• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ustek Masterplan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ustek Masterplan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PEKERJAAN:

PEMBUATAN DESIGN RANCANGAN TEKNIK TERINCI GEDUNG

OPERASI DAN PERKANTORAN

BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU

(2)
(3)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Bandara Sultan Syarif Kasim II yang terletak ± 10 km dari pusat Kota Pekanbaru pada posisi 00°27”23’ LS dan 101°26”36’BT. Dengan memiliki landasan dengan ukuran 2.240 m x 30 m yang mampu melayani pesawat setara jenis B 737-900ER.

Lalu lintas transportasi udara menuju dan dari Kota Pekanbaru mengalami perkembangan yang pesat, baik penerbangan domestic maupun internasional. Situasi akan terus berlanjut ke depan, sehingga diperlukan tindak lanjut terhadap perencanaan kawasan bandara. Namun demikian perencanaan pengembangan tetap mengacu pada Materplan Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II.

Melihat situasi di atas maka diperlukan kesiapan dari pengelola bandara. Gedung kantor dan operasional saat ini dianggap sudah tidak mampu untuk menjawab tantangan perkembangan bandara ke depan, sehingga perlu dilakukan perencanaan pengembangan untuk Gedung Kantor dan Operasional Bandara. Selain itu nantinya diharapkan dapat merancang bangunan yang lebih representative dan memutakhirkan fasilitas pelayanan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

I.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan utama dari pekerjaan ini adalah membuat Detail Engineering Drawing (DED) bangunan gedung kantor yang akan difungsikan oleh PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandara SSK II yang terdiri dari:

a. Gambar Perencanaan Site Plan

b. Gambar Detail Engineering Drawing (DED) bangunan gedung kantor, yang mencakup :  Gambar Rencana Lansekap

 Gambar Rencana Arsitektural

(4)

 Gambar Rencana Mekanikal Elektrikal

c. Dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB) d. Dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

Manfaat dari adanya Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru ini adalah:

a. Dapat menjadi dokumen master Pembutan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru meskipun dalam pelaksanaannya dijadikan beberapa tahap pengembangan, sehingga tetap menjadi satu kesatuan.

b. Dapat menjadi faktor pendorong untuk program-program yang berfokus pada masalah sosial dan kultural guna meningkatkan kualitas kawasan yang kontekstual.

I.3. LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pekerjaan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dilaksanakan di daerah lingkungan kerja Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

I.4. SUMBER DANA

Pekerjaan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dibiayai melalui Dana PT. Angkasa Pura II Pekanbaru Tahun Anggaran 2010.

(5)

Masa pelaksanaan pekerjaan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru ini adalah 5 bulan atau sekitar 150 (seratus lima puluh) hari kalender.

(6)

BAB II

PENGALAMAN PERUSAHAAN

II.1. UMUM

Kami Konsultan Perencana, PT. Rimasyada Engineering Consultant berkeinginan untuk berperan serta dalam proses persiapan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Maka kami akan ikut serta dalam proses pelelangan pekerjaan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Dan salah satu persyaratan ikut pelelangan tersebut adalah membuat Usulan Teknis.

Usulan Teknis ini kami susun sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja (Term of Refference) tetapi terbatas pada hal tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja tersebut. Usulan Teknis ini dibuat atas Undangan Pengadaan Jasa Konsultan.

Untuk memberikan suatu gambaran yang lebih jelas terhadap pandangan proyek tersebut maka Usulan Teknis ini juga merinci pelayanan jasa konsultan yang dibutuhkan berupa penanganan perusahaan dalam menangani suatu pekerjaan, metodologi, rencana kerja, organisasi dan personil yang dibutuhkan.

II.2. LATAR BELAKANG KONSULTAN

PT. Rimasyada Engineering Consultantmemiliki kemampuan dalam pelaksanaan konstruksi dan perencanaan khusunya dalam bidang Arsitektural.PT. Rimasyada Engineering Consultant juga memiliki beberapa tenaga ahli yang sudah berpengalaman luas dalam Bidang Arsitektur.

Sejak berdiri Pt. Rimasyada Engineering Consultant telah banyak memiliki pengalaman baik dalam bidang perencanaan, pengawasan serta studi kelayakan yang berhubungan dengan konstruksi dan perencanaan.

(7)

Kami, PT. Rimasyada Engineering Consultantsebagai Jasa Pelayanan Konsultan yang ikut serta dalam “Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru” merasa perlu untuk menyampaikan Usulan Teknis yang dibuat berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (term of Refference).

Usulan ini dibuat untuk memberikan gambaran terhadap kegiatan tersebut sehingga Pengguna Jasa dapat memberikan penilaian sesuai dengan standarisasi yang diha-rapkan untuk kegiatan selanjutnya.

II.3. BIDANG LAYANAN

II.4. PENGALAMAN PERUSAHAAN

Sejak berdiri PT. Rimasyada Engineering Consultant telah mempunyai pengalaman yang banyak dan mempunyai tenaga ahli yang mampu mengerjakan pekerjaan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

(8)

BAB III

PEMAHAMAN DAN TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

III.1. UMUM

Secara garis besar, Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diberikan sudah cukup memberikan informasi dan data-data mengenai pekerjaan pada proyek ini sehingga Konsultan dapat menyusun proposal/usulan berdasarkan Kerangka Acuan Kerja, maka secara umum kami dapat memahami dengan lengkap maksud dan tujuan serta ruang lingkup pekerjaan yang merupakan tanggung jawab konsultan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan maupun dalam menyiapkan usulan sebagaimana dimaksud dalam KAK.

Mengingat pentingnya peran dari konsultan, maka sudah sepatutnya pihak konsultan siap dengan pandangan dan pemahaman lingkungan tugas, tanggung jawab perangkat dan mampu menginterprestasikan pekerjaan yang akan ditangani sehingga mengahasilkan produksi yang optimal.

Setelah membaca dan memahami seluruh isi dokumen Pengadaan Jasa Konsultan, Pekerjaan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Tahun Anggaran 2010, yang telah diberikan berikut Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, maka dapat disimpulkan bahwa isi dari penjelasan yang diberikan, merupakan gambaran apa yang harus dilaksanakan baik dalam persiapan, mobilisasi, pelaksanaan pekerjaan maupun akhir pekerjaan baik itu menangani lingkup tugas, tanggung jawab maupun perangkat konsultan, yang harus disediakan guna melaksanakan pekerjaan perencanaan.

Dokumen berikut addendum tersebut di atas cukup jelas dan lengkap untuk dipakai sebagai pegangan/acuan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Meskipun demikian kemungkinan dalam pelaksanaan fisik pekerjaan nanti perlu penyesuaian dengan permasalahan / kondisi yang ada dilapangan, misalnya adalah pekerjaan tambah dan kurang karena dalam Dokumen dan Addendum belum termasuk hal tersebut diatas.

(9)

Dokumen dan Addendumnya yang telah diberikan cukup mudah dimengerti dan jelas dalam rangka konsultan menyiapkan, membuat Usulan Dokumen Administrasi, Usulan Dokumen Teknis dan Usulan Dokumen Biaya.

A. DOKUMEN ADMINISTRASI

Materi dokumen administrasi yang dipersiapkan pada Kerangka Acuan Kerja adalah sesuai peraturan yang berlaku berikut petunjuk teknisnya dan sesuai dengan surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum tentang standar dokumen lelang, pengadaan barang dan jasa di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum, sehingga persyaratan tersebut cukup jelas untuk dipahami dan dimengerti.

B. USULAN TEKNIS

Materi yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja ditambah rapat penjelasan pekerjaan berikut Berita Acara Penjelasan yang diterbitkan telah dapat memberi gambaran umum dengan jelas terhadap lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab personil konsultan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan maupun dalam memberikan pelaporan-pelaporan sebagaimana diminta oleh proyek. Isi dari Kerangka Acuan Kerja dapat dijadikan titik tolak dalam penyusunan rencana kerja, penyiapan personil, metodologi dan manajemen yang akan diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan.

C. USULAN BIAYA

Bentuk usulan biaya dalam KAK beserta contoh formatnya walaupun dengan sistem pembiayaan Lump Sump sudah dapat dimengerti meskipun belum lengkap item-itemnya.

III.2. LINGKUP KEGIATAN

(10)

Sebagaimana dijelaskan di atas mengenai maksud dan tujuan pekerjaan maka lingkup tugas yang akan dilakukan meliputi secara pokok sebagai berikut:

A) Kegiatan inventarisasi data dan survey lapangan, terdiri dari: (a) Survey primer topografi

(b) Survey primer penyelidikan tanah (c) Inventarisasi data (Kapasitas gedung) B) Analisa Data

Analisa data juga menghasilkan progam fasilitas Rancangan Teknik Tlrinci (Detail Enginering Design/ DED) yang mencakup perancangan fasitiras-fasilitas sarana dan prasarana serta pentahapan pelaksa pekerjaan konstruksi berdasarkan studi rencana induk master plan, meliputi:

(a) Analisa kebutuhan dan kapasitas bangunan gedung (Ruang, penataan lahan, eksterior, struktur bangunan, serta penataan lansekap pada lasilitas perparkiran)

(b) Analisa kebutuhan dan kapasitas prasarana sisi darat (jalan akses, transportasi antar fasilitas, perparkiran dan drainase)

(c) Analisa kebutuhan bangunan perkantoran dan administrasi, fasilitas mekanikal elektrikal, gudang teknik dan bangunan pertemuan atau rapat serta semua gedung perkantoran dan operasional.

C) Perancangan Pekerjaan perencanaan yang terkoordinasi satu sama lain, mencakup perancangan bangunan gedung, jalan, drainase, pergudangan dan taman, serta pentahapan pelaksanaan pekerjaan konstruksi berdasarakan studi rencana Induk master plan, meliputi:

(a) Pekerjaan arsitektural

(b) Pekerjaan sipil struktur gedung (c) Pekerjaan mekanikal

(11)

(d) Pekerjaan elektrikal (e) Pekerjaan lansekap

(f) Pekerjaan sipil infrastruktur

(g) Rincian volume pekerjaan, rencana anggaran biaya dan spesifikasi tiap-tiap item pekerjaan.

D) Penyiapan dokumen tender

Meliputi penyiapan seluruh dokumen tender, termasuk gambar-gambar kerja yang telah disahkan.

III.2.2. LINGKUP TUGAS

Lingkup tugas yang akan dilaksanakan adalah Jasa Konstruksi perencanaan pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasional dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II – Pekanbaru yang akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2010. Terdiri atas :

A) Tahap Konsepsi Perencanaan

(a) Pengumpulan Data Informasi Lapangan, meliputi :  Data Studi rencana induk

 Data Hidrologi, suhu dan kelembaban

 Rencana pengembangan wilayah

 Rencana lokasi bangunan gedung

(b) Interpretasi Terhadap KAK

(12)

(a) Membuat Pra Rencana Tampak

(b) Membuat Pra Rancangan Denah, Tampak, Potongan

(c) Konsultasi dengan pemakai/ pemilik sampai mendapat ijin prinsip C) Penyusunan Pengembangan Rancangan

(a) Rencana Arsitektur beserta uraian perencanaannya (b) Rencana Struktur beserta uraian perencanaannya

(c) Rencana Penempatan Utilitas beserta uraiannya (Blok Plan)

D) Penyusunan Rancangan Gambar Detail (a) Membuat Rencana Detail Arsitektur (b) Membuat Rencana Detail Struktur (c) Membuat Rencana Detail Utilitas

(d) Membuat Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (Rks) (e) Membuat Perincian Volume Pekerjaan

(f) Membuat Rencana Anggaran Biaya Konstruksi (Berdasarkan Sni) (g) Membuat Dokumen Perencanaan

E) Pelaksanaan Pelelangan

(a) Membantu menyusun dokumen pelelangan (b) Membantu Menyusun Program Pelelangan

(13)

(d) Membuat Dokumen Pelaksanaan

F) Pengawasan Berkala

(a) Pemberi kerjan dapat meminta penyedia jasa untuk memeriksa Pelaksanaan Pekerjaan secara berkala dan menyediakan persoalan yang timbul yang berkaitan dengan hasil kerja perencanaan tanpa meminta biaya tambahan untuk melakukan kegiatan dimaksud.

(b) Membuat Laporan Akhir Perencanaan setelah pelaksanaan pekerjaan fisik selesai.

(c) Penyusunan Petunjuk Penggunaan dan Perawatan Bangunan Gedung

III.3. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan ini sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja, terhitung sejak dikeluarkannya SPMK oleh Pengguna Anggaran. Selama jangka waktu tersebut Konsultan harus menyelesaikan dan menyerahkan semua hasil pekerjaan sebagaimana diuraikan dalam Kerangka Acuan Tugas (Term of Reference).

(14)

BAB IV

APRESIASI DAN INOVASI

Berdasarkan pertimbangan dari jenis pekerjaan ini nantinya akan mengeluarkan Pembuatan Desain Rancangan Teknik Terinci Gedung Operasi dan Perkantoran Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, maka konsultan mengusulkan beberapa hal, yaitu:

1) Menerapkan konsep Green Building / bangunan hijau yang saat ini sudah marak dikembangkan dilingkungan perencanaan di Indonesia. Konsep ini diterapkan sebagai respons terhadap krisis energi dan keprihatinan masyarakat tentang lingkungan hidup. Inovasi untuk mengembangkan green building terus dilakukan sebagai upaya untuk menghemat energi dan mengurangi masalah-masalah lingkungan.

2) Kebijakan penyusunan tata ruang dan sirkulasi dari perencanaan pembangunan agar tetap mengacu pada kepentingan masyarakat dan tetap memasyarakat. Sehingga dihasilkan sebuah tatanan ruang yang memudahkan pengguna maupun tamu dan tidak menyesatkan. 3) Dalam penyusunannya agar memperhatikan pelayanan umum yang telah disusun

Pemerintah Kot Pekanbaru yang orientasinya adalah untuk kebutuhan pelayanan parsial dengan pertimbangan perencanaan yang komprehensive, meskipun pelayanan tersebut harus tetap dikaji untuk dilakukan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan scenario pengembangan yang direncanakan serta tetap memperhatikan asas legalitas terhadap perijinan yang telah dikeluarkan.

4) Memperhatikan kebijaksanaan dan perencanaan sektoral yang terdapat atau yang direncanakan di wilayah perencanaan.

5) Melengkapi dengan tampilan-tampilan perspektive atau bentuk tiga dimensi lainnya untuk memperjelas kondisi lapangan dan rencana pengembangan yang dilakukan

(15)

BAB V

PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam kerangka Acuan Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai.

Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang diperlukan.

Untuk mencapai tujuan sesuai sasaran yang ditentukan di dalam Kerangka Acuan Kerja maka sebelum dibuat metode terperinci perlu ditentukan lebih dahulu prinsip-prinsip dasar dan penyederhanaan pelaksanaan. Harus lebih dahulu dipastikan tujuan dan prinsip yang benar sehingga keputusan yang akan diambil dapat mencapai sasaran. Tanpa hal ini maka program yang dilaksanakan kemungkinan akan gagal dan tidak efisien selama pelaksanaannya sehingga tujuan akhir tidak tercapai.

Sangat diperlukan membuat identifikasi dan mengerti ruang lingkup, pekerjaan yang akan dilaksanakan nantinya sebelum memutuskan metode pelaksanaan yang diperlukan.

IV.1. METODOLOGI PELAKSANAAN

Berdasar dari lingkup pekerjaan yang telah disampaikan melalui Kerangka Acuan Kerja agar didapat hasil yang sesua dengan tujuan utama pekerjaan, maka dalam penyusunan desain ini akan dilakukan metode :

1) Studi Observasi Studi ini berupa pengumpulan data untuk diolah dalam perancangan ini. Pada proses pekerjaan perencanaan ini data yang dibutuhkan antara lain, diagram rancangan kebutuhan ruang, satuan keperluan ruang sehingga didapatkan luas bangunan yang dibutuhkan, dan penggunaan ruang.

(16)

2) Studi Literatur

Adalah kajian penulis atas referensi-referensi yang ada baik berupa buku maupun karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan pekerjaan perenceanaan ini. Beberapa referensi yang dibutuhkan untuk perancangan ini antara luasan kebutuhan yang dibutuhkan setiap orang yang dibutuhkan untuk melakukan aktifitasnya disesuaikan dengan tingkat pekerjaannya.

Studi literature juga dilakukan melalui internet untuk mencari literature mengenai contoh bangunan kantor yang baiks dan mampu diterapkan di Indonesia dan tentu saja menyesuaikan dengan kondisi Indonesia.

3) Analisa data dan Perancangan

Pengolahan data dan analisa data yang kemudian digunakan sebagai masukan dalam penghitungan secara manual dan dengan program simulasi bangunan seperti Autodesk Ecotect Analysis maupun Design Builder untuk menganalisi kesesuaian suhu dengan kebutuhan serta perancangan instalasi dengan program AutoCad.

4) Studi Bimbingan

Konsultan dalam proses perencanaan pembangunan ini bersama pemberi tugas yang merupakan pengguna gedung kantor merupakan sumber data dan masukan sebagai penyesuaian desain dengan keinginan pengguna bangunan.

IV.2. PENDEKATAN PERENCANAAN

IV.2.1.

PENDEKATAN ENVIRONMENTAL (

Green Building

Concept

)

I) Permasalahan Konsumsi Energi dan Polusi di Indonesia

Masyarakat modern yang berbasis pada teknologi mengkonsumsi energi dalam jumlah yang besar. Di Indonesia, bagian terbesar dari energi yang digunakan berasal dari energy fosil yang tidak dapat diperbarui untuk memproduksi listrik. Kondisi ini menimbulkan beberapa problem, yaitu:

(17)

(1) Nasional

Laju pertumbuhan pemakaian energi di Indonesia dalam kurun waktu 1985-2000 mencapai rata rata 7%/tahun (bandingkan dengan pemakaian energi di dunia rata rata 1,2%/tahun, negara negara APEC 2,6%/tahun) yang diakibatkan beberapa faktor yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kehidupan masyarakat. (2) Global

Proses pembakaran energi fosil menjadi listrik menimbulkan gas buang CO2 dalam jumlah besar yang dilepaskan ke atmosfer secara konstan dan terus menerus yang pada akhirnya menimbulkan efek rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global (global warming).

Saat ini Jakarta merupakan kota dengan kualitas udara yang berada pada urutan ketiga terburuk dunia setelah Meksiko dan Panama, dan peningkatan polusi udara tersebut mengakibatkan penurunan produkifitas dan peningkatan pembiayaan kesehatan yang berarti terjadinya pemborosan anggaran keuangan negara.

II) Sustainable Design

Sustainable design (desain berkelanjutan) merupakan reaksi dari krisis lingkungan global. Sustainable design (juga mengarah pada green design, eco design, atau design for environment) adalah seni mendesain objek fisik dan lingkungan sekitarnya untuk keseimbangan prinsip berkelanjutan dengan aspek ekonomi, sosial, dan ekologi.

III)Sustainable Construction Elements

Sumber: Sustainable Design and Constructions

(18)

ramah lingkungan dan selaras dengan lingkungan asal. Desain bangunan (green building) hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan (green product).

Bangunan hijau mensyaratkan layout desain bangunan (10 persen), konsumsi dan pengelolaan air bersih (10 persen), pemenuhan energi listrik (30 persen), bahan bangunan (15 persen), kualitas udara dalam (20 persen), dan terobosan inovasi (teknologi, operasional) sebesar 15 persen. Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka harus memerhatikan koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar 40-70 persen ruang terbangun berbanding 30-60 persen untuk ruang hijau untuk bernapas dan menyerap air.

IV) Tingkat Sustainable Bangunan

Ke-sustainable-an suatu bangunan dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah tolak ukur yang digunakan The Leadership in Energy and Environment Design (LEED) System menggunakan beberapa faktor yang harus dianalisa terlebih dahulu sebelum merencanakan sebuah desain bangunan beserta lingkungannya, yaitu:

a. Site planning

b. Efficient water consumption c. Energy and atmosphere

d. Materials and resource protection e. Indoor air quality

Innovativeness and design/contruction process V) Penerapan Teori Sustainable

Desain arsitektur adalah sebuah proses untuk mewujudkan sebuah visi. Menerapkannya dalam langkah nyata dengan pemilihan material dan

(19)

penentuan sistem struktur yang layak dan sesuai dengan karakter site-nya. Hal yang dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

a. Menganalisa keadaan lingkungan alamnya, seperti topografi, karakter iklim, keadaan tanah dan hidrologinya, flora dan faunanya, serta keadaan udaranya.

b. Belajar dengan mengamati spirit of the place, lansekap, dan kebudayaannya.

c. Harmonisasi dengan masyarakat setempat, hal ini karena biasanya bangunan tidak berdiri sendiri

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam suistenable desain adalah:

IV.2.2.

PENDEKATAN KEBUTUHAN RUANG KANTOR

IV.2.3. PENDEKATAN AKSESIBILITAS

IV.2.4. PENDEKATAN RENCANA TAPAK

1. PENDEKATAN PERENCANAAN

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam suistenable desain adalah:

(20)

Site merupakan faktor besar dalam penentuan sebuah desain. Berbagai faktor berpengaruh tergantung pada site.

a. Landform/Microclimate

Sumber panas utama bagi permukaan bumi adalah matahari (Jacobson, 2002). Setelah melewati atmosphere bumi sinar matahari diurai menjadi komponen-komponen antara lain sinar inframerah yang menyebabkan naiknya suhu dipermukaan bumi. Semua bagian setting yang menghambat sinar matahari baik dalam bentuk gelombang panjang maupun energi thermal dianggap dapat mengurangi suhu di permukaan bumi. Oleh karena itu dapat dihipotesakan bahwa suhu di suatu lingkungan akan dipengaruhi oleh bayangan yang ditimbulkan oleh bangunan dan vegetasi.

Topography

Dengan mengetahui topografi lahan akan memudahkan penentuan solusi desain bangunan. Perataan lahan akan mempermudah desain bangunan yang sama tinggi. Namun disisi lain dengan adanya perbedaan ketinggian tanah, akan memberi kesan yang menarik dan berfariasi pada lingkungan. Pada tapak yang memiliki perbedaan ketinggian atau topografi miring, pengelompokan bangunan cenderung ditempatkan secara informal sesuai dengan kondisi konturnya. Dalam pemecahan perancangan secara tradisional (konvensional) pada puncak bukit, efek dari bentuk bangunan terlihat secara nyata yaitu jalan-jalan dan bagian depan bangunan berbentuk kurva yang secara teratur mengikuti kontur.

Light-colored surfacing

Penggunaan warna dinding diberi warna muda karena mampu menyerap sebagian radiasi matahari dengan baik daripada warna gelap. Bahan pelapis dengan warna terang dapat mengurangi cooling load hingga 40 %. Untuk permukaan gedung dapat dipilih material yang cenderung memantulkan panas daripada menyerapnya. Atau material yang mempunyai kemampuan insulasi yang tinggi sehingga panas tidak masuk ke dalam interior bangunan.

(21)

Membuat hijau di sekitar gedung/bangunan dengan memberi banyak lahan tanaman, hal in dapat dilakukan dengan memberikan pepohonan di halaman depan, belakang atau tengah gedung/bangunan (bila sudah terlanjur tidak ada halaman tanahnya, dapat diberikan tanaman dalam pot) agar terjadi penyaringan udara yang masuk ke gedung tersebut, sehingga terdapat udara yang lebih segar. Dapat juga dengan memberikan unsur tanaman/pepohonan pada atap gedung/bangunan, hal ini sudah mulai banyak dilakukan. Sehingga berguna agar sinar matahari tidak dipantulkan tapi dapat dserap oleh tumbuhan tersebut dan udara di bawah atap juga tidak terlalu panas.

Wind buffering/channeling

Dalam perencanaan orientasi tidak hanya perlu memperhatikan sinar matahari yang mengakibatkan panas saja, melainkan juga arah angin yang memberi kesejukan. Udara yang bergerak atau angin mampu menurunkan suhu dan mempercepat proses penguapan sehingga memberikan efek penyegaran. Kecepatan angin yang nikmat yaitu yang memiliki batas kecepatan 0,1-0,15m/secon.

 menempatkan vegetasi sebagai penyegar dan penghalang matahari

2. Peletakan Vegetasi Sebagai Penyejuk sumber : Dasar-dasar eko-arsitektur

 Pemakaian kisi-kisi pada bukaan

 Pemanfaatan wing-wall, untuk mengarahkan angin masuk ke dalam bangunan.

(22)

3. Wing Wall Pada Jendela

Sumber: Ecology of The Sky

Evaporative cooling

Kecepatan aliran udara yang lebih rendah menghasilkan penurunan temperatur dan efektifitas lebih tinggi serta memerlukan laju penguapan air lebih rendah. Semakin tinggi temperatur dan semakin rendah RH, udara masuk semakin besar penurunan temperatur dan efektifitas evaporative cooler; temperatur air yang rendah membuat laju penguapan air berkurang. Evaporative cooler dan Air Conditioner dapat dikolaborasikan untuk membuat pendingin ruangan yang ramah lingkungan dan hemat energi serta udara yang dihasilkan karena kaya Oksigen sangat baik dipakai terutama di rumah sakit.

(23)

4. Cara kerja Evaporative cooling Sumber: www.pinnacleint.com

1. Site Design

Solar orientation

Orientasi bangunan terhadap sinar matahari yang paling cocok dan menguntungkan terdapat sebagai kompromi antara letak gedung berarah dari timur ke barat dan yang terletak tegak lurus terhadap arah angin. Dari hasil penelitian Ken Yeang didapatkan bahwa untuk iklim tropis, bangunan umumnya memiliki orientasi ke utara - selatan dan serong 5o dari sumbu utara

-selatan. Maka, mengorientasikan bangunan pada arah utara-selatan di iklim tropis dengan menegakluruskan arah datangnya angin bisa menjadi salah satu solusi.

5. Orientasi Bangunan Pada Iklim Tropis Sumber: analisa

(24)

Pemakaian beranda (veranda) sebagai ruang transisi dan ruang pelindung dari panas matahari serta penggunaan sunshading juga dapat menjadi salah satu strategi yang dapat digunakan dalam mensiasati arah datangnya sinar matahari dan angin.

6. Horizontal Shade (Kiri) dan Louvre System (Kanan) Sumber: solarviews.com

Pedestrian orientation

Orientasi pedestrian didefinisikan sebagai rancangan lingkungan dalam sekala manusia.

Bangunan harus didesain untuk menciptakan perbedaan level dengan jalan dan memberi kenyamanan bagi pejalan kaki.Pintu, pedestrian, jendela, dan elemen pendukung jalan harus diperhitungkan untuk memciptakan kenyamanan bagi pejalan kaki dan memberi ruang yang cukup.

(25)

7. Pedestrian Sumber: unionco.org

Kenyamanan pedestrian dapat ditingkatkan dengan memperhatikan desain bangunan, lokasi, sempadan, dan orientasi.

8. Perletakan pedestrian Sumber: unionco.org

(26)

Berjalan akan terasa nyaman jika pembangunan memakai dimensi yang tepat. Kesesuaian ini dapat dilihat ketika seorang anak berjalan dengan aman atau seseorang merasa nyaman bersepeda dan juga seseorang berjalan menuju kantor nya. Sebuah pedestrian harus menawarkan berbagai rute untuk menuju keberbagai tempat pilihan. Diperlukan ruang khusus pemberhentian pada pedestrian untuk mengatasi kepadatan dan juga sebagai tempat istirahat bagi yang kelelahan.

Pohon perindang sepanjang jalan akan menambah rasa nyaman bagi pejalan kaki. Ruang pedestrian yang lapang akan memudahkan dan terasa menyenangkan.

Beberapa hal yang diperlukan dalam pedestrian:

 Keselamatan dan kenyamanan; pedestrian yang dekat dengan tempat tujuan dan jelas antara batasan pedestrian dan juga terdapat tempat penyeberangan.

 Tujuan; berbagai pilihan tujuan yang ditawarkan yang dapat diakses melalui pedestrian.

 Menyenangkan; terdapat pohon, tempat pemberhentian dan elemen-elemen pendukung jalan.

Micro climatic building/siting

Iklim mikro adalah variasi iklim di suatu tempat di sekitar bangunan. Iklim mikro memiliki dampak yang sangat penting dalam penggunaan energi dan kinerja dari sebuah bangunan.

Solusi ideal untuk merancang bangunan yang hemat energi adalah dengan mendapatkan akses matahari penuh namun mendapat perlindungan dari unsur-unsur alam yang berbahaya.

Beberapa hal yang mempengaruhi iklim mikro adalah:

(27)

 Lokasi objek disekitarnya

 Kondisi landskap sekitar

Iklim mikro berpengaruh terhadap penentuan bentuk bangunan dan bagaimana bangunan tersebut diletakkan disuatu lokasi dan perletakan lokasi ruangan dalam gedung.

Zonasi dan orientasi bangunan dapat memiliki dampak yang besar pada pola konsumsi energi bangunan.

Pohon dapat memberikan naungan ketika cahaya dan panas matahari terlalu kuat.

1. Infrastructure EfficiencyWater supply and use

Sumber air pada umunya berasal dari PDAM dan juga sumur air.

Sumber air dimanfaatkan se-efisien mungkin sehingga dapat mengurangi pemakaian air yang tidak perlu. Sumber air baik dari PDAM maupun dari sumur setempat merupakan air tanah. Pemanfaatan dengan efisien akan mengurangi dampak pengurangan air tanah secara berlebihan.

Sumber air yang berasal dari air olahan limbah selain mengurangi biaya pembelian di PDAM juga mengurangi pemakaian yang berlebihan.

Wastewater collection

Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.

Sistem pengolahan limbah ini berdiri sendiri dan memiliki sistem pengolahan limbah mandiri. Limbah-limbah yang sudah terolah akan diresapkan kembali ke area pengolahan.

(28)

Sistem ini menguntungkan karena menambah jumlah air tanah di dearah tersebut. Berbeda dengan sistem saluran air kota yang mengalirkan air ke sistem pembuangan sehingga air tidak teresap ke tanah didearah tersebut.

9. Wastewater collection

Sumber: ww2.co.fulton.ga.us

Storm drainage

Strorm drainage bisa juga disebut sebagai saluran pembuangan kota. Saluran ini memuat segala limbah buangan cair yang ada di jalan.

(29)

Saluran pembuangan ini berfungsi menampung air hujan yang turun dijalan untuk mengatasi banjir. Saluran ini terpisah dengan saluran pembuangan limbah rumah tangga.

Saluran pembuangan (storm drainage) selain menampung air hujan, biasanya juga bercampur dengan oli atau bahan bakar bensin atau solar yang tercecer di jalan. Pada bukaan penerimaan saluran diberi penutup agar sampah sampah tidak masuk kedalam saluran. Sehingga tidak mengganggu pembuangan.

(30)

Sumber: townofbethlehem.org

4. Energy Conservation

Terdapat enam prinsip dalam konstruksi yang berkelanjutan (Kibert, 1994), yaitu:

1. Meminimalkan konsumsi sumber daya

2. Memaksimalkan pemanfaatan kembali (re-use) sumber daya 3. Menggunakan sumber daya yang terbarukan (renewable) dan

didaur ulang (recycleable)

4. Melestarikan lingkungan alam

5. Menciptakan lingkungan yang sehat dan tidak berbahaya 6. Menjadikan kualitas sebagai tujuan dalam membangun

Building Form and Configuration

Iklim Indonesia adalah iklim tropis. Sebuah bentuk bangunan diharapkan mengacu pada aturan-aturan yang ada dalam membangunan bangunan tropis. Sehingga meminimalisir bentuk yang merugikan dan menyesuaikan ukuran ruang sesuai dengan kebutuhan namun tetap mengacu standard bangunan tropis. Sehingga didapat efisiensi dalam bentuk, dan ukuran bangunan.

Bangunan jangan sampai memiliki bangunan yang gemuk. Sebisa mungkin memiliki bangunan yang memanjang sehingga pengudaraan dan pencahayaan alami dapat berjalan baik.

(31)

Sumber: analisis

Materials

Memilih material ramah lingkungan menjadi penting karena tidak hanya semata-mata demi kelestarian alam, tetapi juga sebenarnya jauh lebih efisien dan hemat dari segi estimasi biaya jangka panjang.

pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan menjadi dua hal yakni dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, pemilihan bahan sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam. Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan yang mengandung racun seperti asbeston.

Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya menggunakan lampu hemat energi seperti semen instan yang praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya mengeluarkan air dalam volume tertentu.

Selain memiliki sifat ramah lingkungan dan tidak mencemarkan material ramah lingkungan sebaiknya terbuat dari bahan daur ulang, atau setidaknya tidak menghabiskan sumber daya alam, bahkan dapat memberikan nilai tambah pada lingkungan dan harus didukung 3R yaitu Reused (memanfaatkan kembali material yang masih bisa dipakai) Reduce (mengurangi pemakaian material yang berlebihan) serta Recycle (mendaur ulang material agat bermanfaat kembali).

1. Energy EfficiencyGlazing

Kaca yang dapat menghemat energi merupakan kaca yang didesain khusus. Beberapa penelitian mengklaim bahwa terdapat beberapa jenis kaca yang dapat menyaring radiasi panas matahari, hingga menghemat penggunaan pendingin udara.

(32)

Kaca Warna

Dari namanya nampak jelas, kaca ini tidak murni bening. Biasanya berwarna biru kehijauan, perak atau abu-abu. Kaca ini dapat menyaring panas hingga suhu dalam ruang tetap terjaga. Jenis kaca warna yang baik mempunyai sifat seperti kaca film pada mobil. Ia mampu membuat Anda melihat pemandangan luar nampak jernih, namun menyaring jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan.

Kaca Pantul

Kaca ini sering dijumpai di gedung perkantoran. Kaca ini menyaring panas lebih banyak daripada jenis lain. Ada satu kekurangan dari kaca pantul adalah pandangan dari dalam akan kurang indah karena terjadi distorsi.

Kaca Low-e, Low Emissivity

Diartikan kaca rendah emisi. Kaca ini menjaga suhu di dalam ruang tetap tinggi. Terdiri dari dua lapis. Pada bagian tengah diisi lapisan udara kosong dan lapisan metal transparan.Kaca jenis ini pun memantulkan sinar ultraviolet. Untuk iklim Indonesia, kaca macam ini tidak disarankan, karena hawa panas tetap berada di dalam ruang. Menjadikan ruang bertambah panas. Jenis ini populer digunakan di negara sub tropis.

(33)

12. Frame double wall

Sumber: sklenarstvinonstop.cz

Insulation

Isolasi termal pada bangunan adalah faktor penting untuk mencapai kenyamanan termal untuk penghuninya. Insulasi panas yang tidak diinginkan akan merugikan dan dapat menurunkan efektifitas energi sistem pemanas atau pendingin. Dalam pengertian lain isolasi dapat hanya penyesuaian pada bahan isolasi yang digunakan untuk menghambat hilangnya panas ruang, seperti: selulosa, kaca wol, wol batuan, plastik, busa urethane, vermikulit, dan tanah. Tetapi dapat juga menggunakan desain khusus dan teknik khusus untuk mengatasi perpindahan panas atau konduksi, radiasi dan konveksi.

Masalah kualitas konstruksi termasuk uap memadai hambatan, dan masalah dengan rancangan-pemeriksaan. Selain itu, sifat dan densitas bahan isolasi itu sendiri sangat penting. Sebagai contoh, menurut Leah Twings, Kualitas Manager Kepatuhan Textrafine Isolasi, fiberglass bahan isolasi yang terbuat dari serat-serat pendek berlapis kaca tidak begitu tahan lama seperti isolasi yang terbuat dari untaian serat panjang kaca.

Efficient Lighting

Lampu pijar pada dasarnya merupakan lampu ruang yang menghasilkan panas selain juga mengeluarkan cahaya. Hal ini sangat tidak efisien, membuang sebagian besar energi yang di konsumsi dan menjadikannya sebagai panas yang tidak diinginkan. Salah satu lampu yang merupakan lampu hemat energy adalah lampu LED.

Lampu LED menghemat energi yang digunakan sampai 48% (berarti penghematan tagihan listrik) ditambah dengan kecilnya panas yang dihasilkan oleh lampu LED. Hal ini membuat bangunan tidak perlu menyalakan mesin pendingin ruangan (AC) dalam posisi maksimal, yang berarti terjadi penghematan lagi.

(34)

Keuntungan dari lampu LED:

 Lampu LED tidak mengandung Mercury

 Jauh lebih hemat dalam hal pemakain listrik

 Daya tahan lebih lama, yaitu 60x lebih lama dibanding dengan tipe lampu Incandescent dan 10x lebih lama dibanding tipe Fluorescent.  Lampu LED juga tidak menghasilkan panas sehingga dapat

menghemat pemakaian AC (air conditioning).

13. LED

Sumber:mt2-stage.ecohomeresource.com

(35)

Sistem pencahayaan alami terutama dipakai pada siang hari dengan memanfaatkan cahaya matahari, pemasukan sinar matahari ke dalam ruangan diusahakan mencapai tingkat kenyamanan pencahayaan tertentu seperti yang diharapkan. Pada prinsipnya, dalam ruangan dengan lubang pencahayaan yang tetap, semakin ke dalam semakin menurun intensitas cahaya yang diterima. Guna mencapai kualitas kenyamanan yang diisyaratkan semakin lebar ruangan/bangunan, semakin luas pula lubang pencahayaannya.

Untuk menanggulangi radiasi panas sinar matahari yang akan mengurangi kenyamanan penghawaan dan menyebabkan kesilauan di daerah iklim tropis, selain diusahakan sesedikit mungkin sisi bangunan dan bukaan-bukaan ruangan yang terkena sinar matahari langsung, juga dengan membuat penghalang sinar matahari (sun shading, sun screen).

1. Water

Zero-run-off

Air limbah buangan sebisa mungkin dimanfaatkan tanpa harus ada yang terbuang ke saluran pembuangan kota. Air limbah buangan dimanfaatkan sebagai penyiram tanaman sekaligus dapat sebagai pupuk. Air limbah diresapkan di area tanaman. Kalau muatan resapan berlebihan, baru dilakukan pembuangan ke saluran pembuangan kota.

Grey water system

Pemanfaatan grey water akan mengurangi pembebanan pada air tanah. Dengan memanfaatakan lagi grey water sama halnya memanfaatkan air dua kali atau lebih namun tepat dalam penggunaannya.

Pemanfaatan grey water misalanya air buangan dari wastafel dapat dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman. Ataupun air bekas cucian setelah mengalami proses penyaringan dapat pula dimanfaatkan untuk menyirami taman.

(36)

14. Pemanfaatan limbah rumah tangga Sumber: calcleanearth.com

7. Waste Management

Pengelolaan sampah merupakan proses pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, daur ulang atau pembuangan dan pemantauan bahan-bahan limbah. Istilah ini digunakan berkaitan dengan bahan-bahan buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan umumnya dilakukan untuk mengurangi dampak negatif pada kesehatan, di lingkungan atau estetika lingkungan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya yang terbuang atau terkurangi. Sistem pengelolaan limbah ini mengolah limbah padat, cair, gas atau radioaktif zat, dengan metode yang berbeda dan bidang keahlian untuk masing-masing.

Konsep pengelolaan limbah

Ada sejumlah konsep pengolahan limbah yang paling umum, konsep-konsep luas yang digunakan meliputi:

(37)

Mengacu pada mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan limbah sesuai dengan keinginan mereka dalam hal minimisasi limbah. Hirarki limbah merupakan landasan dari berbagai strategi meminimisasi limbah. Tujuan dari hirarki ini untuk memaksimalkan manfaat dari produk dan meminimalisasi jumlah limbah.

15. Waste hierarchy

Sumber: aggregatepros.com

Extended producer responsibility

Adalah suatu strategi yang untuk mempromosikan menyatukan semua biaya yang berkaitan dengan produk selama produk tersebut masih ada (termasuk akhir biaya pembuangan akhir) ke dalam harga produk. Hal ini dimaksudkan untuk memaksakan tanggung jawaban atas seluruh siklus hidup produk dan kemasan yang dipasarkan. Berarti perusahaan yang memproduksi, impor dan atau menjual produk yang diperlukan untuk bertanggung jawab atas produk.

(38)

Polluter pays principle

Prinsip di mana pihak yang mencemari membayar terhadap dampak terhadap lingkungan yang terjadi. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, umumnya ini mengacu pada persyaratan limbah untuk membayar sesuai limbah yang dibuang.

2. PENDEKATAN KEBUTUHAN RUANG KANTOR

Umumnya ruang kerja gedung perkantoran tidak berpindah-pindah, karenanya gedung perkantoran tersebut dilengkapi pula dengan ruang-ruang untuk mesin-mesin, kantin, ruang rapat arsip, perpustakaan, dan aktivitas penunjang lainnya, yang menyita 1/3 luas ruang yang dibutuhkan oleh suatu organisasi.

Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan kebutuhan fisik bangunan kantor adalah sebagai berikut:

1. Pembagian ruang

Pembagian ruang yang dimaksud adalah pembagian pengelompokan ruang antara ruang public, ruang khusus, ruang service, ruang pengelola, dan lahan parker.

2. Fasilitas utama dalam gedung perkantoran

Merupakan pendekatan untuk mengetahui kebutuhan utama dalam perancangan kebutuhan sebuah gedung perkantoran.

3. Program ruang kantor

Pendekatan mengenai berbagai ruangan dalam kantor yang tidak dapat dipisahkan dan letaknya tak boleh berjauhan sehingga efektif dalam pemakaian ruang.

4. Syarat fisik interior kantor

Syarat-syarat dalam interior sebuah kantor memiliki ketentuan yang harus diikuti. 5. Standar ruang

(39)

Ukuran-ukuran ruang ditentukan oleh standar ruang yang mengalokasikan bidang dan ruang tertutup menurut tingkatan status tingkatan pengguna ruang.

6. Sistem interior

Sistem interior merupakan penilaian terhadap sebuah bangunan dilihat dari segi pencahayaan, penghawaan, akustik, kemananan bangunan dan perawatan yang perlu dilakukan.

Segala aktivitas yang berkenaan dan terjadi dalam sustainable building dapat digambarkan dalam skema berikut:

16. Gambar Skema Proses Sustainable Building Sumber: Sustainable Architecture and Building Design

3. PENDEKATAN AKSESIBILITAS 1. PENCAPAIAN BANGUNAN

Pencapaian bangunan atau aksesbilitas adalah suatu kemudahan yang disediakan bagi semua orang, termasuk yang memiliki ketidak-mampuan fisik—seperti misalnya, penyandang cacat, lanjut usia, ibu hamil dan penyandang cacat akibat penyakit tertentu—guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan pada suatu lingkungan terbangun.

Aksesibel : menggambarkan kondisi suatu tapak, bangunan, fasilitas, atau bagian darinya yang memenuhi standar pedoman ini.

Elemen Bangunan : komponen arsitektural atau mekanikal dari suatu bangunan, fasilitas, ruang atau tapak. Contoh-contoh elemen tersebut seperti telepon, curb-ramp, pintu, tempat duduk atau WC.

RuteAksesibel : suatu jalur lintasan tanpa penghalang yang langsung menghubungkan suatu elemen dan ruang aksesi dari bangunan. Rute aksesibel

(40)

interior dapat termasuk koridor, lantai, ramp, lift. Rute aksesibel eksterior dapat termasuk ruang akses parkir, ramp-curb, trotoir pada jalan kendaraan, ramp, dan lain. Bangunan : setiap struktur yang digunakan atau dimaksudkan untuk menunjang atau mewadahi suatu penggunaan atau kegiatan.

Bagian bangunan : bagian ruang dari bangunan seperti kamar, koridor, ruang untuk kegiatan tertentu dsb.

Ruang Lantai Bebas : ruang lantai atau tanah yang tidak terhalang, minimum diwajibkan untuk menampung sebuah kursi roda dan penggunanya.

Rambu : tanda-tanda yang bersifat verbal ( informasi yang dapat didengar), bersifat visual (informasi yang berupa gambar), simbol, atau yang dapat dirasa/diraba, atau. Ruang : suatu daerah yang dapat ditentukan batasnya, seperti kamar, toilet, hall, tempat pertemuan, jalan masuk, gudang, dan lobby.

Jalur Pemandu : jalur yang digunakan bagi pejalan kaki, termasuk untuk penyandang cacat yang memberikan panduan arah dan tempat tertentu.

A. Persyaratan Teknis Aksesbilitas

Dalam rangka menciptakan lingkungan binaan yang memenuhi persyaratan aksesibilitas maka diperlukan persyaratan bangunan gedung dan lingkungannya yang didasarkan kepada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan bangunan umum, tapak bangunan, dan lingkungan di luar bangunan harus dilakukan secara terpadu untuk menciptakan lingkungan aksesibel yang menyeluruh.

b. Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan lingkungan di luar bangunan yang dikunjungi dan digunakan masyarakat umum secara luas harus memperhatikan persyaratan aksesibilitas terutama pada :

(41)

o Jalur pedestrian o Jalur pemandu o Area parkir o Landaian (ramp)

o Rambu

a. Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan tapak bangunan umum yang memiliki luas lantai sama atau lebih besar dari 300 m2 perlantai harus memperhatikan persyaratan aksesibilitas terutama:

o Ukuran dasar o Jalan pedestrian o Jalur pemandu o Area parkir o Ramp o Rambu

a. Setiap kegiatan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan bangunan umum yang memiliki luas lantai sama atau lebih besar dari 300 m2 perlantai harus memperhatikan persyaratan aksesibilitas terutama:

o Ukuran dasar

o Ramp

o Pintu

o Tangga

(42)

o Kamar kecil o Pancuran o Wastafel o Perabot o Perlengkapan o Rambu

e. Persyaratan aksesibilitas suatu fasilitas dalam bangunan dimungkinkan digunakan pada tapak bangunan, atau lingkungan di luar bangunan. Demikian pula sebaliknya, jika dalam persyaratan aksesibilitas fasilitas di luar bangunan atau tapak bangunan digunakan di dalam bangunan, maka butir-butir persyaratan aksesibilitas dalam pedoman ini bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan. Misalnya: kamar kecil atau telepon umum yang berada di taman, area parkir yang berada di dalam bangunan, dan kasus-kasus sejenis.

f. Pada kondisi lingkungan di luar bangunan yang belum aksesibel, setiap perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan konstruksi bangunan umum beserta tapaknya tetap diwajibkan memenuhi persyaratan aksesibilitas, sehingga akan mendorong terciptanya lingkungan yang aksesibel di masa mendatang. 6. 7. 8. 9. 10.

1. Persyaratan Teknis Aksesbilitas Sumber: Analisis

(43)

A. Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan a. Jalur Pedestrian

Jalan yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat, dirancang berdasar perbedaan terbesar orang untuk bergerak aman, bebas dan tak terhalang.

Syarat: i. Permukaan

Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin. Hindari sambungan atau konstraksi pada permukaan, kalaupun terpaksa ada, tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm. Apabila menggunakan karpet ujungnya harus kencang dan mempunyai trim yang permanen.

ii. Kemiringan/gradient

Gradient di bawah 5% dan tiap-tiap 90m terdapat pemberhentian untuk istirahat.

iii. Area istirahat

Membantu pengguna jalan terutama bagi mereka yang menggunakan alat. iv. Cahaya/penerangan

Berkisar antara 15-150 cm.kandela tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan relatif keamanan.

v. Perawatan

Diharuskan untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan karena adanya kerusakan. vi. Drainasi

Tidak mengganggu dan membahayakan. Dibuat tegak lurus dengan arah jalan dengan lubang maksimal 1,5 cm. Mudah dibersihkan dan lubang dijauhkan dari tepi ramp sehingga tidak mendatangkan bahaya .

vii. Ukuran dan penghalang

Lebar minimum 95 cm untuk jalur searah dan 150 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian bebas dari pohon, rambu dan benda-benda pelengkap jalan yang

(44)

viii. Tepi ramp dan trailing tongkat tuna netra

Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang berbahaya.Penyetop dibuat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.

ix. Bebas dari pohon, rambu, dan benda-benda pelengkap jalan.

2. Prinsip jalur pedestrian

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

b. Jalur Pemandu

Jalur yang memandu tuna netra untuk berjalan dengan memanfaatkan tekstur ubin pengarah dan tekstur ubin peringatan terhadap situasi di sekitar jalur yang bisa membahayakan tuna netra.

Syarat:

i. Tekstur ubin garis-garis menunjukkan arah yang benar untuk diikuti.

ii. Tekstur ubin dot (bulat) memberi peringatan terhadap situasi di sekitar jalur pemandu. iii. Daerah-daerah yang harus menggunakan ubin tekstur pemandu (guiding blocks) :

o Di depan jalur lalu-lintas kendaraan.

o Di depan pintu masuk/keluar dari dan ke tangga atau fasilitas persilangan dengan perbedaan ketinggian lantai.

o Di pintu masuk/keluar pada terminal transportasi umum atau area penumpang.

(45)

o Pada pemandu arah dari fasilitas umum ke stasiun transportasi umum terdekat.

iv. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur pemandu pada pedestrian yang telah ada perlu memperhatikan tekstur dari ubin eksisting sedemikian sehingga tidak terjadi kebingungan tuna netra dalam merasakan tekstur ubin pemandu dan tekstur ubin lainnya.

3. Tipe tekstur ubin pemandu

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

c. Area Parkir

Fasilitas parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda, daripada tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan penumpang (Passenger Loading Zones) adalah tempat bagi semua penumpang, termasuk penyandang cacat, untuk naik atau turun dari kendaraan.

Syarat:

i. Fasilitas parkir kendaraan :

o Tempat parkir penyandang cacat terletak pada rute terdekat menuju bangunan/ fasilitas yang dituju, dengan jarak maksimum 60 meter.

o Atau jika parkir tidak berhubungan langsung dengan bangunan, misalnya pada parkir taman dan tempat terbukla lainnya, maka tempat parkir harus diletakkan sedekat mungkin dengan pintu gerbang masuk dan jalur pedestrian. o Area parkir harus cukup mempunyai ruang bebas di sekitarnya sehingga

(46)

o Area parkir khusus penyandang cacat ditandai dengan simbol/tanda umum yang berlaku.

o Pada lot parkir penyandang cacat disediakan ramp trotorir di kedua sisi kendaraan.

o Ruang parkir mempunyai lebar 370 cm untuk parkir tunggal atau 670 cm untuk parkir ganda dan sudah dihubungkan dengan ramp dan jalan menuju fasilitas-fasilitas lainnya.

o Dilarang meletakkan kursi roda di belakang mobil yang diparkir . ii. Daerah menaik-turunkan penumpang :

o Kedalaman minimal dari daerah naik turun penumpang dari jalan atau jalur lalu-lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang minimal 600 cm.

o Dilengkapi dengan fasilitas ramp, jalur pedestrian dan tanda-tanda bagi penyandang tuna netra.

o Kemiringan maksimal 1 : 20 dengan permukaan yang rata di semua bagian. o Diberi rambu yang biasa digunakan untuk mempermudah dan membedakan

(47)

4. Tipikal ruang parkir

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

d. Pintu

Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat untuk masuk dan keluar.Pada umumnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu).

Syarat:

i. Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup oleh penyandang cacat.

ii. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm, dan pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm.

(48)

iii. Di sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai.

iv. Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan: o Pintu geser.

o Pintu yang berat, dan sulit untuk dibuka/ditutup. o Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil o Pintu yang terbuka kekedua arah ( “dorong” dan “tarik”)

o Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi tuna netra

v. Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya kebakaran karena sangat praktis bagi penyandang cacat. Pintu tersebut tidak boleh membuka lebih cepat dari 3 detik dan mudah menutup kembali.

vi. Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar pintu

vii. Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat menutup dengan sempurna. Pintu terbuka sebagian berbahaya bagi penyandang cacat

viii. Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu diperlukan bagi pengguna kursi roda

(49)

5. Ukuran pintu dua daun

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

e. Ramp

Merupakan alternatif rute/ jalan untuk orang-orang yang tidak bisa menggunakan tangga

Syarat:

i. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi rasio 1:12, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan/ akhiran ramp(curb ramps/landing). Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan adalah 1:15 .

ii. Maksimum panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 1:12) tidak boleh lebih dari 900 cm. Ramp dengan kemiringan yang lebih rendah bisa menjadi lebih panjang.

iii. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm. Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri. Untuk ramp atau ramp

(50)

dengan fungsi ganda melayani angkutan barang, harus diperhitungkan secara tersendiri.

iv. Landing atau muka datar pada awalan atau akhiran ramp dari suatu ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan, sekurang-kurangnya untuk memutar kursi dengan ukuran minimum 150 cm.

v. Permukaan datar dari landing (baik awalan atau akhiran ramp) harus memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan atau tidak.

vi. Pembatas rendah pinggir ramp (low curb) dirancang untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum.

vii. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup yang akan membantu penggunaan ramp saat malam hari. Penerangan khususnya disediakan pada bagian ramp yang memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang membahayakan.

viii. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan (handrail) yang dijamin kekuatannya dan dengan ketinggian yang sesuai untuk pengguna ramp.

(51)

6. Kemiringan ramp

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

f. Tangga

Ruang dan fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan mempertimbangkan ukuran dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang cukup untuk berpapasan dan aman

(52)

i. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam ii. Harus memiliki kemiringan yang kurang dari 600

iii. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga. iv. Harus dilengkapi dengan handrail pada kedua sisinya

v. Handrail (pegangan rambat) harus mudah dipegang dengan ketinggian 70-90 cm dari lantai dan bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang

vi. Handrail harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 10-15 cm.

vii. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, maka tangga harus dirancang sehingga tidak ada air hujan yang menggenang.

(53)

7. Tipikal tangga

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

g. Lift

Elevator dan lift adalah alat mekanis-elektris untuk membantu pergerakan vertikal di dalam bangunan baik yang digunakan khusus bagi penyandang cacat atau kombinasi dengan lift barang.

Syarat:

i. Umum

Paling tidak satu elevator/ lift yang aksesibel harus ada pada jalur aksesibel dan memenuhi Peraturan Keselamatan yang telah ditetapkan secara umum.

ii. Sistem otomatis

Elevator harus menggunakan sistem kerja bersifat otomatis membawa penumpang ke setiap lantai yang dikehendaki. Toleransi perbedaan muka lantai bangunan dengan muka lantai ruang lift adalah 1,25 mm.

(54)

o Ruang perantara yang digunakan untuk menunggu kedatangan lift sekaligus mewadahi penumpang yang baru keluar dari lift harus disediakan. Lebar ruangan ini minimal 130cm tergantung pada konfigurasi ruang yang ada. o Perletakan tombol dan layar tampilan yang mudah dilihat dan dijangkau. o Panel luar yang berisikan tombol lift harus dipasang di tengah-tengan ruang

lobby atau hall lift dengan ketinggian 90-110 cm dari muka lantai bangunan. o Panel dalam dari tombol lift dipasang dengan ketinggian 90-110 cm dari

muka lantai ruang lift.

o Semua tombol pada panel harus dilengkapi dengan panel huruf Braille dipasang tanpa mengganggu panel biasa.

o Layar/ tampilan yang secara visual menunjukkan posisi lift harus dipasang di atas panel kontrol dan di atas pintu lift, baik di dalam atau di luar lift (hall/koridor)

o Ruang lift juga harus dilengkapi dengan voice indicator untuk menerangkan secara auditif posisi lift.

8. Standard lift

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

(55)

h. Kamar Kecil

Merupakan fasilitas sanitasi yang disediakan untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) yang sedang mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum. Syarat:

i. Toilet/kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan tanda/gambar simbol universal (“kursi roda”) pada bagian luarnya.

ii. Toilet/kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.

iii. Ketinggian dari tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda.

iv. Toilet/kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan merupakan bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan/perpindahan menyamping dari tubuh pengguna kursi roda. v. Letak kertas tissu, air, kran air atau shower dan perlengkapan-perlengkapan seperti

tempat sabun, pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan-keterbatasan fisik/cacat dan bisa dijangkau dengan baik oleh pengguna kursi roda.

vi. Wastafel harus aksesibel dan disesuaikan dengan ketinggian pengguna kursi roda. vii. Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel

viii. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin

ix. Pintu harus membuka keluar untuk memudahkan pengguna kursi roda untuk membuka dan menutup.

x. Kunci-kunci toilet atau grendel dirancang/dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.

(56)

9. Tinggi perletakan closed

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

i. Wastafel

Fasilitas cuci tangan, cuci muka, berkumur atau gosok gigi yang bisa digunakan untuk semua orang, khususnya bagi pengguna kursi roda. Syarat:

i. Wastafel harus dipasang sedemikian sehingga posisinya baik tinggi maupun lebarnya dapat dimanfaatkan oleh pengguna kursi roda.

ii. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel.

iii. Wastafel harus memiliki ruang gerak di bawahnya sehingga tidak menghalangi lutut dan kaki pengguna kursi roda.

iv. Pemasangan ketinggian cermin harus juga diperhitungkan terhadap pengguna kursi roda

(57)

10. Ruang gerak wastafel

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

j. Telepon

Merupakan fasilitas komunikasi yang disediakan untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) yang sedang mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum. Syarat:

i. Telepon umum harus terletak pada lantai yang aksesibel bagi semua orang termasuk penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil.

ii. Ruang gerak yang cukup harus disediakan di depan telepon umum sehingga memudahkan pengguna kursi roda untuk mendekati dan menggunakan telepon. iii. Ketinggian telepon dipertimbangkan terhadap dasar-dasar penggunaan pesawat

telepon misalnya; keterjangkauan gagang telepon, tombol-tombol angka atau sistem dialing. Sebaiknya telepon umum menggunakan tombol tekan angka.

iv. Bagi pengguna yang memiliki pendengaran yang kurang, perlu disediakan kontrol volume suara yang terlihat dan mudah terjangkau.

v. Bagi tuna rungu sebaiknya disediakan faksimili sebagai alat komunikasi yang lebih bernilai, khususnya pada kantor pos, fasilitas komersial, dan fasilitas publik.

(58)

vi. Bagi tuna netra sebaiknya disediakan petunjuk dalam huruf Braille dan dilengkapi juga dengan talking sign (isyrat bersuara) yang terpasang di dekat telepon umum. vii. Panjang kabel gagang telepon harus memungkinkan pengguna kursi roda untuk

menggunakan telepon dengan posisi yang nyaman. (+ 75cm).

viii. Teleponboks (booth) dilengkapi dengan kursi yang disesuaikan dengan area gerak pengguna.

11. Perletakan telepon

Sumber: KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAN UMUM REPUBUK INDONESIA NOMOR: 468/ KPTS/ 1998

k. Perlengkapan dan Peralatan

Merupakan perlengkapan-perlengkapan tambahan yang bisa mempermudah semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua, dan ibu-ibu hamil) untuk melakukan suatu kegiatan tertentu.

Syarat: i. Sistem alarm/ peringatan

(59)

o Harus tersedia peralatan peringatan yang dapat terdiri dari dari sistem peringatan suara (vocal alarms), sistem peringatan bergetar (vibrating alarms) dan berbagai petunjuk dan penandaan untuk melarikan diri pada situasi darurat .

o Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk mempermudah pemasangan sistem alarm, termasuk peralatan bergetar (vibrating devices) di bawah bantal,

o Semua peralatan pengontrol peralatan listrik harus dapat dioperasikan dengan satu tangan dan tidak memerlukan pegangan yang sangat kencang atau sampai dengan memutar lengan.

ii. Tombol dan stop kontak

Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh pengguna kursi roda

iii. Pencahayaan

Semua ruang harus memiliki pencahayaan yang merata dan cukup yang tidak menimbulkan silau. Ruang tangga harus dilengkapi dengan peralatan pencahayaan yang cukup

l. Perabot

Perletakan barang-barang perabot/ furniture dengan menyisakan ruang gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.

Syarat:

i. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan dapat digunakan oleh pengguna yang berkursi roda, termasuk dalam keadaan darurat.

ii. Dalam bangunan yang digunakan untuk penggunaan oleh masyarakat banyak, seperti bangunan pertemuan, konferensi, pertunjukan dan kegiatan yang sejenis maka jumlah tempat duduk aksesibel yang harus disediakan adalah :

(60)

1. 2. 3. 4.

1. Perbandingan tempat duduk yang aksesibilitas

KAPASITAS TOTAL TEMPAT DUDUK

JUMLAH TEMPAT DUDUK YANG AKSESIBEL 4 – 25 26 – 50 51 – 300 301 – 500 > 500 1 2 4 6

6, +1 untuk setiap ratusan

m. Rambu

Fasilitas dan atau elemen yang digunakan untuk untuk memberikan informasi, arah, penanda atau petunjuk.

Syarat:

i. Penggunaan rambu, terutama dibutuhkan pada: o Arah dan tujuan jalan pedestrian o KM/WC umum, telepon umum dsb o Parkir khusus penyandang cacat o Nama fasilitas dan tempat.

(61)

ii. Beberapa Rambu yang digunakan :

o Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat dibaca oleh tuna netra dan dapat penyandang cacat lain.

o Rambu yang berupa gambar dan simbol yang mudah dan cepat ditafsirkan artinya.

o Rambu yang berupa tanda dan simbol internasional

o Rambu yang menerapkan metode khusus (misal; pembedaan perkerasan tanah, warna kontras, dll) Karakter dan latar belakang rambu harus dibuat dari bahan yang tidak silau. Karakter dan simbul harus kontras dengan latar belakangnya, apakah karakter terang di atas gelap atau sebaliknya.

o Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio lebar dan tinggi antara 3 : 5 dan 1 : 1 dan ketebalan huruf antara 1: 5 dan 1: 10

o Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur sesuai dengan jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca.

iii. Lokasi penempatan rambu :

o Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas secara vertkal dan horizontal. o Satu kesatuan sistem dengan lingkungannya

o Cukup mendapat penerangan termasuk penambahan lampu pada kondisi gelap.

o Bisa dimasukkan dalam street furniture.

o Tidak mengganggu arus (pejalan kaki, dll) dan sirkulasi (buka/tutup pintu, dll).

(62)

2. FITUR-FITUR YANG RAMAH BAGI PENGGUNA

Pencapaian bangunan mengaplikasikann prinsip-prinsip dari desain secara umum, yaitu:

a. Kesetaraan penggunaan

 Meja resepsionis yang mudah diakses oleh semua pengunjung didukung dengan denah lokasi sehingga mempermudah pengunjung dalam mengidentifikasi suatu bangunan.

 Pintu dengan sensor memberikan kenyamanan bagi pengunjung karena memudahkan cilamana mereka membawa banyak bawaan ataupun sedang duduk di kursi roda, tanpa perlu repot membuka pintu.

 Ukuran saklar yang lebih lebar, dilengkapi dengan lampu led ketika dinyalakan dan atau dilapisi dengan fosfor sangat memudahkan pengoperasian.

b. Fleksibel dalam penggunaan

Desain dapat digunakan oleh pengunjung secara luas dengan berbagai background pendidikan dan kemampuan.

 Penggunaan computer kampus yang tersedia dalam mode standar ataupun pilihan easy acces.

 Tersedianya ramp pada bangunan yang memudahkan kaum difabel dalam mengakses bangunan.

 Pintu dengan dua daun pintu mengakomodir pengguna biasa dan kidal.

 Dimensi angka pada lift ataupun huruf pada papan nama yang mudah terbaca.

 Pintu utama dengan penanda yang sudah umum dipahami, misalnya gapura, memudahkan pengunjung untuk mengidentifikasinya.

c. Sederhana dan mudah digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum kita membacakan puisi, ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai persiapan yaitu :.  Memahami makna/isi puisi dengan

Hasil analisis Spearman Rank mengenai persepsi responden terhadap faktor terjadinya perubahan desain pada proyek konstruksi bangunan gedung dan jembatan dari aspek owner dan

Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat hubungan yang signifikan antara minat1. membaca dan keterampilan memahami isi teks bahasa

Bertolak dari penjelasan di atas, diketahui bahwa kemampuan yang diharapkan dalam membaca adalah siswa mampu membaca dan memahami isi bacaan dengan cepat baik yang

Dengan memperhatikan kebiasaan membaca yang baik dan penggunaan metode membaca maka dapat dipastikan kita akan memahami isi dari bacaan yang nantinya juga akan berpengaruh

Membaca pemahaman atau reading for understanding adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan (

1) Membaca pemahaman atau reading for understanding adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan umumnya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam

RANCANGAN GEDUNG BAPPEDA JAWA BARAT DENGAN PENERAPAN STRUKTUR SEBAGAI ELEMEN DESAIN TUGAS AKHIR Merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Oleh: