• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI HASIL SAMBUNG PUCUK DENGAN KOPI ROBUSTA DI TANAH GAMBUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI HASIL SAMBUNG PUCUK DENGAN KOPI ROBUSTA DI TANAH GAMBUT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH PANJANG ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KOPI LIBERIKA TUNGKAL JAMBI HASIL SAMBUNG PUCUK DENGAN

KOPI ROBUSTA DI TANAH GAMBUT

Darmayanty Saragi 1), Elis Kartika , 2) dan Lizawati2) 1)

Alumni Program Studi Agroekoteknologi Fakulta Pertanian Universitas Jambi 2)

Dosen Program Studi Agroekoteknologi Fakulta Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361

*

Alamat korespondensi : darmayanty.saragi31a@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh panjang entres terhadap pertumbuhan bibit kopi Liberika Tungkal Jambi hasil sambung pucuk dengan kopi Robusta di tanah gambut dan untuk mengetahui panjang entres yang terbaik terhadap pertumbuhan bibit kopi Liberika Tungkal Jambi hasil sambung pucuk dengan kopi Robusta di tanah gambut. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) ) satu faktor yaitu panjang entres yang terdiri dari 4 taraf perlakuan sebagai berikut: p1 (panjang entres 10 cm), p2 (panjang entres 15 cm), p3 (panjang entres 20 cm) dan p4 ( panjang entres 25 cm) setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali dan setiap perlakuan terdiri atas 6 tanaman sehingga jumlah totalnya sebanyak 120 tanaman, setiap unit perlakuan diambi 3 tanaman sampel. Peubah yang diamati adalah persentase keberhasilan, jumlah tunas, pertambahan panjang entres, pertambahan jumlah daun, diameter tunas apikal dan bobot kering tunas. Analisis data menggunakan analisis ragam (ANOVA) jika hasil sidik ragam berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang entres menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua peubah (persentase keberhasilan, jumlah tunas, pertambahan panjang entres, pertambahan jumlah daun, diameter tunas apikal dan bobot kering tunas).

Kata kunci: Panjang entres,Kopi Liberika Tungkal Jambi, Sambung Pucuk

PENDAHULUAN

Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang diperdagangkan secara luas di dunia. Komoditas ini menjadi sumber pendapatan utama bagi petani kopi. Kopi merupakan komoditas ekspor penting bagi Indonesia yang mampu menyumbang devisa yang cukup besar, penyerapan tenaga kerja serta pengembangan wilayah. Kopi memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya, selain itu kopi merupakan salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Indonesia. Indonesia menghasilkan tiga jenis kopi berturut-turut yaitu Robusta, Arabika dan Liberika (Rahardjo, 2012).

(2)

2 Kabupaten Tanjung Barat di Provinsi Jambi merupakan sentra penghasil kopi yang dikenal dengan nama kopi Liberika Tungkal Jambi dan telah memiliki sertifikat IG.000000032 (Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, 2019). Kopi Liberika Tungkal Jambi memiliki keunikan karena dibudidayakan di lahan gambut, memiliki kandungan antioksidan lebih tinggi, ukuran kopi Liberika Tungkal Jambi lebih besar dibanding kopi Arabika dan Robusta (Hulupi, 2014). Kopi Liberika Tungkal Jambi memiliki keunggulan tidak hanya dari aspek harga, namun didukung dengan mutu yang baik dan cita rasa kopi yang unik serta dapat berbuah sepanjang tahun dengan panen sekali sebulan (Gusfarina, 2014).

Luas areal, produksi dan produktifitas kopi Liberika di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari tahun 2013 sampai tahun 2019 mengalami fluktuasi. Rata-rata luas areal kopi adalah 2.744 ha dan produksinya mencapai 1.176 ton sementara produktivitas kopi di Tanjung Jabung Barat mencapai 0.429 ton/ha Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat (2018; 2020). Terjadinya fluktuasi dapat diakibatkan oleh banyaknya tanaman yang sudah tua dan tidak produktif lagi, tanaman mudah terserang oleh hama dan penyakit serta belum menggunakan bibit unggul. Solusi untuk permasalahan ini diantaranya dapat dilakukan melalui program intensifikasi dan replanting. Dalam kegiatan replanting diperlukan jumlah bibit unggul yang memadai. Bibit kopi unggul dapat diperoleh melalui pembiakan vegetatif, salah satunya adalah dengan teknik sambung pucuk.

Salah satu faktor yang mementukan keberhasilan pertumbuhan bibit hasil sambung pucuk adalah panjang entres. Hasil penelitian Ferry dan Saefudin (2011) yang melakukan sambung pucuk dengan menggunakan panjang entres 10 cm, 15 cm dan 20 cm, menunjukkan bahwa panjang entres berpengaruh terhadap keberhasilan sambung pucuk jambu mete dan panjang entres terbaik adalah panjang entres 20 cm. Sedangka hasil penelitian Putri et al. (2016) menggunakan panjang entres yaitu 3 cm, 6 cm, 9 cm, 12 cm dan 15 cm, menunjukkan bahwa panjang entres 15 cm merupakan hasil terbaik pada tanaman alpukat. Berdasarkan penelitian tersebut terlihat bahwa panjang entres yang digunakan sangat bervariasi dan hasilnya pun tidak sama tergantung jenis tanamannya.

Selain panjang entres, batang bawah juga sangat menentukan keberhasilan dan pertumbuhan bibit kopi hasil sambung pucuk. Batang bawah yang baik adalah memiliki perakaran kuat dan tangguh, tahan hama penyakit, memiliki kesesuaian batang atas yang luas. Di daerah Tanjung Jabung Barat selain kopi Liberika Tungkal Jambi ada jenis kopi lain yaitu kopi Robusta yang mampu tumbuh dengan baik dilahan gambut, perakarannya baik, tahan hama penyakit, dan tumbuhya bagaikan gulma karena walau sudah diberantas namun masih dapat tumbuh (Jamroh, petani kopi Liberika, komunikasi pribadi, 2019). Oleh karena itu, kopi Robusta ini berpeluang untuk dijadikan sebagai batang bawah.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Panjang Entres Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi Liberika Tungkal Jambi Hasil Sambung Pucuk Dengan Kopi Robusta Di Tanah Gambut”.

(3)

3 METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pematang Gajah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai dari bulan November 2019 sampai bulan April.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang bawah yaitu kopi Robusta yang berumur 4 bulan dan batang atas (entres) yaitu kopi Liberika Tungkal Jambi dengan beberapa panjang entres yang diperoleh dari Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sedangkan alat yang digunakan adalah pisau dan gunting ranting, plastik penutup untuk kumbung, jangka sorong, tali pengikat, label penelitian, mistar atau meteran, alat dokumentasi (kamera) dan peralatan lain yang mendukung dalam pelaksanaan kegiatan penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu faktor panjang entres yang terdiri dari 4 taraf perlakuan sebagai berikut: p1 : Panjang entres 10 cm, p2 : Panjang entres 15 cm, p3 : Panjang entres 20 cm, p4 : Panjang entres 25 cm. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali, setiap unit perlakuan terdiri dari 6 tanaman, sehingga terdapat total keseluruhannya adalah 120 tanaman. Setiap unit perlakuan diambi 3 tanaman sampel, sehingga jumlah tanaman sampel sebanyak 60 tanaman.

Pelaksanaan menelitian meliputi persiapan areal penelitian, persiapan media tanam, persiapan kumbung, persiapan naungan, persiapan batang atas, persiapan batang bawah, pelaksanaan penyambungan dan pemeliharaan bibit hasil sambungan. Dalam pelaksanaan penyambungan terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan berupa batang bawah yaitu kopi Robusta yang berumur 4 bulan, batang atas yaitu kopi Liberika Tungkan Jambi dengan beberapa panjang entres 10, 15, 20 dan 25 cm, tali pengikat, gunting pangkas dan pisau okulasi yang tajam. Batang bawah dipilih dengan diameter yang sama atau lebih besar dari batang atas (entres), batang bawah dipotong setinggi 10 cm dari permukaan tanah, batang bawah dibelah sepanjang 2 cm sehingga terbentuk celah. Entres yang sudah disiapkan dipotong sebagian daunnya dan disayat pada kedua sisinya menjadi lancip (seperti mata kampak). Batang atas dimasukkan pada celah batang bawah dan diikat menggunakan tali pengikat. Bibit hasil grafting kemudian diletakkan di kumbung yang sudah disiapkan sebelumnya. Variable yang diamati adalah persentase keberhasilan, jumlah tunas, pertambahan panjang entres, pertambahan jumlah daun, diameter tunas apikal dan bobot kering tunas. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah penyambungan (MSP) kemudian diamati setiap dua minggu sekali sampai tanaman berumur 18 minggu setelah penyambungan (MSP) kecuali pada bobot kering tunas yang dihitung pada akhir penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kopi Liberika

Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Jambi (2016), kedudukan tanaman kopi Liberika dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) adalah sebagai berikut:

(4)

4 Kingdom : Plantae Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Spermatophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo :Gentianales Famili : Rubiaceae Genus : Coffea

Spesies : Coffea liberica W. Bull ex Hiern.

Kopi Liberika merupakan kopi yang berasal dari daerah Angola, Afrika Barat, kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1965. Kopi Liberika memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kopi lainnya. Bentuk biji membulat oval (panjang 0,83 - 1,10 m, lebar 0,61 cm) dengan rendemen rata-rata 9,03 %. Persentase biji normal berkisar 50 - 80 %. Kopi ini memiliki potensi produksi rata-rata 909 g kopi biji/pohon atau setara dengan 950 kg biji kopi untuk penanaman dengan populasi 900 - 1.000 pohon/ha (Direktorat Jendral Perkebunan, 2013).

Daun kopi Liberika berbentuk bulat telur dengan ujungnya yang agak meruncing sampai bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang, cabang dan ranting yang tersusun berdampingan. Daun yang tumbuhnya pada batang atau cabang-cabang tegak lurus dan pasangan daun itu berselang seling pada ruas berikutnya. Sedangkan daun yang tumbuhnya pada ranting atau cabang terletak pada bidang yang sama tetapi tidak berselang - seling (Budiman, 2015).

Bunga kopi terbentuk pada ketiak-ketiak daun dengan jumlah yang terbatas. Bunga tersusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 - 6 kuntum bunga. Pada setiap ketiak daun akan menghasilkan 8 - 18 kuntum bunga atau setiap buku menghasilkan 16 - 36 kuntum bunga (Budiman, 2015). Bunga kopi berukuran kecil dengan mahkotanya berwarna putih dan berbau harum. Kelopak bunga berwarna hijau dengan pangkalnya menutupi bakal buah yang mengandung dua bakal biji. Benang sari terdiri dari 5 - 7 tangkai yang berukuran pendek (Najiyati dan Danarti, 2012). Pengembangan kopi Liberika memiliki daya saing yang lebih baik dibandingkan kopi Robusta. Di antara penciri khas cita rasa kopi Liberika adalah dried fruit, sebagian panelis menyebutnya aroma jack fruit (buah nangka) sehingga kopi Liberika seringkali disebut sebagai kopi nangka (Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia, 2014).

Kopi Liberika merupakan salah satu jenis kopi yang banyak dikembangkan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi, yang dikenal sebagai Kopi Liberika Tungkal Jambi yang merupakan komoditi andalan. Kopi Liberika dicirikan dengan postur pohon yang gagah dan buah yang melimpah, Kopi Liberika diburu oleh konsumen karena cita rasanya yang khas dan berbeda dari kopi Arabika dan Robusta (Hulupi, 2014). Kopi Liberika memiliki keunggulan tidak hanya dari aspek harga, namun dari ukuran buah kopi yang lebih besar dan produksi lebih tinggi dibandingkan Robusta, bisa berbuah sepanjang tahun dengan panen sekali sebulan dan dapat beradaptasi dengan baik pada agroekosistem gambut serta tidak ada gangguan hama dan penyakit yang serius (Gusfarina, 2014).

(5)

5 Tinjauan Umum Kopi Robusta

Sistematika tanaman kopi Robusta menurut Rahardjo (2012), adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionita Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Astridae Ordo : Rubiaceace Genus : Coffea

Spesies : Coffea robusta

Kopi Robusta berada di Indonesia pada tahun 1900, kopi ini tahan penyakit karat daun, memiliki perakaran yang baik dan memerlukan syarat tumbuh serta pemeliharaan yang ringan. Kopi Robusta mampu beradaptasi lebih baik dibanding dengan kopi lainnya. Kopi Robusta memiliki karakteristik fisik biji agak bulat, lengkungan tebal dan garis tengah dari atas kebawah hampir rata (Rukmana, 2014). Ciri-ciri kopi Robusta yaitu memiliki rasa seperti coklat, lebih pahit dan sedikit asam serta bau yang dihasilkan khas dan manis. Tanaman kopi Robusta biasanya sudah dapat berproduksi pada umur 2,5 tahun. Umur ekonomis kopi Robusta dapat berproduksi hingga 15 tahun. Namun demikian tingkat produksi kopi Robusta sangat dipengaruhi oleh tingkat pemeliharaanya (Haryanto, 2012).

Kopi robusta (Coffea robusta) memiliki daun yang berbentuk bulat telur dengan ujung agak meruncing. Daun tumbuh berhadapan dengan batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Permukaan atas daun mengkilat, tepi rata, pangkal tumpul, panjang 5 - 15 cm, lebar 4,0 - 6,5 cm, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5 - 1,0cm dan berwarna hijau (Najiyati dan Danarti, 2012). Bunga pada kopi Robusta memiliki ciri yaitu berukuran kecil, mahkotanya berwarna putih dan berbau harum semerbak, kelopak bunga berwarna hijau. Apabila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera mengadakan penyerbukan kemudian akan terbentuk buah. Waktu yang diperlukan sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang ± 8 - 11 bulan, tergantung dari jenis dan faktor lingkungannya (Haryanto, 2012).

Kopi Robusta yang didapati di Kabupaten tanjung barat adaptif dilahan gambut, memiliki perakarannya baik, , tumbuh dengan baik dilahan gambut, tahan terhadap hama penyakit, serta tumbuh bagaikan gulma walau sudah diberantas namun masih tetap tumbuh. kopi Robusta ini berpeluang untuk dijadikan sebagai batang bawah. (Jamroh, petani kopi Liberika, komunikasi pribadi, 2019).

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi

Tanaman kopi sama halnya dengan tanaman lainnya memiliki beberapa syarat tumbuh. Syarat tumbuh untuk tanaman kopi diantaranya adalah iklim dan tanah. Menurut Hadi et al. (2014), syarat tumbuh tanaman kopi Robusta: kopi Robusta mengkehendaki tinggi tempat 100 s/d. 600 m d.p.l tetapi diantaranya masih tumbuh baik dan ekonomis pada ketinggian 0 - 1.000 m d.p.l, curah hujan 1.250 - 2.500 mm/thn, kering (curah hujan < 60 mm/bulan) +3 bulan, suhu udara 21 - 24 0C. Kopi

(6)

6 Robusta mengkehendaki tanah dengan kemiringan tanah kurang dari 30 %, kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, kadar bahan organik > 3,5 % atau kadar C > 2 % serta pH tanah 4,5 - 6,5. Persyaratan tumbuh tanaman kopi Liberika yaitu mengkehendaki tinggi tempat 0 s/d 900 m d.p.l, curah hujan 1.250 - 3.500 mm/th, bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) + 3 bulan, suhu udara 21 - 300C. Kopi Liberika mengkehendaki tanah dengan kemiringan tanah kurang dari 30 %, kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, kadar bahan organik > 3,5 % atau kadar C > 2 % serta pH tanah 4,5 - 6,5. Nurhakim dan Rahayu (2014) berpendapat bahwa tanaman kopi merupakan golongan tanaman yang menghendaki naungan, sehingga menghendaki temperatur rendah dan kelembaban tinggi, umumnya tanaman kopi menghendaki temperatur rata-rata berkisar antara 210C-240C.

Kopi Liberika Tungkal jambi dalam penelitian ini berasal dari kecamatan Betara yang berada di kabupaten Tanjung Jabung Barat. Keadaan topografi kecamatan Betara merupakan dataran rendah (pasang surut). Karakter lahan dan iklim di kecamatan Betara yaitu tingkat kemasaman tanah (pH) 3-6,5, kemiringan 3-5%, ketinggian tempat 0,5-5 mdpl, kedalaman gambut 2 meter (Badan Pusat statistik Tanjung Jabung Barat, 2016). Tanjung Jabung Barat beriklim tropis basah dengan variasi kecil tergantung kelembaban nisbi, dataran tinggi temperatur max 270 C, dataran rendah temperatur 320 , sedangkan curah hujan rata – rata per tahun 241,48 mm dengan curah hujan max / bulan berkisar 100 – 300 mm. Berdasarkan Zona Agroklimat B 1 dengan 8 bulan basah (bulan dengan curah hujan > 100-300 mm) dan 2 bulan kering (bulan dengan curah hujan < 100 mm) berturut-turut. Bulan basah terjadi pada bulan Oktober sampai April, sedangkan bulan kering terjadi mulai bulan Juni sampai Agustus (Ezzohed et al., 2017).

Teknik Pembibitan Kopi

Secara umum teknik perbanyakan kopi dapat dilakukan dengan perbanyakan generatif atau vegetatif. Perbanyakan secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan akan menghasilkan keturunan yang sifatnya bervariasi atau tidak identik dengan induknya. Perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan bagian vegetatif tanaman untuk bahan tanam dan tidak didahului dengan proses peleburan gamet jantan dan betina. Perbanyakan ini akan menghasilkan keturunan yang seragam dan memiliki sifat yang sama seperti tetuanya (Mangoendidjojo, 2003). Perbanyakan tanaman secara vegetatif memiliki beberapa kelebihan diantaranya mempunyai sifat yang sama dengan tanaman tetuanya, mempunyai mutu hasil seragam, mempunyai sifat unggul batang atas dan batang bawah serta mempunyai umur mulai berbuah (prekositas) lebih awal (Prastowo et al., 2010). Perbanyakan secara vegetatif yang paling umum dilakukan adalah sambung pucuk (grafting). Menurut Suwandi (2015), grafting atau penyambungan adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif dengan menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Sambung pucuk dapat diartikan sebagai suatu upaya penggabungan dua individu klon tanaman yang berlainan menjadi suatu kesatuan dan tumbuh menjadi tanaman baru. Menurut Limbong dan Djufry (2013), penyambungan atau sambung pucuk tanaman kopi

(7)

7 merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang bertujuan untuk memanfaatkan dua sifat unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit akar dan sifat unggul dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu biji baik (Prastowo dan Roshetko, 2006).

Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Sambung Pucuk

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan sambung pucuk dibagi atas tiga faktor yaitu faktor tanaman, faktor lingkungan dan faktor pelaksanaan (Tirtawinata, 2003;Tambing, 2004). Faktor tanaman terdiri dari genetik tanaman, kondisi tumbuh dan panjang entres. Genetik tanaman berkaitan dengan hubungan sifat genetik kekerabatan antar kedua tanaman yang disambungkan, makin dekat kekerabatan varietas yang disambungkan makin besar peluang keberhasilan pertautannya. Kondisi tumbuh tanaman berkaitan dengan keadaan tanaman yang dijadikan bahan sambungan sehat dan tidak cacat serta masih dalam keadaan segar. Panjang entres berkaitan dengan kecukupan cadangan makanan/energi untuk pemulihan sel-sel yang rusak akibat pelukaan, makin panjang entres diharapkan makin banyak pula cadangan energinya (Tambing dan Hadid, 2008).

Budi dan Parwata (2013) mengemukakan bahwa faktor lingkungan terdiri dari (1).Waktu penyambungan, waktu disini diartikan sebagai musim. Umumnya penyambungan dilakukan pada musim kemarau. (2). Suhu dan kelembaban, pembentukan jaringan kalus akan baik bila suhu lingkungan dalam keadaan optimum. Suhu yang baik berkisar antara 25-320C, bila keadaan suku dibawah 250C atau diatas 320C, pembentukan kalus akan terlambat dan merusak sel-sel pada daerah sambungan. Kelembaban yang cukup tinggi merupakan kondisi lingkungan yang diperlukan bagi keberhasilan penyambungan. (3). Cahaya, cahaya sangat berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan penyambungan, oleh sebab itu penyambungan sebaiknya dilaksanakan pada sore hari atau pagi hari. Cahaya yang terlalu kuat akan mengurangi daya tahan batang atas terhadap kekeringan. Tambing dan Hadid (2008) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa waktu penyambungan merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan sambung pucuk pada mangga, pelaksanaan grafting pada sore hari memperlihatkan keberhasilan pertautan sambungan lebih baik

Faktor pelaksanaan terdiri dari (1). Teknik penyambungan, keberhasilan penyambungan sering kali rendah sehingga masing masing teknik sambungan akan cocok untuk jenis-jenis tanaman tertentu namun tidak cocok untuk jenis tanaman lainnya. (2). Keterampilan melaksanakan, Infeksi penyakit pada daerah sambungan perlu mendapat perhatian. Infeksi dapat dihindari dengan melakukan penyambungan secara cepat. Semakin cepat pelakanaan penyambungan akan semakin kecil peluang bagi kemungkinan kotornya bidang luka yang dibuat pada masing-masing bagian tanaman yang disambungkan. (3). Kelengkapan peralatan, ketajaman dan kebersihan alat yang digunakan untuk memotong merupakan hal penting. Ketajaman alat akan menjamin ratanya permukaan potongan, sedangkan kebersihan alat menjamin terhindarnya bahan tanaman dari kontaminasi penyebab penyakit atau hama lainnya.

(8)

8 Peranan Panjang Entres Tehadap Pertumbuhan Bibit Hasil Sambung Pucuk

Kondisi entres yang perlu diperhatikan adalah kesehatan, kondisi cadangan makanan dan hormon yang terdapat di dalam entres. Panjang pendeknya entres berpengaruh terhadap persentase keberhasilan penyambungan tanaman. Salah satu faktor yang dapat dijadikan ukuran dalam memilih entres adalah panjang entres. Menurut hasil penelitian Tambing dan Hadid (2008), keberhasilan pertautan sambung pucuk pada mangga yang terbaik menggunakan panjang entres 12,5 cm, demikian juga penelitian Ferry dan Saefudin (2011) bahwa panjang entres yang terbaik pada jambu mete adalah 20 cm. Hasil penelitian Lestari (2013) yang melakukan sambung pucuk pada tanaman jarak pagar menunjukkan bahwa panjang entres terbaik pada tanaman jarak pagar adalah 15 cm. Sedangkan hasil penelitian Putri et al. (2016) menunjukkan bahwa panjang entres 15 cm adalah panjang entres terbaik pada tanaman alpukat.

Berdasarkan penelitian tersebut terlihat bahwa panjang entres yang digunakan sangat bervariasi tergantung jenis tanamannya dan hasilnya pun tidak sama pada setiap jenis tanaman. Putri et al. (2016) menjelaskan bahwa panjang entres memberikan pengaruh karena berkaitan dengan kecukupan cadangan makanan/energi untuk pemulihan sel-sel yang rusak akibat pelukaan, makin panjang entres diharapkan makin banyak pula cadangan energinya. Informasi yang lengkap tentang panjang entres yang terbaik untuk tanaman kopi Liberika Tungkal Jambi hasil sambung pucuk dengan Robusta di tanah gambut belum diperoleh, selama ini pemilihan entres lebih banyak menggunakan warna batang entres yaitu berwarna coklat kehijauan.

Tanah Gambut

Luas lahan gambut di Indonesia adalah kurang lebih 15 juta hektar (Ritung et

al., 2011). Luas lahan gambut di Jambi terdapat di Kabupaten Sarolangun (41.283

hektar), Tanjung Jabung Timur (266.304 hektar), Muaro Jambi (257.506 hektar), Kabupaten Merangin (3.525 hektar) dan Tanjung Jabung Barat (142.255 hektar) (Wahyunto dan Heryanto 2005).

Lahan gambut di Tanjung Jabung Barat cukup luas yaitu 142.255 hektar, oleh karena itu daerah Tanjung Jabung Barat memiliki banyak peluang untuk dimanfaatkan lahan gambutnya terutama untuk pertanian khususnya tanaman kopi. Menurut Agus dan Subiksa (2008), lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik > 18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Namun, dalam pemanfaatannya gambut memiliki beberapa masalah antara lain kesuburan tanah yang rendah ditandai dengan pH tanah rendah, kondisi lahan gambut yang jenuh air (tergenang) pada musim hujan dan kekeringan saat kemarau serta rawan kebakaran.

(9)

9 Agus F dan IGM Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Ashari S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Badan Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat. 2018. Tanaman Perkebunan. Web http://www.bps.go.id. diakses pada 27 Sept 2019

Bety SA, DSPS Sembiring dan NK sihaloho. 2017. Keberhasilan pertautan sambung pucuk pada kakao (Theobromo cacao L) dengan waktu penyambungan dan panjang entres berbeda. Jurnal Agroteknosains.Vol 2 (02):87-99.

Budi BS dan IGMA Parwata. 2013. Grafting teknik memperbaiki produktifitas tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Universitas Mataram. Mataram. Direktorat jendral hak kekayaan intelektual. 2019. Buku persyaratan kopi

LiberikaTungkal Jambi : indeks geografis terdaftar. Web http://e- book.dgip.go.id/indikasi-geografis/?book=buku-persyaratan-kopi-liberika-tungkal-jambi. diakses pada 20 oktober 2019.

Ditjenbun. 2006. Statistik Perkebunan Kopi Indonesia. Ditjenbun Jakarta.

Ezzohed R, M Robby dan H Hadi. 2017. Desa peduli gambut provinsi Jambi desa Mekar Jaya. 2017. Diunduh dari https://brg.go.id/wp-content/uploads/2019/03/FINAL-PROFIL-DESA-MEKAR-JAYA.pdf. (diakses 10 Juli 2020).

Ferry Y dan Saefudin. 2011. Pengaruh Panjang Entres terhadap Keberhasilan Sambung Pucuk dan Pertumbuhan Benih Jambu Mete. Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 2(2):121-124.

Gusfarina DS. 2014. Mengenal Kopi Liberika Tungkal Komposit (Libtukom). BPTP Provinsi Jambi. Jambi. Diunduhdari http://jambi.litbang.pertanian.

go.id/ind/images/PDF/14leaflitukom.pdf.(diakses 23 Okt 2019).

Hadi, HB Hudoro, M Novariyanthy, II Tanjung, Mutowil, MI Soedjana dan I Mulyono. 2014. Pedoman Teknis Budidaya Kopi yang Baik (Good

Agriculture Practices/GAP on Coffee). Jakarta: Kementrian Pertanian

Direktorat Jendral Perkebunan.

Hanoto, W. 2000. Pengaruh batang bawah dan zat pengatur tumbuh terhadap tumbuhan penyambungan tanaman manggis (Garcinea mangostana L). Jurnal Agrotropikal 5(1):1-4.

(10)

10 Haryanto. 2012. Prospek Tinggi Bertanam Kopi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Hulupi R. 2014. Libtukom: Varietas Kopi Liberika Anjuran Untuk Lahan Gambut.

Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 2(6): 1-6.

Lestari. 2013. Pengaruh panjang entres terhadap pertumbuhan dan produksi buah jarak pagar hasil penyambungan. Jurnal Agrovigor. 6(1):81-87.

Limbongan JF dan Djufry. 2013. Pengembangan Teknologi Sambung Pucuk Sebagai Alternatif Pilihan Perbanyakan Bibit Kakao. Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.32 (4) : 166 –172.

Mangoendidjojo. 2003. Dasar-dasar pemuliaan tanaman. Kanisius : yogyakarta. Najiyati S dan Danarti. 2012. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen. PT.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Parsauliat T, PD Bandem dan Patriani. 2012. Pengaruh panjang entres terhadap keberhasilan sambung pucuk bibit jambu air. Jurnal Sains Mahasisw Pertanian Vol 1(1):1-9.

Prastowo B, E Karmawati, Rubijo, Siswanto, C Indrawanto dan SJ Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Puslitbang Perkebunan. Jakarta.

Prastowo NJ dan M Roshetko. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor.

Putri D, H Gustia dan Y Susyati. 2016. Pengaruh Panjang Entres Terhadap Keberhasilan Penyambungan Tanaman Alpukat (Persea am ericana Mill.).

Jurnal Agrosains dan Teknologi. 1(1):31-44.

Rahardjo P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. Penebar Swadaya:Jakarta.

Ritung S, Wahyunto, K Nugroho, Sukarman, Hikmatullah, Suparto dan C Tafakresnanto. 2011. Peta Lahan Gambut Indonesia Skala 1:250.000. Bogor: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.

Rochiman K dan SS Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Penebar Swadaya. Jakarta.

(11)

11 Suwandi. 2015. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman Dengan Cara Sambungan (Grafting). Balai Besar Bioteknologi Dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogjakarta. Yogjakarta.

Tambing Y dan ABD Hadid. 2008. Keberhasilan pertautan sambung pucuk pada mangga dengan waktu penyambungan dan panjang entris berbeda. J. Agronald 15(4):296-301.

Tambing Y. 2004. Respons Pertautan Sambung Pucuk dan Pertumbuhan Bibit Mangga Terhadap Pemupukan Nitrogen pada Batang Bawah. J. Agrisains 5 (3):141-147.

Tirtawinata MR. 2003. Kajian Anatomi dan Fisiologi Sambungan Bibit Manggis Dengan Beberapa Anggota Kerabat Clusiaceae. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Wahyunto dan B Heryanto. 2005. Sebaran gambut dan Status terkini di Sumatera. Dalam CCFPI. 2005. Pemanfaatan Lahan Gambut Secara Bijaksana Untuk Manfaat Berkelanjutan. Prosiding Lokakarya. Indonesia Programe. Bogor. Winarno M, H Sunarjono, Ismijati dan S Kusumo. 1990. Teknik Perbanyakan

Cepat Buah-buahan Tropika. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

MEMPELAJARI SESUATU YANG DIHUBUNGKAN DENGAN REAKSI-REAKSI YANG TERJADI PADA PERMUKAAN KOLOID TANAH DAN BAHAN KIMIA YANG LARUT, INTERAKSI KOLOID TANAH DENGAN pH

Judul Skripsi :“Penggunaan Model Whole Language untuk meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Percaya Diri dalam Pembelajaran Membaca Intensif di Kelas III SDN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesinkronan proposisi dengan argumen dan kelengkapan argumen dalam paragraf argumentasi yang ditulis oleh siswa kelas X SMA Negeri

Strategi adalah rencana tentang serangkaian manuver, baik yang kasat mata maupun yang tak kasat mata, untuk lebih menjamin keberhasilan mencapai tujuan pembangunan

Dari uraian data dan informasi tersebut, tujuan umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan usia

baik dan mekanisme pembagian keuntungan dan pengelolaan risiko kerugian yang diterapkan tidak bertentangan dengan Hukum Ekonomi Syari’ah. Namun, terdapat satu

tasi Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan RI Nomor 8 Tahun 2016 tentan Pelayanan Peralihan Hak Guna Bangunan Tertentu di Wilayah Tertentu

Berasaskan kepada pemyataan masalah, kajian lni mempunyai tiga tujuan utama laitu; menentukan sama ada wujud perbezaan tahap stres dl kalangan guru-guru Pendidikan Khas