• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105)."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia dilahirkan dengan sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi dan potensi yang harus dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhannya itu maka manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

Interaksi sosial adalah suatu proses sosial yang melibatkan dua atau lebih individu atau kelompok. Interaksi sosial melibatkan tindakan saling merespon perilaku seorang individu terhadap individu lain, dan selanjutnya, saling mempengaruhi satu sama lain.

Proses mempertimbangkan prilaku seorang individu terhadap individu lain, saling berharap (mutual expectation) muncul di antara pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi. Tiap-tiap individu mencoba melaksanakan apa yang akan dilakukan oleh orang lain, serta mencoba menyesuaikan perilakunya dengan harapan individu lain. Pola saling berharap ini lama-kelamaan akan menjdai norma yang diterima oleh individu-individu yang terlibat untuk menentukan keadaan interaksi mereka (Rahman, 2011:35).

Manusia sebagai makhluk sosial dan memiliki naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan lingkungan sosialnya, yang direfleksikan dengan ketergantungan antara manusia, termasuk di dalamnya yaitu anak-anak, namun sejalan dengan perkembangannya, tidak semua anak dapat berkembangsecara normal, pada masa perkembangannya seorang anak yang oleh sebab tertentu dapat mengalami hambatan sehingga aspek-aspek perkembangannya tidak berfungsi sebagaimana

(2)

2

anak yang lain seusianya.Anak-anak yang berkembang tidak seperti anak-anak pada umumnya disebut juga dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus salah satunya anak dengan hambatan perkembangan kecerdasan atau tunagrahita, tunarungu, tunawicara, tunanetra dan sebagainya.

Hambatan-hambatan yang dialami oleh anak-anak tersebut berimplikasi pada beberapa aspek kehidupan yang idealnya penting dimiliki seorang individu, salah satunya adalah interaksi sosial anak-anak tersebut cenderung sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Seperti yang kita tahu komunikasi dalam keluarga merupakan interaksi pertama yang dilakukan oleh seorang anak sebelum melakukan interaksi terhadap lingkungan sosial oleh karena itu komunikasi anak dan keluarga sangatlah penting, karena komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan keluarga.

Komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah komunikasi stimulis-respon pola ini menunjukan komunikasi sebagai suatu proses “aksi reaksi”. Tetapi akan berbeda cara komunikasi anak yang berkebutuhan khusus baik dengan keluarganya maupun dengan lingkungan sosial, karena anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan dalam berinterkasi, maka dari itu baik keluarga maupun lingkungan sosial perlu melakukan interaksi secara khusus dengan cara interaksi simbolik.

Anak berkebutuhan khusus yang ada di Kp. Dangdeur Kelurahan Surade Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi mencapai 3 orang. Dari jumlah 3 orang anak berkebutuhan khusus hampir semuanya memiliki hambatan dalam berinteraksi, selain itu adapula anak berkebutuhan khusus yang tidak bisa melihat

(3)

3

atau tunanetra itu semua akan menyebabkan sulitnya bagi anak berkebutuhan khusus dalam berinterkasi baik dalam lingkungan keluaraga maupun lingkungan sosialnya. Dari berbagai macam hambatan anak berkebutuhan khusus yang ada diKelurahan Surade Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi sangat berbeda-beda dalam mengatasinya. Tetapi tidak semua orang mengetahui cara mengatasi hambatan berinteraksi tersebut, tidak terkecuali orang tua, para orang tua tidak sepenuhnya mengetahui cara mengatasi hambatan dalam berinterksi tersebut, maka dari itu interaksi dengan anak berkebutuhan khusus akan terasa sulit.

Interaksi simbolik (symbolic interaction) berarti bentuk komunikasi dan interaksi yang khas dalam kehidupan manusia, yang melibatkan Bahasa dan gerak tubuh (gesture) simbolik. Sedangkan interaksionisme simbolik (symbolicinteractionism) adalah pendekatan dalam psikologi sosial yang menerangkan komunikasi linguistik dan gerak tubuh, khususnya menekankan peranan Bahasa dalam pembentukan pemikiran (mind), dan masyarakat. Oleh karena itu penelitian ini menarik untuk dilakukan, karena terdapat interaksi yang melibatkan anak berkebutuhan khusus (ABK) dengan lingkungan sosial. Padahal seperti yang diketahui bahwa tingkat kemampuan serta interaksi sosial terutama di antara anak berkebutuhan khusus (ABK) berbeda, terlebih kemampuan anak berkebutuhan khusus yang dibawah normal. Sehingga peneliti mengambil judul “Interaksi Anak Berkebutuhan Khusus Dengan Lingkungan Sosial (Studi Kasus di Kp Dangdeur KelurahanSurade Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi)”.

(4)

4 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, dapat dilakukanidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Anak berkebutuhan khusus memiliki kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkunagan keluarga, teman sebaya, masyarakat dan sekolah.

2. Anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

3. Kurangnya perhatian dari orang tua maupun lingkungan sekitar terhadap anak berkebutuhan khusus sehingga menyebabkan hambatan berinteraksi. 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dengan minat dan keterbatasan waktu yang tersedia agar permasalahan yang dibahas terarah, maka penulis batasi rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk interaksi antara anak berkebutuhan khusus dengan lingkungan sosialnya?

2. Apa saja hambatan-hambatandalam proses interaksi tersebut? 3. Bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut?

(5)

5

Berdasarkan Pada uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk interaksi antara anak berkebutuhan khusus dengan lingkungan sosialnya.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam proses interaksi tersebut. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

1.5 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi perkembangan ilmu sosiologi, khususnya dalam konteks interaksi antar anak berkebutuhan khusus dengan lingkungan sosialnya.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dalam penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pihak pemerintah Kelurahan, lingkungan sosial seperti keluarga, teman sebaya, sekolah, serta masyarakat luas secara umum untuk memandang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) secara bijaksana untuk hidup berdampingan dengan masyarakat.

(6)

6

Kerangka pemikiran merupakan sebuah bagan atau alur kerja dalam memecahkan permasalahan penelitian. Kerangka kerja tersebut dimulai dari permasalahan sampai pencapaian tujuan. Dalam alur pikir atau alur kerja tersebut, hendaknya terlihat kedudukan dan fungsi landasan teori.

Manusia sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dan tidak bisa dilepaskan dari keberadaan manusia lainnya. Dalam istilah Antropologi, manusia sering dikategorikan jenis makhluk yang secara kolektif selain makhluk hidup lain seperti juga binatang melalui proses hidup bersama. Manusia belajar dengan akalnya sehingga mampu mengkonsepsikan dirinya serta peristiwa yang terjadi terhadap diri dan masyarakat (Koentjaraningrat, 1990: 135).

Manusia tidak terlepas dari proses interaksi sosial, dan bentuk umum dari proses sosial itu adalah interaksi sosial, oleh karena itu interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktiviats sosial. Menurut Kimbal Young interaksi sosial meupakan kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama, sedangkan Boner, mengemukakan interaksi sosial adalah sutau hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki kelakuan individu lain atau sebaliknya (Abidin dan Ahmad, 2002:107).

Hubungan antar manusia dengan manusia lainnya tidak terlepas dari suatu komunikasi. Komunikasi ini terjadi pada proses sosial yang berupa interaksi sosial yang merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial, dimana didalamnya terjadi hubungan sosial yang dinamis antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok

(7)

7

manusia. Apabila ada dua orang bertemu, maka pada saat itulah interaksi terjadi. Mereka akan saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, bahkan berkelahi. Aktivitas seperti itulah dikatakan sebagai interaksi sosial (Soekanto, 2004: 67).

Interaksi terjadi karena adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak berasal dari Bahasa latin yaitu con dan cum yang artinya bersama-sama, dan tango yang artinya menyentuh, jadi secara harfiah kontak berarti bersama-sama menyentuh, jadi secara fisik, kontak baru terjadi bila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial, itu tidak perlu berarti sebagai hubungan badaniah, karena individu dapat melakukan hubungan dengan orang lain tanpa perlu menyentuhnya, misal dengan berbicara dengan pihak lain (Soekanto, 2007:58-60).

Sedangkan komunikasi sendiri adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran terhadap perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah, atau sikap) dan perasaan-perasaan apa yang akan disampaikan oleh orang tersebut. Jadi interaksi sosial akan terjadi apabila ada kontak sosial dan komunikasi.D.A. Willa Huki mengemukakan beberapa aspek interaksi sosial: pertama tanpa kontak sosial interaksi mungkin tidak ada, kontak sosial berbeda dengan kontak fisik, karena kontak sosial hanya terjadi apabila ada respon timbal balik dan penyesuaian tingkah laku secara badaniah terhadap tindakan-tindakan orang lain. Kedua, komunikasi merupakan dasar dalam interaksi sosial, karena tanpa interaksi manusia tidak saling memberi reaksi satu sama lain. Ketiga, struktur sosial merupakan konteks bagi terciptanya interaksi sosial dan struktur masyarakat, dimana struktur itu didalamnya terkandung norma-norma sosial, peranan, status, dan nilai yang menentukan tingkah laku selama terjadi interaksi. Keempat,interaksi

(8)

8

sosial menyatakan dirinya dalam beberapa tipe bentuk permasalahannya (Denuri, 2005:29).

Proses interaksi sosial dalam kehidupan sosial akan terjadi sangat erat dengan serangkaian pertemuan dan hubungan sosial. Baik berupa kegembiraan atau kekecewaan. Struktur sosial atau institusi sosial merupakan bentuk atau interaksi yang sudah mapan, dan mengkonfrontasikan individu sebagai suatu kenyataan objek dimana individu harus menyesuaikan dirinya. Bentuk interaksi sosial yang terjadi akan menimbulkan pola bentuk interaksi yang berupa kerjasama (cooperation) yaitu bentuk interaksi sosial untuk mencapai suatu tujuan bersama dimana terdapat saling bantu dan saling menolong dalam pelaksanaan kerja sama tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pendapat yang sama dalam komunikasi. Persaingan (competition) yaitu suatu bentuk perjuangan sosial secara damai yang terjadi apabila kedua belah pihak berlomba untuk mencapai tujuan. Pertentangan (conflict) yaitu bentuk interaksi sosial dimana terjadi usaha-usaha pihak yang satu menajtuhkan pihak yang lain, atau mengeyahkan saingannya karena perbedaan pendapat (Soedjono, 1982:112).

Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku, interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika adanya kesadaran atas pribadi masing-masing, maka proses sosial itu tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Didalam kehidupan sehari-hari tentunya manusia tidak dapat lepas dari

(9)

9

hubungan antara satu dengan yang lainnya, ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Tidak semua manusia dapat berinteraksi dengan sempurna ada juga karena memiliki kekurangan yang menyulitkan dalam berinteraksi misalnya seperti anak yang berkebutuhan khusus yaitu anak yang berbeda dengan anak yang lainnya contohnya anak yang memiliki kekurangan dalam berbicara atau tunawicara mereka harus berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol atau Bahasa isyarat. Seperti pada anak berkebutuhan khusus di Kelurahan Surade mereka cenderung kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya baik di dalam keluarganya, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat di lingkungan sekitarnya dengan klasifikasi yang berbeda-beda maka cara berinteraksinya harus menggunakan gerak tubuh atau simbol-simbol.

Interaksi simbolik (symbolic interaction) berarti bentuk komunikasi dan interaksi yang khas dalam kehidupan manusia, yang melibatkan Bahasa dan gerak tubuh (gesture) simbolik. Sedangkan interaksi simbolik adalah pendekatan dari psikologi sosial yang menerangkan komunikasi linguistik dan gerak tubuh, khususnya menekankan peranan Bahasa dalam pembentukan pemikiran (mind), diri (self), dan masyarakat.Perlu ditegaskan bahwa interaksionisme simbolik bukan satu perspektif yang bersatu dalam arti kata mewakili satu himpunan anggapan dan konsep yang diterima oleh semua orang yang menggunakan pendekatan itu. Yang disebut “symbolic interactionist” tidak begitu suka menerima sebutan itu. Mereka lebih suka dianggap sebagai peneliti yang bebas. Namun begitu, terdapat beberapa sifat pendekatan yang lain.

(10)

10

Pertama, pendekatan interaksionisme simbolik menganggap bahwa

pengelolaan kehidupan sosial itu berasal dari masyarakat itu sendiri dan merupakan hasil proses interaksi di kalangan anggota masyarakat. Ia tidak menerima ide bahwa bentuk organisasi sosial ditentukan oleh pengaruh factor eksternal seperti ekonomi dan geografi.

Kedua, para pendukung atau yang menggunakan pendekatan ini tidak melihat masyarakat sebagai sistem yang integral. Sebaliknya masyarakat dianggap sebagai susunan yang agak longgar, yang terdiri dari kelompok-kelompok yang beraneka ragam pekerjaan, etnik, ras, kelas, politik, agama dan sebagainya. Tidak adakelompok yang paling dasar dalam masyarakat. Kegiatan masyarakat melibatkan interaksi dan hubungan antar kelompok yang beraneka ragam.

Sifat Ketigadapat dirumuskan dengan kata-kata W.I. Thomas yang menyatakan, “Sekiranya manusia mendefinisikan suatu situasi sebagai benar, maka situasi itu akan menjadi benar pada akhirnya”. Dengan kata lain, pendekatan interaksionisme simbolik menekankan proses dimana anggota-anggota masyarakat melihat dan menafsirkan situasi dan kedudukan mereka dalam masyarakat.

Keempat, interaksionisme simbolik menekankan “actor’s point of view”atau pandangan dan pikiran aktor. Pendekatan ini mencoba membicarakan ide dan pikiran yang dinyatakan oleh aktor dalam interaksi sosial mereka, diikuti pula dengan usaha untuk memahami idedan pikiran tersebut, dari sudut pandangan orang yang terlihat, bukan dari perspektif peneliti atau pengamat dari luar (Rahman, 2011:36-37).

(11)

11

Interaksi simbolik merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa manusia membentuk makna melalui proses komunikasi. Teori interaksi simbolik berfokus pada pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki individu berdasarkan interaksi dengan individu lain.

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimiliki, Anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Karena manusia adalah makhluk sosial yang berinteraksi dan tidak bisa dilepaskan dari keberadaan manusia lainnya maka dari itu anak berkebutuhan khusus juga tidak hanya berinteraksi dengan keluarganya saja mereka juga memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, agar mereka tidak merasa sendirian misalnya di usia anak-anak terkadang membutuhkan teman sebaya untuk bermain, Sekolah untuk mereka belajar, masyarakat sekitar, karena sebagai manusia dan lingkungan sosial itu suatu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan.

(12)

12

Lingkungan sosial adalah interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya, atau lingkungan yang terdiri dari mahluk sosial yaitu manusia. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang, dan terjadilah interaksi antara orang atau masyarakatdenganlingkungannya.

Dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas dari latar belakang masalah sampai dengan kerangka pemikiran, maka penulis dapat menyusunnya dalam bentuk skema sebagai berikut:

GAMBAR 1

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

INTERAKSI SOSIAL INTERAKSI SIMBOLIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) LINGKUNGAN SOSIAL

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di peroleh, maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Rawat Jalan Pusat

Penelitian yang telah dilakukan diatas memiliki kemungkinan untuk dikembangkan dengan mengubah subjek penelitian dengan perbedaan yang lebih kompleks lagi, dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Laporan Keuangan untuk Meningkatkan Kinerja Keuangan Perusahaan. Metode dalam penelitian ini penulis menggunakan

Menurut Lee dan Liu (2007), kepuasan kerja berhubungan negatif dengan intensi karyawan untuk keluar dari perusahaan. 3) Produktivitas rendah: kebanyakan orang percaya

Jones dan Prusky (2002) melaporkan bahwa beberapa khamir antagonis juga telah dilaporkan efektif untuk menghambat patogen pascapanen pada beberapa buah-buahan dan

Program Kerja Ta’mir Masjid “Baitus Salam” pada dasarnya adalah merupakan amanah organisasi yang harus dilaksanakan oleh pengurus sesuai dengan kemampuan dan sumber

Spesies Rana chalconata dengan deskripsi panjang badan 42, 20 mm (individu) katak bertubuh ramping, kepala lebih mengarah pada panjang dan lebar badan, moncong

Menurut Dirasutisna & Hasan (2005), litologi di Pulau Weh terdiri dari batuan Tersier dan Kuarter yang dibedakan menjadi 4 kelompok batuan utama, yaitu Kelompok Batuan