• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI MAKESTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI MAKESTA"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

Materi : Dasar Ke-Islam-an

1. Penjelasan tentang definisi Islam

Dari akar katanya dalam bahasa Arab, Islam mempunyai arti-arti berikut:

ketundukan, penyerahan diri, keselamatan, kedamaian, kesejahteraan. Ber-Islam, dengan begitu, berarti menundukkan dan menyerahkan diri sepenuh-penuhnya, secara mutlak, kepada Allah swt untuk diatur sesuai dengan kehendak-Nya. Dan kehendak-kehendak Allah SWT itu tertuang secara utuh dalam agama yang Ia turunkan kepada umat manusia, sebagai petunjuk abadi dalam menjalani kehidupan mereka di muka bumi, melalui perantara seorang Rasul, Muhammad SAW, yang

kemudian Ia beri nama “Islam.”

Asas ketundukan dan penyerahan diri itu adalah pengakuan yang tulus dari lubuk hati bahwa kita dan seluruh alam semesta adalah ciptaan Allah SWT. Karena itu Allah SWT berhak mengatur segenap ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. Selanjutnya Allah SWT menjelaskan kehendak-kehendak-Nya dalam dua bentuk: Pertama, kehendak Allah swt yang bersifat pasti, mutlak dan mengikat seluruh ciptaan-Nya, baik manusia maupun alam. Inilah yang kemudian kita sebut dengan “Sunnah Kauniyah.” Dalam pengertian ini, maka seluruh makhluk di jagad ini telah menyatakan ketundukan dan penyerahan dirinya (ber-Islam) kepada Allah SWT. Perhatikan firman Allah swt berikut ini :

“Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, pohon-pohon, binatang-binatang melata dan sebagian besar dari pada manusia? Dan banyak diantara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS: 22: 18),

(2)

Kedua, kehendak Allah SWT yang bersifat pilihan, berupa aturan-aturan dan pranata sistim bagi kehidupan manusia. Inilah yang kemudian kita sebut “Syariat atau Agama.” Inilah yang dimaksud Allah swt dalam firman-Nya :

“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS: 45:18)

Manusia dan alam tidak bisa melepaskan diri dari kodrat sebagai ciptaan. Karena itu setiap penolakan terhadap kehendak-kehendak Allah SWT, baik yang “kauniyah” maupun yang “syar’iyah”, selalu berarti pembangkangan terhadap Sang Pencipta, penyimpangan dari garis kebenaran, isolasi dan benturan dengan alam. Ujung dari pembangkangan itu adalah bahwa manusia selamanya akan tertolak oleh Allah, alam semesta dan disharmoni dalam hubungan antar sesama manusia. Simaklah bagaimana Allah menolak mereka:

“Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS: 3: 85)

2. Berikan penjelasan tentang karakteristik Islam

Sebagai sebuah sistem, Islam mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan sistim-sistim yang lain. Karakteristik adalah ciri-ciri umum yang menjadi bingkai dari keseluruhan ajaran Islam. Cara pandang Islam terhadap berbagai permasalahan eksistensial seperti Tuhan, alam, manusia dan kehidupan, serta interpretasinya terhadap berbagai peristiwa selamanya akan berada dalam bingkai ciri-ciri umum tersebut. Karakteristik ini pula yang kemudian menjadi letak

(3)

keunggulan Islam terhadap sistim-sistim lainnya. Ciri-ciri umum tersebut adalah rabbaniyah, syumuliyah, insaniyah, tsabat, tawazun, waqi’iyyah, ijabiyyah.

Rabbaniyyah

Rabbaniyyah adalah nisbat kepada kata Rabb yang berarti Tuhan. Artinya Islam ini adalah agama atau jalan hidup yang bersumber dari Tuhan. Ia bukan kreasi manusia,juga bukan kreasi nabi yang membawanya. Maka Islam adalah jalan Tuhan. Tugas para nabi adalah menerima, memahami dan menyampaikan ajaran itu kepada umat manusia :

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.” (QS: 5: 67)

Syumuliyyah

Artinya ajaran ini mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia; dari pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara; dari sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, lingkungan, pendidikan hingga kebudayaan; dari etnis Arab ke Parsi hingga seluruh etnis manusia, dari kepercayaan, sistim hingga akhlak; dari Adam hingga manusia terakhir; dari sejak kita bangun tidur hingga kita tidur kembali; dari kehidupan dunia hingga kehidupan akhirat. Jadi kecakupan Islam dapat kita lihat dari beberapa dimensi; yaitu dimensi waktu, dimensi demografis, dimensi geografis dan dimensi kehidupan.

Yang dimaksud dengan dimensi waktu adalah bahwa Islam telah diturunkan Allah swt sejak Nabi Adam hingga mata rantai kenabian ditutup pada masa Rasulullah Muhammad saw. Dan Islam bukan agama yang hanya diturunkan untuk masa hidup Rasulullah saw, tapi untuk masa hidup seluruh umat manusia di muka bumi :

(4)

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rosul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rosul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS: 3: 144)

Yang dimaksud dengan dimensi demografis adalah bahwa Islam diturunkan untuk seluruh umat manusia dengan seluruh etnisnya, dan bahwa mereka semua sama di mata Allah swt sebagai ciptaan-Nya dan dibedakan satu sama lain karena asas ketakwaan :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: 49: 13)

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada seluruh umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS: 34: 28)

Yang dimaksud dengan dimensi geografis adalah bahwa ajaran Islam diturunkan untuk diterapkan di seluruh penjuru bumi. Maka Islam tidak dapat diidentikkan dengan kawasan Arab (Arabisme), karena itu hanya tempat lahirnya. Islam tidak mengenal sekat-sekat tanah air, sama seperti ia tidak mengenal batasan-batasan etnis.

“Ingatlah ketika Tuhamu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami, senantiasa bertasbih dengan

(5)

memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman; ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS: 2: 30)

“Al-Qur’an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi semesta alam, (yaitu) Bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus”. (QS: 81: 27-28)

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS: 21: 107)

Yang dimaksud dengan dimensi kehidupan adalah bahwa Islam membawa ajaran-ajaran yang terkait dengan seluruh dimensi kehidupan manusia; sosial, ekonomi, politik, hukum, keamanan, pendidikan, lingkungan dan kebudayaan. Itulah sebabnya Allah swt menyuruh berislam secara kaffah, atau berislam dalam semua dimensi kehidupan kita.

”Hai orang-orang yang berirman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan jangankah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya Syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS: 2: 208)

Ini pula yang dimaksud Allah SWT bahwa Ia telah menyempurnakan agama ini dan karena itu meridhoinya sebagai agama terbaik bagi umat manusia :

“Hari ini telah Ku-sempurnakan bagimu agamamu, dan Ku-sempurnakan nikmat-Ku terhadapmu, dan Kuridhai Islam sebagai agamamu.” (QS: 5: 3)

Insaniyyah

Artinya bahwa ajaran Islam mendudukan manusia pada posisi kunci dalam struktur kehidupan ini. Manusia adalah pelaku yang diberi tanggungjawab dan wewenang untuk mengimplementasikan kehendak Allah swt dimuka bumi (khalifah). Maka Allah swt memberi penghormatan tertinggi kepada manusia dalam firman-Nya :

“Dan sesunguhnya kami telah muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami

(6)

lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS: 17: 70)

Hak asasi manusia – dalam semua bentuknya – merupakan bagian paling inheren dalam keseluruhan ajaran-ajaran Islam. Hak-hak asasi itu merupakan seperangkat kondisi dan wilayah kewenangan yang mutlak dibutuhkan manusia untuk menjalankan misinya dalam kehidupan ini. “Sejak kapan kamu memperbudak manusia, padahal ibu-ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan bebas?”, kata Umar Bin Khattab kepada ‘Amru Bin ‘Ash saat puteranya menampar wajah seorang warga Qibthy (Kristen).

Tsabat dan Tathawwur

Tsabat artinya permanen, sedang Tathawwur artinya pertumbuhan. Ciri permanensi adalah turunan dari ciri Rabbaniyyah. Maksudnya adalah bahwa Islam membawa ajaran yang berisi hakikat-hakikat besar yang bersifat tetap dan permanen dan tidak akan pernah berubah dalam semua ruang dan waktu. Hakikat-hakikat itu melampaui batas-batas ruang dan waktu serta bersifat abadi.

“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (QS: 23: 71)

Tawazun

Artinya keseimbangan. Ajaran-ajaran Islam seluruhnya seimbang dan memberi porsi kepada seluruh aspek kehidupan manusia secara proporsional. Tidak ada yang berlebihan atau kekurangan, tidak ada perhatian yang ekstrim terhadap satu aspek dengan mengorbankan aspek yang lain. Karena semua aspek itu adalah satu kesatuan dan menjalankan fungsi yang sama dalam struktur kehidupan manusia. Ada

(7)

keseimbangan antara bagian-bagian yang bersifat fisik (zahir) dan metafisik (gaib) dalam keimanan.

“Dan segala sesuatunya Kami ciptakan dengan kadarnya masing-masing.” (QS 54:49)

“Engkau takkan penah menemukan pada ciptaan Allah Yang Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.” (QS: 67: 3).

Waqi’iyyah

Artinya realisme. Islam diturunkan untuk berinteraksi dengan realitas-realitas obyektif yang nyata-nyata ada sebagaimana ia adanya. Selain itu ajaran-ajarannya didesign sedemikian rupa yang memungkinkannya diterapkan secara nyata dalam kehidupan manusia. Ia bukan nilai-nilai ideal yang enak dibaca tapi tidak dapat diterapkan. Ia merupakan idealisme yang realistis, tapi juga realisme yang idealis.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya….”.(QS: 2: 286.)

Ijabiyyah

Artinya sikap positif dalam menjalani kehidupan sebagai lawan dari pesimisme dan fatalisme. Keimanan bukanlah sesuatu yang beku dan kering yang tidak sanggup menggerakkan manusia. Keimanan adalah sumber tenaga jiwa yang mendorong manusia untuk merealisasikan kebaikan dan kehendak Allah dalam kehidupan ril. Islam memandang bahwa keimanan yang tidak dapat mendorong manusia untuk bekerja mengeksplorasi potensi alam dan potensi dirinya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, adalah keimanan yang negatif dan fatal.

Itulah sebabnya Islam memberi penghargaan besar kepada kerja sebagai bukti sikap positif dan dinamika dalam mengelola kehidupannya. Allah swt berfirman:

“Katakanlah: “Bekerjalah kamu! Nanti Allah akan menyaksikan pekerjaanmu bersama Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman.” (QS: 9:105 ).

(8)

AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH

A. PENDAHULUAN

Bagaikan gadis cantik yang menawan, ASWAJA sering menjadi rebutan dari berbagai faham yang menganggap dirinya yang paling benar dan sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis, dan golongan merekalah yang nantinya masuk surga dan yang lainnya masuk neraka. (dari pandangan riwayat Ibnu majah dari sahabat Mu’awiyah tentang perbedaan kelompok (firqoh) 73 golongan).

Didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD&ART) Muktamar NU ke 27 di Situbondo disebutkan bahwa landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU adalah faham ASWAJA yang diterapkan didalam kondisi kemasyarakatan Indonesia dan landasan tersebut kita sebut dengan Khittoh 1926.

Oleh karena itu Khittoh tersebut adalah Islam Ala Ahlussunah Wal Jama’ah (ASWAJA) maka segenap keluarga NU harus tahu dan faham tentang apa Aswaja itu? agar supaya jangan sampai warga kita itu dikacaukan pengertiannya dalam faham yang lain yang jumlahnya sangat banyak, dan sebagai generasi termuda NU maka IPNU-IPPNU pun harus tahu dan faham tentang Aswaja.

B. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM ASWAJA

1. Pengertian Aswaja

Menurut K.H. Syaifuddin Zuhri pengertian Aswaja adalah segolongan pengikut sunah Nabi Muhammad SAW yang didalam melaksanakan ajaran-ajaran beliau berjalan diatas garis yang dipraktekkan oleh Nabi dan para Sahabat.

Adapun penggunaan istilah Aswaja didalam riwayat Ibnu Majah dari Mu’awiyyah R.A. dari Rasulullah SAW bersabda :

ِ اِ فِ ت

ِ رِ ق

ِ ت

ِ لا

ِ يِ ه

ِ وِ دِ

ِ ع

ِ ىل

ِ ا

ِ ح

ِ د

ى

ِ و

ِ سِ ب

ِ ع

ِ ي

ِ فِ ر

ِ قِ ة

ِ وِ فا

ِ تِ رِ ق

ِ ت

ِ نلا

ِ ص

ِ را

ى

ِ ع

ِ ىل

ِ ثاِ ن

ِ ت

ِ ي

ِ و

ِ سِ ب

ِ ع

ِ ي

ِ فِ ر

ِ قِ ة

ِ وِ اِ ن

ِ ه

ِ ذِ ه

ِ لا

ِ مِ ة

ِ سِ ت

ِ فِ

ت

ِ ق

ِ عِ ل

ى

ِ ث

ِ ل

ِ ث

ِ و

ِ سِ ب

ِ ع

ِ ي

ِ فِ ر

ِ قِ ة

ِ اِ ث

ِ ان

ِ ن

ِ وِ س

ِ بِ عِ

و

ِ ن

ِ ف

ِ نلا

ِ را

ِ وِ و

ِ حا

ِ دِ ة

ِ ف

ِ لاِ ن

ِ ة

ِ اقِ ل

ِ وا

ِ اي

ِ رِ س

ِ وِ ل

ِ الل

ِ ام

ِ هِ ذ

ِ ه

ِ لاِ و

ِ حا

ِ دِ ة

ِ اق

ِ ل

ِ ام

ِ اِ ان

ِ عِ ل ِ ي

ِ ه

ِ لاِ يِ

وِ م

ِ وِِ ا

ِ ص

ِ ح

ِ با

Artinya : “Telah pecah ummat Yahudi menjadi 71 golongan, dan telah pecah ummat

Nasroni 72 golongan, dan ummatku akan pecah menjadi 73 golongan yang 72 golongan masuk neraka dan hanya 1 (satu) yang masuk surga (yang selamat hanya satu) lalu para sahabat bertanya : siapakah yang selamat itu … ? Nabi menjawab : apa yang hari ini aku kerjakan dan para sahabatku.”

(9)

Didalam hadis lain dalam kitab Al-Milal Wan Nihal karangan Syaikh Ahmad Abdul Karim juz 1 hal 13 Nabi Bersabda :

ِ سِ ت

ِ فِ ت

ِ ق

ِ اِ م

ِ ت

ِ عِ ل

ى

ِ ث

ِ ل

ِ ث

ِ و

ِ سِ ب

ِ ع

ِ ي

ِ فِ ر

ِ قِ ة

,

ِ نلا

ِ جا

ِ يِ ة

ِ مِ ن

ِ ها

ِ و

ِ حا

ِ دِ ة

ِ لاو

ِ بِ قا

ِ وِ ن

ِ ه

ِ ل ِ ك

ى

ِ قِ ي

ِ ل

ِ وِ م

ِ ن

ِ نلا

ِ جا

ِ يِ ةِ

؟

ِ ق

ِ لا

ِ اِ ه

ِ ل

ِ سلا

ِ نِ ة

ِ وِ

ِ لا

ِ م

ِ عا

ِ ة

ِ قِ ي

ِ ل

ِ وِ م

ِ ن ِ

اِ ه

ِ ل

ِ سلا

ِ نِ ة

ِ و

ِ لا

ِ م

ِ عا

ِ ة؟

ِ ق

ِ لا

ِ ما

ِ ا

ِ ان

ِ عِ لِ ي

ِ ه

ِ لاِ يِ

وِ م

ِ وِِ ا

ِ ص

ِ ح

ِ با

)

هاور

نبا

هجام

(

ِ

Artinya : “Umatku akan pecah menjadi 73 golongan yang selamat hanya satu firqoh

sedang yang lainnya binasa. Nabi ditanya : Siapakah yang selamat itu… ? Nabi menjawab : Ahlussunah Wal Jama’ah, Nabi ditanya lagi : Siapakah Ahlussunah Wal Jama’ah itu … ? Nabi menjawab : Apa yang aku dan sahabatku pegang”. (HR. Ibnu Majah)

2. Dasar Hukum Aswaja

Ahlussunah Wal Jama’ah (ASWAJA) didalam mengambil hukum menggunakan dasar Al-qur’an dan AL-Hadis disamping itu juga menggunakan Ijma’Qiyas.

1. Al-Qur’an adalah merupakan dasar hukum yang paling kuat di dalam Islam sebelum tiga dasar yang lain (Surat An-Nisa’:105)

الله كارا امب سانلا نيب مكحتل قحلاب باتكلا كيلإ انلزنأ انا

Artinya : “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan

membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepada.(Q.S. An-Nisa : 105)

2. Al-Hadis adalah dasar hukum kedua setelah Al-Qur’an, bila didalam AL-qur’an tidak secara tegas disebutkan maka hadis yang menjelaskan. Contoh: dalam AL-Qur’an disebutkan kewajiban sholat dan mengeluarkan zakat, namun jumlah rekaat dan kewajiban pengeluaran zakat berapa nishobnya tidak dijelaskan secara detail maka hadist Nabi yang menjelaskan tentang penjabaran tersebut.

3. Ijma’ (kesepakatan para ulama) ketika dicari dari AL-qur’an dan Al-Hadis tentang hukum ternyata tidak ada, maka kita dapat menggunakan dasar hukum yang ketiga yaitu Ijma’. Contoh : pada zaman Khalifah Utsman tentang penambahan Adzan Tsani (adzan kedua) yang dikumandangkan sebelum melakukan sholat Jum’at Qobliyatul Jum’ah, oleh karena kesepakatan para sehabat pada waktu itu dan kebijakan Khalifah Utsman serta diikuti oleh sahabat lain dan tidak ada yang menentangnya maka dilaksanakanlah Ijma tersebut (Ijma’ Shohabi).

(10)

4. Qiyas (menyamakan hukum sesuatu masalah yang belum diketahui hukumnya dan masalah lain yang sudah diketahui, karena ada kesamaan illat yang mendasar penentuan hukum) contoh : menqiyaskan tuak dengan khomer karena tuak itu haram seperti hukumnya khomer, penentuan hukum tersebut didasarkan pada Q.S. An-Nisa’ ayat 59.

ءيش يف متعزانت ناف

ج

مكنمرملاا ىلواو لوسرلا اوعيطاو الله اوعيطا اونما نيذلااهياي

: ءاسنلا( . رخلاا مويلاو للهاب ن ونمؤت متنك نا لوسرلاو الله ىلا هودرف

59

)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah dan Rasulnya

dan Ulil Amri diantara kami, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-qur’an) dan rasulnya (Assunah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Qiyamat."

C. ASWAJA DILIHAT DARI ASPEK PARA PENGIKUTNYA

Adapun ciri-ciri pengikut Aswaja (“alamat Ahlussunah Wal Jama’ah “) antara lain :

1. Sholat 5 waktu dengan berjama’ah.

2. Tidak menilai salah satu sahabat dengan penilaian negatif.

3. Tidak memberontak pemerintahan yang sah.

4. Tidak ragu keimanannya (iman yang mantap).

5. Beriman kepada qodlo’ dan qodar yang baik maupun yang buruk dari Allah SWT.

6. Tidak menentang ketentuan agama Allah.

7. Tidak mengkufurkan orang islam.

8. Tidak meninggalkan sholat atas orang yang mati dalam keadaan Islam.

9. Membasuh khuffain (semacam sepatu) pada waktu wudlu sebagai pengganti

membasuh kaki pada waktu bepergian.

10. Mau melakukan sholat berjama’ah dibelakang imam yang baik.

D. GOLONGAN YANG TIDAK TERMASUK ASWAJA

1. Golongan Mu’tazilah.

Didirikan oleh Wasil Bin Atto’ mereka berpendapat :

a. Allah tidak mempunyai sifat.

b. Manusia itu dapat menciptakan amal perbuatan.

c. Ukuran baik buruk ditentukan oleh akal.

d. Allah wajib memberi pahala orang yang taat.

(11)

2. Golongan Syi’ah

Adalah golongan yang mengkultuskan / mendewa-dewakan S. Ali Bin Abi Thalib. Golongan Syi’ah didirikan oleh Abdulah Bin Saba’.

Mereka berpendapat :

a. S. Ali Bin Abi Thalib adalah Tuhan / rasul.

b. Kawin kontrak itu diperbolehkan.

c. Para nabi & para pemimpin adalah ma”shum.

d. S. Abu Bakar, Umar Bin Khotob, Utsman Bin Affan telah merebut dan merampas

hak kholifah yang semestinya dipegang S. Ali Bin Abi Thalib.

3. Golongan Khowarij

Adalah golongan yang sangat membenci S. Ali Bin Abi Thalib. Golongan khowarij didirikan oleh Nafi’ bin Arzaq mereka mengajarkan beberapa faham diantara ajarannya adalah :

a. Semua dosa adalah besar dan orang yang berdosa besar adalah kafir.

b. Semua orang yang tidak mengikuti ajarannya dianggap kafir.

c. Menghilangkan hukum rajam bagi orang yang berzina.

d. Mengkufurkan S. Ali Bin Abi Thalib, S. Tholhah, S. Zubair, Siti Aisyah, S. Abdullah

bin Abbas dll.

e. Mengingkari S. Yusuf dan Al-Qur’an.

4. Golongan Murji’ah

Didirikan oleh : Jahm bin Sofwan. Mereka mengajarkan dengan ajaran :

a. Rukun iman itu hanya dua yakni mengenal Allah dan Rasulnya.

b. Orang yang sudah mengenal Allah dan rasulnya maka berbuat maksiat atau dosa

itu tidak dilarang.

5. Golongan Najjariyah

Didirikan oleh Muhammad Bin Husain An – Najjar diantara ajarannya adalah :

a. Allah tidak mempunyai sifat.

b. Orang yang berbuat dosa itu masuk neraka. Karena syafa’at dan ampunan Allah

itu tidak ada.

6. Golongan Jabbariyah

Didirikan oleh Lahalut Al-“Asham dan Jhem bin Sofwan. Diantara ajarannya adalah :

a. Tidak ada gunanya ikhtiar bagi mahluq segalanya tergantung kepada Allah SWT.

b. Manusia tidak mempunyai daya untuk mencipta baik/buruk.

c. Iman cukup didalam hati dan tidak usah diikhtiarkan dengan lesan (ucapan)

(12)

Adalah golongan yang menyamakan Allah dengan mahluq, didirikan oleh Ibnu Taimiyyah diantara ajarannya adalah :

a. Allah mempunyai tangan, kaki, hidung, mata dll seperti halnya mahluq.

b. Allah itu bertempat dilangit.

Oleh karena itu jika kita uraikan hal diatas apabila kita hubungkan dengan hadis Nabi SAW. bahwa golonganku akan pecah menjadi 73 golongan (firqoh) dengan

perincian sbb :

1. Golongan Mu’tazilah 20 Firqoh.

2. Golongan Syi’ah 22 Firqoh.

3. Golongan Khowarij 20 Firqoh.

4. Golongan Murji’ah 5 Firqoh.

5. Golongan Najjariyah 3 Firqoh.

6. Golongan Musabbihah / Mujassimah 1 Firqoh.

7. Golongan Jabbariyah 1 Firqoh.

8. Golongan Ahlussunah Wal Jama’ah 1 Firqoh

Jumlah 73 Firqoh

E. ASWAJA PERSPEKTIF HISTORIS

Dilihat dari Prinsip dan Sikap penganut Aswaja

1. Masa Rasulullah

Pada masa itu umat Islam adalah ummat yang satu dan tidak ada perselisihan dalam aqidah dan amalan. Hal ini karena masih adanya wahyu (Al-Qur’an) dan Nabi masih ada sebagai sumber hukum langsung dapat ditanyakan kepada Beliau.

2. Masa Khulafaur Rosyidin

Ketika Rasulullah wafat hari Senin 13 R. Awwal 11 H / 632 M, maka kosonglah kepemimpinan umat Islam. Maka diadakan musyawarah untuk mufakat (sikap tawasut, tawazun dan tasamuh) karena dari masing-masing golongan mengusulkan calon pemimpin mereka seperti dari golongan Anshor: Sa’ad bin Ubadah dari golongan Muhajirin : Abu Bakar Ash-Shidiq, dan dari golongan Bani Hasyim : Ali Bin Abi Thalib. Dan setelah terjadi perdebatan yang sangat panjang hingga akhirnya terjadi kesepakatan S. Abu Bakar Ash-Shidiq menjadi Khalifah yang pertama dan dibaiat pada tanggal 13 Ra. Awwal 11 H / 632 M. Inilah awal perselisihan diantara para sahabat, tapi perselisihan zaman kholifah Abu Bakar hanya bersifat untuk membela orang-orang kaya dan kelompok. Seperti para nabi Palsu dan orang –orang yang tidak mau membayar zakat. Orang-orang tersebut adalah :

A. Musailamah Al – Khadzab dari Bani Hanifah.

(13)

C. Aswad Al – Ansi dari Yaman.

D. Saj’ah Tamimiyah dari Tamim.

Setelah menjadi khalifah 2 tahun 3 bulan, maka wafatlah S. Abu Bakar dalam usia 63 tahun. Kemudian diangkatlah S. Umar Bin Khottob sebagai kholifah kedua pada tahun 13 H / 634 M, pada masa ini tidak nampak peselisihan dan perpecahan kecuali perselisihan dari orang-orang yang tidak diakui kebenarannya karena tidak berstandart dalil-dalil yang Shohih.

Sehingga pemerintahan S. Umar yang hanya 10 tahun 6 bulan 4 hari mampu memperluas Islam sampai daerah Syiria, Palestina, Irak, Persia & Mesir.

Ketika S. Umar sakit dan mendekati ajalnya (akibat tusukan Abu Lu’lu’ah 6 kali) beliau menunjuk S. Utsman bin Affan , S. Ali bin Abi Tholib, S. Zubair bin Awwam , S. Sa’ad bin Abi Waqos, S. Abdur Rohman bin Auf dan S. Tolhah bin Ubaidillah untuk bermusyawarah memilih kholifah ketiga dan terpilih S. Utsman bin Affan menjadi khalifah pada tahun 23 H / 644 menggantikan S. Umar (meninggal usia 63 tahun).

Pada masa ini mulai bermunculan perbedaan pendapat karena sistem pemerintahan menggunakan sistem famili, walaupun masih tetap mempertimbangkan kemampuan dan skill serta profesionalisme baik dalam kemampuan bidang agama maupun pemerintahan. Pada tahun 35 H/ 656 M S. Utsman meninggal akibat perpecahan umat Islam dan akibat dari orang-orang yang tidak menyukai sistem yang beliau terapkan.

Setelah S. Utsman Wafat dalam usia 72 tahun dan menjadi kholifah selama 12 tahun, maka terjadilah kekacauan di Madinah selama 5 hari, kemudian S. Abdullah bin Saba’ (pemimpin Mesir) menunjuk S. Ali bin Ali Tholib sebagai kholifah keempat oleh karena itu pada tanggal 23 juni 656 M / 35 H, S. Ali bin Abi Thallib disumpah menjadi kholifah menggantikan Utsman, pada masa ini umat Islam pecah menjadi 3 golongan :

a. Golongan yang mendukung dan mengasihi S. Ali bin abi Thalib : SYI’AH.

b. Golongan yang merusak dan membantai S. Ali bin Abi Thalib : KHOWARIJ

c. Golongan acuh / apriori terhadap S. Ali bin Abi Thalib.

Dari kelompok yang mendukung S. Ali pecah menjadi dua golongan.

a. Golongan yang menuntut agar Ali menindak pembunuh Utsman.

b. Golongan yang menuntut agar menenangkan keadaan setelah keadaan tenang

baru menindak pembunuh Utsman.

Perselisihan yang tidak dapat dicari titik temu akhirnya menjadi peperangan antara pendukung S. Ali dengan pendukung Utsman yang dipimpin S. Mu’awiyyah bin abi Sofyan yang berakhir pengakuan S. Mu’awiyyah sebagai pengganti S. Ali bin Abi Thalib.

(14)

S. Ali bin Abi Thalib memerintah selama 4 tahun 9 bulan, banyak umat Islam menjadi pecah beberapa golongan, hal ini disebabkan karena faktor semakin banyaknya umat Islam yang sampai kepenjuru dunia dan semakin banyaknya pemahaman didalam mengartikan / mentafsir kan Al-qur’an dan Hadist Nabi.

3. Masa Tabi’in

Setelah terjadi perpecahan yang banyak dianara beberapa golongan yang dinilai oleh sekelomok orang banyak menyimpang maka timbul golongan yang mengaku ada beberapa kebenaran. 1. Golongan Mu’tazilah dan 2. Golongan Jabbariyah.

Pada masa itu muncul reaksi terhadap ajaran Mu’tazilah dan Jabbariyah yaitu semenjak Imam Al-Asy’ari memisahkan diri dari ajaran Al-Juba’i (guru sekaligus ayah tiri) seorang guru besar Mu’tazilah yang mengajarkan bahwa manusia itu mempunyai kekuatan dari dalam dirinya, Allah hanya berbuat baik dan bagus dll.

Pemikiran baru yang dikemukakan oleh Imam Al-Asy’ari yang kemudian disempurnakan Imam Al-Maturidi dan inilah yang kemudian menjadi pijakan para pengikutnya hingga kini yang disebut dengan ASWAJA.

Pendapat-pendapat imam Mujtahid inilah yang menjadi rumusan kalau dalam bidang :

a. Fiqih mengikuti salah satu madzab 4 (empat)

b. Tauhid mengikuti salah satu Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi.

c. Tasawwuf mengikuti rumusan imam Al-Junaidi.

4. Akhir Abad ke 7 H

Pada tahun 671 lahir seorang tokoh bernama Ibnu Taimiyyah yang mengajarkan pendapat-pendapat yang menyimpang diantaranya :

a. Ziarah ke Makam Nabi adalah Ma’siyat.

b. Menyatakan talak / cerai sekaligus tiga kali tidak jadi talak tiga.

Ibn Taimiyyah akhirnya dipenjara dan meninggal dipenjara tahun 728 M, namun ajarannya secara diam-diam diajarkan oleh para pengikutnya.

5. Pertengahan Abad 12 H

Pada tahun 111 M lahir seorang tokoh Wahabby yaitu Muhammad bin Abdul Wahab. Dia menganut ajaran Ibnu Taimiyah bahkan ditambah dengan pendapat-pendapatnya sendiri antara lain :

a. Menetapkan anggota tubuh bagi Allah. b. Allah berada pada ruang dan gerak. c. Tidak boleh ta’qid kepada madzab 4.

d. Mengharamkan tawasul dan mengharamkan ziarah kubur.

6. Masa Wali Songo (Abad 14 – 16)

Pada Tahun 1404 M datang seorang Ulama bernama Syekh Maulana Malik Ibrohim / Syekh Maghribi yang berasal dari Turki (riwayat lain dari Gujarat)

(15)

menyebarkan Islam ditanah Jawa tepatnya di Gresik. Setelah mempunyai pengikut cukup banyak beliau mendirikan pondok pesantren dan masjid.

Konon kabarnya beliau mendapat bantuan dari raja cermain dalam membangun dan mendirikan Pon.Pes di Gresik. S. Maulana Malik Ibrohim (S. Gresik) itu tidak hanya ahli dalam bidang agama saja, beliau juga ahli dalam bidang perekonomian. Ini terbukti peningkatan ekonomi pertanian sangat maju di Gresik.

Pada tahun 1401 M lahir seorang putra bernama R. Rahmatullah (Sunan Ampel) di negeri Cempa.

Salah satu ajarannya yang terkenal adalah Falsafah “ MOLIMO “ yaitu :

1. Emoh main (tidak mau judi)

2. Emoh ngumbe (tidak mau minum yang memabukkan)

3. Emoh madat (tidak mau minum/menghisap candu/narkoba) (Q.S. Al-Maidah 90)

مكلعل هوبنتجاف ناطيشلا لمع نم سر ملازلااو باصنلاو رسيملاو رمخلامنا اونمأ نيذلااهيأ اي .نوحلفت

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, judi

berhala, dan undian-undian itu semua keji dan perbuatan syaitan, maka jauhilah olehmu, supaya kamu beruntung. (S.Q. Al-Maidah 90)

4. Emoh maling

Artinya : “ Jika umatku tidak berbuat korupsi, maka tidak ada musuh yang dapat

mengalahkan untuk selamanya. (H.R. Ath- Thabrani)

5. Emoh madon اوبرقتلا انزلا هنا اناك ةشحاف أسو لايبس

Artinya : “ Dan janganlah kamu mendekati Zina, sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “.

Dari sejarah walisongo tiga yang terkenal dengan sebutan orang yang keras didalam mengambil hukum dan tidak mau kompromi dengan adat istiadat, animisme dan dinamisme beliau adalah : S. Ampel, Derajat dan Giri.

Sedangkan sunan Bonang, Kalijaga, Gunung Jati, Kudus, dan Muria didalam menyiarkan agama Islam masih menerima adat setempat, tapi berusaha mengikis adat istiadat yang bertentangan dengan agama Islam sementara adat yang sulit dihilangkan sementara dibiarkan agar tidak terjadi usaha kekerasan didalam penyebaran Islam.

(16)

Secara singkat peranan Wali Songo didalam menyebarkan agama Islam di Indonesia itu sangat toleran terhadap perbedaan pandang (tasamuh) asal tidak menyimpang dari koridor islam itu sendiri.

Adapun ajaran walisongo yang sampai sekarang diantaranya adalah :

1. Tahlil mulai 3 hari, 7, 40, 100, mendak I, II, III dan 1000 hari.

2. Ziarah kubur (S. Giri ziarah pada makam ibunya Puri Sekar dadu di Blabangan)

3. Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam dengan berbagai acara (S.Kalijogo

mengadakan Gong Sekaten dan Grebeg maulud pada malam 12 Robi'ul Awwal)

4. Tarawih 20 rekaat.

5. Adzan jum’ah 2 kali.

6. Sholat shubuh memakai qunut.

7. Tawassul dan tabarruk dengan berbagai cara.

8. Sedekah sebelum hajatan.

9. Membaca kitab al – barjanji, manaqib dan lain-lain.

F. BEBERAPA AJARAN KEIMANAN ASWAJA

1. Orang yang meyakini dengan hatinya dan menyatakan dengan lesannya (membaca

Syahadatain) dan konsekwen menjalankan ajaran agama, keimanan yang seperti itu adalah keimanan yang sempurna dan langsung masuk surga.

2. Orang yang meyakini dengan hatinya dan menyatakan dengan lesannya (membaca

syahadatain) belum melaksanakan seluruh ajaran agama dan sering melakukan dosa besar. Orang seperti ini bisa masuk surga setelah dimasukkan neraka dan keimanan seperti ini belum sempurna.

3. Orang yang meyakini dengan hatinya, lesannya membaca syahadat, tapi sama sekali

tidak mengamalkan ajaran agama imannya termasuk iman yang ringan.

4. Orang yang meyakini dengan hatinya, tapi belum pernah membaca syahadatain juga

tidak mengamalkan ajaran agama. Iman seperti ini adalah keimanan yang paling rendah derajatnya.

5. Sifat Allah maha Esa menurut ASWAJA. Allah itu Esa (tunggal) Dzat – Nya,

sifat-sifat-Nya dan Esa dalam perbuatannya.

ِ ل

ِ يِ لِ د

ِ وِ ل

ِ يِ وِ ل

ِ د

6. Allah itu Esa tidak beranak dan diperanakkan.

7. Orang yang hatinya tidak meyakini, tapi membaca syahadatain dan tidak

melaksanakan ajaran agama ia disebut munafiq.

- Didunia kita perlakukan sebagai adanya (menurut pengakuannya)

(17)

ِ اِ ن

ِ لاِ م

ِ انِ ف

ِ ق

ِ ي

ِ ف

ِ دلا

ِ رِ ك

ِ لا

ِ سِ ف

ِ ل

ِ م

ِ ن

ِ نلا

ِ را

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu ditempatkan yang paling rendah

dari neraka“.

G. P E N U T U P

Karena zaman semakin akhir, maka gejala-gejala pendangkalan nilai dan norma agama terutama dalam aspek Aqidah makin tampak, ditambah lagi kecanggihan media baik elektronik maupun mess media. Oleh karena itu tiada alternatif lain bagi kita (generasi Muda NU) untuk memperdalam ilmu dibidang Aqidah tersebut agar kita tidak terbawa kedalam ajaran yang sesat.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan kepada kita bersama didalam langkah dan perjuangan menegakkan agama Islam Ala Ahlussunah Wal jama’ah. Amin.

Referensi

1. DEPAG RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan

Pentafsir Al-Qur’an, 1971

2. A. Zainuddin, S.Ag dan M Jamhari, S.Ag, Al-Islam Aqidah & Ibadah, CV. Pustaka Setia,

1999

3. Baedlowi Syamsuri, Kisah Walisonggo, Apollo, Surabaya, 1995

4. Syekh Umar Abdul Jabbar, Khulashoh Nurul Yaqin Juz 2 & 3.

5. K.H. M. Sya’roni Ahmadi, Al-Faroidus Saniyah, 1922

(18)

“ Ke NU an”

A. PENDAHULUAN

Ke-NU-an adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan NU.Materi ke-NU-an dimaksudkan sebagai suatu materi yang membahas tentang masalah yang ada hubungannya dengan Nahdlatul Ulama’.

Baik mengenai pengertiannya, dasar dan tujuannya, sejarah perjuangannya maupun struktur organisasi.

NU adalah kepanjangan dari Nahdlatul Ulama yang secara harfiah artinya Kebangkitan Ulama. Pada hakekatnya Nahdlatul Ulama adalah organisasi umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang tetap teguh setia mengikuti dan memegang teguh segala apa yang datang dari Nabi Muhammad Saw baik berupa sabda, tindakan maupun ketetapan nabi, dan memegang teguh kepada segala yang datang dari sahabat-sahabatnya.

Ahlussunnah Wal Jama’ah landasan dasar/hukum berpedoman kepada Kitabullah AL-qur’an, Sunnah Nabi ( Hadis ), Ijma’ dan Qiyas.

Dalam masalah aqidah, Ahlussunnah Wal Jama’ah mengikuti Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi, dibidang Fiqh mengikuti salah satu Madzhab empat yaitu : Imam Hanafi,Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, sedang dibidang tasawuf mengikuti Imam Abul Qosim Al Junaidi dan Imam Ghozali.

B. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA NU

Secara formal NU lahir pada Tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan Tanggal 31 Januari 1926 M di Surabaya. Namun pada hakekatnya ajaran yang dianut dan diperjuangkan oleh NU ini telah bersamaan dengan masuknya agama Islam di Indonesia.

Jika KH. Hasyim Asy’ari dikatakan sebagai pendiri NU, maka KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah sebagai orang yang mewujudkan gerakan tersebut menjadi suatu organisasi. Sepulang dari belajar di Makkah, KH. Abdul Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathon (1916) di Surabaya. Organisasi ini bergerak pada bidang kepemudaan dan pada tahun 1924 di Surabaya sedang bergejolak perjuangan politik melawan Belanda, disamping itu disana sini sedang membaranya masalah khilafiyah dikalangan umat. KH. Abdul Wahab Hasbullah sering terlibat dalam perdebatan sengit dengan ulama islam yang terkenal pada waktu itu untuk mencapai titik penyelesaiannya.

(19)

Sehubungan dengan pergolakan di Arab Saudi, maka KH. Abdul Wahab Hasbullah membentuk komite Hijaz yang merupakan delegasi untuk menghadap Raja Ibnu Sa’ud guna membicarakan masalah tersebut. Komite Hijaz inilah yang mengilhami berdirinya NU karena pertemuan yang diadakan pada tanggal 16 Rajab 1344 itu memutuskan dua macam keputusan :

1. Mengirim utusan ulama Indonesia ke Kongres dunia islam dengan memperjuangkan

hukum ibadah berdasarkan madzhab empat.

2. membentuk organisasi (Jam’iyyah) yang akan mengirimkan utusan tersebut atas usul

KH. Alwi Abdul Azis yang diberi nama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Adapun nama ulama yang hadir pada waktu itu antara lain :

1. KH. Hasyim Asy’ari : Jombang.

2. KH. Bisyri Samsyuri : Jombang.

3. KH. Ridlwan : Semarang.

4. KH. Abdul Wahab Hasbullah : Surabaya.

5. KH. Nahrowi : Malang.

6. KH. Raden Asnawi : Kudus.

7. KH. Raden Hambali : Kudus.

8. KH. Nawawi : Pasuruan.

9. KH. Kholil : Bangkalan.

C. SEJARAH PERJUANGAN NAHDLATUL ULAMA

1. Pada masa penjajahan Belanda sikap NU adalah tidak mau bekerja sama dengan

Belanda. Untuk menanamkan rasa benci terhadap penjajah, maka para Ulama mengharamkan sesuatu yang berbau Belanda (Contoh : Pakai Celana, Dasi dll)

2. Meskipun pada zaman Belanda tidak merupakan partai politik akan tetapi lapangan

usahanya yang tidak hanya di bidang sosial keagamaan saja, namun international.

3. Dalam melaksanakan dan mencerdaskan bangsa, sejak berdirinya NU telah

mendirikan Pondok Pesantren, Madrasah yang tersebar luas diseluruh cabang-cabang di Indonesia.

4. Dalam melaksanakan usahyanya, NU selalu menempuh cara-cara ayang lazim

dalam ajaran Islam yaitu : Musyawarah, Demokrasi.

5. Setiap usaha untuk mempersatukan umat Islam, NU aktif mempelopori acara

tersebut dengan segala upaya untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah.

6. Pada zaman penjajahan Jepang karena gigihnya melawan penjajah, NU termasuk

(20)

7. Menjelang masa Kemerdekaan, NU ikut aktif dalam BPUPKI, bahkan KH.Wahid Hasyim ikut aktif dalam mempelopori sebagai panitia perumus UUD1945 dan Pancasila.

8. Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda masih tetap aktif ingin menjajah kembali

bangsa Indonesia, waktu itu Belanda mendaratkan tentaranya di Surabaya dengan berkedok sekutu maka NU tampil kedepan dengan pandangan Resolusi Jihadnya pada tanggal 22 Oktober 1945 yang menyatakan Fardlu ‘ain hukumnya jihad melawan kafir Belanda, sehingga mampu menggerakkan arek-arek Surabaya itu pada tanggal 10 Nopember 1945 melawan Belanda.

9. Sejak terbentuknya kabinat Syahrir Ketiga ( 1946 ) sampai dengan kabinet

Pembangunan Pertama 1973, NU selalu diberi kepercayaan jabatan sebagai Menteri – menteri.

10. Ketika terjadi affair Madiun (PKI) 1948, dengan laskar Hizbullah dan dibawah

pimpinan Zaenul Arifin dan Sabilillah dipimpin KH. Masykur turut aktif menumpas PKI.

11. Sejak tahun 1952 NU menjelma sebagai partai politik dan peranan NU semakin

nyata dalam segala aktifitasnya yang bersifat politis kenegaraan maupun sosial kemasyarakatan.

12. Pada waktu terjadi G.30 S PKI, NU tampil sebagai pelopor yang pertama untuk

menuntut pada pemerintah/presiden agar PKI dan Banomnya dibubarkan (oktober 1965)

13. Didalam menumpas PKI dan penumbangan ORLA, manunggalnya ABRI bersama

rakyat NU sangat menentukan. Pada waktu itu H. Subhan ZE menjadi ketua aksi penggayangan gestapu.GP.Ansor/Banser tampil terdepan dalam penggayangan tersebut.

14. Pelajar dan mahasiswa NU turut ambil bagian terdepan dalam melaksanakan aksi

penumbangan Orla dan Menegakkan Orba.

15. Setelah adanya penyederhanaan partai 1975 dimana partai-partai Islam berfusi ke

dalam wadah Partai Persatuan Pembangunan maka NU menyatakan menjadi Jam’iyyah sebagai kelahirannya 1926.

16. Didalam masa pembangunan ini, partisipasi NU dalam negara dan bangsa digarap

melalui bidang-bidang pokok :

a. Bidang da’wah dan penyiaran agama.

b. Bidang ekonomi dan pembangunan.

(21)

D. ASAS / AQIDAH, TUJUAN DAN LAMBANG NU

Aqidah : Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyyah Diniyah Islamiyah beraqidah/berasas

Islam menurut Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menganut salah satu

dari madzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.

Asas : Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara, Nahdlatul Ulama Berpedoman Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan Dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia.

Tujuan : Berlakuanya ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah dan mengikuti salah satu madzhab 4 ditengah-tengah kehidupan masyarakat didalam wadah Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Lambang : NU mempunyai lambang berupa gambar bola diikat dengan tali, dilingkari oleh lima bintang diatas garis khatulistiwa, sehingga seluruhnya berjumlah sembilan bintang, serta terdapat tulisan Nahdlatul Ulama dengan huruf Arab yang melintang bola dunia dan menelusuri garis khatulistiwa. Lambang tersebut diciptakan oleh KH. RIDLWAN ABDULLAH, dilukis dengan warna putih diatas warna hijau.

1. Gambar bola dunia melambangkan bumi tempat kita hidup, berjuang dan beramal. Disamping itu, mengingatkan bahwa asal kejadian manusia adalah dari tanah dan kelak akan kembali ke tanah.

(22)

2. Dalam gambar bola dunia terdapat peta negara Indonesia yang berarti Nahdlatul Ulama didirikan di Indonesia dan berjuang untuk kejayaan negara Republik Indonesia.

3. Gambar tali tersimpul melambangkan persatuan yang kokoh. Dua ikatan dibawahnya melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan antara sesama manusia. Jumlah untaiannya ada 99 buah yang melambangkan Ahlussunnah wal Jamaah.

4. Gambar bintang paling besar melambangkan kepemimpinan Nabi Muhammad saw. Empat bintang diatas garis khatulistiwa melambangkan kepemimpinan Khulafaur Rasyidin.(Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib) Adapun empat bintang di bawah garis khatulistiwa melambangkan empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali). Jumlah bintang seluruhnya adalah Sembilan buah yang melambangkan wali songo sebagai penyebar Islam di Indonesia.

5. Tulisan Nahdlatul Ulama merupakan nama organisasi yang berarti “kebangkitan ulama”.

6. Warna dasar hijau melambangkan kesuburan tanah air Indonesia. Sedangkan warna putih untuk gambar dan tulisan melambangkan niat dalam perjuangan.

E. STRUKTUR ORGANISASI

1. Kepengurusan NU terdiri dari Musytasyar, Suriyah, Tanfidliyah.

2. Mustasyar adalah pembina, pembimbing, penasehat kegiatan NU.

3. Syuriah merupakan berfungsi sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan penentu

kebijakan Jam’iyyah yang berlaku.

4. Tanfidliyah merupakan pelaksana sehari-hari kegiatan NU.

5. Mustasyar dibentuk hanya untuk tingkatan pengurus Besar, Wilayah dan Cabang.

6. Hak dan kewajiban syuriah dan Tanfidliyah diatur dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga.

F. PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN ULAMA DALAM NU

Jam’iyyah Nahdlatul Ulama adalah merupakan kumpulan para ulama yang bangkit dan membangkitkan pengikut-pengikutnya untuk dapat mengamalkan syariat Islam Ahlusunnah Wal jama’ah.

Kedudukan Ulama didalam NU menempati posisi sentral yaitu :

1. Ulama sebagai pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

2. Ulama sebagai Pengelola Nahdlatul Ulama.

(23)

4. Ulama sebagai panutan dan contoh tauladan bagi seluruh warga Nahdlatul Ulama dan kaum Muslimin khususnya.

Itulah sebabnya, maka antara NU dan Ulama tidak dapat dipisah-pisahkan, artinya saling membesarkan, saling mengambil dan memberi manfaat. Nahdlatul Ulama tanpa Ulama akan gersang tidak ada artinya sama sekali, dan Ulama yang keluar dari Nahdlatul Ulama berkurang bahkan hilang kemanfaatannya bagi masyarakat Islam Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Dengan demikian posisi Ulama dan peranannya didalam Nahdlatul Ulama sangat penting, oleh karenanya secara organisatoris Ulama didalam NU disediakan lembaga khusus yang dinamakan “Lembaga Syuriah”.

Lembaga ini berfungsi sebagai pengelola, pengendali, Pengawas dan penentu semua kebijaksanaan dalam Nahdlatul Ulama, sehingga dapatlah dikatakan dan memang demikian kenyataannya, bahwa Ulama dan Nahdlatul Ulama merupakan tiang penyangga utama atau soko guru.

Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan, karena Jam’iyyah NU merupakan wadah untuk mempersatukan diri. Disamping itu NU juga merupakan wadah untuk menyatukan langkah. Dalam rangka usaha melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal jama’ah.

Merupakan kenyataan sejarah yang tidak bisa dibantah, bahwa keberadaan Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan umat Islam dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan umat Islam di Indonesia, semenjak masuknya sampai sekarang.

Referensi :

Kebangkitan Islam dan Peranan NU di Indonesia,PT Bina Ilmu,Surabaya.

Vis a Vis NU, LKIS,jakarta 2002

Pelajaran Ke-NU-an Madrasah Aliyah

Di dunia ini tiada tempat untuk berhenti, Sikap lamban berarti mati, Siapa yang berjuang, dialah yang menang,

Siapa yang berhenti sesaatpun, pasti akan tergilas.

(24)

Ke – IPNU – an dan Ke – IPPNU – an

A. PENDAHULUAN

IPNU - IPPNU sebagai organisasi keagamaan yang berhaluan Islam Ahlussunah Waljamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi.

Oleh karenanya menjadi kewajiban setiap warga IPNU - IPPNU untuk terus mempelajari perubahan itu, mengkajinya kemudian mencoba untuk mengantisipasinya. Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila warganya juga senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang melatarbelakangi kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini dari masa ke masa. Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk menentukan langkah dan alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan saran untuk terus menyebarluaskan IPNU - IPPNU sekaligus wadah generasi muda NU untuk menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah.

B. SEJARAH KELAHIRAN IPNU DAN IPPNU

Ketika NU dilahirkan pada tahun 1926 adalah sebagai reaksi spontan terjadinya penyimpangan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah di dalam negeri dan dunia internasional, hal ini mendapat sambutan dan dukungan luar biasa dari berbagai komunitas, baik tua maupun muda, terpelajar maupun awam. Terbukti dengan munculnya berbagai organisasi pelajar dan santri di berbagai pelosok negeri, tahun 1936 di Surabaya berdiri Tsamrotul Mustafidin dan PERSANO (Persatuan Nahdlatul Oelama’) di Malang. Pada tahun 1941 berdiri PAMNO (Persatuan Anak Murid Nahdlatul Oelama’), dan tahun 1945 berdiri Ikatan Murid Nahdlatul Oelama’ (IMNO), tahun 1946 di Sumbawa berdiri Idjtimaut Tolabah Nahdlatul Oelama’ (ITNO), dan masih banyak organisasi yang bermuatan lokal.

Pergerakan tumbuhnya organisasi tersebut nampak menggeliat pada tahun lima puluhan, dengan berdirinya beberapa organisasi pelajar di tingkat lokal seperti IKSIMNO (Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlatul Oelama’) tahun 1952 di Semarang, PERSENO (persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama’) 13 Juni 1953 di Kediri, IPINO (Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Oelama) 27 Desember 1953 di Surakarta, dll.

Meskipun pendirian berbagai organisasi lokal tersebut atas inisiatif dan kreatifitas sendiri namun pada dasarnya mereka berpijak pada satu keyakinan untuk menegakkan Dien Al Islam Ahlussunah Wal Jama’ah. Kesamaan itulah yang

(25)

kemudian mendorong didirikannya organisasi pelajar dan santri di tingkat nasional.

Tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H bertepatan dengan tanggal 24 Pebruari 1954 M, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) secara resmi dibentuk melalui persidangan Konbes Ma’arif NU pelopornya antara lain : M. Sofyan, Cholil, mustahal, Achmad Masjhub dan A. Ghani Farida M. Uda. Sebagai ketua umum disepakati Mochamad Tolchah Mansur.

Tanggal 28 Pebruari 1955 IPNU melaksanakan Konggres yang pertama di Malang Jawa Timur. Dalam forum ini diundang beberapa tokoh pelajar, santri, dan mahasiswa putri. Dari sinilah muncul gagasan untuk mendirikan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Tanggal 8 Rajab 1374 H / 2 Maret 1955 M IPPNU secara resmi didirikan di Solo, dan dipilih Umroh Mahfudhoh sebagai ketua umumnya.

Status organisasi IPNU dan IPPNU semula menjadi anak asuh LP. Ma’arif NU dan sejak tanggal 30 Agustus 1960 (Konggres IPNU VI dan IPPNU V). Status keduanya menjadi salah satu Badan Otonom NU yang tercantum dalam Anggaran Dasar ( AD ) NU pasal 13 ayat 4.

C. DINAMIKA PERKEMBANGAN IPNU - IPPNU

1. Kondisi IPNU - IPPNU sebelum khithoh NU

Sebagai salah satu badan otonom NU, perkembangan IPNU - IPPNU tidak terlepas dari keberadaan NU, pada saat NU berstatus parpol tahun 1955 yang juga merupakan tahun-tahun perkembangan awal IPNU - IPPNU ternyata belum begitu banyak berkembang karena senantiasa bergelut dengan permasalahan politik praktis, sehingga yang terjadi prioritas IPNU-IPPNU perhatian adalah masalah perkembangan kuantitas bukan kualitas dan iklim yang berkurang sehat ternyata telah juga mempengaruhi perkembangannya, dan tragisnya banyak kader IPNU - IPPNU harus memakai baju lain dan kurang leluasa memakai identitas NU dalam gerak sosial dalam masyarakat.

Hal ini lah yang kemudian juga melatar belakangi berdirinya PMII. Ketika soekarno berkuasa dan merekrut NU dalam sistem NASAKOM (Nasional Agama dan Komunis) dalam kabinetnya, tak urung sikap kritis IPNU-IPPNU sangat sulit untuk diungkapkan. IPNU-IPPNU yang terdiri dari komponen pelajar, Santri dan Mahasiswa pada saat itu mempunyai divisi (saat ini serupa dengan departemen atau lembaga) Kemahasiswaan yang menggarap bidang kemahasiswaan. Kebijakan-kebijakan rezim pemerintah

(26)

saat ini sangat sulit dan sungkan untuk dikritisi. Sedangkan di satu sisi para mahasiswa NU merasa gerah akibat sikap idealisme mereka yang tersekat.

Ketika komunis mulai giat untuk bergerak dan Soekarno dianggap lemah memunculkan kekhawatiran para mahasiswa pada saat itu untuk bergerak mengamankan NKRI. Sehingga IPNU-IPPNU kemudian melakukan beberapa kali informal meeting untuk menyikapi hal tersebut yang kemudian muncul keinginan untuk membentuk suatu organ mahasiswa yang berisi komunitas mahasiswa NU untuk bisa bersikap kritis di luar sistem NU yang saat itu cukup dekat dengan pemerintah. Akhirnya para tokoh IPNU-IPPNU saat itu kemudian pada tanggal 17 April 1960 membidangi berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

2. Kondisi IPNU - IPPNU sesudah Khithoh 26 dan Kongres Jombang

Tepatnya diawali oleh hasil muktamar NU XXVII di Situbondo Jawa Timur khithoh NU 1926 terjawab, sehingga perjuangan NU adalah dalam bidang dakwah, Mabarot dan Pendidikan sebagaimana garis perhubungan yang telah ditetapkan oleh pendiri NU dan ternyata khithoh NU telah membawa angin segar IPNU - IPPNU merasakan keleluasaan memakai identitas NU karena NU bukan lagi menjadi salah satu parpol tetapi sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan.

Sedang kondisi IPNU - IPPNU pasca Kongres Jombang ternyata juga banyak membawa perubahan semula basis pembinaan IPNU - IPPNU adalah hanya putra – putri NU yang berstatus sebagai pelajar, tetapi sejak ditetapkannya perubahan nama dari Ikatan Putra Nahdlatul Ulama, berarti basis pembinaan IPNU - IPPNU semakin luas yakni seluruh putra – putri NU baik berstatus pelajar, santri maupun mahasiswa dan ternyata orientasi IPNU - IPPNU pun harus semakin luas.

D. PERJALANAN IPNU DAN IPPNU DARI MASA KE MASA

1. Masa Pertumbuhan

Masa ini ditandai berlangsungnya Muktamar IPPNU 1 di Yogyakarta Januari 1956 dan Muktamar IPNU ke II,1-4 Januari 1956 di Pekalongan yang berhasil mamutuskan adanya lambang IPNU,pada masa itu juga masa yang sulit namun IPNU dan IPPNU tetap eksis melakukuan aktifitasnya.

2. Masa Pengokohan

Di masa ini IPNU semakin mampu menunjukkan jati dirinya dan sekaligus melakukan penataan serta pemantapan langkah organisasi.Hal ini

(27)

bisa dilihat ketika IPNU memasuki WAY (world Assembly of Youth ) suatu organisasi kepemudaan dunia yang berafilitasi kepada UNESCO,Di masa ini pula IPNU –IPPNU melahirkan PMII tanggal 21 syawal 1379 H /17 April 1960 M.

3. Masa Pembaktian

Masa ini kerja keras IPNU-IPPNU mulai menunjukkan hasilnya terbukti banyaknya kader dan binaan yang mendapatkan kedudukan sebagai pimpinan di berbagai sektor. Pada masa inilah dibentuk CBP (Crop Brigade Pembangunan )berdasar PP No lV Th.1965 dengan tujuan mengamankan Pembangunan dan Revolusi Indonesia.

4. Masa Pembaruan

Periode ini diawali diselenggarkannya Kongres IPNU ke IX dan IPPNU ke VIII di Cirebon. Kongres ini banyak mengkritisi kegiatan yang terbengkalai akibat kebijakan pemerintah yang membatasi IPNU-IPPNU sebagai organisasi ekstrakulikuler dalam sekolah-sekolah,dan memberikan peluang yang besar kepada CSIS.Setelah berbagai macam cobaan yang dialami pd tgl 29-31 Desember 1988 IPNU-IPPNU menggelar Kongresnya kembali yang ke X dan IX di Jombang.Dalam Kongres ini lahir keputusan penting ,yaitu pembaruan singkatan IPNU menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama’ dan IPPNU menjadi Ikatan Putri –Putri Nahdlatul Ulama’.Asas Islam Ahlussunnah Waljamaah diganti dengan asas Pancasila .Hal tersebut sebagai upaya penyesuaian atas diberlakukannya UU No 8 Th 1985 tentang Keormasan.Pasca Kongres Jombang dinamika organisasi berjalan secara dinamis,bahkan mampu menularkan citra diri IPNU-IPPNU.

Kongres ke XI dan X di Lasem masih merupakan penguatan hasil. Kongres XII dan XI di Garut mulai dipertanyakan kembali perubahan nama IPNU dan IPPNU.Isu pengambilan nama mulai digulirkan,namun IPNU dan IPPNU masih tetap sebagaimana hasil Kongres Jombang.

5. Periode Penegasan

Sejalan dengan perkembangan dan tuntutan masa, IPNU dan IPPNU pun mengalami berbagai dinamika organisasi. Setelah perubahan nama” Pelajar” menjadi “Putra “ dan “ Putri” membuka peluang bagi remaja dan pemuda NU untuk bergabung sekaligus berekspresi melalui IPNU dan IPPNU sehingga sering terjadi pembelokan Visi dari Visi kepelajaran dan santri menjadi visi kepemudaan. Hal inilah yang kemudian direkomendasikan oleh kongres IPNU dan IPPNU ke XIII dan XII di Makassar Sulawesi Selatan dalam wujud Deklarasi. Dimana IPNU dan IPPNU kembali kevisi kepelajaran dengan

(28)

basic anggota: remaja, santri, pelajar dan mahasiswa. Pasca Kongres ini berhasil didirikan komisariat IPNU dan IPPNU di berbagai Perguruan Tinggi dan Pondok Pesantren.

6. Periode Pasca Kongres Surabaya 2003

Hasil Kongres Surabaya merupakan kesadaran bersama para kader IPNU-IPPNU untuk merubah nama dan sekaligus visi kepelajaran dan orientasi pengkaderannya baik di Pondok Pesantren maupun disekolah-sekolahan. Kongres telah mengembalikan IPNU dan IPPNU pada garis perjuangan yang semestinya. Artinya IPNU dan IPPNU adalah Organisasi Pelajar dan Organisasi Kader. Merujuk hasil Kongres tersebut menuntut komitmen bersama untuk dapat mewujudkan/mengembalikan masa keemasan kita yang telah hilang, karena riskan bahkan ironis bila momen ini tidak dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan seoptimal mugkin oleh semua jajaran NU, khususnya IPNU dan IPPNU lebih khusus lagi Pondok Pesantren dan Ma’arif.

7. Periode 2003-2009

Periode ini IPNU-IPPNU diuji dengan berbagai bentuk kepentingan, karena melihat realita yang terjadi dalam pemilihan umum baik lokal maupun nasional, oleh karena itu dalam masa ini IPNU-IPPNU berkomitmen mengembalikan lagi kepada Khittoh perjuangan yaitu sebagi organisasi kader dan kepelajaran.

E. PENGERTIAN, FUNGSI, TUJUAN DAN USAHA

1. Pengertian

IPNU dan IPPNU adalah organisasi yang berazaskan pancasila, beraqidah Islam Ahlussunah Wal Jama’ah yang mengikuti salah satu madzhab 4 (empat) : (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) yang bersifat keagamaan, kekeluargaan, kemasyarakatan dan kepemudaan yang dilahirkan pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H untuk IPNU dan 8 Rojab 1374 H untuk IPPNU.

2. Fungsi IPNU dan IPPNU

Fungsi IPNU dan IPPNU adalah sebagai berikut :

a. Wadah perhimpunan Pelajar NU untuk menggalang / melanjutkan semangat, dan nilai-nilai nahdliyah.

b. Wadah komunikasi dan interaksi pelajar NU untuk menggalang Ukhuwah Islamiyah dan mengembangkan syiar Islam.

(29)

c. Wadah aktualisasi Pelajar NU dalam pelaksanaan dan pengembangan syariat Islam.

d. Wadah kaderisasi Pelajar NU untuk mempersiapkan kader-kader bangsa. Dengan kata lain, fungsi IPNU – IPPNU adalah wadah perjuangan dalam pendidikan dan kepelajaran, wadah pengkaderan dalam mempersiapkan kader-kader bangsa dan pemimpin NU, wadah penguwatan dalam melaksanakan dan mengembangkan islam ahlussunnah waljamaah untuk melanjutkan semangat jiwa dan nilai-nilai nahdliyin, wadah komunikasi untuk memperkokoh ukhuwah nahdliyah, islamiyah, insaniyah dan wathoniyah.

3. Tujuan IPNU - IPPNU

Tujuan IPNU - IPPNU adalah sebagai berikut :

a. Terbentuknya kesempurnaan pelajar Indonesia yg bertaqwa kepada Allah, berilmu dan berakhlakul karimah.

b. Bertanggung jawab atas tegak dan berkembangnya syari’ah Islam menurut faham Aswaja.

c. Terbentuknya kader Islam yang berwawasan kebangsaan.

d. Terbentuknya masyarakat Indonesia yang adil makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

Dengan kata lain, tujuan IPNU - IPPNU adalah :

“ Terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlakul karimah, dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham Ahlussunah Wal Jamaah dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”

4. Usaha IPNU – IPPNU

Usaha IPNU - IPPNU adalah sebagai berikut :

a. Menghimpun dan membina Pelajar NU dalam wadah IPNU – IPPNU. b. Mempersiapkan kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa. c. Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan

program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat.

d. Menjalin dan mengusahakan kerja sama dengan berbagai pihak selama tidak merugikan IPNU – IPPNU.

(30)

1. Keanggotaan IPNU dan IPPNU

Keanggotaan IPNU dan IPPNU terdiri dari :

Anggota biasa, yaitu Pelajar Indonesia yang menyetujui PD/PRT IPNU-IPPNU.

Anggota Istimewa, yaitu Alumni pengurus IPNU - IPPNU dan orang yang dianggap berjasa terhadap organisasi IPNU – IPPNU.

Setiap anggota berkewajiban :

a. Menjaga dan membela ajaran agama Islam.

b. Menaati Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga serta Peraturan Organisasi.

c. Membayar iuran anggota.

Setiap anggota biasa berhak :

a. Memperoleh perlakuan yang sama dari / untuk organisasi. b. Mengeluarkan usul, saran serta pendapat.

c. Mengikuti kegiatan yang diselenggarakan organisasi d. Memilih dan dipilih sebagai pengurus.

2. Struktur Kepengurusan IPNU dan IPPNU

Struktur Singkatan Tingkat Masa Jabatan IPNU Masa Jabatan IPPNU

PP Pimpinan Pusat Ibu Kota 3 Tahun 3 Tahun PW Pimpinan Wilayah Propinsi 3 Tahun 3 Tahun PC Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota 2 Tahun 2 Tahun PAC Pimpinan Anak Cabang Kecamatan 2 Tahun 2 Tahun PK Pimpinan Komisariat Sekolah/Ponpes/PT 1 Tahun 1 Tahun PR Pimpinan Ranting Desa/kelurahan 2 Tahun 2 Tahun

3. Permusyawaratan IPNU dan IPPNU

a. KONGRES

b. RAKERNAS (Rapat Kerja Nasional) c. KONBES (Konferensi Besar)

d. RAPIMNAS (Rapat Pimpinan Nasional) e. KONWIL (Konferensi Wilayah) f. RAKERWIL (Rapat Kerja Wilayah) g. RAPIMWIL (Rapat Pimpinan Wilayah) h. KONCAB (Konferensi Cabang) i. RAKERCAB (Rapat Kerja Cabang) j. RAPIMCAB (Rapat Pimpinan Cabang) k. KONFERENSI ANAK CABANG

l. RAPAT KERJA ANAK CABANG m. RAPAT ANGGOTA

(31)

4. Lambang Organisasi a. LAMBANG IPNU

1) Lambang organisasi berbentuk bulat

2) Warna dasar hijau berlingkar kuning ditepinya dengan diapit dua lingkaran putih.

3) Dibagian atas tercantum huruf IPNU dengan titik diantaranya diapit oleh tiga garis pendek (satu diantaranya lebih panjang pada bagian kanan dan kirinya, semua berwarna putih).

4) Dibawahnya terdapat bintang sembilan, lima terletak sejajar yang satu diantaranya lebih besar terletak ditengah dan empat bintang lainnya terletak mengapit membentuk sudut segi tiga, semua berwarna kuning.

5) Diantara bintang yang mengapit terdapat dua kitab dan dua bulu angsa yang bersilangan berwarna putih.

Arti Lambang IPNU :

 Warna hijau : subur, warna kuning : himmah/cita-cita yang tinggi, warna putih : suci.

 Bentuk bulat : kontinuitas / terus-menerus / istiqomah

 Tiga titik diantara huruf IPNU : Islam, Iman, Ikhsan

 Enam garis / strip pengapit huruf IPNU : Rukun Iman

 Bintang : ketinggian cita-cita

 Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU

5 bintang diatas : 1 bintang yang besar ditengah : Nabi Muhammad SAW sedangkan 4 bintang di kanan kiri : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat : Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib RA.

4 bintang di bawah : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.

 Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits

 Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu angsa bersilang : sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum.

(32)

b. LAMBANG IPPNU

1) Lambang organisasi segitiga sama sisi.

2) Warna dasar hijau bergaris berwarna kuning yang diapit dua warna putih ditepinya.

3) Isi lambang : Bintang sembilan, yang satu besar terletak diatas, empat menurun disisi kiri dan empat lainnya menurun disisi kanan dan berwarna kuning. Dua kitab dan dua bulu ayam bersilang berwarna putih, dua bunga melati di sudut bawah berwarna putih.

4) Dibawah dua bulu dan diantara dua bunga melati terdapat tulisan IPPNU dengan titik diantara huruf-hurufnya berwarna putih.

Arti Lambang IPPNU :

 Warna hijau : kebenaran, warna kuning : kejayaan dan himmah / cita-cita yang tinggi, warna putih : kesucian.

 Bentuk segi tiga : Islam – Iman – Ikhsan  Dua garis tepi : 2 Kalimat Syahadat

 Sembilan bintang : Lambang keluarga besar NU

1 bintang yang besar diatas : Nabi Muhammad SAW

4 bintang menurun di sisi kanan : Khulafaur Rosyidin, yaitu sahabat : Abu bakar Ashidiq, Umar bin Khotob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib RA.

4 bintang menurun di sisi kiri : 4 madzhab, yaitu Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki ra.

 Dua kitab : Al-Qur’an dan Al-Hadits

 Bulu : Lambang ilmu, 2 bulu bersilang :aktif menuntut ilmu agama dan ilmu umum, aktif membaca dan menulis.

 Dua bunga : sintesis / perpaduan ilmu agama dan ilmu umum  Lima titik diantara huruf IPPNU : Rukun Islam.

G. BIDANG GARAPAN IPNU DAN IPPNU

Bidang garapan IPNU - IPPNU terbagi pada tiga bagian : 1. Bidang Organisasi

2. Bidang Kaderisasi 3. Bidang Partisipasi

(33)

Penjelasan :

1. Bidang Organisasi

Dalam bidang ini ditargetkan terwujudnya konsolidasi organisasi IPNU - IPPNU mencakup pemantapan struktur, personalia dan pemantapan wawasan anggota serta makin mantapnya peran organisasi dalam perkembangan ormas kepemudaan dan masyarakat.

2. Bidang Kaderisasi

Dalam bidang ini ditargetkan terbentuknya kader-kader yang loyal dan berdedikasi berwawasan kebangsaan, komitmen terhadap nilai dasar perjuangan dan memiliki kemampuan manajerial serta laku gerak akhlakul karimah.

Adapun jenjang pengkaderan dalam IPNU - IPPNU adalah : a. Makesta (Masa Kesetiaan Anggota)

b. Lakmud (Pelatihan Kader Muda) c. Lakut (Pelatihan Kader Utama)

Bentuk ini adalah pengkaderan formal, dan masih banyak bentuk pengkaderan lainnya. Misalnya Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pelatihan Pelatih dan lain-lain.

3. Bidang Partisipasi

Target programnya adalah menumbukan kesadaran dan kepedulian anggota dan kader terhadap pembangunan bangsa dan kepedulian menjalin kerja sama dengan ormas pemuda, Lembaga Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat, serta kepedulian menghayati khitoh nahdliyah.

H. KEGIATAN IPNU DAN IPPNU

Adapun kegiatan IPNU dan IPPNU di kabupaten Kudus diantaranya adalah:

1. Diklat Jurnalistik 2. Penyuluhan Narkoba

3. Latihan dasar kepemimpinan (LDK) 4. Latihan pencak Silat

I. PRINSIP PERJUANGAN IPNU-IPPNU

Dalam kitab suci Al Qur’an, ditegaskan, makna manusia sebagai khalifah memiliki dimensi sosial (horizontal), yakni mengenal alam (QS 2:31), memikirkannya (QS 2: 164) dan memanfaatkan alam dan isinya demi kebaikan dan ketinggian derajat manusia sendiri (QS 11:61). Sedangkan fungsi manusia

Referensi

Dokumen terkait

Namun, ada satu kelompok Mu„ tazilah melakukan hal yang jauh dari pada apa yang dilakukan ahli hadis dengan pernyataannya bahwa al-Fitnah al-Kubrâ tidak pernah

Guru- guru yang pernah beliau temui antara lain adalah : {“ Hammad bin. Abu Sulaiman Al-

Pada poin ini tampaklah kelemahan teologi Syiah akan konsep Imamah mereka, karena imam Muhammad Al- Jawwad (imam ke-9) diangkat untuk menjadi imam menggantikan

Al-Ghazali menjelaskan bahwa di telah mempelajari ajaran-ajaran tasawuf yang ditulis oleh Abu Thalib AL- Makky dalam kitab Qut Al-Qulub , Al-Haristh Al-Muhasiby, Al-Junaid,

(Riwayat dari kitab Kasyf al-Khafa dan Muzid al Albas, Imam ‘Ajluni, juz. 341) Nasihat Imam Asy-Syafi'I Rahimallah : “Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqh

Asy-Syaikh Muhibbuddin al-Khatib rahimahullah berkata, “Kemudian al-Imam Abul Hasan al- Asy’ari rahimahullah membersihkan jalan yang ditempuhnya dan mengikhlaskannya karena

Pemahaman seperti ini dikemukakan oleh sejumlah ulama. Imam asy-Syafi’’i dalam kitab al-Ummmenyatakan, dalam salat kusuf imam berdiri lalu bertakbir kemudian membaca al-Fatihah

Menunjukkan tokoh utama aliran Mu`tazilah Memahami asal-usul nama Mu`tazilah Mengidentifikasi salah satu pokok ajaran Mu`tazilah. Menjelaskan konsep al-manzilah baina