• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak berusia 0-6 tahun (golden age) perlu mendapat perhatian khusus, pada masa tersebut merupakan masa terjadinya perkembangan dan pertumbuhan yang pesat sekaligus kritis karena merupakan langkah awal masa depan anak. Masa ini adalah suatu proses menuju kematangan fisik dan mental sehingga mereka siap menerima dan memberi respon terhadap stimulasi yang didapatkan dari lingkungan. Menurut Laurens (2004), lingkungan fisik sekitar seseorang sangat mempengaruhi mental dan perilakunya. Segala informasi dan stimulasi dari lingkungan akan langsung diterima sehingga memberikan pengaruh yang besar di kehidupan mereka (Suyadi, 2013). Dengan kata lain, lingkungan fisik memberi pengaruh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini.

Lingkungan awal yang mempengaruhi perkembangan anak tergolong menjadi dua yaitu: lingkungan rumah dan lingkungan luar rumah, lingkungan rumah terdiri dari aspek orang tua dan fisik dari rumah. Sedangkan lingkungan luar rumah adalah masyarakat, dan lembaga formal pendidikan yaitu taman kanak-kanak (TK). Definisi TK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Taman kkanak merupakan salah satu sarana pendidikan untuk mendidik anak-anak menjadi generasi yang memiliki kualitas fisik, mental-spiritual, kecerdasan dan kepribadian yang sehat dan tangguh. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu dari hak anak, yang merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia sebagaimana yang termuat dalam UUD 1945 maupun Konvensi Hak-Hak Anak PBB yang telah diatur oleh undang-undang Indonesia di dalam Keppres No.36/1990. Namun pada penerapannya di indonesia hak anak belum sepenuhnya terjamin, terlindungi dan terpenuhi baik oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Pemenuhan hak-hak anak dapat dilaksanakan melalui empat prinsip: (a) non diskrimisasi, (b) kepentingan terbaik untuk anak, (c) hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan anak, serta (d) menghargai pendapat anak. Kondisi anak Indonesia sampai saat ini masih sangat memprihatinkan, masih terdapat banyak anak Indonesia yang hidup tanpa hak dan perlindungan yang layak.

(2)

Berdasarkan penelitian yang didukung oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Masalah Anak (Unicef), terdapat banyak anak-anak di Indonesia yang mendapatkan perlakukan buruk dan jumlah tidak kekerasan terhadap anak di Indonesia sangat tinggi. Pusat data dan Informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Perlindungan Anak, 2005), melaporkan bahwa dalam tiga tahun (2004-2006) terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak, baik kekerasan fisik, psikis maupun kekerasan seksual. Sementara itu, tempat terjadinya tidak kekerasan paling banyak adalah di lingkungan sosial 35,03%, rumah tangga 32,70% dan sekolah 32,27%.

T abel

1. Bent uk dan jumlah kekerasan terhadap anak indonesia

Sumber: Pusat data dan informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak (2005) Berdasarkan tabel tersebut diketahui pula bahwa setiap tahun terjadi peningkatan kekerasan terhadap anak lebih dari 50%. Alasan perlakuan kekerasan bisa karena unsur ketidaksengajaan, kecelakaan, maupun kesengajaan yang mengarah pada kriminal. Dampak kekerasan pada anak dapat terjadi pada jangka pendek maupun panjang, dari luka ringan hingga depresi mental maupun kematian (Gharini, 2004).

Kekerasan terhadap anak dapat membawa dampak permanen bagi anak. Oleh karena itu, upaya mencegah dan menanggulanginya perlu dilaksanakan dengan segera. Secara yuridis formal, pemerintah melindungi anak-anak dari kekerasan sudah diamanatkan dalam UU Nomor 23/2002 tentang Perlindungan Anak.

Mengingat masih banyaknya terjadi kekerasan terhadap peserta didik, maka diperlukan pendekatan baru untuk menghindari maupun mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan kekerasan terhadap peserta didik. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah penerapan sekolah ramah anak.

Sekolah ramah anak adalah sekolah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusifdan nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anakperempuan dan anak laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus. Tujuan dari sekolah ramah anak adalah

Tahun Kekerasan fisik Kekerasan Psikhis Kekerasan seksual

2004 140 80 221

2005 233 176 327

(3)

pemenuhan Hak Pendidikan Anak (PHPA), agar semua anak tanpa terkecuali terpenuhi hak pendidikannya dan terhindar dari berbagai tindak kekerasan dan diskriminasi.

Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam sekolah ramah anak, salah satunya adalah sarana dan prasarana di dalam sekolah. Bangunan pendidikan selama ini justru cenderung ikut memperlancar praktik-praktik kekerasan (wahono 2013) oleh karena itu dibutuhkan suatu desain khusus yang sesuai dengan standar sekolah ramah anak yang telah di tetapkan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang aman bagi anak.

(4)

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang terdapat beberapa rumusan masalah yaitu:

• Bagaimana penerapan konsep sekolah ramah anak pada desain taman kanak-kanak sehingga dapat menjamin keamanan, kesehatan dan berorientasi pada kebutuhan anak sesuai dengan standar sekolah ramah anak

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk menghasilkan suatu desain yang sesuai dengan konsep sekolah ramah anak dan dapat di terapkan kedalam desain taman kanak-kanak sehingga menghasilkan suatu desain taman kanak-kanak yang memenuhi aspek-aspek keamanan, kesehatan dan berorientasi pada kebutuhan anak.

1.4 Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup yang akan dibahas dalam sinopsis ini adalah :

1.4.1 Ruang lingkup pembahasan

• Standar sarana dan prasarana bangunan Taman Kanak-kanak. • Konsep sekolah ramah anak

• Standar bangunan taman kanak-kanak yang sesuai dengan konsep sekolah ramah anak

1.4.2 Ruang lingkup lokasi

Gambar 1. Lokasi tapak

(5)

Sumber: Google earth

Alamat : JL. Chandraca 1 Kel. Baru, Kec. Pasar rebo

Luas tapak : 2000m2

KDB : 40%

KLB : 1.8

Maksimal tinggi bangunan : 4 lantai

Peruntukan bangunan : Suka sarana pendidikan

1.5 State of the art

Menurut carrie green dalam jurnal Designing and building healthy places for

children 338 Int. J. Environment and Health, Vol. 2, Nos. 3/4, 2008. Desain dan

konstruksi dari lingkungan binaan memiliki implikasi yang luas bagi kesehatan anak-anak. Tempat yang sehat harus melindungi anak-anak dari cedera, polusi dan penyakit, memberikan anak-anak dengan tempat untuk menjadi aktif secara fisik, bermain dan berhubungan langsung dengan alam, dan memberikan proyeksi masa depan yang berkelanjutan. Bangunan merupakan komponen penting dari lingkungan binaan, di mana banyak anak-anak menghabiskan banyak waktu mereka. Lingkungan yang dibangun aman dan sehat dapat membantu mencegah beberapa masalah kesehatan yang paling umum dari masa kanak-kanak dengan melindungi anak-anak dari cedera, mengurangi polutan dan paparan penyakit dan memberikan anak-anak tempat untuk bermain dan aktif. Memperbaiki lingkungan dibangun untuk anak-anak mengharuskan masyarakat dan profesional dari berbagai bidang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan International Journal of Early Childhood Environmrntal

Education.Copiright North American Association for Environmental Education. E-ISSN: 2331-04064 A sense of autonomy in young childern’s special place pada usia

dini, seorang anak memiliki hubungan yang unik dengan tempat yang dia anggap spesial. Seorang anak membedakan tempat berdasarkan pengalaman dan perasaan yang dia rasakan di tempat tersebut. Pada waktu anak berusia dini adalah waktu yang paling signifikan ketika aspek yang dari identitas anak-anak yang lebih stabil dikembangkan, aspek-aspek tersebut yaitu pikiran, perasaan dan keyakinan tentang lingkungan fisik (Chawla, 1992; Proshansky & Fabian, 1987). Temuan dalam studi ini bertujuan mengurangi koneksi anak-anak dengan alat-alat permainan elektronik yang dapat mengganggu kesehatan dan menimbulkan sifat individualis. Dengan

(6)

merancang ruang yang memungkinkan anak-anak untuk mengklaim tempat mereka sendiri, membuat aturan mereka sendiri, melatih kreativitas dan imajinasi, dan memungkinkan untuk pengembangan kompetensi lingkungan, orang dewasa dapat lebih mendukung anak-anak dalam membina identitas tempat mereka dan hubungan positif dengan alam.

Menurut IOSR Journal Of Humanities And Social Science (JHSS). ISSN:

2279-0837, ISBN: 2279-0845. Volume 6, Issue 2 (Nov. - Dec. 2012), PP 01-05 www.Iosrjournals.Org Design Compatibility of Classroom furniture in Urban and Rural Preschools desain perabot Kelas dapat mempengaruhi kegiatan pendidikan

karena merupakan komponen penting dalam setiap kelas yang membantu dalam menyediakan lingkungan kelas yang nyaman dan fungsional untuk anak-anak. Desain perabot yang tidak benar dapat mengakibatkan postur cacat yang dapat mempengaruhi prestasi akademik anak-anak.

Menurut Jurnalpengaruh interior ruang belajar dan bermain terhadap kognitif afektif dan psikomotorik anak di taman kanak-kanak (Wulan Astrini) Perkembangan anak meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh lingkungan (interior) ruang belajar dan bermain di taman kanak-kanak (TK). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian antara teori dengan penerapan elemen-elemen interior ruang belajar dan bermain di TK Negeri Pembina Malang, serta menganalisa pengaruh elemen-elemen interior tersebut terhadap kognitif, afektif,dan psikomotorik anak didiknya. Bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas dari lingkungannya tadi (Mönks, 1999:11). Perilaku itu juga merupakan perwujudan dari aspek perkembangan kognitif,afektif, dan psikomotoriknya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kesesuaian antara teori dengan penerapan elemen-elemen interior ruang belajar dan bermain di TK Negeri Pembina Malang menunjukkan bahwa 74,4 % sesuai dengan teori dan 87 % sesuai dengan pedoman Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Analisa pengaruh elemen-elemen interior ruang belajar dan bermain di TK Negeri Pembina Malang terhadap kognitif, afektif, dan psikomotorik anak didiknya menunjukkan bahwa kognitif, khususnya kreativitas, dipengaruhi oleh warna dan dekorasi dinding, tekstur lantai, tekstur dan dekorasi plafon, serta warna perabot.

(7)

Lingkungan Ramah Anak pada Sekolah Taman Kanak-Kanak. Ayu Oktira Diyanti, Chairil Budiarto Amiuza, Triandriani Mustikawati Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Brawijaya membahas tentang lingkungan ramah anak

pada sekolah Taman Kanak-Kanak. Lingkungan TK harus menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang dan karakteristik anak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kriteria lingkungan ramah anak pada sekolah TK. Dari penelitian ini diketahui bahwa kriteria lingkungan ramah anak pada sekolah TK meliputi tiga faktor, yaitu keamanan, kenyamanan, dan stimulasi pada elemen ruang luar dan ruang dalam sebuah TK. Penerapan faktor-faktor tersebut pada desain sekolah TK meliputi elemen ruang luar dan ruang dalam TK. Lingkungan ramah anak adalah konsep multidimensional yang kondusif untuk belajar, dan menyediakan sarana yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak. (UNICEF, 2009). Oleh karena itu, lingkungan yang ramah anak perlu diaplikasikan dalam bangunan sekolah, dalam hal ini adalah TK. Dari seluruh komponen pada ruang luar, yang mempengaruhi kegiatan belajar dan bermain anak adalah tata massa, bidang pembatas, sirkulasi, tata hijau, dan alat bermain (Olds, 2001).

(8)
(9)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat anak usia dini

2.1.1 Pengertian anak usia dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undangundang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

2.2.2 Karakteristik anak usia dini

Syamsuar Mochthar (1987: 230) mengungkapkan tentang karakteristik anak usia dini, adalah sebagai berikut:

a. Anak usia 4-5 tahun 1. Gerakan lebih terkoordinasi 2. Senang bernain dengan kata

3. Dapat duduk diam dan menyelesaikan tugas dengan hati-hati 4. Dapat mengurus diri sendiri

5. Sudah dapat membedakan satu dengan banyak b. Anak usia 5-6 tahun

1. Gerakan lebih terkontrol

2. Perkembangan bahasa sudah cukup baik 3. Dapat bermain dan berkawan

4. Peka terhadap situasi sosial

5. Mengetahui perbedaan kelamin dan status 6. Dapat berhitung 1-10

Berdasarkan karakteristik yang telah disampaikan maka dapat diketahui bahwa anak usia 5-6 tahun (kelompok B), mereka dapat melakukan gerakan yang terkoordinasi, perkembangan bahasa sudah baik dan mampu berinteraksi sosial. Usia ini juga merupakan masa sensitif bagi anak untuk belajar bahasa.

(10)

Menurut Elizabeth Hurlock (1999) tugas-tugas perkembangan anak usia 4 - 5 tahun:

1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang umum 2. Membangun sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebagai makhluk tumbuh 3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman se-usianya

4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga

Suherman (2000) menjelaskan secara ringkas tugas-tugas perkembangan anak usia 4 -5 tahun:

1. Berdiri dengan satu kaki (gerakan kasar) 2. Dapat mengancingkan baju (gerakan halus)

3. Dapat bercerita sederhana(bahasa bicara dan kecerdasan) 4. Dapat mencuci tangan sendiri (bergaul dan mandiri)

Stimulasi yang diperlukan anak usia 4-5 tahun adalah :

1. Gerakan kasar, dilakukan dengan memberi kesempatan anak melakukan permainan yang melakukan ketangkasan dan kelincahan.

2. Gerakan halus, dirangsang misalnya dengan membantu anak belajar menggambar.

3. Bicara bahasa dan kecerdasan, misalnya dengan membantu anak mengerti satu separuh dengan cara membagikan kue.

4. Bergaul dan mandiri, dengan melatih anak untuk mandiri, misalnya bermain ke tetangga (Suherman, 2000)

(11)

2.2.3 Kebutuhan Bermain pada Anak dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan

Dunia anak adalah dunia bermain. Menurut Conny R. Semiawan tahun 2002, bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan, bukan karena hadiah atau pujian. Froebel dalam Brewer ( 2007 : 41 ) mengatakan bahwa permainan dalam pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi pembelajaran anak sehingga dapat menjembatani anak antara kehidupan di rumah dan kehidupan anak di sekolah.

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi suatu kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Jadi, apapun kegiatannya bila dilakukan dengan senang bisa dikatakan bermain. Bermain dapat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, kreativitas, pengetahuan, tingkah laku sosial dan nilai moral anak. ¹ Menurut Aase Erikse dalam bukunya yang berjudul Playground Design, Outdoor

Environments for Learning and Development, 1985 mengatakan bahwa fungsi bermain

adalah sebagai proses pembelajaran mengenai aturan tertentu, sarana pelepasan emosi dan cara anak memahami dunia dengan melakukan eksplorasi sebanyak-banyaknya dan tujuan bermain bagi anak adalah untuk mengeluarkan energi yang berlebihan, melatih dan menyempurnakan insting, persiapan bagi anak untuk kehidupan masa depannya dan untuk memulihkan tenaga, penyegaran setelah kegiatan belajar secara formal.

Menurut Elizabeth Hurlock dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Anak

Jilid I, Erlangga, Jakarta 1978, ada dua jenis macam permainan, yaitu :

1. Permainan aktif

Bermain aktif dapat diartikan sebagai kegiatan yang banyak melibatkan aktivitas tubuh, pemain dalam permainan ini membutuhkan energi yang besar.

Contoh : bermain bebas dan spontan (eksplorasi) yaitu anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut; bermain drama; bermain musik; mengumpulkan atau mengkoleksi sesuatu; permainan olah raga; permainan dengan balok; permainan lukis tempel dan menggambar.

2. Permainan pasif/hiburan

Dalam bermain pasif/hiburan, kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi.

Contoh : menonton adegan lucu, membaca buku, mendengarkan cerita, menonton televisi dan mengingat nama-nama benda adalah bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga, tetapi

(12)

tingkat kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang menghabiskan sejumlah besar tenaganya di tempat olah raga atau tempat bermain.

Mitsuru Senda mengemukakan beberapa jenis ruang bermain anak, yaitu: ( Aryanti, 2004, halaman 93 )

a.Natural space

Menggunakan lingkungan alam sebagai elemen permainan. Di sini unsur-unsur alam digunakan secara maksimal

b.Play structure space

Ruang tertutup dengan menggunakan alat permainan artifisial

c.Open space

Ruang terbuka yang tidak sepenuhnya alami. Beberapa bagian dan beberapa elemen permainan menggunakan barang-barang artifisial.

d.Hide out space

Tempat bermain yang memungkinkan anak memiliki rahasia dalam sebuah kelompok atau untuk dirinya sendiri.

e.Street space

Jalanan dapat menjadi ruang bermain anak dimana mereka mengenal sosialisasi. Orang-orang yang lalu lalang dan rambu-rambu lalu lintas yang bertebaran di sekelilingnya, mengajarkan anak bersikap untuk selalu menghargai peraturan dan oran lain.

f. Anarchy space

Anak terbukti menyukai tempat-tempat yang tak tertata, seperti pipa bekas, tumpukan jerami dan lain-lain. Di tempat ini mereka dapat berandai-andai dengan ‘dunia lain’ yang mereka temukan.

(13)

Konsep ruang pada anak usia dini tumbuh sebagai hasil dari penilaian ruang secara tepat dengan membandingkan ruang dengan benda-benda yang dikenal baik ukuran maupun jarak benda tersebut dengan dirinya ( Surasetja, 2004 ).

Aspek-aspek yang menjelaskan pembentukan konsep ruang pada anak antara lain : a. Bentuk geometrik sederhana seperti kotak, segitiga dan lingkaran.

b. Ragam bentuk benda, konsep ukuran dan ragam bentuk benda seperti benda kecil dan besar, dan sebagainya.

c. Ukuran relatif, yaitu serangkaian benda dengan ukuran yang berbedabeda. d. Kanan dan kiri, yaitu kemampuan terbatas pada anak dalam konsep kanan dan

kiri hanya terjadi pada tubuhnya saja, tidak pada benda.

e. Arah, yaitu keterbatasan anak mengenai arah, kecuali arah yang menunjukkan lokasi.

f. Jarak, pengenalan jarak pada anak berkembang lambat sehubungan dengan anak harus menggunakan ukuran relatif benda-benda sebagai petunjuk untuk mengidentifikasi jarak.

g. Kedalaman, merupakan aspek tiga dimensi yang merupakan persepsi tentang ruang yang akan dihasilkan anak setelah anak mengalami pengalaman ruang dan mengenal nilai.

Ruang secara spesifik memiliki karakter tertentu, baik karakter fisik maupun karakter psikis. Karakter fisik ruang ditentukan oleh elemen-elemen fisik ruang itu sendiri ( seperti dinding, langit-langit, lantai, permukaan dan tekstur ), serta elemen-elemen non fisik ( seperti warna dan kedalaman, gelap terang dan bayangan ) dalam sebuah kesatuan bentuk. Karakter psikis ruang ditentukan oleh intensitas elemen-elemen non fisik ruang pada kesatuan bentuk ruang yang memberikan rangsangan emosi pada ruang dan manusia yang mengalami pengalaman ruang itu sendiri ( Yosita, 2004 ). Suasana ruang diperoleh dari hasil inter-relasi antara karakter ruang dengan manusia dimana peran emosi pada setiap individu manusia, yang mengalami pengalaman ruangnya tersebut, turut terlibat di dalam ruang ( Yosita, 2004 ).

(14)

2.2 Taman kanak-kanak

2.2.1 Pengertian

Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun. Secara terminologi, usia anak 4-6 tahun disebut sebagai masa usia prasekolah. (JUKNIS, 2013).

2.2.2 Prinsip - prinsip pendidikan Taman Kanak-kanak

Penyelenggaraan pendidikan pada Taman Kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut, yaitu :

1. Berorientasi pada kebutuhan anak 2. Sesuai dengan perkembangan anak 3. Sesuai dengan keunikan individu anak 4. Kegiatan belajar dilakukan dengan bermain 5. Pembelajaran berpusat pada anak

6. Anak sebagai pembelajar aktif

7. Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks; Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar

8. Merangsang munculnya kreatifitas dan inovasi 9. Mengembangkan kecakapan hidup anak

10. Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan 11. Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya

12. Melibatkan peran serta orangtua.

2.2.3 Komponen penyelenggaraan

Komponen Penyelenggaraan Beberapa komponen dalam penyelenggaraan Taman Kanak-kanak, yaitu :

• Kurikulum

Setiap Taman Kanak-kanak harus memiliki kurikulum yang berisi rancangan Program Pembelajaran sesuai dengan tujuan Taman Kanak-kanak tersebut. • Peserta Didik Peserta didik di Taman Kanak-kanak dikelompokkan ke dalam

(15)

tahun) dengan masing-masing jumlah anak maksimal 20 anak dengan 1 orang guru.

• Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

• Sarana dan Prasarana Mengacu kepada buku Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak 2013, syarat sarana dan prasara Taman Kanak- kanak, yaitu

a) Luas lahan sekurang-kurangnya 300 m2.

b) Memiliki ruang bermain/ruang belajar dengan rasio sekurang-kurangnya 3 m2 per anak, baik di dalam ataupun di luar ruangan.

c) Memiliki ruang kepala sekolah, guru, layanan kesehatan/UKS, toilet dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak.

d) Memiliki perabot, alat peraga, alat permainan di luar dan di dalam ruangan. e) Memiliki tempat untuk memajang hasil karya anak yang ditata sejajar dengan

pandangan anak dan masih ada ruang untuk gerak anak.

f) Penataan ruangan sesuai fungsinya, berikut perabot yang bersih dan terawat. g) Bangunan gedung, sekurang-kurangnya memiliki:

Tabel 2. Tabel Standar Bangunan Gedung Taman Kanak – kanak

(16)

Pengelolaan, seperti alokasi waktu penyelenggaraan proses belajar, kalender pendidikan dan administrasi.

Pembiayaan, meliputi jenis, sumber, dan pemanfaatan, serta pengawasan dan pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan dan pengembangan Taman Kanak-Kanak yang dikelola secara baik dan benar serta transparan.

Kemitraan, untuk meningkatkan kualitas Taman Kanak-kanak perlu menjalin kemitraaan kepada berbagai pihak, diantaranya : Komite yang terdiri dari orangtua, pemerhati pendidikan dan alumni TK, organisasi profesi seperti Ikatan Guru Taman Kanak-kanak, dan Masyarakat.

2.2.4 Pemilihan lokasi taman kanak-kanak

Dalam memilih lokasi hal yang menentukan dan mempengaruhi penempatan bangunan adalah peraturan pemerintah baik pusat maupun daerah dan penerimaan masyarakat. Sebagai contoh area yang di kategorikan sebagai area industri tidak dapat menjadi pertimbangan pemilihan tempat karena melanggar pertimbangan kesehatan dan keselamatan. Menurut Olds (2000), ada beberapa pertimbangan untuk pertimbangan pemilihan lokasi yang diinginkan, diataranya :

Dekat Perumahan

Pada Daerah Perkantoran

Sebagai Integrasi Sosial Ekonomi Dekat dengan daerah sumber daya Merupakan Lingkungan Ideal

2.2.5 Bangunan dan lingkungan taman kanak-kanak

1. Pengaturan Citra Bangunan Anak a. Penyesuaian Bangunan dengan skala

• Mengevaluasi karakteristik lingkungan di sekitar lokasi, seperti kualitas udara, suara dan pemandangan.

• Jika memungkinkan, secara fisik dan visual memperluas desain bangunan ke ruang luar dengan cara yang meningkatkan fitur alami lahan.

(17)

b. Skala Bangunan

Pendekatan dalam ukuran seperti skala perumahan yang tercermin dalam tinggi bangunan, ukuran dan tinggi dari atap, pintu depan dan jendela dan adanya serambi.

c. Material Bangunan

• Jika memungkinkan gunakan bahan yang bernuansa hangat seperti kayu, batu bata atau bahan alam, dan bukan jenis logam atau beton pada eksterior bangunan. Karena bahan-bahan alami akan memberikan anak-anak sebuah hubungan terhadap unsur alam dan lebih baik dibandingkan menggunakan bahan sintetis.

• Gunakanlah beberapa bahan yang divariasikan, maka akan membantu mengubah bidang datar yang polos menjadi bidang yang unik dengan skala bidang yang lebih jelas.

• Gunakan bahan yang mudah dibersihkan dan tidak kasar pada bagian yang disentuh oleh anak-anak. Kemudian hindari menggunakan bahan beracun, mudah terbakar, bahan tidak tajam, atau berbahaya bagi anak.

d. Bentuk dan Tinggi Atap

Desain atap bangunan, jika memungkinkan berkesan melindungi. Setiap tepi bangunan terjamah, terutama pintu masuk. Pastikan atap menggunakan struktur yang tepat, memiliki drainase yang baik, dan terlindung dari matahari dan angin yang berlebihan apabila menggunakan atap datar. Atap datar juga dapat dijadikan bentuk taman atap untuk anak dengan tempat duduk dan area bermain yang terlindungi oleh pagar, sehingga menjaga keamanan anak.

e. Tepi Bangunan

Dalam bentukan sudut tajam, gunakan bentuk lengkung untuk melembutkan bangunan. Selain diaplikasikan dalam sudut tajam, bentuk lengkung dapat digunakan pada tepi yang keras atau bidang datar.

(18)

2. Visibilitas dan Akses a. Visibilitas

• Jika diperlukan, menyediakan tanda-tanda, papan pengumuman atau fitur-fitur menarik di luar area bangunan sehingga pejalan kaki dapat dan mengetahui lebih lanjut mengenai bangunan.

• Menegaskan area masuk sehingga area masuk mudah dilihat dan berkesan menyambut.

• Memberi perlindungan penglihatan, sehingga tidak menarik perhatian yang tidak diinginkan atau mengundang pengunjung yang tidak seharusnya

b. Akses

Memiliki sirkulasi pejalan kaki atau drop off yang terpisah dari jalur kendaraan, sehingga dalam mencapai area pintu masuk tidak ada yang berjalan kaki menyeberangi jalan atau perputaran.

Pintu masuk utama bangunan berada dalam jarak yang wajar dari area parkir atau sepanjang sirkulasi pejalan kaki.

Menyediakan rute sirkulasi pejalan kaki yang terpendek, aman dan menyenangkan dari area parkir, karena orang tua dan anak-anak akan berjalan dan membawa banyak perlengkapan

3. Parkir

a. Memiliki beberapa jenis area parkir, empat jenis area parkir jelas diperlukan • Parkir orang tua atau tamu jangka pendek Area parkir paling dekat gedung dan

memiliki pandangan yang jelas ke arah pintu masuk. Kemudian memiliki drop off dan area parkir untuk rata-rata 1 dari setiap 10 orang tua, sehingga orang tua dapat menghabiskan waktu 10 - 15 menit di dalam gedung pada awal dan akhir setiap hari.

Parkir orang tua atau tamu jangka panjang Area parkir yang disediakan untuk rata-rata 1 dari 20 orang tua.

Parkir pengelola dan staf Area parkir staf dapat diletakkan agak jauh dari bangunan dan pastikan untuk memiliki parkir untuk jumlah staf yang hadir pada satu waktu.

(19)

Parkir layanan atau servis Menempatkan parkir layanan atau servis dekat dengan pintu masuk layanan yang sesuai. Dapat memanfaatkan penghalang agar memisahkan daerah layanan dengan area sirkulasi pejalan kaki dan bermain anak.

b. Menempatkan area parkir yang jauh dari area bermain anak untuk keselamatan, sehingga anak-anak tidak tergoda untuk melihat area parkir sebagai ruang bermain.

c. Melindungi area parkir dengan dinding tanaman, pohon atau pagar sehingga dapat diblokir sebagian besar pandangan anak tanpa mengorbankan akses dan keamanan yang besar.

4. Approach dan Entry

a) Pada area masuk bangunan dapat terlihat dari koridor, selasar maupun area parkir.

b) Material yang digunakan untuk akses mudah kering dan mencegah anak terkena erosi atau lumpur.

c) Tidak menggunakan material transparan pada area masuk yang berlebihan hingga mengekspos anak ke area luar.

d) Memberikan jendela di dinding atau pintu pada area masuk dengan ukuran anak agar anak dapat melihat ke dalam bangunan.

e) Pastikan bahwa area masuk dapat dikontrol oleh staf sebagai bentuk penjagaan. 5. Sirkulasi Interior

a) Pemilihan koridor dan rute koridor yang aman bagi anak dari bahaya dan kegiatan berbahaya.

b) Desain koridor yang menciptakan area sosialisasi, khususnya dalam konstruksi baru. Kemudian desain koridor dengan menggunakan dekorasi perabot, tanaman, struktur bermain atau variasi bentuk dapat membantu memberikan kekhasan dan keindahan koridor. Mengaplikasikan tempat duduk, karpet atau rak buku pada daerah koridor yang sempit atau remang agar lebih berfungsi. c) Memberikan perbedaan pada pintu masuk ruangan dari koridor dengan

memberikan pencahayaan atau dengan membedakan sudut perletakan pintu. d) Pengaplikasian jendela atau dinding kaca pada interior yang sesuai dapat

(20)

6. Hubungan Ruang Dalam dan Luar Ruang

a) Usahakan untuk menciptakan akses langsung dari setiap ruang belajar untuk bermain di luar ruang atau dapat menyediakan jalur langsung dari ruang aktivitas anak ke luar ruang.

b) Terdapat area transisi permukaan yang keras di luar ruang, seperti kayu, batu-bata atau beton, sehingga dapat digunakan untuk bermain pasir, air dan lain-lain. c) Area transisi sebaiknya tertutup atap atau alami berbayang untuk memberikan

perlindungan dari matahari dan cuaca buruk.

d) Terdapat permukaan yang cepat kering sebelum masuk ke dalam bangunan. Bagi permukaan yang butuh pengeringan lebih lama seperti rumput , tanah , dan pasir diletakkan lebih jauh.

e) Memiliki area dalam ruang untuk menikmati area luar ruangan.

f) Terdapat penutup atap pada area transisi yang fleksibel dalam mengontrol panas dan hujan.

2.3 Sekolah ramah anak (SRA)

Persentase Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan salah satu indikator KLA sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak Pasal 11 bahwaindikator KLA untuk klaster pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d meliputi:(a) angka partisipasi pendidikan anak usia dini; (b) persentase wajib belajar pendidikan 12 (duabelas) tahun; (c) persentase sekolah ramah anak; (d) jumlah sekolah yang memiliki program, sarana dan prasarana perjalanan anak ke dan dari sekolah; dan (e) tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif dan rekreatif yang ramah anak, di luar sekolah, yang dapat diakses semua anak. KPP dan PA juga telah menyusun Panduan Umum Pendidikan Ramah Anak (PRA) dan oleh karena itu, KPP dan PA memandang perlu untuk menyusun Petunjuk Teknis Penerapan Sekolah Ramah Anak.

2.3.1 Pengertian sekolah ramah anak

Sekolah Ramah Anak adalah sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusifdan nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anakperempuan dan anak laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus.

(21)

2.3.2 Karakteristik umum

Penerapan SRA memerlukan keterlibatandan partisipasi semua pihak dalammewujudkansuasana belajar dan proses Pembelajaran Aktif-Inovatif-Kreatif-Efektif-Menyenangkan (PAIKEM) untuk anak, guru dan warga sekolah lainnya. Anak-anak yang belajar di sekolah ramah Anak-anak tumbuh sehat dan gembira dalam bimbingan para guru yang penuh perhatian dan bermotivasi tinggi, didukung oleh keluarga dan masyarakat yang membantu seluruh anak perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus dalamlingkungan yang aman, bersih, sehat, hijau,inklusi dan nyaman serta bermanfaat untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Sekolah ramah anak memiliki karakteristik umum sebagai berikut:

1. Melindungi dan menjamin keselamatan anak-anak perempuan dan anak laki laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus dari gangguan fisik, psikososial dan risiko bencana;

2. Menjamin kesehatan anak perempuan dan anak laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus selama berada di sekolah/madrasah;

3. Mengembangkan budaya sekolah/madrasah yang peduli lingkungan dan mengedepankan nilai-nilai luhur bangsa termasuk dalam situasi darurat;

4. Membuka kesempatan belajar bagi setiap anak perempuan dan laki-laki termasuk yang memerlukan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus; 5. Menerapkan kurikulum yang sesuai dengan usia, kemampuan dan cara belajar

anak perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus;

6. Melibatkan peran serta keluarga, masyarakat sekitar dan pihak pihak lainnya dalam pengelolaan pendidikan; dan

(22)

2.3.3 Indikator sekolah ramah anak

a. Sarana dan Prasarana i Bangunan

a) Tersedia 1 (satu) ruang kelas untuk setiap rombongan belajar yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang memenuhi persyaratan untuk peserta didik perempuan dan laki-laki, guru serta papan tulis.

b) Di setiap SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/SMK/MAK/SMLB

tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang memenuhi persyaratan untuk 36 peserta didik perempuan dan laki-laki dan minimal 1 set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperiment peserta didik.

c) Di setiap SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB dan

SMA/MA/SMK/MAK/SMLB tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk satu orang guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya.

d) Setiap SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/SMK/MAK/SMLB

menyediakan ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.

e) Bangunan mampu meredam getaran dan kebisingan yang mengganggu kegiatan pembelajaran.

f) Ukuran pengait jendela mudah diakses oleh orang dewasa sesuai dengan ukuran ruang dan ketinggian anak;

g) Untuk ruang kelas tidak dianjurkan menggunakan jendela yang gampang dipanjat oleh anak-anak;

h) Bangunan bertingkat dilengkapi tangga dan sarana yang memenuhi persyaratan keselamatan, kemudahan termasuk kelayakan bagi anak perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus, kenyamanan dan keamanan;

i) Obyek-obyek dan zona yang berbahaya di sekitar

sekolah/madrasah dikenali dan dipahami oleh peserta didik;

j) Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan indikator sekolah sehat;

(23)

k) Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna bangunan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan;

l) Tersedia ruang konseling khusus;

m) Tersedianya ruang terbuka hijau;

n) Tersedianya titik kumpul yang aman jika terjadi bencana;

o) Tersedia sumber air dan energi yang aman, sehat dan bersih dalam jumlah yang memadai termasuk bagi anak;

p) Risiko-risiko yang ditimbulkan pembawa penyakit telah diminimalkan misalnya: genangan air, lubang, bangunan kosong dan kotor, galian yang dapat menjadi tempat pembiakan bagi binatang penyebar penyakit; q) Harus dipastikan bersama instansi terkait dan masyarakat bahwa

kawasan sekitar sekolah terbebas dari ancaman asap rokok, narkoba, pornografi dan pengaruh lingkungan yang buruk bagi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak;

r) Letak sekolah jauh dari keramaian, tidak berdekatan dengan pusat perbelanjaan, terminal dan pusat keramaian lainnya;

s) Tersedianya kamar mandi (WC) yang terpisah untuk anak perempuan dan anak laki-laki yang aman, sehat dan bersih serta tersedia dengan jumlah kamar mandi/WC untuk anak perempuan lebih banyak dari anak laki-laki, dalam rasio yang memadai (1:40 untuk WC laki-laki dan 1:25 untuk WC perempuan);

t) Tersedianya kantin sehat dan makanan yang sehat, halal dan baik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

u) Tersedia ruang untuk perpustakaan;

i. Halaman

a) Tersedia fasilitas bermain yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus.

b) Saluran air hujan di halaman mampu menyerap air hujan dengan cepat dan tidak membahayakan bagi anak-anak yang melintas di dekatnya.

(24)

ii. Perabot

a) Perabot kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik;

b) Desain sesuai dengan kelompok usia peserta didik dan tinggi badan anak perempuan dan anak laki-laki;

c) Desain meja memiliki penutup pandangan agar peserta didik perempuan duduk dengan nyaman;

d) Meja dan kursi cukup kuat untuk tempat berlindung sementara ketika terjadi bencana;

e) Meja dan kursi bersudut tumpul;

f) Perletakan meja dan kursi kelas harus memperhatikan ruang gerak yang nyaman bagi pemakai kursi roda dan kondisi darurat;

g) Mengatur tempat duduk yang menjamin kenyamanan anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan guru;

h) Papan tulis ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta didik menjangkau dan melihat tulisan dengan jelas;

i) Stop kontak tinggi lebih kurang 1,5 meter, tidak terjangkau oleh anak dan bisa ditutup;

j) Tiang teras bersudut tumpul;

k) Khusus untuk sekolah/madrasah di area pantai dan daerah banjir tersedia perahu karet/pelampung;

l) Tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR) seperti karung goni, ember, air atau pasir;

m) Perletakan lemari dan hiasan dinding di dalam ruang kelas harus kuat menempel di dinding agar tidak mudah lepas jika terjadi goncangan;

n) Hal-hal yang terkait dengan kelistrikan harus tertata rapi, terletak di luar jangkauan anak-anak dan mudah diawasi dan dirawat;

o) Tersedia sarana bagi anak untuk memajang hasil karya masing-masing seperti papan buletin, sudut khusus yang dirancang bersama anak perempuan dan laki-laki termasuk anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus;

(25)

q) Tersedia fasilitas dan perlengkapan untuk menumbuhkan minat, bakat dan kemampuan anak di bidang akademik, seni, keterampilan dan olahraga.

iii. Buku dan Sumber Belajar

a) Buku-buku tidak mengandung materi-materi yang mendiskriminasikan perempuan dan/atau laki-laki (bias gender) termasuk anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus;

b) Tidak mengandung unsur-unsur kekerasan, pornografi dan pelecehan;

c) Setiap sekolah dan madrasah menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh pemerintah untuk setiap mata pelajaran dengan perbandingan 1 set untuk setiap peserta didik perempuan dan laki-laki termasuk anak-anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus di sekolah/madrasah.

d) Setiap SD/MI/SDLB memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi serta setiap SMP/MTs/SMPLB dan SMA/MA/SMK/MAK/SMLB memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 judul buku referensi sebagai sumber belajar yang menunjang gerakan aman, sehat, hijau, inklusi dan ramah anak dengan dukungan keluarga dalam rasio yang memadai, menambah wawasan dan disukai anak-anak.

e) Setiap sekolah dan madrasah menyediakan alat peraga dan bahan ajar dengan rasio yang memadai untuk setiap rumpun mata pelajaran.

iv. Fasilitas dan Perlengkapan untuk Bermain dan Olahraga

a) Tersedia dalam rasio yang memadai dan terjangkau oleh setiap anak perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus;

b) Tidak mengandung unsur-unsur yang membahayakan kesehatan dan keselamatan.

(26)

2.3.4 Basic planning and desugn standards for educational facilities (Manual child

(27)

2.3.5 Additional functional elements for a child-friendly school. (Manual child

(28)

2.4 Studi Banding

2.4.1 Analisa fasilitas ruang

a) Ruang kelas

• TK Noah

TK Noah memiliki 10 ruangan kelas yang difungsikan sesuai dengan kegiatan yang di lakukan pada kelas tersebut. Kelas-kelas tersebut digunakan oleh kelompok belajar TK A dan juga TK B. Luas dari masing-masing ruang kelas adalah 7x7 m2. Jumlah kapasitas dalam satu kelas dari TK Noah adalah 25 s/d 30 anak dengan 2 guru di tiap kelas.

Metode pembelajaran yang digunakan adalah sistem area dengan moving class,

moving class dilakukan setiap 30 menit sekali. Area-area yang terdapat pada TK Noah

adalah: Computer room, indoor playground, outdoor playground, language room, math

room, physical excercise room, sciene room, theatre room, social room, practical life room. Ruangan-ruangan tersebut di bagi berdasarkan kegiatan yang di lakukan di

dalamnya.

Gambar 2. fasilitas ruang kelas TK Noah Sumber: data olahan pribadi

Perabot yang digunakan pada ruang kegiatan adalah kursi, meja, rak buku, papan tulis dan beberapa alat peraga. Karakteristik dari material yang digunakan terbuat dari bahan yang ringan sehingga mudah di pindahkan dan terbuat bahan-bahan yang aman bagi kesehatan anak. Setiap ruang kelas di lengkapi oleh karpet untuk mendukung proses belajar mengajar, terkadang proses belajar mengajar tidak di lakukan dengan

(29)

duduk di kursi namun di buat lebih fleksibel dengan murid dan guru sama-sama duduk di karpet dengan posisi melingkar ataupun acak.

• TK Kartika

TK kartika memiliki 5 ruang kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar untuk kelompok TK A dan TK B kapasitas dari setiap kelas adalah 18 s/d 20 anak. Pada TK kartika metode pembelajaran yang digunakan di pusatkan pada ruang kelas, dalam satu ruang kelas dapat dilakukan berbagai macama aktifitas di sesuaikan dengan kebutuhan. Ukuran ruang kelas 7,2 x 6 m2 dan perabot yang digunakan dalam ruang kelas adalah meja, kursi, papan tulis, dan alat peraga yang mendukung proses belajar mengajar. Material perabot pada TK Kartika memiliki kesamaan dengan material pada TK Noah, yaitu menggunakan material yang ringan sehingga mudah di pindahkan, memiliki warna yang terang, dan terbuat dari material yang aman bagi keselamatan dan kesehatan anak.

Gambar 3. fasilitas ruang kelas TK Kartika Sumber: data olahan pribadi

Pada bagian dalam ruang kelas terdapat sebuah karpet besar yang di fungsikan untuk alas duduk bagi murid dan juga guru, sebagian besar kegiatan belajar mengajar di lakukan dengan pola melingkar atau acak tidak lagi duduk di bangku dan menggunakan meja yang disusun secara rapi.

(30)

Tabel. 3 Tabel perbandingan analisa fasilitas ruang kelas TK Kartika dan TK Noah dengan acuan child friendly school manual UNICEF

NO Standar Child friendly school UNICEF

TK Kartika TK Noah

1 Size and space Ukuran: 7,2 x 6 m2

Kapasitas: 20 siswa

Hubungan antar ruang kelas melalui lorong (koridor)

Ukuran: 7x7 m2

Kapasitas: 20 s/d 25 siswa

Hubungan antar ruang kelas melalui ruang transisi (ruang makan bersama)

2 Safety Memiliki jendela yang

terletak pada ketinggian 1,3 m dengan ukuran kurang lebih 60x50cm.

Memiliki jendela yang terletak pada ketinggian 1,2 m dengan ukuran kurang lebih 70x600cm.

3 Mobile perabot Menggunakan perabot

yang ringan, mudah dipindahkan dan terbuat dari bahan-bahan yang aman bagi anak

Menggunakan perabot yang ringan, mudah dipindahkan dan terbuat dari bahan-bahan yang aman bagi anak

4 Childern’s home base Memiliki loker untuk penyimpanan peralatan pribadi siswa.

Memiliki loker untuk penyimpanan peralatan pribadi siswa.

5 National and international’s standart: Menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan di indonesia Menyesuaikan dengan peraturan perundang-undangan di indonesia dan berintegrasi dengan

(31)

kurikulum di amerika

b) Ruang sarana belajar dan bermain

Ruang sarana belajar dan bermain merupakan ruang penunjang kegiatan pembelajaran

• TK Noah

Pada TK Noah ruang yang mendukung kegiatan pembelajaran adalah ruang komunal yang berada di area transisi dari satu kelas ke kelas lain dan juga ruang pertunjukan yang berbentuk amphi theatre, selain itu terdapat ruangan pertunjukan

indoor (exhibition hall) yang digunakan bersama dengan murid SD Noah dan kolam

renang untuk kegiatan olahraga.

Sedangkan ruangan lainnya termasuk kedalam ruang kelas, seperti perpustakaan yang berada pada setiap ruang kelas, ruang teater yang termasuk dalam kurikulum pembelajaran sehingga ruangan tersebut bukan merupakan penunjang namun ruangan kelas utama.

- Ruang Transisi

Ruangan ini biasa di gunakan saat jam istirahat untuk makan bekal bersama ataupun bersosialisasi sesama murid. Perabot yang di gunakan pada ruang transisi adalah: meja, kursi, dan loker. Meja, kursi ataupun loker yang digunakan memiliki bentuk, ukuran dan material yang sama dengan ruangan kelas.

- Ruang pertunjukan outdoor

Ruang pertunjukan outdoor yang berbentuk amphi

theatre digunakan untuk pertunjukan kesenian yang

biasa diperankan oleh anak-anak. Dudukan pada amphi teater dibuat berundak supaya panggung dapat terlihat dari segala sisi.

(32)

- Ruang pertunjukan Indoor

Ruang pertunjukan indoor digunakan bersama dengan siswa SD Noah hal ini dikarenakan letak gedung yang berdekatan dan terbatasanya lahan TK. Ruang pertunjukan indoor sering di gunakan untuk menampilkan hasil kerajinan tangan dari para murid TK dan SD.

- Kolam renang

Untuk mendukung pembelajaran PE (physical exercise) di sedakan sebuah kolam renang. Dengan kedalaman 60cm, dan dibatasi oleh pagar pembatas setinggi 90 cm. Penggunaan kolam renang haruslah melalui izin dari guru dan selama penggunaan haruslah selalu dalam pengawasan.

- Arena bermain outdoor

Disediakan taman bermain yang dapat digunakan pada saat break ataupun saat jam belajar sudah selesai dengan didampingi oleh guru. Pada area bermain menggunakan material lantai yang berbeda dengan area taman di sekitarnya, material lantai menggunakan bahan yang lunak sehingga tidak membahayakan bagi anak-anak.

Gambar 5. Amphi theatre TK Noah

Gambar 6. Aula TK Noah

Gambar 7. Kolam renang TK

Gambar 8. Outdoor playground TK Noah

(33)

• TK Kartika

Pada TK Kartika ruangan yang mendukung proses pembelajaran adalah aula, lapangan upacara dan bermain, area bermain outdoor dan taman lalu lintas.

- Aula

Aula bisa digunakan untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan ruangan yang luas seperti pertunjukan musik ataupun pertunjukan drama. Luas aula pada TK kartika adalah 15x15m2. Fungsi lain dari aula adalah untuk penyimpanan piala-piala dan penghargaan yang diraih oleh para siswa.

- Lapangan

Lapangan digunakan untuk kegiatan upacara dan juga bermain, material dari lapangan menggunakan bata blok. Lapangan dikelilingi oleh ruang kelas, sehingga menjadi salah satu pusat dimana anak-anak dapat bersosialisasi dan bermain bersama.

- Area bermain outdoor

Area bermain outdoor berisi permainan-permainan seperti jungkat-jungkit, ayunan dan lain-lain. Material lantai pada area bermain outdoor dibuat dari material yang memiliki tekstur lunak sehingga tidak membahayakan anak-anak ketika bermain.

Gambar 9. Aula TK Kartika

Gambar 10. Lapangan TK

(34)

- Taman lalu lintas

Taman lalu lintas merupakan area untuk belajar dan bermain anak, untuk memperkenalkan peraturan tentang keselamatan di jalan raya yang kepada anak-anak sedari kecil.

c) Ruang pengelola

• TK Noah

Ruang pengelola yang terdapat pada TK Noah adalah ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang staf dan juga ruang meeting yang juga dapat difungsikan sebagai ruang tamu.

Ruang guru terletak sebuah ruangan besar yang dibatasi oleh cabinet sebagai sekatnya, perabot yang terdapat pada ruang guru adalah meja komputer, cabinet, kursi dan lemari penyimpanan buku. Ruang staf terletak di sebuah ruangan tanpa sekat, di dalam ruangan tersebut diletakan meja, kursi dan lemari penyimpanan yang digunakan oleh para staf. Ruang kepala sekolah terletak terpisah dari ruang staf maupun ruang guru, ruang kepala sekolah merupakan area privat yang tidak dapat diakses oleh sembarang orang. Perabot yang ada pada ruang kepala sekolah adalah kursi, meja kerja, lemari buku, sofa dan juga cabinet. Selain itu terdapat ruang meeting dengan kapasitas 10 orang, ruang meeting biasa digunakan untuk berdiskusi secara privat dan juga untuk menerima tamu. Perabot yang terdapat pada ruang meeting adalah meja, kursi dan juga lemari penyimpanan.

Gambar 12. Taman lalu lintas

Gambar 13. Ruang Guru TK Noah Sumber: data olahan pribadi

(35)

• TK Kartika

Ruang pengelola pada TK Kartika dibagi menjadi ruang guru, ruang kepala sekolah, dan ruang adiministrasi terdapat ruang penerima tamu yang berbatasan dengan ruang kepala sekolah.

Ruang kepala sekolah yang menyatu dengan ruang penerima tamu memiliki luasan 4x5 m2. Perabot yang terdapat pada ruang tersebut adalah meja kerja, meja komputer, kursi, sofa berkapasitas 2 dan 3 orang, meja tamu dan juga rak buku. Sedangkan ruang guru dan ruang administrasi terletak pada satu ruangan dengan ukuran 7 x 5,5 m2. Perabot yang terdapat pada ruang tersebut adalah meja, kursi dan juga rak penyimpanan buku dan berkas-berkas.

d) Ruang kesehatan (UKS) • TK Noah

Pada TK Noah tidak terdapat ruang UKS hal ini dikarenakan belum tersedianya lahan, namun sedang di rencanakan pembangunan UKS dalam waktu dekat.

• TK Kartika

Pada TK Kartika terdapat ruang UKS yang dapat diakses melalui ruang kepala sekolah. Ukuran dari ruang UKS adalah 4x3 m2, dengan luas ruangan 12 m2 didalam ruang UKS terdapat sofa, kasur dengan ukuran single, lemari penyimpanan, alat ukur tinggi dan berat badan.

Gambar 14. Ruang guru TK Sumber: data olahan pribadi

(36)

e) Toilet • TK Noah

Pada TK Noah toilet terletak berdekatan dengan ruang transisi dan dapat diakses dengan mudah oleh para siswa, namun desain toilet terlihat sengat tertutup dengan ukuran ventilasi yang kecil sehingga perlu pencahayaan buatan walaupun pada siang hari. Selain itu toilet antara siswa perempuan dan laki-laki di buat terpisah namun bersebelahan. Toilet juga berdekatan dengan ruang bilas dan kolam renang.

• TK Kartika

Pada TK Kartika peletakan toilet terletak pada sisi timur bangunan. Toilet terletak di area yang sepi sehingga menyulitkan pengawasan, desain toilet sendiri lebih terbuka dibandingkan dengan TK Noah.

Gambar 15. UKS TK Kartika Sumber: data olahan pribadi

Gambar 16. Toilet TK Noah Sumber: data olahan pribadi

Gambar 17. Toilet TK Kartika Sumber: data olahan pribadi

(37)

4.1.2 Analisa lingkungan bangunan Taman kanak-kanak

Dalam merancang lingkungan Taman kanak-kanak yang sesuai untuk anak, maka perlu adanya penerapan kriteria panduan desain lingkungan bangunan pendidikan atau penitipan anak. Dalam buku Child Care and Design Guide oleh Olds (2000), terdapat tujuh aspek dalam mendesain lingkungan penitipan untuk anak, masing-masing aspek memiliki kriteria tersendiri. Aspek-aspek tersebut merupakan acuan dalam menilai dan menganalisa perbandingan lingkungan dalam beberapa bangunan taman kanak-kanak. Tujuh aspek lingkungan bangunan yang disebutkan oleh Olds (2000) adalah :

Tabel 4. Aspek pengaturan citra bangunan 1. Penyesuaian dengan lansekap

TK Noah TK Kartika

Area dimana TK Noah terletak berbentuk persegi panjang, bangunan TK Noah pun mengikuti bentuk dari lahan yang ada. Pada awalnya TK Noah merupakan rumah kemudian di fungsikan menjadi sebuah TK sehingga susunan bangunan TK Noah terlihat seperti sebuah rumah

Area dimana TK Kartika didirikan memang sejak awal di peruntukan untuk TK, area tersebut berbentuk persegi panjang. Bangunan TK Kartika berbentuk L dan memiliki lapangan upacara dan bermain pada bagian tengahnya.

(38)

2. Skala Bangunan

TK Noah TK Kartika

Skala bangunan pada TK Noah adalah skala manusia. Hal ini dapat terlihat dari ukuran TK yang sesuai dengan rumah-rumah di sekitarnya.

Skala bangunan pada TK Kartika adalah skala manusia. Hal ini dapat terlihat dari ukuran TK yang sesuai dengan rumah-rumah di sekitarnya.

3. Material bangunan

TK Noah

• Pada bagian lantai indoor menggunakan keramik dengan serat

• Pada bagian outdoor menggunakan bata blok

• Pada bagian dinding menggunakan

TK Kartika

• Pada bagian lantai indoor menggunakan material keramik dengan serat halus

• Pada bagian outdoor menggunakan bata blok dan juga batu alam

(39)

cat yang aman untuk anak

• Pada bagian atap menggunakan genteng berwarna coklat

• Pada bagian dinding menggunakan cat dengan warna putih

• Pada bagian atap menggunakan genteng yang di cat dengan warna merah tua

4. Bentuk atap

TK Noah

Bentuk atap pada TK Noah berbentuk pelana mengikuti bentuk dari bangunan TK tersebut.

TK Kartika

Bentuk atap pada TK Kartika berbentuk pelana dan mengikuti bentuk bangunan yaitu berbentu L

5. Tepi bangunan

TK Noah

Pada tepi bangunan berentuk persegi dengan ujung tumpul

TK Kartika

Pada tepi bangunan dikelilingi oleh saluran air sehingga pada bagian tepi terdapat banyak pinggiran tajam yang ditumpulkan

(40)

Tabel 5. Perbandingan visibility dan akses Signage dan papan pengumuman

TK Noah

Pada bagian fasad TK Noah terdapat logo sekolah Noah yang memiliki ukuran cukup besar sehningga dapat terlihat dari kejauhan sekalipun.

TK Kartika

Pada TK Kartika tidak terdapat papan yang menunjukan nama TK tersebut, namun terdapat papan-papan pengumuman yang terdapat pada bagian dalam bangunan.

Perlindungan visibilitas

TK Noah

Pada TK Noah, terdapat jendela dan ventilasi, keduanya tidak di tutupi oleh korden sehingga kegiatan di dalam kelas masih dapat diawasi dari luar ruangan kelas.

TK Kartika

Pada TK Kartika, terdapat jendela, keduanya tidak di tutupi oleh korden sehingga kegiatan di dalam kelas masih dapat diawasi dari luar ruangan kelas.

(41)

Entrance bangunan TK Noah

Pada TK Noah bagian entrance bangunan dibatasi dengan pagar yang diawasi oleh satpam. Kendaraan yang dapat masuk kedalam area sekolah hanyalah kendaraan milik staf, entrance ini adalah entrance utama.

TK Kartika

Pada TK Kartika bagian entrance hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki tidak ada kendaraan yang dapat masuk melalui entrance utama ini. Entrance dibatasi oleh pagar dan gapura.

Memiliki sirkulasi pejalan kaki atau drop off

TK Noah

Pada TK Noah, terdapat sirkulasi pejalan kaki dari entrance utama hingga masuk kedalam bangunan dan ke setiap ruang kelas. Untuk area drop off hanya tersedia didepan entrance utama karena mobil atau motor tidak dapat masuk kedalam bangunan (kecuali staf)

TK Kartika

Pada TK Kartika terdapat sirkulasi pejalan kaki dari entrance utama hingga kedalam bangunan. Namun tidak tersedia area untuk drop off, sebagian besar kendaraan menurunkan anaknya di jalanan tepat dimana entrance utama berada.

Sirkulasi tidak berbahaya

TK Noah

Pada TK Noah area sirkulasi tidak berbahaya karena dibedakana area untuk sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki dan disediakan tempat tersendiri untuk area drop off

TK Kartika

Pada TK kartika area sirkulasi dapat di kategorikan berbahaya karena tidak ada area drop off khusus sehingga area drop off bergabung dengan area sirkulasi pejalan kaki.

(42)

Tabel 6. Analisa perbandingan parkir

Kriteria TK Noah TK Kartika

Apakah bangunan memiliki beberapa jenis area parkir?

Iya Tidak

Apakah area parkir terlihat langsung dari area pintu masuk?

Iya Iya

Apakah jarak area parkir dengan area pintu masuk berjauhan?

Tidak Tidak

Apakah perletakan area parkir jauh dari area bermain anak?

Iya Tidak

Apakah area parkir tertutupi oleh penghalang? Atau dikelilingi oleh Tumbuhan?

Iya Iya

Tabel 7. Perbandingan aspek approach dan entry

Aspek aporoach dan entry

Kriteria TK Noah TK Kartika

Apakah area masuk bangunan terlihat dari tempat parkir, koridor maupun selasar?

Iya Iya

Apakah akses ke area masuk mudah dan terlindung dari kegiatan berbahaya?

Iya Tidak

Apakah material pada area masuk dan akses ke area masuk mudah kering? mencegah anak dari lumpur atau erosi?

(43)

Tabel 8. Perbandingan aspek sirkulasi dalam ruang

Aspek sirkulasi dalam ruang

Apakah terdapat dekorasi

untuk sirkulasi? Seperti

tanaman atau bentuk

struktur yang unik?

TK Noah TK Kartika

Tidak Tidak

Apakah terdapat

perbedaan pada pintu

masuk ruangan dari

koridor?

Iya Tidak

Apakah terdapat koridor

yang difungsikan sebagai

area tempat duduk atau

area rak buku?

(44)

Tabel. 9 Perbandingan aspek hubungan ruang dalam dan ruang luar

Aspek analisa hubungan ruang dalam dan ruang luar

Kriteria TK Noah TK Kartika

Apakah terdapat akses

langsung dari ruang

dalam ke area bermain

luar ruang?

Tidak Iya

Apakah terdapat area

transisi dari luar ke area

dalam ruang?

Iya Tidak

Terdapat permukaan

yang mudah kering

sebelum memasuki area

dalam ruang?

Iya Iya

Apakah terdapat area

dalam ruang untuk

menikmati area luar

ruang?

(45)

Apakah terdapat penutup

atap pada area transisi?

(46)

Latar Belakang

Bangunan pendidikan selama ini justru cenderung ikut memperlancar praktik-praktik kekerasan (wahono 2013) oleh karena itu dibutuhkan suatu desain khusus yang sesuai dengan standar sekolah ramah anak

Maksud dan Tujuan

1. Bagaimanakah penerapan desain sekolah ramah anak yang tepat pada taman kanak-kanak

2. Bagaimana menciptakan suatu desain ruang belajar dan bermain anak yang dapat menjamin keamanan anak sesuai dengan standar sekolah ramah anak

3.

Schematic Design Perancangan

Studi Banding

Mempelajari objek terkait sebagai salah satu tolak ukur konsep perancangan

Konsep Sekolah Ramah Anak

Analisa

Mengumpulkan data primer dan data sekunder berdasarkan observasi, studi literature, wawancara dan teori-teori terkait sehingga menjadi sebuah konsep perancangan

2.5 Diagram Alur Penelitian

Judul skripsi: PEMANFAATAN KONSEP DESAIN SEKOLAH RAMAH ANAK DALAM PERANCANGANA TAMAN KANAK-KANAK DI JAKARTA TIMUR

Landasan Teori

(47)

Gambar

Tabel 2.  Tabel Standar Bangunan Gedung Taman Kanak – kanak
Gambar 2. fasilitas ruang kelas TK Noah
Gambar 3. fasilitas ruang kelas TK Kartika  Sumber: data olahan pribadi
Gambar 4. Ruang  transisi TK
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

H1: (1) Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan yang diberi insentif dengan karyawan yang tidak diberi insentif (2) Terdapat perbedaan

7.4.4 Kepala LPPM menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan pada periode Pelaporan Hasil Pengabdian kepada masyarakat berikutnya.. Bidang Pengabdian kepada masyarakat

Ketika orang-orang dari budaya yang berbeda mencoba untuk berkomunikasi, upaya terbaik mereka dapat digagalkan oleh kesalahpahaman dan konflik bahkan

Dengan cara yang sama untuk menghitung luas Δ ABC bila panjang dua sisi dan besar salah satu sudut yang diapit kedua sisi tersebut diketahui akan diperoleh rumus-rumus

Seperti halnya dengan pengetahuan komunikasi terapeutik perawat, kemampuan perawat yang sebagian besar pada kategori cukup baik tersebut kemungkinan karena adanya

Penelitian yang dilakukan di TK AndiniSukarame Bandar Lampung betujuan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan melalui media gambar pada usia

Ketersediaan informasi lokasi rumah sakit, fasilitas dan layanan yang tersedia di rumah sakit dan tempat kejadian dapat tersedia secara jelas dan terkini sehingga penentuan

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji syukur dan sembah sujud, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya sehingga penyusun