• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Strategis Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam Peningkatan Mutu Sekolah Jenjang SMA di Kota Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Strategis Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam Peningkatan Mutu Sekolah Jenjang SMA di Kota Yogyakarta"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI

KOTA YOGYAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

AVIDONNA HANA OKTAVIANI A210130136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI

KOTA YOGYAKARTA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran strategis Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian etnografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Narasumber adalah Kepala Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi LPMP DIY, Kepala Sekolah serta guru jenjang SMA di Kota Yogyakarta. Teknik keabsahan data dengan triangulasi metode dan sumber data. Teknik analisis data tertata dalam situs. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) Peran Strategis Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yaitu bantuan teknis terhadap Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang dilakukan melalui Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) pada sekolah model dan sekolah imbas, 2) Hambatan yang terjadi saat pelaksanaan SPMI yaitu, keterbatasan waktu dan biaya, kurangnya pelatihan terhadap SDM sebagai narasumber workshop, 3) Pelaksanaan SPMI berdampak pada dua aspek, yaitu aspek proses dengan tercapainya tujuan SPMI pada sekolah model dan imbas, sehingga dapat melakukan penjaminan mutu secara mandiri. Aspek hasil dari tujuan SPMI yaitu peningakatan mutu pada delapan Standar Nasional belum terlihat, karena membutuhkan proses yang cukup lama, minimal tiga tahun.

Kata kunci: Mutu Pendidikan, LPMP, Jenjang SMA, Peningkatan Mutu

ABSTRACT

The aim of this research to describe the strategic of the role of Quality Assurance Institution (LPMP). The research is qualitative with an ethnographic design. Data collection techniques in this research are in-depth interviews, observation, and documentation. The interviewy are the Head of Quality Mapping and Supervision Division of LPMP DIY, Principal and Senior High School teacher in Yogyakarta. By triangulation techniques and resources. The technique date analysis is in the site. The results of this research are: 1) The Strategic Role of Education Quality Assurance Institution (LPMP) is technical assistance to Education, Youth and Sports Department through Internal Quality Assurance System (SPMI) at model schools and impact schools, 2) The obstacle which occur during the implementation of SPMI are, limited time and cost, lack of training off interviewes of the workshop, 3) Implementation of SPMI has an impact on two aspects, aspects of the process with the achievement of SPMI objectives at school model and the impact, so as to make quality assurance

(6)

independently. Aspects of the outcome of SPMI's goal of improving the quality of the eight National Standards has not been seen, because it requires a long process, at least three years

Keywords: Quality of Education, LPMP, Senior High School Level, Quality

Improvement

1. PENDAHULUAN

Penduduk Indonesia semakin bertambah setiap tahunnya. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa penduduk Indonesia hingga tahun 2016 yaitu sebanyak 255.461.700 jiwa. Padatnya penduduk Indonesia perlu diimbangi dengan kualitas warganya melalui pendidikan. Tercantum dalam UUD 1945, pada pasal 31 ayat 1 bahwa “...setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan..”. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi dengan lima kabupaten yang menerapkan wajib belajar 12 tahun. Provinsi yang mendapat julukan kota pelajar terus berupaya dalam meningkatkan kualitas warganya. Kualitas tersebut diupayakan melalui peningkatan berbagai aspek yang menunjang keberhasilan suatu proses pendidikan. Kualitas sekolah atau satuan pendidikan banyak dipandang masyarakat dari status akreditasinya yang kemudian dapat berpengaruh pada kualitas lulusan. Sekolah Menengah Atas dikatakan memenuhi syarat akeditasi apabila mencakup delapan Standar Nasional Pendidikan. Dalam PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada pasal 2 ayat 1 yaitu “Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan”.

Data Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah menyebutkan bahwa nilai Standar Nasional Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta (2015) dalam prosentase yaitu Standar Isi (91,83), Standar Proses (87,29), Standar Kompetensi Lulusan (84,63), Standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan (81,92), Standar Sarana dan Prasarana (88,30), Standar Pengelolaan (89,55), Standar Pembiayaan (91,44), dan Standar Penilaian Pendidikan (87,71). Dari data tersebut hanya

(7)

Standar Isi yang meraih prosentase tertinggi. Upaya peningkatan mutu sekolah merupakan tanggungjawab Pemerintah melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang berada di bawah Kemendikbud. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) memiliki tugas dalam menjamin mutu pendidikan pada jenjang dasar dan menengah yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Penjaminan mutu tersebut bertujuan untuk memenuhi atau melampui Standar Nasional Pendidikan. Pendidikan di Kota Yogyakarta pada jenjang SMA yang belum mencapai Standar Nasional Pendidikan menjadi tanggungjawab LPMP. Berdasarkan permasalahan mengenai mutu pendidikan yang terjadi, mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “PERAN STRATEGIS LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM

PENINGKATAN MUTU SEKOLAH JENJANG SMA DI KOTA

YOGYAKARTA.”

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Objek penelitian yaitu Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Daerah Istimewa Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta dan SMA Negeri 5 Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai dengan selesai. Narasumber penelitian ini yaitu Kepala Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi LPMP DIY, Kepala Sekolah, serta empat guru jenjang SMA di Kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu dengan pengumpulan data, penyajian, reduksi data dan penarikan kesimpulan mengenai peran strategis Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DIY serta hambatan yang dihadapi LPMP DIY saat pelaksanaan penjaminan mutu pada sekolah jenjang SMA di Kota Yogyakarta, yaitu dengan triangulasi sumber dan triangulasi metode.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DIY memiliki program Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) yang dilakukan untuk penjaminan mutu

(8)

Dokumen perencanaan, pengembangan sekolah dan rencana

aksi Dokumen Evaluasi

Diri Sekolah (EDS)

Kebijakan Pemerintah (Kurikulum, SNP, lainnya)

Visi - Misi, Kebijakan Sekolah Penyusunan Rencana Pemenuhan Pelaksanaan Rencana Pemenuhan Evaluasi/ Audit Pelaksanaan Rencana Penetapan Standar Mutu Output: Capaian Kualitas sekolah sesuai 8 SNP Laporan hasil evaluasi:

Pemenuhan 8 SNP, Implementasidari

rencana aksi

Pemetaan Mutu

pendidikan sekolah, khususnya jenjang SMA di Kota Yogyakarta. Pelaksanaan penjaminan mutu melalui penunjukkan sekolah model yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta dan salah satu sekolah imbas yaitu SMA Negeri 5 Yogyakarta. Berikut siklus SPMI dalam penjaminan mutu sekolah yang dilaksanakan bulan November – Januari 2017, melalui workshop dan pendampingan pada standar yang dianggap lemah setelah penilaian Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

Sumber : Laporan Akhir Sekolah Model dan Sekolah Imbas

Penjaminan mutu sekolah khususnya bagi sekolah model dan sekolah imbas berdasarkan nilai Evaluasi Diri Sekolah yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki capaian 4,46 atau 89,20 % serta SMA Negeri 5 Yogyakarta memiliki capaian 4,39 atau 87,80 %. Sekolah model dan sekolah imbas tersebut memiliki kelemahan pada standar proses, sehingga diupayakan LPMP melalui pendampingan dalam pemecahan masalah khususnya pada perangkat pembelajaran. Pelaksanaan SPMI tidak lepas dari hambatan, sehingga siklus tersebut sampai pada penyusunan rencana pemenuhan. Hambatan tersebut yaitu program bersifat top down, revisi penyesuaian anggaran yang berulang,

(9)

kurangnya pelatihan pada narasumber, serta terbatas oleh waktu, karena harus segera membuat laporan pertanggungjawaban pertahun.

Peran strategis Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DIY dalam penjaminan mutu, fokus pada standar yang lemah. Hasil yang diharapkan yaitu adanya peningkatan delapan Standar Nasional Pendidikan, namun peningkatan dapat dilihat setelah minimal tiga tahun proses pembelajaran. Peran LPMP DIY dapat dikatakan belum berpengaruh pada peningkatan delapan Standar Nasional Pendidikan bagi sekolah model maupun sekolah imbas. Namun, dampak positif penjaminan mutu terhadap sekolah model dan sekolah imbas dapat dirasakan masing-masing sekolah, yaitu sekolah lebih termotivasi dalam melakukan penjaminan mutu secara mandiri serta mendapatkan inovasi dalam mengadopsi instrumen penilaian Evaluasi Diri Sekolah.

Mengacu pada penelitian Agus Zulrahman (2013) dengan judul “Peran Dinas Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser” menyatakan bahwa Dinas Pendidikan memiliki peran dalam peningkatan kualitas melalui sosialisasi dan adovakasi berbagai peraturan pemerintah di bidang pendidikan, pelaksanaan pengawasan pendidikan, penyusunan kalender pendidikan tahun pelajaran, pembinaan, minat, bakat dan kreativitas siswa lomba sain dan cerdas cermat, penyusunan kurikulum serta monitoring dan evaluasi. Peran strategis pada penelitian ini yaitu di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang memiliki tugas untuk memberi bantuan kepada Dinas Pendidikan serta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga berupa rekomendasi dengan tujuan peningkatan mutu sekolah.

Hasil Penelitian Dedi Iskandar (2014) dengan judul “Peran Pengawas Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan SMP di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat” menyatakan bahwa tugas pengawas belum optimal. Tugas pengawas tersebut meliputi pemantauan pelaksanaan program sekolah, supervisi, tindak lanjut evaluasi. Tugas Pengawas secara optimal yaitu evaluasi program kerja sekolah yang dilaporkan ke Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pengawas berbagi tugas

(10)

dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan dalam melaksanakan program dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yaitu Sistem Manajemen Mutu Internal. Pengawas lebih kepada persoalan akademik serta Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan fokus kepada persoalan non akademik yaitu manajemen sekolah.

4. PENUTUP 4.1Kesimpulan

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan melaksanakan program Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Peran Strategis Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yaitu memberikan bantuan teknis kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga sebagai fasilitator dalam workshop dan bekerjasama dengan pengawas dari Dinas dalam pendampingan penjaminan mutu terkait standar proses, meliputi proses pembelajaran yang langsung dirasakan oleh sekolah rujukan program tersebut, yaitu SMA Negeri 6 Yogyakarta dan SMA Negeri 5 Yogyakarta dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). Program SPMI dilakukan melalui pendampingan untuk peta mutu yang menjadi kelemahan sekolah dalam mencapai delapan Standar Nasional Pendidikan. Kelemahan yang terdapat pada instrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) menjadi prioritas sekolah dalam pengambilan solusi yang tepat atas masalah tersebut, dengan demikian sekolah memahami bentuk penjaminan mutu internal untuk mencapai delapan Standar Nasional Pendidikan.

4.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti memberikan saran, sebagai berikut:

a. Bagi Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) 1) Peningkatan sumber daya

Sumber daya sebagai narasumber perlu adanya pelatihan untuk peningkatan kemampuan pada segala aspek.

(11)

2) Pelaksanaan program

Mengoptimalkan pendampingan sehingga menjadikan sekolah tidak menganggap remeh program penjaminan mutu sekolah tersebut, karena program yang dilaksanakan masih sangat sederhana. Pendampingan secara manajerial lebih meluas tidak hanya pada standar yang lemah saja.

3) Penilaian delapan Standar Nasional Pendidikan

Penilaian melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS) lebih mendetail kepada prosentase kelemahan pada standar tertentu. Hasil dari Evaluasi Diri Sekolah yang telah diisi sekolah perlu dipaparkan kepada sekolah sehingga sekolah dapat mengoreksi kelemahannya. b. Bagi Sekolah

1) Respon

Peningkatan minat dalam memahami program penjaminan mutu yang tidak sekedar dilaksanakan karena formalitas.

2) Peningkatan mutu sekolah

Peningkatan mutu sekolah merupakan tanggungjawab sekolah, namun inovasi juga perlu ditingkatkan dalam memperbaiki standar yang lemah melalui keaktifan melakukan program-program dengan penilaian berstandar internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Burhan, B . (2010). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Kaelan. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner.Yogyakarta:

Paradigma

Iskandar, D. 2014. Peran Pengawas Pendidikan dalam Peningkatan Mutu Pendidikan SMP di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.

LPMP. Laporan Akhir Sekolah Model dan Imbas. LPMP DIY

Moleong, LJ. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

(12)

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Soetopo, H.B. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Presc. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi

(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 31 ayat 1

http://bansm.or.id. Rekap Nilai Standar Nasional Pendidikan tahun 2015 diakses tanggal 09 November 2016

Zulrahman, A. 2013. Peran Dinas Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser

Referensi

Dokumen terkait

Dimulai oleh Ennis yang menekankan adanya komponen tambahan lain yang penting yaitu kecenderungan (dispositions). Seseorang dengan kompetensi berpikir kritis diharapkan

Nomor rute sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditempelkan di dalam daun rambu pada rambu pendahulu petunjuk jurusan, rambu petunjuk jurusan dan/atau rambu penegasan

terhadap pengelolaan fitur yang ada di dalam website seperti, pengguna Admin, pengguna dosen, pengguna tim redaksi jurnal, link partner, kontak, slide, berita, kategori,

PPK masing-masing satker melakukan pengisian capaian output dalam aplikasi SAS dengan berpedoman kepada Manual Modul Capaian Output yang disertakan satu paket dengan

AGUS BUDI SANTOSO S,Pd SUYONO MELAI RAHMAWATI. DIREKTUR

Apabila perlu dan mendesak membuat surat perintah penggeledahan dan surat perintah penyitaan barang bukti kepada PPNS KI, apabila tidak mendesak membuat surat ijin penggeledahan

Berdasarkan nilai indeks potensi bahaya longsor yang ditentukan dalam penelitian ini, di Sub DAS Kaliputih terdapat tiga tingkat bahaya longsor, yaitu rendah

Adalah makna yang naik atau membaik, yakni bentuk perubahan makna yang cakupan makna sekarang di rasakan lebih baik,lebih halus,lebih tinggi nilainya dari