• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DINAS PENDIDIKAN DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN DINAS PENDIDIKAN DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN DINAS PENDIDIKAN DALAM PENINGKATAN

MUTU PENDIDIKAN

Fadhilah & Syahril

Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh, E-mail: syahril@serambimekkah.ac.id

ABSTRAK

Penyelenggaraan pendidikan menjadi sangat penting dan strategis dalam menentukan masa depan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu sejalan dengan peradigma baru penyelenggaraan otonomi daerah dengan tujuan memungkinkan daerah yang bersangkutan untuk mengatur dan mengurus rumah tangga nya sendiri berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, maka daerah memiliki kewenangan untuk mengelola urusan pemerintahan di daerah atas prakarsa sendiri, termasuk di dalamnya pengelolaan penyelenggaraan di bidang pendidikan, yaitu rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang, maka daerah diharapkan mampu menunjukkan peranannya dalam mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran yang dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Jaya dalam peningkatan kualitas pendidikan meliputi bidang, mewujudkan peningkatan mutu berbasis sekolah, melakukan pembinaan pendidikan dan melaksanakan program-program peningkatan kualitas pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik penentuan sampling adalah purposive sampling, sedangkan tipe yang digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

Keywords: Peran, Dinas Pendidikan, Kualitas Pendidikan A. PENDAHULUAN

Dinas Pendidikan Aceh Jaya merupakan salah satu Unit Kerja di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Jaya. Sesuai

(2)

dengan Qanun Kabupaten Aceh Jaya Nomor 3 Tahun 2010 bagian empat Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga paragraf 2 tentang kedudukan dan tugas fungsi Dinas pendidikan Kabupaten Aceh Jaya. Sesuai dengan kedudukannya tersebut, Dinas Pendidikan Aceh Jaya mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang pendidikan, pengajaran, pemuda dan olahraga.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga mempunyai fungsi sebagai mana yang tercantum dalam Qanun Kabupaten Aceh Jaya Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Jaya sebagai berikut:

a. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum

sesuai dengan lingkup tugasnya;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan, pengajaran, pemuda, dan olahraga; dan

d.pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Bupati dan atau SEKDA sesuai dengan bidang tugasnya. Peningkatan mutu pendidikan melalui standarisasi dan profesionalisasi yang sedang dilakukan dewasa ini menuntut pemahaman berbagai pihak terhadap perubahan yang terjadi dalam berbagai komponen sistem pendidikan. Perubahan kebijakan pendidikan dari sentralisasi menjadi desentralisasi telah menekankan bahwa pengambilan kebijakan berpindah dari pemerintah pusat (top government) ke pemerintahan daerah (district government), yang berpusat di pemerintahan kota dan Kabupaten.

Dengan demikian, kewenangan-kewenangan penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah berada di pundak Pemerintah Kota dan Kabupaten, sehingga implementasinya

(3)

akan diwarnai oleh political will pemerintah daerah, yang dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda).

Dalam hal ini, tentu saja yang paling menentukan adalah Bupati/Walikota, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Kepala Dinas Pendidikan beserta jajarannya. Oleh karena itu, merekalah yang paling bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu/kualitas pendidikan di daerahnya, meskipun tidak selamanya demikian, karena dalam pelaksanaannya tidak sedikit penyimpangan dan salah penafsiran terhadap kebijakan yang digulirkan, sehingga menimbulkan berbagai kerancuan bahkan penurunan kualitas.

Bebicara mengenai kualitas sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Dalam Undang – Undang No 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Ada banyak faktor pendukung untuk keberhasilan suatu proses pendidikan. Misalnya Kurikulum yang solid, tenaga pendidik yang profesional, sarana pendidikan yang lengkap, suasana belajar yang tenang, tingkat inteligensi siswa yang di atas rata-rata dan lain-lain. Namun demikian, proses pendidikan tetap berlangsung hingga saat ini meskipun tidak selalu didukung oleh faktor-faktor pendukung tersebut. Sehingga produk sumber daya manusia yang dikeluarkan menjadi lulusan yang tidak memiliki keterampilan khusus yang bisa diandalkan untuk menopang kehidupannya di masa yang akan datang.

Secara garis besar pendidikan di Indonesia, umumnya pola pendidikan masih mengacu pada kuantitas peserta didik, belum memikirkan kualitas. Sehingga proses pendidikan berjalan tidak

(4)

maksimal sebagaimana yang diharapkan. Cenderung peserta didik hanya menghabiskan waktu datang ke sekolah dan pulang tanpa memiliki bekal ilmu yang secara pasti bisa di aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Yang lebih parah lagi di daerah- daerah terpencil dan jauh dari jangkauan pembangunan. Ke semua faktor pendukung itu kadang-kadang tidak dimiliki sama sekali.

Berbicara tentang peningkatan mutu pendidikan, maka diperlukan sebuah komitmen, baik oleh pemerintah, pihak sekolah, dan masyarakat. Karena itu, kalau kita ingin bangsa ini maju maka mulai saat ini pola pikir kita tentang paradigm pendidikan meski diubah. Sebagai bahan perbandingan, anggaran dana untuk bidang lain, misalnya bidang ekonomi dan pembangunan infrastruktur, maka akan tampak bahwa anggarannya bisa dua kali lipat dari anggaran pendidikan. Hal tersebut menggambarkan bahwa pembangunan fisik masih menjadi primadona bagi pemerintah baik pusat maupun daerah. Artinya juga bahwa, pembangunan mental belum menjadi prioritas utama bagi pemerintah.

Padahal kalau kita ingin bercermin dengan beberapa negara di Asia yang notabene miskin dari sisi sumberdaya alam (SDA) tapi kaya dari segi sumberdaya manusia (SDA) seperti Korea, maka sepatutnya mulai sekarang kita memikirkan pembangunan SDM yang bermutu dan berkualitas sehingga dapat mengangkat derajat bangsa di mata dunia. Sejalan dengan otonomi daerah yang juga berbarengan dengan adanya otonomi pendidikan, maka seharusnya pemerintah kabupaten lebih cerdas memikirkan lebih jauh tentang kondisi pendidikan di daerahnya masing-masing dengan tetap mengacu pada program pendidikan nasional seperti standar nilai, kurikulum dan sebagainya. Memikirkan di sini maksudnya di samping meningkatkan anggaran pendidikan minimal 20% –seperti yang telah diisyaratkan dalam Undang-Undang. juga memikirkan langkah- langkah apa yang strategis untuk dijalankan agar pendidikan di daerahnya dapat maju.

(5)

Peran Dinas Pendidikan itu merupakan aspek dinamis dalam menjalankan tugas, hak, dan kewajiban sesuai dengan kedudukan sebagai bagian atau perangkat dari Pemerintah yang mengurusi bidang pendidikan yang aktif dan berpartisipatif dalam memberikan sumbangan yang berguna dengan tujuan meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek kualitas dan aspek kuantitas. Aspek kualitas menyangkut mutu dari Sumber Daya manusia tersebut. Kualitas Sumber Daya Manusia ini juga menyangkut dua aspek yaitu, aspek Fisik (kualitas fisik) dan Aspek Non Fisik (kualitas non fisik) yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir, dan keterampilan-keterampilan lainnya.

Sedangkan aspek kuantitas menyangkut jumlah Sumber Daya Manusia itu sendiri yang mana kurang penting kontribusinya dalam pembangunan disbanding dengan aspek kualitas, karena kuantitas tanpa kualitas Sumber Daya Manusia yang baik akan menjadi beban pembangunan.

Peranan Pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih di zaman modern ini pendidikan diakui sebagai kekuatan yang menentukan perubahan, prestasi dan produktivitas seseorang. Seseorang tidak berfungsi apa-apa di dalam masyarakat tanpa melalui proses pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Tanpa didukung sarana yang memadai, proses pendidikan tentunya akan mengurangi efektifitas pembelajaran bahkan hal terburuk yang bisa terjadi tanpa dukungan sarana yang tepat maupun memadai proses pendidikan akan tersendat bahkan bisa saja terhenti secara total. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok masalahnya adalah Bagaimana Peran Dinas Pendidikan Daerah Aceh Jaya Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan?

(6)

B. PEMBAHASAN 1. Definisi Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik, Lalu kata ini mendapat awalan kata me sehingga menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam dunia pendidikan dikenal pula adanya otonomi pendidikan.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1991: 232) mendefinisikan pendidikan adalah “sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan pembuatan mendidik”. Sebagai Bapak Pelopor Pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan: “sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya”. (Abdurrachman Surjomihardjo, 1986)

Sementara itu, Ensiklopedi Wikipedia menyebutkan bahwa pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

(7)

(https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan)

Dewey (1944: 1-4) menyebutkan bahwa “education in its broadest, general sense is the means through which the aims and habits of a group of people lives on from one generation to the next”.

Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU UU SISDIKNAS) No. 2 tahun 1989, pendidikan adalah “usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang". Dalam UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pendidikan disebutkan sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.

2. Tujuan Pendidikan

Pendidikan bertujuan untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita- cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu biasanya akan memotivasi seseorang untuk menjadi lebih baik dalam segala aspek kehidupan di masa mendatang. Jadi, pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.

(8)

Pentingnya peranan pendidikan dalam mencerdaskan bangsa, telah lebih 1.400 tahun yang lalu diakui Islam. Ayat pertama yang diturunkan Allah, yaitu Surat Al-‘Alaq telah menyerukan umat manusia untuk membaca dan belajar (Iqra). Agar manusia berkualitas dan beretika, manusia harus memiliki modal, yaitu pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan, mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the job training) untuk para pekerja dewasa (Mankiw, 1992: 407-437).

Untuk meningkatkan level modal manusia dibutuhkan investasi dalam bentuk guru, perpustakaan dan waktu belajar. Sukirno menjelaskan bahwa pendidikan merupakan satu investasi yang sangat berguna untuk pembangunan ekonomi. Di satu pihak untuk memperoleh pendidikan diperlukan waktu dan uang. Pada masa selanjutnya setelah pendidikan diperoleh, masyarakat dan individu akan memperoleh manfaat. Individu yang memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tidak berpendidikan.

Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh. Peningkatan dalam pendidikan memberi beberapa manfaat dalam mengurangi tingkat kemiskinan dan sekaligus dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2004).

3. Konsep Mutu Pendidikan

Konsep Mutu atau Kualitas Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1995: 533) “Kualitas artinya adalah tingkat baik buruknya sesuatu atau derajat atau taraf (mutu)”. Menurut Sumarsono menjelaskan bahwa dalam manajemen modern setidaknya kita perlu mengenal

(9)

apa yang disebut dengan trilogy manajemen mutu, yaitu : Perencanaan Mutu (Quality Planning). Perencanaan mutu ini melakukan analisis terperinci tentang kondisi sekolah sebelum menyusun program sekolah. Analisis ini menggunakan analisis SWOT, yaitu Strengh (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threat (ancaman). Biasanya kekuatan memberikan peluang dan kelemahan memberikan ancaman.

Namun bagi seorang professional harus mampu mengubah ancaman menjadi peluang. Pengendalian Mutu secara terpadu (Inegrated Quality Conrol). Keterpaduan mewujud dalam berbagai bentuk yang serba satu, misalnya satu pedoman, satu arah, satu bahasa dalam gerak dan tindak serta satu tim kerja yang utuh. Keterpaduan ini merupakan suatu system yang tiap komponennya saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Mutu harus dikendalikan dan dijaga agar tidak menurun dan hal ini merupakan jaminan mutu.

Peningkatan Mutu Secara berkelanjutan (Sustain-Able Quality Upgrading). Sebuah perencanaan yang baik menuntut pengendalian yang baik dan ini akan meningkatkan mutu secara terus menerus. Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan (terukur) atau yang tersirat dalam pendidikan, yang mencakup mutu input, proses, dan output. Dari trilogi mutu ini dapat disimpulkan bahwa mutu atau kualitas ini gambaran dan karakteristik sumber daya, baik itu Sumber Daya Manusia atau barang dan jasa yang memiliki kemampuan dan dalam pencapaian mutu tersebut dilakukan dengan berbagai tahap mulai dari perencanaan mutu, pengendalian mutu agar tidak menurun, dan

(10)

yang terakhir meningkatkan mutu secara berkelanjutan, dengan harapan mutu dapat terus dibangkitkan terus menerus (Sumarsono, 2004: 16).

Peranan pemerintah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan otonomi pendidikan di suatu daerah, hal ini diatur di dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta dikuatkan oleh undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sebagai pemangku kebijakan di suatu daerah, pemerintah sudah sepatutnya mampu mencetak lulusan atau generasi penerus bangsa yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Di dalam hal ini apabila pendidikan di suatu daerah tidak diperhatikan, maka akan terjadi penurunan tingkat kualitas sumber daya manusia yang ada di suatu daerah tersebut.

Adanya ikut campur urusan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat berpengaruh baik bagi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat. Pemberian otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, berkeadilan, dan memperhatikan potensi serta keanekaragaman daerah, dengan titik sentral otonomi pada tingkat yang paling dekat dengan rakyat, yaitu kabupaten dan kota.

Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, pada kelompok bidang pendidikan dan kebudayaan disebutkan bahwa kewenangan pemerintah meliputi;

(11)

a. Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar, serta pengaturan kurikulum nasional data penilaian hasil belajar secara nasional, serta pedoman pelaksanannya.

b. Penetapan standar materi pelajaran pokok.

c. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.

Penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan

pendidikan. Pemerintah daerah merupakan lembaga negara yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan program pendidikan di daerahnya masing-masing. Setiap lembaga memiliki kewenangan dan kebijakan dalam mengatur kegiatan pelaksanaan pendidikan di daerahnya.

Sistem pendidikan yang baik tentu akan berpengaruh lebih bagi peningkatan sumber daya manusia di wilayahnya, apabila pelaksanaan baik dari tahap dasar hingga ke jenjang mahasiswa, tentu peningkatan SDM yang ada di wilayah tersebut bisa berpengaruh baik bagi pelaksanaan kegiatan pendidikan. Permasalahan yang biasa muncul di suatu wilayah disebabkan karena adanya penyalahgunaan anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan pendidikan. Tentu hal ini harus bisa diselesaikan agar pemerataan pendidikan bisa terlaksana. Dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 menyebutkan “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN.”

C. Peran Dinas Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

Peranan pemerintah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan otonomi pendidikan di suatu daerah, hal ini diatur di dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang

(12)

Pemerintahan Daerah serta dikuatkan oleh undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai pemangku kebijakan di suatu daerah, pemerintah sudah sepatutnya mampu mencetak lulusan atau generasi penerus bangsa yang bermutu dan berdaya saing tinggi. Di dalam hal ini apabila pendidikan di suatu daerah tidak diperhatikan, maka akan terjadi penurunan tingkat kualitas sumber daya manusia yang ada di suatu daerah tersebut. Adanya ikut campur urusan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bekerja sama untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat berpengaruh baik bagi peningkatan kualitas pendidikan masyarakat.

Pemberian otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, berkeadilan, dan memperhatikan potensi serta keanekaragaman daerah, dengan titik sentral otonomi pada tingkat yang paling dekat dengan rakyat, yaitu kabupaten dan kota.

Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, pada kelompok bidang pendidikan dan kebudayaan disebutkan bahwa kewenangan pemerintah meliputi;

1. Penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar, serta pengaturan kurikulum nasional data penilaian hasil belajar secara nasional, serta pedoman pelaksanannya.

2. Penetapan standar materi pelajaran pokok.

3. Penetapan persyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik.

Penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraan

(13)

mengatur tentang pelaksanaan kegiatan program pendidikan di daerahnya masing-masing. Setiap lembaga memiliki kewenangan dan kebijakan dalam mengatur kegiatan pelaksanaan pendidikan di daerahnya.

Sistem pendidikan yang baik tentu akan berpengaruh lebih bagi peningkatan sumber daya manusia di wilayahnya, apabila pelaksanaan baik dari tahap dasar hingga ke jenjang mahasiswa, tentu peningkatan SDM yang ada di wilayah tersebut bisa berpengaruh baik bagi pelaksanaan kegiatan pendidikan. Permasalahan yang biasa muncul di suatu wilayah disebabkan karena adanya penyalahgunaan anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan pendidikan. Tentu hal ini harus bisa diselesaikan agar pemerataan pendidikan bisa terlaksana. Dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 menyebutkan “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN.”

Dalam rangka menyukseskan program pendidikan Aceh Jaya, sekurang-kurangnya ada 4 peran penting yang diperankan oleh dinas pendidikan Aceh Jaya dan pemerintah daerah, yaitu:

1. Koordinasi daerah. Koordinasi tingkat daerah membentuk tim daerah yang solit, mengaplikasi manajemen inovasi, melakukan koordinasi merancang mengorganisasikan, dan melaksanakan pelatihan dan workshop untuk tingkat local (kecamatan); dan mengembangkan bahan-bahan pengajaran. Untuk memudahkan koordinasi, daerah membentuk coordinator-koordinator tingkat kecamatan di bawah tanggung jawab daerah.

2. Dukungan Daerah. Koordinator tingkat daerah memberikan dukungan sepenuhnya kepada administrator pendidikan tingkat local dan guru melaksanakan program melalui coordinator tingkat kecamatan. Pengadaan whorkshop dan pertemuan-pertemuan bersifat koordinatif dengan masyarakat

(14)

dan guru dilakukan secara konstan oleh tim daerah dengan tujuan memberikan motivasi dan membantu mereka menyelesaikan berbagai masalah pendidikan dan konflik yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.

3. Ekspansi Tambahan. Koordinator daerah melakukan pengembangan secara stabil dan gradual sehingga menarik donator internasional, seperti UNICEF, USAID, ADB, IDB, OECF, word bank, dan lain sebagainya untuk memberikan bantuan dalam bentuk dana grant dan/atau bantuan tenaga ahli.

4. Sumberdaya Untuk Sekolah. Daerah secara terus menerus menyediakan berbagai pedoman (reference), perpustakaan, dan bahan/alat Bantu pembelajaran terkini (upto-date). Disamping itu, pemerintah daerah juga mendorong guru dan ahli/praktis pendidikan menulis buku referensi, buku teks, dan bahan ajar yang sesuai dengan lingkungan, kompetensi dan potensi, dan kebutuhan.

Adapun Peran Dinas Pendidikan Aceh Jaya dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan adalah sebagai berikut:

1) Dinas pendidikan Aceh Jaya serta Seluruh komponen masyarakat yang telah membantu memajukan pendidikan dalam berbagai bidang memberikan nuansa baru dalam dunia pendidikan. salah satunya adalah Kabupaten Aceh Jaya meraih empat penghargaan pendidikan dari Pemerintah Aceh berupa Juara I Capaian target pendidikan anak usia dini(PAUD), Juara I kebijakan inovatif bidang pendidikan, Juara II capaian kinerja bidang pendidikan. Atas prestasi ini Aceh Jaya menjadi juara umum yang menerima piala bergulir gubernur Aceh tahun 2016.

2) Anugerah Pendidikan Hardikda Ke- 58 tahun 2017 yang berhasil diperoleh Kabupaten Aceh jaya Yaitu, Kebijakan Inovatif Pendidikan (Peringkat I), Capaian Tingkat

(15)

Pengelolaan Manajemen SDM (Distribusi dan Pengembangan Mutu Guru) (Peringkat I), Capaian Target PAUD (Peringkat III), dan Komitmen terhadap mutu pendidikan (Peringkat III). 3) Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Jaya melaksanakan

pelatihan untuk pengawas sekolah. Kegiatan tersebut dikarenakan berbagai latar belakang faktor untuk memajukan pendidikan salah satunya adalah melaksanakan pelatihan bagi para pengawas sebagaimana perkembangan saat ini.

4) Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Jaya menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 300 peserta yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kepala laboratorium, dan kepala perpustakaan dari SD dan SMP di kabupaten Aceh Jaya. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi para peserta dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah berdasarkan peluang dan tantangan yang dimiliki oleh sekolah masing-masing. Diharapkan dengan mengikuti pelatihan ini para peserta akan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam menyusun atau merevisi Rencana Kerja Sekolah berdasarkan evaluasi diri yang dilakukan. Dinas Pendidikan juga menggelar kegiatan diseminasi Pelatihan Praktik yang Baik Modul 2 dan 3 USAID PRIORITAS bagi 210 guru SMP di kabupaten tersebut.

Ini menunjukkan mutu pendidikan Aceh Jaya semakin baik mulai dari usia dini sampai perguruan tinggi, ini terlepas dari Kerja keras para guru dan semua elemen masyarakat Aceh Jaya terutama dinas pendidikan Aceh jaya.

D. PENUTUP

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:

(16)

1. Dinas pendidikan Aceh Jaya serta Seluruh komponen masyarakat yang telah membantu memajukan pendidikan dalam berbagai bidang memberikan nuansa baru dalam dunia pendidikan.

2. Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Jaya melaksanakan pelatihan untuk pengawas sekolah.

3. Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Jaya menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A., & Tabrani ZA. (2018). Orientation of Education in Shaping the Intellectual Intelligence of Children. Advanced

Science Letters, 24(11), 8200–8204.

https://doi.org/10.1166/asl.2018.12523

Abdurrachman Surjomihardjo. Ki Hajar Dewantara Dan Taman Siswa Dalam Sejarah Indonesia Modern. Jakarta: Sinar Harapan, 1986. AR, M., Usman, N., Tabrani ZA, & Syahril. (2018). Inclusive Education Management in State Primary Schools in Banda Aceh. Advanced

Science Letters, 24(11), 8313–8317.

https://doi.org/10.1166/asl.2018.12549

Budiman, M. N., Idris, S., Masbur. (2018). Between Religion and Education in Freud Perspective. Advanced Science Letters, 24(10), 7090-7094. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12415

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1995.

Dewey, John. Democracy and Education. The Free Press, 1944.

E. Mulyasa. Implementasi kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Hasbullah. Otonomi pendidikan. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

http://dinaspendidikansingkil.blogspot.co.id/ https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan

Ida Bagoes Mantra. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

(17)

Idris, S. (2014). Demokrasi dan Filsafat Pendidikan (Akar Filosofis dan Implikasinya dalam Pengembangan Filsafat Pendidikan). Banda Aceh: Ar-Raniry Press

Idris, S. (2015). Proposing “Learning by Conscience” As a New Method of Internalization in Learning: An Application of John Dewey’s Thinking Paradigm. The 3rd International Conference on Educational Research and Practice 2015. pp. 84-87.

Idris, S. (2015). The Internalization of Democratic Values into Education and Their Relevance to Islamic Education Development (Synthetic, Analytic, and Eclectic Implementation of John Dewey’s Thoughts). Advanced Science Letters, 21 (7), 2301- 2304. https://doi.org/10.1166/asl.2015.6257

Idris, S. (2017). Learning by Conscience as a New Paradigm in Education. Advanced Science Letters, 23(2), 853-856. https://doi.org/10.1166/asl.2017.7447

Idris, S., & Ramly, F. (2016). Dimensi Filsafat Ilmu dalam Diskursus Integrasi Ilmu. Yogyakarta: Darussalam Publishing

Idris, S., & Tabrani ZA. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi:

Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 96–113.

https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1420

Idris, S., Tabrani ZA, & Sulaiman, F. (2018). Critical Education Paradigm in the Perspective of Islamic Education. Advanced

Science Letters, 24(11), 8226–8230.

https://doi.org/10.1166/asl.2018.12529

Kaylene, P., & Rosone, T. (2016). Multicultural Perspective on the Motivation of Students in Teaching Physical Education. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4(1), 115-126. doi:10.26811/peuradeun.v4i1.90 Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi).

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Lukman Ali. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1991.

Lvina, E. (2015). The Role of Cross-Cultural Communication Competence: Effective Transformational Leadership Across Cultures. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 3(1), 1-18.

(18)

M. Daryanto. Administrasi pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.

Mankiw, N.Gregory, Romer, David, and Weil, David.(1992). “A contribution to the empirics of economic growth”, Quarterly Journal of Economics, Vol. 107, 2, hal.407-437.

Milles & Huberman. Analisis Data Kualitatif (tentang metode-metode baru). Jakarta: UI-Press, 1992.

Moh. Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.

Muhammad Hoesen. 1970 "Adat Atjeh", Banda Aceh. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Nufiar, N., & Idris, S. (2016). Teacher Competence Test of Islamic Primary Teachers Education in State Islamic Primary Schools (MIN) of Pidie Regency. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 4 (3), 309-320. Patimah, S., & Tabrani ZA. (2018). Counting Methodology on

Educational Return Investment. Advanced Science Letters, 24(10), 7087–7089. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12414

Ramly, F., Walidin, W., Idris, S., (2018). A Contemporary Discourse on Integrated Islamic Education. Advanced Science Letters, 24(10), 7124-7127. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12423

Sadono Sukirno. Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Sony Sumarsono. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Liberty, 2004.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alphabeta, 2006. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alphabeta. 2012. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Susanto, S., & Idris, S. (2017). Religion: Sigmund Freud's Infantile Illusions and Collective Neurosis Perspective. Ar Raniry: International Journal of Islamic Studies, 4(1), 55-70.

Syahril, S. (2014). Arena Produksi Kultural dan Kekerasan Simbolik. Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(1), 75-92.

Tabrani ZA, & Masbur. (2016). Islamic Perspectives on the Existence of Soul and Its Influence in Human Learning (A Philosophical

(19)

Analysis of the Classical and Modern Learning Theories). JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 1(2), 99–112.

Retrieved from

http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/600

Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.

Tabrani ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education Indonesia. International Journal of Democracy, 17(2), 99–113. Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia.

International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.

Tabrani ZA. (2013a). Modernisasi Pengembangan Pendidikan Islam (Suatu Telaah Epistemologi Pendidikan). Serambi Tarbawi, 1(1), 65-84.

Tabrani ZA. (2013b). Pengantar Metodologi Studi Islam. Banda Aceh: SCAD Independent.

Tabrani ZA. (2014a). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 211–234.

Tabrani ZA. (2014b). Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Islam Perspektif Pedagogik Kritis. Jurnal Ilmiah Islam Futura, 13(2), 250–270. https://doi.org/10.22373/jiif.v13i2.75

Tabrani ZA. (2015). Persuit Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak. Tabrani ZA. (2016). Perubahan Ideologi Keislaman Turki (Analisis

Geo-Kultur Islam dan Politik Pada Kerajaan Turki Usmani). JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(2), 130–146. https://doi.org/10.22373/je.v2i2.812

Tabrani ZA. (2017a). Menggugat Logika Nalar Rasionalisme Aristoteles. Yogyakarta: Mizan.

Tabrani ZA. (2017b). ملاسلإا ىلع ةسارد( بعشلل يقلخلا ءامنلإا يف ةيملاسلإا ةيبرتلا رود ايسينودنإب يموقلا ءامنلإا يف هرودو). Ar-Raniry, International Journal of

Islamic Studies, 4(1), 101–116.

https://doi.org/10.20859/jar.v4i1.128

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(20)

Usman, N., AR, M., Murziqin, R., & Tabrani ZA. (2018). The Principal’s Managerial Competence in Improving School Performance in Pidie Jaya Regency. Advanced Science Letters, 24(11), 8297–8300. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12545

Walidin, W., Idris, S., & Tabrani ZA. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory. Banda Aceh: FTK Ar-Raniry Press. Warisno, A., & Tabrani ZA. (2018). The Local Wisdom and Purpose of Tahlilan Tradition. Advanced Science Letters, 24(10), 7082–7086. https://doi.org/10.1166/asl.2018.12413

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitan ini adalah 1) mendeskripsikan peran komite sekolah dalam mendorong partisipasi masyrakat 2) mendeskripsikan upaya komite sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan

Penelitian ini terkait model peningkatan mutu pendidikan yang terapkan oleh sebuah lembaga pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk: 1) mendeskripsikan layanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Pemerintah Kabupaten Kendal dalam menyelenggarakan pendidikan non formal sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya

Pengembangan manajemen SDM dan peningkatan mutu di lembaga pendidikan merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas pendidikan, maka diperlukan langkah dan upaya

Penelitian ini terkait model peningkatan mutu pendidikan yang terapkan oleh sebuah lembaga pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk: 1) mendeskripsikan layanan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: Peran Kepala Madrasah dalam peningkatan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah Al- Barokah adalah

Peran Kepala Sekolah Dalam Manajemen Peningkatan Mutu LembagaPendidikan Di SMA Negeri 1 Kroya Kabupaten Cilacap Posisi pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan perlu

800 / / 2013 TENTANG GURU BAKTI DILINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN ACEH BARAT KEPALA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN ACEH BARAT Menimbang : a.. Bahwa untuk kepentingan Dinas, dengan