• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENURUNAN TINGKAT STRES PADA AYAM BROILER MELALUI PEMBERIAN METIONINA IKHSAN SUMIRAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENURUNAN TINGKAT STRES PADA AYAM BROILER MELALUI PEMBERIAN METIONINA IKHSAN SUMIRAT"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENURUNAN TINGKAT STRES PADA AYAM BROILER

MELALUI PEMBERIAN METIONINA

IKHSAN SUMIRAT

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian Metionina adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013 Ikhsan Sumirat NIM B04090046

(4)

ABSTRAK

IKHSAN SUMIRAT. Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian Metionina. Dibimbing oleh ANDRIYANTO dan ABADI SOETISNA.

Ayam broiler merupakan hewan ternak yang paling diminati masyarakat Indonesia. Cekaman panas dan cekaman metabolik di Indonesia menjadi masalah untuk meningkatkan produksi ayam broiler. Metionina adalah asam amino esensial yang dapat digunakan untuk menurunkan efek cekaman panas dan cekaman metabolik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh dosis metionina yang efektif dilihat dari diferensiasi sel darah putih. Metode yang dilakukan adalah rancangan acak lengkap one way anova. Ayam broiler sebanyak 27 ekor yang dimulai dari umur 1 hari dibagi ke dalam tiga kelompok dan diberi perlakuan dengan pemberian dosis metionina 0.2% dan 0.4%. Analisis darah dilakukan dengan metode hemositometer dan preparat ulas. Pemberian metionina cenderung tidak memengaruhi terhadap jumlah leukosit dan rasio heterofil/limfosit. Jumlah rata-rata limfosit tertinggi didapatkan pada pemberian dosis metionina 0.2%. Jumlah rata-rata heterofil terendah didapatkan pada pemberian metionina dosis 0.2%. Hasil yang didapat menunjukkan pemberian metionina dengan dosis 0.2% memperlihatkan rasio H/L paling baik. Pemberian metionina dosis 0.2% dapat digunakan untuk menurunkan cekaman panas tubuh.

Kata kunci: Metionina, ayam broiler, diferensiasi leukosit, cekaman panas, glukokortikoid

ABSTRACT

Broiler chicken is the most popular livestock in Indonesia. Heat and metabolic stress in Indonesia become problem to increase broiler chicken production. Methionine is an essensial amino acid which can be used to decrease of heat and metabolic stress. The purpose of this study was to obtain an effective dose of methionine that observed from the differentiation of leucocyte. The method used was a completely randomized design one-way ANOVA. A total of 27 broiler chickens were divided into 3 groups. First group was control, second group was given methionine 0.2% in feed, and third group was given methionine 0.4% in feed. Blood analysis was conducted by using hemositometer method and blood smear examination. Methionine administration in feed were not significantly affect the leucocyte number and heterophil/lymphocyte ratio. The highest of average number lymphocytes obtained at the dose of 0.2%. The lowest of average number heterophils obtained at the dose of 0.2%. The results showed that administration of methionine 0.2% obtain the best H/L ratio. Methionine 0.2% could be used to reduce heat stress.

Keywords : methionine, broiler chicken, differentiation of leucocyte, heat stress, glucocorticoid

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PENURUNAN TINGKAT STRES PADA AYAM BROILER

MELALUI PEMBERIAN METIONINA

IKHSAN SUMIRAT

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(6)
(7)

Judul Skripsi : Nama : NIM : Disetujui oleh drh Andriyanto, M.Si Pembimbing I

drh Abadi Soetisna, M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus setiyono, MS, Ph.D, APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian Metionina

Ikhsan Sumirat B04090046

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Penurunan Tingkat Stres pada Ayam Broiler melalui Pemberian Metionina” dapat diselesaikan dengan baik. Salawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Rasullulah Muhammad SAW.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran hewan. Penelitian ini dimulai pada bulan November sampai dengan Januari bertempat di kandang ungas, Labolatorium Fisiologi departemen Fisiologi, Farmakologi dan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Terima kasih penulis ucapkan kepada drh. Andriyanto, M.Si dan drh. Abadi Soetisna, M.Si selaku pembimbing skripsi. Di samping itu, terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda Ismail, ibunda Rosmalia, aa Asep, kekasih hati saya ade ayu, dan seluruh keluarga yang selalu memberi semangat, motivasi, doa, dan kasih sayang dalam proses pembuatan skripsi.

Bogor, 2013 Ikhsan Sumirat

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1  Latar Belakang 1  Tujuan Penelitian 2  Manfaat Penelitian 2  TINJAUAN PUSTAKA 2 Stres 2 Metionina 3 Leukosit 3 Heterofil 3 Limfosit 4 METODE 4

Waktu dan Tempat 4 

Bahan dan Alat 4 

Tahap Persiapan 5

Kandang, Pakan, dan Minum 5

Hewan Percobaan 5

Aklimatisasi Hewan 5

Tahap Pelaksanaan 5

Rancangan Percobaan 5

Pemberian Pakan 5

Pengambilan dan Analisis Sampel 6

Variabel yang Diamati 6

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Leukosit 7

Heterofil 7 

Limfosit 9

(10)

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11 

DAFTAR PUSTAKA 11 

LAMPIRAN 13

(11)

DAFTAR TABEL

1 Rata-rata jumlah leukosit ayam broiler (×103/mm3) yang diberi

metionina 7 2 Rata-rata jumlah heterofil (%) ayam broiler yang diberi metionina 8

3 Rata-rata jumlah limfosit (%) ayam broiler yang diberi metionina 9 4 Rata-rata rasio H/L ayam broiler yang diberi metionina 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 perhitungan jumlah leukosit, heterofil, limfosit, dan rasio H/L pada

minggu ke-2 pemberian metionina. 13

2 perhitungan jumlah leukosit, heterofil, limfosit, dan rasio H/L pada

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam broiler merupakan hewan ternak yang diminati masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif murah, nilai gizi yang tinggi, dan penyedia protein hewani bagi tubuh manusia (Mulyantini 2011). Protein berperan dalam pertumbuhan, pemelihara sel-sel tubuh, membantu pertumbuhan otak, dan meningkatkan kecerdasan.

Permintaan ayam broiler yang meningkat setiap tahun harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas ayam broiler. Peningkatan produktivitas diharapkan mampu menghasilkan peningkatan bobot badan ayam broiler dalam waktu yang singkat dengan tingkat kematian yang rendah (Fadillah 2004). Namun, peningkatan produktivitas dapat menyebabkan cekaman metabolik pada ayam broiler. Pemberian obat dan suplemen untuk memacu pertumbuhan umumnya akan memperparah cekaman metabolik.

Indonesia sebagai negara tropis memiliki suhu yang relatif tinggi berkisar 30 sampai dengan 35°C. Menurut Mulyantini (2010) suhu ideal pemeliharaan ayam broiler berkisar 15 sampai dengan 27°C. Suhu yang tinggi di Indonesia menjadi penyebab adanya cekaman panas. Cekaman panas dapat menyebabkan penurunan nafsu makan, laju pertumbuhan, dan efisiensi pakan (Lu et al. 2007).

Cekaman panas pada ayam broiler dapat membentuk radikal bebas yang berikatan dengan asam lemak tidak jenuh yang disebut lipida peroksida. Hal ini menyebabkan penurunan imunitas tubuh sehingga terjadi peningkatan angka mortalitas pada ayam broiler (Yamada 2001).

Cekaman ayam broiler menyebabkan terjadinya induksi pada hipotalamus untuk mengeluarkan hormon stres. Hipotalamus melepaskan corticotrophin releasing hormone (CRH) yang merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon adrenocorticotrophic hormone (ACTH) yang memerintahkan kelenjar adrenal mengeluarkan glukokortikoid (Hillman et al. 2000; Sahin et al. 2001; Boonstra 2005). Peningkatan kadar glukokortikoid terjadi pada ayam broiler yang mengalami cekaman panas akut (Post et al. 2003). Cekaman panas yang bersifat kronis dapat menyebabkan penurunan imunitas tubuh. Hal ini berkaitan dengan keadaan glukokortikoid di dalam tubuh yang dapat menurunkan imunitas tubuh (Siegal 1995). Cekaman kronis akan menyebabkan penurunan jumlah limfosit dan peningkatan jumlah heterofil di dalam darah sehingga terjadi peningkatan rasio heterofil/limfosit (Zulkifli et al. 2000).

Alternatif untuk mengurangi tingkat cekaman pada ayam adalah dengan penggunaan metionina. Metionina merupakan asam amino esensial mengandung gugus metil yang bersifat lipotropik. Menurut Pesti et al. (2005) salah satu fungsi metionina adalah menekan deposisi lemak di dalam hati. Hal ini berkaitan dengan kemampuan metionina untuk mensintesis metabolisme karnitin dan kreatin. Karnitin merupakan senyawa pembawa asam lemak rantai panjang. Karnitin berfungsi menembus membran mitokondria pada β-oksidasi asam lemak. Ketersediaan metionina dalam ransum dapat meningkatkan β-oksidasi asam lemak sehingga timbunan lemak dalam bentuk kolesterol, trigliserida, garam empedu, dan hormon glukokortikoid dapat ditekan. Berkurangnya deposisi lemak di dalam

(14)

2

tubuh menjadikan ayam broiler lebih tahan terhadap cekaman panas dan dapat menekan tingkat stres. Penelitian ini dilakukan untuk melihat jumlah rata-rata leukosit, dan rasio heterofil/limfosit pada ayam broiler yang diberi metionina untuk melihat efek metionina dalam menurunkan efek cekaman panas di dalam tubuh.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian metionina di dalam ransum ayam broiler terhadap pengurangan efek cekaman di dalam tubuh. Di samping itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur penggunaan metionina yang efektif pada ransum ayam broiler untuk menghasilkan ayam broiler yang sehat.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat mengoptimalkan pemberian metionina di dalam ransum ayam dan menghasilkan produksi ayam broiler berkualitas yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Stres

Stres adalah bentuk respon fisiologis terhadap suatu perubahan yang berasal dari dalam dan luar tubuh. Faktor terjadi stres dapat digolongkan ke dalam 2 sumber yaitu, sumber yang berasal dari dalam tubuh (internal) seperti kecepatan metabolisme yang berlebihan dan sumber yang berasal dari luar tubuh (eksternal) seperti lingkungan sekitar (Smith dan French 1997).

Respon tubuh terhadap stres adalah merangsang induksi beberapa hormon. Pada respon hormonal, stres akan merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan CRH (corticotrophin realising hormone) yang akan memberikan sinyal pada hipofise anterior untuk mengeluarkan ACTH (adrenocorticotrophic hormone) yang menginduksi korteks adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid sebagai produk akhir hormon (Hillman et al. 2000; Sahin et al. 2001; Boonstra 2005).

Efek glukokortikoid akibat stres di dalam tubuh adalah meningkatkan pembentukan energi yang berasal dari karbohidrat, lemak, dan protein. Namun, hal ini berdampak pada penurunan bobot badan, penurunan respons peradangan, perubahan diferensiasi leukosit, dan penurunan sistem imunitas tubuh sehingga hewan lebih mudah terkena infeksi.

Pengaruh glukokortikoid terhadap leukosit adalah meningkatkan jumlah heterofil dan menurunkan jumlah limfosit di dalam pembuluh darah. Hal ini menjadi dasar terhadap pengukuran tingkat stres hewan. Rasio heterofil/limfosit

(15)

digunakan untuk mengukur tingkat stres pada hewan. Semakin tinggi rasio H/L maka semakin tinggi tingkat stres yang terjadi pada hewan (Zulkifli et al. 2000).

Metionina

Metionina merupakan salah satu asam amino essensial. Metionina memiliki gugus sulfur yang dibutuhkan dalam peternakan ayam broiler. Metionina memiliki sifat yang essensial, sehingga metionina harus tersedia di dalam pakan dalam jumlah yang cukup (Schutte et al. 1997). Metionina merupakan faktor yang dapat mencegah kerusakan hati. Hal ini dikarenakan metionina bersifat lipotropik (memetabolisme lemak di dalam hati) sehingga akumulasi lemak di dalam hati dapat dikurangi (Kano et al. 1982).

Metionina berperan dalam fungsi imunitas ayam broiler. Pemberian metionina pada pakan ayam broiler dapat mendorong terbentuknya respon antibodi dan kekebalan seluler pada ayam broiler. Hal ini berkaitan dengan kemampuan metionina untuk mempertahankan dan memperbesar organ limfogen terutama bursa fabrisius (Thompson dan Scott 1970). Bursa fabrisius merupakan organ limfoid utama pada ayam broiler. Menurut Zhang dan Guo (2008) kekurangan metionina akan menyebabkan penurunan bobot dan kerusakan sel dari bursa fabrisius sehingga dapat menurunkan imunitas humoral dan imunokompeten nonspesifik.

Leukosit

Sel darah putih (leukosit) merupakan bagian darah yang berbentuk padat. Sebagian besar leukosit berada di dalam sistem pembuluh darah. Namun, leukosit dapat menembus pembuluh darah dan bermigrasi ke dalam jaringan. Fungsi umum leukosit melakukan pertahanan terhadap infeksi. Jumlah leukosit hanya 1% dari total volume darah. Namun, leukosit merupakan komponen penting dalam sistem pertahanan tubuh. Peningkatan jumlah leukosit merupakan ciri umum terjadinya infeksi di dalam tubuh (Fradson 1992). Jenis infeksi di dalam tubuh dapat dilihat dari diferensiasi sel darah putih (Guyton 1996).

Leukosit dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan histopatologi yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan sel yang memiliki lobus pada inti sel dan granul pada sitoplasma. Granulosit terdiri atas heterofil, eosinofil, dan basofil. Agranulosit adalah sel yang tidak bersegmen dan berlobus pada inti dan tidak ada granul pada sitoplasma. Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit (Guyton 1996).

Heterofil

Heterofil merupakan sel granulosit polimorfonuklear-pseudoeosinofilik. Heterofil tua memiliki gelambir yang lebih banyak dibandingkan heterofil muda (Delman dan Brown 1992). Heterofil diproduksi dalam sumsum tulang belakang. Heterofil mengalir di dalam pembuluh darah selama 6 sampai dengan 10 jam, dan

(16)

4

masuk ke dalam jaringan. Heterofil bertahan 1 sampai dengan 2 hari di dalam jaringan (Strukie 1976).

Menurut Ganong (1995) fungsi heterofil adalah merespon adanya infeksi di dalam tubuh. Heterofil dapat keluar dari pembuluh darah menuju pusat infeksi, di sisi lain terjadi rangsangan pada sumsum tulang belakang untuk memproduksi heterofil lebih banyak. Tizard (1988) menyatakan fungsi utama heterofil adalah menghancurkan benda asing dengan cara fagositosis. Heterofil dapat terangsang akibat adanya infeksi bakteri, adanya sel-sel yang rusak, dan bebagai produk yang dilepaskan oleh sel-sel yang rusak. Heterofil merupakan sistem pertahanan pertama pada infeksi. Pada proses infeksi akut secara klinis heterofil muda lebih banyak ditemukan.

Limfosit

Limfosit merupakan sel darah putih yang paling banyak ditemukan pada unggas. Ukuran limfosit bervariasi tergantung pada umurnya. Limfosit muda memiliki ukuran yang besar (paralimfosit), sedangkan limfosit tua memiliki ukuran yang lebih kecil (Guyton 1996). Limfosit paling banyak ditemukan di jaringan limfogen seperti limpa, timus, kelenjar limfe, daun payer dan bursa fabrisius (Guyton 1996).

Secara histopatologi limfosit memiliki inti hepatokromatik berbentuk lonjong sampai dengan bulat. Memiliki sifat basofilik, tidak bergranul pada sitoplasma. Limfosit terdiri atas limfosit T dan limfosit B. limfosit T berfungsi sebagai sel imunitas yang dapat menghancurkan benda asing. Limfosit B berfungsi sebagai imunitas humoral yang dapat menyerang antigen melalui pembentukan anti bodi. Jain (1986) menyatakan persentase limfosit pada ungas berkisar 45 sampai dengan 75%.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan bulan November 2012 sampai dengan Januari 2013. Penelitian dilakukan di kandang unggas Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Analisis sampel darah dilakukan di laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang percobaan, alas sekam, spuid, kapas, kertas label, pensil, ice box, tabung reaksi, pipet pengencer WBC, gelas objek, kaca penutup, tisu, alat penghitung, kamar hitung Neubauer, dan mikroskop cahaya. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam broiler, metionina, multivitamin, air gula, vaksin (terdiri atas ND IB, ND La sota,

(17)

dan gumboro), alkohol 70%, pakan, cairan pengencer (larutan rees ecker), metil alkohol, larutan pewarna giemsa 10%, akuades, dan minyak emersi.

Tahap Persiapan Kandang, Pakan, dan Minum

Kandang yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang tembok yang dialasi sekam. Kandang diberi pembatas berupa papan setinggi 1 meter pada setiap perlakuan ayam broiler. Kandang terlebih dahulu dibersihkan dan didesinfeksi 10 hari sebelum ayam masuk kandang.

Pakan yang diberikan memiliki 2 kandungan yaitu, pakan yang tidak memiliki kandungan metionina dan pakan dengan campuran metionina. Pakan dengan campuran metionina diatur dosisnya terlebih dahulu sebelum pemberian. Penambahan metionina pada pakan dikerjakan 3 hari sebelum dilakukan perlakuan. Air minum tersedia ad libitum.

Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam broiler sebanyak 27 ekor yang dipelihara mulai dari umur 1 hari. Ayam dibagi ke dalam 3 kelompok dengan jumlah yang sama.

Aklimatisasi Ayam Broiler

Sebelum diberikan perlakuan, ayam diaklimatisasi selama 1 minggu. Aklimatisasi bertujuan untuk menyesuaikan fisiologis ayam broiler terhadap lingkungan. Pada tahap ini, ayam broiler diberikan multivitamin dan air gula pada hari ke-1, vaksin ND IB pada hari ke-3. Pemberian vaksin gumboro dilakukan pada hari ke-7. Pemberian vaksin ND La sota pada hari ke-18. Pemberian vitamin dan vaksin bertujuan meningkatkan daya tahan tubuh dan membentuk antibodi dari infeksi ND, IB, dan IBD.

Tahap Pelaksanaan Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 9 ulangan. Faktor yang dilihat adalah pemberian metionina pada berbagai dosis. Dosis yang digunakan adalah 0%, 0.2%, dan 0.4%.

Pemberian Pakan

Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama 28 hari setelah aklimatisasi. Setelah periode aklimatisasi selesai, perlakuan mulai dilakukan yaitu, pada hari ke-8 setelah ayam masuk kandang. Ayam broiler kontrol diberi pakan yang tidak mengandung metionina. Sementara itu, ayam broiler yang lain diberi pakan dengan kandungan metionina dosis 0.2% dan 0.4%.

(18)

6

Pengambilan dan Analisis sampel

Pengambilan sampel darah dilakukan pada periode perlakuan hari ke-0, 14, dan 28. Sampel darah diambil dari vena axillaris, ditampung pada tabung reaksi yang telah diberi antikoagulan (EDTA) dan di simpan pada ice box. Perhitungan jumlah sel darah putih dilakukan dengan metode hemositometer menggunakan larutan pengencer rees ecker. Sampel darah dihisap sampai batas 0.5, ujung pipet dibersihkan dengan tisu kemudian diencerkan dengan rees ecker sampai batas angka 11. Kedua ujung pipet ditutup menggunakan jempol dan telunjuk dengan posisi mendatar. Campuran pada pipet dihomogenkan dengan membolak-balik pipet membentuk angka 8. Campuran pipet diteteskan ke dalam kamar hitung Neubauer dan ditutup dengan kaca penutup. Jumlah sel darah putih dihitung pada 5 bujur sangkar di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 40 kali. Hasil penghitungan akhir adalah jumlah seluruh sel darah putih dari ke-5 bujur sangkar yang dihitung dikalikan dengan 200.

Diferensiasi sel darah putih dihitung dengan menggunakan metode preparat ulas darah. Dua gelas objek disiapkan dan dibersihkan dengan alkohol 70%. Sampel darah diteteskan pada ujung gelas objek yang bersih. Sementara itu, gelas objek lain disiapkan dan dipegang pada kedua sisi panjangnya. Ujung gelas objek tersebut diletakkan pada tetesan darah membentuk sudut antara 45˚ terhadap gelas objek pertama. Darah dibiarkan menyebar diujung gelas objek kedua. Gelas objek kedua didorong sehingga darah menyebar sepanjang gelas objek pertama. Sediaan ulas darah dikeringkan dan difiksasi dengan metil alkohol selama 5 menit. Setelah kering dimasukkan ke dalam larutan giemsa 10% selama 30 menit. Preparat ulas yang telah diwarnai kemudian dicuci dan dibersihkan dengan air mengalir dan dikeringkan di udara. Diferensiasi sel darah putih diamati di bawah mikroskop cahaya dengan pembesaran 100 kali.

Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah jumah leukosit dan rasio heterofil/limfosit untuk mengetahui tingkat stres pada ayam broiler.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analysis of variance (Anova). Faktor yang dilihat adalah dosis dan pengaruh metionina terhadap jumlah rata-rata leukosit dan rasio heterofil/limfosit.

(19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini memperlihatkan jumlah rata-rata leukosit dan rasio heterofil/limfosit pada pemberian metionina masing-masing dengan dosis 0%, 0.2%, dan 0.4% pada pakan. Pada hari ke-0 perlakuan dilakukan pengambilan darah sebagai data awal. Selanjutnya, diamati jumlah rata-rata leukosit dan rasio heterofil/limfosit pada pengambilan darah hari ke-14 dan hari ke-28. Rata-rata jumlah leukosit ayam broiler pada data awal adalah 1.71±1.41 (×103/mm3), jumlah rata heterofil pada data awal adalah 22.00±11.83%, dan jumlah rata-rata limfosit pada data awal adalah 71.44±11.99%.

Leukosit

Pemberian metionina terhadap jumlah rata-rata leukosit cenderung tidak berpengaruh pada setiap perlakuan. Jumlah leukosit tertinggi ada pada dosis 0.4% pengambilan darah hari ke-28. Selanjutnya, penghitungan jumlah rata-rata leukosit disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rata-rata jumlah leukosit ayam broiler (×103/mm3) yang diberi metionina

Hari Dosis metionina (%)

0 (kontrol) 0.2 0.4

14 5.33±0.46a 9.20±3.27a 8.80±1.60a 28 6.20±1.71a 7.33±3.88a 15.40±7.79a

ket : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0.05)

Leukosit di dalam tubuh dipengaruhi oleh umur dan hormon. Peningkatan leukosit secara fisiologis pada ayam broiler dalam batas normal dapat terjadi karena transportasi dan cara penanganan yang kurang baik (Thrall 2004). Peningkatan leukosit dapat diartikan sebagai peningkatan limfosit yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah. Limfosit berfungsi membentuk antibodi dan meningkatkan kekebalan (imunitas tubuh) seluler (Ganong 2002). Namun, peningkatan leukosit dapat diartikan karena adanya infeksi bakteri yang meningkatkan kadar heterofil dalam darah. Pemeriksaan rasio heterofil/limfosit perlu dilakukan untuk mengetahui peningkatan leukosit dikarenakan faktor fisiologis atau patologis.

Heterofil

Pemberian metionina sampai hari ke-14 cenderung tidak memengaruhi terhadap jumlah rata-rata heterofil. Pada hari ke-14, jumlah rata-rata heterofil paling tinggi ditunjukkan oleh dosis 0% dan jumlah paling rendah terdapat pada dosis 0.2%. Pemberian metionina sampai hari ke-28 cenderung tidak

(20)

8

memengaruhi terhadap jumlah rata-rata heterofil. Jumlah rata-rata heterofil paling tinggi pada pengambilan darah hari ke-28 ada pada dosis 0.4%, sedangkan nilai paling rendah ada pada dosis 0.2%. Hasil keseluruhan jumlah rata-rata heterofil menunjukkan jumlah rata-rata heterofil paling rendah terdapat pada dosis 0.2% dan jumlah rata-rata heterofil paling tinggi ada pada dosis 0%. Pada setiap perlakuan terlihat peningkatan jumlah heterofil di setiap pengambilan darah. Selanjutnya, penghitungan jumlah rata-rata heterofil disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Rata-rata jumlah heterofil (%) ayam broiler yang diberi metionina

Hari Dosis metionina (%)

0 (kontrol) 0.2 0.4

14 31.67±12.22a 19.67±5.03a 26.67±10.01a 28 49.00±24.57a 46.00±1.73a 54.67±18.58a ket : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda

nyata (p<0.05)

Peningkatan jumlah rata-rata heterofil terjadi di semua perlakuan pada saat pengambilan darah. Peningkatan jumlah heterofil dalam darah diakibatkan karena efek cekaman. Menurut Zahorec (2001) hewan yang mengalami cekaman akan meningkatkan pertahanan tubuh dengan meningkatkan jumlah heterofil dalam darah. Heterofil merupakan sistem pertahanan pertama terhadap infeksi mikroorganisme, trauma, dan saat terjadi peradangan. Heterofil akan menuju jaringan yang terinfeksi dengan cara menembus dinding pembuluh darah secara diapedesis.

Pada pengambilan darah hari ke-14 dan hari ke-28, metionina cenderung tidak memengaruhi jumlah rata-rata heterofil di setiap perlakuan. Pemberian metionina dengan dosis 0.2% menunjukkan jumlah rata-rata heterofil paling rendah pada setiap pengambilan darah. Metionina dengan dosis 0.2% dapat menekan keberadaan heterofil. Hal ini sejalan dengan pernyataan Elagib dan Elzubier (2012) dosis metionina 0.2% memberikan efek terhadap sistem pertahanan tubuh sehingga dapat menekan keberadaan heterofil dalam tubuh pada ayam berumur 1 sampai dengan 21 hari. Jumlah heterofil yang dapat ditekan menunjukkan tingkat cekaman dapat dikurangi. Berkurangnya tingkat cekaman dapat menunjukkan induksi terhadap hormon stres berkurang. Glukokortikoid yang diproduksi berlebihan sebagai produk terakhir hormon stress dapat meningkatkan jumlah heterofil di dalam darah.

Pada pengambilan darah hari ke-28 dosis 0.4%, pemberian metionina menunjukkan peningkatan heterofil yang tinggi. Peningkatan heterofil dapat diindikasikan sebagai peningkatan cekaman metabolik. Menurut Bunchasak (2009) metionina dapat meningkatkan pertumbuhan ayam dan meningkatkan laju metabolisme. Peningkatan pertumbuhan pada ayam dapat menjadikan cekaman metabolik pada ayam. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan ayam yang selalu dipacu untuk menghasilkan daging dengan bobot di atas rata-rata dalam waktu yang singkat.

(21)

Limfosit

Jumlah rata-rata limfosit dalam darah mengalami penurunan hampir di setiap perlakuan. Pemberian metionina hari ke-14 sampai dengan hari ke-28 cenderung tidak memengaruhi terhadap jumlah rata-rata limfosit. Pemberian metionina sampai hari ke-14 menunjukkan nilai limfosit paling tinggi ada pada dosis 0.2%, sedangkan jumlah rata-rata limfosit paling rendah ada pada dosis 0%. Pemberian metionina sampai hari ke-28 menunjukkan jumlah rata-rata limfosit paling tinggi ada pada dosis 0% dan jumlah rata-rata limfosit paling rendah ada pada dosis 0.4%. Secara keseluruhan pemberian metionina dosis 0.2% memiliki jumlah rata-rata limfosit paling tinggi. Selanjutnya, penghitungan jumlah rata-rata limfosit disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rata-rata jumlah limfosit (%) ayam broiler yang diberi metionina

Hari Dosis metionina (%)

0 (kontrol) 0.2 0.4

14 60.67±11.01a 70.33±7.57a 67.67±8.08a 28 43.33±19.42a 40.33±2.30a 32.67±18.71a ket : huruf supersript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda

nyata (p<0.05)

Limfosit adalah indikator terhadap cekaman. Menurut Mashaly et al. (2004) cekaman panas dapat menyebabkan penurunan sistem imunitas tubuh terutama limfosit. Pemberian dosis 0.2% dapat mempertahankan keberadaan limfosit di dalam tubuh sehingga sistem imunitas dapat bekerja dengan optimal. Menurut Elagib dan Elzubier (2012) limfosit memiliki nilai yang lebih tinggi ketika ayam diberikan metionina pada dosis 0.2% dan 0.4% pada usia 1 sampai dengan 10 hari.

Metionina merupakan asam amino yang dapat mengurangi deposisi lemak dalam hati sehingga dapat mengurangi panas tubuh (Mulyantini 2011). Lemak dalam hati berbentuk kolesterol dan trigliserida. Peningkatan lemak dalam hati akan mengganggu fungsi hati dan menyebabkan steatosis sehingga menimbulkan cekaman. Penggunaan metionina dapat mengubah kolesterol dan gliserida menjadi energi melalui sintesis metabolisme karnitin dan kreatin. Karnitin merupakan senyawa pembawa asam lemak rantai panjang. Karnitin berfungsi menembus membran mitokondria sebagai pembentuk energi pada β-oksidasi asam lemak.

Sifat lain metionina selain lipotropik adalah dapat memperbesar ukuran organ limfoid seperti bursa fabricius, timus, dan limpa (Al-Mayah 2006). Oleh karena itu pemberian metionina dapat meningkatkan agen imunologis. Klasing dan Barner (1988) menyatakan pakan yang memiliki defisiensi metionina memproduksi interleukin di bawah rata-rata. Interleukin merupakan agen imunologis yang merangsang terbentuknya sel T dan sel B.

Pada pengambilan darah hari ke-28 jumlah limfosit paling kecil ditunjukkan oleh pemberian metionina dosis 0.4%. Hal ini dapat terjadi karena fungsi lain metionina sebagai pemacu pertumbuhan. Pertumbuhan yang terus dipacu akan menyebabkan cekaman metabolik. Menurut Siegal (1995) cekaman dapat menyebabkan penurunan sistem imunitas tubuh.

(22)

10

Rasio Heterofil/Limfosit

Rasio H/L merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat stres pada ayam broiler. Pemberian metionina hari 14 sampai dengan hari ke-28 cenderung tidak memengaruhi rasio H/L. Pada hari ke-14 dan hari ke-ke-28 H/L paling rendah ditunjukkan oleh dosis 0.2%. Secara keseluruhan dosis 0.2% memiliki rasio H/L lebih rendah dari perlakuan yang lain. Selanjutnya, penghitungan rasio heterofil/limfosit disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Rata-rata rasio H/L ayam broiler yang diberi metionina

Hari Dosis metionina (%)

0 (kontrol) 0.2 0.4

14 0.56±0.33a 0.29±0.09a 0.41±0.20a 28 1.61±1.64a 1.14±0.02a 2.24±1.53a

ket : huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (p<0.05)

Peningkatan H/L dapat menunjukkan peningkatan glukokortikoid dalam darah yang merupakan hormon stres. Cekaman pada ayam broiler akan meningkatkan pengeluaran corticotrophin releasing hormone (CRH) yang berasal dari hipotalamus. Rangsangan CRH akan menginduksi hipofise anterior untuk mengeluaran adrenocorticotropic hormone (ACTH) yang akan mengirim sinyal pada korteks adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid (Ganong 2002).

Pemberian metionina sampai hari ke-14 dan 28 menunjukkan rasio H/L paling rendah terdapat pada dosis 0.2%. Hasil yang didapat menunjukkan dosis 0.2% merupakan dosis yang lebih efektif dalam mengurangi cekaman pada ayam broiler. Peningkatan rasio H/L setiap pengambilan darah menunjukkan lamanya waktu pemeliharaan dapat meningkatkan cekaman pada ayam broiler. Cekaman kronis dapat menyebabkan penurunan limfosit dan peningkatan heterofil di dalam tubuh (Zulkifli et al. 2000). Hal ini disebabkan karena Glukokortikoid menyebabkan terjadinya defisiensi pembentukan interleukin (IL-1) yang mengakibatkan penurunan jumlah limfosit. Penurunan jumlah limfosit berpengaruh terhadap penurunan pembentukan antibodi terutama IgY sehingga ayam broiler lebih mudah terinfeksi penyakit (Wibawan IWT 16 September 2013, komunikasi pribadi). Sementara itu, peningkatan heterofil terjadi karena adanya induksi glukokortikoid pada jalur pembentukan dan pelepasan heterofil muda di dalam sumsum tulang belakang (Blecha 2000).

Pemberian metionina sampai hari ke-28 menunjukkan peningkatan H/L paling tinggi adalah dosis 0.4%. Peningkatan H/L menunjukkan tingkat cekaman pada ayam broiler. Fungsi lain metionina adalah sebagai pemacu pertumbuhan pada ayam broiler. Peningkatan pertumbuhan ayam broiler dapat menimbulkan cekaman metabolik dalam tubuh.

(23)

SIMPULAN

Simpulan

Metionina dengan dosis 0.2% memberikan hasil diferensiasi sel darah putih yang lebih baik. Pemberian metionina dengan dosis 0.2% dapat dimanfaatkan untuk mengurangi efek cekaman pada ayam broiler.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mayah AAS. 2006. Immune responses of broiler chicks to dl-methionine supplementation at different ages. Poult Sci. 5(2):169-172.

Blecha F. 2000. Immune System Response to Stress. Di dalam: Morberg GP, Mench JA, editor. The Biology of Animal Stress. New York (US): CABI Publishing. hlm 111-119.

Boonstra R. 2005. Coping with changing nothern environment; the role of stress axis in bird and mammals. Integr. Comp. Biol. 44:95-140.

Bunchasak C. 2009. Role of dietary methionine in poultry production. Poult Sci. 46:169-179.

Dellman HD, Brown EM. 1992. Histologi Veteriner. Edisi 3. Jakrta (ID): UI Pr. Elagib HAA, Elzubeir EA. 2012. The humoral immune response of heat stressed

broiler chicks and fed different levels of energy and methionine. Poult Sci. 11(6):400-404.

Fadilah R. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.

Frandson RD, Spurgeon TL. 1992. Anatomy and Physiology of Farm Animal. Ed 5. Philadelphia (US). Lea & Febiger.

Ganong WF. 1995. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Andrianto P, penerjemah. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari : Review of Medical Fisiology. Ed ke-11.

Ganong WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Widjayakusumah D, Irawati D, Siagian M, Moeloek D, Pendit BU, penerjemah; Widjakusumah D, editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan: Review of Medical Physiology. Ed ke-14. Guyton AC. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Setiawan I, Tengadi KA,

Santosa A, penerjemah. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari : Textbook of Medical Physiology. Ed ke-7.

Hilman PE, Scot NR, Tienvoven AV. 2000. Phsiological respons and adaptations to hot and cold environment. In: stress physiology in livestock. Poultry. CRC Press. Florida. 3:1-71.

Jain NC. 1993. Essentials of Veterinary Hematology. Philadelphia (US): Lea and Febiger.

(24)

12

Kano Y, Sakomoto S, Kasahara T, Kusumoto K, Hida K, Suda K, Ozawa K,Miura Y, Takaku F. 1982. Methionine dependency of cell growth in normal and malignant hematopoietic cells. Cancer Res. 42:3090-3092.

Klasing KC, Barner DM. 1988. Decreased amino acid requirment of growing chick due to immunologic stress. JN. 118:1156-1164.

Lu Q, Wen J, Zhang H. 2007. Effect of chronic heat exposure on fat deposition and meat quality in two genetic types of chicken. Poult Sci. 86:1059-1064. Mashaly MM, Hendricks GL, Kalama MA, Gehad AE, Abbas AO, Petterson PH.

2004. Effect of stress on productin parameter and immune responses of commercial laying hens. Poult sci. 83:889-894.

Mulyantini NGA. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yoyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr.

Mulyantini NGA. 2011. Produksi Ternak Ungas.Bogor (ID): IPB Pr.

Pesti GM, Bakalli RI, Driver JP, Atencio P, Foster EH. 2005. Poultry Nutrition and Feeding. The University of Georgia. Department of Poultry Science. Post J, Rebel JMJ, Huurne AAHM. 2003. Physiological effects of elevated plasma

corticosterone concentrations in broier chikens. An alternative means by which to assess the physiological effect of stress. Poult Sci. 82:1313-1318. Sahin K, Sahin N, Onderci M, Gursu MF, Issi M. 2003. Vitamin c and e can

alliviate negative effect of heat stress in japanese quail. Research in Veterinary Sci. 73:307-312.

Schutte JB, Jong JD, Smink W, Pack M. 1997. Replacement value of betaine for dl-methionine in male broiler chicks. Poult Sci. 76:321-325.

Siegel HS. 1995. Stress, strain and resistence. Poult Sci. 36:3-22.

Smith TE, French JA. 1997. Psychosocial stress and urinary cortisol excretion in marmoset monkeys (Callithrix kulhi). Physiol Behav. 62(2):225-232.

Strukie PD, Grimminger. 1976. Avian Physiologi. New York (US). Cornell University Pr.

Thompson JN, Scott ML. 1970. Impared lipid and vitamin e absorption related to atrophy of the pancreas in selenium-deficient chicks. J.Nutr. 100:797-809. Thrall MA. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Philadelphia

(US): Lippincot Wiliams and Wilkins.

Tizard I.1988. Pengantar Immunologi Veteriner. Ed ke-8. London (GB): Cornell University Pr.

Yamada N. 2001. Atherosclerosis and oxidative stress. JMAJ. 45:277-282.

Zahorec R. 2001. Ratio of neutrofil to lymphocyte counts-rapid and simple parameter of systemic inflamation and stress in critically ill. Bratislava : Bratisl. Lek. Lysty. 102(1):5-14.

Zhang LB, Guo YM, 2008. Effects of liquid dl-2-hydroxy-4-methylthio butanoic acid on growth performance and immune response in broiler chickens. Poult. Sci. 87:1370-1376.

Zulkifli I , Norma MTC, Chong CH, Loh TH. 2000. Heterophil to lymphocyte ratio and tonic immobility reactions to preslaugh-ter handling in broiler chickens treated with ascorbic acid. Poult Sci. 79:401- 406.

(25)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil perhitungan jumlah leukosit, heterofil, limfosit, dan rasio H/L pada minggu ke-2 pemberian metionina.

Oneway

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

leukosit Between Groups 27.129 2 13.564 3.016 .124

Within Groups 26.987 6 4.498

Total 54.116 8

limfosit Between Groups 149.556 2 74.778 .919 .448

Within Groups 488.000 6 81.333

Total 637.556 8

heterofil Between Groups 218.000 2 109.000 1.189 .367

Within Groups 550.000 6 91.667

Total 768.000 8

HperL Between Groups .115 2 .057 1.060 .404

Within Groups .324 6 .054

(26)

14

Lampiran 2 perhitungan jumlah leukosit, heterofil, limfosit, dan rasio H/L pada mingu ke-4 pemberian metionina.

Oneway

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

leukosit Between Groups 150.996 2 75.498 2.877 .133

Within Groups 157.467 6 26.244

Total 308.462 8

limfosit Between Groups 181.556 2 90.778 .372 .705

Within Groups 1466.000 6 244.333

Total 1647.556 8

heterofil Between Groups 116.222 2 58.111 .183 .837

Within Groups 1904.667 6 317.444

Total 2020.889 8

HperL Between Groups 1.817 2 .908 .539 .609

Within Groups 10.109 6 1.685

(27)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis tanggal 21 April 1990 dari pasangan bapak drs. Ismail Kusnadi Wiriaatmadja dan ibu Rosmalia, S.Pd. Penulis anak bungsu dari 2 bersaudara.

Pendidikan dimulai dari taman kanak-kanak Tunas Jelita tahun 1995 dan selesai tahun 1997. SD 3 Pangandaran yang diselesaikan pada tahun 2003. SMP 1 Pangandaran yang diselesaikan pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA 1 Ciamis.

Tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis berhasil menyelesaikan pendidikkan S1 pada tahun 2013.

Selama menjalani pendidikan di IPB penulis aktif di beberapa organisasi diantaranya Himpro Ornithologi dan Unggas FKH IPB periode 2010-2011 dan 2011-2012 dan Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) periode 2010-2011 dan 2011-2012. Disamping itu penulis mengikuti beberapa kepanitian diantaranya MPKMB 47, Introvet 47, Seminar Nasional IMAKAHI 2011, Kontes Ayam Ketawa Nasional Himpro Ornithologi dan Unggas 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Jika langkah selanjutnya adalah membangun sistem nyata dalam bahasa pemrograman generasi ketiga, produk prototipe harus dapat menyediakan pada anda sarana untuk mencetak semua

Dengan asumsi tarif kedua pajak (jizyah dan kharaj) lebih tinggi daripada tarif pajak bagi individu muslim (dharibah), maka penerimaan negara adalah maksimal bilamana

Lebih lanjut Gunarsa (1988: 19), menyatakan bahwa dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yakni:

Pada tahap pelaksanaan, tim PENGABDIAN MULTI TAHUN 2020 akan melakukan pembuatan pestisida nabati, pembuatan pupuk produktif keong mas, desain alat pencacah keong mas,

Pada penelitin yang dilakukan oleh Riyadi dan Tirtoboma (2004) terhadap embrio somatik kopi arabika, diperoleh hasil induksi terbaik untuk varietas Kartika-1

Perlakuan tunggal dosis pupuk kandang ayam memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 1 MST dan 2 MST, tetapi tidak berpengaruh nyata dari umur 3

Menurut Faciu, dkk 2014 menyatakan bahwa logam berat yang berada dalam perairan dan sedimen dapat masuk kedalam rantai makanan, seperti halnya pengkonsumsian ikan atau kerang

Interaksi perlakuan inokulasi isolat tunggal BPF dan perlakuan penyiraman terhadap bibit kelapa sawit berpengaruh nyata, demikian juga dengan kedua faktor