PROTEKSI
TRANSFORMATOR
Oleh
1. PENDAHULUAN.
Fungsi transformator ialah memindahkan energi dari satu tegangan ke tegangan yang lain secara magnetik
Transformator (trafo) dapat merupakan fase tunggal ataupun fase tiga.
Arus penguatan trafo dari 0,1% - 0,6% untuk trafo tenaga, dan 0,5% s/d 2,5% untuk trafo distribusi, sehingga kapasitas trafo sisi primer praktis sama dengan sisi sekender.
Pendinginan trafo
- ONAN : Oil natural air natural - ONAF : Oil natural air force
2. JENIS & SIFAT GANGGUAN
Gangguan di luar daerah pengamanan yang berpengaruh pada trasformator
Gangguan hubung singkat pada jaringan, dan kemungkinan kegagalan relai
Beban lebih
Surja petir atau surja hubung
Gangguan di dalam daerah pengamanan
Gangguan pada lilitan trafo
Hubung singkat antar fase
Hubung singkat antar fase dan badan (bumi) Hubung singkat antar belitan
Tegangan lebih (penguatan lebih, over excitation) Suhu lebih
Gangguan pada inti
Gangguan pada sadapan (tap changer) Gangguan pada bushing
Kebocoran minyak, atau minyak terkontaminasi (umumnya dengan uap air)
Sifat Gangguan
(a) Gangguan serius yang dapat dideteksi oleh arus atau tegangan, karena arusnya besar atau tegangannya
seimbang tidak seimbang (b) Gangguan insiepient
Gangguan ini kecil dan tidak dapat dideteksi oleh relai arus atau tegangan tetapi potensial dan
3. POLA PROTEKSI TRAFO
LBS T.M T.R Sekring MCCB Trafo distribusi T.M = Tegangan menengah T.R = Tegangan rendah LBS = Load Break SwitchMCCB = Molded Case Circuit Breaker Trafo Distribusi
Trafo Distribusi
F 51 = Relai arus lebih CB T.M T.R MCCB Trafo distribusi F 51 T B T = Relai suhu B = Relai Bucholz
Trafo Tenaga
F 51 = Relai arus lebih T T = Tegangan Tinggi B = Relai Bucholz CB T.T T.M CB Trafo Tenaga F 51 T B F 51 T = Relai suhu
Trafo Tenaga F 87 = Relai diferensial CB T.T T.M CB F 51 T B F 51 F 87
2. JENIS GANGGUAN
Gangguan Di Luar Daerah Pengamanan Yang Berpengaruh Pada Trasformator
Gangguan hubung singkat pada jaringan, dan kemungkinan kegagalan relai
Beban lebih
V F Conservator Trip Alarm Bushing TRAFO TENAGA R. Bucholz
4. RELAI BUCHOLZ.
Relai Buchholz fungsinya mendeteksi gas yang timbul di dalam transformator karena adanya percikan bunga api atau pemanasan setempat di dalam transformator.
Tingkat 1 : mendeteksi gangguan inciepient Siny Tingkat 2 : gangguan hubung singkat Trip
Analisa gas yang terkumpul di dalam relai Bucholz
H2 dan C2H2 menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-bagian konstruksi
H2, C2H2 dan CH4 menunjukkan adanya busur api
sehingga isolasi phenol terurai, misalnya terjadi gangguan pada sadapan.
H2, C2H4 dan C2H2 menunjukkan adanya pemanasan pada sambungan inti.
H2, C2H, CO2 dan C3H4 menunjukkan adanya pemanasan setempat pada lilitan inti.
5. RELAI SUHU LILITAN
6. RELAI TEKANAN MEMDADAK.
Transformator yang tidak menggunakan konservator, tidak dapat dipasang relai Bucholz, dalam hal ini dipasang relai tekanan mendadak.
Tipikal seting relai ini untuk bekerja dengan kecepatan
kenaikan tekanan 5g / cm / detik dan minimum beda tekanan 20 g /cm
Oil Oil
7. PENGAMAN DENGAN SEKRING & MCCB. LBS T.M T.R Sekring MCCB Trafo distribusi Trafo distribusi
Trafo distribusi dari tegangan menengah ke tegangan rendah tanpa pemutus tenaga di TM tetapi menggunakan LBS proteksi seperti gambar di atas.
Contoh karakteristik sekring dan MCCB
Penentuan seting MCCB
Penentuan seting overload relai pada MCCB didasarkan pada kemampuan pembebanan dari transformatornya. Penentuan seting seketikanya didasarkan dengan arus hubung singkat yang terjadi di rel tegangan rendah.
Penentuan elemen sekring
Sekring di TM pada dasarnya untuk mengamankan bila terjadi hubung singkat di dalam trafo distribusinya.
Dengan demikian didasarkan besarnya arus hubung singkat yang mungkin terjadi, dalam hal ini diambil besarnya arus hubung singkat di rel TR.
Arus hubung singkat Sirkit ekivalen T.M T.R MVAHS MVAT T.R MVAHS MVAT %Z %Z % 100 * MVA MVA Z % HS T S = NT T S HS *I Z % Z % 100 I + =
MVAHS = MVA hubung singkat sisi TM
MVAT = MVA trafo distribusi %ZT = %ZT sumber
8. PENGAMAN DENGAN RELAI ARUS LEBIH. CB T.T T.M CB Trafo Tenaga F 51 T B F 51
Trafo tenaga yang relatif kecil misalnya < 10 MVA hanya diamankan dengan relai arus lebih
Fungsi relai arus lebih di sisi sekundair
Sebagai pengaman utama bila terjadi gangguan setelah trafo dan gangguan di rel TM
Sebagai pengaman cadangan bila proteksi penyulang (feeder) TM bila gagal bekerja.
Dasar seting relai arus lebih dengan waktu F 51
Seting arus harus dapat menjangkau ujung saluran penyulang yang terpanjang
Seting waktu dikoordinasikan dengan relai pada penyulang
Karakteristik relai harus sama dengan relai di penyulangnya. Bila di TM terdapat pembumian dengan tahanan
(resistans), seting arus pada resistans diusahakan sesuai dengan kontinyu rating dari tahanannya, dengan
koordinasi waktu dengan relai di penyulangnya.
Seting waktu seketikanya (instantaneous, moment) F 50
Bila diseting akan tidak selektif dengan relai di penyulangnya
Bila tidak diseting, kalau terjadi gangguan setelah trafo sampai rel TM akan bekerja dengan perlambatan waktu sesuai dengan seting waktunya.
Cara mengatasi digunakan relai numerikal dan disusun logic seperti gambar di bawah
F 50 F 50
F 50
Fungsi relai arus lebih di sisi primair
Sebagai pengaman utama trafo
Sebagai pengaman cadangan bila proteksi trafo sisi sekundair gagal bekerja.
Dasar seting relai arus lebih dengan waktu F 51
Seting arus harus dapat menjangkau rel sisi TM
Seting waktu dikoordinasikan dengan relai trafo pada sisi sekundair.
Dalam keadaan terpaksa dapat disamakan / bila terdapat relai diferensial trafo
Seting waktu seketikanya (instantaneous, moment) F 50
9. PENGAMAN GANGGUAN TANAH. Gangguan 1 fase ke bumi (badan).
Besar arus gangguan satu fase ke bumi tergantung :
- Hubungan transformator
- Suplai dari sisi delta (segitiga) atau bintang
Proteksi gangguan tanah.
Relai arus lebih untuk mendeteksi arus sisi untuk trafo dengan sambungan delta (d), proteksi restricted earth
Gangguan 1 fase ke bumi di dalam daerah proteksi
9. PENGAMAN DEFERENSIAL.
Untuk transformator yang besar umumnya di atas 10 MVA untuk pengamanan gangguan antar fase digunakan relai
diferensial.
Relai arus lebih hanyalah merupakan pengaman cadangan. Pengaman diferensial merupakan pengamanan yang
mempunyai selektif mutlak, artinya batas daerahnya apakah untuk sumber dari satu sisi atau 2 sisi serta untuk
pembangkitan yang berubah-ubah adalah tetap.
Batas pengamanan ialah antara CT masuk dan keluar dari daerah/alat yang diamankan.
Dasar proteksi diferensial. CT1 F 87 CT2 Daerah proteksi I1 I2 i2 i1 id I1 = I2 i1 = i 2 id = 0
I1 = besar I2 = 0 i1 = besar i 2 = 0 id = i1
Relai diferensial bekerja
Gangguan dalam daerah proteksi, sumber 1 sisi
CT1 F 87 CT2 Daerah proteksi I1 i1 id
I1 = besar I2 = besar i1 = besar i 2 = besar id = i1 + i 2
Gangguan dalam daerah proteksi, sumber 2 sisi
CT1 F 87 CT2 Daerah proteksi I1 I2 i2 i1 id L L
Proteksi Diferensial Pada Transformator F 87 = Relai diferensial CB T.T T.M CB F 51 T B F 51 F 87 ACT I1 I2
Hal-hal yang harus diperhatikan
Arus primer (I1) tidak sama dengan arus sekunder (I2)
Arus primer (I1) belum tentu sama fasenya dengan arus
sekunder (I2), tergantung vektor grupnya
Hal ini menyebabkan
Trafo arus 1 (CT1) tidak sama dengan Trafo arus 2 (CT2)
Rangkaian sekunder harus disesuaikan dengan vektor grup transformatornya
Salah satu contoh sambungan relai diferensial untuk transformator dengan Yd1
Penyesuaian sudut pada ACT
Relai diferensial Numerikal
Penyesuai sudut dan ACT pada relainya.
TRAFO ARUS PEMBANTU (Auxilliary CT, ACT) Fungsi ACT :
Hubungan yd sisi sekendernya 5/V3 atau 1/V3
Untuk menyesuaikan arus sekender CT sisi Primer dan sisi Sekender.
Untuk menyesuaikan pergeseran sudut fase.
Perbandingan tranformasi untuk penyesuai sudut fase:
Hubungan yy sisi sekendernya 5 A atau 1 A
Letak ACT :
a. Arus CT di sisi primer b. Arus CT di sisi sekender
c. Arus CT di sisi primer dan sekender
Contoh perhitungan Tap ACT
Menggunakan ACT jenis 5 + 10 x 0,25 / 5 A
Primer : 2,5 - 2,75 - . . . - 4,75 - 5 - 5,25 - . . . - 7,25 - 7,5 Sekunder : 5 A
Arus nominal sisi H Arus nominal sisi M A 231 3 150 60000 IH = = 3012A 3 5 . 11 60000 IM = =
Primer CT dipilih : Primer CT dipilih 3000 A
A
400
3
231
=
Sekender CT untuk sisi H dan L dipilih 5 A
A . 89 , 2 A . 231 * 400 5 iH = = *3012.A 5,02.A 3000 5 iM = = A 01 , 5 A 3 89 . 2 ' i H = =
Tap ACT 02 , 5 01 , 5 5 x = 5 5 * 02 , 5 01 , 5 x = =
Misalkan CT dipilih 300/5 A sisi H dan 3000/5 A sisi M A . 85 , 3 A . 231 * 300 5 iH = = *3012.A 5,02.A 3000 5 iM = =
A
.
67
,
6
A
3
85
.
3
'
i
H=
=
iH" = IM = 5,02 A Tap ACT 02 , 5 67 , 6 5 x = *5 6,64 02 , 5 67 , 6 x = =10. ARUS INRUSH PADA SAAT STRAT.
Komponen arus inrush mengandung arus searah dan bermacam harmonis.
Tipikan besarnya arus searah dan komponen harmonis seperti tabel
Komponen harmonis.
Komponen d.c Harmonis
2 3 4 5 6 7 Nilai tipilal 40-60 30-70 10-30 5,1 4,1 3,7 2
Untuk menghindari kesalahan kerja relai diferensial di antaranya
- Menahan harmonis - Memblok harmonis.
- Memblok secara resonansi
Arus inrush hanya dirasakan pada sisi dimana trafo tersebut dimasukkan, sedang sisi lainnya tidak
Contoh ACT dinyatakan jumlah lilitan.
Number of turn Transformer rating Number of turn Transformer rating Preliminary tap Preliminary tap
Terminal 5/5 A 5/1 A 1/1 A Terminal 5/5 A 5/1 A 1/1 A 1 - 2 1 1 5 X - 7 5 5 25 2 - 3 1 1 5 7 - 8 5 5 25 3 - 4 1 1 5 8 - 9 5 9 25 4 - 5 1 1 5 S1 - S2 25 125 125 5 - 6 25 25 125 S3 - S4 18 90 90
Perhitungan jumlah lilitan diambil CTH 300/5 dan CTM 3000/5 A
Dari perhitungan butir a didapat iH' = 6,67 A dan iM" = 5,02 A
Dipilih NM = 18 lilitan IH NH = IM NM L = N /IH" * NH tan beli .. 19 25 * 67 , 6 02 , 5 N * i i N M " H ' MH H = = =
Relai diferensial dengan sadapan (tap) pada relai
Dari contoh di atas seting tap sisi 150 kV ialah 5,02 A ----> 5 serta sisi 11,5 kV ialah 6,67 A ---> 6,75
Mis Match
Bila kedua sisi mempunyai ACT dan antara perhitungan (keadaan ideal) dan kenyataan tap yang ada berbeda, maka akan terjadi kesalahan, kesalahan ini disebut mis match dan besarnya : % 100 * s T T Tis T = match Mis s p ip −
a. ACT di dua sisi.
a. ACT di satu sisi.
% 100 * s T T = match Mis i −
dimana :
T = sadapan yang ada
Ti = Sadapan idial
Tip = Sadapan idial sisi primer
Tis = Sadapan idial sisi sekunder
Tp = Sadapan yang ada sisi primer
Ts = Sadapan yang ada sisi sekunder
kecil yg dipilih T T ataau T T s s p is ip =
PENYETELAN KECURAMAN
A. Sadapan trafo dayanya dalam %
B. Kemungkinan kesalahan CT sisi primer dan sisi sekunder C. Mis match
D. Arus beban nol dalam % E. Faktor keamanan
Sebagai contoh :
Trafo daya 60 MVA, 150 +/- 10% /20 kV, A. Sadapan trafo dayanya 10%
B. Kemungkinan kesalahan CT sisi primer dan sisi sekunder 2 x 5% = 10%
C. Berdasarkan perhitungan mis match = 3% D. Arus beban nol dalam = 0,5 - 1%
E. Faktor keamanan 5%
Dengan demikian penyetelan kecuraman : 29% atau diambil 30%
3 x IP , 3 x IS
Analog - digitel - conversiom
CT adaption
Vevtor group adaption Idiff calculate
IRest calculate
fault
Protection program
- ceking of characteristic (Idiff>)
- rush detecttion - oferflux detection - Idif >>
- monitiring of CT saturation - data fault recording
- data even recordin
Routin program
- output signal monitoring
- plausibility check
- monitoring of measure value
- procedure check
Penyesuai sudut dan ACT pada relainya dinyatakan dalam seting.
Lampiran
PENYAMBUNGAN RELAI DIFERENSIAL Bilangan jam (vektor grup) trafo daya .
Vektor grup trafo daya menentukan pergeseran sudut arus primer dan arus sekundernya, hal ini sangat menentukan sambungan relai diferensial.
Vektor tegangan dan arah arus pada trafo daya atau trafo arus. Dasar menentukan sambungan trafo didasarkan vektur grup trafo
- Sambungan Yy - Sambungan Yd
Vektor tegangan dan arah arus pada trafo daya atau trafo arus.
Cara penyambungan relai diferensial Yd1 (penyesuai sudut fase pada CT utama)
Tahap 1 : Tentukan sambungan trafo daya didasarkan vektor grup.
Tahap 2 :
- CT di sisi delta (d) pada trafo dayanya disambung bintang. - Penyesuai fase di CT primer
- Tentukan arus sisi sekender didasarkan arus primer, di samping itu arah arusnya.
Tahap 3 :
Sambung relai diferensial dan arus sekender CT yang
Tahap 4 :
Sambung arus sekender CT pada sisi Y didasarkan arus yang ditentukan pada tahap ke 3.
Cara penyambungan relai diferensial Yd1 (penyesuai sudut fase pada ACT)
Tahap 1 :
- Tentukan sambungan trafo daya didasarkan vektor grup. - Tentukan arus sisi primer maupun sisi sekunder
Tahap 2 :
- CT di sisi delta (d) dan bintang (Y) pada trafo dayanya disambung bintang, penyesuai fase di ACT sehingga
sambungannya yd. ACT sisi primer disambung y dan sisi sekunder disambung d
- Tentukan arus sisi sekunder didasarkan arus primer, disamping itu arah arusnya.
Tahap 3 :
- Sambung relai diferensial dan arus sekunder CT yang seharusnya pada sisi bintang Y didasarkan arus pada sisi delta
Tahap4 :
- Sambung arus sekunder ACT pada sisi d didasarkan arus yang ditentukan pada tahap ke 3.
Cara penyambungan relai diferensial Yy0
Penyesuai sudut fase pada CT utama, dalam hal ini
sambungan CT di primer maupun sekunder ialah sambungan delta (d)
Pada dasarnya salah satu sisi CT disambung delta, dalam hal ini bebas.
Kemudian sambungan CT sisi lainnya mengikuti sambungan CT sisi lainnya.
Sambungan relai diferensial Yy0