• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT MELEK POLITIK WARGA dalam PEMILU LEGISLATIF serta PEMILU PRESIDEN dan WAKIL PRESIDEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT MELEK POLITIK WARGA dalam PEMILU LEGISLATIF serta PEMILU PRESIDEN dan WAKIL PRESIDEN"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT MELEK

POLITIK WARGA

dalam PEMILU

LEGISLATIF serta

PEMILU

PRESIDEN dan

WAKIL PRESIDEN

(Riset terhadap tingkat melek politik warga Kabupaten

Magelang dalam Pemilu Legislatif serta Pemilu Presiden &

Wakil Presiden 2014)

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KABUPATEN MAGELANG

2015

(2)

2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah…puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena dengan ijin Dia-lah penelitian mengenai “Tingkat Melek Politik Warga dalam Pemilu Legislatif serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden” ini dapat dilaksanakan dengan lancar dan dapat dilaporkan sebagaimana adanya. Tidak lupa ucapan terimakasih kami berikan pula kepada Komisi Pemilhan Umum Kabupaten Magelang yang telah memberikan kesempatan dan mendukung kepada kami untuk melakukan penelitian ini.

Penelitian ini pada hakekatnya adalah mengukur tingkat melek politik warga Kabupaten Magelang pada masa Pemilu Legislatif serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014. Tingkat melek politik tersebut diukur dari pengetahuan warga terhadap latar belakang, rekam jejak serta visi misi para kontestan pemilu. Secara umum, tingkat melek politik warga juga ditinjau dari sudut pandang warga dalam menafsirkan makna Pemilu itu sendiri.

Melalui hasil penelitian ini pembaca dapat melihat bagaimana tingkat melek politik warga Magelang dalam memaknai PEMILU, memandang para kontestan dalam Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta bagaimana perilaku warga dalam memilih kontestan tersebut. Tidak lupa, kami paparkan pula saluran-saluran informasi apa saja yang menyuplai informasi kepada warga seputar para kontestan Pemilu Legislatif serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Pada akhirnya, kami selaku tim peneliti berharap agar out put yang dihasilkan dari penelitian ini, dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang ingin melakukan kajian serupa dalam bingkai akademis atau secara praktis akan melakukan pendidikan politik kepada warga di Kabupaten Magelang guna meningkatkan tingkat melek politik mereka.

Tim Penulis

Magelang, 2015

(3)

3 DAFTAR ISI Judul ……….…..……. 1 Kata Pengantar ……….……. 2 Daftar Isi ………... 3 Daftar Tabel ………....….………4 Daftar Chart ………....….. 5

I. Profil Kabupaten Magelang ………...….… 6

1.1. Demografi………. 6 1.2. Geografi ………..……. 6 1.3. Batas Wilayah ……… 7 1.4. Pembagian Administratif ………..…... 7 1.5. Adat-Istiadat ..………..… 7 1.6. Transportasi ………..… 7

II. Tingkat Partisipasi Politik Warga Kabupaten Magelang ……… 8

2.1. Tingkat partisipasi warga dalam Pemilu Legislatif ………...… 9

2.2. Tingkat partisipasi warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden …………... 13

III. Tingkat Melek Politik Warga Kabupaten Magelang ……….……. 16

3.1. Pemilu dalam pandangan warga Kabupaten Magelang ……… 17

3.2. Tingkat melek warga dalam Pemilu Legislatif ...……….……….19

3.2.1.Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif tingkat kabupaten … 20 3.2.2. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif tingkat provinsi …… 23

3.2.3. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif tingkat pusat …….. 27

3.3. Tingkat melek warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden ……… 31

IV. Saluran Informasi Politik Warga Kabupaten Magelang ……… 36

4.1. Saluran informasi mengenai calon legislatif ……… 37

4.1.1. Saluran informasi calon legislatif kabupaten ……… 37

4.1.2. Saluran informasi calon legislatif provinsi ……….….…… 38

4.1.3. Saluran informasi calon legislatif pusat ……….….. 39

4.2. Saluran informasi mengenai calon Presiden dan Wakil Presiden ……… 40

V. Faktor yang Mendorong Pilihan Politik ……… 42

5.1. Faktor yang mendorong pilihan politik dalam pemilihan pemilu legislatif ……… 42

5.1.1. Faktor yang mendorong pillihan terhadap calon legislatif kabupaten …… 42

5.1.2. Faktor yang mendorong pillihan terhadap calon legislatif provinsi ……… 44

5.1.3. Faktor yang mendorong pillihan terhadap calon legislatif pusat ……….…. 45

5.2. Faktor yang mendorong pilihan politik dalam pemilihan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden …...46

VI. Strategi Meningkatkan Melek Politik Warga Kabupaten Magelang ……… 48

6.1. Mengontrol informasi politik ……… 49

6.2. Membuka saluran informasi edukasi politik secara luas ……… 50

6.3. Memperdalam informasi mengenai sistem, proses dan profil kontestan ……... 50

6.4. Mendorong muatan positif dalam edukasi politik ………. 50

(4)

4

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tingkat Partisipasi Warga dalam Pemilu Legislatif...10

Tabel 2.2. Tingkat Partisipasi Warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden...13

Tabel 3.1. Tingkat melek politik warga mengenai PEMILU ……….…..19

Tabel 3.2. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif ………....19

Tabel 3.3. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif tingkat Kabupaten ……… 20

Tabel 3.4.Tingkat pengetahuan warga terhadap latar belakang calon legislatif tingkat Kabupaten ... 20

Tabel 3.5. Tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon legislatif tingkat Kabupaten... 22

Tabel 3.6. Tingkat pengetahuan warga terhadap visi misi calon legislatif tingkat Kabupaten ... 23

Tabel 3.7. Tingkat melek politik warga terhadap visi misi calon legislatif tingkat Provinsi ……… 24

Tabel 3.8. Tingkat pengetahuan warga terhadap latar belakang calon legislatif tingkat provinsi ………... 24

Tabel 3.9. Tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon legislatif tingkat provinsi.. 25

Tabel 3.10. Tingkat pengetahuan warga terhadap visi misi calon legislatif tingkat provinsi.…… 27

Tabel 3.11. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif tingkat pusat.……….….. 28

Tabel 3.12. Tingkat pengetahuan warga terhadap latar belakang calon legislatif tingkat pusat 28 Tabel 3.13. Tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon legislatif tingkat pusat ... 29

Tabel 3.14. Tingkat pengetahuan warga terhadap visi misi calon legislatif tingkat pusat …….. 30

Tabel 3.15. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden ... 31

Tabel 3.16. Tingkat pengetahuan warga terhadap latar belakang calon Presiden dan Wakil Presiden... 32

Tabel 3.17. Tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon Presiden dan Wakil Presiden ………...…….... 33

Tabel 3.18. Tingkat pengetahuan warga terhadap visi misi calon Presiden dan Wakil Presiden ……….………... 34

(5)

5

DAFTAR CHART

Chart 2.1. Partisipasi warga dalam pemilu legislatif ………..….. 9

Chart 2.2. Partisipasi warga dalam pemilu legislatif tingkat kabupaten, provinsi dan pusat …. 10 Chart 2.3. Alasan warga berpartisipasi dalam pemilu legislatif ………..…... 12

Chart 2.4. Alasan warga tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif ………..… 12

Chart 2.5. Partisipasi warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden ………... 13

Chart 2.6. Alasan warga berpartisipasi dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden …………... 14

Chart 2.7. Alasan warga tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif ………..….. 15

Chart 3.1. Persepsi warga mengenai PEMILU ………..…… 18

Chart 3.2. Latar belakang calon legislatif tingkat kabupaten yang diketahui ………..……….. 21

Chart 3.3. Rekam jejak calon legislatif tingkat kabupaten yang diketahui ………... 22

Chart 3.4. Visi misi calon legislatif tingkat kabupaten yang diketahui ………... 23

Chart 3.5. Latar belakang calon legislatif tingkat provinsi yang diketahui ………... 25

Chart 3.6. Rekam jejak calon legislatif tingkat provinsi yang diketahui ………... 26

Chart 3.7.Visi misi calon legislatif tingkat provinsi yang diketahui ………... 27

Chart 3.8. Latar belakang calon legislatif tingkat pusat yang diketahui ………29

Chart 3.9. Rekam jejak calon legislatif tingkat pusat yang diketahui ………... 30

Chart 3.10. Visi misi calon legislatif tingkat pusat yang diketahui ………...….. 31

Chart 3.11. Latar belakang calon Presiden dan Wakil Presiden yang diketahui ……… 33

Chart 3.12. Rekam jejak calon Presiden dan Wakil Presiden yang diketahui ……… 34

Chart 3.13. Visi misi calon Presiden dan Wakil Presiden yang diketahui ……… 35

Chart 4.1. Saluran informasi calon legislatif tingkat kabupaten ………..… 37

Chart 4.2. Saluran informasi calon legislatif tingkat provinsi ………..….. 39

Chart 4.3. Saluran informasi calon legislatif tingkat pusat ………..… 40

Chart 4.4. Saluran informasi calon Presiden dan Wakil Presiden ………... 41

Chart 5.1. Faktor yang mendasari warga dalam memilih calon legislatif tingkat kabupaten ..…..44

Chart 5.2. Faktor yang mendasari warga dalam memilih calon legislatif tingkat provinsi ...…...45

Chart 5.3. Faktor yang mendasari warga dalam memilih calon legislatif tingkat pusat ……... 46

(6)

6

BAB I

PROFIL KABUPATEN MAGELANG

1.1 Demografi

Jumlah dan pertumbuhan penduduk merupakan indikator yang menunjukkan tentang keadaan komposisi distribusi dan kecepatan pertambahan penduduk di suatu daerah. Yang dapat membantu pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan dan program pembangunan. Hasil dari Sensus tahun 2000 Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang 1.100.265 jiwa, sedangkan Hasil Sensus 2010 Penduduk Kabupaten Magelang mencapai 1.181.723 Jiwa. Dari Kurun Waktu 10 Tahun penduduk Kabupaten Magelang meningkat dengan pertumbuhan 0,72% per tahun. Menurut data Kabupaten Magelang Dalam Angka 2013 jumlah penduduk Kabupaten Magelang sejumlah 1.219.371 jiwa. Penyebaran penduduk yang terpadat Kecamatan Mertoyudan mempunyai jumlah penduduk terbanyak 109.147 jiwa atau sekitar 8,95 persen dari total penduduk di Kabupaten Magelang, dengan kepadatan penduduk sebesar 2.310 jiwa/Km2, Jumlah penduduk terkecil Kecamatan Kajoran 51.477 jiwa kepadatan 617 jiwa/km2 .

1.2 Geografi

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa Tengah yang letaknya antara 110”01’51” dan 110 26’58” Bujur Timur dan antara 7 19 13 dan 7 42 16 Lintang selatan. Kabupaten Magelang mempunyai luas wilayah 108.573 Ha, dengan luas yang terbesar adalah kecamatan Kajoran, yaitu 8,341 Ha atau 7,68% dari luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan. Sedangkan luas wilayah terendah adalah kecamatan Ngluwar, luas wilayahnya sebesar 2.244 Ha atau 2,06% dari luas Kabupaten Magelang secara keseluruhan.

1.3 Batas Wilayah

Ibu Kota Kabupaten Magelang adalah Kota Mungkid yang terletak di Kecamatan Mungkid. Kabupaten Magelang, berbatasan dengan Kabupaten Temanggung di utara, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali di timur, Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan, serta Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Purworejo di barat. Magelang berada di cekungan

(7)

7 sejumlah rangkaian pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Boyolali terdapat Gunung Merbabu (3.141 meter dpl) dan Gunung Merapi (2.911 m dpl). Bagian barat (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo) terdapat Gunung Sumbing (3.371 m dpl). Di bagian barat daya terdapat rangkaian Bukit Menoreh. Bagian tengah mengalir Kali Progo beserta anak-anak sungainya menuju selatan. Di Kabupaten Magelang terdapat Kali Elo yang membelah dua wilayah ini.

1.4 Pembagian Administratif

Wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Magelang tahun 2012 terdiri dari 21 kecamatan, 372 desa /kelurahan, 2.741 dusun/lingkungan dan 10.929 rukun tetangga (RT). Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Mungkid. Beribu kota di Kota Mungkid luas wilayah 1.085,73 km2 jumlah penduduk 1.219.371 jiwa kepadatan 1.054 jiwa/km2.

1.5 Adat - Istiadat

Kondisi sosial kemasyarakatan di Kabupaten Magelang tidak bisa dilepaskan dari karakteristik lingkup budaya Negari Gung, yang terpengaruh oleh tradisi Kraton Yogyakarta sehingga sifat kegotongroyongan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat sangat menonjol. Sebagai perwujudannya adalah media kesenian yang mencerminkan budaya masyarakat Kabupaten Magelang antara lain Topeng Ireng, Kubro, Jathilan, Dayakan, Kuntulan dan lain lain.

1.6Transportasi

Magelang berada di jalur strategis yang menguhubungkan dua ibu kota provinsi: Semarang-Yogyakarta. Kota Mungkid, ibu kota kabupaten ini, berada sekitar 10 km sebelah selatan Kota Magelang. Mungkid dulunya adalah kota kecamatan yang kemudian dikembangkan menjadi ibu kota baru kabupaten ini, menggantikan Kota Magelang. Secang merupakan persimpangan jalan negara Semarang-Yogyakarta dengan jalan provinsi menuju Temanggung. Dahulu Magelang dilalui jalur kereta api yang menghubungkan Semarang-Yogyakarta, bahkan merupakan salah satu jalur kereta api tertua di Indonesia.

(8)

8

BAB II

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK WARGA KABUPATEN MAGELANG

Pada tahun 2014, Indonesia menyelenggarakan pesta demokrasi untuk pemilihan anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten, DPD serta pemilihan Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2014-2019. Seluruh warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih dan memiliki hak sebagai pemilih memperoleh kesempatan untuk menyalurkan hak politiknya di TPS-TPS yang telah tersedia. Setiap warga berhak untuk memilih anggota legislatif yang sesuai dengan pilihannya, termasuk juga presiden dan wakil presiden.

Secara langsung, keterpilihan kontestan pemilu berkaitan dengan tingkat partisipasi warga dalam bilik suara. Secara tidak langsung, kualitas setiap anggota legislatif maupun presiden dan wakil presiden yang terpilih akan merepresentasikan tingkat melek politik dari warga negara yang menjadi konstituennya. Tingkat melek politik warga, akan mempengaruhi kualitas pemimpin yang dipilih.

Berkenaan dengan partisipasi dalam pemilihan, partisipasi warga dapat dipilah dalam dua hal utama, yaitu :

1. pertama partisipasi dalam pemilu Legislatif (Pileg) dan

2. kedua partisipasi dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres)

Bentuk partisipasi warga dalam masing-masing pemilu tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, terutama dalam tingkat partisipasinya.

Setiap warga, baik yang berpartisipasi dalam pemilu ataupun warga yang tidak berpartisipasi dalam pemilu memiliki alasan tersendiri sehingga memutuskan berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif maupun juga Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

Perkembangan tingkat partisipasi warga, apapun alasanya dalam berpartisipasi, sepertinya telah sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Diamond, Linz dan Lipset (1995) bahwa perkembangan partisipasi telah berjalan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam

(9)

9 sebuah negara demokrasi, yaitu adanya kompetisi, partisipasi politik, kebebasan sipil dan politik, termasuk perkembangan partisipasi warga Kabupaten Magelang dalam pemilu tahun 2014. Lalu bagaimana tingkat partisipasi warga Kabupaten Magelang dalam pemilu tersebut?.

2.1. Tingkat partisipasi warga dalam Pemilu Legislatif

Dari survei yang telah dilakukan, partisipasi warga dalam pemilu legislatif sangat besar. 90% responden Kabupaten Magelang berpartisipasi dalam pemilu legislatif. Sisanya sebesar 10% tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif yang telah digelar. Dengan kompleksitas demografi, psikografi dari warga Kabupaten Magelang, maka jumlah tersebut sangat besar.

Jika melihat alasan berpartisipasi, maka terdapat beberapa hal yang yang mempengaruhi daya dorong warga untuk berpartisipasi dalam pemilu legislatif tersebut sehingga sangat bervariasi alasan responden berpartisipasi.

Chart 2.1.

Partisipasi warga dalam pemilu legislatif

Dari 90% responden yang berpartisipasi dalam Pemilu Legislatif tersebut di atas, jika diukur dengan indeks partisipasi dengan skor 1.00 – 2.00, maka indeks partisipasi warga Kabupaten Magelang dalam pemilu legislatif berada dalam skor indeks 1.90 atau dalam persepsi partisipasi TINGGI.

Ya 90% Tidak

10%

(10)

10 Tabel 2.1.

Tingkat Partisipasi Warga dalam Pemilu Legislatif Persepsi

Partisipasi Nilai Interval Tingkat Partisipasi

Tinggi 1.51-2.00 1.9

Rendah 1.00 - 1.50

Jika partisipasi warga dipilah kembali berdasarkan tingkat pemilihan anggota legislatif, yaitu tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi dan tingkat pusat, maka ada perbedaan angka partisipasi antara jumlah partisipasi untuk pemilihan calon legislatif tingkat kabupaten, dengan partisipasi pemilihan calon anggota legislatif tingkat provinsi dan pusat, sebagaimana dipaparkan dalam chart di bawah ini:

Chart 2.2.

Partisipasi warga dalam pemilu legislatif tingkat kabupaten, provinsi dan pusat

Sebagaimana data yang ada dalam Chart di atas, bahwa partisipasi warga dalam Pemilu Legislatif untuk pemillihan calon legislatif tingkat provinsi dan tingkat pusat lebih kecil daripada partisipasi warga untuk pemilihan calon legislatif tingkat kabupaten.

Data di atas mengindikasikan bahwa tingkatan pemilihan yang memiliki jarak lebih dekat dengan warga/konstituen, maka memiliki peluang dorongan partisipasi yang besar pula dari warga. Sebaliknya, semakin luas jangkauan wilayah konstituen seperti dalam pemilihan anggota

88%

73% 73%

Caleg tingkat kabupaten Caleg tingkat provinsi Caleg tingkat pusat

(11)

11 legislatif tingkat provinsi dan tingkat pusat, maka peluang untuk menarik warga agar berpartisipasi semakin lebih kecil.

Fakta ini sangat menarik bagi para kontestan pemilu legislatif yang mencalonkan diri di tingkat provinsi dan pusat. Upaya untuk memperebutkan suara konstituen sedikit lebih longgar dibandingkan upaya memperebutkan suara warga untuk tingkat pemilihan kabupaten.

Dari hasil riset yang telah dilakukan kepada warga di Kabupaten Magelang, setidaknya ada dua alasan mengapa mereka berpartisipasi, yaitu sebagai berikut:

Pertama, yaitu alasan karena ingin menggunakan hak pilih. Data di bawah

menunjukkan bahwa terdapat 72% warga berpartipasi karena mereka ingin menggunakan hak pilihnya berdasarkan kesadaran diri sendiri. Kelompok partisipan ini lepas dari intervensi kepentingan personal atau kelompok manapun, meskipun ada kemungkinan kelompok partisipan ini mendapat suplai informasi dari berbagai pihak sebelumnya.

Kedua, yaitu partisipan yang yang memiliki alasan dari dirinya, namun bersumber

dari luar dirinya. Diantaranya berasalan diajak oleh saudara atau tetangga sebesar 15%, mendapatkan perintah dari organisasi yang diikuti sebesar 2% maupun diajak oleh tim sukses kontestan sebesar 1%.

Data tersebut menunjukkan adanya warga Kabupaten Magelang yang memiliki kesadaran diri untuk menggunakan hak pilih sudah lebih banyak daripada warga yang masih rendah kesadaran atas dirinya untuk menggunakan hak pilihnya. Ke depan, ajakan berpartisipasi melalui jaringan kedekatan personal maupun kelembagaan tetap harus terus diupayakan. Dengan catatan, ada keleluasaan kepada setiap warga untuk memutuskan dan menetapkan pilihannya.

(12)

12 Chart 2.3.

Alasan warga berpartisipasi dalam pemilu legislatif

Namun demikian diantara warga yang berpartisipasi tersebut, masih terdapat warga yang tidak berpartisipasi. Sebagaimana tergambar dari 10% responden yang tidak berpartisipasi dalam Pemilu Legislatif.

Merujuk hasil temuan riset, terdapat 5% responden tidak berpartisipasi dalam Pemilu Legislatif berasalan memilih bekerja. 2% beralasan karena tidak mengetahui rekam jejak dari kontestan Pemilu Legislatif, dan masing-masing 1% responden beralasan karena sakit, calon legislatif ingkar janji memberikan “amplop” dan tidak percaya dengan kualitas calon legislatif.

Chart 2.4.

Alasan warga tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif 10%

1% 2%

15%

72%

Tidak berpartisipasi pileg Diajak oleh Timses Perintah dari organisasi yang diikuti Diajak saudara atau tetangga Inisiatif pribadi menggunakan hak pilih

Alasan berpartisipasi dalam Pileg

90% 1% 1% 1% 2% 5%

Berpartisipasi dalam pileg Tidak percaya kualitas caleg caleg ingkar janji beri amplop Berada di RS Tidak mengetahui track record caleg Memilih bekerja

(13)

13

2.2. Tingkat partisipasi warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Sementara itu untuk partisipasi warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014, menunjukkan angka penurunan partisipasi dari angka partisipasi dalam Pemilu Legislatif, seperti tergambar dalam Chart berikut ini:

Chart 2.5.

Partisipasi warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Data di atas menunjukkan ada penurunan sebesar 2% pada angka partisipasi warga di Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2015. Jika dilakukan pembobotan terhadap angka partisipasi warga Kabupaten Magelang dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, maka indeks partisipasi warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden masuk dalam kategori “TINGGI” dengan indeks partisipasi 1.7 seperti dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.2.

Tingkat Partisipasi Warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Persepsi

Partisipasi Nilai Interval Tingkat Partisipasi

Tinggi 1.51-2.00 1.7

Rendah 1.00 - 1.50

Dilihat dari alasan berpartipasi dari, 71% responden beralasan berpartisipasi dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden karena dorongan dari dirinya sendiri untuk menggunakan hak

Ya 88% Tidak

12%

(14)

14 pilihnya. Sementara itu 16% responden menyatakan berpartisipasi karena diajak oleh saudara atau tetangga dan 1% warga berasalan karena diajak oleh tim sukses.

Membaca berbagai latar belakang dalam berpartisipasi tersebut, artinya angka kesadaran diri warga untuk berpartisipasi mayoritas karena warga sudah memiliki kesadaran untuk menggunakan hak pilihnya, sebagaimana ada dalam chart berikut ini.

Chart 2.6.

Alasan warga berpartisipasi dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Sementara itu, untuk latar belakang absennya warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden data hasil riset menunjukkan bahwa 5% responden beralasan memilih bekerja menjadi jumlah terbesar warga tidak berpartisipasi dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Selanjutnya 3% responden menyatakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tidak akan membawa perubahan yang baik, 2% tidak percaya dengan kualitas calon Presiden dan Wakil Presiden, dan sisanya masing-masing 1% adalah tidak masuknya responden dalam DPT, calon Presiden dan Wakil Presiden tidak sesuai dengan hati dan alasan sakit sebagaimana tergambar dalam chart dibawah ini.

12% 1%

16%

71%

Tidak berpartisipasi pilpres Diajak timses Diajak kerabat / tetangga Inisiatif pribadi menggunakan hak pilih

(15)

15 Chart 2.7.

Alasan warga tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif

88% 1% 1% 1% 2% 3% 5% Berpartisipasi pilpres Sakit Capres tidak sesuai keinginan hati Tidak terdaftar dalam DPT Tidak percaya dengan kualitas capres Pilpres tidak akan membawa perubahan yang baik Memilih bekerja

(16)

16

BAB III

TINGKAT MELEK POLITIK WARGA KABUPATEN MAGELANG

Secara harafiah, melek diartikan sama dengan melihat. Dengan melihat, warga akan tahu apa yang dilihat/terlihat. Jika tahu dengan yang dilihat, maka warga akan tahu bagaimana mesti bertindak atau bersikap. Sementara itu politik adalah sesuatu yang berhubungan dengan kekuasaan yang ditujukan untuk mengatur penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Melek politik ini adalah fondasi yang paling penting dalam membangun suatu bangsa dan negara. Pada umumnya, negara-negara yang melek politiknya tinggi, taraf kesejahteraan masyarakatnya juga tinggi. Karena dengan memiliki derajat melek politik yang tinggi, setiap warga negara mampu menghasilkan pemimpin yang memiliki kualitas baik yang jauh dari rekam jejak yang buruk, melalui sebuah proses yang namanya PEMILU.

Secara lebih spesifik, parameter melek politik di Indonesia secara umum yaitu :

Pertama, Mengenal Kandidat Pilihannya. Warga mesti tahu dan sekaligus paham siapa-siapa

kandidat yang akan dipilih. lebih baik apabila warga mengenal baik kandidat tersebut seperti latar belakang, rekam jejaknya, aktivitasnya selama ini, kontribusinya kepada warga, dan termasuk pula kelebihan dan kekurangannya. Jika warga tidak mengetahui sama sekali, maka bisa dikatakan bahwa warga itu ibarat memilih kucing dalam karung.

Kedua, Mengetahui Visi, Misi dan Program Kerja yang Diusung oleh Kandidat. Sudah

sepantasnya kandidat, baik yang akan duduk di parlemen maupun di kursi eksekutif itu mesti punya visi dan misi. Kesemuanya itu akan dituangkan ke dalam program kerja jika nanti terpilih. Di sini warga mesti yakin bahwa kandidat pilihannya itu akan benar-benar dapat mewakili aspirasinya, bukan aspirasi dari sekelompok tertentu. Di sinilah sebenarnya letak kepercayaan warga kepada para pengemban kekuasaan itu.

(17)

17 Dari pengertian Melek Politik di atas maka jelas bahwa konsep melek politik mencakup pengetahuan mengenai hal-hal seputar profil dan arus informasi yang melekat kepada kontestan pemilu, baik Partai Politik maupun juga perseorangan.

3.1. Pemilu dalam pandangan warga Kabupaten Magelang

Sebelum masuk pembahasan mengenai tingkat kedalaman pengetahuan warga terhadap informasi mengenai calon-calon legislatif termasuk calon Presiden dan Wakil Presiden, terlebih dahulu kita paparkan bagaimana persepsi warga dalam memahami dan mempersepsikan Pemilihan Umum.

Dari survei yang telah dilakukan mayoritas responden memiliki pandangan pada kerangka pengertian yang normatif terhadap Pemilu. Responden memaknai pemilu terbatas sebagai sebuah momen untuk memilih pemimpin, pemilu merupakan saluran aspirasi. Hal tersebut senada dengan apa yang disebutkan dalam PKPU No. 23 tahun 2013 tentang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemilihan umum, bahwa Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Disamping definisi tersebut di atas, terdapat sebagian responden lain yang berpendapat berkaitan dengan sistem pemilu, yang menyatakan bahwa pelaksanana pemilu sudah baik. Serta terdapat sebagian kecil responden berpendapat bahwa pemilu itu adalah kebijakan negara yang harus dipatuhi.

Namun tidak semua responden berpandangan normatif, sebagian kecil responden lebih kritis dalam memandang Pemilu. Pemilu tidak hanya dipandang sebagai sebuah sistem untuk penyaluran aspirasi warga, namun lebih jauh lagi memandang bentuk-bentuk ekses atau implikasi dari pelaksanaan pemilu yang terjadi selama ini. Diantaranya berbagai pandangan tersebut, ada responden yang memandang bahwa pemilu itu kurang sosialisasi calon (12%), pemilu menghasilkan koruptor (7%), Partai Politik terlalu banyak (7%), pemilu itu bagi-bagi uang

(18)

18 (6%), pemilu itu pemborosan anggaran (6%), pemilu itu penuh kepentingan pribadi dan partai (5%).

Chart 3.1.

Persepsi warga mengenai PEMILU

Secara lebih rinci, jika parameter pengetahuan warga Kabupaten Magelang dikupas lebih mendalam dengan menggunakan parameter Latar Belakang, Rekam Jejak, dan Visi Misi calon-calon legislatif maupun presiden, maka dapat dikatakan bahwa tingkat melek politik warga Kabupaten Magelang mengenai kontestan pemilu (Partai Politik maupun kandidat calon legislatif dan calon Presiden dan Wakil Presiden) yaitu berada dalam skor 2.55 atau dalam tingkat melek politik RENDAH.

7% 1% 2% 2% 3% 3% 3% 5% 6% 6% 6% 7% 7% 8% 12% 21% 34%

Tidak tahu arti pemilu Pemilu itu tidak serentak Pemilu butuh kejujuran dalam penghitungan suara Pemilu adalah pintu perubahan Pemilu itu harus dipatuhi Pemilu tidak membawa perubahan Pemilu itu nyoblos partai penuh kepentingan pribadi dan partai Pemilu itu konvoi kendaraan Pemilu adalah pemborosan anggaran Pemilu itu bagi-bagi uang Parpol terlalu banyak Pemilu menghasilkan koruptor Pelaksanaan pemilu sudah baik Pemilu kurang sosialisasi calon Pemilu merupakan saluran aspirsi Momen untuk memilih pemimpin

(19)

19 Tabel 3.1.

Tingkat melek politik warga mengenai PEMILU Tingkat Melek Politik Warga Magelang dalam Pemilu 2014 Persepsi Melek Politik Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tinggi 4.21 - 5.00

tinggi 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40

rendah 1.81 - 2.60 2.55

sangat rendah 1.00 - 1.80

Dalam beberapa pembahasan selanjutnya, Tingkat melek politik warga Kabupaten Magelang secara rinci akan dipilah berdasarkan masa pemilu legislatif dan masa Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dalam pembahasan di bawah ini.

3.2. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif

Secara umum, Indeks Kumulasi tingkat melek politik warga dalam pemilu legislatif 2014 berada dalam indek 2.36 atau pada nilai persepsi RENDAH sebagaimana dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.2.

Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif Tingkat Melek Politik dalam Pemilu Legislatif

Persepsi Melek Politik Interval Nillai Tingkat Pengetahuan sangat tinggi 4.21 - 5.00

tinggi 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40

rendah 1.81 - 2.60 2.36

sangat rendah 1.00 - 1.80

Mengapa rendah? Berikut ini adalah penjabaran indeks dan tingkat pengetahuan warga terhadap informasi seputar kontestan Pemilu Legislatif yang diuraikan berdasarkan tingkat pemilihan Kabupaten, Provinsi dan Pusat.

Masing-masing tingkatan pemilihan calon legislatif dibedah secara rinci meliiputi Indeks Melek Politik nya serta hal-hal yang diketahui mengenai Latar Belakang, Rekam Jejak serta Visi dan Misi/Jargon yang dimiliki oleh setiap kontestan pemilu legislatif.

(20)

20

3.2.1.Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif tingkat Kabupaten

Pertama adalah yang berkaitan dengan partisipasi pemilu legislatif untuk pemilihan calon legislatif di tingkat kabupaten. Dari hasil riset yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa pada pemilu legislatif tingkatan kabupaten, indeks melek politik mencerminkan tingkat pengetahuan warga terhadap kontestan Pemilu Legislatif di tingkat kabupaten, dalam hal ini indeks pengetahuan warga pada skor 2.69 atau pada nilai persepsi CUKUP.

Indeks ini merupakan gabungan antara Indeks pengetahuan terhadap Latar Belakang, Rekam Jejak dan Visi Misi peserta pemilu legislatif.

Tabel 3.3.

Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif tingkat Kabupaten Tingkat Melek Politik dalam Pemilu Legislatif tingkat Kabupaten Persepsi Melek Politik Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tinggi 4.21 - 5.00

tinggi 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40 2.69

rendah 1.81 - 2.60

sangat rendah 1.00 - 1.80

Jika ditelisik secara lebih detail dalam setiap variabel melek politik, tidak ada pengetahuan yang mencukupi yang dimiliki warga untuk informasi seputar latar belakang kontestan Pemilu Legislatif. Sebagaimana muncul dalam indeks pengetahuan warga mengenai latar belakang calon legislatif, bahwa tingkat pengetahuan warga berada dalam indeks 2.91 atau pada nilai persepsi CUKUP atau tidak yakin dengan informasi yang diperolehnya.

Tabel 3.4.

Tingkat pengetahuan warga terhadap latar belakang calon legislatif tingkat Kabupaten Tingkat pengetahuan terhadap latar belakang calon legislatif

kabupaten

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan sangat tahu 4.21 - 5.00

tahu 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40 2.91

tidak tahu 1.81 - 2.60

(21)

21 Informasi yang terhimpun dari responden seputar informasi latar belakang kontestan Pemilu Legislatif, mayoritas menjawab bahwa responden tidak mengetahui latar belakang dari para calon legislatif yang akan mereka pilih.

Sementara itu terdapat 15% responden yang mampu mengungkapkan latar belakang calon legislatif namun dengan informasi yang sangat umum, dan kurang tepat menggambarkan informasi latar belakang personal dari calon legislatif, yaitu memiliki latar belakang pribadi yang baik (15%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak mengetahu latar belakang dari para calon legislatif yang akan mereka pilih.

Hanya sebagian kecil responden yang memiliki pengetahuan mengenai latar belakang calon legislatif tingkat kabupaten, ada yang mengetahui bahwa calon legislatif merupakan Aktivis Organisasi (8%), Tokoh Masyarakat (3%), Penggerak Kelompok Tani (3%), dan sisanya mengungkapkan calon legislatif beratar belakang pengusaha, dari lingkungan pesantren dan sebagainnya seperti ada dalam Chart di bawah ini.

Chart 3.2.

Latar belakang calon legislatif tingkat kabupaten yang diketahui

63% 1% 1% 1% 1% 2% 3% 3% 8% 15%

Tidak tahu latar belakang caleg pemuka agama dari lingkungan pesantren Berpendidikan Pengusaha Memiliki kredibelitas Penggerak kelompok tani Tokoh masyarakat Aktivis organisasi Memiliki kepribadian baik

(22)

22 Sementara itu, untuk tingkat pengetahuan warga terhadap Rekam Jejak calon legislatif kabupaten berada dalam skor 2.70 atau dalam nilai persepsi CUKUP seperti dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.5.

Tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon legislatif tingkat Kabupaten Tingkat pengetahuan terhadap rekam jejak calon legislatif kabupaten

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan sangat tahu 4.21 - 5.00

tahu 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40 2.70

tidak tahu 1.81 - 2.60

sangat tidak tahu 1.00 - 1.80

75% responden menyatakan bahwa tidak mengetahui rekam jejak dari calon legislatif. Angka ini lebih besar jumlahnya dari jumlah responden yang tidak mengetahui Latar Belakang calon legislatif. Artinya, untuk informasi yang lebih mendalam seputar calon legislatif, tidak ada informasi yang diketahui oleh responden. 14% responden juga masih menyatakan pada informasi yang sangat umum yaitu caleg Berkepribadian Baik dan hanya bagian kecil responden yang mengetahui rekam jejak calon legislatif, misal menyebutkan “Pernah menjadi Anggota Dewan (3%), “ Pertama kali mencalonkan diri sebagai Calon Legislatif” (3%) dan lainnya.

Chart 3.3.

Rekam jejak calon legislatif tingkat kabupaten yang diketahui

75% 1% 1% 1% 3% 3% 3% 14%

Tidak tahu rekam jejak caleg Pemuka agama Petani sukses Tokoh masyarakat Aktivis organisasi Pertama kali mencalonkan caleg Pernah menjadi anggota dewan Kepribadian baik

(23)

23 Untuk tingkat pengetahuan warga terhadap Visi dan Misi calon legislatif, mendapatkan indeks 2.46 atau pada nilai persepsi TIDAK TAHU.

Tabel 3.6.

Tingkat pengetahuan warga terhadap visi misi calon legislatif tingkat Kabupaten Tingkat pengetahuan terhadap visi misi calon legislatif kabupaten

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan sangat tahu 4.21 - 5.00

tahu 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40

tidak tahu 1.81 - 2.60 2.46

sangat tidak tahu 1.00 - 1.80

Berkaitan dengan pengetahuan responden terhadap Visi dan Misi calon legislatif, hanya terdapat 23% responden yang menyatakan mengetahui Visi Misi calon legislatif, dan terdapat 77% yang menyatakan tidak mengetahui.

Chart 3.4.

Visi misi calon legislatif tingkat kabupaten yang diketahui

3.2.2. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif tingkat Provinsi

Selanjutnya berikut ini adalah pembahasan tingkat melek politik warga untuk para kontestan Pemilu Legislatif di tingkat provinsi. Jika dibandingkan dengan indeks melek politik warga terhadap calon legislatif ditingkat kabupaten, maka Indeks melek politik warga terhadap calon legislatif di tingkat provinsi berada dibawah indeks melek politik warga terhadap calon legislatif kabupaten, yaitu pada skor 2.19 atau pada nilai persepsi RENDAH. Kapasitas pengetahuan warga mengenai informasi seputar calon legislatif sebagian besar masih berisikan informasi

77% 1%

5% 17%

Tidak tahu visi misi caleg Memajukan organisasi agama Meningkatkan kehidupan beragama Mewujudkan kesejahteraan masyarakat

(24)

24 mengenai calon legislatif di lingkaran paling dekat dengan warga. Sementara itu penguasaan informasi untuk calon legislatif yang memiliki jarak lingkaran lebih jauh dari diri warga masih rendah. Hal tersebut tergambar dalam tabel indeks di bawah ini.

Tabel 3.7.

Tingkat melek politik warga terhadap calon legislatif tingkat provinsi Tingkat melek politik warga terhadap calon legislatif tingkat provinsi Persepsi Melek Politik Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tinggi 4.21 - 5.00

tinggi 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40

rendah 1.81 - 2.60 2.19

sangat rendah 1.00 - 1.80

Sementara itu, untuk indeks pengetahuan warga terhadap latar belakang calon legislatif tingkat provinsi mendapatkan indeks 2.23 atau pada persepsi TIDAK TAHU mengenai latar belakang calon legislatif provinsi. Semakin luas tingkat pemilihannya, maka tingkat pengetahuan warga terhadap profil calon legislatif menjadi semakin tidak jelas. Hanya calon legislatif yang masih dalam lingkaran daerah warga saja yang diketahui informasinya oleh warga.

Tabel 3.8.

Tingkat pengetahuan warga terhadap latar belakang calon legislatif tingkat provinsi Tingkat pengetahuan terhadap latar belakang calon legislatif

provinsi

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tahu 4.21 - 5.00

tahu 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40

tidak tahu 1.81 - 2.60 2.23

sangat tidak tahu 1.00 - 1.80

Indeks pengetahuan warga terhadap latar belakang calon legislatif tingkat provinsi sangat logis mengingat terdapat 90% responden yang menyatakan tidak mengetahui latar belakang calon legislatif yang akan dipilihnya.

Hanya 2% responden yang mengetahui latar belakang dari calon legislatif yang berkompetisi di tingkat provinsi. Sementara itu 8% responden menjawab dengan jawaban yang sangat umum,

(25)

25 bahwa latar belakang calon legislatif berkaitan dengan sifat kepribadian yang baik. Adapun informasi lebih detail mengenai informasi latar belakang calon legislatif yang diketahui kami paparkan dalam chart berikut ini.

Chart 3.5.

Latar belakang calon legislatif tingkat provinsi yang diketahui

Sementara itu, tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon legislatif di tingkat provinsi memiliki skor yang lebih rendah dibandingkan dengan skor pengetahuan warga terhadap informasi latar belakang calon legislatif tersebut.

Adapun indeks pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon legislatif ini hanya memperoleh 2.18 atau berada dalam indeks persepsi TIDAK TAHU. Semakin dalam materi informasi mengenai kontestan pemilu, serta semakin jauh sumber informasi dari calon legislatif, maka semakin kecil pula informasi yang dimiliki oleh warga. Semakin jauh sumber informasi mengenai calon legislatif bersangkutan, maka semakin terbatas aksesbilitas informasi warga terhadap sumber informasi tersebut.

Tabel 3.9.

Tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon legislatif tingkat provinsi Tingkat pengetahuan terhadap rekam jejak calon legislatif provinsi

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tahu 4.21 - 5.00

tahu 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40

tidak tahu 1.81 - 2.60 2.18

sangat tidak tahu 1.00 - 1.80

90% 1%

1% 8%

Tidak tahu latar belakang caleg Aktivis organisasi keagamaan Aktivis partai Memiliki kepribadian baik

(26)

26 Untuk informasi seputar rekam jejak calon legislatif di tingkat provinsi menunjukkan bahwa angka responden yang tidak mengetahui rekam jekan calon legislatif mencapai 92%. Hanya 6% yang menyatakan bahwa calon legislatif yang dipilih memiliki rekam jajak dalam organisasi keagamaan.

Chart 3.6.

Rekam jejak calon legislatif tingkat provinsi yang diketahui

Rendahnya tingkat pengetahuan responden semakin kentara ketika dilihat pada tingkat pengetahuan responden perihal visi dan misi dari calon legislatif. Indeks pengetahuan responden untuk visi dan misi calon legislatif tingkat provinsi hanya 2.17 atau memiliki persepsi TIDAK TAHU. Indeks ini lebih kecil dibandingkan dengan indeks pengetahuan responden terhadap rekam jejak dan latar belakang calon legislatif.

Ketidaktahuan warga terhadap latar belakang, rekam jejak dan visi misi calon legislatif seperti ini diibaratkan memilih kucing dalam karung, ketika secara asal-asalan memilih calon wakil mereka di parlemen. Karena warga sama sekali tidak mengetahui bagaimana perilaku, aktivitas, kinerja dari calon legislatif bersangkutan, namun tetap menjatuhkan pilihan kepada calon legislatif tersebut karena faktor dorongan dari luar kesadaran dirinya, bukan atas kesadaran dirinya sendiri.

92% 1%

6%

Tidak tahu rekam jejak caleg Memiliki kepribadian baik Aktifis organisasi keagamaan

(27)

27 Tabel 3.10.

Tingkat pengetahuan warga terhadap visi misi calon legislatif tingkat provinsi Tingkat pengetahuan terhadap visi misi calon legislatif provinsi

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tahu 4.21 – 5.00

tahu 3.41 – 4.20

cukup 2.61 – 3.40

tidak tahu 1.81 – 2.60 2.17

sangat tidak tahu 1.00 – 1.80

Jika ditilik dari jumlah responden yang mengetahui visi dan misi calon legislatif di tingkat provinsi pada Pemilu Legislatif 2014, terdapat 93% yang menyatakan tidak mengetahui visi dan misi dari calon legislatif. Dan hanya 7% responden yang menyatakan bahwa misi calon legislatif adalah memajukan bidang agama.

Chart 3.7.

Visi misi calon legislatif tingkat provinsi yang diketahui

3.2.3. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Legislatif tingkat Pusat

Tingkat melek politik warga terhadap calon legislatif tingkat pusat berada pada indeks 2.19 atau pada nilai persepsi RENDAH. Indeks ini sama dengan indeks melek politik terhadap calon legislatif di tingkat provinsi. Ini menunjukkan bahwa ada kendala akses informasi warga terhadap informasi seputar calon legislatif yang mencalonkan diri untuk DPR RI.

Dalam kasus terbatasnya arus informasi mengenai calon legislatif provinsi dan calon legislatif pusat ini menunjukkan adanya keterbatasan jangkauan oleh warga selaku konstituen maupun calon legislatif. Keterbatasan jangkauan antara lain keterbatasan jangkauan jarak dan media informasi.

93% 7%

Tidak tahu visi misi caleg Memajukan bidang agama

(28)

28 Tabel 3.11.

Tingkat melek politik warga terhadap calon legislatif tingkat pusat Tingkat melek politik warga terhadap calon legislatif tingkat pusat Persepsi Melek Politik Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tinggi 4.21 - 5.00

tinggi 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40

rendah 1.81 - 2.60 2.19

sangat rendah 1.00 - 1.80

Indek pengetahuan warga terhadap latar belakang calon legislatif pusat adalah 2.21 atau pada nilai persepsi TIDAK TAHU.

Tabel 3.12.

Tingkat pengetahuan warga terhadap latar belakang calon legislatif tingkat pusat Tingkat pengetahuan terhadap background calon legislatif pusat

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tahu 4.21 – 5.00

tahu 3.41 – 4.20

cukup 2.61 – 3.40

tidak tahu 1.81 – 2.60 2.21

sangat tidak tahu 1.00 – 1.80

Data hasil survei menunjukkan bahwa 89% responden tidak mengetahui latar belakang dari calon legislatif yang maju ditingkat pusat. Dari seluruh responden tersebut, hanya 4% yang menyatakan calon legislatif yang mereka pilih memiliki latar belakang sebagai aktivis partai, dan hanya 1% yang menyatakan berlatar belakang aktivis ormas.

Sisanya terdapat 5% responden yang menyatakan pada hal yang sangat umum mengenai calon legislatif tingkat pusat yang dipilih, yaitu berkaitan dengan kepribadian yang baik. Minimnya informasi mengenai latar belakang calon legislatif menjadikan pilihan warga tidak memiliki dasar informasi yang kuat mengenai karakter dan profil calon legislatif tersebut. Sehingga tertutupnya informasi tersebut dapat menjadikan batasan bagi warga untuk membandingkan kualitas antar calon legislatif.

(29)

29 Chart 3.8.

Latar belakang calon legislatif tingkat pusat yang diketahui

Rendahnya tingkat pengetahuan warga terhadap calon legislatif tingkat pusat juga terjadi dalam ruang lingkup informasi rekam jejak calon legislatif seperti tertuang dalam tabel di bawah ini. Yaitu hanya pada indeks 2.16 saja tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon legislatif.

Tabel 3.13.

Tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon legislatif tingkat pusat Tingkat pengetahuan terhadap rekam jejak calon legislatif pusat

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tahu 4.21 - 5.00

tahu 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40

tidak tahu 1.81 - 2.60 2.16

sangat tidak tahu 1.00 - 1.80

Ditinjau dari jumlah responden, responden yang menyatakan tidak mengetahui rekam jejak calon legislatif mencapai 91%. Sementara itu hanya 4% responden menyatakan calon legislatif yang dipilih tidak memiliki rekam jejak terlibat kasus korupsi. Lalu 3% menyatakan bahwa calon legislatif yang dipilih telah berpengalaman menjadi anggota DPR, selanjutnya juga terdapat 3% responden yang menyatakan bahwa calon legislatif yang mereka pilih memiliki kepribadian yang baik dan hanya 1% responden yang menyebutkan bahwa calon legislatif yang dipilih memiliki rekam jejak sebagai aktivis organisasi kemasyarakatan.

89% 1%

4% 5%

Tidak tahu latar belakang caleg Aktivif ormas Aktifis partai Memiliki kepribadian baik

(30)

30 Chart 3.9.

Rekam jejak calon legislatif tingkat pusat yang diketahui

Untuk tingkat pengetahuan warga terhadap visi dan misi calon legislatif di tingkat pusat, indeks yang diperoleh yaitu 2.21 atau pada nilai persepsi TIDAK TAHU.

Tabel 3.14.

Tingkat pengetahuan warga terhadap visi misi calon legislatif tingkat pusat Tingkat pengetahuan terhadap visi misi calon legislatif pusat

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tahu 4.21 - 5.00

Tahu 3.41 - 4.20

Cukup 2.61 - 3.40

tidak tahu 1.81 - 2.60 2.21

sangat tidak tahu 1.00 - 1.80

Setali tiga uang dengan akses informasi mengenai latar belakang juga rekam jejak, bahwa visi misi calon legislatif juga mengalami kondisi yang sama, yaitu terbatasnya akses. Latar belakang, rekam jejak serta visi misi menjadi satu kesatuan yang paket informasi yang saling melekat. Meskipun pada umumnya, visi misi calon legislatif seringkali menjadi materi komunikasi yang seringkali diangkat dan dijadikan “dagangan” utama oleh para calon legislatif yang berkompetisi. Seperti halnya yang diungkapkan oleh responden mengenai visi dan misi calon legislatif yang lebih terasa seperti sebuah jargon. Misalnya terdapat 4% responden yang menyatakan visi misi calon legislatif yang dipilih adalah Meningkatkan Pembangunan. Selanjutnya terdapat pula 3% responden yang mengungkapkan bahwa visi misi calon legislatif

91% 1%

3% 3% 4%

Tidak tahu rekam jejak caleg Aktivis ormas Memiliki kepribadian baik Pernah menjadi anggota DPR Tidak terlibat korupsi

(31)

31 yang mereka pilih adalah mensejahterakan masyarakat, dan masih pada jumlah yang sama yaitu 3% menyatakan visi misi nya adalah membangun desa.

Chart 3.10.

Visi misi calon legislatif tingkat pusat yang diketahui

3.3. Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

Secara umum, tingkat melek politik warga Kabupaten Magelang dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 yaitu pada indeks 2.73 atau pada nilai persepsi CUKUP. Indeks melek politik pada level ini sedikit berbeda kondisinya dengan tingkat melek politik warga terhadap calon legislatif di tingkat provinsi maupun tingkat pusat.

Pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, kontestan memiliki sumberdaya yang lebih besar untuk menyebarkan informasi seputar profil, latar belakang, pengalaman maupun visi dan misi masing-masing calon Presiden dan Wakil Presiden. Disamping figur calon Presiden dan Wakil Presiden yang sudah memiliki tingkat popularitas.

Tabel 3.15.

Tingkat melek politik warga dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tingkat Melek Politik dalam Pipres

Persepsi Melek Politik Interval Nillai Tingkat Pengetahuan sangat tinggi 4.21 - 5.00 tinggi 3.41 - 4.20 cukup 2.61 - 3.40 2.73 rendah 1.81 - 2.60 sangat rendah 1.00 - 1.80 90% 3% 3% 4%

Tidak tahu visi misi caleg Membangun desa Mensejahterakan masyarakat Meningkatkan pembangunan

(32)

32 Jika dilihat dari sisi tingkat pengetahuan terhadap latar belakang calon Presiden dan Wakil Presiden, indeks pengetahuan warga naik menjadi 2.92 atau pada nilai persepsi CUKUP. Meskipun masih dalam kategori CUKUP namun tingkat pengetahuan ini dalam posisi yang cukup untuk menjadi bekal dalam menentukan pilihan.

Tabel 3.16.

Tingkat pengetahuan warga terhadap latar belakang calon Presiden dan Wakil Presiden Tingkat pengetahuan terhadap latar belakang calon Presiden dan

Wakil Presiden

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan

sangat tahu 4.21 – 5.00

tahu 3.41 – 4.20

cukup 2.61 – 3.40 2.92

tidak tahu 1.81 – 2.60

sangat tidak tahu 1.00 – 1.80

Dari seluruh responden, 56% responden menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui latar belakang calon Presiden dan Wakil Presiden. Sementara 19% responden mengetahui latar belakang salah satu calon Presiden adalah mantan walikota dan gubernur. 13% responden menyatakan calon Presiden memiliki sikap tegas dan wibawa. 9% responden mengetahui latar belakang calon Presiden adalah mantan militer, dan sebagaian kecil lainnya menyebutkan calon Presiden berlatar belakang keluarga sederhana, tokoh terkenal dan orang Solo.

(33)

33 Chart 3.11.

Latar belakang calon Presiden dan Wakil Presiden yang diketahui

Tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon Presiden dan Wakil Presiden mendapatkan indeks 2.80 atau pada persepsi pengetahuan CUKUP. Indeks ini lebih rendah dibandingkan dengan indeks pengetahuan seputar latar belakang calon Presiden dan Wakil Presiden.

Tabel 3.17.

Tingkat pengetahuan warga terhadap rekam jejak calon Presiden dan Wakil Presiden Tingkat pengetahuan terhadap rekam jejak calon Presiden dan Wakil

Presiden

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan sangat tahu 4.21 - 5.00

tahu 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40 2.80

tidak tahu 1.81 - 2.60

sangat tidak tahu 1.00 - 1.80

Berkaitan dengan pengetahuan mengenai rekam jejak calon Presiden dan Wakil Presiden, terdapat 60% responden yang menyatakan tidak mengetahui rekam jejak calon Presiden dan Wakil Presiden. Sisanya, atau 40% responden menjawab dengan berbagai jawaban yang bervariasi. 56% 1% 1% 1% 9% 13% 19%

Tidak tahu latar belakang calon presiden Orang solo Tokoh terkenal Dari keluarga sederhana Mantan orang militer Memiliki sikap tegas dan berwibawa Mantan walikota dan gubernur

(34)

34 10% responden menjawab pemimpin yang berjiwa pekerja keras. 7% responden menjawab mantan walikota dan gubernur, sebagaimana ada dalam chart di bawah ini.

Chart 3.12.

Rekam jejak calon Presiden dan Wakil Presiden yang diketahui

Pada tingkatan informasi yang lebih dalam yaitu berkaitan dengan informasi visi dan misi masing-masing calon Presiden dan Wakil Presiden, tingkat pengetahuan warga mengalami penurunan. Dimana indeks pengetahuan terhadap visi dan misi calon Presiden dan Wakil Presiden berada pada angka 2.49 atau pada nilai persepsi TIDAK TAHU.

Tabel 3.18.

Tingkat pengetahuan warga terhadap visi misi calon Presiden dan Wakil Presiden Tingkat pengetahuan terhadap visi misi calon Presiden dan Wakil

Presiden

Persepsi Pengetahuan Interval Nillai Tingkat Pengetahuan sangat tahu 4.21 - 5.00

tahu 3.41 - 4.20

cukup 2.61 - 3.40

tidak tahu 1.81 - 2.60 2.49

sangat tidak tahu 1.00 - 1.80

60% 1% 1% 1% 2% 2% 3% 5% 7% 7% 10%

Tidak tahu rekam jejak calon presiden Berpihak kepada rakyat kecil Tidak telibat korupsi Memiliki sikap tangung jawab Pemimpin rakyat yang sudah teruji keberhasilannya Memiliki sikap tegas dan berwibawa Mantan menantu soeharto Berani membuat terobosan kerja Mantan anggota militer Mantan walikota dan gubernur Pemimpin yang berjiwa pekerja keras

(35)

35 Dari survei yang dilakukan menunjukkan bahwa 77% responden tidak mengetahui visi dan misi dari calon Presiden dan Wakil Presiden. Hanya 21% responden yang menyatakan bahwa visi misi yang diketahui adalah Mensejahterakan Rakyat, sedangkan hanya ada 2% yang mengetahui bahwa visi dan misi calon Presiden dan Wakil Presiden salah satunya adalah Memberantas Korupsi.

Chart 3.13.

Visi misi calon Presiden dan Wakil Presiden yang diketahui

77% 2%

21%

Tidak tahu visi misi calon presiden Memberantas korupsi Mensejahterakan rakyat

(36)

36

BAB IV

SALURAN INFORMASI POLITIK WARGA KABUPATEN MAGELANG

Tingkat melek politik warga tidak bisa dipisahkan dengan sumber-sumber informasi yang menyuplai pengetahuan mengenai Latar Belakang, Rekam Jejak serta Visi dan Misi dari setiap Calon yang mencalonkan diri. Namun dalam kenyataannya, informasi mengenai latar belakang, rekam jejak serta visi misi tersebut terkadang justru tidak terpublikasi secara terbuka dan secara kontinyu.

Informasi yang seringkali muncul dan banyak diinformasikan dengan berbagai saluran informasi masih terbatas pada informasi yang sangat umum, yaitu meliputi informasi mekanisme pemilu, tahapan pemilu, Partai Politik peserta pemilu, nama peserta pemilu, profil singkat peserta pemilu maupun jargon yang diangkat oleh peserta pemilu.

Dalam masa pemilu legislatif maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, saluran-saluran informasi sangat beragam meskipun secara umum bentuk saluran hampir sama yaitu melalui media cetak, media radio, media televisi, maupun melalu forum-forum pertemuan dengan warga. Namun demikian, jika ditinjau secara lebih detail mengenai ruang lingkup pemilu, maka terdapat perbedaan saluran informasi yang menjadi saluran utama.

Secara kelembagaan, saluran informasi tersebut akan nampak perbedaannya, dan secara tidak langsung menunjukkan bagaimana saluran informasi tersebut bekerja memberikan informasi kepada warga.

Berikut ini dibahas saluran informasi yang berkaitan dengan pemilihan calon legislatif untuk tingkat kabupaten, provinsi dan pusat. Dan juga menunjukkan saluran apa yang menjadi sumber informasi bagi warga dalam masa Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.

(37)

37

4.1. Saluran informasi mengenai calon legislatif

Dalam masa pemilu legislatif, saluran informasi yang sampai ke warga memiliki karakter yang berbeda. Luas daerah pemilihan misalnya, memiliki saluran informasi berbeda yang sampai kepada warga sebagai konstituen. Berikut ini kami paparkan, berbagai saluran informasi yang menyuplai pengetahuan kepada warga, meliputi saluran informasi yang membawa pesan seputar calon legislatif di tingkat kabupaten, calon legislatif di tingkat provinsi dan calon anggota legislatif di tingkat pusat.

4.1.1. Saluran informasi calon legislatif kabupaten

Untuk saluran informasi calon legislatif tingkat kabupaten, informasi paling banyak dibawa melalui kerabat/tetangga/rekan dengan persentase 52%. Berikutnya informasi melalui media cetak (koran/leaflet/banner/poster/baliho) menjadi media informasi yang juga cukup besar dalam memberikan suplai informasi dengan persentase sebesar 48%. Sementara itu terdapat 26% responden menyatakan bahwa mereka mendapatkan informasi mengenai peserta pemilu legislatif dari KPU. KPU dinilai oleh responden memberikan andil informasi mengenai para kontestan pemilu legislatif di tingkat kabupaten. Di bawah KPU, ada peran dari Calon legislatif sendiri dalam mensosialisasikan dirinya dengan persentase sebesar 25%, sementara peran partai dalam menjadi media informasi berada di posisi ke lima dengan besar 17%.

Chart 4.1.

Saluran informasi calon legislatif tingkat kabupaten

1% 5% 6% 14% 17% 25% 26% 48% 52%

Informasi dari media online Informasi dari media televisi Informasi dari media radio Informasi dari organisasi Informasi dari kampanye partai Informasi dari kampanye caleg Informasi dari KPU Informasi dari media cetak Informasi dari kerabat/tetangga

(38)

38 Data di atas menunjukkan bahwa untuk arus informasi Pemilu Legislatif skala kabupaten, jaringan personal dengan mengandalkan kekerabatan/pertemanan/kedekatan dengan tetangga menjadi saluran informasi yang sangat efektif. Hal tersebut menunjukkan kekuatan relasi interpersonal masih sangat kuat dan bahwa nilai kepercayaan terhadap orang lain masih menjadi pegangan dalam bertindak. Di sisi lain, hal ini menunjukkan bahwa perlu dibangun sistem informasi yang lebih masif dalam memuat dan memberikan informasi kepada warga baik itu melalui media massa, maupun melalui forum-forum publik.

Dari data hasil survei sebagaimana tersebut di atas, saluran informasi melalui media massa cetak menjadi media yang efektif dibawah jaringan interpersonal, dalam menyampaikan informasi kepada warga. Publikasi cetak mulai dari bentuk leaflet, banner hingga baliho mampu menyampaikan pesan visual dan teks kepada warga.

Disamping informasi dari rekan/tetangga serta dari media cetak, informasi dari lembaga KPU tetap menjadi saluran informasi yang dijadikan pegangan oleh responden, berimpitan dengan media informasi yang dilakukan oleh calon legislatif. Di luar saluran informasi tersebut, terdapat beberapa sumber informasi yang menjadi referensi warga namun dengan prosentase yang kecil.

4.1.2. Saluran informasi calon legislatif provinsi

Sementara itu untuk saluran informasi calon legislatif di tingkat provinsi memiliki karakter yang berbeda dengan saluran informasi yang mayoritas diakses pada calon legislatif di tingkat kabupaten. Daerah pemilihan yang luas dan kemungkinan calon legislatif tidak dalam jarak yang relatif dekat, menjadikan informasi juga terbatas. Pada tingkatan pemilihan ini media massa cetak paling banyak disebutkan oleh responden sebagai media saluran informasi yang efektif menyumplai informasi. 25% responden mengandalkan informasi dari media cetak. Daerah pemilihan yang luas dan keterbatasan waktu seringkali berhasil diatasi dengan menggunakan media cetak untuk menyampaikan informasi.

Berikutnya 23% responden menyatakan mendapatkan informasi mengenai calon legislatif dari kerabat atau tetangga, dan lembaga. Di lain sisi, juga terdapat 23% responden yang

(39)

39 menyatakan memperoleh informasi seputar calon legislatif dari publikasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga KPU. Sisanya, terdapat responden yang mengetahui informasi seputar pemilu dan calon legislatif dari calon legislatif bersangkutan, selanjutnya ada yang memperoleh informasi dari partai dan sebagainya. Adapun infomasi secara lebih detail ada dalam chart berikut ini.

Chart 4.2.

Saluran informasi calon legislatif tingkat provinsi

4.1.3. Saluran informasi calon legislatif pusat

Untuk saluran informasi mengenai calon legislatif di tingkat pusat, memiliki saluran informasi yang hampir mirip dengan saluran informasi untuk calon legislatif di tingkat provinsi, yaitu 34% responden menyatakan mereka mendapatkan informasi dari media cetak. 25% responden menyatakan mendapatkan informasi dari kerabat atau rekan. Dan peran KPU juga dirasakan oleh responden, karena 21% respoden menyatakan mereka mendapatkan informasi seputar kontestan pemilu legislatif di tingkat pusat dari lembaga KPU.

Untuk penyebarluasan informasi calon legislatif tingkat pusat ini, peran media televisi mulai nampak, karena terdapat 19% responden yang menyatakan mendapatkan informasi seputar calon legislatif yang mencalonkan diri di tingkat pusat tersebut dari televisi. Peran partai

4% 6% 9% 10% 17% 20% 23% 23% 25%

Informasi dari media online Informasi dari media radio Informasi dari organisasi Informasi dari media televisi Informasi dari kampanye partai Informasi dari kampanye caleg Informasi dari KPU Informasi dari kerabat/tetangga Informasi dari media cetak

(40)

40 pengusung calon legislatif juga lebih menonjol dibandingkan dengan peran calon legislatif sendiri dalam menyebarluaskan informasi seputar pencalegannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya 16% responden yang menyatakan mereka mendapatkan informasi dari partai. Dibawah peran partai, baru saluran informasi dari calon legislatif bersangkutan yang didapatkan oleh responden, dimana 13% responden mengungkapkan hal tersebut. Dan pada urutan selanjutnya, saluran-saluran informasi yang berperan menyampaikan informasi kepada warga adalah dari organisasi, dari media radio dan juga ada yang menyebutkan dari media online.

Chart 4.3.

Saluran informasi calon legislatif tingkat pusat

4.2. Saluran informasi mengenai calon Presiden dan Wakil Presiden

Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, ada kecenderungan yang berbeda dengan karakteristik saluran-saluran informasi yang sebelumnya polanya sangat jelas dalam pemilu legislatif. Jika dalam pemilu legislatif peran orang-orang dekat seperti kerabat/tetangga serta media cetak lebih dominan sebagai saluran informasi untuk warga.

Dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, saluran informasi yang paling banyak diakses warga adalah media televisi. Sebagaimana temuan dalam riset, bahwa 72% responden mengetahui informasi seputar calon Presiden dan Wakil Presiden dari media televisi. Dibawahnya ada media

3% 4% 9% 13% 16% 19% 21% 25% 34%

Informasi dari media online Informasi dari media radio Informasi dari organisasi Informasi dari kampanye caleg Informasi dari kampanye partai Informasi dari media televisi Informasi dari KPU Informasi dari kerabat/tetangga Informasi dari media cetak

(41)

41 cetak yang juga menjadi saluran informasi yang vital bagi warga dalam kerangka menyampaikan informasi mengenai calon Presiden dan Wakil Presiden yang berkompetisi.

Sementara itu, lembaga KPU Kapaten Magelang menjadi saluran informasi yang paling rendah aksesbilitasnya dalam mentransfer informasi mengenai para calon Presiden dan Wakil Presiden. Hanya 9% responden yang menyatakan bahwa mereka mengetahui profil calon Presiden dan Wakil Presiden secara lebih mendalam dari lembaga KPU.

Chart 4.4.

Saluran informasi calon Presiden dan Wakil Presiden

Informasi dalam chart di atas menunjukkan bahwa mayoritas respoden mendapatkan informasi dari media televisi. Dengan adanya fakta dan tren bahwa media massa sering kali ditumpangi kepentingan oleh para kontestan, maupun para pemilik media tersebut, maka seharusnya ada pembatasan muatan informasi melalui media massa televisi maupun cetak, tentunya dengan supervisi lembaga yang berwenang, yaitu KPU.

Karena seringkali, informasi yang dibawa oleh masing-masing kontestan tidak hanya terbatas profil dirinya maupun visi misi apa yang diusung, akan tetapi terkadang terdapat muatan melecehkan atau meremehkan kontestan lainnya, dan muatan informasi tersebut jelas tidak memberikan manfat positif untuk perkembangan demokrasi.

9% 13% 18% 18% 20% 42% 56% 72%

Informasi dari KPU Informasi dari kampanye capres Informasi dari kampanye partai Informasi dari media online Informasidari media radio Informasi dari kerabat/tetangga Informasi dari media cetak Informasi dari media televisi

(42)

42

BAB V

FAKTOR YANG MENDORONG PILIHAN POLITIK 5.1. Faktor yang mendorong pillihan politik dalam pemilu legislatif

Di negara yang telah memiliki tingkat melek politik yang tinggi, proses demokratisasi seringkali digambarkan berlangsung secara gradual dan akomodatif. Namun pengalaman empiris di negara yang sedang membangun kesadaran melek politik warganya menunjukkan bahwa proses demokratisasi umumnya berlangsung dalam suasana mobilisasi kadang penuh kekerasan.

Pentingnya tingkat melek politik warga akan mempengaruhi bagaimana sebuah wilayah akan berjalan kearah baik atau buruk oleh orang-orang yang dipilih melalui sistem pemilihan langsung. Melek politik terhadap sistem pemilihan khususnya melek terhadap profil kontestan pemilu, mengharuskan setiap warga memiliki pengetahuan terhadap faktor apa yang dijadikan pijakan untuk memilih calon legislatif maupun calon Presiden dan Wakil Presiden. Idealnya, dengan tingginya melek politik warga, dengan kualitas dan kuantitas informasi yang dimiliki oleh warga seputar pelaksanaan pemilu serta profil dari masing-masing kontestan, maka warga akan memilih dengan mendasarkan pada kualitas calon serta arah tujuan kebijakan yang diusung.

Namun, rendahnya tingkat melek politik warga menjadi kondisi ideal tersebut sulit terwujud. Dasar pilihan warga terhadap calon legislatif tertentu ataupun terhadap calon Presiden dan Wakil Presiden tertentu tidak lagi berdasarkan kualitas yang dimiliki oleh kontestan pemilu, melainkan didasarkan karena ajakan/bujukan atau sekedar memilih secara asal-asalan.

5.1.1. Faktor yang mendasari pillihan terhadap calon legislatif kabupaten

Dari hasil riset di Kabupaten Magelang terhadap faktor yang mendasari warga dalam pemilu Legislatif, menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih bukan atas dasar kualitas calon melainkan atas mobillisasi suara dari orang-orang terdekat seperti suami, ayah atau lainnya.

(43)

43 Dari survei menunjukkan bahwa responden yangn memilih calon dengan dasar mengetahui latar belakang hanya terdapat 19%. Responden yang memilih karena mengetahui rekam jejak calon sebesar 18%. Dan hanya 17% yang memilih karena mengetahui visi dan misi calon legislatif.

Di luar jumlah tersebut di atas, responden memilih calon legislatif bukan karena alasan mengetahui kualitas calon legislatif. Sebagian besar responden menjawab bahwa mereka memilih calon legislatif tertentu justru karena atas dasar diajak oleh kerabat/tetangga, yaitu sebesar 29%. Selanjutnya ada 28% responden yang memilih calon legislatif karena dasar ketokohan calon legislatif serta 18% responden menyatakan memilih calon legislatif karena adanya kedekatan pribadi.

Jawaban lainnya dari responden, 12% menyatakan memilih calon legislatif karena ajakan dari tim sukses calon legislatif. Masih dalam jumlah yang sama, 12% responden menyatakan memilih karena lingkungannya mendapatkan bantuan dari calon legislatif bersangkutan. Dan sisanya, ada responden yang beralasan memilih secara asal-asalan dan memilih hanya berdasarkan fisik semata.

(44)

44 Chart 5.1.

Faktor yang mendasari warga dalam memilih calon legislatif tingkat kabupaten

5.1.2. Faktor yang mendasari pillihan terhadap calon legislatif provinsi

Mencermati faktor yang mempengaruhi responden dalam memilih wakil mereka di tingkat provinsi, semakin jelas menunjukkan bahwa responden tidak memiliki kapasitas informasi yang memadai mengenai profil calon legislatif yang mencalonkan diri di tingkat provinsi.

Hasil survei menunjukkan bahwa 22% responden menyatakan bahwa dasar mereka memilih adalah secara asal-asalan dalam Pemilu Legislatif tahun 2014. Jika ditotal, maka persentase responden yang memilih karena mendasarkan kepada informasi mengenai latar belakang, rekam jejak serta visi misi yang diusung oleh calon legislatif hanya mencapai 31%. Dan itu berarti 69% responden memilih calon legislatif mereka dengan tanpa memiliki bekal informasi dan tidak mendasarkan kepada kualitas diri calon legislatif.

8% 8% 12% 12% 17% 18% 18% 19% 28% 29%

Memilih karena fisik/perawakan Memilih secara asal-asalan Memilih karena lingkungan dapat bantuan Memilih karena ajakan tim sukses Memilih karena visi misi calon Memilih karena kedekatan pribadi Memilih karena rekam jejak calon Memilih karena latar belakang calon Memilih karena ketokohan Memilih karena ajakan kerabat/tetangga

Faktor yang mendasari pilihan warga untuk caleg kabupaten

Referensi

Dokumen terkait

Ini menunjukkan bahwa transmisi WSSV lebih cepat terhadap pasca larva udang windu yang dipelihara bersama dalam wadah dengan menggunakan air dan udang yang telah

Hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa siswa yang sudah dibekali pengetahuan dan keterampilan pelatihan pemasaran online belum memunculkan keyakinan diri

c) Jika program yang dimodifikasi biasanya membaca perintah secara interaktif saat berjalan, Anda harus mengaturnya, bila mulai berjalan untuk penggunaan interaktif tersebut

Siswa yang berasal dari keluarga broken home, perhatian orang tua (ibu) terhadap proses kegiatan belajarnya dirumah sangat luar biasa, sang ibu tidak menuntut terlalu

Desain produk molding yang dirancang dengan program CATIA selanjutnya dapat disimulasikan dengan program komputer untuk menjalankan proses molding, salah satunya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan yaitu pengetahuan, wawasan tentang teori-teori, praktik mengenai peranan pengendalian internal dalam

Tämän tutkielman tavoitteena on ollut tuottaa tuoretta tietoa suomalaisten ja ruotsalaisten verkkokauppakulutuksesta. Erityisen kiinnostuneita oltiin siitä, vaihteleeko

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan variabel daya tarik ( Juri,Peserta,Tantangan,Bintang tamu,Masakan) tayangan reality competition show “MasterChef