• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERENCANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 113 TAHUN 2014 (Studi Kasus di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo Periode 2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERENCANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 113 TAHUN 2014 (Studi Kasus di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo Periode 2017)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

46 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 ANALISIS PERENCANAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

MENURUT PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 113 TAHUN 2014 (Studi Kasus di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono

Kabupaten Sidoarjo Periode 2017) Oleh:

Wiwin Deri Fitriani*) Jeni Susyanti**) M. Khoirul ABS***) Email: Deri.wiwin@yahoo.co.id

Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang ABSTRACT

The purpose of this study is analize village financial management planning according to Permendagri Number 113 in 2014 case study on Masangan Wetan village Sukodono district, Sidoargo Regency. This study used descriptive qualitative as a methods to village officials relate to village financial management planning.

The result in this study condude that the village financial management process on Masangan Wetan village, Sukodono district, Sidoarjo regency is in accordance with Permendagri Number 113 in 2014.

Keywords: Financial Management Planning, Village Officials, Ministry of Home Affairs Regulation

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dengan adanya Undang-Undang desa, menjadikan suatu desa tersebut memiliki kepastian dan juga jaminan dana yang akan dikelola untuk pembangunan dan peningkatan perekonomian desa.

Besaran untuk dana desa ini mengalami kenaikan tiga kali lipat dari tahun anggaran 2015 dan mengalami kenaikan 28% dari dana desa pada tahun 2016 sebesar Rp.49,96 trilyun. Jika dibandingkan dengan road map Dana Desa yang telah disusun oleh Kementerian Keuangan, maka alokasi dana desa pada tahun 2017 sebesar Rp.60 trilyun tersebut sebenarnya lebih rendah dari yang direncanakan untuk tahun 2017 yakni sebesar Rp.81 trilyun. Kementerian Keuangan mengalokasikan kenaikan penyaluran dana desa menjadi Rp 1 miliar per desa di 2017. Kebijakan ini seiring dengan asumsi pertumbuhan ekonomi indonesia yang di targetkan 5,3 persen sampai dengan 5,9 persen pada tahun depan.

Perencanaan keuangan desa adalah point penting pertama dari langkah awal untuk pengelolaan keuangan desa. Perencanaan keuangan desa dilaksanakan dalam bentuk penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa), yang berasal dari penyusunan Rencana Kerja Pemerintah

(2)

47 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 Desa (RKPDesa) yang lalu di sepakati dari hasil Musrenbang yang berpatokan

kepada Rencana Pembangunan Desa Jangka Menengah Desa (RPJMDesa). Dengan dipilihnya penelitian ini oleh peneliti dimaksud untuk menganalisis apakah perencanaan pemerintah desa dalam perencanaan keuangan desa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis perencanaan keuangan desa di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?

2. Apakah pengelolaan keuangan desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis perencanaan pengelolaan keuangan desa di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

2. Untuk menganalisis kesesuaian pengelolaan keuangan desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis untuk berbagai pihak yang mempunyai kaitan erat dengan penelitian ini, yaitu:

1. Bagi desa Masangan Wetan kecamatan Sukodono kabupaten Sidoarjo yaitu terutama kepada Kepala desa beserta seluruh perangkat desa untuk menjadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan perencanaan pengelolaan keuangan desa.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi civitas akademik dan dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya.

TINJAUAN TEORI

Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa

Perencanaan pengelolaan keuangan desa di artikan sebagai kegiatan untuk memperkirakan pendapatan dan juga belanja desa untuk kurun waktu tertentu di masa yang akan datang, dalam kaitan nya dengan pengelolaan keuangan desa, yang dimaksud berarti tentang perencanaan keuangan desa yang dimaksud adalah penyusunan APBDesa.

Penyusunan APBDesa berdasar RKPDesa yaitu rencana pembangunan tahunan yang ditetapkan dengan peraturan desa yang memiliki kekuatan hukum. RKPDesa disusun pada bulan Juli tahun berjalan dan sudah harus ditetapkan paling lambat pada bulan September tahun anggaran berjalan.

(3)

48 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 Pengelolaan Dana Desa Sesuai Pemendagri no.113 Tahun 2014

Peraturan yang diberikan oleh pemerintah sebagai pedoman pengelolaan keuangan desa agar pemerintah desa dapat mengolah keuangan desa sesuai Permendagri No 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

“Penjabaran dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan Keuangan Desa, Dapat dilihat pada uraian di bawah ini:

Pasal 20

(1) Sekretaris desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan.

(2) Sekretaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa.

(3) Rancangan peraturan desa tentang APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh kepala desa kepada BPD untuk di bahas dan di sepakati bersama.

(4) rancangan peraturan Desa tetang APBDesa disepakati bersama sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) paling lambat bulan oktober tahun berjalan.

Pasal 21

(1) rancangan peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati bersama sebagaimana dimaksud dalam pasar 20 ayat (3) di sampaikan oleh kepala desa kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk di evaluasi. (2) Bupati/ Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa. (3) Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikah hasil evaluasi dalam batas

waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) peraturan desa tersebut berlaku dengan sendirinya.

(4) Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan peraturan desa tentang APBDesa tidak seusuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepala desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

Pasal 22

(1) Apabila hasil evaluasi tidak di tindaklanjuti oleh kepala desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Ayat (4) dan kepala desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan desa tentang APBDesa menjadi peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan keputusan Bupati/Walikota.

(2) Pembatalan peraturan desa sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya.

(3) Dalam hal pembatalan sebagaimana di maksud pada ayat (2) kepala desa hanya dapat melakukan pengeluaran terhadap operasional penyelenggaraan pemerintah desa.

(4) Kepala desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat

(4)

49 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12

(3) dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud.

Pasal 23

(1) Bupati/Walikota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada camat atau sebutan lain.

(2) Camat menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa”.

(Sumber Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014)

Pemerintah Desa akan menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangan desa yang mengacu pada perencanaan pembangunan Kota/Kabupaten, Perencanaan pembangunan desa yang meliputi :

a) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD)

Merupakan Rencana pembangunan untuk jangka waktu 6 (enam) tahun, rancangan RPJM Desa memuat visi dan misi Kepala Desa, arah kebijakan pembanguna Desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

“Rincian Bidang dan Kegiatan berdasarkan Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Perencanaan Pembangunan Desa, diuraikan sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pemerintah desa, antara lain: a) Penetapan dan penegasan batas desa; b) Pendataan desa;

c) Penyusunan tata ruang desa;

d) Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa. 2. Pelaksanaan pembangunan desa, antara lain:

i. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan desa antara lain:

a. Jalan pemukiman;

b. Jalan desa antar pemukiman ke wilayah pertanian;

c. Lingkungan pemukiman masyarakat desa; d. Infrasktuktur desa lainnya sesuai kondisi desa. ii. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana kesehatan antara lain: a. Air bersih berskala desa; b. Sanitasi lingkungan; c. Pelayanan kesehatan desa

d. Sarana dan prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi desa.

iii. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain:

a. PAUD;

b. Balai pelatihan atau kegiatan belajar masyarakat;

c. Sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya sesuai kondisi desa.

(5)

50 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12

iv. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi antara lain:

a. Pasar desa; b. Penggilingan padi;

c. Pembukaan lahan pertanian;

d. Sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi desa.

v. Pelestarian lingkungan hidup antara lain: a. Pembuatan terasering;

b. penghijauan

c. Pembersihan daerah aliran sungai; d. Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa. 3. Pembinaan masyarakat desa, antara lain:

a. Pembinaan lembaga kemasyarakatan; b. Pembinaan kerukunan umat beragama; c. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban; d. Kegiatan lain sesuai kondisi desa.

4. Pemberdayaan masyarakat desa, antara lain:\

a. Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan, dan perdagangan;

b. Pelatihan teknologi tepat guna;

c. Peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain: 1) Kelompok tani;

2) Kelompok pemuda;

3) Kelompok usaha ekonomi produktif; 4) Kelompok lain sesuai kondisi desa.

5. Belanja tak terduga, merupakan keadaan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan atau keadaan yang mendesak antara lain dikarenakan bencana alam, sosial, kerusakan sarana dan prasarana. Dalam keadaan seperti itu Pemerintah Desa dapat melakukan belanja desa atau pengeluaran desa yang belum tersedia anggaranya”.

(Sumber: Permendagri Nomor 114 tahun 2014) b) Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa)

Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) merupakan Rencana Kerja Pemerintah Desa yang dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan penjabaran dari RPJMD, hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan dari tahun sebelumnya, prioritas kebijakan supra desa dan atau hal-hal yang karena darurat atau bencana alam. dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), serta deskripsi kinerja pembangunan pada tahun-tahun sebelumnya.

Rancangan Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) isinya memuat rencana pembangunan, kemasyarakatan, dan juga pemberdayaan masyarakat desa.

“Rancangan RKP Desa berisi prioritas program dan kegiatan sebagai berikut:

1. Pagu indikatif desa; 2. Pendapatan asli desa; 3. Swadaya masyarakat desa;

4. Bantuan keuangan dari pihak ketiga; 5. Bantuan keuangan dari pemerintah”. (Sumber: Kamaroesid 2017:285)

(6)

51 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 Rancangan Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) menjadi dasar untuk

penyusunan rancangan APBDesa . Rancangan Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) selanjutnya akan menjadi satu-satunya pedoman atau acuan dalam pelaksanaan pembangunan bagi pemerintah desa dalam jangka waktu 1 (satu) tahun yang selanjutnya dimasukkan dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDesa) tahun anggaran yang bersangkutan.

Proses Penganggaran (APBDesa)

“Dalam proses pelaksanaan penganggaran keuangan desa, terdapat beberapa prinsip umum yang harus ditaati yang mencakup penerimaan dan pengeluaran desa harus dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa yang pencairan Dana dalam Rekening Kas Desa ditandatangani oleh Kepala Desa dan Bendahara Desa, sehingga semua penerimaan dan pengeluaran desa didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Setelah Rancangan Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) ditetapkan maka di lanjut proses penyusunan APBDesa. Rencana kegiatan dan Rencana anggaran biaya yang telah ditetapkan dalam Rancangan Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa) dijadikan pedoman dalam proses penganggarannya”

(Sumber:Kamaroesid 284:2017) METODOLOGI PENELITIAN

Jenis, Lokasi Dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan Metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti akan memperoleh suatu data untuk penelitian yang akan di teliti yang berasal dari responden. Penelitian ini dilakukan di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, Waktu Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan mulai tanggal 22 Desember 2017, sampai dengan bulan Februari 2018.

Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian bagi peneliti adalah Kepala Desa beserta seluruh Perangkat Desa dan juga Badan Permusyawaratan Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Wawancara

Adapun informan yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kepala Desa, Perangkat Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, beserta Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

(7)

52 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 2. Dokumentasi

Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dengan menganalisis beberapa dokumen-dokumen desa yang berhubungan langsung dengan perencanaan keuangan Desa di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

3. Observasi

Data dalam penelitian ini juga diperoleh melalui teknik observasi atau pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Peneliti ikut terlibat dalam kegiatan obyek penelitian guna mendapatkan data yang lebih lengkap serta lebih Tepat atau Sesuai.

Metode Analisis Data

Adapun Tahapan-tahapan dalam melaksanakan penelitian dirangkum peneliti sebagai berikut:

1. Pengumpulan data, dimana peneliti mencatat data yang diperoleh sesuai dengan hasil wawancara, dokumentasi, dan observasi di lapangan. Untuk tahap ini data yang dikumpulkan berupa dokumen APBDesa, RPJMDesa, dan RKPDesa.

2. Reduksi data, dimana peneliti merangkum dan memilih informasi inti yang sesuai dengan fokus penelitian.

3. Uji keabsahan data, setelah peneliti selesai dilakukan reduksi data, selanjutnya data tersebut akan diuji lagi kebenarannya dengan di adakan uji kredibilitas. Pengujian data dengan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan dari sumber yang telah ada.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hal tersebut dapat di capai dengan cara:

a. Membandingkan data hasil pengamatan di lapangan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan hasil wawancara antara informan satu dengan informan yang lain agar dapat diketahui bahwa informasi yang telah didapat merupakan data yang benar atau tidak.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi.

4. Analisis data, peneliti menganalisis perencanaan pengelolaan keuangan desa di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo

dengan perencanaan pengelolaan keuangan desa menurut Peraturan menteri dalam negri Nomor 113 Tahun 2014.

(8)

53 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 5. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dana, dimana kesimpulan

dalam penelitian kualitatif merupakan temuan terbaru yang belum pernah ada sebelumnya.

PEMBAHASAN Kondisi Desa

Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo merupakan Desa yang terletak sejauh ± 5 Km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Sukodono, Luas wilayah Desa Masangan Wetan memiliki luas wilayah seluas 374.021 ha, desa Masangan Wetan terletak pada wilayah dataran rendah yang memiliki iklim kemarau dan penghujan, dengan luas tanah 365 ha.

Letak geografis desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo yang strategis dan juga merupakan jalur transportasi yang mempertemukan 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Taman dan Kecamatan Gedangan.

Karakteristik Penduduk

Sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan pembangunan di desa, tentunya peran serta daya dukung sumber daya manusia menjadi bagian terpenting dalam suksesnya pelaksanaan maupun perencanaan pembangunan untuk desa.

Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo memiliki berbagai karakteristik penduduk. Adapun Karakteristik penduduk di Desa Masangan Wetan di bagi menurut Jumlah Penduduk menurut beberapa golongan yakni mulai dari golongan umur, menurut kepercayaan, tingkat pendidikan, keadaan sosial maupun mata pencaharian.

Penetapan Rancangan APBDesa

“Penyusunan APBDesa dimulai dari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah desa (RPJMDesa) oleh Kepala Desa yang terpilih paling lambat 3 bulan setelah Kepala Desa yang telah terpilih dilantik, hal tersebut sesuai dengan wawancara peneliti dengan kepala desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Sekretaris Desa Akan menyusun anggaran lalu di serahkah kepada kepala desa untuk dilakukan musyawarah kepada BPD, Setelah dilaksanakannya musyawarah maka Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa) akan dituangkan dalam bentuk rancangan APBDesa yang dibuat oleh Sekretaris desa lalu di serahkan kepada Kepala Desa, lalu rancangan APBDesa dibahas dengan badan permusyawaratan Desa untuk di sepekati bersama, berdasarkan hasil pembahasan bersama maka di tetapkan APBDesa yang selanjutnya akan disampaikan kepada Camat Sukodono Kabupaten Sidoarjo, camat akan mengevaluasi rancangan tersebut dan menetapkan apakah rancangan tersebut di terima atau tidak”

(Sumber: Kamaroesid, 286:2017)

Berdasarkan uraian di atas, dengan membandingkan hasil wawancara antar informan, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan atau perancangan APBDesa pertama akan disusun oleh sekretaris desa berdasarkan pada RPJMDesa kepala desa lalu akan di serahkan kepada kepala desa selanjutnya akan di adakan musyawarah bersama dengan anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPDesa) untuk mendapatkan

(9)

54 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 kesepakatan bersama yang selanjutnya akan di serahkan kepada Camat

Sukodono untuk di evaluasi. Evaluasi Rancangan APBDesa

Setelah perencanaan APBDesa selesai dan telah di sampaikan kepada camat, lalu akan dilanjutkan dengan evaluasi rancangan APBDesa yang di laksanakan oleh camat Sukodono Kabupaten Sidoarjo dengan Nomor surat 118/301/404.8.10/2017 yang ditetapkan pada tanggal 28 Desember 2017.

Kesesuaian Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa Masangan Wetan Dengan Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa Menurut Permendagri No.113 Tahun 2014

Peraturan Permendagri No.113 Tahun 2014 mengatur bagaimana desa harus mengelola keuangan desa yang dimulai dari tahap perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban.

Dalam penelitian ini membahas tentang kesesuaian perencanaan keuangan Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo dengan Peraturan menteri dalam negeri Nomor.113 Tahun 2014, yang mana dalam perencanaan keuangan Desa Masangan Wetan harus sesuai dan harus berpedoman pada Peraturan menteri dalam negeri Nonomor 113 Tahun 2014.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan jawaban dari Rumusan Masalah sebagai berikut:

1. Proses perencanaan APBDesa Masangan Wetan disusun oleh sekretaris desa kemudian diserahkan kepada Kepala desa, lalu akan di adakan musyawarah bersama dengan BPD untuk mendapat kesepakatan bersama selanjutnya akan diserahkan kepada camat Sukodono. Setelah diterima oleh camat Sukodono lalu akan dilakukan evaluasi setelah di evaluasi akan diserahkan kembali ke Kepala Desa untuk memberi tanggapan atas evaluasi camat Sukodono dan jika di setujui maka rencana APBDesa baru nantinya dapat ditetapkan sebagai Peraturan Desa.

2. Proses Perencanaan sampai dengan evaluasi perencanaan APBDesa Masangan Wetan telah sesuai dengan Permendagri Nomor.113 Tahun 2014 sesuai pada pasal 20 sampai dengan pasal 23.

Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tentang perencanaan pengelolaan keuangan desa di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014, secara umum dapat dikatakan telah sesuai dengan isi dari Permendagri No 113 Tahun 2014, hal tersebut di perkuat dengan adanya bukti-bukti tertulis dari Pemerintah Desa yang berkaitan dengan perencanaan pengelolaan keuangan desa, contohnya dengan keikutsertaan perwakilan dari masyarakat dalam proses penyusunan keuangan desa, dan juga keterbukaan atau transparansi dari pihak pemerintah desa kepada masyarakat desa terkait dengan keuangan desa.

(10)

55 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 Hasil penelitian ini juga sebagai masukan bagi Pemerintahan Desa

dalam pengumpulan data supaya pembaruan data seperti data penduduk dapat di perbarui agar mempermudah proses pengumpulan data yang mungkin mempermudah juga bagi peneliti selanjutnya.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian hanya berfokus pada perencanaan pengelolaan keuangan desa di Desa Masangan Wetan Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo, sehingga tidak mewakili semua isi dari Permendagri No.113 Tahun 2014.

Saran

Berdasar kesimpulan yang telah di uraikan, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

a. Bagi perangkat desa Masangan Wetan

1. Sebaiknya perencanaan APBDesa lebih mengutamakan kepada pembangunan desa baik fisik maupun non fisik seperti pembatas jalan, perbaikan jalan perkampungan yang menggabungkan ke lahan persawahan, dan juga pelatihan keterampilan masyarakat. 2. Informasi jumlah penduduk, seperti dari segi pendidikan , mata

pencaharian, dll sebaiknya setiap tahun di perbarui agar mempermudah dalam penghitungan jumlah penduduk yang ada. b. Bagi peneliti selanjutnya

1. Bagi peneliti selanjutnya lebih baik melakukan penelitian yang mencakup semua isi dari Permendagri No.113 Tahun 2014 sehingga akan banyak memberi masukan untuk objek penelitian maupun untuk peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja, Dinar. 2016. Analisis Pengelolaan Keuangan Dan Kekayaan Desa. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Masangan Wetan Tahun 2017

Dewanti, Elsa. 2015. Analisis Perencanaan Keuangan Desa di Desa Boreng. Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

Hafid, Risma. 2016. Pemanfaatan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa Mangilu Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep Tahun 2016. Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Sultan Hasanuddin Makasar.

http://www.negeripesona.com/2017/05/pengertian-desa-menurut-undang-undang.html

http://sid.sidoarjokab.go.id/tulangantulangan/assets/files/dokumen/Peraturan%20Bupa ti%20Sidoarjo%20Nomor%2027%20Tahun%202015%20Tentang%20Pedoman%2 0Pengelolaan%20Keuangan%20Desa.pdf(di akses pada tanggal 3 Januari 2018).

http://kamuskeuangandaerah.com/images/5/54/Permendagri_37_tahun_2007_%28Ke uangan_Desa%29.pdf(di akses pada tanggal 7 Januari 2018).

http://www.keuangandesa.info/2015/11/pokok-pokok-pengelolaan-keuangan-desa.html?m=1(di akses pada tanggal 12 Januari 2018).

http://desa-membangun.blogspot.co.id/2016/11/Daftar-Rincian-Dana-Desa-2017-Menurut-Kabupaten-Kota.html(di akses pada tanggal 19 Januari 2018).

(11)

56 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 Kamaroesid, Herry. 2017. “Pengelolaan Keuangan Desa Dalam

Praktik/Penerapannya di Desa

Madona, Eliagus. 2016. Studi Tentang Pengelolaan Keuangan Desa di Desa Marga Mulia Kecamatan Kongbeng Kabupaten Kutai Timur. eJournal Ilmu Pemerintahan, 2016, 4 (3): 1069-1080

Muntahanah dan Murdijaningsih. 2014. Efektifitas Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Fakultas Ekonomi Universitas Wijayakusuma Purwokerto.

Peraturan Desa Masangan Wetan Nomor 03 Tahun 2017 Peraturan Desa Masangan Wetan Nomor 05 Tahun 2017 Peraturan menteri dalam negeri Nomor 113 Tahun 2014. Peraturan menteri dalam negeri Nomor 114 Tahun 2014. Rencana Kerja Pemerintah Desa Masangan Wetan Tahun 2016 Rencana Kerja Pemerintah Desa Masangan Wetan Tahun 2017

Rencana Pemerintah Jangka Menengah Desa Masangan Wetan Tahun 2014

Sisianto, Depi. 2015. Manajemen Keuangan Desa Dalam Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa.

Undang-undang Nomor. 6 Tahun 2014 .

(* Wiwin Deri Fitrini Alumnus Universitas Islam Malang (** Jeni Susyanti Dosen Tetap Universitas Islam Malang (*** M. Khoirul ABS Dosen Tetap Universitas Islam Malang

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah pasokan sapi yang berasal dari produksi sapi-sapi lokal, pemasukan sapi dari luar wilayah, dan pengeluaran/pemotongan sapi dari wilayah Jawa Barat

Berkaitan dengan Rencana Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa) Tahun Anggaran 2018 di Desa Salimbatu Kecamatan Tanjung Palas Kabupaten

bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 33 dan Pasal 34 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Kepala Desa menetapkan

A PLIKASI G RAF PADA D ESKRIPSI MCL Pada graf sistem lokalisasi ini, simpul yang berbentuk persegi tumpul menunjukkan bahwa sistem sedang berada di suatu state yang

Dalam penelitian ini, diusulkan implementasi dari suatu konsep tools berbasis komputer untuk menangani perancangan arsitektur dan analisis sistem informasi pegawai

Model Bazlı Test (MBT) [1], test senaryolarının otomatik olarak oluşturulmasını sağlayarak verimliliği arttıran test tekniklerinden biridir. Bu teknikte öncelikle sistem

Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara besaran porsi dan citra tubuh dengan perubahan Body Mass Index (BMI) remaja putri usia 14 – 17 tahun di Pondok

Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu 1) Secara bersama-sama kelima variabel bebas yang terdiri dari kepemilikan institusional (X1), dewan direksi (X2), komisaris indenpenden