• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan adalah faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan adalah faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah faktor yang berperan besar bagi kehidupan bangsa negara karena pendidikan menentukan kemajuan proses pembangunan bangsa dalam berbagai bidang (Hanifah & Syukriy, 2001). Pendidikan juga suatu kebutuhan seumur hidup bagi manusia. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapan dan dimana pun ia berada karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan terbelakang.

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara meningkatkan dan mendukung kegiatan belajar mereka. Maka, belajar adalah kunci yang paling penting dalam setiap proses berpendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Dalam prosesnya, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga memiliki peran penting dalam mempertahankan kehidupan bangsa ditengah-tengah persaingan yang ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar (Syah, 2006).

Mahasiswa dalam konteksnya adalah kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di Perguruan Tinggi (Perti), dengan jurusan

(2)

atau program tertentu. Belajar adalah aktivitas mereka. Belajar ilmu pengetahuan, belajar berorganisasi, belajar bermasyarakat dan belajar menjadi pemimpin. Kelompok ini juga merepresentasikan sejumlah atribut diantaranya sebagai kelompok inti pemuda, kelompok cendekia atau golongan intelekual, calon pemimpin masa depan, manusia idealis dan kritis karena di pundak mahasiswa sebagian besar nasib masa depan suatu bangsa dipertaruhkan (As’ari, 2007).

Aktivitas berorganisasi adalah hal yang wajar dilakukan oleh mahasiswa. Maslow (2009) menyebutkan bahwa aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang berada pada level tertinggi. Aktualisasi diri adalah keadaan dimana individu puas dan mencapai kebahagiaan dari apa yang ia lakukan. Di dalam organisasi, mahasiswa dapat beraktualisasi dalam rangka mengembangkan diri secara non akademik, dimana hal ini memberikan kesempatan untuk mahasiswa demi memenuhi kebutuhannya untuk bersosial. Bersatunya peran sebagai seorang pelajar dan organisator dalam diri mahasiswa tentu menjadi sebuah tanggung jawab yang besar agar kedua peran tersebut dapat berjalan dengan baik. Hal ini menjadi sangat berbeda dibandingkan mahasiswa pada umumnya yang hanya aktif secara akademik. Mahasiswa aktivis harus melibatkan pikiran, tenaga, materi, dan waktu untuk kegiatan organisasi yang diikutinya. Oleh karena itu, ini akan berpengaruh pada prestasi belajar mahasiswa aktivis.

Salah satu wadah untuk meningkatkan potensi mahasiswa di Perti adalah dengan ketersediaannya Organisasi Intra. Hal ini didasarkan oleh keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 155/U/1998

(3)

tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, pada Pasal 3 (1) dijelaskan bahwa di setiap perguruan tinggi terdapat satu organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi yang menaungi semua aktivitas kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan intra ini dibentuk pada tingkat perguruan tinggi, fakultas, dan jurusan. Selanjutnya, pada pasal 5 dijelaskan bahwa fungsi organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi sebagai sarana dan wadah adalah untuk pengembangan potensi mahasiswa.

Program yang dicanangkan Dirjen Dikti Depdiknas (Direktorat Kelembagaan, 2006) sesuai dengan tujuan bahwa setiap perguruan tinggi adalah untuk mempersiapkan lulusan yang berkualitas. Universitas Sumatera Utara melakukan program yang merupakan sarana untuk mendukung peningkatan kualitas dan kreatifitas mahasiswa di bidang penalaran dan keilmuan, bakat, minat dan kemampuan, kesejahteraan, kepedulian sosial dan kegiatan penunjang. Melalui wadah-wadah yang dibentuk yang dikenal dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Kemahasiswaan Universitas Sumatera Utara mengembangkan berbagai program yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan kemahasiswaan baik dalam bentuk pembinaan, pengembangan kegiatan kemahasiswaan maupun pelayanan kepada mahasiswa yang dapat diberikan secara langsung seperti beasiswa, bantuan dana kegiatan, keperluan administrasi, dan lainnya.

UKM mencakup bidang olahraga, keagamaan, keorganisasian dan seni,. Saat ini, UKM yang aktif di USU adalah Suara USU (Kegiatan Pers/ Jurnalistik

(4)

Mahasiswa), Kompas (Korp Pecinta Alam), Pramuka, Menwa (Resimen Mahasiswa), PEMA (Pemerintahan Mahasiswa), yang mana termasuk dalam UKM bidang keorganisasian; Fotografi, Teater "O", Paduan Suara, yang termasuk dalam UKM bidang seni; Kendo, Tenis Lapangan, Futsal, Bulutangkis, Sepak Bola, Bola Volly, Bola Basket, yang termasuk dalam UKM bidang olahraga; dan KMK, UKMI Ad Dakwah yang termasuk dalam UKM bidang keagamaan (Biro Kemahasiswaan & Kealumnian Universitas Sumatera Utara).

USU Society For Debating atau yang disingkat dengan USD adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa yang aktif di Universitas Sumatera Utara. Orientasi utama dari kegiatan mahasiswa ini adalah debat bahasa Inggris. USD resmi terbentuk pada tahun 2010, namun dalam perkembangannya baru saja memiliki sekretariat dan kepengurusan organisasi dan program latihan. Tujuan utama dari Unit Kegiatan Mahasiswa ini adalah sebagai bentuk organisasi yang dapat mewadahi mahasiswa yang memiliki kemampuan dan minat dalam berdebat, serta meraih prestasi di kancah lokal, regional, nasional, maupun internasional (Biro Kemahasiswaan & Kealumnian Universitas Sumatera Utara).

Berdebat menjadi salah satu fokus utama dari USD, seperti yang disadur dari DIKTI mengenai kegiatan debat bahasa Inggris, Lomba debat menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris antarperguruan tinggi telah menjadi bagian penting dalam kompetisi perguruan tinggi di dunia. Lomba debat ini menuntut keterampilan berbahasa Inggris dan berargumentasi. Keterampilan berbahasa Inggris yang baik akan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi

(5)

dengan masyarakat internasional. Sedangkan keterampilan atau kemahiran dalam berargumentasi akan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk membuat keputusan berdasarkan analisis yang logis dan faktual. Menyadari pentingnya lomba debat bagi peningkatan kompetensi mahasiswa dan kualitas pendidikan tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mengembangkan kegiatan ini melalui kegiatan National University Debating Championship (DIKTI, 2014)

Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa secara internal organisasi, USD mendapat tanggung jawab lebih. Tidak hanya lomba debat, namun berbagai macam kepanitiaan juga ditempuh oleh beberapa anggota USD yang masih aktif. Secara internal, USD harus selalu memenuhi tuntutan dari pihak Universitas Sumatera Utara. Hal ini dikonfirmasi oleh ketua USD 2014

“Saya juga memang terkadang merasa kewalahan, seperti anggota yang lainnya. Kami selalu mengurus beberapa acara dari biro rektor, misalnya acara forum rektor Indonesia. Sebenarnya bagus sih dipercaya, tapi kami juga harus mempersiapkan diri untuk seleksi, belum lagi untuk pengurusan proposal lomba dan mengadakan acara” (komunikasi personal)

Dengan informasi tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa bukan hanya tuntutan dari internal saja yang menjadi tantangan bagi USD, namun juga eksternal. Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada wakil rektor 3 Universitas Sumatera Utara, unit kegiatan mahasiswa USD adalah salah satu UKM dengan tanggung jawab besar dan dipercaya oleh pihak rektorat. Dibandingkan dengan unit kegiatan mahasiswa lain, maka USD memiliki kesempatan untuk bertanding

(6)

mewakili pihak Universitas Sumatera Utara, sehingga selama beberapa tahun, USD memiliki beban moral yang lebih.

“Tanggung jawab UKM USD ini.. besar. Tapi mereka bisa menyelesaikan tugasnya. Anak-anak USD ini mampu, dan mereka sudah sampai tingkat nasional. Lihatlah bahasa Inggris mereka, banyak mereka tahu. makanya mereka harus tularkan ke mahasiswa lain.” (komunikasi personal)

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud telah melaksanakan lomba National University Debating Championship sejak tahun 2008 silam. Kegiatan ini telah menjadi ajang positif bagi para mahasiswa di Indonesia untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam berpikir kritis, berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, meningkatkan kepercayaan diri, mengembangkan jejaring antar perguruan tinggi, dan membangun rasa kesatuan dan kebanggaan terhadap kebhinekaan bangsa (DIKTI 2014)

“Iya.. bener bang, anak USD itu ada banyak, ada yang udah senior ada yang masih baru. Ya.. mereka itu dari banyak fakultas. Ada banyak suku juga.” (komunikasi personal)

“Nah.. jadi setiap beberapa bulan itu ya.. kami kan ada kompetisi.. jadi harus ikut seleksi. Biasanya seleksinya internal, nanti kalau udah dapat orang yang lolos seleksi, ya harus ngurus biaya ke birek.” (komunikasi personal)

“aku dulu juga pernah sih ikut kompetisi, tingkat asia. Jadi kalau debat itu memang ada dari tingkat loka, kayak MBPO nanti, sampai tingkat internasional. Biasanya kami selalu diundang.. eee.. atau kadang kami yang apply sendiri.” (komunikasi personal) Berdasarkan wawancara singkat tersebut, dalam USD pada hakikatnya, terdapat keanekaragaman (Diversity) dan kompetisi. Setiap dari anggota pada

(7)

dasarnya bersaing untuk lulus pada saat seleksi, dan dinamika kelompok pada organisasi tersebut sangat tinggi mengingat berbagai macam karakter mahasiswa dengan budayanya sendiri. Belum lagi dengan masalah pembagian atensi kepada prestasi akademik, serta tuntutan dari pihak universitas untuk terus meraih prestasi. Hasilnya ada beberapa anggota yang sign out dari organisasi, dan tingkat keaktifan yang cenderung rendah. Maka fenomena ini menarik untuk diungkap secara faktual.

Bila ada tekanan, baik dari pihak eksternal maupun dari internal pada mahasiswa yang menjadi anggota organisasi tersebut, maka Adversity Quotient adalah hal yang penting untuk ditinjau ulang. Adversity quotient menurut Stolz (2000) adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami.

Pada dasarnya, IQ ataupun EQ tidak menentukan suksesnya seseorang, walaupun keduanya berperan dalam membentuk kesuksesan. Stoltz (2000) menyatakan bahwa ada satu faktor lagi yang memiliki pengaruh luar biasa terhadap keberhasilan seseorang, yaitu kecerdasan mengatasi masalah atau adversity quotient (AQ). AQ seseorang dapat ditingkatkan, misalnya seorang siswa yang memiliki AQ rendah dapat ditingkatkan menjadi seseorang mahasiswa yang memiliki AQ tinggi. Seseorang yang memiliki AQ tinggi tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan. Mereka adalah pemikir yang selalu memikirkan berbagai kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan ada sesuatu

(8)

yang menghalangi cita-citanya. mahasiswa yang memiliki AQ tidak pernah putus harapan dalam menempuh pendidikan.

.Seseorang dengan AQ tinggi, akan tidak mudah menyalahkan pihak lain atas persoalan yang dihadapinya melainkan bertanggung jawab untuk mengatasi masalah. Mereka tidak sering mengeluh dan tidak berputus asa walau dalam kondisi seburuk apapun. Justru sebaliknya, dengan segala keterbatasannya, mereka mampu berpikir, bertindak dan menyiasati diri untuk maju terus. Sebaliknya, rendahnya AQ seseorang adalah tumpulnya daya tahan hidup. Mengeluh sepanjang hari ketika menghadapi persoalan dan sulit untuk melihat hikmah di balik semua permasalahan.

Stoltz (2000) mengandaikan hidup ini seperti sebuah pendakian puncak gunung. Ketika seseorang mencapai puncak gunung artinya ia telah berhasil mengatasi kesulitan. Istilah ”mendaki gunung” dalam situasi organisasi di universitas dapat berarti: lulus seleksi lomba debat, memperoleh nilai akademik yang baik, menjadi juara pada suatu perlombaan, menjadi ketua dalam organisasi, memperoleh beasiswa, dan sebagainya.

Adversity quotient berakar pada bagaimana seseorang merasakan dan menghubungkan dengan tantangan-tantangan dalam hidup. Situasi sulit dan tantangan dalam hidup dapat diatasi dengan adversity quotient yang baik. Karena jika seseorang memiliki adversity quotient yang tinggi akan menjadikan seseorang memiliki kegigihan dalam hidup dan tidak mudah menyerah. Seseorang yang memiliki adversity quotient yang tinggi ia akan meniliki

(9)

kekebalan atas ketidakmapuandirinya menghadapai masalah dan tidak akan mudah terjebak dalam kondisi keputusasaan. Namun sebaliknya, jika seseorang memiliki adversity quotient yang rendah maka seseorang akan mudah rapuh dan menyerah pada keadaan. Dalam hal ini, tantangan yang dihadapi adalah memilih waktu untuk aktif organisasi dan akademis, bersaing untuk lolos ke kompetisi, menjalani program latihan dan menghadapi tuntutan dari universitas untuk terus meraih prestasi yang kemudian dihiasi dengan dinamika dan latar belakang tiap-tiap mahasiswa yang berbeda (Stoltz, 2000)

Selain memiliki ketangguhan dalam menghadapi tantangan organisasi, mahasiswa hendaklah mengingat tujuan utama dalam menimba ilmu. Menurut Naam (2009) kualitas mahasiswa dapat dilihat dari prestasi akademik yang diperolehnya. Prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu yang tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar, sehingga dipandang sebagai bukti usaha yang diperoleh siswa (Sobur, 2006). Prestasi akademik pula yang menjadi tolak ukur dari tingkat pemahaman siswa terhadap materi tertentu yang telah diberikan setelah siswa mengalami proses belajar pada jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk nilai (Naam, 2009).

Prestasi akademik merupakan hasil pengukuran terhadap peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dalam periode tertentu yang dapat diukur menggunakan instrumen yang relevan. Berdasarkan hal tersebut, maka prstasi

(10)

akademik adalah hasil penilaian dari kegiatan belajar yang telah dilakukan dan merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh dosen untuk melihat sampai di mana kemampuan mahasiswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai. Prestasi Belajar mahasiswa dapat dilihat dari Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diperoleh mahasiswa. Namun untuk mendapatkan Prestasi Belajar yang baik bukanlah hal yang mudah, tetapi membutuhkan usaha yang optimal.

Menurut Ahmadi (2004), prestasi belajar sangat penting bagi setiap mahasiswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri (eksternal). Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi faktor jasmaniah, psikologi, dan faktor kematangan fisik maupun psikis. Faktor jasmaniah antara lain panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku. Sedangkan faktor psikologi antara lain kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, dan motivasi. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa berupa faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, dan lingkungan spiritual keagamaan. Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor budaya meliputi adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. Fasilitas belajar meliputi ruang belajar, meja, kursi penerangan, alat tulis, dan

(11)

buku-buku pelajaran. Faktor tersebut saling berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar.

“Kalau IPK tergantung sih.. gimana ya.. udah pasti susah ngatur waktunya. Banyak juga kok itu senior USD yang lama skripsinya. Aku juga kurang tahu bang gimana IPK anak USD, tapi mereka suka ngeluh masalah tugas, masalah IP, kayak misalnya yang dari fakultas teknik, kan mereka harus masuk lab tiap sore kadang-kadang” (komunikasi personal)

Prestasi akademik dari anggota USD menjadi hal yang ditinjau. Menurut Stolz (2000) ada 3 tingkatan kesulitan yaitu kesulitan pada individu, sekolah dan prestasi, yang mana pada akhirnya setiap pelajar akan menghadapi permasalahan dalam hal akademis (social consequences) bila pelajar tersebut tidak membenahi dirinya ketika menghadapi tantangan. Untuk mencapai prestasi akademik yang baik maka anggota USD harus menyelesaikan masalah dalam dirinya dahulu, yaitu dengan mengontrol diri dan bertahan ketika menghadapi tantangan (control & endurance). Anggota yang memiliki adviersity quotient yang tinggi dalam organisasi menjadi terlatih untuk menghadapi tuntutan akademik. Ketika anggota USD memiliki adversity quotient yang baik, maka mereka akan lebih mampu dalam menghadapi kesulitan dalam konteks akademis dan mengembangkan pola pikirnya sendiri guna penyelesaian tugas secara efektif. Keberhasilan mahasiswa dalam bidang akademik ditandai dengan prestasi akademik yang dicapai, ditunjukkan melalui indeks prestasi (IP) maupun indeks prestasi kumulatif (IPK). Dalam perkuliahan mahasiswa dituntut untuk berkompetisi dalam memperoleh prestasi akademik, yang dalam ini sebagai tolak ukurnya adalah indeks prestasi.

(12)

Semakin baik penguasaan akademik mahasiswa maka prestasi yang diperoleh pun akan baik pula.

Prestasi dapat dicapai tidak hanya sekedar pintar, yang memiliki Intelligence Quotient dan Emotional Quotient saja, melainkan harus mampu mengatasi/memiliki ketangguhan mental dalam menghadapi kesulitan (AQ). AQ (Adversity Quotient) ini dikemukakan oleh Stoltz (2000). Dalam hal ini, anggota USD cenderung harus tetap bertahan dalam menghadapi latihan dan tetap melakukan tugas akademisnya sebagai mahasiswa.

Penelitian yang dilakukan Wicaksono (2011) terhadap mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, membuktikan bahwa prestasi akademik mahasiswa yang aktif dalam organisasi cenderung lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak aktif dalam organisasi. Smith dan Griffin (dalam Montelongo, 2002) mengemukakan bahwa partisipasi mahasiswa dalam organisasi kampus dapat meningkatkan pencapaian akademik mahasiswa tersebut. Sejalan dengan pendapat Cooper, dkk, dimana mahasiswa yang berpartisipasi dalam organisasi kemahasiswaan memiliki kesempatan untuk meningkatkan akademiknya (dalam Montelongo, 2002).

Kecerdasan emosi dengan AQ mengalami hubungan yang signifikan. Jika mahasiswa memiliki kecerdasan emosi yang tinggi maka semakin baiklah prestasi belajarnya dan begitu juga sebaliknya (Frenty, 2010). Begitu juga dengan AQ, terjadi nilai yang positif dan signifikan dengan tingkat korelasi sedang antara AQ dengan prestasi belajar. Dimana semakin tinggi tingkat kecerdasan AQ maka

(13)

semakin tinggi pula tingkat prestasi yang dimilikinya dan demikian sebaliknya (Setyaningtyas, 2011).

Berdasarkan latar belakang di atas, penting adanya untuk melihat hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi akademik pada anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society For Debating

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu: Adakah hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi akademik pada anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Adversity Quotient dengan prestasi akademik pada anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society For Debating

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

(14)

1. Manfaat teoritis

Dapat memberi sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan tentang Adversity Quotient pada anggota organisasi

2. Manfaat praktis

a. Kepada anggota Unit Kegiatan Mahasiswa USU Society for Debating, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan suatu gambaran tentang adversity quotient yang mereka miliki.

b. Kepada instansi pemerintah dan Universitas Sumatera Utara, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran anggota USU Society for Debating dalam menghadapi tantangan dalam proses belajar, seleksi dan dinamika kelompok sehingga nantinya mereka dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menghadapi tantangan tersebut.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori

(15)

Bab ini memuat tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Teori-teori yang dinyatakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan adversity quotient.

Bab III : Metode Penelitian

Pada bab ini dijelaskan mengenai rumusan pertanyaan penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji coba alat ukur dan reliabilitas, prosedur pelaksanaan, serta metode analisis data

Bab IV: Analisis data dan pembahasan

Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana gambaran serta hubungan antara 2 variabel dengan menggunakan analisis statistik. Pada bab ini juga akan dibahas mengenai interpretasi data dan diuraikan dalam pembahasan Bab V : Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dari peneliti berdasarkan hasil penelitian dan saran bagi pihak lain berdasarka hasil yang diperoleh.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bila terjadi gangguan atau impedansi kurang pada saluran, maka elemen impedansi kurang (3), dengan fasa yang relevan, dan arus urutan nol akan mengoperasikan elemen waktu atau

Salah satu cacing yang dapat menyerang kuda adalah cacing Nematoda Cacing nematoda yang biasa teridentifikasi pada saluran pencernaan kuda antara lain: cacing

( 2010 ) melakukan penelitian “tentang pengujian model tes pompa hydram sebagai penggerak membran pada berbagai variasi gaya pegas pada membran”, dari penelitian

Auksokrom adalah suatu substituen (biasanya gugus jenuh) yang bila terikat pada kromofor akan mengubah panjang gelombang dan intensitas dari serapan maksimum. Contohnya : -OH,

Hafizurahman (2012) menyatakan bahwa kemampuan perawat merupakan variabel terbesar yang mempengaruhi kinerja perawat (83,6%) Begitu juga dengan beberapa hasil

Variabel luas lahan pada penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi bawang merah di Kabupaten Brebes dilihat dari uji hipotesis

Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk