• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA KARANGAN KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG BALAI PENELITIAN TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA KARANGAN KECAMATAN BARENG KABUPATEN JOMBANG BALAI PENELITIAN TANAH"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

DESA KARANGAN KECAMATAN BARENG

KABUPATEN JOMBANG

BALAI PENELITIAN TANAH

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN

(2)

Penyusun : Deddy Erfandi

Jojon Suryono

Achmad Rachman

Penyunting : Enggis Tuherkih

Gunawan Samsidi

Design Cover : Sukmara

Setting/Layout : Didi Supardi

Dedi Kusnandar

Penerbit : Balai Penelitian Tanah

Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor 16123, Telp. (0251) 336757, Fax. (0251) 321608, 322933, E-mail:

soil-ri@indo.net.id

ISBN 978-979-9474-75-9

Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor

(3)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air mendukung kegiatan Prima Tani.

Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasi-lokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik konservasi tanah dan air.

Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani.

Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan. Bogor, November 2007

Kepala Balai, Dr. Achmad Rachman

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

II. KEADAAN FISIK DAERAH ... 3

2.1. Lokasi dan Perhubungan ... 3

2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian ... 3

2.3. Iklim dan Hidrologi ... 5

III. TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA TANAH ... 6

3.1. Teknologi Pemupukan Padi Sawah... 7

3.2. Teknologi Pemupukan Jagung ... 9

3.3. Teknologi Pemupukan Kedelai dan Kacang Tanah ... 11

3.4. Teknologi Pemupukan Pisang ... 12

3.5.Teknologi Pemupukan Tanaman Buah-Buahan ... 13

IV. TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR ... 15

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rincian penggunaan lahan Desa Karangan ... 4

Tabel 2. Status hara tanah lapisan atas (0-20 cm) di Desa Karangan ... 6

Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah untuk padi VUTB/Hibrida ... 8

Tabel 4. Rekomendasi pemupukan jagung hibrida ... 10

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan kedelai dan kacang tanah 11 Tabel 6. Rekomendasi pemupukan pisang ... 13

Tabel 7. Rekomendasi pemupukan mangga dan durian ... 14

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Peta penggunaan lahan Desa Karangan, Kec. Bareng, Kab. Jombang ... 4

Gambar 2. Teras irigasi dengan pematang dan tampingan yang ditumbuhi rumput lokal ... 19

Gambar 3. Saluran pembagi air antar petak sawah ... 19

Gambar 4. Bedengan dengan saluran ... 20

Gambar 5. Sketsa penampang samping teras gulud ... 20

Gambar 6. Penanaman rumput gajah pada tampingan teras ... 22

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di lokasi Prima Tani Desa Karangan, Kec. Bareng, Kab. Jombang, Jawa Timur ... 18 Lampiran 2. Teknik konservasi ... 19

(7)

I. PENDAHULUAN

Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik.

Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman, berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui teknik uji tanah.

Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan

(8)

pemanfaatan lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk melestarikan sumber daya alam dan menyelamatkannya dari kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik lokasi dan sesuai pengguna artinya harus mempertimbangkan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi, dan teknik konservasi yang ada di lapangan (existing) di masing-masing lokasi.

(9)

II. KEADAAN FISIK DAERAH

2.1. Lokasi dan Perhubungan

Lokasi Prima Tani Desa Karangan, Kecamatan Bareng, Kab. Jombang, seluas 612 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat antara 112o18’00” - 112o20’12” Bujur Timur dan 7o43’00” - 7o44’30” Lintang Selatan. Secara administrasi wilayah penelitian berbatasan dengan:

sebelah utara : berbatasan dengan Desa Pakel,

sebelah barat : berbatasan dengan Desa Kebon Dalem,

sebelah timur : berbatasan dengan Desa Galengdowo dan Wonomerto, Kec. Wonosalam,

sebelah selatan : berbatasan dengan Desa Putuk, Kec. Kandangan, Kediri.

Lokasi penelitian terletak ± 33 km dari ibukota Kabupaten Jombang, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dalam waktu ± 30 menit. Jarak ibukota Kecamatan Bareng sekitar 5 km. Sebagian besar jalan desa sudah diaspal, dengan jalan masih sempit hanya dapat dilalui satu mobil.

2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian

Berdasarkan analisis peta rupa bumi skala 1:25.00 (Marsoedi

et al., 1997) dan ditunjang dengan pengamatan di lapangan penggunaan lahan saat ini (present landuse) di Desa Karangan dikelompokan menjadi empat satuan penggunaan lahan, yaitu: sawah irigasi (wi), tegalan (t), kebun campuran (kc), dan pemukiman (p) (Soil Survey Staff, 2003). Rincian penggunaan lahan daerah penelitian disajikan pada Tabel 1 dan penyebarannya disajikan pada Gambar 1.

(10)

Gambar 1. Peta penggunaan lahan Desa Karangan, Kec. Bareng, Kab. Jombang

Tabel 1. Rincian penggunaan lahan Desa Karangan

Simbol Penggunaan lahan Luas

ha % Sw Sawah 163,66 26,71 Tg Tegalan 105,23 17,18 Kc Kebun campuran 271,23 44,27 P Pemukiman/pekarangan 72,57 11,84 Jumlah 612,70 100,00

Komoditas unggulan di daerah penelitian adalah: padi, jagung, durian, dan mangga podang. Sedangkan tanaman pangan yang banyak diusahakan antara: padi, tebu, jagung, dan ubi kayu, dan tanaman buah-buahan yang diusahakan adalah durian, mangga podang, dan petai. Tanaman kayu-kayuan berupa jati dan sengon, diusahakan sebagai bahan kayu bakar, sedangkan tanaman

(11)

perkebunan adalah cengkih, kopi, tebu, dan randu. Tanaman tahunan ini semuanya ditanam di lahan pekarangan dan tegalan. Jenis ternak yang diusahakan sapi potong/bibit (ada yang keturunan lemousin), sapi perah, kambing PE, dan ayam. Populasi ternak di desa, terutama sapi, dan kambing cukup tinggi dengan rata-rata pemilikan 2 ekor/KK (BPTP Jawa Timur, 2007).

2.3. Iklim dan Hidrologi

Luas lahan irigasi potensial Desa Karangan, berdasarkan deliniasi peta rupa bumi skala 1:25.000 adalah lebih kurang 163,66 ha (26,71%), terbagi dalam dua zona, sebagian terletak di wilayah utara desa, dan sebagian lainnya di wilayah selatan. Berdasarkan pertimbangan kondisi topografi, jarak dengan sumber air serta ketersediaan air, lahan yang potensial untuk dikembangkan terletak di bagian selatan Desa Karangan yang dialiri S. Kalijarak dan Kaliwungu.

Berdasarkan informasi arahan pengembangan komoditas pertanian dan hasil wawancara yang dilakukan di Desa Karangan, diketahui bahwa pola tanam yang dilaksanakan petani pada lahan sawah irigasi adalah: padi–padi-jagung, sedangkan pada sawah tadah hujan adalah: padi-jagung-bero/ubi kayu. Pada lahan tegalan adalah: jagung-ubi kayu.

(12)

III. TEKNOLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA TANAH

Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi

Status hara N, P, K dan pH tanah lapisan atas (0-20 cm) yang ditetapkan dengan perangkat uji tanah sawah (PUTS) dan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa lahan sawah di Desa Karangan sebagian besar berstatus N rendah kecuali pada satuan lahan (SL) 1 berstatus N tinggi (Balai Penelitian Tanah, 2005). Status hara P lahan sawah umumnya rendah kecuali pada pada SL 1 sedang. Status hara K rendah pada SL 1 dan sedang pada SL 2. Untuk lahan kering status hara N dan P seluruhnya rendah, dan status hara K sebagian besar sedang kecuali pada SL 6 rendah. Kadar C-organik pada lahan kering SL 3 dan SL 5 rendah dan SL 4 dan SL 6 sedang. Sedangkan reaksi tanah (pH) baik tanah sawah maupun tanam kering masam sampai agak masam (Tabel 2).

Tabel 2. Status hara tanah lapisan atas (0-20 cm) di Desa Karangan

Simbol Satuan lahan Status hara C-organik pH

N P K

PS-1 1 Rendah Rendah Rendah - 4 – 5

PS-2 2 Tinggi Sedang Sedang - 5 – 6

TS-1 3 Rendah Rendah Sedang Rendah 5 – 6

TS-2 4 Rendah Rendah Sedang Sedang 5 – 6

TT-1 5 Rendah Rendah Sedang Rendah 5 – 6

(13)

Rendahnya status hara N pada lahan lebih disebabkan karena sifat hara N yang sangat mobil diakibatkan oleh penguapan atau pencucian dan adanya status hara N yang tinggi pada lahan sawah disebabkan oleh pemberian N yang sangat berlebihan. Status hara P yang umumnya rendah karena sangat dipengaruhi oleh pH tanah dan cenderung adanya jerapan Fe. Sedangkan status hara K yang umumnya sedang selain pengaruh bahan induk tanah juga disebabkan oleh pemupukan K yang cukup tinggi. Kadar C-organik yang rendah dan sedang pada lahan kering (SL 3, SL 4, SL 5 dan SL 6) lebih diakibatkan oleh pelapukan bahan organik yang lebih cepat dari akumulasinya.

Teknologi pemupukan untuk pengembangan usaha tani di Desa Karangan sangat diperlukan pengembalian sisa panen dan penambahan bahan organik, hal tersebut sesuai juga dengan hasil penelitian Puslitbangtanak bahwa hampir seluruh lahan khususnya sawah di Kabupaten Jombang mempunyai kadar bahan organik rendah dengan C-organik berada pada kisaran kritis (<2%).

Komoditas unggulan di Desa Karangan Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang adalah padi sawah, jagung, dan kedelai.

3.1. Teknologi Pemupukan Padi Sawah

Sejalan dengan perkembangan teknologi padi, maka di Desa Karangan dapat dikembangkan padi varietas unggul baru/VUTB (Fatmawati) dan hibrida (Rokan dan Maro) yang mempunyai potensi produksi sekitar 20% lebih tinggi dari padi varietas unggu biasa (Badan Litbang Pertanian, 2007). Sebagai implikasi dari produksinya yang tinggi maka kebutuhan hara khususnya N, P, dan K bagi padi

(14)

VUTB dan hibrida juga akan lebih tinggi dibanding varietas unggul biasa (Badan Litbang Pertanian, 2007a). Namun demikian berdasarkan status hara dan keadaan lahan maka rekomendasi pemupukan padi sawah yang dapat dilakukan sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekomendasi pemupukan padi sawah untuk padi VUTB/Hibrida Simbol SL Rekomendasi pemupukan Tanpa bahan organik Dengan 5 t jerami ha-1 Dengan 2 t pupuk kandang ha-1 Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl kg ha-1 PS-1 1 350 175 155 330 175 110 325 125 130 PS-2 2 250 100 80 230 100 30 225 50 50 TA-1 3 350 175 120 330 175 70 325 125 90 SL= satuan lahan

Pupuk urea diberikan tiga kali yaitu: pertama sebagai pupuk dasar, pada saat tanam sampai sebelum 14 hari setelah tanam sebanyak sepertiga bagian, kedua pada saat anakan aktif (23-28 hari setelah tanam) sebanyak sepertiga bagian, dan ketiga pada saat primordia (38-42 hari setelah tanam) sebanyak sepertiga bagian. Selain itu agar penggunaan pupuk urea efektif dan efisien dapat juga dilakukan dengan menggunakan bagan warna daun (BWD) menjelang pemupukan kedua dan ketiga dengan tujuan menghaluskan takaran pupuk yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara dalam tanah. Pupuk SP-36 diberikan sekaligus satu kali sebagai pupuk dasar bersamaan dengan pemberian pupuk urea pertama, sedangkan pupuk KCl dapat

(15)

diberikan dua kali yaitu pertama sebagai pupuk dasar sebanyak setengah bagian dan kedua pada saat primordia (38-42 hari setelah tanam) sebanyak setengah bagian lagi bersamaan dengan pemupukan pupuk urea ketiga. Jika menggunakan jerami atau pupuk kandang pemberiannya dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah dengan cara dicampur dan diaduk merata dengan tanah.

Selain penggunaan benih unggul baru dan hibrida serta penerapan rekomendasi pemupukan tersebut, alternatif teknologi lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produksi yang tinggi adalah penanaman dengan bibit muda (< 21 hari setelah semai), jumlah bibit 1-3 batang/lubang, sistem tanam jajar legowo 2:1 atau 4:1 dengan populasi minimum 250.000 rumpun ha-1, sistem pengairan berselang, pengendalian gulma secara terpadu, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT), sistem panen beregu dan pascapanen menggunakan alat perontok.

3.2. Teknologi Pemupukan Jagung

Tanaman jagung yang dapat dikembangkan di Desa Karangan Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang adalah jagung hibrida dengan varietas yang cukup banyak diantaranya Bissi I, Bissi 2, Bissi 7, Pionir P-11, P-12, P-22, CPI-1, CPI-2 dan sebagainya, yang mempunyai potensi produksi tinggi dengan rekomendasi pemupukan sebagaimana disajikan pada Tabel 4.

(16)

Tabel 4. Rekomendasi pemupukan jagung hibrida

Simbol Satuan

lahan

Rekomendasi pemupukan

Tanpa bahan organik Dengan 2 t pupuk kandang

ha-1 Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl ku ha-1 PS-1 1 200 250 100 175 200 70 PS-2 2 100 175 75 75 125 45 TS-1 3 200 250 75 175 200 45 TS-2 4 200 250 75 175 200 45

Pupuk urea dan KCl diberikan dua kali yaitu pertama sebagai pupuk dasar pada saat tanam sampai tanaman berumur < 10 hari setelah tanam sebanyak setengah bagian, dan pemupukan kedua pada saat vegetatif aktif (28-30 hari setelah tanam), sedangkan pupuk SP-36 diberikan sekaligus sebagai pupuk dasar bersamaan dengan pemupukan urea dan KCl ke-1. Cara pemupukan bisa dilarik atau ditugal sekitar 5-7 cm selain tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Jika menggunakan pupuk pandang maka pemberiannya dilakukan 7-10 hari sebelum tanam dengan cara dilarik pada barisan tanaman dan ditutup kembali dengan tanah.

Selain pemilihan varietas unggul atau hibrida dan penerapan rekomendasi pemupukan tersebut, alternatif teknologi lain untuk mendapatkan produksi yang tinggi adalah perlakuan benih dengan mencampur Ridomil (2 cc Ridomil untuk 1 kg benih), pengolahan tanah sampai gembur, penanaman dengan cara tugal dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm (1 tanaman/rumpun), pemberian Furadan/Indofur pada lubang tanaman sebanyak 10 butir per lubang (17 kg ha-1), pembumbunan pada barisan tanaman, pengendalian

(17)

gulma secara terpadu, serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu serta waktu panen yang cukup umur.

3.3. Teknologi Pemupukan Kedelai dan Kacang Tanah

Tanaman kedelai yang dapat dikembangkan di Desa Karangan Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang adalah varietas Orba, Lokon, Galunggung, Willis dan sebaginya yang mempunyai potensi produksi tinggi. Selain itu tanaman kacang tanah juga berpotensi untuk dapat dikembangkan dengan rekomendasi pemupukan sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekomendasi pemupukan kedelai dan kacang tanah

Simbol SL Tanaman

Rekomendasi pemupukan

Tanpa bahan organik Dengan 2 t pupuk

kandang ha-1 Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl ku ha-1 PS-2 2 Kedelai 50 150 100 25 100 70 Kc. tanah 30 90 40 15 40 10 TS-1 3 kedelai 150 200 100 15 150 70 Kc. tanah 50 100 40 25 50 10 SL= satuan lahan

Teknologi pemupukan tanaman kedelai dan kacang tanah adalah pupuk urea dan KCl diberikan dua kali yaitu pertama sebagai pupuk dasar pada saat tanam sampai tanaman berumur < 10 hari setelah tanam sebanyak setengah bagian, dan pemupukan kedua pada saat vegetatif aktif (25-28 hari setelah tanam), sedangkan pupuk SP-36 diberikan sekaligus sebagai pupuk dasar bersamaan

(18)

dengan pemupukan urea dan KCl pertama. Cara pemupukan bisa dilarik atau ditugal sekitar 5-7 cm selain tanaman, kemudian ditutup dengan tanah. Jika menggunakan pupuk pandang maka pemberian-nya dilakukan 7-10 hari sebelum tanam dengan cara dilarik pada barisan tanaman dan ditutup kembali dengan tanah.

Selain pemilihan varietas unggul dan penerapan rekomendasi pemupukan tersebut, alternatif teknologi lain untuk mendapatkan produksi yang tinggi adalah pengolahan tanah sampai gembur, penanaman dengan cara tugal dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm (2 tanaman/lubang) untuk kedelai dan 40 cm x 10 cm (1 tanaman/lubang), pemberian Furadan/Indofur pada lubang tanaman sebanyak 10 butir/lubang (17 kg ha-1), pengendalian gulma secara terpadu, serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu serta waktu panen yang cukup umur (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1985).

3.4. Teknologi Pemupukan Pisang

Tanaman pisang sudah banyak ditanami petani di Desa Karangan, tetapi tidak pernah dipupuk. Tanaman ini sangat potensial dikembangkan pada lahan kering di Desa Karangan Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang, karena selain bibit tersedia cukup banyak juga harga jual buahnya cukup tinggi. Untuk meningkatkan produksi tanaman ini perlu dipupuk, rekomendasi pemupukan sebagaimana disajikan pada Tabel 6.

(19)

Tabel 6. Rekomendasi pemupukan pisang

Umur Tanaman Kebutuhan pupuk

ZA SP-36 KCl Pukan g pohon-1 kg pohon-1 0-1 bulan 250 100 100 15-50 3-4 bulan 250 100 100 - 6-9 bulan 250 100 100 - 10-12 bulan 250 100 100 -

Catatan: Rekomendasi untuk satuan lahan 4 dan 5, sedangkan untuk satuan lahan 6 rekomendasi

Pupuk urea< SP-36 dan pukan sama dengan satuan lahan 4 dan 5, kecuali rekomendasi

Pupuk KCl berbeda yaitu 150 g pohon-1 setiap pemberian.

Setiap kali pemupukan pemberian pupuk dengan cara dibuat larikan sedalam 10-15 cm di sekeliling tanaman dengan jarak 60-75 cm dari batang, kemudian ditutup dengan tanah. Pupuk kandang diberikan dengan cara yang sama seperti pupuk anorganik.

3.5.Teknologi Pemupukan Tanaman Buah-Buahan

Tanaman buah-buahan yang potensial untuk dikembangkan di Desa Karangan Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang diantaranya mangga, durian. Untuk meningkatkan produksi tanaman tersebut perlu dilakukan upaya pemupukan, rekomendasi pemupukan sebagaimana disajikan pada Tabel 7.

(20)

Tabel 7. Rekomendasi pemupukan mangga dan durian Simbol Satuan lahan Tanaman Rekomendasi pemupukan ZA SP-36 KCl Pukan g pohon-1 TT-1 5 Mangga 1.300 1.300 750 1.000 Durian 500 500 110 500 TT-2 6 Mangga 1.300 1.300 1.000 750 Durian 500 500 200 1.000

Pupuk ZA, SP-36, dan KCl diberikan pada setiap pertengahan musim penghujan sedangkan pemberian pupuk kandang pada waktu akhir musim hujan. Cara pemberian pupuk dengan membuat larikan di sekeliling batang dengan jarak dari batang disesuaikan dengan lebar tajuk pohon dan dalam larikan 15-20 cm, pupuk ditabur pada larikan hingga merata, kemudian ditutup kembali dengan tanah.

(21)

IV. TEKNIK KONSERVASI TANAH DAN AIR

Perbaikan teknik konservasi tanah sangat diperlukan untuk peningkatan produktivitas tanah dan sekaligus menuju pertanian yang lestari. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan formulasinya diisajikan pada Lampiran 1 dan 2.

Penanaman tanaman penutup tanah

Teknik konservasi ini dimaksudkan selain untuk menambah bahan organik tanah, juga sebagai penghambat benturan langsung terhadap curah hujan (Departemen Pertanian, 2006; Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat, 1997). Dengan demikian erosi tanah pada lahan tegalan dan kebun campuran dapat dihambat. Tanaman penutup tanah dianjurkan menggunakan jenis legume, karena bahan organik yang dihasilkan cukup baik untuk keseimbangan hara tanah. Jenis tanaman penutup tanah yang dapat diterapkan adalah Centrosema sp, Puraria javanica, dan Arachis pintoi. Penanaman tanaman penutup tanah dapat dilakukan pada tegakan jati dan cengkih.

Bedengan

Perbaikan bedengan dilakukan agar bedengan cukup stabil dan dapat menahan erosi tanah. Untuk itu bedengan harus memotong lereng. Antar bedengan dibuat saluran air selebar 0,5 m. Setiap bedengan perlu dibuat saluran pembuangan air (SPA), agar aliran permukaan dan erosi dapat dihambat. Saluran pembuangan air dibuat setiap 25 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan.

(22)

Teras irigasi

Teras irigasi diperbaiki dengan cara memperkuat pematang sawah dengan penanaman rumput lokal, agar kedudukannya lebih stabil. Hal ini berguna agar penggunaan air lebih efisien.

Teras bangku

Teras bangku yang dibangun umumnya cukup stabil, hanya diperlukan perbaikan pada bibir dan tampingan teras. Agar teras bangku lebih stabil dan kuat menahan longsor dan erosi, perlu ditanam penguat teras seperti tanaman pakan ternak sebagai pengganti tanaman ubi kayu yang biasa ditanam pada bibir teras. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) banyak ditanam, karena desa ini merupakan unggulan sapi perah. Tanaman pakan ternak yang dapat dijadikan penguat bibir dan tampingan teras adalah

Setaria sp. dan Paspalum notatum. Penanaman tanaman penguat teras ini ditanam secara zigzag dengan jarak 25 cm. Selain itu setiap guludan, 25 m perlu dibuat saluran pembuangan (SPA).

Teras gulud

Teras gulud perlu disempurnakan dengan cara menanam tanaman penguat teras dan SPA. Penguat teras yang ditanam dapat berupa pakan ternak seperti rumput gajah, setaria, dan paspalum.

(23)

V. DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah Irigasi. Departemen Pertanian.

Badan Litbang Petanian. 2007a. Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/OT.149/1/2007. Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Padi sawah Spesifik Lokasi. Departemen Pertanian.

Balai Penelitian Tanah 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk Balittanah, Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2007. Sistem Pengelolaan Lahan Sesuai Harkat (SPLaSH) versi 1.02. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

BPTP Jawa Timur. 2007. Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis Prima Tani, Desa Karangan, Kecamatan Bareng, Jombang Jawa Timur

Departemen Pertanian, 2006. Pedoman Umum Budi daya Pertanian pada Lahan Pegunungan. Peraturan Menteri Pertanian: No. 46/Permentan/OT.140/10/2006.

Marsoedi, Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof dan E.R. Jordens. 1997. Pedoman klasifikasi landfrom. LT 5 Versi 3.0. Proyek LREP II,CSAR, Bogor.

Proyek Pengelola dan Konservasi DAS Nasional.1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Tim Pengendalian Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1985. Kedelai Badan Litbang Pertanian.

Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat. 1997. Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan air. Desember 1997.

Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. USDA, Natural Research Conservation Service. Ninth Edition. Washington D.C.

(24)

Kab. Jombang, Jawa Timur

Penggunaan Konservasi tanah Rekomendasi teknik konservasi tanah

Satuan Lereng lahan existing Maksimum proporsi Teknik konservasi Keterangan

lahan tanaman semusim tanah

1 2 3 4 5 6 7

% %

0 - 3 Sawah irigasi Teras irigasi 100 Teras irigasi diperbaiki, -

1 agar penggunaan air efisien

0 – 3 Kebun campuran _ 75 Penanaman tanaman -

2 penutup tanah

3 – 8 Kebun campuran

Bedengan tidak

permanen Bedengan dengan perbaikan

3 55 SPA -

8 – 15 Tegalan Teras gulud 100 Teras gulud perlu diperkuat -

4 dengan rumput gajah

8 – 15 Kebun campuran Teras bangku 40 Teras bangku dengan rumput Jati dan cengkih

5 miring keluar gajah yang ditanam pada banyak ditanam

tampingan dan bibir teras

15 – 25 Kebun campuran Teras bangku 10 Teras bangku dengan rumput Jati dan cengkih

6 gajah yang ditanam pada banyak ditanam

tampingan dan penanaman

(25)

Lampiran 2. Teknik konservasi

1. Perbaikan teras irigasi dengan cara memperkuat pematang dan tampingan sawah dengan tanaman rumput, agar kedudukan pematang lebih stabil dan penggunaan air lebih efisien (Balai Penelitian Tanah, 2007). Saluran pembagi air antar petak perlu dibuat dengan menggunakan bambu seperti dalam gambar. Saluran ini berguna untuk mengurangi erosi tanah pada pematang sawah.

Rumput lokal Rumput lokal

Gambar 2. Teras irigasi dengan

pematang dan tampingan yang ditumbuhi rumput lokal

Gambar 3. Saluran pembagi air antar petak sawah

2. Bedengan dibuat memotong lereng (Departemen Pertanian, 2006). Pada umumnya pembuatan bedengan digunakan untuk tanaman sayuran, sedangkan pada lokasi ini ditanam kacang tanah, jagung, dan bahkan ubi kayu. Antar bedengan dibuat saluran air selebar 0,5 m. Setiap bedengan perlu dibuat saluran pembuangan air (SPA), agar aliran permukaan dan erosi dapat dihambat. Saluran pembuangan air dibuat setiap 25 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan.

(26)

Gambar 4. Bedengan dengan saluran

3. Teras gulud adalah barisan guludan yang dilengkapi dengan saluran air di bagian belakang gulud. Metode ini dikenal pula dengan istilah guludan bersaluran. Bagian-bagian dari teras gulud terdiri atas guludan, saluran air, dan bidang olah (Gambar 5).

Gambar 5. Sketsa penampang samping teras gulud

Fungsi dari teras gulud hampir sama dengan teras bangku, yaitu untuk menahan laju aliran permukaan dan meningkat-kan penyerapan air ke dalam tanah (Departemen Pertanian, 2006; Proyek Pengelola dan Konservasi DAS Nasional, 1999). Saluran air dibuat untuk mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah ke saluran pembuangan air. Untuk meningkatkan

(27)

efektivitas teras gulud dalam menanggulangi erosi dan aliran permukaan, guludan diperkuat dengan tanaman penguat teras. Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai penguat teras bangku juga dapat digunakan sebagai tanaman penguat teras gulud. Sebagai kompensasi dari kehilangan luas bidang olah, bidang teras gulud dapat pula ditanami dengan tanaman bernilai ekonomi (cash crops), misalnya tanaman katuk, cabai rawit, dan sebagainya.

4. Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Pada usaha tani lahan kering, fungsi utama teras bangku adalah: (1) memperlambat aliran permukaan; (2) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak; (3) meningkatkan laju infiltrasi; dan (4) mempermudah pengolahan tanah. Rumput gajah (Pennisetum purpureum) banyak ditanam, karena desa ini merupakan unggulan sapi perah. Jenis pakan ternak yang dapat dijadikan penguat bibir dan tampingan teras adalah Setaria sp. dan Paspalum notatum. Penanaman tanaman penguat teras ini ditanam secara zig-zag dengan jarak 25 cm. Selain itu setiap 25 m guludan dibuat saluran pembuangan (SPA).

(28)

Rumput gajah ditanam pada tampingan teras Rumput gajah ditanam pada tampingan teras

Gambar 6. Penanaman rumput gajah pada tampingan teras Teras bangku + rumput gajah Teras bangku + rumput gajah

Gambar 7. Teras bangku dengan tampingan rumput gajah

Gambar

Gambar 1.  Peta penggunaan lahan Desa Karangan, Kec. Bareng,  Kab. Jombang
Tabel 2.  Status hara tanah lapisan atas (0-20 cm) di Desa  Karangan
Tabel 3.  Rekomendasi pemupukan padi sawah untuk padi  VUTB/Hibrida  Simbol SL  Rekomendasi pemupukan Tanpa bahan organik Dengan 5 t jerami ha-1 Dengan 2 t pupuk kandang ha-1 Urea   SP-36  KCl Urea  SP-36  KCl Urea  SP-36  KCl     kg ha-1 PS-1  1  350 175
Tabel 4.  Rekomendasi pemupukan jagung hibrida
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam rancang bangun dan uji kinerja perangkap panas yang bergerak mengikuti posisi matahari, dapat dibuat

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, (Glady Precillia Arindi), menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH RISIKO KREDIT, INTERMEDIASI

Dalam tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa rata rata kendaraan yang begerak di jalur poros Barru dari arah utara yaitu dari arah Kota Pare Pare ke arah selatan

Program Kelompok Masyarakat, Berdaya Saing, Dan Inovatif Sebagai Model Pembangunan Berbasis Partisipasi (RUKUN TETANGGA 004 RUKUN WARGA 004 KELURAHAN SETIARATU

SMA Katolik Santa Agnes Surabaya sudah berusaha untuk meningkatkan profesionalitas guru dan karyawannya, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kegiatan yang

1 03 06 01 Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi SKPD Tersusunnya Laporan Capaian Kinerja dan Iktisar Realisasi SKPD Kab. Akhir Tahun Kab. Akhir Tahun

Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyiapan bahan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur

Dengan memberikan bahan organik yang cukup dan menempatkannya secara tepat, cacing tanah dapat membuat liang di dalam tanah dan melakukan pengolahan tanah dengan mencampur bahan