• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anestesi pada Pasien dengan Penyakit Jantung Akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Anestesi pada Pasien dengan Penyakit Jantung Akut"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

ANESTESI

PADA PASIEN DENGAN OMI

Ogie Verianto 122.0221.087

Pembimbing: dr. Diding, Sp.An

(2)

BAB I

(3)

Nama : Ny. DarisahUmur : 58 tahunBerat badan : 60 Kg

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Grendeng, Purwokerto UtaraAgama : Islam

Tanggal masuk RSWK : 12 Mei 2014No. CM : 241625

Diagnosis : Osteomyelitis Post ORIF

Tindakan : Remove Implant + SequestrectomyDokter Anestesi : dr. Daris, Sp.An

Dokter Bedah : dr. Nursuandy Sp.OT

(4)

Riwayat Operasi : Pernah Masektomi

Radikal, Mammae Sinistra ± 4 tahun lalu, Pemasangan Implant (pen) di Humerus Sinistra ± 1 tahun lalu

Riwayat Alergi : Obat tidak ada, Makanan

tidak ada

Riwayat Penyakit Lain : Demam (-), Batuk

(-), Pilek (-), DM (-), HT (+) terkontrol dan konsumsi obat anti-hipertensi secara rutin sejak 6 tahun lalu, Asma (-), Jantung (+) OMI

(5)

Keadaan umum : Tampak sakit ringanKesadaran : GCS E4M6V5, Compos Mentis

Tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHgNadi : 72x/ menitRespirasi : 16x/ menitSuhu : 36.4ºC Berat Badan: 60 kg Tinggi Badan : 150 cm

PEMERIKSAAN FISIK

(6)

Kepala

Bentuk dan ukuran : Normocephal

Rambut dan kulit kepala : Hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut Mata : Palpebra superior edema (-), mata cekung (-), konjungtiva anemis

(-), sklera ikterik (-) RC +/+ PB anisokor 3mm/3mm Telinga : Otorrhoae (-), sekret (-)

Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-), napas cuping hidung (-) darah (-)Mulut : Bibir kering (-), sianosis (-), darah (-), gigi tanggal (-), gigi goyang (-),

gigi palsu (-)

Tenggorokan : Faring sdn, Tonsil sdn

Leher : Simetris, trakhea di tengah, kelenjar tiroid, submandibula, supra-infra clavicula tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis (-), edema(-),deformitas (-)Kulit: Turgor baik, petechiae (-)

Genitalia : Tidak dilakukan

Anus Rektum : Tidak dilakukan

(7)

Paru

Inspeksi : Dinding dada tampak simetris, tidak tampak ketertinggalan gerak,

kelainan bentuk dada (-),

retraksi interkostalis (-), jejas (-)

– Palpasi : Vokal fremitus apeks kanan = kiri, Vokal fremitus basal kanan = kiri

Perkusi : Perkusi orientasi lapang paru sonor, Batas paru-hepar SIC V LMCDAuskultasi : Apeks : Suara dasar vesikuler +/+

Basal : Suara dasar vesikuler +/+ Ronki basah halus Ronki basah kasar

Wheezing Stridor

-/-• Jantung

Auskultasi : S1>S2, reguler, Murmur (+) • Abdomen

– Inspeksi : datar, tidak terdapat massa, tidak terdapat jejas

– Auskultasi : bising usus (+) N

– Palpasi : supel, test undulasi (-)

(8)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

12 Mei 2014

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI Darah Lengkap Hemoglobin 11.6 Gr/dl 12.0-16.0 Leukosit 8.300 /µL 4800- 10800 Hematokrit 38.6 % 37-47 Eritrosit - 106 /µL 4,2 – 5,4 Trombosit 367.000 /µL 150.000 – 450.000 W. Pembekuan 4’ 2’ – 6’ W. Perdarahan 2’30” 1’ – 3’

Hasil Pemeriksaan EKG : Elevasi Segmen T pada Lead II, III, aVF,

perubahan resiprokal (Depresi ST) V1 – V6, I, aVL.

Kesimpulan : OMI Inferior (oleh dr. Irianta, Sp.PD tgl. 07/05/14)

(9)

RONTGEN

Tampak implant

menempel pada tulang humerus sinistra bentuk

seperti balok pipih dengan mur berjumlah 6 buah, garis patahan tulang tidak terlihat, jaringan lunak sekitar dalam keadaan normal

(10)

Diagnosis prabedah : Osteomyelitis Humerus Sinistra

Post ORIF

• Diagnosis pasca bedah : Osteomyelitis Humerus

Sinistra Post ORIF

Jenis pembedahan : Removal Implant +

Sequestrectomy

(11)

Status Fisik Pasien : ASA II

Diagnosa Bedah : Osteomyelitis

Humerus Sinistra post ORIF disertai riwayat OMI

(12)

- Mesin Anestesi

- STATICS (Scop, Tube, Airway, Tape,

Introducer, Connector, Suction) - Obat Anestesi :

Premedikasi : SA, Midazolam, Pethidine HCL Induksi : Propofol, Ketorolac

Maintenance : Isofluran, O2, N2O

Tambahan (profilaksis infeksi) : Gentamycin, Cefotaxime

Cairan : Ringer Laktat

(13)

• Anestesi General

• Persiapan Anestesi

– Informed concent + Death on Table

• Pasang IV line 1 jalur RL tetes cepat

• Mulai puasa 6 – 8 jam sebelum operasi

• Penatalaksanaan Anestesi

– Jenis anestesi : General Anestesi (GA)

– Premedikasi : - SA 0,25 mg (0,015 mg/kgbb) - Midazolam 1 mg (0,05 – 0,1 mg/kgbb) - Pethidin HCL 40 mg (0,5 – 1 mg/kgbb) – Induksi : - Propofol 50 mg (2 – 2,5 mg/kgbb) - Ketorolac 30mg

– Maintenance : O2 2, N2O 3,5, dan Isofluran 2 MAC

– Tambahan (profilaksis infeksi) : Cefotaxime 2gr, Gentamicin 80mg

• Pasien dalam posisi telentang

• Respirasi : Semi – Closed

• Jumlah cairan yang masuk selama operasi:kristaloid 2500 cc (5 Kolf RL 500 cc)

• Pemantauan selama anestesi :

• Mulai anestesi : 09.00 WIB

• Mulai pembedahan : 09.10 WIB

• Selesai operasi : 10.30 WIB

• Selesai anestesi : 10.40 WIB

PENATALAKSANAAN

ANESTESI

(14)

• Berat badan = 60 kg

Maintenence = 2 x KgBB/jam M1 (Puasa) : BB x 2 x puasa - 60kg x 2cc x 9 jam = 1080cc  

M2 (lama operasi) : lama operasi x BB x 2 - 1,5 jam x 60kg x 2 = 180cc   EBV : BB x 0.7% x 20% - 60kg x 0.7% x 20% = 840cc   BL : 3 x perkiraan operator - 3 x 50 = 150cc  

Stres operasi : ringan = 4cc, sedang = 6cc, berat = 8cc /kgbb/jam

 BB x stres operasi x 50% (jam I)

 BB x stres operasi x 25% (jam II) - Jam I : 60kg x 6cc x 50% = 180cc  

Total kebutuhan cairan selama 90 menit operasi :

M1 + M2 + EBV + BL + stres operasi

1080 + 180 + 840 + 150 = 2250/500cc = 4 1/2 kolf RL

Input durante operasi  5 x RL 500 cc = 2500 cc

(15)

Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan

ventilasi selama anestesia : pengamatan tanda klinis pergerakan dada, observasi resorvoir bag,

Pemantauan adekuat atau tidaknya fungsi

sirkulasi pasien : pengamatan tekanan darah dan frekuensi nadi selama operasi.

Pemantaun adekuat atau tidaknya oksigenasi

selama anestesia : pemantauan dibantu oleh pulse oximetri untuk mengetahui saturasi O2  

(16)

MONITORING

Tanda Anestesi : dilihat onset mulai

terjadinya obat anestesi  mulai tidak merasakan rangsang nyeri (analgetik), pasien mulai turun tekanan darah,

pernapasan, denyut nadi (relaksan), pasien mulai tertidur – tersadar (hipnotik)

Lapangan Operasi : persiapan alat dan

ruangan operasi

Lingkungan : persiapan lingkungan steril

(17)

Pemantauan tanda vital setelah operasi TD : 120/70 mmHgN : 89 x/menitRR : 28 x/menitSaturasi O2 : 99%Lanjutkan infus RL PROGNOSA

Ad Vitam : Dubia ad bonam

Ad Functionam : Dubia ad bonamAd Sanationam: Dubia ad bonam

(18)

BAB II

(19)

Definisi

Old Infark Miokard adalah penyakit

jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan arteri koroner.

Sumbatan terjadi oleh karena adanya

ateroksklerotik pada dinding arteri

koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.

(20)

Aterosklerotik adalah suatu penyakit

pada arteri-arteri besar dan sedang dimana lesi lemak yang disebut Plak Ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri. Sehingga

mempersempit bahkan menyumbat suplai aliran darah ke arteri bagiuan distal

Pengobatan efektif dimulai dalam 1

(21)

Etiologi

Berkurangnya suplai oksigen ke Otot

jantung

Faktor pembuluh darah

Faktor sirkulasi

Faktor darah

Meningkatnya kebutuhan oksigen

(22)

Faktor Resiko

• Faktor yang dapat dimodifikasi

–Merokok –Konsumsi alkohol –Infeksi –Hipertensi sistemik –Obesitas –Kurang olahraga –Penyakit diabetes

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

–Usia –Jenis kelamin –Riwayat keluarga –Ras –Geografi –Tipe kepribadian –Kelas sosial

(23)

PATOFISIOLOGI

Iskemia cukup lama rusak sel

irreversibel  tidak berkontraksi 

(24)

MANIFESTASI KLINIS

Nyeri dadaSesak napas

(25)

Komplikasi

Perluasan infark

Iskemia pasca infark : aritmia,

disfungsi otot jantung, infark

ventrikel kanan, defek mekanink, ruptur miokard, perikarditis

(26)

Prognosis

Tiga faktor penting yang menentukan

indek prognosis, yaitu potensi terjadinya aritmia yang gawat, potensi pemburukan gangguan hemodinamik lebih jauh

Dubia ad bonam (fungsionam,

(27)

BAB III

(28)

PENDAHULUAN

Tindakan operasi non-jantung cukup sering

dilakukan pada pasien yang menderita penyakit jantung atau yang berisiko.

Penyakit jantung dapat menjadi kontraindikasi

relatif atau absolut terhadap anestesia.

Obat-obatan anestesi dapat memperberat

bahkan memicu timbulnya penyakit jantung.

Perubahan hemodinamik selama anestesia dapat

menimbulkan gangguan sirkulasi dalam

mensuplai nutrisi pada jantung dan jaringan perifer.

(29)

FISIOLOGI JANTUNG

Dinding Jantung : a. Endokardium b. Miokardium c. perikardium

Sifat dasar miokardium :

a. irritability (bathmotropic) = peka rangrang b. conductivity (dromotropic) = hantar rangsang c. contractility (inotropic) = dapat berkontraksi d. rhythmicity ( chronotropic) = bersifat ritmis e. Relactivity (Lucitropic) = dapat berelaksasi

• Jantung berfungsi sebagai pompa untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh secara terus-menerus dan mempermudah ekskresi zat sisa.

(30)

PENGARUH ANESTESIA

Sebagian besar zat anestetik

menekan fungsi miokardium menyebabkan kemunduran

hemodinamik : kontraktilitas otot jantung  BP  Perfusi jaringan dan menyebabkan penurunan

(31)

PENYAKIT JANTUNG AKUT

Penyakit jantung kongestif

gagal jantung akut

Penyakit jantung iskemik/penyakit jantung koroner (PJK)

a. Angina pektoris

b. Infark miokard akut

Penyakit katub jantung

a. Penyakit jantung rematik Gagal Jantung b. Endokarditis akut

c. Dsb Gagal Perfusi • Dan lain-lain

a. Perikarditis akut Syok Kardiogenik, b. Miokarditis akut Kematian

(32)

ISKEMIA DAN INFARK

MIOKARD

merupakan penyebab terbanyak

morbiditas dan mortalitas jangka pendek dan jangka panjang pada lingkungan

operasi.

Sangat erat kaitannya dengan penyakit

jantung koroner

Patogenesis

a. Perubahan plak akut

b. Trombosis arteria koronaria

(33)

MEKANISME CEDERA MIOKARDIUM

PERIOPERATIF

Pasien dengan penyakit jantung akut

rentan terhadap trauma

pembedahan dan anestesi umum.

Anestesi Umum Trauma Pembedahan Nyeri Intubasi-Ekstubasi Perdarahan-anemia Puasa Hipotermia Kortison Katekolamin Beban Kerja Jantung Kebutuhan Oksigen Insiden Iskemia miokard Gangguan Fungsi Miokardium/Po mpa Jantung Morbiditas Mortalitas

(34)

Pasien dengan penyakit jantung akut yang menjalani operasi non-jantung

perlu penanganan khusus

Terutama penanganan di bidang anestesi

(35)

PENANGANAN PREOPERATIF

Tujuan :

1. Menentukan resiko dan pengobatan preoperatif 2. Merencanakan penatalaksanaan intraoperatif 3. Mengurangi resiko cedera jantung

Meliputi :

1. Menentukan keadaan pasien

a. Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik, EKG

b. Pemeriksaan penunjang : laboratorium, foto rontgen, invasif dan non-invasif

c. Tetapkan kapasitas fungsional pasien (Lihat Grade AHA ke berapa pada pasien)

d. Faktor lain

(36)

PEDOMAN REKOMENDASI ACC/AHA

TAHUN 2002

Pengawas dapat membatasi pasien yang memiliki tanda

disfungsi kardiovaskuler

Untuk pasien dengan risiko klinis yang tinggi atau sedang

yang menjalani risiko prosedur pembedahan yang tinggi atau sedang berlaku pemeriksaan ECG sebagai dasar, segera

setelah pembedahan dan setiap hari selama 2 hari setelah operasi menunjukkan strategi pembiayaan yang lebih efektif.

• Pengukuran troponin sebaiknya dilakukan 24 jam setelah

operasi dan pada hari ke empat atau saat keluar rumah sakit (datang pertama kali) untuk deteksi AMI

Pasien yang menderita AMI sebaiknya memiliki evaluasi

fungsi ventrikel sebelum keluar dari rumah sakit dan menerima terapi, berdasarkan pedoman ACC/AHA AMI.

(37)

INTERVENSI FARMAKOLOGIS

• β –bloker non-cardioselective (propanolol)

• Terapi antiplatelet (APA) aspirin (mencegah pembentukan bekuan darah), bila alergi

aspirin berikan clopidogrel.

• Agonis α2-adrenoseptor

• Nitrogliserin (biasanya tidak membantu pada pasien dengan infark)

• ACE-inhibitor (menurunkan tensi, perlambat kelemahan otot jntung) mis: captopril

(38)

KEADAAN YANG MEMPERBURUK

FUNGSI JANTUNG

Penurunan hantaran oksigen (iskemik)

a. Penurunan aliran darah koroner b. Takikardi

c. Hipotensi diastolik

d. Hipokapni (vasokonstriksi arteri koroner) e. Spasme arteri koroner

•. Rangsang Nyeri (menyebabkan Hipotensi

(39)

Penurunan kandungan oksigen

a. Anemia

b. Hipoksaemia arterial

c. Pergeseran kurva disosiasi oksihemoglobin ke arah kiri

(40)

Peningkatan kebutuhan oksigen

a. Peningkatan preload (tension dinding)

b. Stimulasi sistem saraf simpatik c. Takikardi

d. Hipertensi sistemik

e. Peningkatan kontraktilitas myokardium

(41)

PERHATIAN !!!

Resiko morbiditas dan mortalitas pada

pasien yang menjalani pembedahan

pasca Infark tinggi pada bulan pertama

Stabilkan keadaan infark terlebih dahulu

Resiko Anestesi General :

Kebanyakan pasien akan depresi napas

(42)

Jangan lakukan operasi selektif 6

bulan pasca diagnosis INFARK

MIOKARD  menyebabkan Infark lain bahkan meluas pasca pembedahan

Bila dilakukan Anestesi Umum atau

teknik Konduksi  MORTALITAS TINGGI (>50%)

(43)

PEMILIHAN TEKNIK

ANESTESI

• Anestesi Umum  teknik Intubasi disertai Relaksan otot

dengan IPPV (Intermittent Positive Pressure Ventilation)

• Meminimalisir respon tekanan terhadap laringoskopi dan

intubasi (mencetuskan takikardi dan aritmia berat) 

memperberat keadaan infark miokard.

lidokain (1mg/kgBB) 30 detik sebelum laringoskopi dan

intubasi, bolus IV.

• Ventrikel kiri normal

N2O-opioid dan bahan yang mudah menguap (isofluran,

sevofluran, desfluran) dapat diterima

• Kerusakan Ventrikel kiri

opioid dosis tinggi (fentanyl).

• Anestesi neuroaxial  perhatikan penurunan preload dan

(44)

PERHATIAN LAIN

Penatalaksanaan nyeri

teknik neuroaksial, perhatikan untuk

menurunkan dosis opioid dan

menurunkan respon stress (morbiditas dan mortalitas kebanyakan terjadi

postoperatif)

Pengaturan temperatur tubuh

pada saat mengalami anestesia pasien

(45)

INTERVENSI INTRAOPERATIF

Takikardi

β –bloker ultra-short acting

Iskemik tanpa disertai perubahan hemodinamik

nitrogliserin

Takikardia disertai hipertensi

β –bloker titrasi

Takikardi disertai hipotensi

penambahan volume cairan • Iskemik berat resisten

(46)

KESIMPULAN

Penyakit jantung akut merupakan

masalah signifikan pada pasien yang menjalani operasi non-jantung.

Melalui pemahaman terhadap

patofisiologi dan manajemen iskemik perioperatif yang baik dapat

meningkatkan keberhasilan penatalaksanaan.

Referensi

Dokumen terkait

Sally Yumanta : Perawatan Gigi Dan Mulut Yang Aman Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner, 2006... Sally Yumanta : Perawatan Gigi Dan Mulut Yang Aman Pada Pasien Penyakit Jantung

Oleh karena itu penelitian ini ditujukan untuk melihat gambaran faktor risiko pada pasien PJK yang menjalani operasi bypass di RS Jantung Harapan Kita (RSJHK),

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien yang menderita penyakit jantung koroner di Poliklinik Jantung RSUP H. Adam Malik Medan mengenai

Pengawasan ICU perlu ditingkatkan, penanganan komplikasi harus segera dilakukan agar tidak memperpanjang lama rawat ICU pasien pasca operasi jantung, sehingga risiko

Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta

data pasien penyakit jantung dengan menggunakan faktor-faktor yang. mempengaruhi pasien menderita

Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya perilaku merokok pada pasien-pasien Penyakit Jantung Koroner di praktek dokter spesialis...

Penanganan pertolongan pertama penyakit jantung AMI pada keluarga pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sebagian besar kategori baik sebanyak 33 orang (50,8%).