• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipe hutan pegunungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tipe hutan pegunungan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komposisi Vegetasi

Berdasarkan data vegetasi baik data primer maupun data sekunder diperoleh beberapa informasi mengenai nama lokal, nama ilmiah, habitus, famili dan kegunaannya. Berikut akan dibahas lebih lanjut vegetasi berdasarkan komposisi famili, komposisi spesies, komposisi spesies tumbuhan berdasarkan habitus, dominansi vegetasi, indeks keanekaragaman spesies (H’), indeks kemerataan (E), dan indeks kekayaan spesies (Dmg).

5.1.1 Komposisi spesies

Hasil analisis vegetasi yang dilakukan di kawasan hutan lindung RPH Guci diperoleh spesies tumbuhan sebanyak 155 spesies dari 66 famili. Data komposisi spesies dan famili pada tiga tipe hutan pegunungan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan spesies tertinggi terdapat pada hutan pegunungan atas dengan jumlah spesies sebanyak 114 spesies dari 55 famili. Pada ketiga hutan pegunungan tersebut, yaitu hutan pegunungan atas, hutan pegunungan tengah, dan hutan pegunungan bawah terdapat spesies dan famili yang sama diantaranya alang-alang (Imperata cylindrica), P. merkusii, dan P. oocarpa. Famili tumbuhan yang paling banyak ditemukan adalah famili Poaceae sebanyak 15 spesies, Fabaceae 10 spesies, dan famili Asteraceae 10 spesies.

114 72 70 55 40 42 0 20 40 60 80 100 120

Hutan peg. Atas Hutan peg. Tengah Hutan peg. Bawah

Juml ah sp e si e s

Tipe hutan pegunungan

Spesies Famili

(2)

Gambar 2 menunjukan komposisi spesies terbesar terdapat pada hutan pegunungan atas, dan untuk hutan pegunungan tengah memiliki jumlah spesies yang lebih besar dibandingkan dengan hutan pegunungan bawah. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekologi yang menjelaskan bahwa semakin tinggi suatu daerah maka keanekaragaman spesies semakin berkurang, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah cahaya dan suhu (Soerianegara & Indrawan 1998). Banyaknya spesies di hutan pegunungan atas di hutan lindung RPH Guci dipengaruhi oleh komposisi tegakan yang ada, dimana di dalam hutan pegunungan atas terdiri atas tiga jenis tegakan yaitu rimba campur (RBC), pinus, dan hutan alam. Aktivitas yang jarang dilakukan masyarakat di hutan pegunungan atas khususnya pada tegakan hutan alam mengakibatkan dampak kerusakan hutan yang kecil dibandingkan pada hutan pegunungan bawah. Hutan alam pada hutan pegunungan atas merupakan hutan lindung mutlak, dimana kondisi dari hutan tersebut masih alami.

Hutan pegunungan tengah dan pegunungan bawah memiliki jumlah spesies yang cukup rendah dibandingkan dengan jumlah spesies di hutan alam. Tegakan yang ada pada tipe hutan tersebut adalah RBC dan pinus. Hutan pegunungan tengah dan bawah merupakan hutan lindung terbatas (HLT), dimana keadaan alamnya dengan batas-batas tertentu dan sedikit banyak masih dapat diambil hasilnya, salah satunya hasil hutan non kayu berupa getah pinus. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan pegunungan tengah dan bawah.

5.1.2 Komposisi spesies berdasarkan habitus

Komposisi spesies tumbuhan yang berada di kawasan hutan lindung RPH Guci berdasarkan habitusnya dikelompokkan menjadi enam macam, yaitu pohon, perdu, herba, liana, semak, dan epifit. Data mengenai komposisi habitus dapat dilihat pada Gambar 3.

(3)

Gambar 3 Komposisi spesies berdasarkan habitus.

Data pada Gambar 3 menunjukkan bahwa spesies yang paling banyak ditemukan terdapat pada habitus pohon yaitu sebanyak 59 spesies (38,06%) dan jumlah spesies terkecil terdapat pada habitus epifit sebanyak 3 spesies (1,93%) yaitu Belvisia spicata, Asplenium nidus, dan Bulbophyllum antenniferum. Hal ini menunjukkan bahwa spesies dengan habitus pohon memiliki keanekaragaman spesies yang paling tinggi. Informasi mengenai habitus masing-masing spesies dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.1.3 Dominansi vegetasi

Dominansi menggambarkan suatu spesies utama yang mempengaruhi dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan menunjukkan banyaknya jumlah jenis, besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan (Fachrul 2007).

Dominansi suatu spesies berkaitan dengan Indeks Nilai Penting (INP), semakin tinggi nilai INP suatu spesies, maka spesies tersebut memiliki dominansi yang tinggi dalam komunitasnya. Daftar spesies yang memiliki INP tertinggi berdasarkan tingkat pertumbuhan dan tipe hutan akan disajikan lebih rinci sebagai berikut:

5.1.3.1 Dominansi di rimba campur (RBC)

Indeks Nilai Penting (INP) menentukan dominansi jenis tumbuhan terhadap tumbuhan lain. Dominansi spesies di tiga tipe hutan pada tegakan RBC disajikan pada Tabel 8.

3 11 31 23 28 59 0 10 20 30 40 50 60 70

Epifit Liana Herba Semak Perdu Pohon

Ju m lah sp esies Habitus

(4)

Tabel 8 Spesies dengan INP tertinggi di tiga tipe hutan pegunungan pada tegakan RBC

Tingkat Pertumbuh an/ habitus

Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Bawah

Nama ilmiah INP

(%) Nama ilmiah INP (%) Nama ilmiah INP (%) Semai Areca pumila 41,84 Dimocarpus

longan

52,20 Pinus

oocarpa

123,61 Pancang Pinus oocarpa 43,61 Pinus oocarpa 54,35 Pinus

oocarpa 102,60 Tiang Lithocarpus sundaicus 120,57 Eucalyptus saligna 156,56 Pinus oocarpa 124,88 Pohon Pinus merkusii 84,70 Pinus merkusii 300 Pinus

oocarpa 300 Tumbuhan bawah Scoparia dulcis 44,25 Pogonatherum paniceum 21,05 Scoparia dulcis 19,81

Spesies yang mendominasi di hutan pegunungan atas adalah L. sundaicus yaitu pada tingkat tiang dengan INP sebesar 120,57%, di hutan pegunungan tengah didominasi oleh P. merkusii sebesar 300%, dan pada hutan pegunungan bawah didominasi oleh P. oocarpa 300%.

P. merkusiii dan P. oocarpa merupakan vegetasi utama yang ada dalam wilayah kawasan hutan Perum Perhutani KPH Pekalongan Barat khususnya RPH Guci sebagai mayoritas tanaman komersial yang diusahakan. P. oocarpa lebih mendominasi pada hutan pegunungan bawah, pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan P. merkusii, merupakan faktor dilakukannya penanaman spesies tersebut. Selain itu, pinus merupakan spesies endemik yang mudah tumbuh dan memberikan pertumbuhan yang baik (Ali et al. 2009).

Tingkat pancang merupakan komponen permudaan yang sangat penting karena kunci sukses atau tidaknya proses permudaan tersebut berlangsung dapat dilihat pada fase tersebut (Sidiyasa et al. 2006). Pada ketiga tipe hutan pegunungan pada tingkat pancang sama-sama didominasi oleh P. oocarpa.

5.1.3.2 Dominansi di tegakan pinus

Dominansi spesies di tiga tipe hutan pada tegakan Pinus disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Spesies dengan INP tertinggi di tiga tipe hutan pegunungan pada tegakan pinus

Tingkat Pertumbuhan/ habitus

Hutan Peg. Atas Hutan Peg. Tengah Hutan Peg. Bawah

Nama ilmiah

INP

(%) Nama ilmiah

INP

(%) Nama ilmiah INP (%)

Tumbuhan bawah Scoparia dulcis 37,65 Scoparia dulcis 27,39 Scoparia dulcis 33,62

(5)

S. dulcis merupakan spesies yang mampu beradaptasi sehingga spesies tersebut yang mendominasi dalam komunitasnya. Berdasarkan hasil analisis vegetasi S. dulcis terdapat di berbagai ketinggian yaitu hutan pegunungan atas, tengah, dan bawah baik di tegakan RBC, pinus, dan hutan alam. Hal tersebut menggambarkan S. dulcis mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungannya.

5.1.3.4 Dominansi di hutan alam

Dominansi spesies di tipe hutan pegunungan atas pada tegakan hutan alam disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Spesies dengan INP tertinggi di tiga tipe hutan Tingkat Pertumbuhan/

habitus

Hutan Peg. Atas

Nama ilmiah INP (%)

Semai Areca pumila 100,34

Pancang Laportea stimulans 26,96

Tiang Glochidion obscurum 45,35

Pohon Lithocarpus sundaicus 55,06

Tumbuhan bawah Scoparia dulcis 17,00

Spesies yang mendominasi di hutan alam yaitu A. pumila dengan INP sebesar 100,34% pada tingkat semai. A. pumila hanya ditemukan pada hutan pegunungan atas, hal tersebut menggambarkan bahwa di hutan pegunungan atas khususnya di hutan alam merupakan tempat tumbuh yang sesuai. Spesies yang mendominasi pada hutan pegunungan atas untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Spesies yang mendominasi: a) Areca pumila, b) Scoparia dulcis. Tingkat dominansi suatu spesies dalam suatu komunitas salah satunya dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor luar yang mempengaruhi seperti iklim, geografis, edafis, dan biotik (Hasanah 2011). Spesies yang memiliki INP kecil merupakan spesies yang tidak mendominasi yang

(6)

dikarenakan oleh faktor tersebut misalnya kesesuaian habitat yang tidak mencukupi.

Gambar 5 Kondisi vegetasi a) hutan rimba campur (RBC), b) hutan tanaman pinus, c) hutan alam.

Kawasan hutan lindung RPH Guci memiliki kemampuan regenerasi yang baik. Menurut Marito (2010), jumlah semai dan tumbuhan bawah pada suatu hutan menentukan keberlangsungan hutan tersebut untuk regenerasi sehingga tetap ada, hal tersebut dapat diketahui dari tingkat pertumbuhan atau habitus yang mendominasi.

5.1.4 Komposisi famili

Berdasarkan hasil kegiatan analisi vegetasi yang telah dilakukan di Kawasan Hutan Lindung (HL) RPH Guci, terdapat 155 spesies terdiri atas 66 famili yang tersebar di tiga kelas ketinggian yaitu hutan pegunungan atas, hutan pegunungan tengah, dan hutan pegunungan bawah. Komposisi famili dari ketiga hutan pegunungan berdasarkan ketinggian tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Komposisi famili berdasarkan tipe hutan pegunungan.

Jumlah famili pada hutan pegunungan atas memiliki proporsi yang lebih besar dari pada hutan pegunungan tengah dan bawah. Hal ini dikarenakan hutan

55 40 42 0 10 20 30 40 50 60

hutan pegunungan atas hutan pegunungan tengah hutan pegunungan bawah Ju m lah f am il i

Tipe hutan pegunungan

(7)

pegunungan atas memiliki tiga tipe hutan yaitu RBC, hutan tanaman pinus, dan hutan alam serta komposisi famili yang bermacam. Sedangkan di hutan pegunungan tengah dan bawah hanya terdapat dua tipe hutan, yaitu RBC dan hutan tanaman pinus. Hutan pegunungan tengah memiliki jumlah famili lebih kecil dibandingkan dengan hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan tengah, hal ini dimungkinkan spesies yang berada pada RBC dan hutan tanaman pinus hampir sama.

Famili yang paling banyak ditemukan dari ketiga tipe hutan pegunungan tersebut berturut-turut adalah famili Poaceae, yaitu sebanyak 15 spesies, Fabaceae 10 spesies, Asteraceae 10 spesies, Myrtaceae, Polypodiaceae, dan Rubiaceae masing-masing enam spesies. Hal ini menunjukkan bahwa famili Poaceae memiliki dominansi yang tinggi dibandingkan dengan famili lainnya.

5.1.5 Keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan spesies (Dmg)

Data yang diperoleh dihitung menggunakan Shannon-Wiener Index untuk mengetahui keanekaragaman spesies. Disamping itu, dihitung juga indeks kemerataan spesies (E), dan indeks kekayaan margalef (Dmg). Data hasil perhitungan pada masing-masing tingkat pertumbuhan di tipe hutan yang berbeda disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Rekapitulasi indeks keanekaragaman spesies (H’), kemerataan spesies (E), kekayaan spesies (Dmg) berdasarkan tipe hutan

No Tipe hutan Tingkat pertumbuhan/habitus Keanekaragaman spesies (H’) Kemerataan (E) Kekayaan (Dmg) 1 Hutan pegunungan atas -RBC Semai 2,38 0,87 3,82 Pancang 2,61 0,92 4,23 Tiang 1,61 0,89 1,95 Pohon 1,72 0,88 2,07 Tumbuhan bawah 3,08 0,81 6,38

-Pinus Tumbuhan bawah 2,96 0,80 5,25

-Hutan alam Semai 1,79 0,69 2,38

Pancang 2,76 0,89 4,09 Tiang 2,78 0,92 4,52 Pohon 2,63 0,86 4,28 Tumbuhan bawah 3,28 0,88 5,60 2 Hutan pegunungan tengah -RBC Semai 1,84 0,95 2,07 Pancang 2,01 0,83 2,28 Tiang 0,69 0,99 0,48 Pohon 0 - -

(8)

Tabel 11 Rekapitulasi indeks keanekaragaman spesies (H’), kemerataan spesies (E), kekayaan spesies (Dmg) berdasarkan tipe hutan (Lanjutan)

No Tipe hutan Tingkat pertumbuhan/habitus Keanekaragaman spesies (H’) Kemerataan (E) Kekayaan (Dmg) Tumbuhan bawah 3,25 0,86 7,04

-Pinus Tumbuhan bawah 3,35 0,87 5,92

3 Hutan pegunungan bawah -RBC Semai 0,92 0,83 0,83 Pancang 1,61 0,73 2,07 Tiang 1,07 0,97 1,11 Pohon 0 - - Tumbuhan bawah 3,29 0,85 6,01

-Pinus Tumbuhan bawah 3,06 0,84 5,03

Indeks keanekaragaman pada masing-masing tipe hutan memiliki nilai yang beragam. Keanekaragaman spesies yang rendah terdapat di hutan pegunungan tengah dan bawah yaitu untuk tingkat pertumbuhan tiang dan pohon di hutan pegunungan tengah, dan tingkat pertumbuhan semai dan pohon di hutan pegunungan bawah.

Keanekaragaman spesies dalam kategori sedang tersebar di tiga tipe hutan pegunungan. Hutan pegunungan atas yaitu pada hutan RBC (semai, pancang, tiang dan pohon), hutan tanaman pinus (tumbuhan bawah), dan hutan alam (semai, pancang, tiang, dan pohon). Sedangkan pada hutan pegunungan tengah dan bawah keanekaragaman dalam kategori sedang hanya terdapat di hutan RBC yaitu tingkat pertumbuhan semai dan pancang di hutan pegunungan tengah, tingkat pertumbuhan pancang, dan tiang di hutan pegunungan bawah.

Keanekaragaman yang tergolong tinggi, yaitu pada tumbuhan bawah di tiga tipe hutan pegunungan yaitu hutan pegunungan atas (RBC dan hutan alam), hutan pegunungan tengah (RBC dan hutan tanaman pinus), dan hutan pegunungan bawah (RBC dan hutan tanaman pinus).

Nilai indeks kemerataan spesies (E) memiliki selang antara 0-1 (Magurran 1988), dari Tabel 11 terlihat bahwa kemerataan spesies-spesies dari tingkat pertumbuhan menunjukkan penyebaran individu yang relatif merata.

Indeks kekayaan suatu spesies menunjukkan kekayaan spesies dalam suatu komunitas, besarnya indeks kekayaan suatu spesies memiliki selang antara 3,5-5,0 (Magurran 1988). Berdasarkan Tabel 13 Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan spesies dengan nilai tertinggi terdapat di hutan pegunungan tengah.

(9)

Indeks keanekaragaman spesies tertinggi, yaitu pada tumbuhan bawah di tegakan pinus yaitu sebesar 3,35. Dalam hal ini, keanekaragaman spesies terendah terdapat pada tingkat pohon di hutan pegunungan tengah dan hutan pegunungan bawah di tegakan RBC sebesar 0.

Indeks kemerataan spesies di tiga tipe tegakan hutan menunjukkan penyebaran individu-individu yang merata dari setiap spesies pada masing-masing tingkat pertumbuhan yang ada dengan nilai Dmg mendekati 1. Indeks kemerataan spesies tertinggi yaitu pada tingkat tiang di hutan pegunungan tengah yaitu pada tegakan RBC sebesar 0,99.

Tumbuhan bawah merupakan habitus yang memiliki nilai kekayaan spesies tertinggi di ketiga tipe hutan pegunungan. Indeks kekayaan spesies tertinggi yaitu pada tumbuhan bawah yang terdapat di hutan pegunungan tengah RBC sebesar 7,04. Indeks kekayaan spesies yang tergolong rendah terdapat di hutan pegunungan atas pada tegakan RBC tingkat tiang dan pohon.

Indeks keanekaragaman (H’) berkorelasi positif dengan indeks kekayaan spesies (R). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11 yang menunjukan bahwa indeks keanekaragaman spesies (H’) yang tinggi menghasilkan indeks kekayaan spesies (R) yang tinggi pula, hal yang sama berpengaruh juga terhadap kemerataan suatu spesies (E). Faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan pada lokasi penelitian.

5.2 Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci 5.2.1 Komposisi spesies tumbuhan obat

Hasil analisis vegetasi dari 155 spesies yang ditemukan, terdapat sebanyak 98 spesies (63,22%) dari 53 famili merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai obat. Berikut komposisi spesies dan famili tumbuhan berpotensi obat yang terdapat pada masing-masing hutan pegunungan (Gambar 7).

(10)

Gambar 7 Komposisi spesies dan famili yang berpotensi obat pada ketiga tipe hutan pegunungan.

Spesies tumbuhan yang berpotensi sebagai obat lebih banyak ditemukan di hutan pegunungan atas yaitu sebesar 68 spesies dari 44 famili, dimana pada ketiga hutan pegunungan tersebut terdapat spesies dan famili yang sama. Famili yang mendominasi adalah Poaceae dan Fabaceae, masing-masing sebesar enam spesies (6,31%).

5.2.2 Komposisi famili tumbuhan obat

Keanekaragaman tumbuhan yang terdapat di kawasan hutan lindung RPH Guci terdiri atas 53 famili dari 98 spesies (63,22%) yang sudah diketahui kegunaannya sebagai tumbuhan obat. Komposisi famili tumbuhan obat dengan jumlah spesies terbanyak disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Komposisi spesies tumbuhan obat berdasarkan famili.

Gambar 8 menunjukkan beberapa famili tumbuhan obat dengan jumlah spesies terbanyak antara lain famili Asteraceae tiga spesies, Euphorbiaceae empat

68 51 46 44 36 35 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Hutan peg. Atas Hutan peg. Tengah Hutan peg. bawah

Juml ah sp e si e s

Tipe hutan pegunungan

Spesies Famili 3 4 6 3 3 3 4 5 6 3 4 3 0 1 2 3 4 5 6 7 Asteraceae Fabaceae Melastomataceae Moraceae Poaceae Rubiaceae Jumlah spesies F am il i

(11)

spesies, Fabaceae enam spesies, Malvaceae tiga spesies, Melastomataceae tiga spesies, Meliaceae tiga spesies, Moraceae empat spesies, Myrtaceae lima spesies, Poaceae enam spesies, Polypodiaceae tiga spesies, Rubiaceae empat spesies, dan Verbenaceae tiga spesies. Hal tersebut menunjukan spesies tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan berasal dari famili Poaceae dan Fabaceae yaitu masing-masing sebanyak enam spesies. Spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam famili Poaceae antara lain alang-alang, bambu tali (Giganthochloa apus), kamijara (Cymbopogon nardus), rumput grinting (Cynodon dactylon), rumput pring-pringan (Pogonatherum paniceum), dan tebu (Saccharum officinarum) sedangkan spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam famili Fabaceae yaitu flemingia (Flemingia strobilifera), kaliandra putih (Calliandra tetragona), kayu dadap (Erythrina microcarpa), petai cina (Leucana glauca), petai hutan (Parkia speciosa), dan secang (Caesalpinia sappan).

Kesesuaian tempat tumbuh merupakan salah satu faktor yang mendukung spesies dari famili tersebut yang mendominasi. Famili Poaceae lebih mendominasi pada kondisi lingkungan yang terbuka atau rindang, kondisi lingkungan dengan ketersediaan sinar matahari yang cukup, merupakan tempat tumbuh yang sesuai.

5.2.3 Komposisi spesies tumbuhan obat berdasarkan habitus

Komposisi tumbuhan obat yang terdapat di kawasan hutan lindung RPH Guci berdasarkan habitusnya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Komposisi spesies tumbuhan obat berdasarkan habitus.

Tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat di kawasan hutan lindung RPH Guci lebih banyak ditemukan pada habitus pohon yaitu sebanyak 38

1 5 16 17 21 38 0 5 10 15 20 25 30 35 40

Epifit Liana Herba Semak Perdu Pohon

Ju m lah sp esies Habitus

(12)

spesies (38,77%) dari 59 spesies yang ditemukan, perdu 21 spesies (21,42%) dari 28 spesies, semak 17 spesies (17,35%) dari 23 spesies, herba 16 spesies (16,32%) dari 31 spesies, liana 5 spesies (5,10%) dari 11 spesies, dan komposisi spesies terkecil pada habitus epifit sebanyak 1 spesies (1,02%) yaitu Asplenium nidus, dari 3 spesies.

5.2.4 Kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat

Berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya, spesies-spesies tumbuhan obat yang terdapat di kawasan hutan lindung RPH Guci dikelompokan kedalam 22 kelompok penyakit/penggunaan. Kelompok penyakit tertinggi terdapat pada kelompok penyakit/penggunaan saluran pencernaan yaitu sebanyak 38 spesies, dan terendah ditemukan pada kelompok penyakit telinga sebesar dua spesies. Rekapitulasi klasifikasi tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit/penggunannya tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12 Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci

No Kelompok penyakit/penggunaan Jumlah spesies

1 Gangguan peredaran darah 11

2 Penawar racun 6 3 Pengobatan luka 10 4 Penyakit diabetes 6 5 Penyakit gigi 3 6 Penyakit ginjal 7 7 Penyakit kanker/tumor 1 8 Penyakit kuning 8

9 Penyakit khusus wanita 8

10 Penyakit kulit 23

11 Perawatan organ tubuh wanita 5

12 Penyakit malaria 4

13 Penyakit mata 13

14 Penyakit mulut 9

15 Penyakit otot dan persendian 10

16 Penyakit telinga 2

17 Tonikum 4

18 Penyakit saluran pembuangan 25

19 Penyakit saluran pencernaan 38

20 Penyakit saluran pernafasan/ THT 26 21 Perawatan kehamilan dan persalinan 6

22 Perawatan rambut, muka, kulit 7

(13)

1. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gangguan peredaran darah

Spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit gangguan peredaran darah terdiri atas 11 spesies, yaitu andul-andul, jeruk nipis, kopi, kunyit, mahoni, orang-aring, petai cina, salam, secang, selada air, dan wortel. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 13.

Gambar 10 Andul-andul (Sida acuta Burm.f.).

Tabel 13 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk mengobati penyakit darah tinggi

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit 1 Andul-andul Sida acuta Daun, akar Penambah darah, 2 Jeruk nipis Citrus aurantium Buah , bunga,

daun

Tekanan darah tinggi 3 Kopi Coffea robusta Biji, daun Tekanan darah rendah 4 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah 5 Mahoni Swietenia macrophylla Biji Tekanan darah tinggi 6 Orang-aring Scoparia dulcis Daun, akar Hipertensi

7 Petai cina Leucana glauca Biji Hipertensi, 8 Salam Syzygium polyanthum Daun, kulit

batang, akar, buah

Kolesterol tinggi, hipertensi 9 Secang Caesalpinia sappan Batang Gangguan darah 10 Selada air Nasturtium officinale Herba Hipertensi

11 wortel Daucus carota Buah, daun Tekanan darah tinggi, kadar kolesteroldarah tinggi, stroke

2. Spesies tumbuhan untuk penawar racun

Spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk penawar racun terdiri atas enam spesies, yaitu kopi, labu buah, melati hutan, pisang hutan, talas, dan wortel. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 14.

(14)

Gambar 11 Melati hutan (Clerodendrum inerme L. Gaertn.).

Tabel 14 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk mengobati/penawar racun

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit 1 Kopi Coffea robusta Biji, daun Penawar racun, 2 Labu buah Cucurbita moschata Buah Mengobati bisa binatang 3 Melati hutan Clerodendrum inerme Akar, biji Penawar racun 4 Pisang hutan Musa paradisiaca Rimpang, batang Penawar racun 5 Talas Colocasia esculenta Umbi, getah Digigit ular berbisa 6 wortel Daucus carota Buah, daun Keracunan bahan kimia

3. Spesies tumbuhan obat untuk pengobatan luka

Spesies tumbuhan untuk mengobati luka terdiri atas 10 spesies, yaitu gewor, harendong, kaliandra putih, kamijara, markisa, melati hutan, pacar air, sontak, suyung, dan talas. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 15.

(15)

Tabel 15 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk pengobatan luka

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Gewor Commelina paleata Daun Luka

2 Harendong Clidemia hirta Daun Pendarahan luka sayatan 3 Kaliandra putih Calliandra tetragona Daun Obat luka 4 Kamijara Cymbopogon nardus Herba Memar

5 Markisa Passiflora laurifolia Daun Luka-luka, memar 6 Melati hutan Clerodendrum inerme Akar, biji Luka-luka 7 Pacar air Impatiens balsamina Herba obat anti inflamasi 8 Sontak Mikania scandens Daun Obat luka 9 Suyung Erechthites valerianifolia Daun Mengobati luka 10 Talas Colocasia esculenta Umbi, getah Pembalut luka

4. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit diabetes

Spesies tumbuhan untuk mengobati penyakit diabetes terdiri atas enam spesies, yaitu banyon, jambon, mahoni, petai cina, petai hutan, dan salam. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 16.

Gambar 13 Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.).

Tabel 16 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit diabetes

No Nama lokal

Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit 1 Banyon Strobilanthes crispus Daun Diabetes 2 Jambon Eugenia syzygium Kulit batang, daun Obat sakit gula 3 Mahoni Swietenia macrophylla Biji Kencing manis 4 Petai cina Medinilla speciosa Biji Kencing manis 5 Petai hutan Parkia speciosa Daun, biji Kencing manis 6 Salam Syzygium polyanthum Daun, kulit batang, akar, buah Kencing manis

(16)

5. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gigi

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gigi terdiri atas tiga spesies yaitu, cengkeh hutan, kunyit, dan selada air. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 17.

Gambar 14 Selada air (Nasturtium officinale L. R. Br.).

Tabel 17 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit gigi

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan Khasiat/macam penyakit 1

Cengkeh hutan

Syzygium sp. Daun, buah, kulit batang

Sakit gigi

2 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Radang gusi 3 Selada air Nasturtium officinale Herba Sakit gigi

6. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit ginjal

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit ginjal terdiri atas tujuh spesies yaitu, alang-alang, kayu kebek, kopi, petai cina, pisang hutan, selada air, dan wortel. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 18.

(17)

Tabel 18 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit ginjal

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Alang-alang Imperata cylindrica Herba obat bengkak karena peradangan ginjal akut 2 Kayu kebek Ficus alba Daun Ginjal

3 Kopi Coffea robusta Biji, daun Radang ginjal 4 Petai cina Leucana glauca Biji Radang ginjal 5 Pisang hutan Musa paradisiaca Rimpang, batang Ginjal

6 Selada air Nasturtium officinale Herba Gangguan ginjal 7 Wortel Daucus carota Buah, daun Batu ginjal

7. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kanker/tumor

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kanker atau tumor terdapat satu spesies yaitu wortel (Tabel 19).

Gambar 16 Wortel (Daucus carota L.).

Tabel 19 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit kanker/tumor

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Wortel Daucus carota Buah, daun Kanker

8. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kuning

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati pnyakit kuning terdiri atas delapan spesies, yaitu benikan, jerukan, melati hutan, petai hutan, rumput tembagan, rumput wudelan, selada air, dan wortel. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 20.

(18)

Gambar 17 Benikan (Gomphrena globosa L.).

Tabel 20 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit kuning

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Benikan Gomphrena globosa Bunga Liver

2 Jerukan Glycosmis cochin-chinensis Daun Obat sakit empedu 3 Melati hutan Clerodendrum inerme Akar, biji Penyakit radang hati. 4 Petai hutan Parkia speciosa Daun, biji Limpa

5 Rumput tembagan Hydrocotyle sibthorpioides Herba Sakit kuning, sirosis hati, batu empedu 6 Rumput wudelan Kyllinga brevifolia Herba Radang hati

7 Selada air Nasturtium officinale Herba Gangguan hati 8 Wortel Daucus carota Buah, daun Hepatitis

9. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit khusus wanita

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit khusus wanita terdiri dari delapan spesies, yaitu durian, jeruk nipis, kamijara, kayu suriya, kembang sepatu, kunyit, pacar air, dan petai cina. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 21.

(19)

Tabel 21 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit khusus wanita

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Durian Durio zibethinus Akar, daun, kulit buah Pelancar haid

2 Jeruk nipis Citrus aurantium Buah , bunga, daun Melangsingkan badan 3 Kamijara Cymbopogon nardus Herba Haid tidak teratur 4 Kayu suriya

Toona sinensis Batang, daun, bunga, kulit batang

Obat peluruh haid

5 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Akar, daun, bunga Melancarkan haid 6 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Tidak datang haid, keputihan 7 Pacar air Impatiens balsamina Herba Melancarkan haid, 8 Petai cina Leucana glauca Biji Obat peluruh haid,

10. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit terdiri atas 23 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 22.

Gambar 19 Bal-balan (Hyptis brevipes Poit.).

Tabel 22 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit kulit

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Alang-alang Imperata cylindrica Herba Menghilangkan haus pada penderita campak 2 Bal-balan Hyptis brevipes Daun Kulit bernanah 3 Braja lintang Belamcanda chinensis Rimpang, daun Bengkak 4 Cakar ayam Sellaginella unsinata Herba Eksim

5 Combrang Nicolaia speciosa Daun Mengurangi bau keringat 6 Durian Durio zibethinus Akar, daun, kulit buah Cantengan

(20)

Tabel 22 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit kulit (Lanjutan)

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

7 Flemingia Flemingia strobilifera Daun Penyakit kulit 8 Kayu jurang Villebrunea rubescens Batang Bengkak, cacar 9 Kayu mesawa Engelhardia spicata Kulit batang Gatal-gatal

10 Kunyit

Curcuma domestica Rimpang Campak, kudis, koreng, eksim, gatal-gatal, bengkak-bengkak. 11 Markisa Passiflora laurifolia Daun Luka-luka, memar, bisul, eksim, kadas, kurap

12 Nangka

Artocarpus heterophyllus

Biji, daun, buah, batang, kulit batang

Mengobati borok, koreng, luka,

13 Pacar air Impatiens balsamina Herba Bisul 14 Pakis andam berduri Dicranopteris dichotoma Herba Memar

15 Pakis kawat Lycopodium cernuum Herba Obat bisul

16 Pakis sayur Diplazium esculentum Daun Menghilangkan bau keringat 17 Petai cina Leucana glauca Biji Luka berdarah, bisul 18 Petai hutan Parkia speciosa Daun, biji Cacar monyet 19 Pinus merkusii Pinus merkusii Getah Mengobati bisul dan sakit kulit 20 puyengan Lantana camara Daun Menghilangkan bengkak-bengkak 21 Rambutan Nephelium lappaceum Kulit buah Jerawat, kudis

22 Wortel Daucus carota Buah, daun Campak, cacar 23 Waru lot Thespesia populnea Daun, buah Sakit kepala, kudis, membasmi kutu kepala

11. Spesies tumbuhan obat untuk perawatan organ tubuh wanita

Spesies tumbuhan obat untuk perawatan organ tubuh wanita terdiri atas lima spesies, yaitu cakar ayam, jambu biji, jeruk nipis, kunyit, dan secang. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 23.

(21)

Tabel 23 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk perawatan organ tubuh wanita

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Cakar ayam Sellaginella unsinata Herba obat pembersih darah haid 2 Jambu biji Syzygium aqueum Akar, daun Pembersih keputihan 3 Jeruk nipis Citrus auranticum Buah , bunga, daun Melangsingkan badan 4 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Radang rahim 5 Secang Caesalpinia sappan Batang Radang payudara

12. Spesies tumbuhan obat untuk penyakit malaria

Spesies tumbuhan obat untuk penyakit malaria terdiri atas empat spesies, yaitu braja lintang, jeruk nipis, kina, dan rumput wudelan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 24.

Gambar 21 Rumput wudelan (Kyllinga brevifolia Rottb.).

Tabel 24 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit malaria

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Braja lintang Belamcanda chinensis Rimpang, daun Malaria

2 Jeruk nipis Citrus auranticum Buah , bunga, daun panas pada malaria 3 Kina Chinchona succirubra Buah, daun Parasit malaria, 4 Rumput wudelan Kyllinga brevifolia Herba Malaria

13. Spesies tumbuhan obat untuk penyakit mata

Spesies tumbuhan obat untuk penyakit mata terdiri atas 13 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 25.

(22)

Gambar 22 Bandotan (Ageratum conyzoides L.).

Tabel 25 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit mata

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Bambu tali Giganthochloa apus Tunas Radang selaput mata, demam 2 Bandotan Ageratum conyzoides Akar, daun Sakit mata

3 Benikan Gomphrena globosa Bunga Radang mata 4 Cengkeh hutan Syzygium sp. Daun, buah, kulit batang Mata nyeri 5 Kalikadep Mussaenda frondosa Daun Obat mata 6 Kayu jurang Villebrunea rubescens Batang Mata bengkak 7 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Mata

8 Leunca hutan Solanum ningrum Buah Mengobati sakit mata pada ayam 9 Rukem Flacourtia rukam Daun Obat sakit mata 10 Salam Syzygium polyanthum Daun, kulit batang, akar, buah Sakit mata 11 Secang Caesalpinia sappan Batang Obat mata 12 Selada air Nasturtium officinale Herba Rabun 13 Wortel Daucus carota Buah, daun Rabun senja

14. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit mulut

Spesies tumbuhna obat untuk penyakit mulut terdiri atas sembilan spesies, yaitu aren, brembet, jambu air, parijata, rambutan, rumput tembagan, selada air, strawberi hutan, dan teh-tehan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 26.

(23)

Gambar 23 Brembet (Rubus moluccanus L.).

Tabel 26 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit mulut

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Aren Arenga pinnata Buah Sariawan

2 Brembet Rubus moluccanus Akar, daun Sariawan 3 Jambu air Syzygium aqueum Kulit batang Sariawan 4 Parijata Medinella speciosa Daun, buah Obat sariawan, 5 Rambutan Nephelium lappaceum Kulit buah Obat sariawan 6 Rumput tembagan

Hydrocotyle sibthorpioides

Herba Sariawan, radang tenggorokan, infeksi amandel.

7 Selada air Nasturtium officinale Herba Sariawan 8 Strawberi hutan Rubus rosaefolius Akar, daun Sariawan. 9 Teh-tehan

Acalypha hispida

Burm.

Akar, daun Sariawan

15. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit otot dan persendian

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit otot dan persendian terdiri atas 10 spesies, yaitu combrang, kamijara, kunyit, mahoni, pacar air, pakis andam tak berduri, pulai, rambutan, selada air, dan tumpangan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 27.

(24)

Tabel 27 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit otot dan persendian

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Combrang Nicolaia speciosa Daun Encok

2 Kamijara Cymbopogon nardus Herba Otot, sendi ngilu 3 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Encok

4 Mahoni Swietenia macrophylla Biji Rematik

5 Pacar air Impatiens balsamina L. Herba Leher terasa kaku, rematik. 6 Pakis andam tak berduri Lygodium circinatum Akar, daun Keseleo

7 Pulai Alstonia scholaris Akar, kulit batang, daun Pegel-pegel 8 Rambutan Nephelium lappaceum Kulit buah Encok 9 Selada air Nasturtium officinale Herba Keseleo. 10 Tumpangan Hedyotis verticillata Herba Anti rematik

16. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit telinga

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit telinga terdiri atas dua spesies, yaitu markisa dan rumput tembagan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 28.

Tabel 28 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit telinga

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Markisa Passiflora laurifolia Daun Obat radang telinga 2 Rumput tembagan Hydrocotyle sibthorpioides Herba Infeksi telinga tengah

17. Spesies tumbuhan obat untuk tonikum

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati tonikum atau penambah tenaga (kekuatan) terdiri atas empat spesies yaitu, jeruk nipis, kayu suriya, kina, dan nangka. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 29.

(25)

Gambar 25 Kayu suriya (Toona sinensis (A. Juss.) Roem.).

Tabel 29 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk tonikum

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit 1 Jeruk nipis Citrus auranticum Buah , bunga, daun Menambah stamina 2 Kayu suriya Toona sinensis Batang, daun, bunga, kulit batang Tonikum

3 kina Chinchona succirubra Buah, daun Tonikum kuat 4 nangka Artocarpus heterophyllus Biji, daun, buah, batang, kulit batang Tonikum

18. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit saluran pembuangan

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit saluran pembuangan terdiri atas 25 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 30.

(26)

Tabel 30 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit saluran pembuangan

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Alang-alang Imperata cylindrica Herba Infeksi saluran kemih, air kemih berdarah

2 Aren Arenga pinnata Buah Wasir

3 Benikan Gomphrena globosa Bunga Buang air kecil tidak lancar 4 Cengkeh hutan Syzygium sp. Daun, buah, kulit batang Kencing tidak lancar 5 Combrang Nicolaia speciosa Daun Tinja berdarah 6 Gewor Commelina paleata Daun Peluruh keringat 7 Hampelas Ficus ampelas Buah Pelancar air seni 8 Kayu anggrung Trema orientalis Akar Obat murus dan kencing berdarah 9

Kayu dempul

Glochidion obscurum Daun Berak darah

10 Kayu jurang Villebrunea rubescens Batang Peluruh air seni 11 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Akar, daun, bunga Kencing bernanah, 12 Kopi Coffea robusta Biji, daun Peluruh air seni 13 Markisa Passiflora laurifolia Daun Kencing nanah 14 Pakis andam berduri Dicranopteris dichotoma Herba infeksi saluran kencing 15 Renggetan Achyranthes aspera L. Akar Buang air besar berdarah 16 Rumput pring-pringan Pogonatherum paniceum

Herba Melancarakan air seni

17 Rumput tembagan Hydrocotyle sibthorpioides Herba Infeksi saluran kencing 18 Rumput wudelan Kyllinga brevifolia Herba Urine mengandung lemak 19 Secang Caesalpinia sappan Batang Obat luka dalam, buang air berdarah 20 Selada air Nasturtium officinale Herba Peluruh air seni, 21 Sengganian Melastoma affine Herba Buang air besar berdarah 22 Talas Colocasia esculenta Umbi, getah Obat berak darah 23 Tebu Saccharum officinarum Akar Buang air besar berdarah 24 Tumpangan Hedyotis verticillata Herba Peluruh air seni

25 wortel Daucus carota Buah, daun Radang kandung kemih, batu saluran kencing

19. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati saluran pencernaan

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati saluran pencernaan terdiri atas 38 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 31.

(27)

Gambar 27 Coetan/nyangkuhan (Curculigo capitulata (Lour.) O. Kuntze). Tabel 31 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang

dimanfaatkan untuk penyakit saluran pencernaan No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang

digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Andul-andul Sida acuta Daun, akar Sakit perut 2 Bambu tali Giganthochloa apus Tunas Pencegah mual 3 Bandotan Ageratum conyzoides Akar, daun Sakit perut 4 Benikan Gomphrena globosa Bunga Disentri

5 Braja lintang Belamcanda chinensis Rimpang, daun Pencahar, nyeri lambung 6 Cengkeh hutan Syzygium sp. Daun, buah, kulit batang Sembelit, kurang nafsu makan 7 Coetan/nyangkuhan Curculigo capitulata Buah Merangsang nafsu makan 8 Combrang

Nicolaia speciosa Daun Kurang nafsu makan, pencernaan makanan kurang baik, kolera, difteri 9 Flemingia Flemingia strobilifera Daun Obat cacing

10 Ganyong merah Canna edulis Herba obat mencret, lambung, radang usus, perut mulas 11 Gorang Trevesia sundaica Daun Penambah nafsu makan 12 Jambu biji Psidium guajava Akar, daun Disentri

13 Jerukan Glycosmis cochin-chinensis Daun obat sakit empedu, dan sakit perut mulas 14 Kalikadep Mussaenda frondosa Daun Penyakit usus

15 Kamijara Cymbopogon nardus Herba Nyeri lambung, diare 16 Kathokan Stenochlaena palustris Daun Obat cuci perut

17 Kayu dempul Glochidion obscurum Daun Berak darah, perut mulas 18 Kayu suriya

Toona sinensis Batang, daun, bunga, kulit batang

Cacingan, didentri, menambah nafsu makan

19 Kina Chinchona succirubra Buah, daun Obat diare

(28)

Tabel 31 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit saluran pencernaan (Lanjutan)

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

21 Kunyit

Curcuma domestica Rimpang Obat radang umbai usus buntu, sembelit, diare, disentri

22 Mahoni Swietenia macrophylla Biji Kurang nafsu makan, 23 Mangga Mangifera indica Kulit batang, biji Diare, obat cacing 24 Orang-aring Scoparia dulcis Daun, akar Lambung, disentri 25 Parijata Medinella speciosa Daun, buah Mengobati diare 26 Petai cina Leucana glauca Biji Obat cacing 27 Petai hutan Parkia speciosa Daun, biji Obat cacing 28 Pisang hutan Musa paradisiaca Rimpang, batang pendarahan usus 29 Pulai

Alstonia scholaris Akar, kulit batang, daun

Memperkuat lambung

30 Pulutan Urena lobata Akar, daun Mengobati sakit perut 31 Rumput grinting Cynodon dactylon Herba Sakit perut

32 Rumput wudelan Kyllinga brevifolia Herba Disentri basiler, nyeri lambung

33 Salam

Syzygium polyanthum Daun, kulit

batang, akar, buah

Obat diare dan lambung lemah

34 secang Caesalpinia sappan Batang Diare

35 Selada air Nasturtium officinale Herba Gangguan pencernaan, penambah nafsu makan 36 Strawberi hutan Rubus rosaefolius Akar, daun Sakit perut

37 Suyung

Erechthites valerianifolia

Daun Sakit perut, gangguan pencernaan, perut kembung 38 wortel

Daucus carota Buah, daun Nyeri perut, perut kembung, sembelit, diare kronis pada bayi

20. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati saluran pernafasan/THT

Spesies tumbuhan obat untuk mengobati saluran pernafasan/THT terdiri atas 26 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 32.

(29)

Gambar 28 Strawberi hutan (Rubus rosaefolius J. E. Smith.).

Tabel 32 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit saluran pernafasan/THT

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Alang-alang Imperata cylindrica Herba Mimisan, batuk darah, sesak 2 Aren Arenga pinnata Buah Tuberkulosis, paru 3 Bambu tali Giganthochloa apus Tunas Asma

4 Benikan

Gomphrena globosa Bunga Batuk rejan, radang saluran pernafasan akut dan menahun, sesak nafas, tuberkulosis, 5 Braja lintang Belamcanda chinensis Rimpang, daun Radang tenggorokan, asma, batuk 6 Cengkeh hutan Syzygium sp. Daun, buah, kulit batang Batuk, sesak nafas 7 Jeruk nipis Citrus aurantium Buah , bunga, daun Influenza, batuk, lendir di tenggorokan 8 Kalikadep Mussaenda frondosa Daun Obat batuk

9 Kamijara Cymbopogon nardus Herba Batuk

10 Kemaduan Laportea stimulans Kulit batang Obat batuk, obat rambut 11 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Akar, daun, bunga Obat batuk

12 Kina Chinchona succirubra Buah, daun Pelindung influenza 13 Kunyit Curcuma domestica Rimpang Radang hidung 14 Mentol Pycnanthemum virginianum Akar Flu

15 Nangka

Artocarpus heterophyllus

Biji, daun, buah, batang, kulit batang

Obat batuk

16 Orang-aring Scoparia dulcis Daun, akar Batuk, bronkhitis 17 Pakis andam berduri Dicranopteris dichotoma Herba Batuk

18 Pakis kawat Lycopodium cernuum Herba Obat batuk, sesak nafas 19 Renggetan Achyranthes aspera Akar Batuk

(30)

Tabel 32 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit saluran pernafasan/THT (Lanjutan) No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang

digunakan

Khasiat/macam penyakit

21 Rumput tembagan Hydrocotyle sibthorpioides Herba Batuk, pilek, sesak nafas, radang tenggorokan 22 Rumput wudelan Kyllinga brevifolia Herba Flu, radang saluran pernafasan 23 Selada air Nasturtium officinale Herba Obat asma, batuk, TBC 24 Strawberi hutan Rubus rosaefolius Akar, daun Batuk

25 Suplir Nephrolepis bisserata Daun Mengobati batuk 26 wortel Daucus carota Buah, daun Sesak nafas

21. Spesies tumbuhan obat untuk perawatan kehamilan dan persalinan

Spesies tumbuhan obat untuk perawatan kehamilan dan persalinan terdiri atas enam spesies, yaitu braja lintang, brembet, cengkeh hutan, kembang sepatu, nangka, dan strawberi hutan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 33.

Gambar 29 Braja lintang (Belamcanda chinensis (L.) DC.).

Tabel 33 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk perawatan kehamilan dan persalinan

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit 1 Braja lintang Belamcanda chinensis Rimpang, daun Pengobatan setelah bersalin 2 Brembet Rubus moluccanus Akar, daun Mencegah keguguran 3 Cengkeh hutan Syzygium sp. Daun, buah, kulit batang Keguguran

4 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Akar, daun, bunga Mempercepat persalinan 5 Nangka Artocarpus heterophyllus Biji, daun, buah, batang, kulit batang Melancarkan ASI 6 Strawberi hutan Rubus rosaefolius Akar, daun Menjaga kehamilan

(31)

22. Spesies tumbuhan obat untuk perawatan rambut, muka, dan kulit

Spesies tumbuhan obat untuk perawatan rambut, muka, dan kulit terdiri atas tujuh spesies, yaitu jeruk nipis, kemaduan, pakis sarang burung, pisang hutan, rambutan, waru lot dan wortel. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 34.

Gambar 30 Paku sarang burung (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.).

Tabel 34 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk perawatan rambut, muka, dan kulit

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit 1 Jeruk nipis Citrus aurantium Buah , bunga, daun Ketombe 2 Kemaduan Laportea stimulans Kulit batang Obat rambut 3 Paku sarang burung Stachytarpheta indica Daun Mencuci rambut 4 Pisang hutan Musa paradisiaca Rimpang, batang Penyubur rambut 5 Rambutan Nephelium lappaceum Kulit buah Kutu kepala, dan rambut kotor. 6 Waru lot Thespesia populnea Daun, buah Membasmi kutu kepala 7 Wortel Daucus carota Buah, daun Memperindah rambut

23. Spesies tumbuhan obat untuk pengobatan lain-lain

Spesies tumbuhan obat untuk pengobatan lain-lain terdiri atas 36 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 35.

(32)

Gambar 31 Pulutan (Urena lobata L.).

Tabel 35 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk pengobatan lain-lain

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

1 Bambu tali Giganthochloa apus Tunas Demam

2 Bandotan Ageratum conyzoides Akar, daun Obat demam, sakit dada 3 Benikan Gomphrena globosa Bunga Mimpi buruk pada anak, sakit kepala 4 Cengkeh hutan Syzygium sp. Daun, buah, kulit batang Obat masuk angin,beri-beri 5 Combrang Nicolaia speciosa Daun Sakit kepala, muntah-muntah 6 Durian Durio zibethinus Akar, daun, kulit buah Demam, cantengan 7 Gewor Commelina paleata Daun Demam, sakit kepala 8 Gondokan Talauma candolli Bunga, daun Aromaterapi, obat demam 9 Jeruk nipis

Citrus aurantium Buah , bunga, daun

Demam

10 Kamijara Cymbopogon nardus Herba Sakit kepala

11 Kayu dadap Erythrina microcarpa Daun, kulit batang, akar Obat demam, penghangat badan 12 Kelengkeng Dimocarpus longan Buah Obat penyakit dada 13 Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis Akar, daun, bunga Menurunkan panas 14 Kina Chinchona succirubra Buah, daun Menurunkan suhu badan 15 Kopi Coffea robusta Biji, daun Obat sakit kepala 16 Krembi Homalanthus populneus Akar Obat penyakit dalam 17 Mahoni Swietenia macrophylla Biji Demam

18 Mentol Pycnanthemum virginianum Akar Menghangatkan badan, masuk angin 19 Orang-aring Scoparia dulcis Daun, akar Analgesik, diuretik 20 Pakis galar Alsophila glauca Herba Penawar jamu 21 Paku sarang burung Stachytarpheta indica Daun Sakit kepala, demam.

(33)

Tabel 35 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk pengobatan lain-lain (Lanjutan)

No Nama lokal Nama ilmiah Bagian yang digunakan

Khasiat/macam penyakit

22 Pulai Alstonia scholaris Akar, kulit batang, daun Beri-beri 23 Pulutan Urena lobata Akar, daun Demam

24 Puspa Schima noronhae Bunga, buah Meramu obat-obatan 25 Rambutan Nephelium lappaceum. Kulit buah Demam

26 Rumput grinting Cynodon dactylon Herba Demam, diareutik

27 Rumput pring-pringan Pogonatherum paniceum

Herba Demam pada anak

28 Selada air

Nasturtium officinale Herba obat ambeyen ringan, bayi kurang sehat, beri-beri

29

Senggong buyut

Vernonia cinerea Herba Obat murus

30 Strawberi hutan Rubus rosaefolius Akar, daun Obat muntah darah, obat demam 31 Suyung Erechthites valerianifolia Daun Iritasi pada alat kelamin, sakit kepala, epilepsi. 32 Teh-tehan Acalypha hispida Akar, daun Obat ludah darah, lepra putih 33 Waru lot Thespesia populnea Daun, buah Sakit kepala, kudis 34 Wilada Ficus fistulosa Reinw. Kulit, daun Sakit kepala

35 Wortel Daucus carota Buah, daun

Badan lemas,

menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan hormon seks, beri-beri 36 Wuru dedek Aporosa arborea (Bl.) Daun Sakit kepala

Jenis kegunaan tumbuhan obat di kawasan hutan lindung RPH Guci terbesar adalah untuk penyakit pencernaan yaitu sebanyak 38 spesies, sedangkan sisanya terbagi kedalam berbagai kelompok penyakit yang ada seperti pada Tabel 12. Terdapat beberapa spesies tumbuhan obat yang memiliki lebih dari satu kegunaan dalam menyembuhkan penyakit, sebagai contoh seperti spesies tumbuhan alang-alang yang dapat digunakan sebagai obat bengkak karena peradangan ginjal akut, menghilangkan haus pada penderita campak, infeksi saluran kemih, mimisan, muntah darah, batuk darah, air kemih berdarah, pendarahan pada wanita, demam, batuk, sesak, tekanan darah tinggi, dan sakit kuning. Spesies-spesies yang lain seperti Arenga pinnata, Giganthochloa apus, Ageratum conyzoides, Gomphrena globosa, yang masing-masing memiliki lebih dari satu kegunaan. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus, spesies tersebut

(34)

dapat dijadikan dasar untuk pemilihan jenis potensial yang dapat dikembangkan oleh masyarakat.

5.2.3 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan

Berdasarkan data spesies yang ditemukan, hanya terdapat beberapa bagian tumbuhan yang dimanfaatkan. Masing-masing spesies memiliki kekhasan bagian yang biasa dimanfaatkan. Beberapa spesies terdapat lebih dari satu bagian yang dapat dimanfaatkan, bahkan ada juga spesies yang semua bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan sebagai obat (herba). Data mengenai persentase bagian yang digunakan disajikan pada Gambar 10.

Gambar 32 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan.

Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun sebesar (35%). Menurut Hasanah (2011), mengatakan bahwa pemanfaatan pada bagian buah dan daun tidak terlalu menjadi masalah bagi kerusakan hutan sehingga memiliki potensi pengelolaan secara lestari yang baik, karena buah dan daun merupakan bagian tumbuhan yang dapat beregenerasi dengan cepat. Berbeda halnya jika bagian yang digunakan batang/kayu, akar, dan rimpang, hal ini akan merusak tumbuhan secara langsung dan berdampak terhadap kelestarian spesies tumbuhan dalam kawasan hutan lindung tersebut.

5.3 Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat 5.2.3 Karakteristik responden

Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci diperoleh dari hasil wawancara yaitu sebanyak tujuh responden. Kegiatan wawancara berakhir ketika data atau informasi yang diperoleh tidak terjadi penambahan informasi mengenai pemanfaatan tumbuhan.

Herba ; 11,42% Buah; 10% Batang/kayu; 5% Daun; 35% Tunas; 0,72% Akar; 13,57% Bunga; 4,28% Rimpang; 1,43% Kulit batang; 8,57%

(35)

Jumlah responden yang diwawancarai keseluruhan adalah responden laki-laki dengan usia berkisar antara 30-60 tahun persentase usia responden disajikan pada Tabel 36. Responden laki-laki ditentukan karena memiliki pengetahuan atau informasi yang lebih luas mengenai spesies tumbuhan obat dan kegunaanya. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk laki-laki memiliki presentase yang tinggi yaitu sebesar 50,75%.

Tabel 36 Persentase usia responden

No Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 30-35 2 29

2 40-47 3 42

3 >50 2 29

Persentase responden yang diwawancarai berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37 Persentase responden berdasarkan mata pencaharian

No Mata pencaharian Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Penyadap getah 5 71

2 Pegawai perhutani (mandor) 2 29

Mata pencaharian masyarakat menentukan pemahaman mengenai tumbuhan obat. Hasil wawancara menunjukan bahwa responden dengan mata pencaharian sebagai penyadap getah dan pegawai perhutani (mandor) lebih memiliki pengetahuan yang lebih mengenai manfaat dan nama-nama lokal spesies tumbuhan yang ada di dalam kawasan hutan. Intensitas yang tinggi dalam aktivitasnya di dalam kawasan hutan merupakan salah satu faktor yang mempebgeruhinya.

Tingkat pendidikan responden yang diwawancarai ditujukkan pada Tabel 38. Responden yang ditemui memiliki tingkat pendidikan yang berbeda mulai dari tidak tamat SD sampai dengan SLTA.

Tabel 38 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tidak tamat SD 1 14

2 SD 1 14

3 SMP 3 43

4 SLTA 2 29

Keterbatasan akses pada beberapa masyarakat menuju sekolah dan masih rendahnya tingkat ekonomi masyarakat menjadi latar belakang masih rendahnya tingkat pendidikan. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pengetahuan akan tumbuhan obat yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar hutan. Masyarakat mengetahui manfaat atau kegunaan tumbuhan sebagai obat diperoleh dari orang

(36)

tua, selain itu pengetahuan tersebut diperoleh dari orang lain, yaitu para pengunjung yang sengaja datang untuk mendapatkan tumbuhan yang digunakan sebagai obat.

5.3.2 Pemanfaatan tumbuhan obat

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa macam penyakit. Daftar tumbuhan obat beserta kegunaannya yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci disajikan pada Tabel 39.

Tabel 39 Spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di sekitar hutan lindung RPH Guci

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Kegunaan

1 Adas pula sari Alyxia reinwardti Apocynaceae Pegal linu, keseleo 2 Alang-alang Imperata cylindrica Poaceae Prostat, pelancar air seni 3 Bambu wulung Giganthochloa

atroviolacea

Poaceae Pegal linu, sakit perut, nafsu makan, tonikum 4 Bangle Zingiber purpureum Zingiberaceae Pegal linu

5 Bawang putih Allium sativum Amaryllidaceae Kekebalan tubuh 6 Cangkoba Elephantopus scaber Asteraceae Prostat

7 Ciplukan Physalis peruviana Solanaceae Kanker, struk 8 Combrang Nicolaia speciosa Zingiberaceae Penurun panas 9 Dringo Acorus calamus Araceae Keseleo

10 Gandul lanang Carica papaya Caricaceae Pegal linu, sakit perut, tonikum, nafsu makan 11 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Penghangat badan 12 Kayu manis Cinnamomum burmanii Lauraceae Penghangat badan 13 Krangean Leea rubra Leeaceae Obat nyamuk

14 Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Menambah nafsu makan, empedu

15 Petai cina Leucana glauca Fabaceae Obat luka

16 Pinang Areca catechu Arecaceae Obat pegal linu, sakit perut, nafsu makan, tonikum

17 Pisang Musa paradisiaca Musaceae Obat luka 18 Salam Syzygium polyanthum Myrtaceae Kencing manis

19 Simbukan - - Perut kembung

20 Sirih merah Piper decumanum Piperaceae Sesak nafas, asma, liver 21 Sontak Mikania scandens Asteraceae Prostat, pelancar air seni

22 Sorosoti - - Prostat, pelancar air seni

23 Talas Colocasia esculenta Araceae Obat luka

24 Temulawak Curcuma xanthorrhiza Zingiberaceae Nafsu makan, empedu 25 Tikil balung Euphorbia tirucalli Euphorbiaceae Pegal linu, keseleo 26 Tumpangan Hedyotis verticillata Rubiaceae Obat luka

Pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat biasanya dengan membuat ramuan yaitu dengan menggunakan beberapa tumbuhan obat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Salah satu ramuan yang biasa dibuat untuk mengobati pegel linu atau kaki keseleo yaitu dengan menggunakan beberapa tumbuhan obat seperti: dringo, bangle, adas pula sari, dan tikil balung. Tumbuhan

(37)

yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahan obat mayoritas berasal dari famili Zingiberaceae (19,23%).

5.3.3 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat

Data mengenai persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh responden yang diwawancarai dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 33 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan masyarakat. Sebagian besar responden menggunakan bagian daun (41,39%) sebagai obat baik melalui proses perebusan maupun ditumbuk untuk obat luar, misalnya untuk mengobati kaki keseleo, atau mengobati luka (persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 10).

Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci pada umumnya jarang menggunakan tumbuhan sebagai sarana pengobatan alternatif untuk menyembuhkan suatu penyakit yang diderita. Mereka lebih memilih pengobatan secara modern, meskipun jarak ke tempat sarana kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit cukup jauh sekitar 5-17 km. Hal ini menunjukkan ketergantungan masyarakat dengan tumbuhan obat sangat kecil. Mereka mengetahui akan tumbuhan obat secara turun-temurun dan informasi yang dibawa oleh orang lain sebagai ilmu pengetahuan tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka seiring dengan berjalannya waktu pengetahuan tradisional yang mereka miliki akan hilang secara perlahan-lahan.

Model pengelolaan dengan memperhatikan aspek kelestarian sosial, ekonomi dan etnobotani perlu dikembangkan, sehingga semua pihak yang terkait dapat merasakan manfaatnya dan sekaligus kelestarian kawasan tersebut tetap terjaga (Purnawan 2006). Daun; 41,39% Herba; 10,34% Akar; 10,34% Tunas; 3,45% Buah; 10,34% Rimpang; 10,34% Kulit batang; 6,90% Getah; 6,90%

(38)

5.4 Interaksi Masyarakat dengan Hutan dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Hasil analisis vegetasi teridentifikasi 98 spesies (63,22%), dan hasil wawancara teridentifikasi sebanyak 26 spesies tumbuhan obat (Gambar 12). Berdasarkan kegiatan analisis vegetasi dan wawancara, terdapat 11 spesies tumbuhan obat yang berada di dalam kawasan hutan lindung, yaitu alang-alang, combrang, kunyit, petai cina, pisang, salam, sontak, talas, cangkoba, bambu wulung, dan tumpangan. Tumbuhan obat tersebut merupakan spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan hutan lindung.

Gambar 34 Jumlah spesies tumbuhan obat hasil analisis vegetasi dan wawancara. Masyarakat sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci hanya memanfaatkan sebanyak 11 spesies tumbuhan dari spesies tumbuhan yang ditemukan. Sebenarnya tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat berada di dalam kawasan hutan lindung, tetapi karena berbagai hal, salah satunya aktivitas masyarakat di sekitar hutan lindung, keberadaan dari spesies tumbuhan obat yang lainnya jarang ditemukan.

Pemanfaatan tumbuhan obat yang digunakan masyarakat terutama spesies tumbuhan yang berasal dari kawasan hutan lindung menunjukkan adanya interaksi antara masyarakat di sekitar hutan dengan kawasan hutan tersebut.

Menurut Hasanah (2011), masyarakat merupakan salah satu faktor utama dalam terlaksananya kelestarian sumberdaya alam hayati yang terdapat di sekitarnya. Interaksi antara masyarakat dengan kawasan hutan tersebut dapat berpengaruh terhadap kerusakan sumberdaya hutan.

Analisis vegetasi 87 spesies Wawancara 15 spesies 11 sp.

(39)

Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari dalam kawasan hutan lindung, hal ini dikarenakan masyarakat di sekitar kawasan hutan tersebut hanya sedikit yang mempunyai kebun ataupun sawah. Sebagian besar lahan yang digarap oleh petani merupakan lahan milik Perhutani, dalam hal ini KPH Pekalongan Barat berusaha mendukung peningkatan pendapatan Masyarakat Desa Hutan (MDH) dengan cara memberikan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan dan pemanfaatan lahan hutan melalui kegiatan tumpang sari, pemanfaatan lahan di bawah tegakan (PLDT).

Gambar

Tabel  8    Spesies  dengan  INP  tertinggi  di  tiga  tipe  hutan  pegunungan  pada  tegakan RBC
Gambar  5  Kondisi  vegetasi  a)  hutan  rimba  campur  (RBC),  b)  hutan  tanaman  pinus, c) hutan alam
Tabel  11  Rekapitulasi indeks keanekaragaman spesies (H’), kemerataan  spesies     (E), kekayaan spesies (Dmg) berdasarkan tipe hutan
Gambar 7  Komposisi spesies dan famili yang berpotensi obat pada ketiga tipe  hutan pegunungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan, Pertemuan kelima pada siklus III materi pembelajaran diawali dengan sedikit mengulang materi pada siklus II kemudian dilanjutkan pada materi Mencontohkan

1 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dikpora@bantulkab.go.id √ 2 Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bantul sosial@bantulkab.go.id √ 3 Dinas

Penelitian ini bermaksud membandingkan hasil belajar mahasiswa yang mengikuti metode pembelajaran berbasis kasus dengan menggunakan simulator PLC dan mahasiswa yang

melainkan kontrak tolong menolong (takafuli). Karena itu, asuransi jiwa syari’ah menggunakan apa yang disebut sebagai kontrak tabarru’ yang dapat diartikan sebagai derma

Desa Balungdowo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo merupakan desa yang sebagian masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan kupang dan terletak sekitar 10 km

Optimal International Portfolio Selection Effects of Changes in the Exchange Rate International Bond Investment.. International Mutual Funds: A Performance

Molekul air, lemak, dan gula dalam makanan akan menyerap energi dari gelombang mikro tersebut dalam sebuah proses yang disebut pemanasan dielektrik.. Kebanyakan molekul adalah dipol

Kedua ujung serat optik polimer terhubung dengan LED dan detektor cahaya, sedangkan bagian tengah serat optik (serat optik yang telah dilakukan pencacatan) yang digunakan