• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigo Lurah. yang terluas di Kabupaten Solok, dengan luas daerah menurut data Badan Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigo Lurah. yang terluas di Kabupaten Solok, dengan luas daerah menurut data Badan Pusat"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tigo Lurah

Kecamatan Tigo Lurah merupakan kecamatan pemekaran daerah baru yang terluas di Kabupaten Solok, dengan luas daerah menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Solok, 2013) adalah 602.50 km2. Topografi wilayah Kecamatan Tigo Lurah berbukit-bukit dijajaran pegunungan Bukit Barisan yang berjarak 82 - 99 km dari ibu kota Kabupaten Solok, dengan ketinggian dari permukaan laut 930 m. Letak geografis daerah ini adalah 000 48' 36'' lintang selatan dan 010 16' 44'' bujur timur dengan curah hujan 635 mm. Kecamatan Tigo lurah merupakan salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Solok dengan batasan-batasan wilayahnya sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung, sebelah Selatan dengan Kecamatan Hiliran Gumanti, sebelah Barat dengan Kabupaten Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung, sebelah Timur dengan Kecamatan Payuang Sakaki.

Luas daerah kecamatan 602.50 km2 dengan curah hujan 635 mm, ketinggian dari permukaan laut 930 m. Penggunaan lahan yang paling luas adalah persawahan yaitu seluas 3.624 Ha. Jenis tanaman lain seperti jagung, ubi kayu dan kacang hijau, serta hasil perkebunan berupa tanaman tua seperti; kopi, coklat, kayu manis, dan karet. Beternak ayam Kukuak Balenggek oleh masyarakat di Kecamatan Tigo Lurah hanya sebagai pekerjaan sambilan, masyarakat memelihara ayam ini dengan sistem pemeliharaan tradisional atau sistem pemeliharaan ekstensif. Berdasarkan pengalaman peneliti, daerah ini memang terisolir dan sangat susah dijangkau oleh masyarakat umum karena selain kondisi

(2)

jalan yang kurang baik masih ada dusun-dusun di Kecamatan Tigo Lurah yang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki atau melewati jalan setapak. Berikut adalah peta Kecamatan Tigo Lurah Kabupaten Solok:

ilustrasi. Peta Kecamatan Tigo Lurah Kabupaten Solok

4.2 Manajemen Pemeliharaan Ayam Kokok Balenggek

Manajemen pemeliharaan ayam Kokok Balenggek yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Tigo Lurah masih sederhana, sehingga untuk pengelolaan manajemen penghasil bibit dari Ayam Kokok Balenggek betina juga sangat sederhana tanpa adanya seleksi tetas. Ayam Kokok Balenggek betina menghasilkan daya tetas yang tinggi yaitu sekitar 90% dengan cara mengerami telur secara alami, dan juga menghasilkan produksi telur yang rendah yaitu hanya 60 butir/tahun (Abbas, 2015).

AKB

(3)

Pemberian pakan Ayam Kokok Balenggek di Kecamatan Tigo Lurah hanya berupa padi, pemberian pakan ini diberikan pada pagi dan sore hari, masyarakat percaya padi adalah sebagai pakan pokok utama dan berguna menjaga kualitas suara ayam. Di Ampang Kualo pemberian pakan utama adalah padi dan ditambah dengan dedak, konsentrat, dan tepung jagung. Untuk ayam jantan yang mempunyai kokok balenggek biasanya peternak memberikan makanan tambahan berupa biji-bijian, tomat, cabe yang bertujuan agar suara kokok ayamnya lebih bagus dan terjaga (Abbas dkk, 2014).

Perkandangan Ayam Kokok Balenggek di Tigo Lurah masih sederhana, dimana kandang ayam masih dibuat seadanya dibelakang atau di samping dan di kolong-kolong rumah masyarakat. Kandang ini hanya digunakan pada malam hari, sedangkan pada siang hari ayam dibiarkan lepas begitu saja, pada sore hari ketika ayam akan masuk ke kandang ayam tersebut diberi makan. Sistem pemeliharaan ternak Ayam Kokok Balenggek hampir seluruhnya dilakukan secara ektensif (umbaran) malah banyak peternak yang tidak memiliki kandang sehingga ayam tidur di bawah kolong rumah, sedangkan di Ampang Kualo sudah dibuatkan kandang kusus seperti kandang batrai, kandang intensif, dan kandang ektensif.

Pada pemeliharaan Ayam Kokok balenggek ada tiga periode yaitu, periode starter dengan pemeliharaan intensif selama 2 bulan, tahap selanjutnya yaitu periode grower berumur 2 bulan sampai 4 bulan, pada tahap ini kebutuhan kandang diperlukan luas yaitu 8-10 ekor/meter, kemudian yang ketiga periode layer setelah berumur 6 bulan dan mulai menunjukan dewasa kelamin, ayam dikandangkan pada kandang individu/batrai untuk bibit baik betina maupun pejantan terpilih (Abbas, 2015).

(4)

Penyakit yang banyak menyerang Ayam Kokok balenggek adalah

Newcastle disease (ND), masyarakat sering menyebutnya dengan sebutan akuak.

Pada pemeliharaan secara tradisional tingkat kematian ayam dapat mencapai 56 % terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu (Abbas dkk, 2014). Pada umumnya tingkat kematian yang tinggi ini akibat dari pemeliharaan secara tradisional, sehingga penyakit dan predator dengan mudah menyerang ayam ini, sedangkan di Ampang Kualo sudah melakukan program vaksinasi ND yang didapat dari bantuan dinas daerah setempat.

4.3 Sifat Kualitatif Ayam Kokok Balenggek

Untuk mempermudah dalam pemaparan, sifat kualitatif Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina dewasa yang berumur 12-15 bulan penyajian data ditampilkan menjadi tiga bagian yaitu; bagian kepala, bagian badan, dan bagian kaki.

4.3.1 Bagian Kepala

Sifat kualitatif Ayam Kokok Balenggek bagian kepala yang diamati hanya bentuk jengger serta bentuk dan warna paruh. Hasil pengamatan ditampilkan pada Tabel 1-3 dan Gambar 1-3.

4.3.1.1 Bentuk Jengger

Berdasarkan Tabel 1, seluruh bentuk jengger Ayam Kokok Balenggek jantan memiliki bentuk tunggal (single comb) (Gambar No. 1). Bentuk jengger single ini ditemukan pada Ayam Kokok Balenggek disebabkan Ayam Kokok Balenggek berasal dari keturunan Ayam Hutan Merah. Bentuk jengger ini sesuai dengan ciri khas Ayam Hutan Merah yang merupakan moyang sebagian ayam

(5)

piara yang ada sekarang yang mempunyai bentuk jengger tunggal (Nishida, 1980;Mansjoer, 1985).

Tabel 1. Sifat Kualitatif Bentuk Jengger Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina Dewasa (N Jantan = 30) (N Betina = 30) Sifat Kualitatif Jantan Betina Persentase

Jantan (%) Persentase Betina (%) -Single Comb 30 27 100 90 -Strawberry - 2 - 6,7 -V-Shape - 1 - 3,3 Total 30 30 100 100

Pada Ayam Kokok Balenggek betina ditemukan jengger berbentuk single

comb (Gambar No. 2), strawberry (Gambar No. 3) dan v-shape (Gambar No. 4).

Perbedaan bentuk jengger pada ayam lokal betina dengan Ayam Hutan Merah yang menjadi moyang ayam lokal diduga disebabkan karena pengaruh gen seperti

pea, strawberry, v-shape kuat terhadap gen tunggal. Ayam lokal telah menerima

aliran gen yang berasal dari bangsa ayam unggul yang memiliki bentuk jengger pea. Nishida, dkk (1982) menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan produksi ayam lokal di Asia Tenggara termasuk Indonesia, telah dimasukkan sejumlah ayam unggul yang berasal dari Eropa dan Amerika Serikat.

Ditemukannya variasi jengger pada ayam lokal saat ini merupakan satu kewajaran. Ini sesuai dengan pernyataan Sartika (2000), variasi bentuk jengger mengindikasikan adanya keragaman genotipik yang dapat dilihat dari frekuensi gen karakter genetik eksternal yang masih sangat beragam pada populasi dasar seleksi pada ayam lokal. Di samping itu, variasi bentuk jengger diduga ada hubungannya dengan proses penjinakan atau domestikasi yang berefek pada terjadinya mutasi sehingga ada perubahan-perubahan bentuk jengger, diantaranya

(6)

bentuk rose, bentuk kapri (pea), bentuk kemiri (walnut), bentuk V, bentuk dupleks dan bahkan tidak berjengger sama sekali (Burns, 1983).

Gambar 1. Bentuk Jengger Ayam Kokok Balenggek a. Jantan Single Comb b. Betina Single Comb c. Betina Strawberry d. Betina V-shape 4.3.1.2 Bentuk Paruh

Tabel 2 menunjukan bentuk paruh Ayam Kokok Balenggek jantan dan betina memiliki karakter berbentuk paruh lurus (paruah luruih) dan paruh bengkok (paruah batauik). Karakter paruah luruih pada jantan (33,3%) dan

paruah batauik (66,7%). Pada Ayam Kokok balenggek betina memilik karakter

berbentuk paruah luruih (16,7%) dan karakter berbentuk paruah batauik (83,3%).

Tabel 2. Sifat Kualitatif Bentuk Paruh Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina Dewasa (N Jantan = 30) (N Betina = 30) Sifat Kualitatif Jantan Betina Persentase

Jantan (%) Persentase Betina (%) -Paruh lurus (Paruah luruih) 10 5 33,3 16,7 -Paruh bengkok (Paruah batauik) 20 25 66,7 83,3 Total 30 30 100 100

a

q b q

c

q

d

q

(7)

Bentuk paruh yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu paruah batauik memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan paruah luruih. Hal ini disebabkan Ayam Kokok Balenggek merupakan keturunan Ayam Hutan Merah dengan Ayam Batu yang mempunyai karakter paruh bengkok. Pada Ayam Pelung karakter bentuk paruh pada ayam pemenang lomba adalah berbentuk lurus memiliki keseragaman sempurna (Denny, 2006). Karakter paruh sasiung bawang (paruh lurus) dominan pada ayam yang berkualitas karena memungkinkan aliran suara saat berkokok tidak terhambat (HIPPAPI, 2003). Sampel yang digunakan pada penelitian yang dilakukan penulis hanya beberapa ayam saja yang pernah mengikuti kontes Ayam Kokok Balenggek, dan sisanya menggunakan ayam milik peternak yang belum pernah mengikuti kontes.

Gambar 2. Bentuk Paruh Ayam Kokok Balenggek

a. Jantan Paruh Lurus b. Jantan Paruh Bengkok c. Betina Paruh Lurus d. Betina Paruh Bengkok

4.3.1.3 Warna Paruh

Tabel 3 menunjukkan Ayam Kokok Balenggek memiliki warna paruh yang berbeda-beda, warna paruh ini juga dapat mempengaruhi penyebutan pada warna Ayam Kokok Balenggek nantinya. Proporsi warna paruh yang terdapat

a

q b q

c

q

d

q

(8)

pada Ayam Kokok Balenggek jantan yaitu paruh kuning (paruah kuniang) (46,7%), paruh putih (paruah putiah) (30%), dan paruh hitam (paruah itam) (23,3%). Ayam Kokok Balenggek betina memiliki persentase paruah kuniang (16,7), paruah putiah (46,7%), dan paruah itam (36,7%). Warna paruh Ayam Kokok Balenggek dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 3. Sifat Kualitatif Warna Paruh Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina Dewasa (N Jantan = 30) (N Betina = 30) Sifat Kualitatif Jantan Betina Persentase

Jantan (%) Persentase Betina (%) - Paruh kuning (Paruah kuniang) 14 5 46,7 16,6 - Paruh putih (Paruah putiah) 9 14 30 46,7 - Paruh hitam (Paruah itam) 7 11 23,3 36,7 Total 30 30 100 100

Ditemukan variasi warna paruh yang terdapat pada Ayam Kokok Balenggek jantan dan betina, disebabkan adanya persilangan antara Ayam Hutan Merah dengan ayam lokal setempat seperti Ayam Ratiah, Ayam Batu, dan Ayam

Cantuang Gombak Bauak. Ayam Ratiah adalah ayam yang muncul dari

persilangan Ayam Hutan Merah dengan ayam lokal yang berkembang ditengah masyarakat. Kebanyakan warna paruh dari Ayam Ratiah ini adalah kuning.

Ayam Batu adalah ayam yang muncul dari persilangan Ayam Hutan Merah dengan ayam lokal yang telah beradaptasi sehingga menghasilkan bentuk kaki pendek, ukuran tubuh sama dengan ayam umumnya dan warna paruh rata-rata berwarna putih. Ayam Cantuang Gombak Bauak adalah ayam yang muncul dari beberapa jenis ayam lokal yang mempunyai kelebihan masing-masing yaitu memiliki Cantuang adalah bulu yang mengembang dan terdapat disekitar leher

(9)

ayam, Gombak merupakan bulu yang mengembang diatas kepala ayam, sedangkan Bauak adalah bulu yang mengembang terdapat dibawah leher ayam (Nardi, 2014).

Menurut Crawford (1990), warna paruh hitam merupakan hasil pewarnaan oleh pigmen melanin, warna paruh kuning disebabkan oleh penyebaran pigmen karotenoid, sedangkan warna paruh putih kurang atau tidak adanya kandungan pigmen melanin yang terdapat pada paruh ayam sehingga berwarna putih. Pada ayam pelung, Nataamijaya (2005) hanya menemukan satu warna paruh pada ayam Pelung jantan yaitu warna hitam, sedangkan pada ayam Pelung betina ditemukan dua warna, yakni, hitam (80%) dan putih (20%).

Gambar 3. Warna Paruh Ayam Kokok Balenggek a. Jantan Paruh Kuning b. Jantan Paruh Putih c. Jantan Paruh Hitam d. Betina Paruh Kuning e. Betina Paruh Putih f. Betina Paruh Hitam

a

q

b

q

c

q

d

q

e

f

(10)

4.3.2 Bagian Badan 4.3.2.1 Bentuk Badan

Berdasarkan Tabel 4, bentuk badan Ayam Kokok Balenggek Jantan memiliki karakter bentuk jantung pisang (jantuang pisang) (66,7%) dan tabung panjang (tabuang panjang) (33,3%), sedangkan untuk betina memiliki karakter bentuk badan bulat (bulek) (100%). Bentuk badan Ayam Kokok Balenggek dapat dilihat pada gambar 4.

Tabel 4. Sifat Kualitatif Bentuk Badan Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina Dewasa (N Jantan = 30) (N Betina = 30) Sifat Kualitatif Jantan Betina Persentase

Jantan (%) Persentase Betina (%) -Jantung pisang (Jantuang pisang) 20 - 66,7 - -Tabung panjang (Tabuang panjang) 10 - 33,3 - -Bulat (Bulek) - 30 - 100 Total 30 30 100 100

Bentuk badan Ayam Kokok Balenggek jantan lebih didominasi bentuk

jantuang pisang. Pada Ayam Pelung pemenang lomba juga sama memiliki bentuk

badan seperti jantuang pisang (83,3%) (Denny, 2006).

Gambar 4. Bentuk Badan Ayam Kokok Balenggek

a. Jantan Jantung Pisang b. Jantan Tabung Panjang c. Betina Bulat

a

q

b

q

c

q

(11)

Jantung pisang (jantuang pisang) memiliki rongga dada besar dan agak mengembang, bagian badan ayam yang agak lancip/kerucut memantulkan suara kearah atas dengan gema/suara besar nyaring keluar sehingga menghasilkan suara yang lebih bagus. “Bunyi pantul dapat memperkuat bunyi asli jika jarak antara sumber bunyi dan bidang pemantul sangat dekat. Ini menyebabkan selang waktu yang dibutuhkan oleh bunyi pantul untuk kembali berlangsung sangat singkat. Dapat dianggap bahwa bunyi pantul bersamaan waktunya dengan bunyi asli sehingga bunyi pantul memperkuat bunyi asli” (Nasri, 2007). Tabung panjang (tabuang Panjang) memiliki bentuk badan yang berbentuk tabung panjang sehingga suara yang dihasilkan akan keluar begitu saja tanpa adanya pantulan ke rongga dada.

4.3.2.2 Warna Bulu

Berdasarkan Tabel 5, warna bulu Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina dewasa memiliki variasi beragam. Warna dominan yang terdapat pada Ayam Kokok Balenggek jantan dan betina dewasa adalah merah (biriang), hitam (taduang), putih (kinantan), dan kuning (jalak) (Gambar 5-10).

Penamaan Ayam Kokok Balenggek tergantung warna bulu, warna paruh, dan warna Shank yang terdapat pada Ayam Kokok Balenggek. Warna bulu yang ditemukan dalam penelitian ini berjumlah 28 warna dengan berbagai corak dan variasi warna yang terdapat pada Ayam Kokok Balenggek jantan dan betina (Lampiran 1).

(12)

Tabel 5. Sifat Kualitatif Warna Bulu Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina Dewasa (N Jantan = 30) (N Betina = 30)

Sifat Kualitatif Jantan Betina Persentase Jantan (%)

Persentase Betina (%) Warna bulu leher

-Merah 15 1 50 3,3 -Hitam 3 14 10 46,7 -Kuning 6 - 20 0 -Putih 8 8 26,7 26,7 -Cream 1 1 3,3 3,3 -Hijau 1 1 3,3 3,3 -Coklat 3 18 10 60

Warna Bulu Punggung

-Merah 19 1 63,3 3,3 -Hitam 12 9 40 30 -Kuning 3 - 10 0 -Putih 6 9 20 30 -Cream 2 - 6,7 0 -Hijau 1 1 3,3 3,3 -Coklat 3 18 10 60

Warna Bulu Dada

-Merah 2 1 6,7 3,3 -Hitam 17 6 56,7 20 -Kuning - - 0 0 -Putih 7 7 23,3 23,3 -Cream - 1 0 3,3 -Hijau 1 1 3,3 3,3 -Coklat 1 19 3,3 63,3

Warna Bulu Sayap

-Merah 10 1 33,3 3,3 -Hitam 26 14 86,7 46,7 -Kuning 4 - 13,3 0 -Putih 8 11 26,7 36,7 -Cream - - 0 0 -Hijau 1 1 3,3 3,3 -Coklat 1 19 3,3 63,3

Warna Bulu Ekor

-Merah - 1 0 3,3 -Hitam 27 15 90 50 -Kuning - - 0 0 -Putih 16 7 53,3 23,3 -Cream - - 0 0 -Hijau 1 1 3,3 3,3 -Coklat 3 16 10 53,3

(13)

Warna bulu leher yang dominan pada Ayam Kokok Balenggek jantan adalah bewarna merah (50%) dan betina berwarna coklat (60%), sedangkan warna bulu punggung Ayam Kokok Balenggek jantan adalah berwarna merah (63,3%) dan betina berwarna coklat (60%). Warna bulu dada Ayam Kokok Balenggek jantan adalah berwarna hitam (56,7%) dan betina berwarna coklat (63,3%), sedangkan bulu sayap Ayam Kokok Balenggek adalah berwarna hitam (86,7%) dan betina berwarna coklat (63,3%). Warna bulu ekor Ayam Kokok Balenggek jantan didominasi oleh warna hitam (90%) dan betina berwarna coklat (53,3%). Warna bulu hitam dan merah mendominasi warna yang terdapat pada Ayam Kokok Balenggek jantan, sedangkan warna bulu coklat mendominasi warna yang terdapat pada Ayam Kokok Balenggek betina.

Berdasarkan hasil penelitian (Abbas dkk, 2014) warna bulu kemerah-merahan adalah warna bulu yang dominan untuk Ayam Kokok Balenggek jantan, warna bulu kemerah-merahan biasa disebut dengan biriang termasuk warna bulu tipe bulu liar. Tingginya persentase warna bulu tipe bulu liar pada Ayam Kokok Balenggek jantan 50% hal ini disebabkan karena Ayam Kokok Balenggek masih mempunyai jarak genetik yang lebih dekat dengan Ayam Hutan Merah Sumatera. Hal ini sama dengan hasil penelitian (Abbas dkk, 1997) dimana warna bulu Ayam Kokok Balenggek yang banyak ditemui adalah warna bulu merah, sebagai mana yang dinyatakan oleh Mufarid (1986) Gallus gallus atau Ayam Hutan Merah banyak hidup disekitar hutan-hutan Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan lain sebagainya, yang mana pada ayam jantan bulu bagian leher, punggung dan sayap berwarna merah, sedangkan bagian dada dan bagian bawah berwarna hitam dan ayam betina bulunya berwarna coklat dan bergaris hitam, sedangkan Hutt (1949)

(14)

menyatakan bahwa salah satu ciri dari Ayam Hutan Merah adalah pada bagian leher, sayap, punggung berwarna merah dan dada sebelah dalam berwarna hitam.

Bila dibandingkan dengan hasil penelitian Yuliza pada ayam lokal (2009) maka penelitian ini tidak terlalu berbeda yaitu warna bulu yang banyak ditemui adalah warna bulu tipe bulu liar. Bila dibandingkan dengan warna bulu ayam Pelung atau sesama ayam penyanyi, warna bulu ayam Pelung tidak jauh berbeda dengan Ayam Kokok Balenggek karena berdasarkan penelusuran ilmiah, ayam Pelung diduga merupakan turunan ayam hutan merah (Gallus gallus bankiva) yang terdapat di Pulau Jawa. Hal ini kemudian diperkuat oleh riset molekuler yang dilaporkan oleh Fumihito dkk (1994) yang menyatakan bahwa ayam domestik yang berkembang sekarang di seluruh dunia berasal dari turunan Ayam Hutan Merah.

Kuriak adalah jenis Ayam Kokok Balenggek yang berbintik-bintik , mata,

kaki, dan paruh berwarna hitam (Murad, 1993). Dalam penelitian ini ditemukan 3 jenis kuriak. Kuriak Anjulai adalah jenis Ayam Kokok Balenggek yang berwarna campuran/berbintik-bintik hitam dan putih di bagian leher dan badan, bagian paha dan ekor berwarna kehitaman, pada bagian shank dan paruh berwarna kuning. Kemudian jenis Ayam Kokok Balenggek Kuriak Bareh Randang, jenis ayam ini menurut tokoh adat di Tigo lurah tradisi adat yang berkembang secara turun-temurun apabila melakukan tradisi turun mandi (pesta kelahiran anak). Ada syarat yang tidak boleh ditinggalkan yaitu merendang beras yang hampir menyerupai warna bulu ayam Kuriak Bareh Randang, itulah kenapa dinamakan Kuriak Bareh

Randang, ayam ini adalah simbol adat. Memiliki warna bulu cream dibagian

leher, kemerahan campuran dibagian badan, dan coklat dibagian ekor, serta memiliki warna shank dan paruh berwarna putih. Ketiga jenis Kuriak Bungo Tabu

(15)

memiliki warna bulu cream pada bagian leher, hitam dan cream dibagian badan dan berwarna coklat, cream dibagian ekor, warna shank dan paruh berwarna kuning.

Gambar 5. Warna Bulu Ayam Kokok Balenggek Kuriak a. Jantan Kuriak Anjulai b. Jantan Kuriak Bareh Randang c. Betina Kuriak Anjulai d. Betina Kuriak Bungo Tabu e. Betina Kuriak Bareh Randang

Biriang memiliki warna yang sama dengan jalak, kecuali bulu leher,

punggung dan pinggang berwarna merah (Yuniko, 1993). Dalam penelitian ini ditemukan 7 jenis Biriang yaitu Biriang, Biriang Merah, Biriang Kuniang,

Biriang Kalek, Biriang Balang, Biriang Taduang, Biriang Tempuo. Biriang Merah memiliki leher berwarna merah, bagian badan dominasi merah dan sedikit

hitam, ekor berwarna hitam, bagian shank dan paruh berwarna kuning. Biriang

a

q

b

q

c

q

d

q

e

q

(16)

Kuniang adalah jenis yang didominasi berwarna kuning pada bagian leher, bagian

badan kuning kemerahan dan ekor berwarna hitam. Pada bagian shank dan paruh berwarna kuning. Biriang Kalek memiliki warna bulu leher dan punggung kemerahan, kemudian shank dan paruh berwarna abu-abu kehitaman. Biriang

Balang warna bulu leher, punggung, dada, dan sayap didominasi warna putih,

sedangkan shank dan paruh berwarna kuning. Biriang Taduang memiliki bulu leher kemerahan, bagian badan didominasi warna hitam kemerahan, bagian ekor berwarna hitam dan sedikit berwarna putih dipangkal ekor. Kemudian shank dan paruh berwarna kehitaman. Biriang Tempuo memiliki warna bulu leher kekuningan, bagian badan dominasi coklat, warna shank dan paruh berwarna putih.

Gambar 6. Warna Bulu Ayam Kokok Balenggek Biriang a. Jantan Biriang Merah b. Jantan Biriang Kuning c. Jantan Biriang Kalek d. Jantan Biriang Belang e. Jantan Biriang Taduang f. Betina Biriang

g. Betina Biriang Tempuo

a

q

b

q

c

q

d

q

e

q

f

q

g

q

(17)

Kinantan memiliki warna kaki, paruh, mata, bulu dada, sayap, ekor, leher,

pinggang seluruhnya putih (Yuniko, 1993). Ada 4 kinantan yang ditemukan dalam penelitian ini yaitu Kinantan Bangkeh, Kinantan Bagombak, Kinantan Pucek,

Kinantan Bauak. Kinantan Bangkeh adalah jenis Ayam Kokok Balenggek yang

memiliki warna bulu leher, badan, dan ekor berwarna putih, warna paruh putih, tapi shank berwarna hitam/abu-abu, kemudian Kinantan Bagombak memiliki warna bulu leher, badan, paruh, ekor, dan shank berwarna putih, tapi ada bulu yang berdiri tegak di atas kepala. Kinantan Pucek memiliki warna bulu leher, badan, paruh, ekor berwarna putih, tetapi shank terlihat sangat pucat. Kinantan

Bauak memiliki warna bulu leher, badan, paruh, ekor, shank berwarna putih, dan

memiliki bulu yang mengembang dibawah leher.

Gambar 7. Warna Bulu Ayam Kokok Balenggek Kinantan a. Jantan Kinantan Bangkeh b. Jantan Kinantan Bagombak c. Jantan Kinantan Pucat d. Betina Kinantan Pucat e. Betina Kinantan Bangkeh f. Betina Kinantan Bauak

Jalak memiliki warna shank dan paruh berwarna kuning, bulu dada, sayap,

dan ekor berwarna hitam, serta bulu ekor, pinggang berwarna kekuning-kuningan, dada, sayap, dan ekor berwarna hitam (Yuniko, 1993). Ada 6 jalak yang

a

q

b

q

c

q

d

q

e

q

f

q

(18)

ditemukan dalam penelitian ini yaitu Jalak, Jalak Bungo Dama, Jalak Tempuo,

Jalak Putiah, Jalak Jurai, Jalak Sarok. Jalak Bungo Dama adalah jenis Ayam

Kokok Balenggek yang memiliki warna bulu leher dan badan berwarna cream kekuningan, ekor berwarna hitam, shank dan paruh berwarna putih. Jalak Tempuo memiliki warna bulu leher kekuningan, bagian badan kehitaman dan ada warna campur kekuningan, bagian ekor berwarna kehitaman, paruh berwarna kehitaman, dan shank berwarna kuning. Jalak Putiah memiliki warna bulu pada bagian leher belang hitam putih, bagian badan berwarna cream keputihan, ekor berwarna hitam, paruh dan shank berwarna putih. Jalak Jurai memiliki warna bulu leher kehitaman, bagian badan berwarna cream putih dan bercampur hitam, bagian ekor berwarna hitam kecoklatan, warna paruh dan shank berwarna kuning. Jalak Sarok,

sarok dalam bahasa indonesia berarti sampah, memiliki bulu leher, badan, dan

ekor berwarna coklat kehitaman, paruh hitam keputihan, shank berwarna hitam.

Gambar 8. Warna Bulu Ayam Kokok Balenggek Jalak a. Jantan Jalak b. Jantan Jalak Bungo Tabu c. Jantan Jalak Tempuo d. Betina Jalak

e. Betina Jalak Putih f. Betina Jalak Jurai g. Betina Jalak Sarok

a

q

b

q

c

q

d

q

e

q

f

q

g

q

(19)

Taduang adalah jenis Ayam Kokok Balenggek yang memiliki warna bulu

seluruh badan hitam kehijau-hijauan, paruh dan shank berwarna hitam (Yuniko, 1993). Ada 2 jenis taduang yang ditemukan dalam penelitian ini, yaitu Taduang dan Taduang Sipatuang Rimbo. Taduang Sipatuang Rimbo memiliki warna seluruh badan hitam dan didominasi warna kehijau-hijauan, memiliki paruh dan

shank berwarna hitam. Dalam penelitian ini ditemukan 6 jenis Ayam Kokok

Balenggek baru yaitu Bulu Batino, Alang Bangkeh, Alang Cantuang Gombak

Bauak, Balang, Karok, dan Tempuo. Bulu Batino adalah persilangan ayam jenis Taduang Sipatuang Rimbo dengan Kuriak, sehingga masyarakat menyebutnya

dengan Bulu Betina (Bulu Batino) karna warna yang terdapat pada bulu ayam ini mirip dengan bulu ayam betina, masyarakat melandasi hal ini dengan istilah Alam

Takambang Jadi Guru (Alam Berkembang Jadi Guru).

Alang Bangkeh adalah persilangan Ayam Hutan Merah dengan jenis ayam Biriang Tempuo, kemudian Alang Cantuang Gombak Bauak adalah jenis ayam

kerajaan Pagaruyuang jaman Cindua Mato (tokoh yang berperan dalam kerajaan Pagaruyuang). Balang adalah jenis ayam persilangan Kuriak dengan Kinantan, disebut balang karena warna seluruh tubuh ayam ini belang. Karok adalah jenis ayam persilangan ayam yang berwarna coklat dengan Taduang maupun Biriang

Tempuo sehingga akan menghasilkan warna kecoklatan seperti karok (sampah

kering). Tempuo adalah jenis ayam persilangan ayam yang berwarna coklat dengan Biriang (Nardi, 2014).

(20)

Gambar 9. Warna Bulu Ayam Kokok Balenggek Taduang a. Jantan Taduang Sipatuang Rimbo b. Betina Taduang c. Betina Taduang Sipatuang Rimbo

Gambar 10. Warna Bulu Ayam Kokok Balenggek Bulu Baru a. Jantan Jantan Bulu Betina b. Betina Alang Bangkeh c. Betina Taduang Sipatuang Rimbo d. Betina Belang

e. Betina Karok f. Betina Tempuo

a

q

b

q

c

q

a

q

b

q

c

q

d

q

e

q

f

q

(21)

Dengan banyaknya jenis warna bulu pada Ayam Kokok Balenggek, dapat dikatakan sangat beragam. Jenis Ayam Kokok Balenggek yang banyak ditemui dalam penelitian ini adalah jenis Biriang Merah yaitu sebanyak 26,7%. Rostikawati (1995) melaporkan bahwa pada Ayam Hutan Merah jantan warna dominan yang tampak adalah bulu tubuh coklat kemerahan, bulu kepala jingga kecoklatan, bulu leher merah, bulu punggung merah kekuningan, bulu dada hitam kemerahan, bulu sayap hitam dan merah dan bulu ekor hitam mengkilap. Sedangkan Ayam Hutan Merah betina mempunyai warna dominan pada tubuh yaitu merah kekuningan dan lurik coklat, bulu kepala kuning kecoklatan, bulu leher coklat, bulu punggung lurik coklat hitam, bulu sayap coklat kehitaman dan bulu ekor coklat.

Dengan sistem pemeliharaan yang lepas secara alami banyaknya corak warna bulu yang muncul disebabkan pada perkawinan yang bebas sehingga memunculkan corak-corak yang bervariasi yang menambah variasi alami dengan faktor alam yang mendukung, menurut penelitian Nardi (2014). Untuk menjadi penentu atau landasan dalam membedakan warna Ayam Kokok Balenggek, tidak hanya melihat bulu luarnya saja tetapi kita juga harus mencocokkan antara warna paruh, warna dasar kaki, dan pedoman dasar yaitu bulu leher dan bulu punggung yang terdapat pada Ayam Kokok Balenggek menurut penelitian Nardi (2014).

4.3.2.3 Warna Kulit

Pada Tabel 6, warna kulit yang terdapat pada Ayam Kokok Balenggek jantan dan betina (100%) berwarna putih. Warna kulit pada ayam Pelung, ayam lokal dan Ayam Kokok Balenggek sama yaitu warna putih (Gambar 11). Adanya persamaan sifat tersebut disebabkan karena masing – masing ayam tersebut

(22)

berasal dari nenek moyang yang sama yaitu Ayam Hutan Merah (Rusfidra, 2005).

Tabel 6. Sifat Kualitatif Warna Kulit Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina Dewasa (N Jantan = 30) (N Betina = 30)

Sifat Kualitatif Jantan Betina Persentase Jantan (%) Persentase Betina (%) -Warna Kulit Dada Putih (Putiah) 30 30 100 100 Total 30 30 100 100

Gambar 11. Warna Kulit Ayam Kokok Balenggek a. Jantan Dada Putih b. Betina Dada Putih

Nataamijaya (2005) mengatakan bahwa pada ayam lokal betina maupu jantan, kedua-duanya sama 100% putih. Hal ini dimungkinkan akibat proses perkawinan yang terjadi antara ayam lokal dengan ayam lokal lain yang juga memiliki karakter warna kulit yang sama.

4.3.3 Bagian Kaki 4.3.3.1 Warna Shank

Pada Tabel 7, warna shank Ayam Kokok Balenggek jantan dan betina terdiri atas karakter warna hitam dan abu-abu, kuning, dan putih (Gambar 12).

a

q

b

(23)

Proporsi warna shank terdiri atas hitam, kuning, dan putih. Untuk Ayam Kokok Balenggek jantan proporsi warna hitam dan abu-abu masing-masing (30%), kuning (56,7%), dan putih (13,3%). Untuk Ayam Kokok Balenggek betina proporsi warna hitam dan abu-abu masing-masing (43,3%), kuning (30%), dan putih (26,7%). Menurut penelitian Rizal (2007) Hasil Penelitian diperoleh bahwa warna shank ayam hutan merah jantan maupun betina 100% memiliki warna hitam/abu-abu.

Tabel 7. Sifat Kualitatif Warna Shank Ayam Kokok Balenggek Jantan dan Betina Dewasa (N Jantan = 30) (N Betina = 30) Sifat Kualitatif Jantan Betina Persentase

Jantan (%) Persentase Betina (%) -Hitam (Itam) 9 13 30 43,3 -Kuning (Kuniang) 17 9 56,7 30 -Putih (Putiah) 4 8 13,3 26,7 Total 30 30 100 100

Perbedaan warna shank pada ayam diakibatkan perbedaan kombinasi pigmen pada lapisan luar maupun dalam kulit. Warna pigmen shank abu-abu diakibatkan munculnya pigmen karatenoid pada kulit luar dan tidak adanya pigmen melanin, warna shank diakibatkan oleh pigmen melanin pada kulit luar, sedangkan warna shank putih diakibatkan tidak adanya kedua pigmen tersebut (Ensminger, 1992).

(24)

Gambar 12. Warna Shank Ayam Kokok Balenggek a. Shank Hitam b. Shank Kuning

c. Shank Putih

Warna shank dan warna paruh juga dapat mempengaruhi penyebutan warna bulu pada Ayam Kokok Balenggek contohnya, dipulau Jawa warna paruh dan warna shank tidak mempengaruhi penyebutan ayam, misalnya Kinantan, sedangkan Ayam Kinantan di Sumatera Barat yang memiliki paruh dan shank berwarna kuning itu disebut Kinantan kinangkeh dan apabila paruh dan shank berwarna hitam/abu-abu/hijau itu disebut Kinantan bangkeh. Jadi warna paruh dan

shank pada Ayam Kokok Balenggek mempengaruhui penyebutan warna bulu

pada Ayam Kokok Balenggek.

a

q

b

q

c

q

Gambar

Tabel  1.  Sifat  Kualitatif  Bentuk  Jengger  Ayam  Kokok  Balenggek   Jantan dan Betina Dewasa  (N Jantan = 30) (N Betina = 30)  Sifat Kualitatif  Jantan   Betina  Persentase
Gambar 1. Bentuk Jengger Ayam Kokok Balenggek  a. Jantan Single Comb   b. Betina Single Comb  c
Gambar 2. Bentuk Paruh Ayam Kokok Balenggek
Tabel  3.  Sifat  Kualitatif  Warna  Paruh  Ayam  Kokok  Balenggek   Jantan dan Betina Dewasa  (N Jantan = 30) (N Betina = 30)  Sifat Kualitatif  Jantan   Betina  Persentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Silika-kitosan bead yang telah halus selanjutnya digunakan untuk penentuan pH, waktu kontak, dan konsentrasi optimum penyerapan ion logam Cd(II) dan Ni(II)

Agar penelitian ini mencapai sasaran yang diinginkan dengan benar dan tepat serta untuk menghindari meluasnya pembahasan, maka penulis membatasi pembahasan dalam penelitian

Pada analisis reception studies, makna yang ditemukan merupakan hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audiens yang diteliti, sementara dalam teks media, makna

Jadi, tujuan dari mengidentifikasi risiko potensial adalah untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan risiko-risiko apa saja yang ada dan yang diantisipasi akan terjadi yang

Menurut Andersone dan Ievins (2002) penurunan aktivitas PPO menunjukkan terjadinya peningkatan aktivitas morfogenik. Artinya praperlakuan cekaman manitol 0,4 M selama

Aplikasi pseudomonad fluoresen dengan formula serbuk paling efektif dalam menghambat penyakit layu pada cabai ditunjukkan dengan penundaan kemunculan gejala dan menurunkan indeks

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daging buah kurma ajwa berpengaruh secara signifikan terhadap hitung limfosit dan basofil tetapi tidak terdapat pengaruh

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian beberapa dosis ekstrak daging buah kurma (Phoenix dactylifera L.) terhadap