• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tarekat Tarekat Muktabarah di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tarekat Tarekat Muktabarah di Indonesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TEOSOFI

TAREKAT-TAREKAT MUKTABARAH DI INDONESIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ulangan Akhir Semester Matakuliah

Teosofi

Oleh: Muhammad Rizal Musthofa NIM. 15450048

Dosen Pengampu: Riris Lutfi Ni’matul Laila, M.Pd.I

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2016

(2)

Daftar Isi

Cover 1...1

Daftar Isi...2

Pendahuluan...3

Latar Belakang Masalah...3

Rumusan Masalah...5

Tujuan Penulisan...5

Pembahasan Masalah...5

Sejarah Berdirinya Tarekat...5

Pengertian dan Definisi Tarekat...7

Perkembangan Tarekat di Indonesia...10

Pengaruh Perkembangan Tarekat di Indonesia...18

Penutup...19

Simpulan...19

Saran...19

(3)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Zaman sekarang telah memasuki era modern, dimana pada zaman ini atmosfer modernisasi dapat dirasakan dengan adanya beberapa pertanda yang muncul, beberapa diantaranya ialah. Meningkatnya kemakmuran umat manusia secara material, berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, yang saat ini telah berkembang dimana pengaplikasian teknologi kini serba mekanik dan otomatis. Modernisasi memberikan dampak kepada hidup dan kehidupan umat manusia yang semakin mudah. Banyak fasilitas yang memudahkan pekerjaan umat manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari, alat transportasi, alat komunikasi, sarana-hiburan, dan lain sebagainya. Pada kenyataannya di masyarakat saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada taraf tertentu akan menimbulkan kebosanan, tidak membawa kebahagiaan umat manusia, bahkan cenderung untuk mengakibatkan bencana: peperangan, kesenjangan antara si kaya dan si miskin, pun demikian dengan perusakan dan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh ulah umat manusia. Hal tersebut dikarenakan ada sesuatu yang terececer dalam pandagan umat manusia di zaman modern. Abad modern sebagai abad teknokalisme sangat mengabaikan harkat kemanusiaan yang paling mendalam, yakni bidang kerohanian.1

Umat manusia yang hidup di zaman modern saat ini telah banyak yang ditimpa oleh kehampaan spiritual. Kemajuan pesat ilmu pengetahuan, teknologi, dan filsafat rasionalisme semakin berkembang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek-aspek transendental, yakni suatu kebutuhan vital yang hanya dapat digali dan berasal dari yang benar-benar mutlak dan berisi amanat yang harus

1 Nurcholis Madjid, Warisan Intelektual Islam, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta:

(4)

dilaksanakan, sedangkan dunia beserta isinya dan apa yang dihasilkan oleh umat manusia adalah bersifat nisbi atau tidak pasti.2

Pola individu dalam masyarakat yang mulai bosan dengan segala kemewahan yang materialis, sehingga mereka tidak tahu terhadap hakikat hidup, seperti yang dialami oleh kaum kapitalis bangsa barat. Mereka memulai untuk mencari-cari nilai rohani, karena itulah diperlukan spiritualisme. Tasawuf-tarekat dengan ajaran rohani dan akhlak mulianya dalam hal ini dapat memainkan peranannya. Tasawuf-tarekat ibarat nafas yang memberikan hidup, yang memberi semangat pada seluruh struktur Islam baik dalam perwujudan social maupun intelektual.3 Tarekat sebagai organisasi

yang tersusun baik dalam masyarakat Islam, mempunyai pengaruh kuat dan mendalam atas seluruh struktur kemasyarakatan.

Masyarakat Indonesia pada zaman modern ini sudah semakin materialistis dan sekularistis. Materi dijadikan tolak ukur kesuksesan hidup seseorang. Akibatnya, manusia sering lepas control, sehingga menghalalkan segala cara dalam meraih materi sebanyak-banyaknya. Nilai-nilai kemanusiaan juga semakin surut, toleransi social, solidaritas serta persaudaraan Islam kian memudar. Di tengah keadaan tersebut, masyarakat mulai merasakan kerinduan akan nilai ketuhanan, nilai-nilai ilahiyah, yang dapat menuntun manusia dapat kembali menuju firahnya.4 Karena

itu, manusia mulai tertarik untuk mempelajari dan mengamalkan ajaran tarekat. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya majelis-majelis pengajian tasawuf-tarekat dengan segala amalan-amalan dan dzikir-dzikirnya.

Sebagian besar penduduk Negara Indonesia memeluk agama Islam. Selain itu pula banyak aliran-aliran tarekat yang ada di Indonesia, yang telah memiliki

2 Sayyid Husein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, Terjemahan oleh Abd Hadi

W.M.,(Jakarta: Pustaka Firdaus,1991), hlm.198

3 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), hlm.4

4 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(5)

akulturasi terhadap budaya setempat. Tidak semua aliran tarekat yang berkembang di dunia diakui sanad dan kebenarannya (muktabarah) oleh para ulama. Indonesia dengan beragam kemajemukan, begitu pula dengan aliran tarekat yang berkembang, tidak semua dapat dijadikan acuan. Maka dari itu perlulah diketahui definisi tarekat, dan ciri-ciri dari sebuah aliran tarekat yang muktabarah.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana awal muncul berdirinya sebuah tarekat? 2. Bagaimana pengertian sebuah tarekat yang muktabarah? 3. Bagaimana perkembangan tarekat di Indonesia?

4. Bagaimana pengaruh perkembangan tarekat di Indonesia? 3. Tujuan Penulisan

1. Mengerti dan memahami awal muncul berdirinya sebuah tarekat 2. Memahami pengertian dari sebuah tarekat yang muktabarah.

3. Mengerti dan memahami aliran tarekat yang berkembang di Indonesia. 4. Mengerti dan memahami pengaruh dari perkembangan tarekat di

Indonesia.

II. PEMBAHASAN MASALAH

1. Sejarah Berdirinya Tarekat

Ajaran Islam pada mulanya dibawa dan disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW di masa awalnya ajaran Islam tersebut dilaksanakan secara murni. Ketika Rasulullah wafat, cara beramal dan beribadah para sahabat dan

(6)

tabi’in masih tetap memelihara dan membina ajaran Rasulullah SAW, disebut amalan salaf al-salih.5

Pada abad pertama Hijriyah mulai muncul perbincangan tentang teologi. Abad kedua Hijriyah mulai muncul tasawuf. Ajaran tasawuf yang berkembang dan terus meluas secara pasti mulai terkena pengaruh dari luar. Salah satu pengaruh yang signifikan yakni filsafat, baik filsafat baik filsafat Yunani, India dan Persia. Pada abad ke-2 muncul-lah golongan sufi yang mengamalkan amalan-amalan dengan tujuan kesucian jiwa untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Hal tersebut dilanjutkan dengan pemberian klasifikasi pengertian dari taqarrub tersebut menjadi beberapa tingkatan yakni: Syari’ah, Thariqat, Haqiqat, dan tingkatan tertinggi yakni Makrifat.6 Para sufi berpendapat bahwa tingkatan Syari’ah mempunyai

pengertian untuk memperbaiki amalan-amalan lahiriah, Thariqat untuk memperbaiki amalan-amalan batiniah (hati), Haqiqat untuk mengamalkan segala rahasia yang ghaib, dan Makrifat merupakan tujuan akhir yaitu mengenal hakikat Allah baik zat, sifat, maupun perbuatannya.7 Seseorang

yang telah mampu mencapai tingkatan Makrifat dinamakan wali. Seorang yang telah mencapai tingkatan makrifat atau wali mempunyai kemampuan luarbiasa yang disebut keramat, atau supranatural, sehingga dapat terjadi hal-hal luar biasa yang tidak dapat dijangkau dengan akal, baik di masa hidup maupun setelah meninggal. Para sufi berpendapat bahwa wali tertinggi

5 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), hlm.6

6 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), hlm.6

7 Abu Bakar Aceh, Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian tentang Mistik), (Jakarta: Fa

(7)

disebut quthub al – auliya (Wali Quthub), dalam hal ini wali Quthub yakni Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani.8

Kemunculan tarekat pada periode berikutnya yakni pada abad ke-5 Hijriyah atau 13 Masehi. Hal tersebut ditandai dengan setiap silsilah tarekat yang kemudian dihubungkan dengan nama pendiri atau tokoh-tokoh sufi yang lahir pada abad tersebut.

Tarekat yang pertama kali muncul yakni Tarekat Qadiriyah yang dikembangkan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Jailani di Asia Tengah, tepatnya di daerah Tribistan sebagai tempat lahir dan berkembangnya tarekat Qadiriyah tersebut. Perkembangan tarekat Qadiriyah kemudian berkembang hingga ke Baghdad, Irak, Turki, Arab Saudi, hingga ke Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, India, dan China. Kemunculan tarekat Qadiriyah kemudian disusul dengan kemunculan tarekat Suhrawardiyah di daerah Afrika Utara, Afrika Tengah, Sudan, dan Nigeria. Tarekat-tarekat tersebut kelamaan berkembang dengan cepat melalui murid-murid yang diangkat menjadi khalifah, yang mengajarkan dan menyebarkan ke negeri-negeri Islam, kemudian menyebar dan bercabang dalam skala yang lebih luas dan banyak.

2. Pengertian Tarekat

Tarekat merupakan pengaplikasian daripada tasawuf. Menurut beberapa ulama’ sufi, mengartikan tasawuf berasal dari kata shuuf yang berarti bulu.sehingga pada zaman itu banyak dari ulama’-sufi mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba sebagai lambing kesederhanaan. Ibn Kholdun mengartikan tasawuf adalah ilmu syariah yang timbul dalam Islam, yang mempunyai pokok untuk senantiasa tekun beribadah dan memutuskan perhatian dengan segala sesuatu selain Allah SWT, menolak perhiasan dunia,

8 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(8)

dan membenci segala perkara yang dapat membuat manusia menjadi terpedaya oleh indahnya kenikmatan dunia yang fana’, serta menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadah.9

Kata “Tarekat” mempunyai makna “jalan”, dalam hal ini jalan yang mengacu kepada sebuah latihan, meditasi, maupun amalan-amalan (muraqabah, zikir, wirid, dan sebagainya) yang dihubungkan dengan sederet guru sufi.10 Tarekat juga berarti sebuah organisasi yang tumbuh dengan

dibarengi oleh metode sufi yang khas. Pada zaman awal mula tasawuf, para guru sufi dikelilingi oleh para murid yang membentuk barisan melingkar dan kelak adari beberapa murid tersebut akan menjadi seorang guru pula. Dapat dikatakan metode tarekat juga mengadopsi ajaran dan metode-metode tasawuf. Guru tarekat yang sama akan mengajarkan metode yang sama, zikir yang sama, dan muraqabah yang sama. Seorang pengikut tarekat tersebut akan memperoleh kemajuan apabila mengikuti amalan-amalan berdasarkan tingkatan yang dilalui oleh semua pengikut tarekat yang sama. Dari pengikut biasa (mansub) menjadi murid selanjutnya yakni pembanti Syaih (khalifah-nya) dan akhirnya menjadi guru yang mandiri (mursyid).11

Ketika melakukan amalan-amalan tarekat, seorang murid tarekat akan berusaha mengangkat dirinya melampaui kemampuan batas dirinya sebagai seorang manusia dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.Dalam hal ini pengertian antara tasawuf dan tarekat dianggap sama, yakni aspek yang mendalam dari agama Islam. Sebagai istilah khusus, perkataan tarekat lebih sering dikaitkan dengan suatu “organisasi tarekat”, yakni suatu kelompok

9 Ahmad asy-Syirbashi, Al-Ghazali wa Tasawuf Al-Islamy, (Beirut, Dar al-Hilal, t.t),

hlm. 153

.

10 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), hlm 8.

11 Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, (Bandung: Mizan,

(9)

organisasi yang melakukan amalan-amalan zikir tertentu, dan menyampaikan suatu sumpah dimana mencakup peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh pimpinan organisasi tarekat tersebut. Sedangkan dalam tradisi pesantren di Jaawa, istilah tasawuf dipakai hanya dalam kaitan aspek pengetahuan dari “jalan=thariqat” tersebut, sedangkan aspeknya yang bersifat etis dan praktis (yang di dalam pesantren lebih dianggap penting daripada aspek intelektual sebuah tasawuf) diistilahkan dengan tarekat.12

Sebuah organisasi tarekat dalam ajaran di dalamnya biasanya terdiri atas pensucian batin, upacara keagamaan, dan kesadaran sosial. Yang dimaksudkan pensician batin adalah melatih rohani dengan menerapkan hidup yang zuhud, menghilangkan sifat-sifat jelek yang menyebabkan dosa, dan mengusi hati denga sifat-sifat terpuji, dengan menjalankan perintah agama, menjauhi larangan, bertaubat atas segala dosa, berintrospeksi dan mawas diri terhadap seluruh amal perbuatannya. Kekeluargaan dari sebuah tarekat biasanya terdiri dari syaikh tarekat, syaikh mursyid (khalifahnya), mursyid sebagai guru tarekat, murid dan pengikut tarekat, serta ribath (zawiyah) tempat latihan, kitab-kitab, sistem dan metode dzikir. Upacara keagamaan biasanya berupa baiat, ijazah atau kirqah, silsilah, latihan-latihan, amalan-amalan tarekat, talqin, wasiat yang diberikan dan dialihkan seorang syaikh tarekat kepada murid-muridnya.13

Dari unsur tarekat sebagaimana yang telah disebutkan diatas, salah satu yang paling penting bagi sebuah tarekat adalah silsilah. Silsilah tersebut bagaikan sebuah kartu nama untuk mengenali keabsahan sebuah tarekat. Yang akan menjadi tolak ukur sebuah tarekat itu muktabarah (dianggap sah) atau tidak. Silsilah dari adalah hubungan dari gutu terdahulu yang saling

sambung-12 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), hlm 9

13 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(10)

menyambung antara satu dengan yang lain sampai kepada Rasulullah SAW. Hal tersebut mewajibkan harus adanya bimbingan kerohanian yang diambil dari guru-guru yang harus benar-benar berasal dari Rasulullah SAW. Jikalau tidak demikian halnya berarti tarekat tersebut terputus atau dapat dikatakan sebagai tarekat yang palsu, bukan warisan dari Rasulullah SAW.

Silsilah tarekat terusun rangkaian nama-nama guru yang tersambung satu dengan yang lain hingga panjang. Rangkaian nama-nama guru tarekat biasanya tertulis rapi dalam bahasa Arab di atas sepotong kertas yang diserahkan kepada murid tarekat sesudah ia melakukan amalan-amalan dan sesudah menerima petunjuk (irsyad) dan peringatan (talqin) serta sesudah membuat janji (bai’ah) untuk tidak melakukan kemaksiatan sekaligus menerima izajah sebagai tanda bukti boleh meneruskan pelajaran tarekat kepada orang lain. Oleh sebab itu anggota dari sebuah tarekat sangat menganggap penting sebuah silsilah karena silsilah tarekat berperan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa tarekat itu sah (muktabarah) atau tidak, karena ajaran-ajaran dasar dari sebuah tarekat dan pengalaman-pengalaman tarekat yang diajarkan adalah berasal dari Rasulullah SAW. Setiap guru (mursyid) akan sangat berhati-hati menjaga silsilah yang menunjukkan siapakah gurunya dan siapa guru-guru sebelumnya, terus menerus sambung-menyambung sampai kepada Rasulullah SAW.

3. Perkembangan Tarekat di Indonesia

Awal mula perkembangan tarekat di Indonesia tidak terlepas dari sejarah masuknya Islam di Indonesia. Pada masa awal, pusat penting yang memengaruhi perkembangan tarekat di Indonesia adalah India (Gujarat) yang dari tempat tersebut diduga Hamzah Fansuri, Syamsuddin al-Sumatrani dan Nuruddin Al Raniri belajar kemudian mendapatkan ijazah serta menjadi khalifah (mursyid tarekat). Pada abad-abad berikutnya berbagai cabang India

(11)

dari beberapa tarekat besar sampai di Indonesia melalui jalur Makkah dan Madinah.14 Melalui cara tersebut pula Tarekat Sattariyah yang berasal dari

India berkembang di Makkah dan Madinah dan kemudian berpengaruh besar dan menyebar luas di Indonesia. Terdapat beberapa aliran tarekat yang muktabarah berkembang di Indonesia diantaranya adalah: Tarekat Qadiriyah, Tarekat Syadiliyah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Syattariyyah, Tarekat Sammaniyah, Tarekat Tijaniyah, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Beberapa aliran tarekat di Indonesia akan diuraikan sebagai berikut.

1. Tarekat Qadiriyah

Qadiriyah adalah nama sebuah aliran tarekat yang diambil dari nama pendirinya yakni Abdul Qadir al-Jilani, yang terkenal dengan sebutan Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani al-ghawsts atau quthb awliya’. Tarekat ini memiliki peranan penting dalam spiritualitas Islam karena menjadi pelopor lahirnya organisasi tarekat, juga sebagai cikal bakal munculnya cabang-cabang tarekat yang lain. Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani lahir di kota Gilan tahun 470 H / 1077 M, yaitu wilayah yang terletak 150 km dari timur laut Baghdad. Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani meninggal di Baghdad pada tahun 561 H / 1166. Di kalangan kaum sufi Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani diakui sebagai sosok yang menempati hierarki mistik yang tertinggi, yang menduduki tingkat kewalian tertinggi. Dalam kepercayaan rakyat, Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani adalah wali terbesar, yang diberikan wewenang untuk menolong manusia lain yang berada di dalam sebuah bahaya.

Pada dasarnya ajaran Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani tidak ada perbedaan mendasar dengan ajaran pokok Islam, terutama golongan Ahlussunnah wal

(12)

Jamaah. Sebab, Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani sangat menghargai para 4 pendiri mazhab fikih dan teologi Asy’ariyah. Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani menekankan pada Tauhid dan akhlak terpuji. Menurut al-Sya’rani, bahwa bentuk dan karakter tarekat Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani adalah tauhid, sedangkan pelaksanaannya tetap menempuh jalur syariat lahir dan batin.15

Praktik spiritual yang diamalkan oleh aliran tarekat Qadiriyah diantaranya adalah zikir (terutama melantunkan asma Allah secara berulang-ulang). Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai tingkatan penekanan dan intensitas. Ada zikir yang terdiri atas satu, dua, tiga, dan empat. Zikir dengan satu gerakan dilaksanakan dengan mengulang-ulang asma Allah melalui tarikan napas yang panjang dan kuat, seakan dihela dari tempat yang tinggi, diikuti penekanan dari jantung dan tenggorokan, kemudian dihentikan sehingga napas kembali normal. Hal tersebut harus diulang secara konsisten untuk waktu yang lama.16

Proses masuknya tarekat Qadiriyah di Indonesia dikisahkan melalui penyair besar Hamzah Fansuri. Ia mendapatkan khilafat (ijazah untuk mengajar) ilmu dari Syaikh ‘Abd Qadir al-Jilani ketika bermukim di Ayuthia, ibu koa Muangthai. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya bait

Hamzah nin asalnya Fansuri Mendapat wujud di tanah Syahr Nawi

Beroleh Khilafat yang ‘ali Daripada Abdul Qadir Jilani

15 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), hlm 36

16 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,

(13)

Namun, adapula pendapat lain yang mengatakan bahwa Hamzah Fansuri mendapatkan khilafat di Baghdad, tetapi yang pasti beliau adalah orang Indonesia pertama yang menganut tarekat Qadiriyah dan Qadiriyah adalah tarekat pertama yang tersebut dalam sumber-sumber pribumi.17

2. Tarekat Syadziliyah

Tarekat Syadziliyah didirikan oleh Abu Hasan al-Syadzili yang kemudian tarekat Syadiliyah dinisbahkan kepada namanya yang mempunyai ciri khusus dan berbeda dari aliran tarekat yang lain. Nama lengkap pendiri syadziliyah adalah Ali bin Abdullah bin ‘Abd. Al-Jabbar Abu al-Hasan al-Syadzili. Silsilah keturunannya mempunyai hubungan dengan orang-orang garis keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib, dan dengan demikian berarti juga keturunan Siti Fatimah, anak perempuan dari Rasulullah SAW.

Tarekat Syadziliyah adalah salah satu aliran tarekat yang besar disamping tarekat Qadariyah, Rifa’iyah, Naqsabandiyah, dan Suhrawardiyah. Tarekat Syadziliyah adalah tarekat yang paling layak disejajarkan dengan tarekat Qadariyah dalam penyebarannya18 Ibn

Athaillah mengemukakan bahwa al-Syadzili adalah orang yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai pewaris Rasulullah Muhammad SAW. Allah SWT telah menegaskan peranan syaikh al Syadzili melalui karamah-karamahnya yang selanjutnya akan menunjukkan posisinya sebagai poros spiritual (quthb) alam semesta. Adapun pemikiran-pemikiran tarekat al-syadziliyah adalah sebagai berikut.

17 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tareakat-Tarekat Muktabarah di

Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), hlm 51

18 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tareakat-Tarekat Muktabarah di

(14)

1. Tidak menganjurkan kepada murid-muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka. Dalam hal pandangannya mengenai pakaian, makanan dan kendaraan yang layak dalam kehidupan yang sederhana akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT, dan mengenal rahmat ilahi. Meninggalkan dunia yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur, dan berlebih-lebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa ke kedzaliman. Manusia sebaiknya menggunakan nikmat Allah SWT sebaik-baiknya sesuai petunjuk Allah SWT.

2. Tidak mengabaikan dalam menjalankan syati’at Islam. Al-Syadziliyah adalah salah satu tokoh sufi yang menempuh jalur tasawuf hampir searah dengan al-Gazhali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan kepada Al-Quran dan As-Sunnah, mengarah kepada asketisme, pelurusan dan penyucian jiwa (tazkiyah al-nafs), dan pembinaan moral (akhlaq), suatu tasawuf yang dinilai cukup moderat.

3. Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasrnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan.19 Dunia yang

dibenci oleh para sufi adalah dunia yang melengahkan dan memperbudak manusia. Kesenangan dunia adalah tingkah laku syahwat, dan hawa nafsu tak kenal puas. Senua itu hanyalah permainan (al-la’b) dan senda gurau (al-lahw) yang akan melupakan Allah SWT. Dunia seperti inilah yang dibenci oleh para kaum sufi.

Adapun tarekat Syadziliyah terkenal dengan ajaran hizb-nya (Doa dan dzikir). Hizb yang diajarkann tarekat Syadziliyah di Tulungagung,

(15)

Jawa Timur, jumlahnya cukup banyak sdan setiap murid tidak menerima hizb yang sama karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruhiyah murid sendiri dan kebijaksanaan mursyid. Adapun hizb-hizb tersebut antara lain yakni: hizb al-asyfa’, hizb al-kafi atau al-autad, hizb al-bahr, hizb al-baladiyah atau hizb birhatiyah, hizb nashr, hizb mubarak, hizb salamah, hizb nur dan hizb al-hujb.20 Hizb-hizb terebut tidak boleh diamalkan oleh semua orang,

kecuali telah mendapatkan izin atau ijazah dari mursyid atau seorang murid yang ditunjuk oleh mursyid untuk mengijazahkannya.

3. Tarekat Naqsyabandiyah

Pendiri tarekat Naqsyabandiyah adalah seorang pemuka tasawuf terkenal yakni, Muhammad bin Muhammad Baha’ Din Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi. (lahir tahun 717 H / 1318 M dan wafat pada tahun 791 H / 1389 M), dilahirkan di sebuah desa di Qashrul Arifah, kurang lebih 4 mil dari Bukhara.

Tarekat Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat yang mempunyai dampak dan pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat muslim di berbagai wilayah yang berbeda-beda. Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah kemudian meluas ke Turki, Suriah, Afghanistan, dan India. Di Asia Tengah bukan hanya kota-kota penting melainkan juga di kampong-kampung kecil pun tarekat ini mempunyai zawiyah (padepokaan sufi) dan rumah peirstirahatan Naqsyabandi sebagai tempat berlangsungnya aktivitas keagamaan yang ramai.21

Ciri utama dari tarekat Naqsyabandiyah adalah sebagai berikut.

20 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tareakat-Tarekat Muktabarah di

Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2004), hlm 82

21 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tareakat-Tarekat Muktabarah di

(16)

1. Diikutinya syariat secara ketat, keseriusan dalam beribadah yang menyebabkan penolakan terhadap music dan tari, dan lebih menyukai berzikir dalam hati.

2. Upaya yang serius dalam memengaruhi kehidupan dan pemikiran golongan penguasa serta mendekatkan Negara pada agama. Berbeda dengan tarekat yang lain, tarekat Naqsyabandiyah tidak menganut kebijaksanaan isolasi diri dalam menghadapi pemerintahan yang sedang berkuasa saat itu. Sebaliknya tarekat Naqsyabandiyah berusaha untuk melancarkan konfrontasi dengan berbagai kekuatan politik agar dapat mengubah pandangan mereka.

Tarekat Naqsyabandiyah, seperti juga tarekat yang lainnya mempunyai beberapa tata cara peribadatan, teknik spiritual, dan ritual tersendiri. Sebagai tarekat yang terorganisasi, Naqsyabandiyah mempunyai sejarah dalam rentangan masa hampir enam abad, yang secara geografis penyebarannya meliputi 3 benua. Hal tersebut berimplikasi terhadap warna dan tata cara tarekat Naqsyabandiyah yang sangat bervariasi, menyesuaikan masa, kondisi, dan tempat tumbuhnya. Adaptasi terebut terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah karena keadaan yang telah berubah, guru-guru yang berbeda yang memberi penekanan yang berbeda dari asas yang sama, sebagai acuan dan pegangan bagi para pengikutnya. Ajaran dasar tarekat Naqsyabandiyah menurut Muhammad Amin al-Kurdi dalam kitabnya ‘Tanwir al-Qulub’ seperti dikutib oleh Fuad, terdiri atas 11 asas, 8 asas dirumuskan oleh ‘Abd al-Khaliq Ghujdwani, sedangkan 3 asas yang lain adalah penambahhan oleh Muhammad Baha’ al Din Naqsyabandi.22

3. Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah

22 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tareakat-Tarekat Muktabarah di

(17)

Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah sebuah tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan tarekat Naqsyabandiyah (TQN). Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas (1802-1872) yang dikenal sebagai penulis Kitab Fath al-‘Arifin. Sambas adalah sebuah nama kota di sebelah utara kota Pontianak, Kalimantan Barat. Syaikh Naquib al-‘Attas mengatakan bahwa TQN tampil sebagai sebuah tarekat gabungan karena Syaikh Sambas adalah syaikh dari kedua tarekat dan mengajarkannya dalam satu versi yaitu mengajarkan dua jenis zikir sekaligus. Yaitu zikir yang dibaca dengan keras (jahar) dalam tarekat Qadiriyah dan juga zikir yang dibaca dengan pelan (khafi) dalam Tarekat Naqsyabandiyah.23

Kitab Fath al-‘Arifin karangan Syaikh Ahmad Khatib Sambas dianggap sebagai sumber ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Secara garis besar kitab tersebut berisi ajaran-ajaran tarekat TQN yang merupakan gabungan dari unsur-unsur Qadiriyah-Naqsyabandiyah, yaitu cara membai’at, sepuluh macam latha’if, bentuk banyak dari lathifah berarti (titik) halus (di dalam tubuh manusia). Kemudian beliau menjelaskan tentang zikir dalam tarekat Qadiriyah, dan diteruskan tentang penjelasan tentang zikir dalam Naqsyabandiyah. Syaikh Sambas menerangkan tentang tiga syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang sedang berjalan menuju Allah SWT. Yaitu zikir diam dalam mengingat, merasa selalu diawasi oleh Allah SWT di dalam hatinya dan pengabdian kepada syaikh, kemudian diakhiri dengan penjelasan rinci tentang dua puluh macam meditasi (muraqabah). Sebelum ditutu, kitab tersebut memuat silsilah Syaikh Sambas mulai dari beliau hingga Rasulullah SAW. Dan yang paling akhir dari bagian tulisan tersebut adalah tentang khatam dari tarekat Syaikh ‘Abd al-Qadir al-Jilani.

23 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tareakat-Tarekat Muktabarah di

(18)

Zamkhsyari Dhofier menyebutkan bahwa di tahun tujuh puluhan. Empat pusat utama TQN di Jawa, yaitu: Rejoso, Jombang di bawah pimpinan Kiai Tamim, Mranggen dipimpin oleh Kiai Muslih, Suryalaya, Tasikmalaya dipimpin oleh K.H. Shohibulwafa Tajul ‘Arifin (Abah Anom); dari Pagentongan, Bogor dipimpin oleh Kiai Tohir Falak. Silsilah Rejoso didapat dari jalur Ahmad Hasbullah, Suryalaya dari jalut Kiai Tolhah, Cirebon dan yang lainnya dari Syaikh ‘Abd al-Karim Banten dan khalifah-khalifah.24

4. Pengaruh Perkembangan Tarekat di Indonesia

Perkembangan aliran tarekat di Indonesia memiliki pengaruh yang begitu penting di masyarakat. Metode tarekat sangat efektif bagi seseorang yang hendak mencari jalan kepada Allah SWT. Hal tersebut dikarenakan adanya seorang guru atau mursyid tarekat yang senantiasa membimbing muridnya menuju jalan yang dituju. Selain itu perkembangan tarekat di Indonesia juga membantu jalan penyebaran Islam, karena kultur dari masyarakat Indonesia masih cenderung mempercayai akan adanya hal-hal yang mistis sehingga aliran tarekat tersebut mudah diterima di kalangann masyarakat.

III. PENUTUP

1. Simpulan

Tarekat merupakan sebuah metode atau jalan yang ditempuh oleh seseorang dalam rangka menuju Allah SWT. Dalam pelaksanaannya, tarekat tidak dapat dilakukan oleh seorang sendiri tanpa adanya guru atau mursyid tarekat karena sebuah amalan tarekat yang absah atau

24 Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tareakat-Tarekat Muktabarah di

(19)

muktabarah haruslah memiliki sanad yang bersambung sampai kepada Rasulullah SAW.

2. SaranDi Negara Indonesia terdapat banyak sekali aliran tarekat, metode tarekat terbukti efektif dalam rangka memandu seseorang untuk lebih mengenal dan dekat kepada Allah SWT dengan segala macam zikir, amalan, maupun ajaran yang terdapat di dalamnya. Ketika hendak ingin mengikuti sebuah aliran tarekat, seseorang hendaknya meluruskan niat semata-mata karena hanya untuk ibadah kepada Allah SWT dan mengetahui aliran tarekat yang muktabarah, sehingga tidak timbul kesesatan.

IV. DAFTAR PUSTAKA

1. Abu Bakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, Solo: Romdhoni, 1996. 2. Ahmad asy-Syirbashi, Al-Ghazali wa Tasawuf al-Islamy, Beirut: Dar al-Hilal, t.t. 3. Husein, Sayyid Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, Terj. oleh Abd Hai W.M,

Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991.

4. Madjid, Nurcholis, Warisan Intelektual Islam, Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

5. Martin van Bruinessen, Tarekat Naqsyabandiyah di Indonesia, Bandung: Mizan, 1996.

6. Mulyati, Sri, Mengenal & Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, Jakarta: KENCANA, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi terutama kepada Allah SWT

Selain pemahaman dan komitmen penyelenggara negara terhadap pembangunan kesejahteraan sosial masih belum solid, faham neo-liberalisme yang mengedepankan kekuatan

Itulah faktor yang membuat adanya hubungan luar negeri indonesia dengan negara lain termasuk negara tetangga, tetapi hubungan kerjasama antar negara ini tidak selalu berjalan

Memberikan kesimpulan hasil studi pondasi tiang pancang terkait pada perhitungan pada fase sebelumnya yakni dengan menginputkan lagi hasil akhir dari perhitungan sesuai

Pada saat pemeriksaan, pasien menampakkan mood anhedonia, afek tumpul, konsentrasi dan perhatian yang dapat ditarik namun tidak dapat dicantum, orientasi waktu dan situasi yang

Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa informasi akuntansi adalah data-data ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi/entitas, yang sudah diolah menjadi suatu bentuk

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa ada beberapa isolat Trichoderma spp yang berpotensi sebagai agens hayati untuk menekan perkembangan penyakit busuk pucuk vanili yang

Bertolak dari realita yang demikian dan fakta yang membuktikan bahwa para pelaku bermasalah dalam kasus korupsi khususnya pelaku yang sejak awal telah memiliki