• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN SUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPATERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI AKASIA(Acacia mangium. Willd.) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN SUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPATERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI AKASIA(Acacia mangium. Willd.) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN

SUB SOIL

DAN ARANG

TEMPURUNG KELAPATERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI

AKASIA(

Acacia mangium.

Willd

.)

PADA MEDIA BEKAS

TAMBANG PASIR

LASTITI SANUBARI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian

Sub soil dan Arang Tempurung Kelapa Terhadap Pertumbuhan Semai Akasia pada Media Bekas Tambang Pasir adalah benar karyasaya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi sayakepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Lastiti Sanubari

(4)

ABSTRAK

LASTITI SANUBARI. Pengaruh Pemberian Sub Soil dan Arang Tempurung Kelapa Terhadap Pertumbuhan Semai Akasia pada Media Bekas Tambang Pasir. Dibimbing Oleh BASUKI WASIS.

Penambangan pasir yang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan jumlah pasir di dasar sungai menurun dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada sungai tersebut. Kegiatan revegetasi perlu dilakukan pada daerah sempadan sungai bekas penambangan pasir. Akasia (Acacia mangium.Willd) mampu tumbuh pada tanah miskin hara. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian arang tempurung kelapa dan sub soil terhadap pertumbuhan semai Akasia (Acacia mangium. Willd.) pada media bekas tambang pasir. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi dan diameter semai akasia. Pemberian sub soil secara tunggal berpengaruh nyata pada parameter Berat Kering Total (BKT). Interaksi pemberian sub soil 250 g dan arang 60 g pada 750 g pasir limbah penambangan (A1B3) merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan tinggi semai. Interaksi penambahan sub soil 750 g merupakan perlakuan yang paling berpengaruh nyata untuk parameter diameter. Untuk parameter berat kering total (BKT) A1B1 merupakan perlakuan paling berpengaruh nyata. Pemberian arang secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan semai akasia. Pemberian sub soil secara tunggal terbaik ditunjukkan pada penambahan sub soil 750 g dengan penambahan diameter sebesar 71.21%.

Kata kunci: Acacia mangium. Willd., arang, tambang pasir, sub soil

ABSTRACT

LASTITI SANUBARI. Influence of Sub Soil and Coconut Shell Charcoal Granting Towards Acacia Seedling Growth on Sand Former Mining Medium.Supervised by BASUKI WASIS.

Sand mining which continuously done may cause the sand of amount in the bottom of river decreasing and may result, to the destruction of the river if occured for a long period. Revegetation activity must be done on some former sand mining river boundaries. Acacia (Acacia mangium) might be able to grow in low nutrient soil. The purposes of this research is to get information about sub soil and coconut charcoal granting effects towards acacia seedling growth on former sand mining medium.The research showed that the interaction of the added sub soil and coconut shell charcoal is significant to the heightand diameter parameter of acacia seedling while sub soil addition is significant to Dry Weight Total (DWK) parameter. Interaction of 250 g sub soil, 60 g charcoal on 750 g sand is the best treatment to enhance seedling tall growth for about 88.73%. Interaction of 750 g sub soil on 250 g sand is the most significant treatment for diameter parameter for about 71.21% diameter growth. The best treatment for Dry Weight Total (DWK) is shown by interaction of 250 g sub soil and 250 g charcoal on 500 g sand. Charcoal granting independently is not significant to addition acacia seedling growth. The addition of sub soil only showed the best result of 750 g sub soil granting with diameter growth around 71.21%.

(5)

PENGARUH PEMBERIAN

SUB SOIL

DAN ARANG

TEMPURUNG KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN

SEMAI AKASIA (

Acacia mangium

. Willd.) PADA MEDIA

BEKAS TAMBANG PASIR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(6)
(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kegiatan : PENGARUH PEMBERIAN SUB SOIL DAN ARANG TEMPURUNG KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI AKASIA (Acacia mangium . Willd.) PADA MEDIA BEKAS TAMBANG PASIR

Nama Mahasiswa : LASTITI SANUBARI

NRP : E44100059

Disetujui oleh,

Dr. Ir. Basuki Wasis, MS NIP. 19651002 199103 1 003

Diketahui oleh,

Ketua Departemen Silvikultur

Prof. Dr. Ir. NurheniWijayanto, MS NIP. 19641110 199002 1 001

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pengaruh Pemberian Sub soil dan Arang Tempurung Kelapa Terhadap Pertumbuhan Semai Akasia (Acacia mangium. Willd.) Pada Media Bekas Tambang Pasir”. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pertumbuhan bibit akasia pada media bekas tambang pasir dengan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa serta mendapatkan informasi mengenai komposisi sub soil dan arang tempurung kelapa yang tepat untuk meningkatkan kesuburan pada media bekas tambang pasir.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membentu dalam penyusunan skripsi ini:

1. Dr. Basuki Wasis, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dukungan serta semangat kepada penulis.

2. Kedua orang tua penulis (H. Obay Sobari ST, MSi dan Hj. Yetti Kartita, SE), kedua kakak penulis (Arti A. dan Nurul P.) dan kedua adik penulis (Arsya F.A dan M. Ramdhani), serta teman seperjuangan yang selalu menemani (Zurrahmi, Fifi Fergi, Trisa, Anisa, Gea, Ikbal Putera, Primana, Shella, Fury, Ghina, Qanita, Nadia, Reyla, Prayogi dan Dian) atas dukungan moral dan materil serta do’a dan kasih sayang yang sempurna yang diberikan kepada penulis selama ini.

3. Aviera, Anisa, Hanif, Ajeng, Elwin, Chandra, Masruri, Inggar, Wulan Dwi, Elfina, Miranti, Usy, M Taufiq, Asep, Rian Prakosa, Riyan Dwi, dan Aji Nuralam atas keceriaan, doa, dukungan dan persahabatan yang selama ini terjalin.

4. Keluarga Besar Laboratorium Pengaruh Hutan serta rekan satu bimbingan (Bayu Winata, Nur Sarif dan Fitri Maharani) atas dukungan dan bantuannya. 5. Rekan-rekan Silvikultur dan Fahutan 47 ( atas keceriaan, kepedulian, semangat

pantang menyerah dan kebersamaan selama 4 tahun bersama menjalani kuliah. Penulis menyadari masih banyak kekurangan kekurangan dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Alat dan Bahan 2

Prosedur Penelitian 2

Rancangan Percobaan 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Pengaruh Interaksi Sub soil dan Arang Terhadap Tinggi 5

Pengaruh Pemberian Sub soil dan Arang Terhadap Diameter 8 Pengaruh Interaksi Sub soil dan Arang TerhadapBerat Basah Total (BBT) 9 Pengaruh Interaksi Sub soil Terhadap Berat Kering Total (BKT) 9 Pengaruh Interaksi Sub soil dan Arang Terhadap Nisbah Pucuk Akar (NPA) 9

Analisis Unsur Hara 12

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan pengamatan 4

2 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam berbagai parameter terhadap

Pertumbuhan semai akasia 5

3 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi sub soil dan arang terhadap

pertumbuhan tinggi semai akasia 5

4 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi sub soil dan arang terhadap

pertumbuhan diameter semai akasia 8

5 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi sub soil dan arang terhadap

pertumbuhan berat basah total (BBT) semai akasia 9

6 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi sub soil dan arang terhadap

pertumbuhan berat kering total (BKT) semai akasia 9

7 Hasil analisis tanah 12

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai akasia terhadap waktu pada berbagai perlakuan penambahan sub soil (A) dan arang tempurung

kelapa (B) 9

2 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai akasia terhadap waktu pada berbagai perlakuan penambahan sub soil (A) dan arang tempurung

kelapa (B) 10

3 Pertumbuhan semai akasia pada berbagai perlakuan pada akhir

pengamatan 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah 19

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bukti ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap alam dapat dilihat dari pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan secara besar-besaran namun tidak memperhatikan kelestariannya. Kegiatan eksploitasi sumberdaya mineral atau bahan galian seperti pasir merupakan salah satu pendukung pada bidang pembangunan baik secara fisik, ekonomi maupun sosial. Kebutuhan akan bahan galian konstruksi dan industri seperti ini semakin meningkat seiring dengan berkembangnya pembangunan berbagai sarana maupun prasarana fisik.

Penambangan pasir yang dilakukan secara terus menerus dapat menyebabkan jumlah pasir didasar sungai dan menurun dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada sungai tersebut. Kerusakan yang timbul diakibatkan oleh penggalian dasar sungai yang dilakukan secara terus menerus sehingga menimbulkan lubang-lubang dibeberapa titik galian. Aktivitas penambangan pasir juga dapat menyebabkan kerusakan jalan, polusi udara dan penurunan kualitas air (Fathurrohman 2012).

Kegiatan revegetasi perlu dilakukan pada daerah sempadan sungai bekas penambangan pasir. Kegiatan revegetasi merupakan salah satu teknik vegetatif yang dapat diterapkan dalam upaya merehabilitasi lahan-lahan yang rusak. Revegetasi adalah usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas tambang (Setiadi 1999). Tujuan dari revegetasi adalah memperbaiki lahan-lahan labil dan tidak produktif serta mengurangi erosi permukaan. Untuk menunjang keberhasilan dalam merehabilitasi lahan yang rusak, berbagai upaya seperti perbaikan lahan pratanam, pemilihan jenis yang cocok dan aplikasi silvikultur yang benar perlu dilakukan (Sudasmonowati et al.2009). Namun kendala utama dalam kegiatan revegetasi pada lahan penambangan adalah kondisi lahan yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman akibat adanya bekas tambang pasir yang merupakan limbah utama dari kegiatan penambangan pasir.

Salah satu jenis tanaman cepat tumbuh yang umum digunakan untuk revegetasi adalah Akasia (Acacia mangium. Willd.) (Zulkifli 2013). Batang akasia merupakan bahan utama berbagai macam industri manufacture. Menurut Krisnawati et al.(2011) selain batang yang merupakan bahan utama industri, akar akasia juga dapat dijadikan obat-obatan herbal.Penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa bertujuan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara dalam media limbah tambang pasir. Unsur hara sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penambahan sub soilmerupakan solusi alternatif untuk menggantikan top soilsebagai media tanam. Hal ini dikarenakan ketersediaan top soil yang semakin berkurang dengan adanya gangguan lahan. Tujuan pemberian

sub soil adalah untuk menambah kandungan liat pada media tanam bekas tambang pasir. Pemberian arang tempurung kelapa sangat berguna untuk memperbaiki sifat kimia dari media tanam bekas tambang pasir. Arang tempurung kelapa memiliki fungsi sebagai manajer pada tanah yang ditanami tanaman. Arang akan memberikan unsur hara kepada tanaman apabila tanaman mengalami kekurangan unsur hara pada media tanam yang miskin hara.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan semaiAkasia (Acacia mangium.

Willd.) pada media bekas tambang pasir serta mendapatkan informasi mengenai komposisi sub soil dan arang tempurung kelapa yang optimal bagi pertumbuhan semai A.mangium. Willd pada media bekas tambang pasir.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan semai akasia(Acaciamangium. Willd.)dandapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam upaya revegetasi lahan bekas penambangan pasir.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei hingga Juli 2013, bertempat di rumah kaca bagian Ekologi Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, dan analisis tanah di Laboratorium Pengaruh Hutan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, dengan lokasi pengambilan media bekas penambangan pasir dilakukan di Sungai Cikabayan Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, alat penyiram, mistar, caliper, alat tulis, alat hitung, kamera, label, polybag (ukuran 20 cm x20 cm),tallysheet,software Microsoft Excel 2007, dan software SPSS 20.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit Akasia (Acacia mangium. Willd.) berumur 3 bulan, media bekas penambangan pasir, arang tempurung kelapa yang dihaluskan, dan sub soil.

Prosedur Penelitian

Pelaksanan penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan media tanam, penyapihan semai Akasia (Acacia mangium. Willd.) , pemeliharaan, pengamatan dan pengambilan data, rancangan percobaan, dan analisis data.

Persiapan

Tahap persiapan meliputi penyiapan media tanam. Media tanam yang digunakan merupakan limbah tambang pasir yang berasal dari Cikabayan Bogor. Limbah tambang pasir tersebut dicampur dengan sub soil dan arang tempurung kelapa yang dihaluskan. Untuk kontrol, media tanam berupa limbah tambang pasir seberat 1000 g.

(13)

3

Penyapihan Semai

Penyapihan dilakukan pada waktu sore hari untuk mengurangi terjadinya penguapan pada semai. Kegiatan ini dilakukan tiga hari setelah media tanam di inkubasi. Semai sosis Akasia disapih ke dalam 64 polybag yang telah diisi media tanam berupa pasir bekas penambangan yang dicampur dengan sub soildan arang tempurung kelapa

Pemeliharaan

Pemeliharaan terhadap semai akasia adalah dengan penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu setiap pagi dan sore dengan mempertimbangkan kondisi media tanam di dalam polybag.

Pengamatan dan Pengambilan Data

Parameter yang diukur adalah diameter, tinggi, berat basah tanaman, nisbah pucuk akar, berat kering total dan analisis unsur hara. Pengamatan terhadap diameter dan tinggi selama 3 bulan, pengukuran dilakukan 1 minggu sekali.

Diameter semai diukur dengan menggunakan caliperpada ketinggian 3 cm di ataspangkal batang

Tinggi semai diukur dengan menggunakan penggaris mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh pucuk semai. Data yang didapatkan langsung di rekapitulasi di dalam tally sheet.

Berat Kering Total diperoleh daripenimbangan bagian tanaman yang dikeringkan dalam oven pada suhu 70°C selama 1 hari (24 jam).Berat basah akar diperoleh dengan menimbang bagian akar tanaman, sedangkan berat basah pucuk terdiri dari bagian batang dan daun kemudian ditimbang. Berat basah total didapatkan dengan menjumlahkan berat basah akar dengan pucuk.

Analisis Unsur Haradilakukan pada akhir pengamatan. Sampelyang diambil sebanyak dua sampel yaitu kontrol dan perlakuan yang memiliki pertumbuhan terbaik.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama, yaitu sub soil

yang terdiri dari empat taraf. Faktor kedua, yaitu arang tempurung kelapa yang terdiri dari empat taraf. Adapun masing-masing faktor dirinci sebagai berikut: Faktor pemberian sub soil + pasir bekas tambang(A), terdiri dari:

A0 = 0 g (sub soil) + 1000 g (pasir bekas tambang) A1 = 250 g (sub soil) + 750 g (pasir bekas tambang) A2 = 500 g (sub soil) + 500 g (pasir bekas tambang) A3 = 750 g (sub soil) + 250 g (pasir bekas tambang) Faktor pemberian arang tempurung kelapa (B), terdiri dari:

B0 = 0 g arang tempurung kelapa + 1000 g (pasir bekas tambang) B1 = 20 g arang tempurung kelapa + 1000 g (pasir bekas tambang) B2 = 40 g arang tempurung kelapa + 1000 g (pasir bekas tambang) B3 = 60 g arang tempurung kelapa + 1000 g (pasir bekas tambang) Adapun komposisi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

(14)

4

Tabel 1 Rancangan pengamatan

Arang batokkelapa

Ulangan Sub soil dan pasir tailing

A0 A1 A2 A3

B0 1 A0B0-1 A1B0-1 A2B0-1 A3B0-1 2 A0B0-2 A1B0-2 A2B0-2 A3B0-2 3 A0B0-3 A1B0-3 A2B0-3 A3B0-3 B1 1 A0B1-1 A1B1-1 A2B1-1 A3B1-1 2 A0B1-2 A1B1-2 A2B1-2 A3B1-2 3 A0B1-3 A1B1-3 A2B1-3 A3B1-3 B2 1 A0B2-1 A1B2-1 A2B2-1 A3B2-1 2 A0B2-2 A1B2-2 A2B2-2 A3B2-2 3 A0B2-3 A1B2-3 A2B2-3 A3B2-3 B3 1 A0B3-1 A1B3-1 A2B3-1 A3B3-1 2 A0B3-2 A1B3-2 A2B3-2 A3B3-2 3 A0B3-3 A1B3-3 A2B3-3 A3B3-3

Analisis Data

Data yang diperoleh berdasarakan pengamatan dan pengukuran, kemudian dianalisis dengan menggunakan model linier:

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij+ εijk

Dimana :

Yijk : Nilai / respon dari pengamatan pada faktor A (sub soil dan pasir bekas tambang) taraf ke-i, faktor B (arang tempurung kelapa) taraf ke-j dan ulangan ke-k.

µ : Nilai rataan umum.

αi : Pengaruh perlakuan pemberian sub soilke-i.

βj : Pengaruh perlakuan pemeberian arang tempurung kelapa ke-j.

(αβ)ij :Pengaruh interaksi faktor sub soil pada taraf ke-i dengan faktor

arang tempurung kelapa pada taraf ke-j.

εijk :Pengaruh acakfaktor sub soil pada taraf ke-i dengan faktor arang

tempurung kelapa pada taraf ke-j dan ulangan ke-k.

i :Campuran sub soil dan pasir(1000 pasir + 0 g sub soil, 750 g pasir + 250 g sub soil, 500 g pasir + 500 g sub soil, 250 g pasir + 750 g sub soil).

j : Arang tempurung kelapa dengan dosis (0 g, 20 g, 40 g, dan 60 g)

k : Ulangan 1, 2dan 3.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dalam penelitian ini, dilakukan sidik ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan software SPSS 20, jika:

a. Nilai P-value > α (0,05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter, nisbah akar pucuk, dan biomassa.

b. Nilai P-value < α (0,05), maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi, diameter, nisbah akar pucuk, dan biomassa, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test.

(15)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi, diameter, berat basah total (BBT), berat kering total (BKT) dan nisbah pucuk akar (NPA) dari semai akasia pada media bekas tambang pasir dengan penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa. Respon pengaruh pemberian sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap parameter yang diamati dapat diketahui dengan melakukan analisis ragam. Hasil rekapitulasi analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam berbagai perlakuan terhadap parameter pertumbuhan semai akasia

Parameter Perlakuan

Sub soil(A) Arang (B) Sub soilxArang (AxB) Tinggi 0.405 tn 0.080 tn 0.049* Diameter 0.037* 0.710 tn 0.050* BBT 0.294 tn 0.636 tn 0.657 tn BKT 0.045* 0.408 tn 0.175 tn NPA 0.116 tn 0.135 tn 0.087 tn

Keterangan: Angka-angka dalam tabel adalah nilai signifikan; * = perlakuan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0.05 (α); tn = perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% dengan nilai signifikan (Pr>F) 0.05 (α).

Tabel 2 menunjukan bahwa pemberian sub soiltunggal berpengaruh nyata terhadap diameter dan berat kering total namun tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman, tinggi dan nisbah pucuk akar. Interaksi antara sub soil dan arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter semai akasia.

Pertumbuhan Tinggi

Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh interaksi pemberian sub soil dan arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia

Perlakuan Pertumbuhan tinggi Peningkatan terhadap kontrol(%)

A0B0 17.7667 c - A0B1 33.4667 a 88.368 A0B2 25.3333 bc 42.589 A0B3 29.4333 bc 65.666 A1B0 22.4833 bc 26.547 A1B1 28.4000 bc 59.850 A1B2 30.6667 a 72.608 A1B3 33.4667 a 88.368 A2B0 29.1000 bc 63.790 A2B1 30.1333 ab 69.605 A2B2 27.7000 bc 55.910 A2B3 31.7333 a 78.611 A3B0 31.7667 a 78.799 A3B1 31.4667 a 77.111 A3B2 18.2333 bc 2.626 A3B3 22.1000 bc 24.390

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %

(16)

6

Hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa perlakuan interaksi sub soil dan arang tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan tinggi. Dilakukan uji lanjutan pada media tanam yang diinteraksikan dengansub soildan arang tempurung kelapa terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia berupa uji Duncan. Untuk melihat pengaruh interaksi sub soil dan arang tempurung kelapa dapat dilihat pada tabel 3. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa pemberian 0 g sub soil dan 20 g arang tempurung kelapa(A0B1), 250 g sub soil dan 40 g arang tempurung kelapa (A1B2), 250 g sub soil dan 60 g arang tempurung kelapa(A1B3), 500 g sub soil dan 20 g arang tempurung kelapa (A2B1), 500 g sub soil dan 60 g arang tempurung kelapa (A2B3), 750 g sub soildan 0 g arang tempurung kelapa(A3B0), dan 750 g sub soil dan 20 g arang tempurung kelapa(A3B1) memiliki hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan interaksi lainnya, hal ini ditunjukkan dengan adanya huruf a pada nilai rata-rata pertumbuhan tinggi setelah di uji Duncan. Pemberiansub soil 250 g, 750 g pasir dan arang tempurung kelapa 60 g (A1B3) merupakan interaksi perlakuan yang paling berpengaruh nyata dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Perlakuan ini mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi semai akasia dengan persen peningkatan terhadap kontrol sebesar 88.37%. Pertumbuhan tinggi terendah ditunjukkan oleh interaksi antara 750 g sub soil, 250 g pasir dan 40 g arang tempurung kelapa (A3B2) dengan persen peningkatan terhadap kontrol hanya sebesar 2.63%. Nilai persentase pertumbuhan tinggi semai akasia terhadap kontrol didapatkan dengan cara membandingkan suatu perlakuan terhadap kontrol.

Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah. Menurut Islami dan Utomo (1995), tanaman dapat tumbuh serta mampu memberi hasil baik jika tumbuh pada tanah yang cukup kuat menunjang tegaknya tanaman, tidak mempunyai lapisan penghambat perkembangan akar, aerasi baik, kemasaman disekitar netral, tidak mempunyai kelarutan garam yang tinggi, cukup tersedia unsur hara dan air dalam kondisi yang seimbang. Tanah mempunyai beberapa fungsi essensial, salah satunya adalah sebagai habitat organisme dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Sebagai habitat organisme, tanah berperan penting dalam memasok salah satu faktor pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu unsur hara (Munawar 2011). Semakin subur suatu tanah maka semakin baik pula kemampuan tanah tersebut dalam memasok unsur-unsur essensial yang mencukupi bagi pertumbuhan tanaman (Foth dan ellis 1997 dalam Munawar 2011). Perkembangan dan pertambahan tinggi semai sangat dipengaruhi oleh kelancaran penyerapan hara yang langsung diangkut dan di olah dalam proses fotosintesis. Adanya perbedaan kemampuan daya serap hara oleh tanaman menghasilkan adanya perbedaan pertambahan rata-rata tinggi pada semai (Wasis dan Nuri 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sub soil dan arang tempurung kelapa memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi semai akasia pada selang kepercayaan 95%. Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah media bekas tambang pasir. Pasir sangat susah menahan air, bersifat longgar, memiliki tata udara yang baik dan kandungan zat makanannya sangat sedikit. Agar dapat ditanami dengan baik media bekas tambang pasir diaplikasikan dengan sub soil dan arang tempurung kelapa.Pertumbuhan tinggi yang baik pada perlakuan interaksi ini dikarenakan pengaruh yang baik dari

(17)

7 penambahan sub soil dan arang batok kelapa secara interaksi pada media bekas penambangan pasir. Penambahan kedua unsur tersebut dapat memperbaiki sifat kimia dan fisik dari media bekas penambangan pasir.

Menurut Buckman dan Brady (1982) sub soil adalah tanah bagian bawah dari lapisan top soil yang mengalami cukup pelapukan, mengandung lebih sedikit bahan organik. Sub soil mengandung besi oksida, oksida aluminium dan tanah liat serta kalsium karbonat. Menurut Hidayat et al (2007), dibalik kualitas sub soil

yang kurang baik, akan tetapi penggunaannya bisa menjadi solusi alternatif untuk menggantikan top soil sebagai media tanaman keras (pohon) atau semai pohon. Hal ini dikarenakan ketersedian sub soil lebih banyak dibandingkantop soil di lapangan, karena top soil semakin berkurang dengan adanya gangguan lahan seperti erosi atau penggunaannya yang terus-menerus sebagai media pembibitan. Penggunaan sub soil pada media tanam ini di harapkan dapat memperbaiki struktur dari limbah pasir dengan kandungan liatnya yang cukup tinggi dilapang. Sehingga diharapkan adanya sub soil mampu meningkatkan kemampuan menahan air dan menambah zat makanan untuk tanaman.

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Selain digunakan sebagai bahan bakar, arang juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Arang mampu menyerap racun-racun yang dapat membahayakan tanaman. Kemampuan arang dalam menyerap air dapat meningkatkan kapasitas tanah untuk menyimpan air sekaligus membatasi perlindian hara terlarutkan. Kemampuan arang dalam menyimpan senyawa-senyawa terlarut terutama bahan organik yang larut pada air tanah dapat menjadi habitat baru bagi mikroba tanah yang dapat memiliki kemampuan memanfaatkan senyawa serapan-serapan sebagai sumber energinya (Gunawan 1987). Arang juga berfungsi sebagai pengatur pada tanah yang ditanami oleh tanaman, arang akan memberikan hara kepada tanaman apabila tanaman mengalami kekurangan hara pada tanah yang miskin hara dan akan mengambil hara apabila di dalam tanah terdapat kandungan hara yang berlebih dan akan memberikan hara yang diambil pada saat tanaman membutuhkannya (Istantini 2012).

Pada penelitian kali ini pemberian arang bertujuan untuk memperbaiki sifat dari fisik dan kimia tanah.Perpaduan yang baik dari sifat sub soil yang dapat memperbaiki sifat fisik tanah, terutama tekstur tanah yang mampu memperbaiki daya pegang media terhadap air (water holding) serta kemampuan arang dalam memperbaiki sifat kimia tanah inilah yang memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tinggi dari semai akasia tersebut.

Pertumbuhan Diameter

Pertumbuhan diameter merupakan pertumbuhan sekunder dari tanaman yang sulit diukur pada fase semai. Menurut Campbell 2008 dalam Indriyana 2013, pada usia muda, tanaman lebih cenderung menunjukkan pertumbuhan primer yaitu penambahan daun, memperpanjang batang serta akar di daerah-daerah tumbuhan yang lebih muda, pertumbuhan sekunder berupa mempertebal batang dan akar akan terjadi pada daerah-daerah tempat pertumbuhan primer telah berhenti. Interaksi sub soil dan arang memberikan kandungan hara yang cukup

(18)

8

bagi tanaman. Selain mengalami pertumbuhan tinggi yang baik, perlakuan ini juga mampu meningkatkan pertumbuhan diameter semai akasia secara nyata.

Hasil sidik ragam dan uji Duncan menunjukkan bahwa pengaruh Interaksi

sub soildan arang tempurung kelapa pada media tumbuh semai akasia berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan parameter diameter. Hasil uji Duncan menunjukkan, perlakuan A3B0 (% peningkatan terhadap kontrol sebesar 71,21%), A2B3 (% peningkatan terhadap kontrol sebesar 57,70%) dan A2B2 (% peningkatan terhadap kontrol sebesar 40,39%) merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol , sedangkan perlakuan A1B3 (% peningkatan terhadap kontrol sebesar -1,90%) dan A1B0 (% peningkatan terhadap kontrol sebesar -13,45%) tanda minus (-) menunjukkan respon yang tidak lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji Duncan pengaruh interaksi sub soil dan arang terhadap pertumbuhan diameter semai akasia dapat dilihat pada Tabel 4. Perbedaan pengaruh dari perlakuan interaksi antara sub soil dan arang tempurung kelapa ini dipengaruhi oleh kandungan hara yang ada pada media limbah tambang pasir. Sehingga penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa tergantung pada kebutuhan tanaman dalam menyerap unsur hara.

Tabel 4 Hasil Uji Duncan pengaruh interaksi sub soil dan arang terhadap pertumbuhan diameter semai akasia

Perlakuan Pertumbuhan diameter % peningkatan terhadap kontrol

A0B0 0.1733 c - A0B1 0.2167 abc 25.043 A0B2 0.2067 abc 19.273 A0B3 0.19 bc 9.636 A1B0 0.15 c -13.445 A1B1 0.2333 abc 34.622 A1B2 0.2033 bc 17.311 A1B3 0.17 c -1.904 A2B0 0.2167 abc 25.043 A2B1 0.2bc 15.407 A2B2 0.2433 abc 40.392 A2B3 0.2733 ab 57.703 A3B0 0.2967 a 71.206 A3B1 0.24 abc 38.488 A3B2 0.2267 abc 30.814 A3B3 0.1833 bc 5.770

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 %

Berat Basah Total (BBT)

Berat Basah Total merupakan indikator untuk mengetahui kadar air serta kebutuhan air dari tanaman yang ditanam, selain itu berat basah juga menunjukkan hasil aktivitas metabolik suatu tanaman. Pada tanaman pertanian berat basah juga sangat berkaitan dengan masa simpan suatu benih. Faktor yang sangat berpengaruh adalah panjang akar tanaman, jumlah daun, tinggi tanaman

(19)

9 dan jumlah tunas (Lakitan 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberiansub soil, arang maupun interaksi sub soil dan arang tidak berpengaruh nyata terhadap parameter berat basah total (BBT).

Berat Kering Total (BKT)

Berat Kering Total merupakan parameter yang umum digunakan untuk mengetahui baik atau tidaknya pertumbuhan bibit karena merupakan gambaran dari efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Berat kering totaldiperoleh dari penambahan berat kering akar dan berat kering pucuk. Berat kering tanaman merupakan salah satu indikasi untuk mengetahui respon tanaman dalam memanfaatkan unsur hara yang tersedia dalam suatu media tumbuh pada kondisi tertentu (Gusmalina dan Pari 2002).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian sub soil secara tunggal memberikan hasil yang nyata terhadap berat kering total. Perlakuan yang menunjukkan berat kering total tertinggi adalah A1B1. Artinya, perlakuan A1B1 ini merupakan perlakuan yang paling mampu mengikat energi dari fotosintesis dan melakukan penyerapan hara paling optimum.

Seperti yang dijelaskan oleh Buckman bahwa sub soil mengandung besi oksida yang menghasilkan kation Fe³⁺yang kemudian tereduksi oleh karbondioksida sehingga menjadi Fe ²⁺ yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mengaktifkan sejumlah enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi dan reduksi di dalam respirasi dan reduksi dalam proses respirasi dan fotosintesis, selain itu juga merupakan bagian dari sistem enzim yang terkait dalam pembentukan klorofil (Munawar 2011). Selain itu sub soiljuga mengandung Kalsium karbonat. Kalsium merupakan hara makro yang sangat penting. Kalsium merupakan bagian dari struktur sel, yaitu dinding dan membran sel dan sangat dibutuhkan dalam pembelahan sel-sel baru. Selain itu kalsium juga terlibat dalam mengatur sejumlah proses metabolis, termasuk respon tanaman terhadap lingkungan dan zat-zat pengatur tumbuh serta berperan penting dalam pemanjangan sel (Munawar 2011).

Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Nisbah Pucuk Akar (NPA) menunjukkan keseimbangan antara pucuk dan akar. Nisbah pucuk akar harus relatif seimbang karena nilainya menandakan keseimbangan antara transpirasi dan kemampuan daya isap akar terhadap jumlah air yang berada di dalam tanah (Fandeli 1979). Besaran nilai NPA menunjukkan kondisi fisik tanaman yang berkaitan dengan ketahanan semai saat dipindahkan ke lapang, karena tanaman yang baru dipindahkan harus mempunyai laju transpirasi sekecil mungkin untuk menghindari dehidrasi.

Hasil analisis uji sidik ragam menunjukkan pemberian arang, sub soil

maupun interaksi antara arang dan sub soil tidak berpengaruh nyata terhadap nilai NPA. Namun penampakan secara visual dapat terlihat bahwa kondisi perakaran dan tajuk dari perlakuan pemberian sub soil secara tunggal maupun interaksi antara arang dan sub soilmenunjukkan performa tajuk dan perakaran yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol dan pemberian arang secara tunggal.

(20)

10

Gambar 1 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai akasia pada berbagai perlakuan Interaksi sub soil dan arang tempurung kelapa (A x B)

0 20 40 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Tin gg i ( cm )

Waktu (minggu ke-)

A0B0 A0B1 A0B2 A0B3 0 20 40 60 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Ti n gg i (c m )

Waktu (minggu ke-)

A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 0 20 40 60 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Ti n gg i (c m )

Waktu (minggu ke-)

A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 0 20 40 60 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Ti n gg i (c m )

Waktu (minggu ke-)

A3B0 A3B1 A3B2 A3B3

(21)

11 Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan diameter semai akasia pada berbagai

perlakuan interaksi sub soil dan arang tempurung kelapa (AxB).

0.00 0.20 0.40 0.60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 d iam e te r (c m )

Waktu (Minggu ke-)

A0B0 A0B1 A0B2 A0B3 0 0.2 0.4 0.6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 d iam e te r (c m )

Waktu (Minggu ke-)

A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 0 0.2 0.4 0.6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 d iam e te r (c m )

Waktu (minggu ke-)

A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 d iam e te r (c m )

Waktu (minggu ke-)

A3B0 A3B1 A3B2 A3B3

(22)

12

Analisis Sifat Kimia Tanah

Analisis sifat kimia tanah yang dilakukan pada akhir penelitian menunjukkan bahwa pemberian sub soil dan arang tempurung kelapa meningkatkan kesediaan unsur hara pada media bekas tambang pasir. Hasil analisis menunjukkan pH, C-organik, N-total, P-tersedia, Ca, Mg, K dan KTK pada saat diberikan sub soil dan arang tempurung kelapa mengalami peningkatan terhadap kontrol.

Tabel 5 Hasil analisis sifat kimia tanah

No Perlakuan Kontrol A1B1

1 pH H20 6.50 6.80 KCl 6.00 6.20 2 C-Organik (%) 0.65 0.80 3 N-total (%) 0.07 0.08 4 P-tersedia 13.4 15.9 5 P HCl 25% (ppm) 225.0 241.5 6 Ca (me/100g) 8.37 13.72 7 Mg (me/100g) 2.98 3.85 8 K (me/100g) 0.83 1.24 9 Na (me/100g) 0.98 1.28 10 KTK (me/100g) 13.75 18.77 11 KB (%) 100 100 12 Al (me/100g) Tr Tr 13 H (me/100g) 0.08 0.08 14 Fe (ppm) 3.00 1.98 15 Cu (ppm) 1.14 1.04 16 Zn (ppm) 7.65 5.37 17 Mn (ppm) 24.82 19.68 18 Tekstur (%) Pasir 59.47 52.70 Debu 21.15 14.38 Liat 19.38 32.92

Keterangan: Analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah, Departemen Manajemen Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Analisis unsur hara ini dilakukan untuk membuktikan bahwa media tanam yang telah diberikan interaksi sub soil dan arang tempurung kelapa telah ini sudah tidak bersifat toxic bagi tanaman. Tanah yang telah diinteraksikan dengan sub soildan arang tempurung kelapa memiliki pH, bahan organik dan unsur hara makro yaitu N, P, K, Ca dan Mg serta tekstur liat yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Reaksi tanah atau pH tanah menunjukkan sifat kemasaman dinyatakan dalam nilai pH. Pentingnya mengetahui nilai pH adalah untuk mengetahui mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah yang netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air, selain itu juga nilai pH menunjukkan adanya unsur-unsur beracun (Hardjowigeno 2010). Media tambang pasir yang telah diinteraksikan dengansub soil dan arang tempurung kelapa memiliki pH 6.8, lebih tinggi dibandingkan kontrol yang memiliki nilai pH 6.5. Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman.

(23)

13 Kenaikan pH cenderung menambah ketersediaan fosfor dan nitrogen yang mudah tercuci. Kenaikan pH dapat pula menambah perkembangan mikroba tanah dan populasi bertambah dengan cepat ke tingkat sebelumnya (Munawar 2011). Media bekas tambang pasir dengan pemberian 500 g sub soil dan 60 g arang tempurung kelapa memiliki nilai pH 6.8. Menurut Siregar (2004) aplikasi arang dapat meningkatkan pH tanah, sehingga sering digunakan dalam memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini dikarenakan penambahan arang dapat berfungsi seperti proses pengapuran yang dapat menetralisir kemasaman tanah. Pada reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6.5 - 7.5 unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (Indriyana 2013).

C-organik menunjukkan kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah. Bahan organik memiliki peranan penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah (Indriyana 2013). Foth dan Ellis (1997) dalam Munawar (2011) mendefinisikan kesuburan tanah sebagai status suatu tanah yang menunjukkan kapasitas untuk memasok unsur-unsur esensial dalam jumlah yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi meracun dari unsur manapun. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan bahwa kandungan bahan organik pada media bekas tambang pasir yang diaplikasikan dengan sub soil dan arang tempurung kelapa lebih tinggi 0,15% dibandingkan dengan kontrol yang bernilai 0.65%.

Pemberian dapat meningkatkan unsur-unsur hara makro pada tanah seperti N, P, K, Ca dan Mg (Siregar 2004). Hal ini terlihat dari hasil analisis perlakuan interaksi arang dan sub soil yang menunjukkan peningkatan kandungan unsur-unsur hara tersebut. Nitrogen merupakan unsur-unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman, nitrogen berfungsi sebagai komponen utama protein, hormon, klorofil, vitamin dan enzim-enzim essensial untuk kehidupan tanaman. Oleh karena itu, N diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh pertumbuhan di dalam tanaman (Munawar 2011).

Fosfor adalah unsur hara esensial penyusun beberapa senyawa dan sebagai katalis reaksi-reaksi biokimia penting di dalam tanaman. Fosfor berperan dalam menangkap dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang sangat berguna bagi tanaman agar dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi normal. Komponen tanah yang mempengaruhi fiksasi P oleh tanah adalah oksida dari Fe dan Al. Semakin tinggi kadar bahan-bahan tersebut didalam tanah maka semakin besar fiksasi P suatu tanah (Munawar 2011). Kalium (K) merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dan fungsinya tidak dapat digantikan oleh unsur hara lainya serta dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar. K berfungsi meningkatkan ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, serta merangsang pertumbuhan akar (Hardjowigeno 2010)

Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) merupakan hara makro sekunder yang diperlukantanaman dalam jumlah yang relatif besar untuk pertumbuhan tanaman. Kalsium merupakan bagian dari struktur sel, yaitu dinding dan membran sel dan diperlukan dalam pembentukan atau pembelahan sel-sel baru. Kekurangan Ca menyebabkan tunas dan akar tanaman tidak dapat tumbuh normal. Magnesium (Mg) berperan sebagai komponen molekul klorofil pada semua tanaman hijau dan berperan penting pada hampir seluruh metabolisme tanaman dan sintesis protein(Munawar 2011).

(24)

14

Kapasitas Tukar Kation menunjukkan banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap tanah per satuan berat tanah, dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen per 100 g (me/100 g). Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dibandingkan dengan tanah yang memiliki KTK rendah (Hardjowigeno 2010). Kapasitas Tukar Kation yang rendah merupakan salah satu kendala revegetasi pada lahan bekas tambang (Setiadi 2012).

Pada hasil analisis unsur hara terlihat bahwa limbah penambangan pasir memiliki KTK 13.75(me/100g). Interaksi arang dan sub soil mampu meningkatkan KTK tanah menjadi 18.77 (me/100g), menurut Hardjowigeno (2010) KTK tanah tergolong rendah pada kadar 5.00-16.00(me/100g). Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian sub soil dan arang mampu memperbaiki KTK pada media bekas tambang pasir.

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (<2 mm). Perbandingan berdasarkan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat dan dikelompokan kedalam berbagai macam kelas tekstur. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit dalam menahan air. Tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowigeno 2010). Pada analisis tekstur perlakuan kontrol, 59.47 %nya terdiri dari pasir, 21.15% nya debu dan 19.38% liat. Pemberian arang tempurung kelapa dan sub soil mampu meningkatkan tekstur liat menjadi 32.92% sedangkan tekstur pasir dan debu menurun. Pemberian sub soilmampu meningkatkan kandungan liat pada tanah serta meningkatkan daya simpan air pada tanah. Arang juga mampu memperbaiki porositas tanah menjadi lebih baik.

Gambar 3 Pertumbuhan semai akasia pada berbagai perlakuan (a) perlakuan kontrol, (b) perlakuan interaksi pasir dan arang tempurung kelapa, (c)perlakuan interaksi pasir dan sub soil, dan (d) perlakuan interaksi pasir, sub soildan arang tempurung kelapa

(25)

15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan lima parameter yang digunakan pada penelitian ini, pemberian sub soil dan arang tempurung kelapa memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter. Pemberian sub soil secara tunggal hanya berpengaruh nyata terhadap berat kering total. Perlakuan A1B3 (750 g pasir + 250 g sub soil + 60 g arang) , memberikan pengaruh paling nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan perlakuan A3B0 (250 g pasir + 750 g sub soil) memberikan pengaruh paling nyata terhadap pertumbuhan diameter.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruh perlakuan terhadap bibit setelah ditanam di lapang. Penambahan sub soil dan arang tempurung kelapa dapat dilakukan pada tanah bekas tambang pasir sebagai penyedia hara dan untuk memperbaiki tekstur tanah dan kapasitas tukar kation tanah agar tanaman dapat tumbuh optimal. Adanya analisis tanah perlu dilakukan untuk mengetahui masalah dari media tanam dan solusi sebelum dilakukan penanaman.

(26)

16

Daftar Pustaka

Adinugraha, HA, Sugeng P, Toni H. 2007. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.5(2) : 1-4

Buckman, B et al. 1982. Ilmu Tanah. Soegiman, penerjemah. Jakarta: Bharata Karya Aksara

[DEPHUT] Departemen Kehutanan.1983. Teknik Pembibitan Tanaman Hutan. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan

[DEPHUT] Departemen Kehutanan.1989. Teknik Pembuatan Tanaman Acacia mangium.Jakarta (ID): Departemen Kehutanan

[DEPHUT]. Departemen Kehutanan. 2001-2002. Kompilasi: Informasi Singkat Benih. Jakarta (ID) : Departemen Kehutanan

Fandeli, C. 1979. Studi besaran angka “top root ratio” sebagai petunjuk kualitas

semai Pinus merkusii Junght et de Vriese [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada

Fathurrohman, Muhammad.2012. Memahami Dampak Penambangan Pasir.

[Internet].[diunduh 2014 Jun 20]. Tersedia pada : http:// muhfathurrohman.wordpress.com

Gunawan, L W. 1987.Teknik Kultur Jaringan. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor

Gusmailina, Pari G. 2002. Pembuatan Arang dan Arang Kompos Bahan Temu Lapang Peningkatam Kualitas Kayu dari Hutan Rakyat[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Hadiyanto, C. 2001. Pengaruh perbedaan kekerabatan terhadap produksi benih dan viabilitas benih dari kebun benih klonal Acacia mangium di parung panjang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo

Hidayat, TC. Gani S, Eka L dan Indra YH. 2007. Pemanfaatan berbagai limbah pertanian untuk media kelapa sawit, 15 (2) . hal 185-193

Indriyana, DA. 2013. Pengaruh Pemberian Kompos dan Arang Kayu Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb.Miq.) Pada Media Bekas Tambang Pasir [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Islami T, Utomo WH. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press.

Istantini, A. 2012. Aplikasi Arang Tempurung Kelapa dan Kotoran Sapi (Bokashi) Terhadap Pertumbuhan Semai Jabon Pada Media Tanam Tailing Tambang Emas [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Khaerudin. 1994. Pembibitan Tanaman HTI. Jakarta: Penebar Swadaya

Krisnawati H, Maarit K, Markku K.2011.Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas Acacia Mangium Willd. Bogor : CIFOR

Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Leksono, B dan Setiaji, T. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Acacia mangium. Yogyakarta: Pusat Penelitian dan Bioteknologi Hutan

Munawar, Ali. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor: IPB Press Murtilaksono K dan Iskandar.2008. Recovery Sumberdaya Alam Paska

(27)

17

Air).Forum Teknologi K3LL PT. Pertamina. Prosiding Seminar, 20-25 Juli 2008. Semarang

National Research Council.1983.Mangium and other fast growing Acacias for the humid tropics. Washington DC: National Academy Press

Rahim, F., 1995. Sistem dan Alat Tambang. Banjarbaru: Akademi Teknik Pertambangan Nasional

Rahim, S.R., 1995. Pengendalian Erosi Tanah. Jakarta. Bumi Aksara

Rahmawan, Ardian. 2010. Jenis-Jenis Tanah [Internet]. [diunduh 2014 Mar 15]. Tersedia pada : http://www.Mohammaddioantara.com

Setiadi, Y. 1999. Status Penelitian dan Pemanfaatan Cendawan Mikoriza arbuskula dan Rhizobium untuk Merehabilitasi Lahan Terdegradasi. Di dalam: Seminar Nasional Mikoriza I; 1999 Nov 15-16 ; Bogor, Indonesia (ID): Seameo Biotrop

Setiadi, Y. 2010. Post Mining Restoration Technical Notes. Bogor: Fahutan IPB Setiawan, IE. 2003. Evaluasi Tingkat Keberhasilan Revegetasi Pada Lahan

Bekas Tambang [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB

Sindusuwarso, R.D dan D.I.B Oetomo. 1981. Acacia mangium jenis pohon yang belum layak dikenal. Jurnal Duta Rimba, 48 (8). Hal 19-21

Siregar CA. 2004. Pemanfaatan arang untuk memperbaiki kesuburan tanah dan

pertumbuhan Acacia mangium. Di dalam: Prosiding Ekspose Penerapan Hasil

Litbang Hutan dan Konservasi Alam; Palembang, 15 Des 2004. Palembang:

Kelompok Peneliti Konservasi Tanah dan Air. hlm 15–23.

Sudarmonowati E., Novi S., Hartati N.S., Taryana N., Siregar U.J. 2009. Sengon

Mutan Putatif Tahan Tanah Ex- Tambang Emas. Journal of Applied and

Industrial Biotechnology in Tropical Region, 2 (2): 1-5

Suhartana. 2006. PemanfaatanTempurung Kelapa Sebagai Arang Aktif. Jurnal Berkala Fisika, 9(3). Hal 151-156

Supyandi, Y. 1999. Pengaruh pemberian biostimulant dan inokulasi cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap pertumbuhan semai Acacia mangium Willd

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Utami, NH. 2009. Kajian sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah pasca tambang galian c pada tuga penutupan lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung, Tonggoh, Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB

Wasis B, Nuri F.2011. Pengaruh Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Semai Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing). Jurnal Silvikultur Tropika. 02(01): 14-18

Winarna, ES Sutarta, dan W.Dramosarkoro. 2003.Efektivitas aplikasi pupuk majemuk lambat tersedia dalam pembibitan kelapa sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit

(28)

18

(29)

19 Lampiran 1 Kriteria penilaian sifat kimia tanah

Sifat Tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat tinggi C -Organik (%) < 1,00 1,00 - 2,00 2,01 - 3,00 3,01 - 5,00 > 5,00 Nitrogen (%) < 0,10 0,10 - 0,20 0,21 - 0,50 0,51 - 0,75 > 0,75 C/N < 5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25 P2O5 HCl (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60 P2O5 Bray-1 (ppm) < 10 10 - 15 16 - 25 26 - 35 > 35 P2O5 Olsen (ppm) < 10 10 - 25 26 - 45 46 - 60 > 60 K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60 KTK (me/100g) < 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40 Susunan Kation : K (me/100g) < 0,1 0,1 - 0,2 0,3 - 0,5 0,6 - 1,0 >1,0 Na (me/100g) < 0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0 >1,0 Mg (me/100g) < 0,4 0,4 - 1,0 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0 > 8,0 Ca (me/100g) < 0,2 2 - 5 6 - 10 11 - 20 > 20 Kejenuhan Basa (%) < 20 20 - 35 36 - 50 51 - 70 > 70 Aluminium (%) < 10 10 - 20 21 - 30 31 - 60 > 60 Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis pH < 4,5 4,5 - 5,5 5,6- 6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5 Sumber : Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah.

(30)

20

Lampiran 2

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 15 Juni 1992 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan H. Obay Sobari dan Hj. Yetti Kartita. Pada Tahun 2010 Penulis lulus dari SMAN 2 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti Himpunan profesi TGC (Tree Grower Community) tahun 2012/2013. Penulis termasuk sebagai anggota dari Internasional Forestry Student Association (IFSA) sejak tahun 2011. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Jawa Barat dengan Jalur Pangandaran – Gunung Sawal tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi tahun 2013. Kemudian penulis juga melakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) di Perusahaan Tambang Batu Bara, PT Tunas Inti Abadi, Kalimantan Selatan.

Guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Sub soildan Arang Tempurung Kelapa Terhadap Pertumbuhan Semai Akasia Pada Media Bekas Tambang Pasir di bawah bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS.

Gambar

Tabel  2  Rekapitulasi  hasil  sidik  ragam  berbagai  perlakuan  terhadap  parameter  pertumbuhan semai akasia
Tabel  4  Hasil  Uji  Duncan  pengaruh  interaksi  sub  soil  dan  arang  terhadap  pertumbuhan diameter semai akasia
Gambar 1 Grafik laju pertumbuhan tinggi semai akasia pada berbagai perlakuan   Interaksi sub soil dan arang tempurung kelapa (A x B)
Tabel 5 Hasil analisis sifat kimia tanah

Referensi

Dokumen terkait

Bahan diperiksa dan dipastikan cocok untuk diambil sampelnya, sampel dikumpulkan dan dipastikan bahwa jenis, lokasi, pengambilan sampel, dan waktu pengambilan

Uji sensitivitas antibiotik menunjukkan bahwa dari 13 isolat pasien IGD Rumah sakit Universitas Hasanuddin Makassar yang tergolong Staphylococcus aureus ditemukan 4

Ayat di atas memerintahkan agar kita bekerja, kerja itulah yang akan dilihat Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut tidak selalu bahwa yang satu

Secara Keseluruhan Kinerja BPBD di wilayah Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung dalam penanggulangan bencana banjir dapat dikatakan cukup baik meskipun memiliki beberapa

Konseli menyatakan bahwa ekspresi senang mampu membuat konseli nyaman sehingga konseling berjalan dengan lancer, selain itu konseli juga menyatakan bahwa ekspresi

Untuk mengetahui bahan yang digunakan dalam pembuatan bodi mobil listrik dengan menggunakan media fiberglass.. Untuk mengetahui proses finishing dalam pembuatan bodi

Pada tahun 2000, didirikan Komite antar negara yaitu Intergovernmental Committee on intellectual Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore (IGC GRTKF)

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shetty et al pada tahun 2012 bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara jumlah trombosit pada