecamatan di Kabupaten Kampar. Durian menjadi sektor basis dalam perekonomian masyarakat di Kecamatan Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Bangkinang Seberang, Kampar, Kampar Kiri Hilir, Rumbio Jaya, dan Kampar Timur. Jeruk Siam menjadi sektor basis di Kecamatan Kampar, Bangkinang Barat dan Tapung Hulu. Nangka menjadi sektor basis di Kecamatan Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Bangkinang Seberang, Siak Hulu, Tapung, Bangkinang Barat, Kampar Kiri Hulu, Tapung Hilir, Bangkinang, Rumbio Jaya, Gunung Sahilan dan Perhentian Raja. Nenas memiliki keunggulan dan menjadi sektor basis di Kecamatan Tambang. Rambutan menjadi sektor basis dalam perekonomian masyarakat di Kecamatan Kampar Kiri, XIII Koto Kampar, Bangkinang

(9)

Seberang, Kampar Kiri Hilir dan Kampar Utara. Sedangkan semangka menjadi sektor basis di Kecamatan Siak Hulu, Kampar Kiri Hilir, Tapung Hulu, Tapung Hilir, Bangkinang, Salo, Kampar Kiri Tengah, Gunung Sahilan dan Perhentian Raja.

Dalam kajian ini, komoditas nenas dipilih sebagai komoditas yang penting dikembangkan dalam program pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis hortikultura di Kabupaten Kampar. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa nenas ditanam pada lokasi yang lebih terkonsentrasi pada satu kecamatan di Kecamatan Tambang, yaitu kecamatan yang dipersiapkan sebagai wilayah Agropolitan di Kabupaten Kampar. Komoditas nenas merupakan sektor basis dalam perekonomian masyarakat setempat. Areal penanaman nenas dekat dengan jalan negara yang menghubungkan Pekanbaru-Bangkinang, sehingga sangat memudahkan dalam kelancaran transportasi untuk pemasaran produksi yang dihasilkan petani. Berbeda dengan komoditas durian dan rambutan yang berbuah secara musiman, perkebunan nenas berproduksi sepanjang tahun sehingga diharapkan dapat memasok buah dalam jumlah yang cukup besar untuk kebutuhan bahan baku industri perdesaan berbasis hortikultura di Kabupaten Kampar. Selama ini masyarakat/petani hanya menjual hasil panen dalam bentuk buah segar kepada pedagang yang datang ke lokasi perkebunan nenas, sehingga petani tidak memperoleh nilai tambah dari produk yang dihasilkannya. Pembinaan dan bimbingan teknis kepada masyarakat di daerah ini dalam pengolahan buah nenas menjadi berbagai produk olahan telah dilakukan oleh berbagai instansi terkait antara lain oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, namun kegiatan industri perdesaan berbasis nenas belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Hal ini disebabkan banyaknya kendala yang dihadapi petani dalam pelaksanaan pengembangan usaha industri perdesaan. Mengingat besarnya potensi produksi nenas yang dihasilkan petani di daerah ini, sebenarnya berbagai macam produk dapat dihasilkan oleh industri rumah tangga (IRT) dan industri kecil (IK) di kecamatan ini dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk hasil pertanian untuk memperbaiki kesejahteraan petani. Produk-produk yang dapat dihasilkan oleh industri perdesaan berbasis komoditas nenas dapat dilihat pada pohon

(10)

industri nenas, seperti buah dalam kaleng, acar, manisan, sirup, selai, dan makanan ternak seperti disajikan pada Lampiran 10 dan 15.

Bina UKM (2000) mengemukakan bahwa dari berbagai jenis produk olahan berbasis hortikultura yang sudah diekspor sekarang ini, nenas olahan tergolong produk ekspor yang masih dapat ditingkatkan produk dan usahanya, karena berbagai alasan, yaitu:

1) Permintaan produk nenas di luar negeri cukup besar, sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan per kapita.

2) Beberapa pemasok utama industri pesaing di luar negeri, seperti Taiwan dan Hawaii, mengalami kekurangan pasokan bahan baku karena semakin sulitnya mendapatkan lahan yang sesuai untuk pengembangan nenas. 3) Iklim untuk pengembangan budidaya dan industri pengolahan nenas di

Indonesia sangat sesuai dan sumber bahan baku yang melimpah belum ditangani dengan baik.

4) Potensi lahan untuk budidaya nenas cukup tersedia di luar Jawa seperti pulau Sumatera (Lampung, Sumatera Utara dan Riau), Sulawesi Selatan dan Kalimantan Timur.

5) Dalam rangka otonomi daerah, dua diantara propinsi potensial di atas sudah bertekat untuk menjadi provinsi utama sentra agribisnis Indonesia berorientasi ekspor, sehingga pengembangan agroindustri nenas sangat memungkinkan.

Dari hasil analisis LQ tersebut dapat disimpulkan bahwa komoditas yang penting untuk dikembangkan dalam rangka pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar adalah seperti pada Tabel 18.

(11)

Tabel 18. Komoditas yang Terpilih Untuk Program Pengembangan Industri Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar

No. Komoditas Kecamatan

1. 2. Tanaman Pangan * Padi - Padi Sawah * Palawija - Jagung - Ubikayu Hortikultura * Buah-buahan - Nenas

Kampar, KamparTimur, Bangkinang Barat, Salo, Bangkinang Seberang

XIII Koto Kampar, Tapung Hulu,Tapung Hilir

SiakHulu, Tapung, Tapung Hulu

Tambang

5.2. Faktor– faktor Penentu Pengembangan Komoditas Unggulan: Analisis AHP

5.2.1. Komoditas Padi Sawah

Dalam penelitian ini, dikaji 4 aspek yang mempengaruhi pengembangan produksi padi di Kabupaten Kampar, yaitu: teknologi, lahan, sumberdaya manusia (SDM ) dan kelembagaan. Dari data yang dianalisis dengan metoda Analytical hierarchy Process (AHP) diperoleh hasil bahwa aspek yang sangat berpengaruh dalam pengembangan tanaman padi di Kabupaten Kampar berturut-turut adalah 1) lahan (0,40); 2) SDM (0,30); 3) teknologi (0,20); dan 4) Kelembagaan (0,10), seperti dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Gambar 5.

(12)

Gambar 5. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Pengembangan Komoditas Padi di Kabupaten Kampar

1) Aspek Teknologi

Dalam aspek teknologi, responden berpendapat bahwa faktor yang dominan mempengaruhi produksi padi di daerah ini adalah penggunaan pupuk (0,067) diikuti oleh penggunaan benih (0,053), pengendalian hama dan penyakit tanaman (0,04), penanganan panen (0,027), dan pengaturan tata air (0,013). Penggunaan benih padi yang dipandang dapat meningkatkan produksi padi adalah benih padi varietas hibrida (0,027) dan varietas unggul nasional (0,018) dibandingkan penggunaan benih padi lokal (0,009). Rata-rata responden berpendapat bahwa penggunaan pupuk yang berpengaruh dalam pengembangan tanaman padi adalah pupuk organik (0,044) dibandingkan dengan pupuk buatan atau pupuk anorganik (0,022). Dalam pengendalian hama/penyakit tanaman, upaya pengendalian hama/penyakit terpadu (integrated pest control) (0,027) pada tanaman padi dipandang lebih penting dibandingkan dengan pengendalian hama/penyakit secara tradisional/konvensional (0,013). Penanganan panen dan pasca panen secara tradisional (0,018) diniliai responden lebih menguntungkan dibandingkan dengan secara mekanis (0,009). Pengelolaan tata air secara teknis (0,009) pada areal persawahan sangat berpengaruh terhadap produksi padi dan

(13)

pengembangan komoditas padi sawah dibandingkan dengan pengelolaan tata air secara non teknis (0,004).

2) Aspek Lahan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada aspek lahan, faktor kesesuaian lahan (kesuburan, pH tanah, dan tipelogi lahan) dengan nilai rata-rata (0,2) jauh lebih penting dalam pengembangan komoditas padi sawah dibandingkan luas lahan garapan (0,133) dan status kepemilikan lahan (0,067).

Faktor kesuburan lahan (0,133) dinilai responden lebih penting pengaruhnya terhadap pengembangan komoditas padi sawah di Kabupaten Kampar dibandingkan dengan tipologi lahan (0,067). Hal ini berkaitan dengan jenis tanah di Kabupaten Kampar yang sebagian besar keasaman tanah tinggi (pH rendah) dan tergolong jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) yang umumnya miskin unsur hara (seperti nitrogen, phosphor, dan kalium), yang sangat dibutuhkan tanaman padi.

Berkaitan dengan luas garapan sawah, responden menilai bahwa lahan sawah yang digarap lebih luas yaitu > 2 hektar (0,053) dan 1-2 hektar (0,04) lebih besar pengaruhnya pengembangan komoditas padi sawah dibandingkan dengan luas garapan yang lebih sempit yaitu 0,5-1 hektar (0,027) dan 0,5 hektar (0,013). Pada umumnya luas lahan sawah diusahakan petani (yang sebagian besar adalah petani wanita) di Kabupaten Kampar relatif sempit (> 0,5 ha dan 0,5-1 hektar) dengan petakan sawah yang kecil-kecil. Dalam hal status kepemilikan lahan sawah, responden menilai bahwa usaha tani padi sawah pada lahan milik sendiri (0,033) akan lebih besar pengaruhnya dalam pengembangan padi sawah dibandingkan dengan menggarap lahan dengan cara menyewa (0,022) atau dengan sistem bagi hasil (0,011). Hal ini dapat dipahami bahwa petani yang menggarap lahan yang disewa atau dengan sistem bagi hasil, tidak menggarap lahan sawah secara intensif mengingat biaya sarana produksi (benih, pupuk dan obat-obatan/pestisida) harus ditanggung sendiri.

(14)

3) Aspek Sumberdaya Manusia

Dalam aspek sumberdaya manusia, kualitas SDM petani sangat besar pengaruhnya dalam pengembangan komoditas padi sawah di Kabupaten Kampar. Usaha tani padi sawah di daerah ini pada umumnya dilakukan oleh kaum perempuan yang sebagian besar berpendidikan rendah atau tidak tamat SD. Sesuai dengan budaya setempat yang menganut sistem matrialchaat yaitu lahan sawah secara turun temurun diwariskan kepada garis keturunan perempuan. Oleh karena itu pengolahan lahan sawah dikerjakan oleh kaum perempuan secara berkelompok dengan sistem gotong royong yang dikenal dengan nama batobo. Rendahnya tingkat pendidikan dan terbatasnya kemampuan tenaga kaum perempuan dalam pengolahan lahan menyebabkan usahatani padi sawah di daerah ini belum dilaksanakan secara intensif dan masih banyak lahan sawah yang ditanami satu kali dalam setahun atau dengan indeks pertanaman (IP)-100.

Dalam penelitian ini, responden berpendapat bahwa peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui pendidikan formal (0,2) dan Pendidikan non formal (0,1) Dalam upaya pengembangan komoditas padi, diperlukan SDM dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Petani dengan tingkat pendidikan SLTA atau Perguruan Tinggi akan lebih mudah menerapkan inovasi teknologi maju dalam usaha tani padi dibandingkan dengan petani yang berpendidikan lebih rendah (SD atau SMP). Petani dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki kemampuan teknis dan manajerial untuk menjadikan kegiatan usaha tani menjadi kegiatan agribisnis. Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam usaha tani padi dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan, magang dan kursus. Menurut responden kegiatan penyuluhan tersebut adalah pelatihan (0,08); magang (0,06); kursus (0,04) dan penyuluhan (0,02).

4) Aspek Kelembagaan

Kelembagaan Kelompok tani (0,017) dinilai lebih besar perannya dalam pengolahan hasil panen padi dibandingkan dengan kelembagaan lainnya yang ada di perdesaan, seperti Koperasi (0,011) dan perusahaan mitra (0,006). Dalam pemasaran hasil panen padi, peran pedagang pengumpul (0,044) yang secara langsung mendatangi lokasi persawahan dan desa dipandang lebih penting

(15)

dibandingkan dengan tauke (0,022) yang ada di kota/kecamatan. Hal ini berkaitan dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menjual hasil panen ke tempat tauke yang berada di luar desanya.

5.2.2. Komoditas Jagung

Untuk mengetahui faktor-faktor penentu dalam pengembangan komoditas jagung di Kabupaten Kampar, maka pada penelitian ini, dikaji 4 (empat) aspek yang mempengaruhi pengembangan produksi jagung di Kabupaten Kampar, yaitu teknologi, lahan, sumberdaya manusia (SDM) dan kelembagaan. Dari data yang dianalisa dengan metode analytical hierarchy process (AHP) diperoleh hasil bahwa aspek yang sangat berpengaruh dalam pengembangan tanaman jagung di Kabupaten Kampar berturut-turut adalah 1) lahan (0,40); 2) SDM (0,30); 3)teknologi (0,20); dan 4) kelembagaan (0,10), seperti disajikan pada Lampiran 4 dan Gambar 6.

Gambar 6. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Pengembangan Komoditas Jagung di Kabupaten Kampar

(16)

1) Aspek Teknologi

Dalam aspek teknologi, hasil kajian ini menunjukkan bahwa faktor yang dominan mempengaruhi produksi jagung di daerah ini adalah penggunaan benih (0,08) diikuti oleh penggunaan pupuk (0,06), pengendalian hama dan penyakit tanaman (0,04) dan penanganan panen (0,02).

Benih yang dipandang dapat meningkatkan produksi jagung adalah benih jagung varietas hibrida (0,04) dan varietas unggul nasional (0,027) dibandingkan penggunaan benih jagung lokal (0,013). Rata-rata responden berpendapat bahwa penggunaan pupuk yang berpengaruh dalam pengembangan tanaman jagung adalah pupuk buatan atau pupuk anorganik (0,04) dibandingkan pupuk organik (0,02), terutama dikaitkan dengan kesulitan dalam pengadaan pupuk organik dalam jumlah yang besar. Pengendalian hama/penyakit terpadu (0,027) dinilai lebih menguntungkan dibandingkan dengan pengendalian yang dilakukan secara konvensional (0,013). Sedangkan penanganan pasca panen secara mekanik (0,013) dinilai lebih baik dibandingkan dengan cara tradisional (0,007).

2) Aspek Lahan

Hasil kajian ini juga menunjukkan bahwa pada aspek lahan, faktor kesesuaian lahan (kesuburan, pH tanah dan tipologi lahan) dalam pengembangan jagung dengan nilai rata-rata (0,2) jauh lebih penting dibandingkan luas lahan garapan petani (0,133) dan status kepemilikan lahan (0,067). Faktor kesuburan lahan (0,133) dinilai lebih penting dibandingkan dengan tipologi lahan (0,067). Pengolahan lahan dengan luas garapan 1-2 hektar (0,04), 1-2 hektar atau > 2 hektar dinilai lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan lahan yang digarap dengan luas yang lebih sempit yaitu < 0,5 hektar (0,013). Sedangkan lahan dengan status milik petani (0,033) dinilai lebih besar pengaruhnya dalam pengembangan komoditas jagung dibandingkan dengan lahan yang di sewa (0,022) maupun dengan sistem bagi hasil (0,011). Hal ini berkaitan dengan besarnya penghasilan yang dapat diperoleh petani. Petani yang menggarap lahan milik sendiri dapat melaksanakan kegiatan usahatani secara lebih intensif, dibandingkan dengan petani yang bertani dengan sistem sewa tanah atau sistem bagi hasil, karena biasanya pemilik lahan hanya mau menerima pembagian hasil

(17)

bersih dari setiap musim panen, dan tidak mau mengeluarkan biaya untuk kegiatan usaha tani, seperti untuk pembelian sarana produksi dan alat-alat pertanian serta biaya untuk pengolahan dan pemasaran hasil panen.

3) Aspek Sumberdaya Manusia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam aspek sumberdaya manusia, pendidikan formal (0,2) dinilai lebih besar pengaruhnya dalam pengembangan tanaman padi di Kabupaten Kampar dibandingkan pendidikan informal (0,1). Dalam upaya pengembangan jagung menjadi kegiatan agribisnis yang lebih menguntungkan, diperlukan SDM dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, baik teknis maupun manajerial. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa SDM dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi (0,08) dan SLTA (0,06) lebih besar pengaruhnya dalam pengembangan komoditas jagung dibandingkan SDM dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, yaitu SLTP (0,04) dan SD (0,02). Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk menyerap inovasi baru, seperti kemampuan dalam penguasaan teknologi baru di bidang budidaya, pengolahan hasil pertanian, kemampuan untuk akses ke sumber-sumber informasi pertanian, lembaga keuangan (perbankan) dan pemasaran hasil panen. Mengingat petani yang berusaha tani jagung di Kabupaten Kampar, pada umumnya berpendidikan rendah (tamat SD atau tidak tamat SD) perlu dilakukan bimbingan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani / kelompok tani. Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam usaha tani padi dilakukan melalui penyuluhan, pelatihan, magang dan studi banding. Berdasarkan hasil kajian ini ternyata kegiatan magang (0,04) dan pelatihan (0,03) dinilai lebih penting dan besar pengaruhnya dalam pengembangan komoditaas jagung di Kabupaten Kampar dibandingkan kegiatan penyuluhan (0,02) yang dilakukan tenaga penyuluh dan kursus (“Coaching”) singkat (0,01).

4) Aspek Kelembagaan

Dalam kajian ini responden menilai bahwa faktor kelembagaan informal (0,067) yang ada di perdesaan lebih besar perannya dalam membantu pemasaran

(18)

hasil panen jagung dibandingkan dengan kelembagaan formal (0,033). Peran pedagang tauke (0,044) dalam pemasaran jagung dinilai jauh lebih penting dibandingkan peran pengumpul (0,022).

5.2.3. Komoditas Ubikayu

Dari data yang dianalisis dengan metoda Analysis Hierarchy Process (AHP) diperoleh hasil bahwa aspek yang sangat berpengaruh dalam pengembangan tanaman ubikayu di Kabupaten Kampar berturut-turut adalah: 1) lahan (0,40), 2) SDM (0,30), 3) teknologi (0,20), dan 4) kelembagaan (0,10), seperti terlihat pada Lampiran 5 dan Gambar 7.

PU PU K 0 ,0 8 0 L O KA L : 0 ,0 2 BI BI T 0 ,0 6 0 H IBR ID A : 0 ,0 3 0 O R G A N IK : 0 ,0 2 7 AN O R G AN IK : 0 ,0 5 3 KESES U AI AN 0 ,2 L U AS 0 ,1 3 3 KEPE M IL IKAN 0 ,0 6 7 T IPO L O G I : 0 ,0 6 7 KESU BU R AN : 0 ,1 3 3 L U AS 1 H a : 0 ,0 4 L U AS > 2 H a : 0 ,0 5 3 L U AS < 5 0 0 0 M : 0 ,0 1 3 L U AS 1 0 0 0 m : 0 ,0 2 7 Se w a : 0 ,0 1 1 Ba g i H a s il : 0 ,0 2 2 M ili k : 0 ,0 3 3 PEN D . F O R M AL : 0 ,2 PE N D . N O N F O R : 0 ,1 SD : 0 ,0 2 SL T A : 0 ,0 8 PER G T IN G G I : 0 ,0 6 SL T P : 0 ,0 4 KU R SU S : 0 ,0 1 M AG A N G : 0 ,0 4 PEN YU L U H AN : 0 ,0 2 PEL AT IH AN : 0 ,0 3 Ke le m b . F o rm a l 0 ,0 6 7 Ke le m b . In fo rm a l 0 ,0 3 3 Pe ru s a h a a n : 0 ,0 3 3 Ko p e ra s i : 0 ,0 1 1 Ke lo m p o k T a n i : 0 ,0 2 2 T o u k e : 0 ,0 1 1 Pe n g u m p u l : 0 ,0 2 2 PH P 0 ,0 4 PH T : 0 ,0 2 7 KO N VEN SI O N AL : 0 ,0 1 3 PASC APAN EN 0 ,0 2 0 M E KAN IS M : 0 ,0 1 3 T R AD ISI O N AL : 0 ,0 0 7 U N G G U L N AS : 0 ,0 1 0

Gambar 7. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Pengembangan Komoditas Ubikayu di Kabupaten Kampar

1) Aspek Teknologi

Dalam aspek teknologi, responden berpendapat bahwa faktor yang dominan mempengaruhi produksi ubikayu di daerah ini adalah penggunaan pupuk (0,08) diikuti oleh penggunaan benih (0,06), pengendalian hama dan penyakit

(19)

tanaman (0,04) dan penanganan panen (0,02). Benih/bibit ubikayu yang dipandang dapat meningkatkan produksi adalah benih ubikayu varietas lokal (0,02) dibandingkan penggunaan benih/bibit ubikayu varietas unggul nasional (0,01). Rata-rata responden berpendapat bahwa penggunaan pupuk yang berpengaruh dalam pengembangan tanaman ubikayu adalah pupuk buatan atau pupuk kimia (0,053) dibandingkan pupuk organik (0,027), terutama dikaitkan dengan kesulitan dalam pengadaan pupuk organik dalam jumlah yang besar.

Dalam upaya pengamanan tanaman ubikayu dari gangguan hama/penyakit, Pemberantasan Hama/penyakit Terpadu (PHT) (0,027) lebih penting dilakukan dibandingkan pengendalian secara konvensional (0,013). Penanganan pasca panen ubikayu menurut responden lebih baik dilakukan secara mekanis (0,013) dibandingkan cara tradisional (0,007).

2) Aspek Lahan

Pada aspek lahan, faktor kesesuaian lahan (0,2) dan luas lahan (0,133), jauh lebih penting dibandingkan status kepemilikan lahan (0,067).

3) Aspek Sumberdaya Manusia

Dalam aspek peningkatan kualitas SDM, pendidikan formal (0,2) lebih penting dalam pengembangan tanaman padi di Kabupaten Kampar dibandingkan pendidikan informal (0,1). Dalam upaya pengembangan tanaman ubikayu, diperlukan SDM dengan tingkat pendidikan SLTA (0,08) dinilai lebih penting dibanding SDM dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi (0,06), SLTP (0,04) dan SD (0,02). Dalam kajian ini responden menilai bahwa kegiatan yang penting dilakukan dalam pengembangan tanaman ubikayu adalah magang (0,04); pelatihan (0,03) dan penyuluhan (0,02). Kegiatan ini lebih penting dilaksanakan dibandingkan kegiatan kursus yang singkat (0,01).

4) Aspek Kelembagaan

Dalam aspek kelembagaan, responden menilai bahwa kelembagaan formal (0,067) seperti Perusahaan Mitra dan koperasi lebih penting perannya mendukung pemasaran produksi yang dihasilkan petani dibandingkan

(20)

kelembagaan informal (0,033) seperti kelompok tani. Di samping itu peran pedagang pengumpul (0,022) dipandang lebih penting dalam pemasaran hasil produksi petani dibandingkan dengan touke (0,011).

5.2.4. Komoditas Nenas

Dalam penelitian ini, juga dikaji 4 aspek yang mempengaruhi pengembangan produksi nenas di Kabupaten Kampar yaitu: teknologi, lahan, sumberdaya manusia (SDM ) dan kelembagaan.

Dari data yang dianalisa dengan metode Analysis Hierarchy Process (AHP) diperoleh hasil bahwa aspek yang sangat berpengaruh dalam pengembangan tanaman nenas di Kabupaten Kampar berturut-turut adalah: 1)lahan (0,40), 2) SDM (0,30), 3) teknologi (0,20) dan 4) kelembagaan (0,10), seperti terlihat pada Lampiran 6 dan Gambar 8.

Gambar 8. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Pengembangan Komoditas Nenas di Kabupaten Kampar

(21)

1) Aspek Teknologi

Dalam aspek teknologi, responden berpendapat bahwa faktor yang dominan mempengaruhi produksi nenas di daerah ini adalah penggunaan pupuk (0,067), diikuti oleh penggunaan benih/bibit (0,053), pengendalian hama dan penyakit tanaman (0,04), penanganan panen (0,027) dan pengaturan tata air/drainase (0,013). Benih/bibit nenas yang dipandang dapat meningkatkan produksi adalah benih varietas unggul nasional/hibrida (0,036) dibandingkan penggunaan benih nenas lokal (0,018). Rata-rata responden berpendapat bahwa penggunaan pupuk yang berpengaruh dalam pengembangan tanaman nenas adalah pupuk buatan atau pupuk anorganik (0,044) dibandingkan pupuk organik (0,022), terutama dikaitkan kesulitan dalam pengadaan pupuk organik dalam jumlah yang besar.

Dalam upaya pengamanan tanaman nenas dari gangguan hama/ penyakit, Pemberantasan hama/penyakit secara mekanis (0,027) lebih penting dilakukan dibandingkan pengendalian secara konvensional (0,013). Penanganan pasca panen nenas, menurut responden lebih baik dilakukan dengan cara di packing (0,018) dibandingkan dengan cara tanpa di packing (0,009).

2) Aspek Lahan

Pada aspek lahan, faktor kesesuaian lahan (0,2), luas tanah (0,133), dan diikuti oleh status kepemilikan lahan (0,067).

Dalam hal kesesuaian lahan, yang lebih penting adalah kesuburan lahan (0,133) dibandingkan dengan tipologi lahan (0,067). Luas lahan untuk pengembangan tanaman nenas ini yang lebih baik adalah > 2 ha (0,053) dan 1-2 ha (0,04) dibandingkan dengan lahan dengan luas 0,5–1 ha (0,027) dan yang kurang dari 0,5 ha (0,013). Lahan milik sendiri (0,033) dinilai lebih baik dipakai untuk penanaman nenas dibandingkan dengan sistem sewa (0,022) dan sistem bagi hasil (0,011).

(22)

3) Aspek Sumberdaya Manusia

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa SDM yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam usaha tani komoditas nenas yang diperoleh melalui pendidikan formal (0,2) menurut penilaian responden lebih penting dalam pengembangan tanaman nenas di Kabupaten Kampar dibandingkan SDM yang hanya mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui

pendidikan informal (0,1). Dalam upaya pengembangan tanaman nenas, diperlukan SDM dengan

tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (0,08) dan SLTA (0,06) dinilai lebih penting dibanding SDM dengan tingkat pendidikan SLTP (0,04) dan SD (0,02). Dalam kajian ini responden menilai bahwa kegiatan yang penting dilakukan untuk pengembangan tanaman nenas adalah magang (0,04) dan pelatihan (0,03). Kegiatan ini lebih penting dilaksanakan dibandingkan kegiatan kursus yang singkat (0,02) dan penyuluhan (0,01) yang dilakukan oleh tenaga penyuluh.

4) Aspek Kelembagaan

Dalam aspek kelembagaan, responden menilai bahwa kelembagaan informal (0,067) seperti lebih penting perannya mendukung pemasaran produksi yang dihasilkan petani dibandingkan kelembagaan formal (0,033), di samping itu peran pedagang pengumpul (0,044) dipandang lebih penting dalam pemasaran hasil panen petani dibandingkan dengan tauke (0,022).

5.3. Perumusan Strategi dan Program

5.3.1. Strategi Pengembangan Industrialisasi Perdesaan

Untuk menyusun strategi pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar perlu dilakukan identifikasi faktor-faktor strategis internal (internal strategy factor) meliputi faktor kekuatan (strength) dan faktor kelemahan (weakness) serta faktor-faktor strategi eksternal (external strategy factor) yang meliputi factor peluang (opportunity) dan faktor ancaman (threat), melalui pendekatan yang lazim dikenal sebagai analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threat).

(23)

Dari penilaian responden terhadap 18 faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar, setelah dilakukan analisa SWOT diketahui beberapa faktor strategis internal yang berpengaruh dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura seperti pada Tabel 19.

Tabel 19. Faktor-faktor Strategi Internal yang Berpengaruh Dalam Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar

Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Urgensi Bobot Urgensi A. Kekuatan (Strength)-S:

1. Sumberdaya Manusia

2. Teknologi Tepat Guna yang tersedia 0,04 0,04 3,55 3,36 0,14 0,13

Jumlah (S) 0,08 0,27 B. Kelemahan (Weakness)- W 1. Sumberdaya Lahan 2. Lembaga Pendukung 3. Pemasasran Hasil 4. Permodalan 5. Infrastruktur 6. Penguasaan teknologi 7. Koordinasi 0,13 0,14 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 2,64 2,64 3,36 3,27 2,73 3,36 2,45 0,35 0,36 0,44 0,42 0,36 0,44 0,32 Jumlah (W) 0,92 2,69 Jumlah (S+W) 1,00 2,96

Faktor-faktor internal yang berpengaruh terhadap pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura tersebut adalah:

A. Kekuatan (Strength)

Dari jawaban responden dapat diidentifikasikan faktor-faktor kekuatan internal yang bersifat strategis, yaitu:

(24)

1) Sumberdaya manusia (SDM) masyarakat/petani cukup banyak jumlahnya di perdesaan yang dapat dibina untuk menghasilkan berbagai komoditas pertanian dan menumbuh kembangkan industri perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura.

2) Teknologi tepat guna yang dihasilkan oleh berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi cukup banyak dan tersedia untuk dikembangkan di Kabupaten Kampar.

B. Kelemahan (Weakness)

Faktor kelemahan internal yang bersifat strategis yang diidentifikasikan dari jawaban responden adalah sebagai berikut:

1) Sumberdaya lahan yang masih tersedia cukup luas yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar.

2) Lembaga pendukung, seperti lembaga permodalan (perbankan dan lembaga perkreditan desa) terbatas jumlahnya sehingga belum dapat memberikan pelayanan dengan baik kepada masyarakat/petani yang membutuhkan bantuan kredit untuk pengembangan berbagai usaha di perdesaan.

3) Pemasaran hasil berbagai komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang dihasilkan petani dan produk industri pengolahannya yang belum terjamin.

4) Permodalan yang dimiliki masyarakat/petani untuk pengembangan usaha tani maupun kegiatan industri pengolahan hasil pertanian di perdesaan sangat terbatas, dan akses masyarakat/petani kepada sumber permodalan (lembaga keuangan) juga terbatas.

5) Infrastruktur seperti jalan dan jembatan, listrik, telekomunikasi, air bersih masih terbatas, sehingga seringkali merupan faktor penghambat dalam pengembangan berbagai kegiatan ekonomi di perdesaan.

6) Penguasaan teknologi di kalangan masyarakat/petani di perdesaan sangat terbatas, baik dalam pelaksanaan kegiatan usaha tani maupun industri pengolahan hasil pertanian.

(25)

7) Koordinasi berbagai instansi pemerintah dan stakeholder lainnya dalam pembinaan masyarakat/petani di perdesaan masih kurang dan belum berjalan seperti yang diharapkan. Pembinaan belum dilakukan secara terpadu.

Di samping faktor strategis internal, dari kajian ini diketahui pula faktor- faktor strategis eksternal seperti pada Tabel 20.

Tabel 20. Faktor-faktor Strategis Eksternal yang Berpengaruh Dalam Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian

Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar

Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Urgensi Bobot

Urgensi A. Peluang (Opportunity)-O:

1. Pangsa Pasar yang masih terbuka. 2. Pertumbuhan ekonomi yang terus

meningkat

3. Potensi industri berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura 4. Segmentasi konsumen beragam 5. Kebijakan Pemerintah (Pusat,

Provinsi dan Kabupaten)

6. Ekonomi global (persaingan pasar) 7. Keamanan 0,08 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 3,09 3,00 3,18 2,55 3,09 2,18 2,64 0,25 0,21 0,21 0,18 0,24 0,16 0,18 Jumlah (O) 0,50 1,43 B. Ancaman (Threat)-T 1. Bencana Alam 2. Krisis ekonomi 0,25 0,25 2,64 2,45 0,66 0,16 Jumlah (T) 0,50 0,,82 Jumlah(O+T) 1,00 2,25 A. Peluang (Opportunities)

(26)

Beberapa faktor peluang eksternal yang bersifat strategis dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1) Pangsa pasar berbagai produk pertanian tanaman pangan dan hortikultura serta produk industri pengolahan hasil pertanian masih terbuka, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

2) Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, berdampak kepada meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat terhadap berbagai produk pertanian dan produk industri pengolahan hasil pertanian.

3) Potensi industri berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura cukup besar di perdesaan, terutama di daerah sentra produksi, yang setiap musim tanam menghasilkan berbagai komoditas untuk keperluan bahan baku bagi industri pangan maupun industri hilir lainnya di perdesaan.

4) Segmentasi konsumen beragam merupakan peluang untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian dan diversifikasi produk yang dihasilkan industri perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura. 5) Kebijakan pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten) untuk membina

dan mengembangkan kegiatan pertanian dan industri kecil di daerah perdesaan merupakan peluang untuk pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultra.

6) Ekonomi global yang berangsur pulih kembali akan membuka peluang pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura.

7) Keamanan di dalam negeri yang dari tahun ke tahun terus meningkat dapat menciptakan iklim yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura.

B. Ancaman (Threats)

Faktor-faktor ancaman eksternal yang bersifat strategi dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1) Bencana alam yang dapat terjadi akibat anomali iklim seperti kekeringan akibat kemarau panjang dan banjir akibat curah hujan yang di atas normal

(27)

akan mengancam keberhasilan panen berbagai komoditas pertanian tanaman pangan dan hortikultura serta dapat menghambat penyediaan bahan baku yang di perlukan industri di perdesaan.

2) Krisis ekonomi yang melanda dunia dapat berdampak terjadinya krisis ekonomi di dalam negeri. Hal ini akan menghambat perkembangan ekonomi di perdesaan.

Dari hasil analisis SWOT tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor kekuatan (strength) yang mempengaruhi pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar lebih sedikit dibandingkan faktor kelemahan (weakness). Namun peluang (opportunities) yang dimiliki lebih banyak dibandingkan dengan ancaman (threat). Dengan demikian, pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar berada pada kuadran II dengan prioritas utama strategi yang ditempuh adalah memanfaatkan secara optimal peluang yang ada dan berupaya mengatasi kelemahan yang dimiliki. Secara lebih rinci strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar dapat dilihat pada Tabel 21.

(28)

Tabel 21. Matriks SWOT dan Strategi Pengembangan Industrialisasi Perdesaan Berbasis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kampar

Faktor Eksternal

Kekuatan (Strength) – S 1. SDM di perdesaan cukup

2. Teknologi Tepat Guna cukup tersedia

Kelemahan (Weakness) - W 1. Pemasaran hasil kurang terjamin 2. Penguasaan teknologi kurang 3. Permodalan kurang

4. Infrastruktur yang kurang memadai

Peluang (Opportunity) – O 1. Pertumbuhan ekonomi (daya

beli masyarakat) terus meningkat

2. .Potensi industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura

STRATEGI: S – O

1. Meningkatkan kualitas SDM dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat

2. Meningkatkan penerapan Teknologi Tepat Guna dan memanfaatkan pertumbuhan ekonom yang terus meningkat

STRATEGI: W – O

1. Meningkatkan pemasaran hasil dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat

2. Meningkatkan penguasaan teknologi tepat guna dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat 3. Meningkatkan permodalan petani

dan pelaku bisnis industri perdesaan dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat

4. Meningkatkan infrastruktur dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang meningkat. Ancaman (Threat) - T 1. Bencana alam 2. Krisis ekonomi STRATEGI: S – T 1. Mengembangkan kreativitas SDM Pertanian dan industri perdesaan untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi 2. Mengembangkan teknologi tepat guna

menghadapi ancaman krisis ekonomi

STRATEGI: W – T

1. Meningkatkan kegiatan pemasaran hasil pertanian dan industri perdesaan di tengah krisis ekonomi yang melanda petani 2. Mengembangkan inovasi teknologi

tepat guna dengan biaya murah untuk mengatasi krisis ekonomi 3. Mengembangkan program bantuan

permodalan di bidang pertanian dan industri di tengah krisis ekonomi yang melanda petani

4. Meningkatkan infrastruktur di perdesaan untuk mengatasi krisis ekonomi

Faktor Internal

(29)

Rumusan strategi dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kampar sesuai dengan hasil interaksi SO–WO–ST-WT adalah sebagai berikut:

Strategi W-O

1) Meningkatkan pemasaran hasil produk pertanian tanaman pangan dan hortikultura baik dalam bentuk segar maupun hasil olahan dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang terus meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar

2) Meningkatkan penguasaan teknologi di bidang pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian dalam upaya menghasilkan produk-produk berkualitas dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang terus meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar.

3) Meningkatkan permodalan petani dan pelaku industri perdesaan dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang terus meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar.

4) Meningkatkan infrastruktur perdesaan dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang terus meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar.

Strategi S-O

1) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang terus meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar.

2) Meningkatkan penerapan teknologi tepat guna yang tersedia dan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi (daya beli masyarakat) yang terus

(30)

meningkat dan potensi pengembangan industri berbasis tanaman pangan dan hortikultura yang cukup besar.

Strategi W-T

1) Mengembangkan kegiatan pemasaran hasil pertanian dan industri perdesaan di tengah krisis ekonomi yang berdampak pada petani dan masyarakat kecil di perdesaan.

2) Mengembangkan inovasi teknologi tepat guna dengan biaya murah untuk menghadapi krisis ekonomi yang berimbas kepada bidang pertanian. 3) Mengembangkan program bantuan permodalan di bidang pertanian di

tengah krisis ekonomi yang berdampak pada petani dan pelaku industri perdesaan.

4) Meningkatkan infrastruktur perdesaan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi yang berdampak pada perekonomian masyarakat di perdesaan. .

Strategi S-T

1) Mengembangkan kreativitas SDM pertanian untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi yang berdampak pada lemahnya perekonomian masyarakat di perdesaan.

2) Mengembangkan pemanfaatan teknologi tepat guna di tengah krisis ekonomi yang berdampak pada lemahnya perekonomian masyarakat di perdesaan.

5.3.2. Program Pengembangan

Berdasarkan visi Kabupaten Kampar seluruh komponen di daerah ini telah menetapkan tujuan pembangunan daerah ini adalah untuk menjadikan “Kabupaten Kampar Negeri Berbudaya, Berdaya dalam Lingkungan Masyarakat Agamis Tahun 2020”. Untuk merealisasikan visi tersebut Kabupaten Kampar mempunyai 6 (enam) misi yang dua diantaranya adalah (a) misi III yaitu meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, menguasai teknologi dan berwawasan ke depan dan (b) misi IV yaitu mengembangkan ekonomi rakyat yang berbasis sumber daya lokal dengan berorientasi pada agribisnis, agroindustri,

(31)

dan pariwisata, serta mendorong pertumbuhan investasi secara terpadu dan terkait antar swasta, masyarakat dan pemerintah baik berskala lokal, regional, nasional, dan internasional. Sesuai dengan visi dan misi Kabupaten Kampar tersebut dan mengacu pada strategi yang dirumuskan dari hasil penelitian ini, maka program-program yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Kampar dalam pengembangan industrialisasi perdesaan berbasis pertanian tanaman pangan dan hortikultura, antara lain adalah seperti disajikan pada Lampiran 16. Sedangkan strategi dan program pengembangan industrialisasi perdesaan di Kabupaten Kampar secara umum disajikan dalam Tabel 22.

Tabel 22. Strategi dan Program Pengembangan Industrialisasi Perdesaan di Kabupaten Kampar

No Visi & Misi Komoditas Lokasi Faktor Penentu Strategi Program 1 2 3 4 5 6 7 Visi Kabupaten Kampar adalah “Kabupaten Kampar Negeri Berbudaya, Berdaya dalam lingkungan Masyarakat yang Agamis Tahun 2020“ Masyarakat yang berdaya yaitu : Menguasai IPTEK Pesaing yang tangguh menghadapi persaingan global Misi III Kabupaten Kampar Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta

Padi Sawah • Kec. Kampar • Kec Kampar Timur • Kec. Bangkin ang Barat • Kec. Salo • Kec. Bangkin ang Seberang • Kualitas SDM • Lahan • Teknologi • Kelembagaa n • Meningkatkan SDM dan memanfaatkan pangsa pasar yang terbuka • Meningkatkan penerapan TTG (Teknologi tepat Guna) dan mengembangkan inovasi teknologi (irigasi, darinase) untuk mengantisipasi bencana alam • Memberdayakan lembaga perdesaan • Program peningkatan kualitas SDM • Program pengembangan TTG (Teknologi tepat Guna) • Program penanggulangan bencana alam • Program pengembangan kelembagaan perdesaan Jagung • Kec. XIII Kota Kampar • Kec. Tapung Hulu • Kec. Tapung Hillir • Kualitas SDM • Lahan • Teknologi • Permodalan • Pemasaran • Meningkatkan SDM dan memanfaatkan pangsa pasar yang terbuka • Meningkatkan penerapan TTG (Teknologi tepat Guna) • Meningkatkan • Program peningkatan kualitas SDM • Program pengembangan TTG (Teknologi tepat Guna) • Program pengembangan

(32)

No Visi & Misi Komoditas Lokasi Faktor Penentu Strategi Program 1 2 3 4 5 6 7 berwawasan ke depan . Misi IV Kabupaten Kampar Mengembangkan ekonomi rakyat yang berbasis sumber daya lokal dengan orientasi pada agrobisnis, agroindustri dan pariwisata serta mendorong pertumbuhan investasi secara terpadu dan terkait antar swasta, masyarakat, dan pemerintah baik berskala lokal, regional, nasional maupun internasional Misi V Kabupaten Kampar Mewujudkan pembangunan kawasan seimbang yang dapat menjamin kualitas hidup secara berkesinambungan permodalan petani dan industri perdesaan permodalan petani • Program pengembangan pasar produk pertanian

Ubi Kayu • Kec. Siak Hulu • Kec. Tapung • Kec. Tapung Hulu • Lahan • Kualitas SDM • Teknologi • Meningkatkan SDM dan memanfaatkan pangsa pasar yang terbuka • Meningkatkan penerapan TTG (Teknologi tepat Guna) • Meningkatkan permodalan petani dan industri perdesaan • Program peningkatan kualitas SDM • Program pengembangan TTG (Teknologi tepat Guna) • Program pengembangan permodalan petani • Program pengembangan pasar produk pertanian Nenas • Kec. Tambang • Kualitas SDM • Lahan • Teknologi • Pemasaran • Meningkatkan SDM dan memanfaatkan pangsa pasar yang terbuka • Meningkatkan penerapan TTG (Teknologi tepat Guna) • Meningkatkan permodalan petani dan industri perdesaan • Program peningkatan kualitas SDM • Program pengembangan TTG (Teknologi tepat Guna) • Program pengembangan permodalan petani • Program pengembangan pasar produk pertanian

Gambar

Tabel 12. Produksi Padi di Kabupaten Kampar Tahun 2008  No.  Kecamatan  Padi Sawah  Padi Ladang  Jumlah  Padi
Tabel  13.  Hasil  Analisis  LQ  Produksi  Komoditas  Padi  di  Kabupaten  Kampar Tahun 2008
Tabel 14. Produksi Palawija di Kabupaten Kampar Tahun 2008
Tabel  15.  Hasil  Analisis  LQ  berdasarkan  Produksi  Komoditas  Palawija  di  Kabupaten Kampar Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Return ISSI dipengaruhi oleh besarnya return IHSG, hal ini dikarenakan IHSG muncul terlebih dahulu dibandingkan ISSI dan IHSG merupakan indikator dari pergerakan

The proposed integration approach is based on the semantic web technology, where the integrated model is achieved by merging Resource Description Framework (RDF) graphs

Mengangl&lt;at Pauitia workshop Perlr-rlisan TLrgas Al&lt;hiI Mahasisrva Progranr StLrdi Pendicliliatl Bahasa Daeralr Fakultas Bahasa clatr Setri Uriiversitas Negeri

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria perizinan terpadu pengelolaan dan pemanfaatan wilayah laut dan sumberdaya alam yang ada di dalamnya.. Penetapan

[r]

Pemakaian bahan bakar LPG mulai pertama beroperasi, pengumpulan data dan tes performa dan operasional selama 100 jam operasi dengan perlakuan pembebanan yang bervariasi

The frequency modulation is a sub$type of the process for analogue oscillation modulation. Here a continuous sinusoidal high$frequency wave is used as the carrier of.. a

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY (ADI) DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI, PENALARAN ILMIAH, DAN KOGNITIF SISWA